Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH METODOLOGI KEPERAWATAN

“KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS”

OLEH :
KELAS B11A
KELOMPOK 4

1. NI PUTU EKA PRADNYA KARTINI 183222940


2. NI PUTU ITA MARTARIANI 183222941
3. NI PUTU NICK TRI DANYATI 183222942
4. NI PUTU RISKI DAMAYANTI 183222943
5. NI PUTU RITA LAKSMI 183222944
6. NI PUTU SRI APRIANTINI 183222945

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2019
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Adapun makalah ini merupakan salah satu tugas dari
metodologi keperawatan.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua pihak
yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku-buku dan beberapa
sumber lainnya sehingga tugas ini bisa terwujud. Oleh karena itu, melalui media ini kami
sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami miliki.
Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat
memotivasi saya agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Om Santih, Santih, Santih Om

Denpasar, 18 Mei 2019


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….. i
DAFTAR ISI…………………………………………………..………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………….….. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………. 1
C. Tujuan ……………………………………………………………….. 1
D. Manfaat ……………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Telaah Pustaka ………………………………………………….. 3
B. Kerangka Teoritis…………………….…………………………… 6
C. Teori………….. ………………………………………………… 7
D. Variabel …………………………………………………………… 8
E. Hipotesis…………………………………………………………… 10
F. Karakteristik Hipotesis Yang Baik………………………………… 13
G. Klasifikasi Hipotesis………………………………………………
BAB III PENUTUP
A. Simpulan……………………………………………………………….. 15
B. Saran…………………………………………………………………… 15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses Penelitian merupakan proses yang panjang, berawal pada minat untuk
mengetahui fenomena atau kejadian tertentu kemudian berkembang menjadi sebuah
gagasan, teori, konseptualisasi, pemilihan metode penelitian yang sesuai, dan seterusnya.
Hal penting bagi seorang peneliti adalah adanya minat untuk mengetahui masalah sosial
atau fenomena sosial tertentu. Minat tersebut adapat timbul dan berkembang karena
rangasangan, bacaaan, diskusi, seminar, pengamatan, atau campuran semuanya itu.
Dalam penyusunan karya ilmiah diperlukan adanya sebuah proses penelitian yang
dimana mengaharuskan seorang Penulis membuat Hipotesis Penelitian yang dimana
menurut Sugiyono (2014: 99), Merupakan sebuah jawaban sementara terhadap sebuah
rumusan masalah penelitian, dimana sebuah rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk sebuah pertanyaan.Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan
baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
di peroleh melalui pengumpulan data.
Sebelum menyusun sebuah hipotesis, Penulis harus mengidentifikasi sebuah variabel
yang penting dalam sebuah situasi dan menetapkan hubungan antarvariabel melalui
pemikiran logis dalam kerangka teoretis. Disini kita berada dalam posisi untuk menguji
apakah hubungan yang diteorikan benar-benar terbukti kebenarannya. Dengan menguji
hubungan tersebut secara ilmiah melalui analisis statistik secara tepat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu telaah pustaka?
2. Apa itu kerangka teoritis ?
3. Apa itu teori ?
4. Apa itu variable ?
5. Apa itu hipotesis ?
6. Bagaimana karakteristik hipotesis ?
7. Bagaimana klasifikasi hipotesis ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui telaah pustaka?
2. Untuk mengetahui kerangka teoritis ?

1
3. Untuk mengetahui teori ?
4. Untuk mengetahui variable ?
5. Untuk mengetahui hipotesis ?
6. Untuk mengetahui hipotesis ?
7. Untuk mengetahui klasifikasi hipotesis ?
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis dari penyusunan makalah ini agar mahasiswa memperoleh
pengetahuan tambahan dan dapat mengembangkan wawasan mengenai
Metodologi Keperawatan
2. Manfaat praktis dari penyusunan makalah ini agar para pembaca mengetahui
bagaimana cara untuk menyusun sebuah makalah mengenai Metodologi
Keperawatan dan dapat menerapkannya dalam melakukan tindakan keperawata

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Telaah pustaka
Telaah pustaka bukanlah proses meringkas setiap artikel yang telah ditinjau oleh
seorang penulis karya ilmiah. Telaah pustaka dilakukan dengan cara membuat analisis
kritis hubungan antara artikel-artikel jurnal dari karya para peneliti sebelumnya, dan
hubungannya dengan riset si peneliti itu sendiri. Telaah pustaka dapat ditulis secara
terpisah atau menjadi satu artikel tersendiri, atau dapat juga digunakan untuk menjadi
kerangka teoritis atau rasional pada suatu penelitian. Telaah pustaka merupakan bagian
dari proposal penelitian dan sering kali menjadi sebuah bab tersendiri dalam tesis atau
disertasi. Secara umum, tujuan dari telaah pustaka adalah untuk menganalisis secara kritis
bagian dari artikel jurnal melalui proses meringkas, mengklasifikasi dan membandingkan
dengan penelitian sebelumnya. Dalam buku yang ditulis oleh Emi Emilia (2008, hal 158-
170) yang berjudul Menulis Tesis dan Disertasi, dijelaskan beberapa fungsi kajian
pustaka, unsur-unsur yang terdapat dalam kajian pustaka, dan proses menulis kajian
pustaka.
1. Fungsi Telaah Pustaka
Menurut Thody (2006:89) dalam bukunya Writing and Presenting Research yang
dikutip oleh Emilia (2008), daftar pustaka mencakup semua sumber kedua dari penelitian,
misalnya film, audio, presentasi, kuliah, catatan harian yang ditulis tangan, arsip,
peraturan perundangan, artifak, dan lain-lain. Fungsi dari telaah pustaka, hakekatnya,
adalah menggunakan dan mengevaluasi penelitian orang lain, untuk mencari celah
(gap). Dari celah tersebut akhirnya peneliti membuat tempat sendiri dalam bidang ilmu
yang diteliti sehingga pembaca yakin bahwa peneliti tahu betul bidang penelitian atau
topik yang sedang ditelitinya. Secara lengkap fungsi telaah pustaka menurut para ahli
yang dikutip di buku Emilia (2008) adalah sebagai berikut:
a. Memperlihakan kedalaman pengetahuan yang dimiliki oleh penulis, sehingga
pembimbing atau editor jurnal nasional atau internasional akan mengetahui
kepakaran yang dimiliki oleh peneliti tersebut.
b. Menunjukkan lama waktu yang sudah ditekuni oleh peneliti dalam topik yang
ditelitinya. Karena hakekatnya, pustaka yang padat dan mutakhir menurut Pearce

3
(2005) dalam bukunya How to Examine a Thesis merupakan bukti yang meyakinkan
bahwa peneliti telah benar-benar serius mengkaji bidang penelitiannya dan
menghabiskan waktu membaca topik di bidang penelitian tersebut.
c. Menunjukkan bahwa peneliti benar-benar paham secara komprehensif tentang teori
yang digunakan dalam penelitiannya.
d. Mengapresiasi hasil karya orang lain dan memberikan penghargaan kepada para
peneliti yang telah bekerja sebelum kita dan bahwa hasil karya mereka telah
mengilhami cara berpikir kita.
e. Memutuskan bahwa penelitian kita asli atau untuk mengidentifikasi adanya celah
dalam bidang yang kita teliti.
f. Membangun harapan dan keyakinan terhadap penelitian yang kita lakukan.
g. Menunjukkan gambaran umum bidang penelitian kita dan menghubungkan dengan
situasi saat ini, untuk menunjukkan pentingnya masalah penelitian kita.
h. Memberikan contoh rancangan penelitian yang telah digunakan oleh peneliti
sebelumnya dalam mencari jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.
2. Unsur-unsur Telaah Pustaka
Telaah pustaka yang memadai menurut Berkenkotter dan Huckin (1995) dan Pearce
(2205) seperti yang dikutip Emilia (2008) harus berisikan (1) evaluasi dan kutipan tentang
bidang yang diteliti, dan (2) usaha dari telaah pustaka itu untuk menghubungkan hasil
karya yang ditinjau dengan penelitian itu sendiri, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Ini berarti, telaah pustaka yang memadai sebisa mungkin harus menunjukkan
perbedaan atau kekurangan dari pustaka yang ditinjau. Banyak ahli mengatakan juga
bahwa kutipan merupakan petunjuk apakah satu tulisan merupakan tulisan akademis atau
populer dan merupakan bukti bahwa apakah penulis layak menjadi salah satu anggota
komunitas akademi tertentu atau tidak. Ahli lain mengatakan bahwa dari telaah teori
literasi kritis dan berpikir kritis, telaah pustaka merupakan indikasi apakah teks yang
ditulis oleh peneliti bersifat analitis dan apakah argumen yang dibangun peneliti dalam
teks tersebut sudah sangat kritis. Salah satu kesulitan dalam menulis telaah pustaka adalah
bagaimana menyeimbangkan secara tepat dan benar antara penggunaan kutipan karya
orang lain dan komentar atau evaluasi dari peneliti. Kesalahan yang sering terjadi adalah
kita menulis pustaka secara berlebihan tanpa memikirkan dengan kritis apakah pustaka
tersebut cocok dengan teori dan topik penelitian kita. Seharusnya saat seorang peneliti

4
mengkaji pustaka yang dibacanya, ia harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut, pustaka itu : (1) Berkaitan dengan teori yang mendasari penelitian yang
ditulisnya; (2) Menjelaskan dengan mantap apa yang menjadi aspek dari penelitian yang
dilakukannya; (3) Sesuai dengan bidang penelitian yang akan kita laksanakan dan teori
yang dipilih harus berkaitan dengan topik penelitian yang kita teliti; (4) Dalam mengutip
atau memparafrasa, meringkas dan mensintesis karya orang lain, kita harus tidak lupa
memberikan penghargaan dengan cara menyebutkan sumber yang kita kutip tersebut
secara tepat; (5) Mengembangkan argumentasi yang kuat dan saling berkaitan secara
rasional; dan (6) Menjelaskan konteks penelitian saat ini baik secara nasional, regional
maupun internasional.
3. Proses Menulis Telaah Pustaka
Terdapat lima langkah dalam menulis telaah pustaka, yaitu sebagai berikut:
a. Mencatat: Peneliti mencatat semua data yang terdapat dalam asal informasi misalnya:
intisari, pengarang, tahun terbit, halaman, kota tempat diterbitkan, dan nama
penerbitnya.
b. Mengikhtisar: Peneliti harus memahami intisari makna isi buku atau sumber bacaaan
yang bertalian dengan penelitian yang dilakukan. Mengikhtisar bertujuan untuk
meringkas isi dari suatu pustaka.
c. Mensintesis: Peneliti menyatukan dan membandingkan semua sumber bacaaan yang
telah dikutip dalam klasifikasi topik yang relevan.
d. Menganalisis secara umum: Peneliti memecah informasi menjadi bagian-bagian
kecil dengan tujuan agar terlihat hubungan yang jelas antara bagian-bagian tersebut.
Contohnya analisis mengenai perkembangan isu topik penelitian tersebut dari waktu
ke waktu, temuan penting yang diperoleh dari penelitian sebelumnya, teknik
pengumpulan data dan analisis data, temuan penting dari penelitian tersebut, dan apa
yang membedakan penelitian sebelumnya dengan penelitan saat ini yang akan diteliti
dari segi teori, konsep, metodologi atau empirik.
e. Menganalisis secara tajam: Peneliti melakukan evaluasi secara kritis terhadap hasil
karya penelitian sebelumnya dan juga hasil karya peneliti sendiri. Gunakan
argumentasi yang kuat serta dukungan bukti-bukti data yang kuat saat mengkritik
secara konstruktif.

5
B. Kerangka Teoretis
Definisi dari kerangka teoretis adalah model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana seseorang menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor
yang dianggap penting untuk masalah. Secara singkat, kerangka teoritis adalah membahas
saling ketergantungan antarvariabel yang dianggap perlu untuk melengkapi situasi yang
akan diteliti. Penyusunan kerangka yang berkonsep akan membantu kita untuk
menghipotesiskan dan menguji hubungan tertentu. Kerangka teoritis akan memberikan
dasar konseptual bagi penelitian, dan kerangka teoritis adalah mengidentifikasikan
jaringan hubungan antarvariabel yang dianggap penting bagi studi terhadap situasi
masalah apapun. Oleh karena itu, sangat penting untuk kita mengetahui apa arti variabel
dan apa saja jenis variabel yang ada (Sekaran, 2014).
Kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu
teori dengan faktor‐faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Arti
teori adalah sebuah kumpulan proposisi umum yang saling berkaitan dan digunakan
untuk menjelaskan hubungan yang timbul antara beberapa variabel yang diobservasi
Penyusunan teori merupakan tujuan utama dari ilmu karena teori merupakan alat
untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena yang diteliti. Teori selalu berdasarkan
fakta, didukung oleh dalil dan proposisi. Secara defenitif, teori harus berlandaskan fakta
empiris karena tuijuan utamanya adalah menjelaskan dan memprediksikan kenyataan
atau realitas. Suatu penelitian dengan dasar teori yang baik akan membantu mengarahkan
si peneliti dalam upaya menjelaskan fenomena yang diteliti.
Kerangka teoritis adalah dasar dari seluruh proyek penelitian didasarkan. Kerangka
teoretis adalah jaringan asosiasi yang disusun, dijelaskan, dan dielaborasi secara logis
antarvariabel yang dianggap relevan dalam sebuah situasi dan diidentifikasi melalui
proses seperti wawancara, pengamatan, dan survei literatur. Pengalaman dan intuisi juga
dapat memberikan informasi dalam penyajian sebuah kerangka teoretis.
Kerangka teoritis menjelaskan sangkut-paut hubungan antarvariabel tersebut. Disini
diuraikan tentang hubungan variabel terikat, variabel bebas, variabel moderator serta
variabel antara. Jika terdapat variabel moderator, wajib kita jelaskan bagaimana dan
hubungan spesifik yang seperti apa yang terjadi dalam sebuah penelitian. Sebaiknya
dijelaskan juga mengapa variabel tersebut berperan sebagai moderator. Jika ada variabel
antara, perlu dijelaskan bagaimana dan mengapa variabel tersebut dibutuhkan. Serta

6
saling ketergantungan antara variabel bebas dan terikat sebaiknya juga diinformasikan
dengan tepat dan dijelaskan secara benar.
Secara singkat, Sekaran (2014:129) menyatakan ada lima hal mendasar yang perlu
diperhatikan dalam sebuah penyajian kerangka teoretis, sebagai berikut:
a) Variabel yang dianggap pasti untuk studi kasus diidentifikasikan dan
dinamai dengan jelas dalam pembahasannya.
b) Pembahasan harus menjelaskan mengapa dua variabel atau lebih saling berkaitan
satu dengan yang lain. Hal ini dilakukan untuk hubungan penting yang diteorikan
berlaku di antara variabel.
c) Bila sifat dan arah hubungan dapat diteorikan berdasarkan temuan penelitian
sebelumnya, maka harus ada indikasi dalam pembahasan mengenai apakah
hubungannya akan positif atau negatif.
d) Harus ada penjelasan yang gamblang mengenai mengapa kita memperkirakan
hubungan tersebut berlaku. Pendapat atau opini dapat ditarik dari penelitian
sebelumnya.
e) Suatu diagram skematis kerangkas teoretis harus diberikan agar pembaca dapat
melihat dan dengan mudah memahami hubungan yang diteorikan.

C. Teori
Menurut Jonathan Turner (dalam babbie,1992) menyatakan bahwa teori dalam ilmu
sosial adalah penjelasan sistematis tentang hukum-hukum dan kenyataan-kenyataan yang
dapat diamati, yang berkaitan dengan aspek khusus dari kehidupan manusia. Sedangkan
Menurut Neuman 2003 (dalam Sugiyono,2012) teori adalah seperangkat konstruk
(konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematis
melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan
dan meramalkan fenomena. Selanjutnya pengertian teori menurut Djojosuroto Kinayati
& M.L.A Sumaryati, Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, dan proposisi
untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antar konsep.
Kata teori sendiri memiliki arti yang berbeda-beda pada setiap bidang pengetahuan,
hal itu tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan

7
analisis hubungan antara fakta/fenomena yang satu dengan fakta yang lain pada
sekumpulan fakta-fakta.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas secara umum dapat ditarik kesimpulan
bahwa suatu teori adalah suatu konseptualitas antara asumsi, konstruk, dan proposisi
untuk menerangkan suatu fenomena yang diperoleh melalui proses sistematis, dan harus
dapat diuji kebenarannya, bila tidak maka itu bukan teori. Teori semacam ini mempunyai
dasar empiris, dimana harus melalui proses eksperimen, penelitian atau observasi,
sehingga teori dapat dikatakan berhasil.

D. Variabel
1. Pengertian Variabel
Menurut Depdiknas (2008: 1605), variabel diartikan sesuatu yang dapat berubah;
faktor atau unsur yang ikut menentukan perubahan. Secara teoretis Hacth dan
Farhady (dalam Sugiyono, 2014: 89) menyatakan bahwa variabel dapat difenisikan
sebagai atribut seseorang, atau objek yang mempunyai “variasi” antara satu orang
dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain. Jadi, dapat kami tarik
kesimpulan bahwa variabel adalah besaran yang bisa diubah dan selalu berubah
sehingga mempengaruhi kejadian dari hasil penelitian. Dengan menggunakan
variabel ini kita bisa menghitung data apa saja yang masih dibutuhkan.
2. Jenis Variabel
Sugiyono (2014: 91) menyebutkan hubungan antara satu variabel dengan variabel
yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi 4
macam:
a) Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat sering disebut sebagai variabel output, krtiteria, konsekuen.
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas.
b) Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,
antecedent. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebuah perubahannya atau timbulnya variabel terikat.

8
Gambar 1) Contoh hubungan variabel bebas – terikat

c) Variabel Moderator (Moderating Variable)Variabel moderator yaitu variabel


yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat. Sebagai contoh, hubungan suami istri akan semakin
kuat dengan hadirnya anak dalam pernikahan mereka dan akan menjadi
renggang jika ada pihak ketiga yang mempengaruhi hubungan tersebut.

Gambar 2) Contoh hubungan variabel bebas, terikat moderator

d) Variabel Antara (Intervening Variable)


Variabel antara adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat msenjadi suatu hubungan yang
tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Contoh yang dapat kami
berikan yaitu bahwa tinggi rendahnya penghasilan akan mempengaruhi secara
tidak langsung terhadap harapan hidup (panjang pendeknya umur). Hal ini
menjelaskan adanya variabel antara, yaitu berupa gaya hidup seseorang. Antara
variabel pengahasilan dengan gaya hidup, terdapat variabel moderator, yang
berupa budaya lingkungan tempat tinggal.

9
Gambar 3) Contoh hubungan variabel bebas – moderator antara – terikat
E. Hipotesis
Setelah kita mengidentifikasi variabel yang penting dalam sebuah situasi dan
menetapkan hubungan antarvariabel melalui pemikiran logis dalam kerangka teoretis.
Disini kita berada dalam posisi untuk menguji apakah hubungan yang diteorikan benar-
benar terbukti kebenarannya. Dengan menguji hubungan tersebut secara ilmiah melalui
analisis statistik secara tepat. Hasil pengujian tersebut memberikan kita beberapa solusi
mengenai apa yang dapat diubah dalam situasi yang dihadapi untuk memecahkan
masalah. Merumuskan pernyataan yang dapat diuji semacam ini disebut dengan hipotesis
(Sekaran, 2014:135).
1. Definisi Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang di peroleh
melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2014: 99). Menurut Depdiknas (2008: 525),
definisi hipotesis yaitu sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan
pendapat (teori, proposisi, dan sebagainya) meskipun kebenarannya masih harus
dibuktikan; anggapan dasar. Jadi, kesimpulan yang dapat kami sampaikan bahwa
hipotesis adalah jawaban teoretis terhadap rumusan masalah penelitian, dan belum
merupakan jawaban yang empiris. Dengan menguji hipotesis dan menegaskan
pikiran hubungan, diharapkan bahwa solusi dapat ditemukan untuk mengatasi
masalah yang dihadapi.

10
2. Pernyataan Hipotesis Format
Pernyataan Jika – Maka (If – Then Statement) Seperti yang sudah dijelaskan dalam
buku Research Methods For Business (Sekaran, 2014), hipotesis
adalah pernyataan yang dapat diuji untuk mengetahui hubungan antarvariabel.
Hipotesis juga dapat menguji apakah terdapat perbedaan antara dua kelompok yang
terkait dengan variabel. Untuk menguji apakah ada hubungan atau perbedaan yang
eksis atau tidak, hipotesis dapat disusun sebagai proposisi atau dengan pernyataan
jika – maka (if – then statement). Sebagai contoh, dapat dilihat dari kalimat berikut:
“ Jika karyawan lebih sehat,maka mereka akan lebih jarang mengambil cuti sakit.”
3. Hipotesis Direksional dan Nondireksional
Sekaran (2014) menyatakan bahwa hipotesis direksional adalah sebuah pernyataan
akan hubungan antara dua variabel atau membandingkan dua kelompok dengan
istilah – istilah yang sering digunakan seperti positif, negatif, lebih dari, kurang dari,
dan sebagainya. Sebagai contoh hipotesis direksional dapat dilihat dari kalimat
berikut:
Contoh: “ Wanita lebih bermotivasi dibanding pria.”
Sedangkan hipotesis nondireksional adalah hipotesis yang mengendalikan hubungan
atau perbedaan, tetapi tidak memberikan indikasi mengenai arah dari hubungan atau
perbedaan tersebut. Dengan kata lain hipotesis nondireksional tidak dapat secara
signifikan mengatakan apakah hubungan tersebut akan positif atau negatif. Sebagai
contoh hipotesis nondireksional dapat dilihat dari kalimat berikut:
Contoh : “ Ada hubungan antara usia dan kepuasan kerja.”
4. Hipotesis Nol dan Alternatif
Hipotesis nol (hipotesis nihil atau null hypotheses) adalah proposisi yang
menyatakan hubungan yang definitif dan tepat di antara dua variabel. Yaitu, hipotesis
ini menyatakan bahwa korelasi populasi antara dua variabel adalah sama dengan nol
atau bahwa perbedaan dalam mean (rerata hitung) dua kelompok dalam populasi
adalah sama dengan nol (atau sama dengan angka tertentu). Sedangkan, hipotesis
alternatif adalah kebalikan dari hipotesis nol, yaitu sebuah pernyataan yang
mengungkapkan hubungan antara dua variabel atau menunjukkan perbedaan antara
kelompok.

11
Hipotesis nol dirumuskan agar dapat diuji untuk penolakan yang mungkin. Jika kita
menolak hipotesis nol, maka semua hipotesis alternatif diperbolehkan, selama hal
tersebut dapat diterima oleh penalaran (Sekaran, 2014). Berdasarkan rumusan
masalah komperatif tersebut dapat di kemukakan tiga model hipotesis nol dan
alternatif sebagai berikut (Sugiyono,2014:105) :
Hipotesis Nol:
a) Ho: Tidak terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan di PT X dan
PT Y; atau terdapat persamaan produktivitas kerja antara karyawan PT X dan Y,
atau
b) Ho: Produktivitas aryawan PT X lebih besar atau sama dengan (≥) PT Y (“lebih
besar atau sama dengan)” = paling sedikit).
c) Ho: Produktivitas karyawan PT X lebih kecil atau sama dengan (≤) PT Y (“lebih
kecil atau sama dengan”) = paling besar).
Hipotesis Alternatif:
a) Ha: Produktivitas kerja karyawan PT X lebih besar (atau lebih kecil) dari
karyawan PT Y.
b) Produktivitas kryawan PT X lebih kecil dari pada (<) PT Y.
c) Ha: Produktivitas karyawan PT X lebih besar daripada (≥) PT
Y.
Setelah merumuskan hipotesis nol dan alternatif uji statistik yang tepat ( uji t, uji F )
pun kemudian dapat diterapkan, yang akan menunjukan apakah hipotesis alternatf
diterima atau tidak-yaitu, bahwa ada perbedaan signifikan antarkelompok atau bahwa
terdapat hubungan signifikan di antara variabel, sebagaimana dinyatakan dalam dalam
hipotesis. Langkah – langkah yang harus diikuti dalam pengujian hipotesis
adalah (Sekaran,2014:141):
a) Menyatakan hipotesis nol dan alternatif.
b) Memilih uji statistik yang tepat berdasarkan apakah data yang dikumpulkan adalah
parametik atau nonparametik (dibahas dalam bab selanjutnya).
c) Menentukan tingkat signifikansi yang diinginkan (ρ = 0,05, atau lebih, atau kurang).
d) Memastikan jika hasil dari analisis komputer menunjukan bahwa tingkat signifikansi
terpenuhi. Jika, seperti dalam kasus analisis korelasi Pearson dalam peranti lunak
Excel, tingkat signifikansi tidak muncul dalam printout, perhatikan nilai kritis

12
(critical value) yang menetapkan daerah penerimaan pada tabel yang sesuai [(t,F, X²)
– lihat tabel pada akhir buku ini]. Nilai kritis tersebut membagi daerah penolakan
dari daerah penerimaan hipotesis nol.
e) Jika nilai hitung (resultant value) lebih besar daripada nilai kritis (critical value),
hipotesis nol ditolak, dan alternatif diterima. Jika nilai hitung lebih kecil daripada
nilai kritis, hipotesis nol diterima dan alternatif ditolak.

F. Karakteristik Hipotesis Yang Baik


Ciri-ciri hipotesis yang baik merupakan sebuah keharusan bagi
sebuah penelitian yang baik. Sebuah penelitian tidak akan bisa dibilang baik jika tidak
memiliki hipotesis yang baik, begitu juga hipotesis yang baik tidak akan dihasilkan jika
tidak memiliki penelitian yang baik. Sebagai awal mari kita bahas apa itu hipotesis.
Hipotesis adalah sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat
(teori, proposisi, dan sebagainya) meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan
dari pengertian di atas maka dapat kita simpulkan beberapa ciri atau tanda hipotesis yang
baik itu seperti apa. Ini sangat penting sebagai rujukan untuk membuat sebuah hipotesis
yang bisa dipertanggungjawabkan secara profesional. Di bawah ini adalah 5 ciri hipotesis
yang baik, sebagai berikut:
1. Merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih
Salah satu tanda hipotesis yang baik adalah harus dapat dengan mudah membedakan
antara variabel yang bebas, variabel terikat, variabel antara, dan variabel penekan.
2. Disusun dengan jelas menggunakan kalimat deklaratif
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kalimat deklaratif adalah kalimat yang
ditandai intonasi turun dan pada umumnya mengandung makna yang menyatakan
atau memberitahukan sesuatu, dalam ragam tulis, biasanya diberi tanda titik pada
bagian akhirnya.
3. Menyatakan sesuatu yang mungkin terjadi
Karena akan digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan tertentu, maka
hipotesis harus berisi sesuatu atau langkah-langkah yang bisa dijalankan.
4. Mampu menjelaskan kenyataan yang menjadi masalah utama
Hipotesis harus menjadi jalan untuk memecahkan masalah atau persoalan melalui
hal-hal yang menjadi pokok masalahnya.

13
5. Harus dapat diuji dengan data yang ada
Hipotesis harus dapat dijalankan dengan data-data yang tersedia.

G. Klasifikasi Hipotesis
1. Hipotesis deskriptif
HA: Manajer yang dikompensasi berdasarkan besarnya laba akan cenderung
menaikkan laba perusahaan.
2. Hipotesis hubungan
3. Hipotesis hubungan merupakan per¬nyataan tentang hubungan dua buah
variabel. Hipotesis hubungan dapat diklasifikasikan kembali menjadi hipotesis
korelasi (correla¬.tional hypothesis) dan hipotesis penjelas atau kausal
(explanatory hypothesis atau causal hypothesis).
4. Hipotesis korelasi
5. Hipotesis korelasi (correlational hypothesis) merupakan hipo¬tesis yang
menyatakan dua variabel terjadi bersamaan tanpa diketahui mana yang
mempengaruhi yang lainnya. Hipotesis ini biasanya diuji dengan alat statistik
korelasi.
HA : Terdapat hubungan positif antara besarnya kompensas: dan laba
perusahaan.
6. Hipotesis penjelas
7. Hipotesis penjelas (explanatory hypothesis) atau hipotesis kausal (causal
hypothesis) adalah hipotesis yang menyatakar hubungan satu variabel
menyebabkan perubahan variabel yang lainnya. Yang dipengaruhi adalah
variabel dependen (VD) dam variabel yang mempengaruhi adalah variabel
independen (VI). Hipotesis kausal dapat diuji dengan alat statistik regresi.
HA: Perubahan laba (VI) secara positif akan berpengaru.¬terhadap harga saham
(VD).
8. Hipotesis Kangguru
H.A: Terdapat pengaruh yang positif antara jumlah kehamilan Ibu-Ibu di
Yogyakarta dengan populasi Kangguru Australia.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada pembahasan ini kami menarik kesimpulan bahwa dalammembuat suatu karya
ilmiah, maka yang pertama dilakukan adalah membuat kerangka teoretis kemudian
menentukan variabel apa yang akan di gunakan. Ada 4 jenis variabel yang dapat kita pilih
untuk membuat karya ilmiah. Kemudian setelah itu baru bisa kita menarik hipotesis
dari hasil penelitian tersebut.
B. Saran
Sebaiknya jika kita akan membuat sebuah karya ilmiah yang baik dan benar, maka
proses - proses yang sudah kami bagikan disini harus dijalankan dengan baik. Agar semua
karya tulis yang kita inginkan dapat sesuai dengan prosedur penulisan yang baik. Mohon
maaf jika ada kekurangan dalam penulisan ini, kami bersedia untuk diberikan saran dan
kritik dari Pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

15
DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin, Afif. 2017. Landasan Teori Kerangka Pikir dan Hipotesis Dalam Metode

Penelitian. https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/05/21/landasan-teori-

kerangka-pikir-dan-hipotesis-dalam-metode-penelitian/. Diakses pada 17 Mei 2019.

Depdiknas. 2008. Kamus Bahasa Indonesia.Jakarta:Pusat Bahasa.

Mami, Lia. 2015. Kerangka Teoritis. http://liaamami.blogspot.com/p/kerangka-

teoritis.html. Diakses pada 17 Mei 2019

Sekaran, Uma. 2014. Research Methods For Business (Edisi 4). Jakarta: Salemba Empat

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Jakarta: Alfabeta

16

Anda mungkin juga menyukai