Anda di halaman 1dari 3

KU : Sulit Tidur

Tiga minggu sebelum ke Puskesmas pasien mengeluhkan sulit tidur. Sulit tidur dirasa semakin
menganggu pasien sejak 1 minggu lalu. Pasien mengaku bahwa ketika pasien sedang tertidur mendengar
suara-suara yang menganggu pasien. Karena suara-suara tersebut pasien menjadi sulit tidur dan tidak
dapat tidur dengan nyenyak. Suara-suara tersebut dapat dimengerti pasien dan pasien dapat ikut
berbicara dengan suara-suara tersebut. Suara terdengar ada suara wanita dan suara laki-laki yang saling
berbicara. Suara-suara tersebut dapat muncul kapan saja tetapi sangat menganggu pasien ketika pasien
akan tidur. Suara-suara tersebut dapat menyuruh pasien untuk melakukan hal tertentu, terkadang pasien
menuruti perkataan suara tersebut jika sangat menganggu, namun pasien berusaha tidak menikuti
suruhan tersebut. Suruhan-suruhan suara tersebut seperti meminta pasien untuk mengambil uang
ayahnya, berjalan-jalan keluar rumah, atau mengatakan hal-hal yang tidak diketahui pasien. Pasien
merasa cukup terganggu dengan suara-suara tersebut. Sejak 1 tahun yang lalu pasien sering mendengar
suara-suara tersebut, namun akhir-akhir ini menganggu pasien karena suara-suara tersebut muncul ketika
pasien hendak tidur. Pasien merasa pikirannya dapat dibaca oleh suara-suara tersebut, sehingga suara-
suara tersebut dapat memasukkan pikirannya kedalam pikiran pasien.

DD

Pasien tidak pernah melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat orang lain, tidak ada masalah pada indra
pengecap. Pasien tidak mengalami mimpi buruk yang dapat diingat atau tidak dapat diingat pasien, mimpi
yang berulang, membangunkan pasien ditengah-tengah pasien tidur, lalu pasien berkeringat, berdebar,
tubuh hingga gemetar. Pasien tidak ada pikiran untuk bunuh diri, kehilangan minat, merasa sedih, atau
mudah lelah. Pasien tidak mengeluhkan rasa cemas seperti diujung tanduk, khawatir akan nasib buruk,
gelisah, gemetar, jantung berdebar-debar, sesak nafas, mulut dan kering. Pasien tidak pernah
menggunakan obat-obatan terlarang dan alkohol. Pasien tidak memiliki keluhan fisik yang tidak diketahui
penyebabnya, sulit memusatkan perhatian atau berhenti mengerjakan tugas sebelum selesai secara
berulang untuk berpindah ke aktivitas lain, tidak bisa duduk diam, banyak bicara, tampak geslisah.

Keluarga

Ayah pasien dan ibu pasien mengatakan bahwa ibu pasien merupakan pribadi yang keras kepala,mendidik
anak secara otoriter, dan kasar secara verbal. Ibu pasien bekerja sebagai karyawan swasta dan jarang
dirumah sehingga tidak terlalu memperhatikan anak-anaknya. Sedangkan ayah pasien adalah pribadi yang
menuruti semua kemauan anaknya dan merasa pasien tidak mampu melakukan sesuatu yang sulit
menurut ayahnya. Kakak pasien pribadi yang keras dan sering memarahi pasien jika pasien seperti anak
kecil. Kakak pasien sering menyalahkan adiknya karena kondisi pasien. Kedua orang tua pasien bercerai
pada tahun 2003 saat pasien berusia 7 tahun, perceraian dikarenakan orang tua pasien sering berbeda
pendapat dan ayah pasien mengaku sering bertengkar dengan mantan istri di dpan anak-anaknya. Pasien
mengatakan bahwa pasien sedih dan kecewa karena orang tuanya berpisah.

RPD

Pada bulan Mei tahun 2018 pasien pernah mengamuk dan mau membunuh ibu pasien. Pasien
mengatakan bahwa suara-suara tersebut yang menyuruhnya membunuh ibu pasien. Pasien, sering
melihat ibu pasien sering membawa laki-laki lain kedalam rumah. Suara-suara tersebut mengatakan
bahwa kedua lelaki tersebut mau mencelakai pasien dan benci kepada pasien. Pasien pernah mau
membunuh ibu pasien dengan garpu dan mau mencekik ibu pasien, namun di tahan oleh kakak pasien.
Sejak saat itu pasien dibawa ke rumah sakit RSAU Salamun oleh ayahnya dan diberikan 1 macam obat oleh
dokter jiwa. Sejak kejadian tersebut pasien dirawat dan tinggal bersama ayah pasien. Pasien didiagnosis
skizofrenia paranoid 1 tahun yang lalu dan rutin berobat di RSAU Salamun Bandung. Pasien rutin control
dan berobat di RSAU Salamun. Pasien diberikan obat yaitu obat risperidon 2mg 2x1. Namun dari rumah
pasien ke RSAU Salamun cukup jauh sehingga pasien meminta rujukan ke RS Muhammadyah yang lebih
dekat ke rumah pasien.

Penyebab Gangguan Jiwa Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktorfaktor unsur yang
terus menerus saling mempengaruhi (Yosep, 2010) yaitu: 1) Faktor – faktor somatik (somatogenik) atau
organobiologis : neroanatomi, nerofisiologi, nerokimia, tingkat kematangan dan perkembangan organik,
faktor –faktor pre dan peri – natal. 2) Faktor – faktor psikologik (psikogenik) atau psikoedukatif : Interaksi
ibu – anak yang abnormal berdasarkan kekurangan, distorsi, dan keadaan yang terputus (perasaan tak
percaya dan kebimbangan), peranan ayah, persaingan antara saudara kandung, intelegensi, hubungan
dalam keluarga, pekerjaan, permainan, dan masyarakat, kehilangan yang mengakibatkan kecemasan,
depresi, rasa malu atau rasa salah, konsep diri (pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak
menentu), keterampilan, bakat, dan kreativitas, pola adaptasi dan pembelaan reaksi terhadap bahaya,
tingkat perkembangan emosi. 3) Faktor – faktor sosio – budaya (sosiogenik) atau sosiokultural : Kestabilan
keluarga, pola mengasuh anak, tingkat ekonomi, perumahan (perkotaan lawan pedesaan), masalah
kelompok minoritas yang meliputi prasangka fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan yang
tidak memadai, pengaruh rasial dan keagamaan, nilai – nilai. b) Klasifikasi Gangguan Jiwa Klasifikasi
gangguan jiwa menurut PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia,
edisi ke III, 2001) adalah sebagai berikut : 1) Gangguan mental organik dan simtomatik. Ciri khas : etiologi
organik/fisik jelas, primer/sekunder. 2) Skizofrenia, gangguan Skizotipal, dan gangguan Waham. Ciri khas
: gejala psikotik, etiologi organik tidak jelas. 3) Gangguan suasana perasaan (Mood/Afesktif) Ciri khas :
gejala gangguan afek (psikotik dan non-psikotik). 4) Gangguan Neurotik, gangguan Somatoform, dan
gangguan stres. Hubungan Antara Faktor Somatik, Psikososial, Dan Sosio-Kultur Dengan Kejadian
Skizofrenia Di Instalasi Rawat Jalan RSJD Surakarta. (Tunjung Laksono Utomo) 6 Ciri khas : gejala
nonpsikotik, etiologi non organik. 5) Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan
faktor fisik. Ciri khas : gejala disfungsi fisiologis, etiologi nonorganik. 6) Gangguan Kepribadian dan perilaku
masa dewasa Ciri khas : gejala perilaku, etiologi non-organik. 7) Retardasi mental Ciri khas : gejala
perkembangan IQ, onset masa kanak. 8) Gangguan perkembangan psikologis Ciri khas : gejala
perkembangan khusus, onset masa kanak. 9) Gangguan perilaku dan emosional dengan onset masa kanak
dan remaja. Ciri khas : gejala perilaku/emosional, onset masa kanak. 2 Skizofrenia Skizofrenia adalah suatu
penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan
dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah (Stuart, 2002).
Gangguan skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi
individu, termasuk berfikir dan berkomunikasi,menerima,dan menginterpretasikan realitas, merasakan
dan menunjukkan emosi dan berperilaku dengan sikap yang dapat di terima secara sosial. Skizofrenia
adalah gangguan jiwa yang penderitanya tidak mampu menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA)
dengan baik dan pemahaman diri (self insight) buruk ( Hawari,2012 h.37). Beberapa gejala skizofrenia
adalah di penampilan dan perilaku umum, Gangguan Pembicaraan, Gangguan Perilaku, Gangguan Afek,
Gangguan Persepsi, Gangguan Pikiran (Maramis, 2009). Jenis-jenis Skizofrenia 1) Skizofrenia Paranoid 2)
Skizofrenia Hebefrenik 3) Skizofrenia Katatonik 4) Skizofrenia Simplex 5) Skizofrenia Residual Pengobatan
harus secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang lama menimbulkan kemungkinan lebih besar
penderita menuju kemunduran mental. Ada beberapa pengobatan yaitu farmakoterapi, terapi elektro-
konvulsi (TEK), psikoterapi dan rehabilitasi serta lobotomi prefrontal (terapi kerja dan terapi senam)
(Maramis, 2009). Faktor-faktor Yang Menyebabkan Skizofrenia 1) Faktor Somatik Faktor Somatik adalah
suatu gangguan pada neurotransmitter dan pengaruh genetik serta bisa disebabkan karena perbedaan
struktur anatomi dari setiap individu dalam menerima reseptor ke hipotalamus sebagai respon dan
reaksinya berbedabeda sehingga menyebabkan Hubungan Antara Faktor Somatik, Psikososial, Dan Sosio-
Kultur Dengan Kejadian Skizofrenia Di Instalasi Rawat Jalan RSJD Surakarta. (Tunjung Laksono Utomo) 7
gangguan jiwa. 2) Faktor Psikososial Faktor psikososial adalah masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang
mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat terjadinya perubahan sosial dan atau gejolak sosial
dalam masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa. Beberapa pendapat mengatakan bahwa
penyebab sosial dari skizofenia di setiap kultur berbeda tergantung dari bagaimana penyakit mental
diterima di dalam kultur, sifat peranan pasien, tersedianya sistem pendukung sosial dan keluarga, dan
kompleksitas komunikasi sosial (Davidson, 2010) 3) Faktor Sosiokultural Kebudayaan secara teknis adalah
ide atau tingkah laku yang dapat dilihat maupun yang tidak terlihat. Disamping mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seseorang misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang
berlaku dalam kebudayaan tersebut. Kerangka Konsep V. Bebas V. Terikat Gambar 1. Kerangka Konsep
Hipotesis 1. Hipotesis nol (Ho) a. Tidak Ada hubungan antara faktor somatik dengan kejadian Skizofrenia.
b. Tidak Ada hubungan antara faktor psikososial dengan kejadian Skizofrenia. c. Tidak Ada hubungan
antara faktor sosiokultur dengan kejadian Skizofrenia. 2. Hipotesis Alternatif (Ha) 1. Ada hubungan antara
faktor somatik dengan kejadian Skizofrenia. 2. Ada hubungan antara faktor psikososial dengan kejadian
Skizofrenia. 3. Ada hubungan antara faktor sosiokultur dengan kejadian Skizofrenia.

Anda mungkin juga menyukai