Anda di halaman 1dari 14

15

PREEKLAMPSIA

A. Definisi
Preeklampsia adalah kelainan malafungsi endotel pembuluh darah atau
vaskular yang menyebar luas sehingga terjadi vasospasme setelah usia kehamilan 20
minggu, mengakibatkan terjadinya penurunan perfusi organ dan pengaktifan endotel yang
menimbulkan terjadinya hipertensi, edema nondependen, dan dijumpai proteinuria 300mg
per 24 jam atau 30mg/dl (+1 pada dipstick) dengan nilai sangat fluktuatif saat pengambilan
urin sewaktu (Brooks MD, 2011). Preeklampsia dapat berkembang dari preeklampsia yang
ringan sampai preeklampsia yang berat (George, 2007).
Preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah
diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria ≥ 5 g/24 jam atau ≥ +3 disebut sebagai
preeklampsia berat. Beberapa tanda dan gejala dari preeklampsia berat antara lain nyeri
epigastrium, sakit kepala dan gangguan penglihatan akibat edema serebral.

B. Etiologi
Penyebab terjadinya hipertensi dalam kehamilan masih belum diketahui
dengan jelas. Beberapa faktor yang diduga terlibat dalam mekanisme terjadinya
hipertensi pada kehamilan yaitu:

Pada hipertensi dalam kehamilan, tidak terjadi invasi sel-sel trofoblast


sehingga tidak terjadi distensi dan dilatasi lumen dan menyebabkan
kegagalan“remodeling a.spiralis” serta mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi.
16

 Gangguan metabolisme prostaglandin


Salah satu fungsi endotel yaitu memproduksi prostaglandin. Adanya disfungsi
endotel menyebabkan gangguan metabolisme prostaglandin sehingga menurunkan
produksi prostasiklin (PGE2).
 Agregasi sel-sel trombosit yang kemudian mengakibatkan produksi tromboxan
(TXA2). Normalnya, kadar prostasiklin > tromboxan, akan tetapi pada hipertensi
dalam kehamilan kadar tromboxan > prostasiklin.
17

 Glomerular endotheliosis, perubahan pada sel endotel kapiler glomerulus


 ↑ permeabilitas kapiler
 ↑ Endothelin (vasokonstriktor) dan ↓ NO (vasodilator)
 ↑ Faktor koagulasi

4. Adaptasi Kardiovaskuler
Pada kehamilan normal, pembuluh darah refrakter terhadap vasopressor. Hal ini
terjadi akibat adanya sintesis prostaglandin. Pada hipertensi dalam kehamilan,
kehilangan daya refrakter dan ↑ kepekaan terhadap vasopressor.
5. Genetic Imprinting
Faktor keturunan memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan terjadinya
preeclampsia dan mempunya irisiko 7,11 kali untuk terjadi preeclampsia pada ibu
hamil yang mempunyai riwayat keluarga dengan preeklamsia dibandingkan
dengan mereka yang tidak mempunyai riwayat keluarga dengan preeklamsia. Hasil
penelitian menyebutkan bahwa ibu hamil yang mengalami pre-eklamsia memiliki
kecenderungan anak perempuannya akan mengalami preeklamsia juga.
18

C. Patofisiologi

D. Klasifikasi
Berdasarkan National High Blood Pressure Education Program (NHBPEP)
Working Group, hipertensi dalam kehamilan diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Gestational hypertension / Pregnancy Induced Hypertension
Hipertensi yang baru muncul setelah usia kehamilan 20 minggu tanpa disertai
dengan proteinuria dan tekanan darah dapat kembali normal dalam 12 minggu post
partum.
2. Chronic hypertension
Hipertensi yang muncul sebelum kehamilan atau sebelum usia kehamilan 20
minggu dan menetap sampai 12 minggu post partum.
3. Preeclampsia: Hipertensi yang baru muncul setelah usia kehamilan 20 minggu
pada wanita dengan riwayat tekanan darah normal sebelum kehamilan dan disertai
dengan adanya proteinuria.
19

4. Eclampsia: Preeclampsia yang disertai dengan kejang dan atau koma. Kejang dapat
terjadi sebelum, selama dan postpartum.
5. Superimposed preeclampsia (on chronic hypertension)
Chronic hypertension yang disertai dengan proteinuria.

E. Faktor Resiko
- Usia < 20 tahun atau > 35 tahun
- Nullipara
- Primigravida
- Hydatidiform mole
- Diabetes mellitus
- Thyroid disease
- Chronic hypertension
- Renal disease
- Riwayat keluarga dengan preeclampsia kehamilan normal
- Riwayat pre-eklampsia, eklampsia pada kehamilan sebelumnya
- Obesitas

F. Diagnosis
Diagnosis preeklamsia berat apabila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai
berikut:
- Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg atau tekanan darah diastolic ≥110 mmHg pada
minimal 2 kali pemeriksaan dengan jarak pemeriksaan minimal 6jam meskipun
pasien dalam keadaan tirah baring.
- Proteinuria ≥ 5 gr atau ≥ +3
- Trombositopenia < 100.000/μl
- Oliguria, urine output < 500 ml / 24 jam
- ↑ kadar creatinin > 1,1 mg/dl
- Gangguan visus dan serebral : ↓ kesadaran, nyeri kepala, pandangan kabur
- Nyeri epigastrik atau nyeri pada kuadran kanan atas
- Gangguan fungsi hepar : ↑ kadar SGOT dan SGPT ( ↑ 2x dari nilai normal)
- Edema pulmo
- Sianosis
- Hemolisis mikroangiopati
20

- Janin tumbuh lambat


Preeklamsia berat dibagi menjadi:
 Preeklamsia berat tanpa impending eclampsia
 Preeklamsia berat dengan impending eclampsia
impending eclampsia apabila disertai dengan gejala nyeri kepala hebat, gangguan visus,
muntah, nyeri epigastrik, dan ↑ tekanan darah yang progresif.

G. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan PEB:
1. Mencegah kejang
Pemberian obat antikejang berupa MgSO4
Dosis:
 Loading dose : initial dose 4 gr MgSO4 IV
1. Ambil 4 g MgSO4 (20ml larutan MgSO4 20%) dilarutkan dalam
100 ml RL/D5%  habis dalam 15-20 menit
2. Ambil 4 g larutan MgSO4 (10ml larutan MgSO4 40%) dan
larutkan dengan 10 ml akuades. Berikan larutan tersebut secara
IV selama 20 menit. Jika akses itravena sulit, berikan masing-
masing 5g MgSO4 (12,5 ml larutan MgSO4 40%) IM di bokong
kiri dan kanan.
 Maintenance dose 6 gr dalam larutan RL selama 6 jam atau 4-5 gr IM /4-
6 jam
1. Ambil 6 g MgSO4 (30 ml larutan MgSO4 20%) dan laurtkan
dalam 500 ml larutan RL/Ringer Asetat, lalu berikan IV dengan
kecepatan 28 tetes/menit selama 6 jam, dan diulang hingga 24 jam
setelah persalinan atau kejang berakhir (bila eklampsia)
2. Ambil 6 g MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan
dalam 500 ml larutan RL/Ringer Asetat, lalu berikan IV dengan
kecepatan 28 tetes/menit selama 6 jam, dan diulang hingga 24 jam
setelah persalinan atau kejang berakhir (bila eklampsia).
Syarat pemberian
 Tersedia antidotum : kalsium glukonas 10% = 1gr IV selama 3 menit
 Reflex patella (+) kuat
21

 RR > 16x/menit, tidak ada tanda-tanda respirasi distress


 Urin ≥ 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
Pemberian MgSO4 dihentikan apabila ditemukan:
 Tanda intoksikasi
 Setelah 24 jam postpartum atau 24 jam setelah kejang terakhir
Dosis terapeutik dan toksik MgSO4
 Dosis terapeutik : 4,8-8,4 mg/dl
 Hilangnya reflex tendon : 12 mg/dl
 Henti pernafasan : 18 mg/dl
 Henti jantung : >36 mg/dl
Apabila terjadi refrakter terhadap pemberian MgSO4, maka dapat diberikan salah
satu obat berikut:
 Thiopental sodium
 Sodium amobarbital
 Diazepam
 Fenitoin
2. Mengendalikan hipertensi
Pemberian obat antihipertensi:
a. Hipertensi ringan-sedang
Keuntungan dan risiko terapi anti hipertensi pada hipertensi ringan-sedang
(tekanan darah sistolik 140-169 mmHg dan tekanan darah diastolik 90-109
mmHg) masih kontroversial. Guideline European Society of Hypertension
(ESH) / European Society of Cardiology (ESC) terbaru merekomendasikan
pemberian terapi jika tekanan darah sistolik 140 mmHg atau diastolik 90
mmHg pada wanita dengan:
• Hipertensi gestasional (dengan atau tanpa proteinuria)
• Hipertensi kronis superimposed hipertensi gestasional
• Hipertensi dengan kerusakan target organ subklinis atau adanya gejala
selama masa kehamilan.
b. Hipertensi berat
ESC merekomendasikan jika tekanan darah sistolik >170 mmHg atau
diastolik >110 mmHg pada wanita hamil diklasifikasikan sebagai emergensi
dan merupakan indikasi rawat inap. Terapi farmakologis dengan labetalol
22

intravena, metildopa oral, atau nifedipin sebaiknya segera diberikan. Obat


pilihan untuk preeklampsia dengan edema paru adalah nitrogliserin (gliseril
trinitrat), infus intravena dengan dosis 5 μg/menit dan ditingkatkan bertahap
tiap 3-5 menit hingga dosis maksimal 100 μg/menit. Furosemid intravena
dapat digunakan untuk venodilatasi dan diuresis (20-40 mg bolus intravena
selama 2 menit), dapat diulang 40-60 mg setelah 30 menit jika respons
diuresis kurang adekuat. Morfin intravena 2-3 mg dapat diberikan untuk
venodilator dan ansiolitik. Edema paru berat memerlukan ventilasi mekanik.
23

3. Terminasi kehamilan
Pada preeklamsia berat, sikap terhadap kehamilannya dibagi menjadi 2, yaitu:
- Aktif (aggressive management)
Kehamilan diterminasi bersamaan dengan pemberian terapi obat.
Indikasi :
o Ibu
 Usia kehamilan ≥ 37 minggu
 Ada impending eclampsia
 Kegagalan terapi konservatif : keadaan klinis dan lab ↓
 Suspek solusio placenta
 Muncul tanda-tanda persalinan, ketuban pecah, atau perdarahan
 Ada tanda-tanda HELLP Syndrome
o Janin
 Ada tanda-tanda fetal distress
 Ada tanda-tanda IUGR
 NST nonreaktif dengan profil biofisik abnormal
 Terjadi oligihidramnion
- Konservatif (ekspektatif)
Kehamilan dipertahankan bersamaan dengan pemberian terapi obat. Indikasi:
o Usia kehamilan ≤ 37 minggu
o Tanpa ada impending eclampsia
o Keadaan janin baik.
24

H. Pencegahan
1. Antiplatelet agent
2. Suplemen antioxidant dengan vit C dan E
3. Nutrisi
Konsumsi minyak ikan dapat menurunkan resiko terjadinya preeclampsia. Hal ini
dikarenakan minyak ikan mengandung banyak asam lemak tak jemuh yang dapat
menghambat produksi tromboxan, menghambat aktivasi trombosit, dan mencegah
vasokonstriksi
4. Lifestyle modification

H. Komplikasi
Komplikasi Maternal
1. Intravascular coagulation bleeding, DIC
Perubahan hematologic disebabkan oleh hipovolemia akibat vasospasme,
hipoalbuminemia, dan hemolysis akibat spasme arteriole dan kerusakan endotel
arteriole. Perubahan tersebut mengakibatkan peningkatan hematocrit,
trombositopenia dan hemolysis mikroangiopatik.
2. Organ failure (hepar dan ren)
Penurunan fungsi ginjal disebabkan oleh:
25

 Penurunan perfusi ke ginjal akibat hipovolemia yang kemudian dapat


menyebabkan terjadinya oliguria bahkan anuria,
 Kerusakan glomerulus akibat peningkatan permeabilitas membrane basalis
sehingga terjadi kebocoran dan menyebabkan adanya proteinuria.
 Kerusakan instrinsik jaringan ginjal yang disebabkan oleh vasospasme
pembuluh darah.
Perubahan pada fungsi hepar disebabkan oleh vasospasme, iskemia, dan
pendarahan. Perdarahan pada sel periportal lobus perifer dapat mengakibatkan
terjadinya nekrosis sel hepar dan peningkatan enzim hepar. Perdarahan yang
meluas hingga kebawah capsula hepar (subscapular hematom) dapat menimbulkan
rasa nyeri di region epigastrikdan rupture hepar.
3. Perubahan neurologi
Dapat berupa:
- Nyeri kepala = hiperperfusi otak, vasogenik edema
- Gangguan visus= spasme arteri retina dan edema retina hingga gangguanvisus
- Seizures/eclampsia = faktor yang dapat menimbulkan kejang yaitu edema
serebri, vasospasme serebri dan iskemia serebri
- Perdarahan otak
4. HELLP syndrome
5. Edema paru disebabkan oleh payah jantung kiri, kerusakan endotel pembuluh
darah kapiler paru dan menurunnya diuresis.
6. Abruptio placentae

Komplikasi Perinatal
Akibat vasokonstriksi a. spiralis yang menyebabkan penurunan perfusi utero plasenta,
hipovolemia, kerusakan endotel pembuluh darah plasenta, dan iskemik sehingga dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhanjanin (IUGR) dan solusio plasenta yang dapat
menyebabkan kematian janin (IUFD).

Konseling dan Follow Up Pascapersalinan


Hipertensi sering menetap pasca-persalinan pada pasien dengan hipertensi antenatal
atau preeklampsia. Tekanan darah sering tidak stabil pada beberapa hari postpartum.
Tujuan terapi adalah untuk mencegah terjadinya hipertensi berat. Obat antihipertensi
26

antenatal sebaiknya diberikan kembali post-partum dan dapat dihentikan dalam


beberapa hari hingga beberapa minggu setelah tekanan darah normal. Jika tekanan
darah sebelum konsepsi normal, tekanan darah biasanya normal kembali dalam 2-8
minggu. Hipertensi yang menetap setelah 12 minggu postpartum mungkin menunjuk
kan hipertensi kronis yang tidak ter diagnosis atau adanya hipertensi sekunder.
Evaluasi post-partum perlu dilakukan pada pasien preeklampsia onset dini,
preeklampsia berat atau rekuren, atau pada pasien dengan proteinuria yang menetap;
perlu dipikirkan kemungkinan penyakit ginjal, hipertensi sekunder, dan trombofilia
(misalnya sindrom antibodi antifosfolipid). Wanita yang mengalami hipertensi
gestasional mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami hipertensi di kemudian
hari. Setelah follow up selama 7 tahun pada 223 wanita yang mengalami eklampsia,
didapatkan bahwa risiko paling tinggi adalah pada wanita yang mengalami hipertensi
pada usia kehamilan sebelum 30 minggu. Wanita dengan hipertensi gestasional juga
mengalami resistensi insulin lebih tinggi. Wanita preeklampsia memiliki risiko
penyakit kardiovaskuler lebih tinggi bahkan hingga bertahun-tahun pascapersalinan,
serta mempunyai risiko lebih besar terjadinya disfungsi dan hipertrofi ventrikel kiri
asimptomatik dalam 1-2 tahun pasca-persalinan. Risiko kematian karena penyakit
kardio-serebrovaskuler juga dua kali lebih besar pada wanita dengan riwayat
preeklampsia. Wanita dengan riwayat preeklampsia onset sebelum 34 minggu atau
preeklampsia yang disertai persalinan preterm mempunyai risiko kematian karena
penyakit kardiovaskuler 4-8 kali lebih besar dibandingkan wanita dengan kehamilan
normal. Obat antihipertensi larut lemak konsentrasinya dapat lebih tinggi di air susu
ibu (ASI). Paparan neonatus pada penggunaan obat metildopa, labetalol, captopril, dan
nifedipin rendah, sehingga obat-obat ini dianggap aman diberikan selama menyusui.
Diuretik juga didapatkan pada konsentrasi rendah, tetapi dapat mengurangi produksi
ASI. Metildopa sebaiknya dihindari pascapersalinan karena dapat menyebabkan
depresi pasca-melahirkan.
27

Daftar Pustaka

American College of Obstetricians and Gynecologist, 2013, Emergent Therapy for Acute-
Onset, Severe Hypertension During Pregnancy and the Postpartum Period, The
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), 623 ACOG, 2013,
Hypertension in Pregnancy, ACOG Task Force on Hypertension in Pregnancy, 122,
1122-1132
Brooks, MD., 2011. Pregnancy, Preeklampsia. Available at: http://www.emedicine.com,
Department of Emergency Medicine, St Mary Cowin Medical Center: 2011.
Cunningham, F. Gary, dkk. 2006. Obstetri Williams. Jakarta: EGC
Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black, H.R., Cushman, W.C., Green, L.A., Izzo, J.L., Jones,
D.W., Materson, B.J., Oparil, S., dan Wright, J.T., 2004, The Sevent Report of The
Joint National Committee on Prevention,Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure, United state Department of Health and Human Services,
Boston
DeCherney, A. H., Nathan, L., Goodwin, T. M., &Laufer, N. (2007).Current Diagnosis &
Treatment Obstetrics & Gynecology, Tenth Edition.New York: The McGraw-Hill.
F, Cunningham, Leveno K, Bloom S, Hauth J, Gilstrap L, Wenstrom K., 2005.
Hypertensive Disorders in Pregnancy.In William Obstetrics. 22nd ed. New York:
The McGraw-Hill. pp.761-808

Francois KE, Foley MR. Antepartum and postpartum hemorrhage. In: Gabbe SG, Niebyl
JR, Simpson JL, eds. Obstetrics - Normal and Problem Pregnancies. 5th ed.
Philadelphia, Pa: Elsevier Churchill Livingstone; 2007:chap 18.
Houry DE, Salhi BA. Acute complications of pregnancy. In: Marx JA, Hockberger RS,
Walls RM, et al, eds. Rosen’s Emergency Medicine: Concepts and Clinical Practice.
7th ed. Philadelphia, Pa: Mosby Elsevier; 2009:chap 176.
Indriani, Nanin. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Preeklampsia/Eklampsia pada Ibu Bersalin. Jakarta : Universitas Indonesia.Myrtha,
R., 2015, Penatalaksanaan Tekanan Darah Pada pada Preeklamsia, Vol. 42(4): 262-
266
Lim, K.-H.& Ramus, R.M., 2014. Preeclamsia. [Online] Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1476919-overview#showall
Myrtha, R., 2015, Penatalaksanaan Tekanan Darah Pada pada Preeklamsia, Vol. 42(4):
262-266
28

Prawirohardjo, S., 2009, Ilmu Kebidanan Edisi 4 Cetakan ke-2, Editor Wiknjosastro, dkk.,
PT Bina Pustaka Sarwono, Jakarta. Hal 282-287, 290- 294.
Perkumpulan Osbtetri dan Ginekologi Indonesia, 2006, Pedoman Pengelolaan
Hipertensi Dalam Kehamilan Di Indonesia Edisi 2, Himpunan Kedokteran Feto
Maternal POGI; Semarang. Hal 1, 11- 15.
Podymow T, August P. Update on the use of antihypertensive drugs in pregnancy.
Hypertension 2008;51:960-9.
Queensland Health, 2013, Hypertensive Disorders of Pregnancy, Queensland, Queensland
Government
NHBPEP, 2000, Report of The National High Blood Pressure Education Program Working
Group on High Blood Pressure in Pregnancy, American Journal of Obstetrics and
Gynecology, 183, 1 – 22.
FKUI.2007. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta :YayasanBinaPustaka.
Rachimhadhi, T., 2007, Preeklampsia dan Eklampsia, dalam: Prawirohardjo, S., Ilmu
Kebidanan Edisi 3 Cetakan ke-9, Editor Wikjosastro, dkk., PT Bina Pustaka
Sarwono, Jakarta. Hal 543-547.

Regitz-Zagrosek V, Blomstrom LC, Borghi C, Cifkova R, Ferreira R, Foidart JM, et al.


ESC guidelines on the management of cardiovascular diseases during pregnancy:
The task force on the management of cardiovascular diseases during pregnancy of
the European Society of Cardiology (ESC). Eur Heart J. 2011;32:3147-97.

Anda mungkin juga menyukai