Anda di halaman 1dari 18

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

1. Karakteristik responden

Penelitian ini dilakukan menggunakan 2 pasien dengan PPOK di ruang Nakula

RSUD Snjiwani Gianyar dengan karakteristik sebagai berikut :

a. Pasien 1

Pasien dengan inisial Tn. WL, berjenis kelamin laki-laki berumur 60 tahun

beralamat di Br. Laplapan Petulu, Ubud. Pasien sudah menikah, pekerjaan petani,

cara bayar menggunakan BPJS. Pasien rutin kontrol poli paru. Pasien tidak

memiliki riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular. Pasien datang ke UGD

RSUD Sanjiwani Gianyar pada tanggal 18 April 2018 pada pukul 06.10 WITA

dengan keluhan sesak napas sejak tadi pagi dan batuk. Pasien di rawat di ruang

Nakula RSUD Sanjiwani Gianyar untuk perawatan lebih lanjut. Pasien pernah

dirawat dengan sesak, kurang lebih 4 bulan yang lalu. Tanda-tanda vital TD :

140/80 mmHg, N : 106x/menit, S: 360C, RR : 28x/menit. Kesadaran pasien compos

mentis. Pasien diberikan terapi O2 2 lpm, Nebul Combivent 3x1 respal, drip ½ amp

Aminophilin dalam 500 ml NaCL 0,9% 16 tpm, Omeprazole 2x1 vial IV,

Hidrocortison 2x100 mg IV, Oxtercid 2x750 mg IV.

b. Pasien 2

Pasien dengan inisial Ny.WM berjenis kelamin perempuan berumur 84 tahun,

beralamat di Br. Tengkulak Kaja, Kemenuh. Pasien sudah menikah, pasien tidak

bekerja, cara bayar menggunakan personal. Pasien tidak pernah dirawat di rumah
sakit sebelumnya dan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan maupun penyakit

menular. Pasien mengatakan jika terdapat batuk sejak kurang lebih 3 bulan yang

lalu. Pasien datang pada tanggal 8 April 2018 ke UGD RSUD Sanjiwani Gianyar

pada pukul 02.50 WITA dengan keluhan sesak napas disertai batuk berdahak dan

pasien mendapat perawatan lebih lanjut di Ruang Nakula RSUD Sanjiwani

Gianyar. Tanda-tanda vital TD : 130/80 mmHg, N : 137x/mnt, S : 36,30C, RR :

32x/menit. Pasien diberikan terapi O2 2 lpm, Nebul Combivent 1 respal, injeksi

Furosemide 1 amp IV, IVFD NaCL 0,9% + Aminophylin ½ amp 16 tpm,

Hirdocortison 2x 100 mg, Nebulizer tiap 8 jam, Ranitidine 2x1 amp, Oxitrecid

3x100 mg IV, Vectrin 3xC1 PO.

2. Hasil studi kasus

Berdasarkan dari hasil observasi dokumentasi menggunakan 2 catatan medik

pada pasien PPOK di ruang Nakula RSUD Sanjiwani Gianyar didapatkan hasil

studi kasus berupa 5 proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa, intervensi,

implementasi dan juga evaluasi.

a. Pengkajian keperawatan pada pasien PPOK yang mengalami bersihan jalan

napas tidak efektif.

1) Dokumen pasien 1

Hasil pengamatan yang ditemukan pada dokumen pasien 1 terdapat pada

pengkajian fokus yaitu breathing ditemukan, pola napas dipsneu, bunyi napas

wheezing, RR : 28x/menit. Pada pengkajian lanjutan untuk data fokus terdapat di

pola aktivitas, ditemukan data subjektif dan objektif pasien mengalami sesak, irama

pernapasan dipsneu, suara napas wheezing, terdapat batuk, berdahak, dahak yang

dihasilkan lengket.
Pengkajian fokus untuk bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien PPOK

terdapat 7 komponen dan ditemukan 6 komponen pada dokumen pasien 1 yaitu,

batuk produktif, terdapat produksi sputum berlebih, pola napas abnormal, dipsneu,

bunyi napas wheezing, frekuensi napas berubah. Untuk data yang tidak ditemukan

ada 1 komponen pada dokumen pasien 1 yaitu, penggunaan otot bantu pernapasan.

2) Dokumen pasien 2

Hasil pengamatan yang ditemukan pada dokumen pasien 2 terdapat pada

pengkajian fokus yaitu breathing ditemukan, pola napas dipsneu dan bunyi napas

wheezing, RR : 32x/menit. Pada pengkajian lanjutan untuk data fokus terdapat di

pola aktivitas ditemukan, data subjektif dan objektif pasien mengalami sesak, irama

pernapasan dipsneu, suara napas wheezing, terdapat batuk, berdahak, dahak yang

dihasilkan kental.

Pengkajian fokus untuk bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien PPOK

terdapat 7 komponen dan ditemukan 6 komponen pada dokumen pasien 2 yaitu,

batuk produktif, terdapat produksi sputum berlebih, pola napas abnormal, dipsneu,

bunyi napas wheezing. Untuk data yang tidak ditemukan ada 1 komponen pada

dokumen pasien 2 yaitu, penggunaan otot bantu pernapasan.

b. Diagnosa keperawatan pada pasien PPOK dengan bersihan jalan napas tidak

efektif

1) Dokumen pasien 1

Pada pasien 1 hasil pengamatan diagnosa keperawatan dari dokumen pasien

adalah bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengumpulan

sekresi, mukus berlebih.


2) Dokumen pasien 2

Pada pasien 2 hasil pengamatan diagnosa keperawatan dari dokumen pasien

adalah bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengumpulan

sekresi, mukus berlebih

Diagnosa keperawatan pada dokumen pasien 1 dan pasien 2 tidak dituliskan

symptom atau ditandai dengan.

c. Intervensi keperawatan pada pasien PPOK dengan bersihan jalan napas tidak

refektif

Hasil pengamatan pada intervensi yang terdapat pada dokumen pasien 1 dan

pasien 2 tidak terdapat perbedaan. Intervensi keperawatan yang ditemukan yaitu,

tujuan dan kreteria hasil dan intervensi.

1) Tujuan dan kreteria hasil

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan bersihan

jalan napas efektif dengan kreteria : pasien mampu mengeluarkan sekresi secara

efektif, frekuensi dan irama pernapasan dalam batas normal

2) Rencana tindakan

Tindakan mandiri : kaji suara napas dan tanda-tanda penurunan ventilasi udara

pernapasan, kaji kebutuhan akan penghisapan mucus secara mekanik (suction),

lakukan pengaturan posisi postural drainage, lakukan fisioterapi dada : batuk

efektif, beri KIE tentang hubungan perubahan karakteristik sputum (warna, jumlah

dan bau) dengan perkembangan penyakit. Tindakan delegasi/ kolaborasi :

kolaborasi dengan dokter tentang pemberian oksigen yang telah dihumadifikasi,

delegasi dalam pemberian obat aerosol melalui nebulizer, delegasi dalam

pemberian mukolitik dan ekspetorant.


Pada intervensi keperawatan untk bersihan jalan napas tidak efektif pada PPOK

terdapat 2 intervensi yaitu menejemen jalan napas dan monitor pernapasan. Pada

intervensi menejemen jalan napas terdapat 6 komponen dan yang ditemukan di

dokumen pasien 1 dan pasien 2, ada 3 komponen yaitu posisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi (semifowler), lakukan fisioterapi dada, intruksi

melakukan batuk efektif. Sementara yang tidak ditemukan ada 3 komponen yaitu,

buka jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw thrust, ajarkan pasien atau

keluarga untuk menggunakan inhaler sesuai resep, kelola pemberian bronkodilator.

Pada intervensi monitor pernapasan terdapat 6 komponen dan ada 1 komponen yang

ditemukan pada dokumen pasien 1 dan pasien 2 yaitu, auskultasi suara napas.

Sementara yang tidak ditemukan ada 5 komponen yaitu, monitor kecepatan, irama,

kedalaman dan kesulitan bernapas, catat pergerakan dada (ketidaksimetrisan

penggunaan otot-otot bantu pernapasan, retraksi dada), monitor suara napas

tambahan seperti ngorok dan mengi, monitor pola napas, monitor sesak napas.

Data untuk intervensi tambahan yang terdapat pada dokumen pasien 1 dan

pasien 2 yaitu kaji kebutuhan akan penghisapan mucus secara mekanik (suction),

beri KIE tentang hubungan perubahan karakteristik sputum (warna, jumlah dan

bau) dengan perkembangan penyakit, kolaborasi dengan dokter tentang pemberian

oksigen yang telah dihumadifikasi, delegasi dalam pemberian obat aerosol melalui

nebulizer, delegasi dalam pemberian mukolitik dan ekspetorant.


3. Implementasi keperawatan pada pasien PPOK dengan bersihan jalan napas

tidak efektif

1) Dokumen pasien 1

Berdasarkan hasil pengamatan implementasi keperawatan yang dilakukan,

selama 3x24 jam, terdapat 13 komponen untuk implementasi keperawatan pada

pasien PPOK dengan bersihan jalan napas tidak efektif dan ditemukan 2 komponen

yang terdapat pada dokumen pasien yaitu, memposisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi (semifowler) dilakukan pada tanggal 19 April 2018 pada

pukul 09.00 WITA, tanggal 20 April 2018 dilakukan pada pukul 08.00 WITA,

tanggal 21 April 2018 dilakukan pada pukul 08.00 WITA, tanggal 22 April 2018

pada pukul 09.00 WITA dan mengintruksikan batuk efektif dilaksanakan pada

tanggal 19 April sampai 22 April setiap pagi pada pukul 09.00 WITA.

Sementara yang tidak ditemukan ada 11 komponen yaitu membuka jalan napas

dengan teknik chin lift atau jaw thrust, melakukan fisioterapi dada, mengajarkan

pasien atau keluarga untuk menggunakan inhaler sesuai resep, mengelola

pemberian bronkodilator, memonitor kecepatan, (irama, kedalaman dan kesulitan

bernapas), mengauskultasi suara napas, mencatat (pergerakan dada,

ketidaksimetrisan penggunaan otot-otot bantu pernapasan, retraksi dada),

memonitor suara napas tambahan seperti mengi dan wheezing, memonitor pola

napas, memonitor sesak napas pasien, mengauskultasi suara napas.

Data implementasi tambahan yang dilakukan dan tercatat pada dokumen pasien

1, yaitu :

a) Mengukur tanda vital, dilakukan pada stanggal 19 April 2018 sampai 22 April

2018 setiap pagi yatu pukul 06.00 WITA.


b) Membantu memberikan makan minum dan memberikan obat oral dilakukan

pada tanggal 19 April 2018 pukul 07.00, 12.00 dan pada pukul 18.00 WITA.

Pada tanggal 20 April 2018 dilakukan pada pukul 08.00, 12.00 dan pada pukul

18.00 WITA. Tanggal 21 dan 22 April 2018 dilakukpan pada pukul 07.00,

12.00 dan pada pukul 18.00 WITA.

c) Memberi obat injeksi dan memberi obat inhalasi/nebulizer dilakukan pada

tanggal 19 sampai 22 April 2018 pukul 08.00, 16.00 dan pada pukul 24.00

WITA.

d) Merawat infus dilakukan pada tanggal 20 April 2018 pada pukul 08.00 WITA.

e) Melatih teknik distraksi, melatih teknik relaksasi dan memberi oksigenasi

dilakukan pada tanggal 19 sampai 22 April setiap pagi pada pukul 08.00

WITA.

2) Dokumen pasien 2

Berdasarkan hasil pengamatan implementasi keperawatan yang

dilakukan, selama 3x24 jam, terdapat 13 komponen untuk implementasi

keperawatan pada pasien PPOK dengan bersihan jalan napas tidak efektif dan

terdapat 2 komponen yang terdapat pada dokumen pasien yaitu, memposisikan

pasien untuk memaksimalkan ventilasi (semifowler) dilakukan pada tanggal 9

sampai tanggal 12 April 2018 setiap pagi pada pukul 08.00 WITA dan

mengintruksikan batuk efektif dilaksanakan pada tanggal 9 April sampai 12 April

setiap pagi pada pukul 09.00 WITA.

Sementara yang tidak dilakukan ada 11 komponen yaitu membuka jalan napas

dengan teknik chin lift atau jaw thrust, melakukan fiioterapi dada, mengajarkan

pasien atau keluarga untuk menggunakan inhaler sesuai resep, mengelola


pemberian bronkodilator, memonitor kecepatan, (irama, kedalaman dan kesulitan

bernapas), mengauskultasi suara napas, mencatat (pergerakan dada,

ketidaksimetrisan penggunaan otot-otot bantu pernapasan, retraksi dada),

memonitor suara napas tambahan seperti mengi dan wheezing, memonitor pola

napas, memonitor sesak napas pasien, mengauskultasi suara napas.

Data untuk implementasi tambahan yang dilakukan dan tercatat pada dokumen

pasien 2 yaitu :

a) Mengukur tanda vital dilakukan pada tanggal 9 sampai 12 April 2018 setiap

pagi pada pukul 06.00 WITA.

b) Membantu memberikan makan minum dan memberi obat oral dilakukan pada

tanggal 9 sampai 12 April 2018 pada pukul 08.00, 12.00 dan pada pukul 18.00

WITA.

c) Memberi obat injeksi dan memberi obat inhalasi/nebulizer dilakukan pada

tanggal 9 sampai 12 April 2018 pada pukul 08.00, 16.00 dan pada pukul 24.00

WITA.

d) Merawat infus dan memberikan O2 dilakukan pada tanggal 9 sampai 12 April

2018 setiap pagi pukul 08.00 WITA.

e. Evaluasi keperawatan pada pasien PPOK dengan bersihan jalan napas tidak

efektif

1) Dokumen pasien 1

Evaluasi yang ditemukan menggunakan evaluasi SOAP. Evaluasi yang

didapatkan pada tanggal 22 April 2018 adalah S : pasien mengeluh sesak napas,

terdapat batuk berdahak, O : keadaan umum lemah, RR 26x/menit, A : Bersihan

jalan napas tidak efektif, P : observasi keadaan umum dan TTV, atur posisi semi
fowler, berikan O2 sesuai kebutuhan, ajarkan batuk efektif, kolaborasi dalam

pemberian terapi.

2) Dokumen pasien 2

Evaluasi yang ditemukan menggunakan evaluasi SOAP. Evaluasi yang

didapatkan pada tanggal 12 April 2018 adalah S : pasien mengeluh sesak napas dan

batuk berdahak, O : keadaan umum lemah, RR 26x/menit, A : Bersihan jalan napas

tidak efektif, P : observasi keadaan umum dan TTV, atur posisi semi fowler, berikan

O2 sesuai kebutuhan, ajarkan batuk efektif, kolaborasi dalam pemberian terapi.

Evaluasi yang dilakukan untuk pasien 1 dan pasien 2 tidak mengguakan

evaluasi dengan kreteria hasil dari Nursing Outcome Classification (NOC).

Evaluasi yang tidak ditemukan yaitu frekuensi pernapasan normal (16-20x/menit),

irama pernapasan normal, kedalaman inspirasi normal, suara auskultasi napas

normal (vesikuler), tidak ada suara napas tambahan, tidak ada penggunaan otot

bantu pernapasan, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada batuk, tidak

terdapat akumulasi sputum, tidak ada sanosis.

B. Pembahasan

Bagian ini menguraikan tentang hasil temuan studi kasus dengan teori yang

terkait. Studi kasus ini membandingkan dengan kesesuaian dan kesenjangan yang

terdapat pada 2 asuhan keperawatan pada Tn. WL dan Ny. WM pasien PPOK

dengan bersihan jalan napas tidak efektif di Ruang Nakula RSUD Saniwani Gianyar

dengan konsep dasar teori yang ada.

1. Pengkajian

Pada pengajian terdapat 7 komponen pengkajian fokus dari data subjektif dan

objektif untuk bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien PPOK dan ditemukan
6 komponen pada dokumentasi pasien 1 dan pasien 2 yaitu seperti batuk produktif,

terdapat produksi sputum berlebih, pola napas abnormal, dipsneu, bunyi napas

wheezing, frekuensi napas berubah. Untuk data yang tidak ditemukan yaitu,

penggunaan otot bantu pernapasan. Perawat telah mendokumentasikan sebagian

besar pengkajian fokus untuk masalah bersihan jalan napas tidak efektif.

Menurut teori dari (Tarwoto & Wartonah, 2015) pengkajian yang terdapat pada

pasien PPOK dengan bersihan jalan napas tidak efektif yaitu terdapat batuk dengan

sputum, perubahan pola napas dan sesak napas. Menurut (Muttaqin, 2008)

pengkajian fokus yang dilakukan untuk bersihan jalan napas tidak efektif pada

pasien PPOK antara lain, perubahan frekuensi pernapasan, penggunaan otot bantu

pernapasan, batuk produktif dengan sputum dan bunyi suara napas ronki dan

wheezing.

Pada dokumen pasien 1 dan dokumen pasien 2 terdapat kesamaan untuk

pengkajian hanya frekuensi napas dan jenis mukus yang dihasilkan berbeda antara

dokumen pasien 1 dan dokumen pasien 2. Semua pengkajian telah terdapat

pengkajian fokus sesuai teori yang dijadikan acuan oleh peneliti. Ada beberapa

komponen yang tidak terdokumentasi ataupun terkaji, yaitu berupa penggunaan

otot bantu pernapasan. Beberapa hal tersebut tidak muncul kemungkinan

dikarenakan yang pertama, keterbatasan dari tenaga dan waktu perawat untuk

mengkaji secara mendalam, kedua, sesuai dengan kondisi pasien saat dilakukan

pengkajian, pada pasien 1 dan 2 tidak ditemukan meggunakan otot bantu

pernapasan, ketiga, perawat telah melakukan pengkajian tetapi tidak

mendokumentasikannya.
2. Diagnosa

Pada diagnosa keperawatan terdapat 3 bagian untuk diagnosa keperawatan

yaitu problem, etiologi dan symptom, pada dokumen pasien 1 dan pasien 2 telah

dituliskan problem yaitu bersihan jalan napas tidak efektif. Etiology yang di

dokumentasikan yaitu pengumpulan sekresi, mukus. Tidak dituliskan symptom

pada dokumen pasien baik pasien 1 dan pasien 2.

Salah satu diagnosa keperawatan pasien PPOK adalah problem atau masalah

bersihan jalan napas tidak efektif. Etiologi atau yang berhubungan dengan antara

lain secara fisiologis yaitu, hipersekesi jalan napas dan sekresi yang tertahan.

Symptom atau yang ditandai dengan antara lain batuk tidak efektif, tidak mampu

batuk, sputum berlebih, suara napas mengi dan ronkhi., dispnea sianosis, bunyi

napas turun, frekuensi napas berubah, pola napas berubah (Tim Pokja SDKI DPP

PPNI, 2017).

Pada dokumen pasien 1 dan pasien 2 terdapat kesaman pada penulisan diagnosa

keperawatan. Diagnosa keperawatan yang digunakan telah mengacu pada SDKI

2017 dalam penulisan problem yaitu bersihan jalan napas tidak efektif sesuai

dengan kondisi pasien. Etiology atau yang berhubungan dengan dipilih pada

dokumentasi pasien 1 dan pasien 2 terdapat perbedaan. Perbedaan yang ditemukan

yaitu pada penggunaan kalimat, di dokumen pasien tertulis pengumpulan sekresi,

mukus berlebih sementara pada teori yang dijadikan acuan oleh peneliti adalah

sekresi yang tertahan, tetapi menurut peneliti keduanya memiliki makna yang sama.

Sementara untuk symptom atau ditandai dengan, tidak dituliskan pada diagnosa

keperawatan didokumen pasien baik dokumen pasien 1 dan pasien 2. Hal ini

dikarenakan tidak terdapatnya format untuk mencantumkan data symptom, sesuai


standar asuhan keperawatan di rumah sakit dan mungkin karena symptom hampir

sama dengan pengkajian data subjektif dan objektif, sehingga tidak dituliskan.

3. Intervensi

Pada intervensi keperawatan terdapat 2 komponen untuk bersihan jalan napas

tidak efektif pada pasien PPOK yaitu menejemen jalan napas dan monitor

pernapasan. Pada menejemen jalan napas terdapat 6 komponen dan yang ditemukan

didokumen pasien 1 dan pasien 2, ada 3 komponen yang ditemukan yaitu posisikan

pasien untuk memaksimalkan ventilasi (semifowler), lakukan fisioterapi dada,

intruksi melakukan batuk efektif. Sementara yang tidak ditemukan ada 3 komponen

yaitu, buka jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw thrust, ajarkan pasien atau

keluarga untuk menggunakan inhaler sesuai resep, kelola pemberian bronkodilator.

Pada monitor jalan napas terdapat 6 komponen dan ada 1 komponen yang

ditemukan pada dokumen pasien 1 dan pasien 2 yaitu, auskultasi suara napas. 5

komponen tidak terdapat yaitu, monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan

bernapas, catat pergerakan dada (ketidaksimetrisan penggunaan otot-otot batntu

pernapasan, retraksi dada), monitor suara napas tambahan seperti ngorok dan engi,

monitor pola napas, monitor sesak napas. Intervensi tambahan yang terdapat pada

dokumen pasien 1 dan pasien 2 yaitu kaji kebutuhan akan penghisapan mucus

secara mekanik (suction), beri KIE tentang hubungan perubahan karakteristik

sputum (warna, jumlah dan bau) dengan perkembangan penyakit, kolaborasi

dengan dokter tentang pemberian oksigen yang telah dihumadifikasi, delegasi

dalam pemberian obat aerosol melalui nebulizer, delegasi dalam pemberian

mukolitik dan ekspetorant.


Pada masalah bersihan jalan napas tidak efektif, intervensi keperawatan yang

dianjurkan menurut Nursing Intervention Classification (NIC) antara lain (M.

Bulechek, K Butcher, M. Dochterman, & M. Wagner, 2013) antara lain, menejemen

jalan napas dan monitor penapasan.

Pada intervensi keperawatan yang ditemukan di dokumen pasien 1 dan pasien

2 terdapat kesamaan. Ada beberapa perbedaan dengan teori yang dijadikan acuan

terhadap peneliti. Perbedaan yang ada mungkin dikarenakan beberapa intervensi

yang dipilih untuk dijadikan standar intervensi ruangan oleh pihak rumah sakit

berbeda-beda sesuai dengan kebijakan rumah sakit dan standar asuhan keperawatn

di rumah sakit. Intervensi yang terdapat pada dokumen pasien baik pasien 1 dan

pasien 2 telah mengacu pada Nursing Outcome Classification (NOC) dan Nursing

Intervention Classification (NIC).

4. Implementasi

Pada hasil pengamatan implementasi keperawatan yang dilakukan, selama

3x24 jam, terdapat 13 komponen untuk implementasi dan 2 komponen yang

ditemukan pada dokumen pasien yaitu memposisikan pasien untuk memaksimalkan

ventilasi (semifowler) dan melatih batuk efektif. Sementara yang tidak dilakukan

ada 11 komponen ,yaitu membuka jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw

thrust, melakukan fisioterapi dada, mengajarkan pasien atau keluarga untuk

menggunakan inhaler sesuai resep, mengelola pemberian bronkodilator, memonitor

kecepatan, (irama, kedalaman dan kesulitan bernapas), mengauskultasi suara napas,

mencatat (pergerakan dada, ketidaksimetrisan penggunaan otot-otot bantu

pernapasan, retraksi dada), memonitor suara napas tambahan seperti mengi dan

wheezing, memonitor pola napas, memonitor sesak napas pasien, mengauskultasi


suara napas. Implementasi tambahan yang dilakukan yang tercatat pada dokumen

pasien 1 yaitu, mengukur tanda vital, membantu memberikan makan minum,

memberi obat oral, memberi obat injeksi, memberi obat inhalasi/nebulizer,merawat

infus, melatih teknik distraksi, melatih teknik relaksasi dan memberi oksigenasi.

Implementasi keperawatan dilaksanakan selama 3x24 jam. Tindakan

keperawatan mencangkup tindakan mandiri dan tindakan kolaboratif (Tarwoto &

Wartonah, 2015). Implementasi yang dilaksanakan berupa menejemen jalan napas

dan juga memonitor pernapasan.

Pada implementasi keperawatan yang terdapat di ruang Nakula RSUD

Sanjiwani Gianyar terdapat beberapa perbedaan, perbedaan juga terdapat pada

intervensi yang telah ditentukan dengan implementasi yang ada di dokumen pasien

baik pasien 1 dan pasien 2. Terdapat beberapa tindakan tambahan yang dilakukan

perawat dan tidak sesuai dengan intervensi yang ditentukan. Tindakan tambahan

yang dilakukan pada pasien 1 dan 2 juga terdapat perbedaan, yaitu dalam pemberian

distraksi dan relaksasi. Pelaksanaan tindakan keperawatan didokumentasikan

dengan table yang telah tertulis tindakan yang akan dilakukan dan untuk tindakan

yang dilakukan telah dituliskan jam serta paraf. Hal ini mungkin dilakukan karena

tindakan yang dilakukan memiliki keterkaaitan dengan kondisi pasien dan karena

sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditentukan oleh rumah sakit.

5. Evaluasi

Evaluasi yang ditemukan pada pasien 1 dan pasien 2 sama, yaitu menggunakan

evaluasi SOAP. Evaluasi yang didapatkan adalah S : pasien mengeluh sesak napas,

batuk berdahak O : keadaan umum lemah, RR 26x/menit, A : Bersihan jalan napas


tidak efektif, P : observasi keadaan umum dan TTV, atur posisi semi fowler, berikan

O2 sesuai kebutuhan, kolaborasi dalam pemberian terapi.

Indikator keberhasilan yang akan dicapai menurut (Moorhead et al., 2013)

antara lain, frekuensi pernapasan normal, irama pernapasan teratur, kedalaman

inspirasi normal, suara auskultasi napas normal (vesikuler), tidak ada suara napas

tambahan, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan, tidak ada pernapasan

cuping hidung, tidak ada batuk, tidak terdapat akumulasi sputum, tidak ada sianosis

Pada evaluasi keperawatan antara dokumen pasien 1 dan psien 2 terdapat

kesamaaan. Perbedaan terdapat pada teori yang dijadikan acuan oleh peneliti

dengan teori yang dijadikan acuan di ruangan. Penulisan evaluasi yang terdapat

pada dokumen pasien 1 dan pasen 2 tidak menggunakan indikator pencapaian hasil

yang diharapkan, tetapi menuliskan data subjektif yaitu keluahan pasien dan data

objektif yang merupakan prioritas. Hal ini mungkin dikarenakan teori yang

dijadikan acuan di rumah sakit berbeda dengan teori yang dijadikan acuan oleh

peneliti dan karena standar asuhan keperawatan yang telah ditentukan oleh rumah

sakit dan digunakan sebagai hand over untuk perawat diruangan, sehingga

digunakan SOAP.

C. Keterbatasan

Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya adalah tidak

dilakukannya validasi data kepada pasien dan perawat ruangan, observasi yang

dilakukan hanya observasi dari dokumen pasien yang kemungkinan pada

pengaplikasian asuhan keperawatan tidak terdokumentasi dan yang terakhir adalah

peneliti tidak merawat langsung pasien, sehingga tidak mengetahui secara nyata

kondisi yang dialami pasien.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengkajian keperawatan pada kedua dokumen keperawatan pasien terdapat

kesamaan. Pada pengajian terdapat 7 komponen pengkajian fokus dari data

subjektif dan objektif untuk bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien PPOK

dan ditemukan 6 komponen pada dokumentasi pasien 1 dan pasien 2 yaitu seperti

batuk produktif, terdapat produksi sputum berlebih, pola napas abnormal, dipsneu,

bunyi napas wheezing. Untuk data yang tidak ditemukan yaitu, penggunaan otot

bantu pernapasan.

2. Diagnosa keperawatan pada kedua dokumen keperawatan pasien terdapat

kesamaan. Perbedaan yang terdapat, yaitu pada diagnosa keperawatan pasien tidak

dituliskan symptom atau ditandai dengan. Penuliasan diagnosa keperawatan pada

bagian problem telah mengacu pada SDKI 2017. Pada bagian etiology, terdapat

perbedaan penggunaan kalimat yang menurut peneliti mempunyai makna yang

sama.

3. Intervensi keperawatan pada kedua dokumen tidak terdapat perbedaan. Terdapat

sedikit perbedaan dengan intervensi yang diajadikan acuan oleh peneliti dangan

dokumen pasien. Intervensi yang dijadikan acuan peneliti ada sebanyak 12

komponen dan yang ditemukan pada dokumen pasien terdapat 4 komponen yang

sama.
4. Pelaksanaan keperawatan pada dokumen keperawatan kedua pasien hampir sama

hanya terdapat sedikit perbedaan. Pada implemetasi yang dijadikan acuan oleh

peneliti ada 13 komponen dan yang terdapat pada dokumen pasien hanya 1

komponen. Terdapat tindakan tambahan untuk kedua pasien.

5. Evaluasi keperawatan pada kedua dokumentasi keperawatan tidak terdapat

perbedaan. Evaluasi yang terdapat pada dokumen pasien menggunakan SOAP

(subjective, objective, assessment, planning) sementara peneliti menggunakan

acuan dari indikator keberhasilan tindakan yang dilakukan.

Gambaran asuhan keperawatan pada pasien PPOK dengan bersihan jalan napas

tidak efektif di ruang Nakula RSUD Sanjiwani Gianyar tahun 2018 ditemukan antara

dokumen pasien 1 dan pasien 2 terdapat kesamaan. Ada beberapa perbedaan yang

terdapat pada dokumen pasien dengan teori yang dijadikan acuan oleh peneliti,

perbedaan terdapat pada diagnosa dan evaluasi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai gambaran asuhan

keperawtan pada pasien PPOK dengan bersihan jalan napas tidak efektif, terdapat

beberapa hambatan yang dialami peneliti dalam menyusun karya tulis ilmiah ini. Demi

kemajuan dari hasil penelitian ini, penelti menyarankan :

1. Perawat di rumah sakit sebagai tim kesehatan yang paling sering berhubungan

dengan pasien diperlukan untuk meningkatkan ketrampilan yang dimiliki untuk

meningkatkan asuhan keperawatan yang diberikan agar komperhensif dan optimal

dengan mengadakan pelatihan dan in service training. Perlu adanya revisi dan
sosialisasi pada asuhan keperawatan agar mengacu pada SDKI 2017 dan standar

asuhan keperawatan yang digunakan di rumah sakit.

2. Pihak institusi pendidikan dan peneliti perlu dilakukan perbaikan dalam desain

metode penelitian agar didapatkan hasil yang lebih optimal pada hasil dan

pembahasan.

Anda mungkin juga menyukai