PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tujuan nasional Bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan
UUD 1945 adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakan program
pembangunan nasional secara menyuluruh dan berkesinambungan. Pembangunan
kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut
merupakan upaya seluruh potensi rakyat Indonesia, baik masyarakat, maupun
pemerintah.
Sebelum Deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang Perawatan Kesehatan Utama
(PHC), Indonesia telah mengembangkan berbagai bentuk Puskesmas di beberapa daerah.
Berdasarkan penelitian pada tahun 1976 diketahui bahwa 200 masyarakat kegiatan
kesehatan berbasis (CBHA) telah diterapkan dandilaksanakan dalam masyarakat Seiring
waktu, Puskesmas telah berkembang pesat dalam berbagai bentuk CBHA dan salah satu
dari itu dicatat sebagai Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud Sistem Kesehatan Nasional ?
2. Apa Maksud Dan Kegunaan SKN ?
3. Apa pengertian Analisi Situasi Dan Kecenderungan ?
4. Apa saja Perkembangan Pokok-Pokok Sistansi SKN ?
5. Apa pengertian Analisis SKN ?
6. Pokok-Pokok Sistem Kesehatan Nasional ?
7. Prinsip Dasar SKN ?
8. Tujuan SKN ?
9. Kedudukan SKN ?
10. Subsistem Upaya Kesehatan ?
11. Penyelenggaraan SKN ?
1
12. Konsep Prinary Healty Care ?
13. Definisi PHC ?
14. Unsur Utama PHC ?
15. Prinsip PHC ?
16. Program-Program PHC ?
17. Tujuan PHC ?
18. Ruang Lingkup PHC ?
19. Ciri Ciri PHC ?
20. Fungsi PHC ?
21. Perkembangan PHC Di Dindonesia ?
C. TUJUAN
Mahasiswa / pembaca dapet mengetahui :
1. Apa yang dimaksud Sistem Kesehatan Nasional
2. Apa Maksud Dan Kegunaan SKN
3. Apa pengertian Analisi Situasi Dan Kecenderungan
4. Apa saja Perkembangan Pokok-Pokok Sistansi SKN
5. Apa pengertian Analisis SKN
6. Pokok-Pokok Sistem Kesehatan Nasional
7. Prinsip Dasar SKN
8. Tujuan SKN
9. Kedudukan SKN
10. Subsistem Upaya Kesehatan
11. Penyelenggaraan SKN
12. Konsep Primary Healty Care
13. Definisi PHC
14. Unsur Utama PHC
15. Prinsip PHC
16. Program-Program PHC
17. Tujuan PHC
18. Ruang Lingkup PHC
19. Ciri Ciri PHC
20. Fungsi PHC
21. Perkembangan PHC Di Dindonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. MAKSUD DAN KEGUNAAN
Penyusunan Sistem Kesehatan dimaksudkan untuk menyesuaikan berbagai
perubahan dan tantangan eksternal dan internal, agar dapat dipergunakan sebagai
landasan, arah dan pedoman penyelenggaraan pembangunan kesehatan baik oleh
masyarakat, swasta maupun oleh pemerintah (pusat, provinsi, kabupaten/kota) serta
pihak-pihak terkait lainnya.
Sistem Kesehatan merupakan acuan dalam menerapkan pendekatan pelayanan
kesehatan primer (Primary Health Care) yang secara global telah diakui sebagai
pendekatan yang tepat dalam mencapai kesehatan bagi semua, yang untuk Indonesia
diformulasikan sebagai visi Indonesia Sehat.
4
c. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan
terjangkau
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat
beserta lingkungannya.
3. Strategi Pembangunan Kesehatan adalah:
a. Pembangunan nasional berwawasan kesehatan;
b. Profesionalisme;
c. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat;
d. Desentralisasi
E. ANALISIS SKN
Seperti dalam penyusunan rencana pada umumnya, perlu dilakukan analisis, untuk
mengetahui sejauh mana berjalannya dan keberhasilan dari sistem kesehatan yang telah
kita miliki. Dari laporan WHO tahun 2000, dengan cara pengukuran keberhasilan sistem
5
kesehatan di suatu negara (meskipun sampai saat metode ini masih terus dibahas dan
disempurnakan), yang digunakan 2 (dua) indikator, yaitu “indikator pencapaian” dan
“indikator kinerja”. Dari hasil penilaian tersebut, dalam indikator pencapaian Sistem
Kesehatan Indonesia berada pada peringkat 106 dari 191 negara yang dinilai. Sedangkan
dari sisi indikator kinerja, berada pada peringkat 92 dari 191 negara yang dinilai. Sudah
barang tentu pencapaian dan kinerja sistem kesehatan tersebut, dipengaruhi oleh sejauh
mana berjalannya subsistem – subsistemnya, yaitu:
1. Upaya Kesehatan
Meskipun telah banyak hasil-hasil pembangunan kesehatan yang telah dicapai;
antara lain Puskesmas sudah terdapat di semua kecamatan yang ditunjang oleh 3-4
Puskesmas Pembantu, Tenaga bidan di desa juga sudah ada di desa yang tidak
memiliki fasilitas kesehatan, Rumah Sakit Umum sudah dimiliki oleh semua
kabupaten/kota (kecuali kab. baru/pemekaran); namun masih dihadapi permasalahan
pemerataan, mutu, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Sistem
refferal juga belum menggembirakan. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
seperti Posyandu berjumlah lebih dari 200.000 buah, disamping berkembangnya
Polindes, Pos Obat Desa, dan sebagainya. Namun akhir-akhir ini dilaporkan
pendayagunaannya menurun, yang antara lain ditunjukkan dengan meningkatnya
angka drop-out kader dan menurunnya persentase kader Posyandu yang aktif.
2. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan di Indonesia masih rendah, baru 2,2% dari PDB; masih
jauh dari standard atau anjuran WHO sebesar 5% PDB. Pembiayaan kesehatan dari
masyarakat cukup besar (70%), namun pengelolaan pendayagunaannya tidak efisien
(antara lain out of pocket), dan pembelanjaan belum mengedepankan keluarga
miskin.
3. Sumber Daya Manusia Kesehatan
Masalah SDM kesehatan sangat kompleks, antara lain dapat dikemukakan:
Jumlah, jenis, dan mutu tenaga kesehatan belum memenuhi kebutuhan untuk
pelayanan kesehatan. Ratio tenaga terhadap penduduk masih rendah, dibandingkan
dengan negara-negara tetangga (Singapore, Malaysia, Thailand). Yang menarik ratio
tenaga kesehatan terhadap penduduk di KTI lebih baik dari KBI (att: luas wilayah,
jumlah penduduk lebih kecil, letak geografi, dan sebagainya). Namun bila dilihat
ratio tenaga kesehatan terhadap fasilitas kesehatan keadaan di KTI jauh lebih jelek
dibandingkan dengan KBI. Dapat dikemukakan pula tentang tidak sinkronnya antara
6
perencanaan kebutuhan, pengadaan (pendidikan & latihan), dan pendayagunaan
tenaga kesehatan.
4. Obat dan Perbekalan Kesehatan
Industri farmasi, PBF dan jaringan distribusi obat telah berkembang, CPOB
telah diterapkan dan kebijakan obat generik telah dilaksanakan. Banyak kemajuan
yang telah dicapai, namun ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat masih
merupakan masalah besar. Harga obat yang mahal disebabkan karena sebagian besar
(95%) bahan baku masih diimport; sementara itu bea masuk juga tinggi.
5. Pemberdayaan Masyarakat
Berbagai bentuk pemberdayaan masyarakat telah dikenal seperti UKBM
(Posyandu, Pos Obat Desa, Polindes, Pos UKK), SDBM (Dana sehat, Dana Sosial
Kemasyarakatan), Yayasan peduli dan penyandang dana kesehatan (kanker, jantung,
thalasemia, ginjal), Percepatan pencapaian IS-2010 dan kesertaan serta kemitraan
berbagai LSM/NGO dalam berbagai program kesehatan (Koalisi IS, Gebrak malaria,
Gerdunas TB, Gerakan Sayang Ibu, Gerakan Pita Putih, Gerakan Pita Merah) tetapi
masih terbatas pada mobilisasi masyarakat. Peranan to serve (memberikan
pelayanan), to advocate (advokasi) dan to watch (melakukan pengawasan) belum
dikembangkan secara optimal, sementara public-private mix masih dalam perintisan.
6. Manajemen Kesehatan
Masalah pokok dalam manajemen kesehatan dapat dikemukakan sebagai
berikut:
a. Dalam era desentralisasi, pasokan data SIM kesehatan di berbagai jenjang
administrasi menjadi berkurang, sehingga kurang dapat menunjang Administrasi
kesehatan (perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian).
b. Iptek kesehatan kurang dapat mengimbangi pesatnya kemajuan ilmu, teknologi,
dan globalisasi. Hasil-hasil penelitian kesehatan kurang dapat dimanfaatkan
oleh Administrasi kesehatan.
c. Perkembangan lingkungan strategis pembangunan kesehatan, baik internal
maupun eksternal, menuntut revisi dan penyesuaian dari berbagai peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan yang ada.
7
F. POKOK-POKOK SISTEM KESEHATAN NASIONAL
1. Pengertian
Secara ringkas pengertian “SISTEM”; terdiri dari beberapa komponen/unsur
yang saling berinteraksi dan saling ketergantungan, dan mempunyai suatu tujuan
yang sama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) salah satu dari arti kata
sistem adalah “TATANAN”.
Oleh karenanya pengertian SKN adalah suatu tatanan yang menghimpun
berbagai upaya bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai
perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945.
2. Landasan
SKN merupakan wujud dan metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Sedangkan pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional. Oleh karenanya landasan SKN adalah sama dengan landasan pembangunan
nasional yaitu :
a. Landasan idiil yaitu Pancasila
b. Landasan konstitusional yaitu Undang-undang Dasar 1945
1) Pasal 28 a
2) Pasal 28 b ayat (2)
3) Pasal 28 c ayat (1)
4) Pasal 28 h ayat (1) dan (3)
5) Pasal 34 ayat (2) dan (3)
8
Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah hak
azasi manusia, tanpa membedakan antara golongan, suku, agama, dan status sosial
ekonomi.
3. Adil dan merata;
Pelayanan kesehatan harus merata, bermutu, dan terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat secara ekonomi dan geografi.
4. Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat;
Kesehatan merupakan tanggung jawab bersama, baik pemerintah maupun
masyarakat dan perorangan (individu).
5. Kemitraan;
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan menggalang kemitran yang
dinamis dan harmonis antara pemerintah dan masyarakat termasuk swasta.
6. Pengutamaan dan manfaat;
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan lebih mengutamakan kepentingan
umum daripada kepentingan golongan dan perorangan. Pemanfaatan iptek dalam
pembangunan kesehatan.
7. Tata kepemerintahan yang baik;
Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara demokratis, berkepastian hukum,
terbuka, rasional/profesional, bertanggung jawab dan bertanggung gugat.
H. TUJUAN SKN
SKN merupakan pedoman dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. SKN
bukan pedoman penyelenggaraan kesehatan bagi Departemen Kesehatan saja, tapi bagi
semua potensi bangsa baik pemerintah (pusat, provinsi, kab/kota), masyarakat, maupun
swasta. Dengan demikian tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan
oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis,
berhasil-guna dan berdaya-guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
I. KEDUDUKAN SKN
SKN merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan negara dan bersama
subsistem lainnya, (misal: pendidikan) diarahkan untuk mencapai tujuan Bangsa
Indonesia.
9
Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tidak hanya
tanggung jawab sektor kesehatan, tetapi tanggung jawab berbagai sektor terkait lainnya.
Sebagai subsistem-subsistem dari Sistem Penyelenggaran Negara, maka SKN
berinteraksi dengan berbagai sistem nasional lainnya (seperti: pendidikan, perekonomian,
ketahanan pangan, hankamnas, dan lain-lain). Di daerah perlu dikembangkan Sistem
Kesehatan Daerah (SKD). SKD merupakan subsistem dari SKN dalam wilayah NKRI.
10
e. Penyelenggaraan upaya kesehatan, termasuk pengobatan tradisional dan
alternatif, harus tidak bertentangan dg kaidah ilmiah.
f. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus sesuai dengan nilai dan norma sosial
budaya serta moral dan etika profesi
5. Bentuk Pokok
a. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) :
1) Penyelenggara UKM strata I adalah Puskesmas dgn tiga fungsi dan enam
jenis pelayanan tingkat dasar yang ditunjang oleh berbagai bentuk UKBM
2) Penanggung jawab UKM strata II adalah Dinkes kab/kota dgn fungsi
manajerial dan teknis fungsional kesehatan yg dilengkapi dengan pelbagai
UPT dan sarana kesehatan masyarakat lainnya
3) Penanggung jawab UKM strata III adalah Dinkes Provinsi dan Depkes
4) Untuk persaingan global perlu didirikan berbagai pusat unggulan nasional
(National Institute).
11
penyediaan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan dalam melayani rujukan dari
Puskesmas.
b. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP):
1) Penyelenggara UKP strata I adalah Puskesmas dgn peran serta masyarakat
dan dunia usaha (sarana kesehatan Swasta) serta berbagai pelayanan
penunjang
2) Penyelenggara UKP strata II adalah RS kelas C dan B non pendidikan dgn
peran serta masyarakat dan dunia usaha (sarana kes/RS Swasta) serta
berbagai pelayanan penunjang
3) Penyelenggara UKP strata III adalah RS kelas B pendidikan dan A serta RS
khusus dgn peran serta masyarakat dan dunia usaha (sarana kes/RS Swasta)
serta berbagai pelayanan penunjang
4) Untuk persaingan global perlu didirikan berbagai pusat pelayanan unggulan
nasional (National Center)
5) Untuk meningkatkan mutu, dilakukan lisensi, sertifikasi dan akreditasi.
Maksud dari bentuk UKP tersebut adalah bahwa UKP juga diselenggarakan
dalam 3 (tiga) strata. UKP strata I adalah UKP tingkat dasar, yaitu yang
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yang
ditujukan kepada perorangan. UKP strata II adalah UKP tingkat lanjutan, yaitu
yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik
yang ditujukan kepada perorangan. UKP strata III adalah UKP tingkat
unggulan, yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan subspesialistik yang ditujukan kepada perorangan.
Untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan nasional telah
berkembang, pemerintah tidak lagi menyelenggarakan UKP strata pertama
melalui Puskesmas. Penyelenggaraan UKP strata pertama akan diserahkan
kepada masyarakat dan swasta dengan menerapkan konsep dokter keluarga,
kecuali di daerah yang sangat terpencil masih dipadukan dengan pelayanan
Puskesmas.
12
K. PENYELENGGARAAN SKN
1. Pelaku SKN
Pembangunan kesehatan bukan saja tanggung jawab departemen atau sektor
kesehatan saja, namun merupakan tanggung jawab semua potensi bangsa. Oleh
karenanya pelaku SKN adalah masyarakat termasuk swasta dan penyelenggara
negara yang terdiri dari pemerintah, badan legislatif, dan badan yudikatif.
Peran masyarakat & swasta; advokasi, pengawasan sosial, dan pelaksanaan
pembangunan kesehatan sesuai keahlian dan kemampuannya. Peran pemerintah;
penanggung jawab, penggerak, pembina, dan pelaksana pembangunan kesehatan.
Dapat ditambahkan pembagian peran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Peran Badan legislatif; budget dan pengawasan. Peran Badan yudikatif;
penegakkan pelaksana hukum dan perundang-undangan kesehatan.
2. Proses Penyelenggaraan SKN
Pendekatan kesisteman dapat diartikan sebagai cara berpikir dan bertindak yang
logis, sistematis, komprehensif, dan holistik. Sebagai suatu sistem, maka SKN harus
diselenggarakan dengan adanya interaksi yang harmonis dan dinamis antara
subsistem-subsistemnya. KISS harus diterapkan antar pelaku SKN, antar subsistem-
subsistem SKN dan antara SKN dengan sistem-sistem nasional lainnya.
3. Pentahapan Penyelnggaraan SKN
Pada dasarnya pentahapan penyelenggaraan SKN adalah sebagaimana siklus
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan pada umumnya dan
pembangunan kesehatan khususnya, yaitu: perencanaan dan penetapannya,
pelaksanaan dan pengendaliannya.
SKN telah ditetapkan dengan SK Menteri Kesehatan, yang oleh sementara
pihak SK Menteri dinilai kurang kuat. Dapat saja nanti dasar hukum ini ditingkatkan
menjadi yang lebih tinggi, misalnya PP atau bahkan Undang-undang. Yang penting
adalah materi SKN dapat dimuat dalam revisi atau perubahan Undang-undang.
13
profesi dan ikut serta mencapai tujuan umum kesehatan yang lebih baik.
Akses ke pelayanan kesehatan merupakan hak asasi manusia dan negara
bertanggung jawab untuk memenuhinya. Di beberapa negara di dunia, termasuk
Indonesia, pelayanan kesehatannya tumbuh menjadi industri yang tak terkendali dan
menjadi tidak manusiawi. Mengalami hal yang oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO)
sebagai “the commercialization of healthcare in unregulated health systems”.Kondisi ini
ditandai dengan maraknya komersialisasi pelayanan dan pendidikan, yang dipicu oleh
pembiayaan kesehatan yang belum baik.
Setelah deklarasi Alma Ata (1978), program kesehatan menjadi gerakan politik
universal. Deklarasi ini telah menjadi tonggak sejarah peradaban manusia. Kesehatan
diakui sebagai hak asasi manusia tanpa memandang status sosial ekonomi, ras, dan
kewarganegaraan, agama,dan gender.
Sebagai hak asasi manusia, kesehatan menjadi sektor yang harus diperjuangkan,serta
mengingatkan bahwa kesehatan berperan sebagai alat pembangunan sosial,dan bukan
sekadar hasil dari kemajuan pembangunan ekonomi semata. Kesadaran ini melahirkan
konsep primary health care (PHC) yang intinya: Pertama, menggalang potensi
pemerintah- swasta-masyarakat lintas sektor, mengingat kesehatan adalah tanggung
jawab bersama. Kedua, menyeimbangkan layanan kuratif dan preventif serta menolak
dominasi elite dokter yang cenderung mengutamakan pelayanan rumah sakit, peralatan
canggih, dan mahal. Ketiga, memanfaatkan teknologi secara tepat guna pada setiap
tingkat pelayanan. Berbagai negara di belahan dunia, seperti di Uni Eropa, Amerika
Latin, serta di beberapa negara Asia, berhasil menata kembali sistem kesehatannya
dengan kembali menerapkan primary health care (PHC) sebagai ujung tombak
pembangunan kesehatan.
M. DEFINISI PHC
Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan
kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum
baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka
sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk
memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri
(self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self determination).
Pelayanan Kesehatan Primer / PHC merupakan strategi yang dapat dipakai untuk
menjamin tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk. PHC
14
menekankan pada perkembangan yang bisa diterima, terjangkau, pelayanan kesehatan
yang diberikan adalah essensial bisa diraih, dan mengutamakan pada peningkatan serta
kelestarian yang disertai percaya pada diri sendiri disertai partisipasi masyakarat dalam
menentukan sesuatu tentang kesehatan.
O. PRINSIP PHC
Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Ata ditetapkan prinsip-prinsip PHC
sebagai pendekatan atau strategi global guna mencapai kesehatan bagi semua. Lima
prinsip PHC sebagai berikut :
1. Pemerataan upaya kesehatan
Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini yaitu perawatan primer dan
layanan lainnya untuk memenuhi masalah kesehatan utama dalam masyarakat harus
diberikan sama bagi semua individu tanpa memandang jenis kelamin, usia, kasta,
warna, lokasi perkotaan atau pedesaan dan kelas sosial.
2. Penekanan pada upaya preventif
Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segalausaha, pekerjaan
dan kegiatan memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dengan peran serta
individu agar berprilaku sehat serta mencegah berjangkitnya penyakit.
3. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan
Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau, layak dan
diterima budaya masyarakat (misalnya penggunaan kulkas untuk vaksin cold
storage).
4. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian
Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk membuat penggunaan maksimal
dari lokal, nasional dan sumber daya yang tersedia lainnya. Partisipasi masyarakat
adalah proses di mana individu dan keluarga bertanggung jawab atas kesehatan
mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka dan mengembangkan kapasitas
untuk berkontribusi dalam pembangunan masyarakat. Partisipasi bisa dalam bidang
15
identifikasi kebutuhan atau selama pelaksanaan. Masyarakat perlu berpartisipasi di
desa, lingkungan, kabupaten atau tingkat pemerintah daerah. Partisipasi lebih mudah
di tingkat lingkungan atau desa karena masalah heterogenitas yang minim.
5. Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan
Pengakuan bahwa kesehatan tidak dapat diperbaiki oleh intervensi hanya dalam
sektor kesehatan formal; sektor lain yang sama pentingnya dalam mempromosikan
kesehatan dan kemandirian masyarakat. Sektor-sektor ini mencakup, sekurang-
kurangnya: pertanian (misalnya keamanan makanan), pendidikan, komunikasi
(misalnya menyangkut masalah kesehatan yang berlaku dan metode pencegahan dan
pengontrolan mereka); perumahan; pekerjaan umum (misalnya menjamin pasokan
yang cukup dari air bersih dan sanitasi dasar) ; pembangunan perdesaan; industri;
organisasi masyarakat (termasuk Panchayats atau pemerintah daerah ,organisasi-
organisasi sukarela , dll).
P. PROGRAM-PROGRAM PHC
Program – program PHC antara lain :
1. Asuransi kesehatan
2. Pos obat desa (POD)
3. Tanaman obat keluarga (TOGA)
4. Pos kesehatan
5. Kemitraan dengan sector diluar kesehatan
6. Peningkatan pemberdayaan masyarakat
7. Upaya promotif dan preventif
8. Pelayanan kesehatan dasar
9. Tenaga kesehatan sukarela
10. Kader kesehatan
11. Kegiatan peningkatan pendapatan (perkreditan, perikanan, industri rumah tangga).
16
5. Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
6. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemic setempat
7. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa
8. Penyediaan obat-obat essensial
Q. TUJUAN PHC
1. Tujuan Umum
Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang
diselenggarakan sehingga akan dicapai tingkat kepuasaan pada masyarakat yang
menerima pelayanan.
2. Tujuan Khusus
a. Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani
b. Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dialami
c. Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani
d. Pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan sumber-sumber
daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
S. CIRI-CIRI PHC
1. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat
2. Pelayanan yang menyeluruh
3. Pelayanan yang terorganisasi
4. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat
5. Pelayanan yang berkesinambungan
17
6. Pelayanan yang progresif
7. Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
8. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja
T. FUNGSI PHC
PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Pemeliharaan kesehatan
2. Pencegahan penyakit
3. Diagnosis dan pengobatan
4. Pelayanan tindak lanjut
5. Pemberian sertifikat
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengertian Sistem Kesehatan menurut WHO, 2000 ialah semua kegiatan yang
secara bersama-sama diarahkan untuk mencapai tujuan utama berupa peningkatan &
pemeliharaan kesehatan. Adapun tujuan yang dimaksud adalah untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, merespon harapan-harapan/ kebutuhan-kebutuhan
masyarakat sesuai harga diri & hak azasi manusia (kepedulian) serta memberikan
perlindungan finansial bagi masyarakat terhadap kemungkinan biaya kesehatan (keadilan
dalam pembiayaan). Tujuan SKN merupakan pedoman dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan. SKN bukan pedoman penyelenggaraan kesehatan bagi
Departemen Kesehatan saja, tapi bagi semua potensi bangsa baik pemerintah (pusat,
provinsi, kab/kota), masyarakat, maupun swasta. Dengan demikian tujuan SKN adalah
terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat,
swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil-guna dan berdaya-guna, sehingga
tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pelayanan kesehatan primer atau PHC merupakan pelayanan kesehatan essensial
yang dibuat dan bisa terjangkau secara universal oleh individu dan keluarga di dalam
masyarakat. Tujuan Primary Health Care yaitu Mencoba menemukan kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan sehingga akan dicapai tingkat
kepuasaan pada masyarakat yang menerima pelayanan.
B. SARAN
Setelah mempelajari Sistem Kesehatan Nasional dan Primary Health Care (PHC)
mahasiswa/pembaca dan penulis dapat memahami dan mengaplikasikan beberapa teori
yang telah disampaikan dalam tulisan ini.
19