Anda di halaman 1dari 6

ASPEK KEBAHASAAN TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

1. Terdapat penggunaan kata dan frasa verba serta nomina


2. Terjadi proses afiksasi yang mengubah jenis kata
3. Terdapat penggunaan kalimat definisi dan kalimat deskripsi
4. Terdapat penggunaan kalimat simpleks dan kompleks

1. Kata dan Frasa Verba serta Nomina


Jenis kata dan kelompok kata (frasa) yang dominan digunakan dalam sebuah
teks laporan hasil observasi adalah verba (kata kerja) dan nomina (kata benda). Pahami
dahulu perbedaan antara kata dan frasa. Kata berbentuk morfem atau morfem bebas,
yaitu satuan bahasa terkecil (dapat memiliki arti maupun tidak) yang bersifat bebas.
Frasa didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif
(hubungan antara kedua unsur yang membentuk frasa tidak berstruktur subjek-predikat atau predikat
objek) atau sering disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat.Frasa
merupakan gabungan beberapa unsur namun tidak melebihi batas fungsi. Artinya,
sekalipun terdiri atas beberapa unsur namun hanya memiliki satu fungsi dalam sebuah
kalimat.. Selain itu, frasa merupakan kelompok kata yang nonpredikatif, atau tidak
menduduki subjek dan predikat.

Perhatikan contoh identifikasi kata benda dan frasa benda dalam paragraf berikut.

Wayang adalah seni pertunjukan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya asli
Indonesia. UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November
2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukan bayangan boneka tersohor dari Indonesia,
sebuah warisan mahakarya dunia yang tidak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral
and Intangible Heritage of Humanity). Wayang dapat dibedakan berdasar-kan bahannya yaitu
wayang kulit, yang biasanya terbuat dari kulit hewan ternak, bisa berupa kerbau, sapi,
atau kambing, wayang wong berarti wayang yang ditampilkan atau diperankan oleh orang,
wayang golek, dan wayang suket dan wayang motekar.

a. Nomina
Paragra Kata Frasa
f
I wayang seni pertunjukkan yang telah ditetapkan sebagai
warisan budaya asli Indonesia
sebagai pertunjukan bayangan boneka tersohor dari
Indonesia
sebuah warisan mahakarya dunia yang tidak ternilai dalam
seni bertutur
UNESCO lembaga yang mengurusi kebudayaan dari PBB
para wali songo
penyebar agama Islam di Jawa
wayang kulit
wayang wong atau wayang orang
wayang golek atau wayang boneka
penjenisan tersebut
penggunaan bahan wayang
wayang yang ditampilkan atau diperankan oleh orang
wayang yang menggunakan boneka kayu

b. Verba
Paragraf Kata Frasa
I adalah sudah membagi
menetapkan
disesuaikan
dibuat
berarti
adalah
mengembangkan

Berdasarkan analisis kata dan frasa dapat dinyatakan bahwa pada paragraf pertama
teks di atas banyak digunakan frasa nomina. Sementara itu, frasa verba pada paragraf
pertama teks di atas hanya ada satu, sedangkan yang lainnya berupa kata. Dengan
demikian, nomina yang berfungsi sebagai subjek atau objek pada paragraf pertama teks di
atas banyak menggunakan frasa, sedangkan predikat banyak menggunakan kata.

2. Afiksasi
Dalam kegiatan berbahasa, kata yang digunakan dapat berupa kata dasar atau kata
bentukan. Kata dasar adalah kata yang belum mendapat imbuhan, pemajemukan, atau
pengulangan. Kata bentukan adalah kata yang telah mendapat imbuhan (afiksasi),
pengulangan (reduplikasi), dan pemajemukan ketika digunakan.
Kata yang mendapat proses pengimbuhan dapat berubah jenis. Misalnya, kata
berjenis verba dapat berubah menjadi nomina jika mendapat imbuhan. Contoh,
kata “minum” (verba) mendapat imbuhan “– an” menjadi “minuman” (nomina).
Suatu kata dasar dapat berubah menjadi verba jika mendapat imbuhan me(N)-,
be(R)-, di-, bahkan terkadang ter- atau ke-an. Sementara itu, kata dasar yang sama
dapat berubah menjadi nomina jika diberi imbuhan pe(N)-, pe(R)-, -an, atau
terkadang ke-an.
Penjelasan mengenai afiksasi dan berbagai jenisnya disampaikan dalam lampiran 1.

Berikut adalah contoh afiksasi:


No Kata Berimbuhan Jenis Imbuhan Kata
Dasar
1 disebut verba di- sebut
2 menakutkan verba me(N)-kan takut
3 kemampuan nomina ke-an mampu
4 getaran nomina -an getar
5 menyusui verba me(N)-i susu
6 berasal verba be(R)- asal
7 mengisap verba me(N)- isap
8 menggigit verba me(N)- gigit
9 gigitan nomina -an gigit
10 penelitian nomina pe(N)-an teliti

Lampiran 1.
AFIKSASI
A. Pengertian Afiksasi

Afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan mengimbuhkan


afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks. Misalnya
mengimbuhahkan ber- pada bentuk dasar komunikasi menjadi berkomunikasi, buat menjadi
berbuat, tanggung jawab menjadi bertanggung jawab, bekas menjadi berbekas, sepeda
motor menjadi bersepeda motor. Pengimbungan meN- pada bentuk dasar coba menjadi
mencoba, adu menjadi mengadu, pertanggungjawabkan menjadi
mempertanggungjawabkan.
Afiksasi atau pengimbuhan sangat produktif dalam pembentukan kata, hal tersebut
terjadi karena bahasa indonesia tergolong bahasa bersistem aglutinasi.  Sistem aglutinasi
adalah proses dalam pembentukan unsur-unsurnya dilakukan dengan jalan menempelkan
atau menambahkan unsur selainnya.
Afiksasi merupakan unsur yang ditempelkan dalam pembentukan kata dan dalam
lingistik afiksasi bukan merupakan pokok kata melainkan pembentukan pokok kata yang
baru. Sehingga para ahli bahasa merumuskan bahwa, afiks merupakan bentuk terikat yang
dapat ditambahkan pada awal, akhir maupun tengah kata (Richards,1992). Ahli lain
mengatakan, afiks adalah bentuk terikat yang apabila ditambahkan ke bentuk lain akan
mengubah makna gramatikalnya (Kridalaksan, 1993). Dasar yang dimaksud pada
penjelasan tersebut adalah bentuk apa saja, baik sederhana maupun kompleks yang dapat
diberi afiks apapun (Samsuri, 1988).
Kombinasi morfem adalah gabungan antara morfem bebas dan morfem terikat atau
morfem bebas dan morfem bebas sebagai bentuk kompleks. Misalnya, kata menembak, kata
tersebut terdiri atas dua unsur langsung, yaitu tembak yang merupakan bentuk bebas, dan
meN- yang merupakan bentuk terikat. Kata tembak disebut bentuk bebas karena kata
tersebut bisa berdiri sendiri pada kata “tembak ayam itu” tembak memiliki makna sendiri
dalam gramatikal kata, sedangkan afiks semuanya disebut dengan bentuk terikat karena tidak
dapat berdiri sendiri dan secara gramatis selalu melekat pada bentuk lain.

B. Jenis-Jenis Afiks
Dalam linguistik dikenal bermacam-macam afiks dalam proses pembentukan
kata. Robins (1992) mengatakan, afiks dapat dibagi secara formal menjadi tiga kelas utama
sesuai dengan posisi yang didudukinya dalam hubungannya dengan morfem dasar, yaitu
prefiks, infiks, dan sufiks. Sedangkan dari segi penempatannya, afiks-afiks tersebut dapat
dibedakan menjadi beberapa kelompok.
Jenis afiks tersebut adalah sebagai berikut.
1. Prefiks (awalan),
Yaitu afiks yang diletakkan di depan kata dasar.
Contoh: ber-, meN-, se-, per-, pe-, dan ter-.

2. Infiks (sisipan)
Yaitu afiks yang diletakkan di dalam bentuk dasar.
Contoh: -el-, -er-, -em-, dan -in-.

3. Sufiks (akhiran)
Yaitu afiks yang diletakakan di belakang bentuk dasar.
Contoh: -an, -kan, -i.
4. Simulfiks
Yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan pada
bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia, simulfiks dimanifestasikan dengan nasalisasi dari
fonem pertama suatu bentuk dasar, dan fungsinya ialah membentuk verba atau
memverbakan nomina, adjektiva, atau kelas kata lainnya. Contoh berikut terdapat dalam
bahasa Indonesia nonstandar: kopi menjadi ngopi, cabit menjadi nyabit, soto menjadi
nyoto, santai menjadi nyantai, satai menjadi nyatai.

5. Konfiks
Yaitu afiks yang terdiri atas dua unsur, yaitu di depan dan di belakang bentuk dasar.
Konfik berfungsi sebagai suatu morfem terbagi. Konfiks harus dibedakan dengan
kombinasi afiks (imbuhan gabung). Konfiks adalah satu morfem dengan satu makna
gramatikal, sedangkan kombinasi afiks adalah gabungan dari beberapa morfem.
Greenberg menggunakan istilah ambifiks untuk konfiks. Istilah lain untuk gejala tersebut
adalah sirkumfiks. Istilah dan konsep konfiks sudah lama dikenal dalam linguistik dan
pernah diperkenalkan oleh Knbloch (1961) dan Achmanova (1966) dalam Putrayasa
(1998). Contoh konfiks dalam bahasa Indonesia adalah ke-an, peN-an, per-an, dan ber-
an.
Contoh: keadaan yang berasal dari bentuk dasar ada dan mendapat imbuhan ke-an.
Pengiriman, persahabatan, kepandaian, dan berpandangan.

6. Kombinasi afiks (imbuhan gabung)


Yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan bentuk dasar. Afiks
tersebut bukan jenis afiks khusus dan hanya merupakan gabungan beberapa afiks yang
mempunyai bentuk dan makna gramatikal sendiri, atau dengna kata lain masing-masing
menjaga intensitasnya sendiri, muncul secara bersamaan pada bentuk dasar, tetapi berasal
dari dalam proses yang bertahap atau berlainan.

Perhatikan contoh dalam tabel.


Bentuk dasar Afiks Hasil
Kenal Sufiks –kan Kenalkan
Kenalkan Prefiks per- Perkenalkan
Perkenalkan Prefiks meN- Memperkenalkan
Kombinasi afiks dalam bahasa Indonesia adalah meN-kan, meN-I, memper-kan,
memper-i, ber-kan, ter-kan, per-kan, peN-an dan se-nya.

7. Suprafiks atau superfiks


adalah afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri suprasegmental atau afiks yang
berhubungan dengan morfem suprasegmenta. Afiks jenis ini tidak terdapat dalam bahasa
Indonesia.
Afiks jenis ini dapat dijumpai dalam bahasa Batak Toba, misalnya kata guru (nomina)
dengan tekatan pada guru, sedang guru (adjektiva) penekanannya para bagian “ru” saja.

8. Interfiks,
Yaitu jenis afiks yang muncul di antara dua unsur. Dalam bahasa Indonesia , Interfiks
terdapat dalam kata-kata bentuk baru, misalnya interfiks -n- dan -o- pada gabungan
Indonesia dan logi menjadi Indonesianologi.

9. Transfiks
Yaitu jenis infiks yang menyebabkan bentuk dasar menjadi terbagi. Bentuk tersebut
terdapat pada bahasa-bahasa Afro-Asiatika, antara lain bahasa Arab. Misalnya akar ktb
dapat diberi transfiks a-a, l-a, a-l, dan lain sebagainya menjadi katab (ia menulis), kitab
(buku), katib (penulis).

Berdasarkan asalnya, afiks dalam bahasa indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua
jenis, yaitu:
1. Afiks asli
Yaitu afiks yang bersumber dari bahasa Indonesia. Misalnya, meN-, ber-, ter-, -el-, -
em-, -er-, -I, -kan, dan lainnya.
2. Afiks serapan
Yaitu afiks yang bersumber dari bahasa asing ataupun bahasa daerah. Misalnya, -
man, -wan, -isme, -isasi, dan lain-lain.

Perhatikan tabel di bawah ini.


Kombinasi
Prefiks Infiks Sufiks Konfiks
afiks
Asli Serapan Asli Asli Serapan Asli Asli
meN- pra- -el- -an -man me-i ber-an
ke- maha- -em- -i -wan di-i ber-kan
ber- non- -er- -kan -wati me-kan ke-an
di- swa- -nya -a memper- pe-an
peN- tuna- -i diper- per-an
per- inter- -at memper-kan se-nya
ter- anu- -in diper-kan
se- dwi- -isme ber-an
anti- ber-kan
a- ke-an
auto- per-kan
hetero- per-i
homo- keber-an
epi- kese-an
mikro- keter-an
super- pember-an
pemer-an
penye-an
perse-an
perseke-an

Anda mungkin juga menyukai