1. Karakteristik responden
a. Pasien 1
Pasien dengan inisial Tn. WL, berjenis kelamin laki-laki berumur 60 tahun
beralamat di Br. Laplapan Petulu, Ubud. Pasien sudah menikah, pekerjaan petani,
cara bayar menggunakan BPJS. Pasien rutin kontrol poli paru. Pasien tidak
memiliki riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular. Pasien datang ke UGD
RSUD Sanjiwani Gianyar pada tanggal 18 April 2018 pada pukul 06.10 WITA
dengan keluhan sesak napas sejak tadi pagi dan batuk. Pasien di rawat di ruang
Nakula RSUD Sanjiwani Gianyar untuk perawatan lebih lanjut. Pasien pernah
dirawat dengan sesak, kurang lebih 4 bulan yang lalu. Tanda-tanda vital TD :
mentis. Pasien diberikan terapi O2 2 lpm, Nebul Combivent 3x1 respal, drip ½ amp
Aminophilin dalam 500 ml NaCL 0,9% 16 tpm, Omeprazole 2x1 vial IV,
b. Pasien 2
beralamat di Br. Tengkulak Kaja, Kemenuh. Pasien sudah menikah, pasien tidak
bekerja, cara bayar menggunakan personal. Pasien tidak pernah dirawat di rumah
sakit sebelumnya dan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan maupun penyakit
menular. Pasien mengatakan jika terdapat batuk sejak kurang lebih 3 bulan yang
lalu. Pasien datang pada tanggal 8 April 2018 ke UGD RSUD Sanjiwani Gianyar
pada pukul 02.50 WITA dengan keluhan sesak napas disertai batuk berdahak dan
Hirdocortison 2x 100 mg, Nebulizer tiap 8 jam, Ranitidine 2x1 amp, Oxitrecid
pada pasien PPOK di ruang Nakula RSUD Sanjiwani Gianyar didapatkan hasil
1) Dokumen pasien 1
pengkajian fokus yaitu breathing ditemukan, pola napas dipsneu, bunyi napas
pola aktivitas, ditemukan data subjektif dan objektif pasien mengalami sesak, irama
pernapasan dipsneu, suara napas wheezing, terdapat batuk, berdahak, dahak yang
dihasilkan lengket.
Pengkajian fokus untuk bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien PPOK
batuk produktif, terdapat produksi sputum berlebih, pola napas abnormal, dipsneu,
bunyi napas wheezing, frekuensi napas berubah. Untuk data yang tidak ditemukan
ada 1 komponen pada dokumen pasien 1 yaitu, penggunaan otot bantu pernapasan.
2) Dokumen pasien 2
pengkajian fokus yaitu breathing ditemukan, pola napas dipsneu dan bunyi napas
pola aktivitas ditemukan, data subjektif dan objektif pasien mengalami sesak, irama
pernapasan dipsneu, suara napas wheezing, terdapat batuk, berdahak, dahak yang
dihasilkan kental.
Pengkajian fokus untuk bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien PPOK
batuk produktif, terdapat produksi sputum berlebih, pola napas abnormal, dipsneu,
bunyi napas wheezing. Untuk data yang tidak ditemukan ada 1 komponen pada
b. Diagnosa keperawatan pada pasien PPOK dengan bersihan jalan napas tidak
efektif
1) Dokumen pasien 1
adalah bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengumpulan
adalah bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengumpulan
c. Intervensi keperawatan pada pasien PPOK dengan bersihan jalan napas tidak
refektif
Hasil pengamatan pada intervensi yang terdapat pada dokumen pasien 1 dan
jalan napas efektif dengan kreteria : pasien mampu mengeluarkan sekresi secara
2) Rencana tindakan
Tindakan mandiri : kaji suara napas dan tanda-tanda penurunan ventilasi udara
efektif, beri KIE tentang hubungan perubahan karakteristik sputum (warna, jumlah
terdapat 2 intervensi yaitu menejemen jalan napas dan monitor pernapasan. Pada
dokumen pasien 1 dan pasien 2, ada 3 komponen yaitu posisikan pasien untuk
melakukan batuk efektif. Sementara yang tidak ditemukan ada 3 komponen yaitu,
buka jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw thrust, ajarkan pasien atau
Pada intervensi monitor pernapasan terdapat 6 komponen dan ada 1 komponen yang
ditemukan pada dokumen pasien 1 dan pasien 2 yaitu, auskultasi suara napas.
Sementara yang tidak ditemukan ada 5 komponen yaitu, monitor kecepatan, irama,
tambahan seperti ngorok dan mengi, monitor pola napas, monitor sesak napas.
Data untuk intervensi tambahan yang terdapat pada dokumen pasien 1 dan
pasien 2 yaitu kaji kebutuhan akan penghisapan mucus secara mekanik (suction),
beri KIE tentang hubungan perubahan karakteristik sputum (warna, jumlah dan
oksigen yang telah dihumadifikasi, delegasi dalam pemberian obat aerosol melalui
tidak efektif
1) Dokumen pasien 1
pasien PPOK dengan bersihan jalan napas tidak efektif dan ditemukan 2 komponen
pukul 09.00 WITA, tanggal 20 April 2018 dilakukan pada pukul 08.00 WITA,
tanggal 21 April 2018 dilakukan pada pukul 08.00 WITA, tanggal 22 April 2018
pada pukul 09.00 WITA dan mengintruksikan batuk efektif dilaksanakan pada
tanggal 19 April sampai 22 April setiap pagi pada pukul 09.00 WITA.
Sementara yang tidak ditemukan ada 11 komponen yaitu membuka jalan napas
dengan teknik chin lift atau jaw thrust, melakukan fisioterapi dada, mengajarkan
memonitor suara napas tambahan seperti mengi dan wheezing, memonitor pola
Data implementasi tambahan yang dilakukan dan tercatat pada dokumen pasien
1, yaitu :
a) Mengukur tanda vital, dilakukan pada stanggal 19 April 2018 sampai 22 April
pada tanggal 19 April 2018 pukul 07.00, 12.00 dan pada pukul 18.00 WITA.
Pada tanggal 20 April 2018 dilakukan pada pukul 08.00, 12.00 dan pada pukul
18.00 WITA. Tanggal 21 dan 22 April 2018 dilakukpan pada pukul 07.00,
tanggal 19 sampai 22 April 2018 pukul 08.00, 16.00 dan pada pukul 24.00
WITA.
d) Merawat infus dilakukan pada tanggal 20 April 2018 pada pukul 08.00 WITA.
dilakukan pada tanggal 19 sampai 22 April setiap pagi pada pukul 08.00
WITA.
2) Dokumen pasien 2
keperawatan pada pasien PPOK dengan bersihan jalan napas tidak efektif dan
sampai tanggal 12 April 2018 setiap pagi pada pukul 08.00 WITA dan
Sementara yang tidak dilakukan ada 11 komponen yaitu membuka jalan napas
dengan teknik chin lift atau jaw thrust, melakukan fiioterapi dada, mengajarkan
memonitor suara napas tambahan seperti mengi dan wheezing, memonitor pola
Data untuk implementasi tambahan yang dilakukan dan tercatat pada dokumen
pasien 2 yaitu :
a) Mengukur tanda vital dilakukan pada tanggal 9 sampai 12 April 2018 setiap
b) Membantu memberikan makan minum dan memberi obat oral dilakukan pada
tanggal 9 sampai 12 April 2018 pada pukul 08.00, 12.00 dan pada pukul 18.00
WITA.
tanggal 9 sampai 12 April 2018 pada pukul 08.00, 16.00 dan pada pukul 24.00
WITA.
e. Evaluasi keperawatan pada pasien PPOK dengan bersihan jalan napas tidak
efektif
1) Dokumen pasien 1
didapatkan pada tanggal 22 April 2018 adalah S : pasien mengeluh sesak napas,
jalan napas tidak efektif, P : observasi keadaan umum dan TTV, atur posisi semi
fowler, berikan O2 sesuai kebutuhan, ajarkan batuk efektif, kolaborasi dalam
pemberian terapi.
2) Dokumen pasien 2
didapatkan pada tanggal 12 April 2018 adalah S : pasien mengeluh sesak napas dan
tidak efektif, P : observasi keadaan umum dan TTV, atur posisi semi fowler, berikan
normal (vesikuler), tidak ada suara napas tambahan, tidak ada penggunaan otot
bantu pernapasan, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada batuk, tidak
B. Pembahasan
Bagian ini menguraikan tentang hasil temuan studi kasus dengan teori yang
terkait. Studi kasus ini membandingkan dengan kesesuaian dan kesenjangan yang
terdapat pada 2 asuhan keperawatan pada Tn. WL dan Ny. WM pasien PPOK
dengan bersihan jalan napas tidak efektif di Ruang Nakula RSUD Saniwani Gianyar
1. Pengkajian
Pada pengajian terdapat 7 komponen pengkajian fokus dari data subjektif dan
objektif untuk bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien PPOK dan ditemukan
6 komponen pada dokumentasi pasien 1 dan pasien 2 yaitu seperti batuk produktif,
terdapat produksi sputum berlebih, pola napas abnormal, dipsneu, bunyi napas
wheezing, frekuensi napas berubah. Untuk data yang tidak ditemukan yaitu,
besar pengkajian fokus untuk masalah bersihan jalan napas tidak efektif.
Menurut teori dari (Tarwoto & Wartonah, 2015) pengkajian yang terdapat pada
pasien PPOK dengan bersihan jalan napas tidak efektif yaitu terdapat batuk dengan
sputum, perubahan pola napas dan sesak napas. Menurut (Muttaqin, 2008)
pengkajian fokus yang dilakukan untuk bersihan jalan napas tidak efektif pada
pasien PPOK antara lain, perubahan frekuensi pernapasan, penggunaan otot bantu
pernapasan, batuk produktif dengan sputum dan bunyi suara napas ronki dan
wheezing.
pengkajian hanya frekuensi napas dan jenis mukus yang dihasilkan berbeda antara
pengkajian fokus sesuai teori yang dijadikan acuan oleh peneliti. Ada beberapa
dikarenakan yang pertama, keterbatasan dari tenaga dan waktu perawat untuk
mengkaji secara mendalam, kedua, sesuai dengan kondisi pasien saat dilakukan
mendokumentasikannya.
2. Diagnosa
yaitu problem, etiologi dan symptom, pada dokumen pasien 1 dan pasien 2 telah
dituliskan problem yaitu bersihan jalan napas tidak efektif. Etiology yang di
Salah satu diagnosa keperawatan pasien PPOK adalah problem atau masalah
bersihan jalan napas tidak efektif. Etiologi atau yang berhubungan dengan antara
lain secara fisiologis yaitu, hipersekesi jalan napas dan sekresi yang tertahan.
Symptom atau yang ditandai dengan antara lain batuk tidak efektif, tidak mampu
batuk, sputum berlebih, suara napas mengi dan ronkhi., dispnea sianosis, bunyi
napas turun, frekuensi napas berubah, pola napas berubah (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2017).
Pada dokumen pasien 1 dan pasien 2 terdapat kesaman pada penulisan diagnosa
2017 dalam penulisan problem yaitu bersihan jalan napas tidak efektif sesuai
dengan kondisi pasien. Etiology atau yang berhubungan dengan dipilih pada
mukus berlebih sementara pada teori yang dijadikan acuan oleh peneliti adalah
sekresi yang tertahan, tetapi menurut peneliti keduanya memiliki makna yang sama.
Sementara untuk symptom atau ditandai dengan, tidak dituliskan pada diagnosa
keperawatan didokumen pasien baik dokumen pasien 1 dan pasien 2. Hal ini
sama dengan pengkajian data subjektif dan objektif, sehingga tidak dituliskan.
3. Intervensi
tidak efektif pada pasien PPOK yaitu menejemen jalan napas dan monitor
pernapasan. Pada menejemen jalan napas terdapat 6 komponen dan yang ditemukan
didokumen pasien 1 dan pasien 2, ada 3 komponen yang ditemukan yaitu posisikan
intruksi melakukan batuk efektif. Sementara yang tidak ditemukan ada 3 komponen
yaitu, buka jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw thrust, ajarkan pasien atau
Pada monitor jalan napas terdapat 6 komponen dan ada 1 komponen yang
ditemukan pada dokumen pasien 1 dan pasien 2 yaitu, auskultasi suara napas. 5
komponen tidak terdapat yaitu, monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
pernapasan, retraksi dada), monitor suara napas tambahan seperti ngorok dan engi,
monitor pola napas, monitor sesak napas. Intervensi tambahan yang terdapat pada
dokumen pasien 1 dan pasien 2 yaitu kaji kebutuhan akan penghisapan mucus
2 terdapat kesamaan. Ada beberapa perbedaan dengan teori yang dijadikan acuan
yang dipilih untuk dijadikan standar intervensi ruangan oleh pihak rumah sakit
berbeda-beda sesuai dengan kebijakan rumah sakit dan standar asuhan keperawatn
di rumah sakit. Intervensi yang terdapat pada dokumen pasien baik pasien 1 dan
pasien 2 telah mengacu pada Nursing Outcome Classification (NOC) dan Nursing
4. Implementasi
ventilasi (semifowler) dan melatih batuk efektif. Sementara yang tidak dilakukan
ada 11 komponen ,yaitu membuka jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw
pernapasan, retraksi dada), memonitor suara napas tambahan seperti mengi dan
infus, melatih teknik distraksi, melatih teknik relaksasi dan memberi oksigenasi.
intervensi yang telah ditentukan dengan implementasi yang ada di dokumen pasien
baik pasien 1 dan pasien 2. Terdapat beberapa tindakan tambahan yang dilakukan
perawat dan tidak sesuai dengan intervensi yang ditentukan. Tindakan tambahan
yang dilakukan pada pasien 1 dan 2 juga terdapat perbedaan, yaitu dalam pemberian
dengan table yang telah tertulis tindakan yang akan dilakukan dan untuk tindakan
yang dilakukan telah dituliskan jam serta paraf. Hal ini mungkin dilakukan karena
tindakan yang dilakukan memiliki keterkaaitan dengan kondisi pasien dan karena
sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditentukan oleh rumah sakit.
5. Evaluasi
Evaluasi yang ditemukan pada pasien 1 dan pasien 2 sama, yaitu menggunakan
evaluasi SOAP. Evaluasi yang didapatkan adalah S : pasien mengeluh sesak napas,
inspirasi normal, suara auskultasi napas normal (vesikuler), tidak ada suara napas
tambahan, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan, tidak ada pernapasan
cuping hidung, tidak ada batuk, tidak terdapat akumulasi sputum, tidak ada sianosis
kesamaaan. Perbedaan terdapat pada teori yang dijadikan acuan oleh peneliti
dengan teori yang dijadikan acuan di ruangan. Penulisan evaluasi yang terdapat
pada dokumen pasien 1 dan pasen 2 tidak menggunakan indikator pencapaian hasil
yang diharapkan, tetapi menuliskan data subjektif yaitu keluahan pasien dan data
objektif yang merupakan prioritas. Hal ini mungkin dikarenakan teori yang
dijadikan acuan di rumah sakit berbeda dengan teori yang dijadikan acuan oleh
peneliti dan karena standar asuhan keperawatan yang telah ditentukan oleh rumah
sakit dan digunakan sebagai hand over untuk perawat diruangan, sehingga
digunakan SOAP.
C. Keterbatasan
dilakukannya validasi data kepada pasien dan perawat ruangan, observasi yang
peneliti tidak merawat langsung pasien, sehingga tidak mengetahui secara nyata
A. Kesimpulan
subjektif dan objektif untuk bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien PPOK
dan ditemukan 6 komponen pada dokumentasi pasien 1 dan pasien 2 yaitu seperti
batuk produktif, terdapat produksi sputum berlebih, pola napas abnormal, dipsneu,
bunyi napas wheezing. Untuk data yang tidak ditemukan yaitu, penggunaan otot
bantu pernapasan.
kesamaan. Perbedaan yang terdapat, yaitu pada diagnosa keperawatan pasien tidak
bagian problem telah mengacu pada SDKI 2017. Pada bagian etiology, terdapat
sama.
sedikit perbedaan dengan intervensi yang diajadikan acuan oleh peneliti dangan
komponen dan yang ditemukan pada dokumen pasien terdapat 4 komponen yang
sama.
4. Pelaksanaan keperawatan pada dokumen keperawatan kedua pasien hampir sama
hanya terdapat sedikit perbedaan. Pada implemetasi yang dijadikan acuan oleh
peneliti ada 13 komponen dan yang terdapat pada dokumen pasien hanya 1
Gambaran asuhan keperawatan pada pasien PPOK dengan bersihan jalan napas
tidak efektif di ruang Nakula RSUD Sanjiwani Gianyar tahun 2018 ditemukan antara
dokumen pasien 1 dan pasien 2 terdapat kesamaan. Ada beberapa perbedaan yang
terdapat pada dokumen pasien dengan teori yang dijadikan acuan oleh peneliti,
B. Saran
keperawtan pada pasien PPOK dengan bersihan jalan napas tidak efektif, terdapat
beberapa hambatan yang dialami peneliti dalam menyusun karya tulis ilmiah ini. Demi
1. Perawat di rumah sakit sebagai tim kesehatan yang paling sering berhubungan
dengan mengadakan pelatihan dan in service training. Perlu adanya revisi dan
sosialisasi pada asuhan keperawatan agar mengacu pada SDKI 2017 dan standar
2. Pihak institusi pendidikan dan peneliti perlu dilakukan perbaikan dalam desain
metode penelitian agar didapatkan hasil yang lebih optimal pada hasil dan
pembahasan.