Anda di halaman 1dari 8

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Fobia khas adalah ketakutan yang sangat kuat dan tidak berdasarkan akal
terhadap benda atau situasi tertentu. Dalam fobia khas ada beberapa tipe yaitu tipe
binatang (Laba-laba, serangga, anjing), tipe lingkungan alam (Ketinggian, badai,
air), tipe injeksi-darah, tipe situasional (Pesawat terbang, lift, tempat tertutup) dan
tipe lain (situasi yang dapat menyebabkan tersedak atau muntah: pada anak-anak,
misalnya suara keras atau karakter berkostum) (Kaplan, dkk, 1997).
B. Etiologi
Penyebab fobia khas Menurut Durand & Barlow (2005), ada beberapa
penyebab munculnya fobia khas yaitu:
1. Traumatic event
Kebanyakan orang yang mengalami fobia khas disebabkan oleh
kejadian trauma. Contohnya jika kita digigit oleh anjing, maka kita akan
menjadi phobia terhadap anjing.
2. Information transmition
Seseorang dapat mengalami fobia khas karena sering mengingat sesuatu
yang berbahaya. Misalnya seorang wanita mengalami fobia terhadap ular,
padahal wanita tersebut belum pernah bertemu dengan ular. Tetapi, ia sering
dibilang atau mendengar bahwa akan ada ular yang berbahaya di rumput yang
tinggi. Hal ini membuat wanita tersebut menggunakan sepatu boot untuk
menghindari bahaya, walaupun ia berjalan di jalan yang biasa.
3. Sosial dan Kultural
Faktor ini sangat kuat dapat mempengaruhi seseorang mengalami fobia
khas. Dalam masyarakat tidak dapat diterima jika seorang laki-laki
menunjukkan ketakutan dan fobia. Mayoritas fobia khas terjadi pada
perempuan.
C. Faktor Resiko
Faktor resiko fobia khas Menurut Durand & Barlow (2005), ada beberapa factor
resiko yang mendukung munculnya fobia khas yaitu:
1. Emosional
Faktor risiko temperamental untuk fobia spesifik, seperti karakteristik
negatof (neuroticism) atau penghambatan perilaku, adalah faktor risiko untuk
gangguan kecemasan lainnya juga.
2. Lingkungan
Faktor risiko lingkungan untuk fobia spesifik, seperti perlindungan
orangtua yang berlebihan, kehilangan dan pemisahan orang tua, dan pelecehan
fisik dan seksual, cenderung untuk memprediksi gangguan kecemasan lainnya
juga. Seperti disebutkan sebelumnya, pertemuan negatif atau traumatis dengan
objek atau situasi yang ditakuti kadang-kadang (tetapi tidak selalu) mendahului
perkembangan fobia spesifik.
3. Genetik dan fisiologis.
Mungkin ada kerentanan genetik terhadap kategori fobia spesifik
tertentu (misalnya, individu dengan kerabat tingkat pertama dengan fobia
hewan tertentu secara signifikan lebih mungkin memiliki fobia spesifik yang
sama daripada kategori lainnya fobia). Individu dengan fobia cedera injeksi
darah menunjukkan kecenderungan unik untuk sinkop vasovagal (pingsan) di
hadapan stimulus fobia.
D. Diagnosis
Kriteria diagnostik fobia khas menurut DSM V (300.29) (F40.2) :

1. Menandai ketakutan atau kecemasan terhadap suatu objek atau situasi tertentu
(terbang, ketinggian, binatang, jarum suntik, darah).
2. Objek atau situasi fobia hampir selalu memancing ketakutan atau kecemasan
tiba-tiba.
3. Objek atau situasi fobia secara aktif dihindari atau diatasi dengan ketakutan atau
kecemasan yang kuat.
4. Ketakutan atau kecemasan itu tidak sesuai dengan bahaya sebenarnya yang
ditimbulkan oleh objek atau situasi tertentu dan pada konteks kultur sosial.
5. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran tersebut berlanjut, biasanya
berlangsung selama 6 bulan atau lebih.
6. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran menyebabkan gangguan-gangguan
klinis yang signifikan pada kehidupan sosial, pekerjaan, atau bidang penting
lainnya.
7. Gangguan tersebut tidak lebih baik dijelaskan oleh gejala dari gangguan mental
lainnya, seperti ketakutan, kecemasan, dan penghindaran terhadap situasi
dibantu dengan gejala seperti panik atau gejala ketidakmampuan lainnya (seperti
pada agorafobia); objek atau situasi yang berkaitan dengan obsesi (seperti pada
gangguan obsesif-kompulsif); ingatan atas suatu trauma (seperti pada gangguan
stres pasca trauma); pemisahan dari rumah atau kasih sayang seseorang (seperti
pada gangguan kecemasan pemisahan); atau pada situasi sosial (seperti pada
gangguan kecemasan sosial).
Kriteria diagnosis fobia khas (terisolasi) menurut PPDGJ-III adalah:
Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti:
1. Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan
manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain
seperti misalnya waham atau pikiran obsesif;
2. Anxietas hanya terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu (highly
specific situations); dan
3. Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya
Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain.
E. Diagnosis Banding
1. Agrofobia
Fobia spesifik situasional dapat menyerupai agorafobia dalam
presentasi klinisnya, mengingat tumpang tindih dalam situasi yang ditakuti
(mis. Terbang, tempat tertutup, elevator). Jika seseorang hanya takut pada satu
dari situasi agorafobia, maka fobia spesifik, situasional,dapat didiagnosis. Jika
dua atau lebih situasi agorafobik ditakuti, diagnosis agorafobia kemungkinan
diperlukan.
Misalnya, seseorang yang takut dengan pesawat terbang dan lift (yang
tumpang tindih dengan situasi agorafobik "transportasi umum") tetapi tidak
tidak takut pada situasi agorafobik lain akan didiagnosis dengan fobia spesifik,
situasional, sedangkan seseorang yang takut pesawat terbang, lift, dan orang
banyak (yang tumpang tindih dengan dua situasi agorafobik, "menggunakan
transportasi umum" dan "mengantre dan atau berada dalam kerumunan ") akan
didiagnosis dengan agorafobia.
Kriteria B dari agorafobia (situasi ditakuti atau dihindari" karena pikiran
yang melarikan diri mungkin sulit atau bantuan mungkin tidak tersedia jika
terjadi gejala seperti panik atau lainnya gejala melumpuhkan atau memalukan
") juga dapat berguna dalam membedakan agorafobia dari fobia spesifik. Jika
situasi ditakuti karena alasan lain, seperti takut akan dirugikan secara langsung
oleh objek atau situasi (misalnya, takut pesawat menabrak, takut akan hewan
menggigit), diagnosis fobia tertentu mungkin lebih tepat.
2. Gangguan Kecemasan Sosial
Jika situasi dikhawatirkan karena evaluasi negatif, gangguan kecemasan
sosial harus didiagnosis daripada fobia spesifik
3. Gangguan Panik
Individu dengan fobia spesifik dapat mengalami serangan panik ketika
dihadapkan dengan situasi atau objek yang mereka takuti. Diagnosis fobia
spesifik akan diberikan jika serangan panik hanya terjadi sebagai respons
terhadap objek atau situasi tertentu, sedangkan diagnosis gangguan panik akan
diberikan jika individu tersebut juga mengalami serangan panik yang tidak
terduga (yaitu, tidak menanggapi objek atau situasi fobia tertentu)
F. Penatalaksanaan
1. Terapi Rasional Emotif Tingkah Laku
Terapi rasional emotif tingkah laku adalah terapi yang berusaha
menghilangkan cara berfikir klien yang tidak logis dan irasional, dan
menggantinya dengan sesuatu yang logis dan rasional dengan cara menyerang,
menentang, mempertanyakan dan membahas keyakinan-keyakinan irasional
klien.
Tujuan utama dari terapi rasional emotif tingkah laku adalah membantu
klien memahami kepercayaan irrasionalnya, dengan mendebatkannya dan
selanjutnya merubahnya dengan pemikiran yang lebih positif dan rasional.
Membantu anak menjadi evaluator atas dirinya sendiri, sehingga dapat belajar
untuk hidup sehat, mengontrol diri, dan bertanggung jawab atas kehidupannya.
Menurut Edelstein (2010) terapi rasional emotif tingkah laku membantu
seseorang untuk dapat lebih percaya diri dan mengeliminasi atau
menghilangkan masalah pemikiran yang mengganggu (irasional).
2. Farmakologi
Farmakoterapi yang dapat diberikan yaitu obat-obatan golongan
selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), Serotonin-Norepinephrine
Reuptake Inhibitors (SNRIs), benzodiazepine, B-blocker.
Rekomendasi pengobatan anxietas antara lain: ( Bystritsky, et al., 2013).
a. Selective Serotonin Uptake Inhibitor (SSRI)
Berdasarkan beberapa guideline mengenai rekomendasi pengobatan
untuk gangguan anxietas, SSRIs direkomendasikan sebagai first-line terapi
untuk sebagian besar gangguan anxietas. Kelompok obat ini diantaranya
fluoxetine, sertraline, citalopram, escitalopram, fluvoxamine, paroxetine dan
vilazodone. Mekanisme penting dari kelompok obat-obatan tersebut yaitu
menghambat transporter serotonin dan menyebabkan desensitisasi reseptor
serotonin postsinaptik, sehingga menormalkan aktivitas jalur serotonergik.
b. Serotonin-Norepinephrine Reuptake Inhibitors (SNRIs)
SNRI yang menghambat transporter serotonin dan norepinefrin,
termasuk venlafaxine, desvenlafaxine, dan duloxetine. SNRI biasanya
digunakan apabila terjadi kegagalan atau respon yang tidak adekuat terhadap
SSRI. Tanggapan pasien terhadap SNRI sangat bervariasi, beberapa pasien
mungkin mengalami eksaserbasi gejala fisiologis anxietas sebagai akibat dari
peningkatan sinyal mediasi norepinefrin yang disebabkan oleh
penghambatan transporter norepinefrin. Untuk pasien yang tidak mengalami
efek ini, peningkatan tonus noradrenergik dapat berkontribusi terhadap
efikasi ansiolitik dari obat-obatan ini .
c. Benzodiazepine
Meskipun benzodiazepin banyak digunakan pada zaman dahulu untuk
mengobati kondisi anxietas, tetapi tidak lagi dianggap sebagai terapi lini
pertama karena menimbulkan efek samping yang merugikan, jika digunakan
dalam waktu yang lama dan dosis yang tinggi. Oleh karena itu, penggunaan
benzodiazepine hanya terbatas untuk pengobatan jangka pendek anxietas
akut .
III. PENUTUP

Fobia khas adalah ketakutan yang sangat kuat dan tidak berdasarkan akal
terhadap benda atau situasi tertentu. Ada beberapa penyebab munculnya fobia khas
yaitu traumatic event, information transmition, sosial dan kultural. Menurut
Manual American Psychiatric Association Diagnostik dan Statistik Gangguan
Mental, Edisi Kelima (DSM-V), diagnostik fobia khas adalah dengan
memperhatikan ketakutan atau kecemasan terhadap suatu objek atau situasi tertentu
(terbang, ketinggian, binatang, jarum suntik, darah), objek atau situasi fobia hampir
selalu memancing ketakutan atau kecemasan tiba-tiba, bbjek atau situasi fobia
secara aktif dihindari atau diatasi dengan ketakutan atau kecemasan yang kuat,
ketakutan atau kecemasan itu tidak sesuai dengan bahaya sebenarnya yang
ditimbulkan oleh objek atau situasi tertentu dan pada konteks kultur social.
ketakutan, kecemasan, atau penghindaran tersebut berlanjut, biasanya berlangsung
selama 6 bulan atau lebih, menyebabkan gangguan-gangguan klinis yang signifikan
pada kehidupan sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya serta gangguan
tersebut tidak lebih baik dijelaskan oleh gejala dari gangguan mental lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association. 2013. Diagnostic And Statistical Manual of


Mental Disorder Edition “DSM-5”. Washinton DC: American Psychiatric
Publishing. Washinton DC.
Saddock BJ, Saddock VA. 2007. Anxiety disorder. Kaplan Saddock’s Synopsis of
Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Tenth Edition.. New
York: Lippincott Williams & Wilkins
Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. 2007. Generalized Anxiety
Disorder in. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry : Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York: Lippincott Williams &
Wilkins

Anda mungkin juga menyukai