Perhatikan contoh identifikasi kata benda dan frasa benda dalam paragraf berikut.
Wayang adalah seni pertunjukan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya asli
Indonesia. UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November
2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukan bayangan boneka tersohor dari Indonesia,
sebuah warisan mahakarya dunia yang tidak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral
and Intangible Heritage of Humanity). Wayang dapat dibedakan berdasar-kan bahannya yaitu
wayang kulit, yang biasanya terbuat dari kulit hewan ternak, bisa berupa kerbau, sapi,
atau kambing, wayang wong berarti wayang yang ditampilkan atau diperankan oleh orang,
wayang golek, dan wayang suket dan wayang motekar.
a. Nomina
Paragra Kata Frasa
f
I wayang seni pertunjukkan yang telah ditetapkan sebagai
warisan budaya asli Indonesia
sebagai pertunjukan bayangan boneka tersohor dari
Indonesia
sebuah warisan mahakarya dunia yang tidak ternilai dalam
seni bertutur
UNESCO lembaga yang mengurusi kebudayaan dari PBB
para wali songo
penyebar agama Islam di Jawa
wayang kulit
wayang wong atau wayang orang
wayang golek atau wayang boneka
penjenisan tersebut
penggunaan bahan wayang
wayang yang ditampilkan atau diperankan oleh orang
wayang yang menggunakan boneka kayu
b. Verba
Paragraf Kata Frasa
I adalah sudah membagi
menetapkan
disesuaikan
dibuat
berarti
adalah
mengembangkan
Berdasarkan analisis kata dan frasa dapat dinyatakan bahwa pada paragraf pertama
teks di atas banyak digunakan frasa nomina. Sementara itu, frasa verba pada paragraf
pertama teks di atas hanya ada satu, sedangkan yang lainnya berupa kata. Dengan
demikian, nomina yang berfungsi sebagai subjek atau objek pada paragraf pertama teks di
atas banyak menggunakan frasa, sedangkan predikat banyak menggunakan kata.
2. Afiksasi
Dalam kegiatan berbahasa, kata yang digunakan dapat berupa kata dasar atau kata
bentukan. Kata dasar adalah kata yang belum mendapat imbuhan, pemajemukan, atau
pengulangan. Kata bentukan adalah kata yang telah mendapat imbuhan (afiksasi),
pengulangan (reduplikasi), dan pemajemukan ketika digunakan.
Kata yang mendapat proses pengimbuhan dapat berubah jenis. Misalnya, kata
berjenis verba dapat berubah menjadi nomina jika mendapat imbuhan. Contoh,
kata “minum” (verba) mendapat imbuhan “– an” menjadi “minuman” (nomina).
Suatu kata dasar dapat berubah menjadi verba jika mendapat imbuhan me(N)-,
be(R)-, di-, bahkan terkadang ter- atau ke-an. Sementara itu, kata dasar yang sama
dapat berubah menjadi nomina jika diberi imbuhan pe(N)-, pe(R)-, -an, atau
terkadang ke-an.
Penjelasan mengenai afiksasi dan berbagai jenisnya disampaikan dalam lampiran 1.
Lampiran 1.
AFIKSASI
A. Pengertian Afiksasi
B. Jenis-Jenis Afiks
Dalam linguistik dikenal bermacam-macam afiks dalam proses pembentukan
kata. Robins (1992) mengatakan, afiks dapat dibagi secara formal menjadi tiga kelas utama
sesuai dengan posisi yang didudukinya dalam hubungannya dengan morfem dasar, yaitu
prefiks, infiks, dan sufiks. Sedangkan dari segi penempatannya, afiks-afiks tersebut dapat
dibedakan menjadi beberapa kelompok.
Jenis afiks tersebut adalah sebagai berikut.
1. Prefiks (awalan),
Yaitu afiks yang diletakkan di depan kata dasar.
Contoh: ber-, meN-, se-, per-, pe-, dan ter-.
2. Infiks (sisipan)
Yaitu afiks yang diletakkan di dalam bentuk dasar.
Contoh: -el-, -er-, -em-, dan -in-.
3. Sufiks (akhiran)
Yaitu afiks yang diletakakan di belakang bentuk dasar.
Contoh: -an, -kan, -i.
4. Simulfiks
Yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan pada
bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia, simulfiks dimanifestasikan dengan nasalisasi dari
fonem pertama suatu bentuk dasar, dan fungsinya ialah membentuk verba atau
memverbakan nomina, adjektiva, atau kelas kata lainnya. Contoh berikut terdapat dalam
bahasa Indonesia nonstandar: kopi menjadi ngopi, cabit menjadi nyabit, soto menjadi
nyoto, santai menjadi nyantai, satai menjadi nyatai.
5. Konfiks
Yaitu afiks yang terdiri atas dua unsur, yaitu di depan dan di belakang bentuk dasar.
Konfik berfungsi sebagai suatu morfem terbagi. Konfiks harus dibedakan dengan
kombinasi afiks (imbuhan gabung). Konfiks adalah satu morfem dengan satu makna
gramatikal, sedangkan kombinasi afiks adalah gabungan dari beberapa morfem.
Greenberg menggunakan istilah ambifiks untuk konfiks. Istilah lain untuk gejala tersebut
adalah sirkumfiks. Istilah dan konsep konfiks sudah lama dikenal dalam linguistik dan
pernah diperkenalkan oleh Knbloch (1961) dan Achmanova (1966) dalam Putrayasa
(1998). Contoh konfiks dalam bahasa Indonesia adalah ke-an, peN-an, per-an, dan ber-
an.
Contoh: keadaan yang berasal dari bentuk dasar ada dan mendapat imbuhan ke-an.
Pengiriman, persahabatan, kepandaian, dan berpandangan.
8. Interfiks,
Yaitu jenis afiks yang muncul di antara dua unsur. Dalam bahasa Indonesia , Interfiks
terdapat dalam kata-kata bentuk baru, misalnya interfiks -n- dan -o- pada gabungan
Indonesia dan logi menjadi Indonesianologi.
9. Transfiks
Yaitu jenis infiks yang menyebabkan bentuk dasar menjadi terbagi. Bentuk tersebut
terdapat pada bahasa-bahasa Afro-Asiatika, antara lain bahasa Arab. Misalnya akar ktb
dapat diberi transfiks a-a, l-a, a-l, dan lain sebagainya menjadi katab (ia menulis), kitab
(buku), katib (penulis).
Berdasarkan asalnya, afiks dalam bahasa indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua
jenis, yaitu:
1. Afiks asli
Yaitu afiks yang bersumber dari bahasa Indonesia. Misalnya, meN-, ber-, ter-, -el-, -
em-, -er-, -I, -kan, dan lainnya.
2. Afiks serapan
Yaitu afiks yang bersumber dari bahasa asing ataupun bahasa daerah. Misalnya, -
man, -wan, -isme, -isasi, dan lain-lain.