Anda di halaman 1dari 279

SINKRONISASI PROGRAM DAN

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
JANGKA PENDEK 2018 - 2020
KETERPADUAN PENGEMBANGAN KAWASAN DENGAN
INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

PULAU KALIMANTAN

PUSAT PEMROGRAMAN DAN EVALUASI KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PUPR


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
JUDUL:
Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Pembangunan Jangka Pendek 2018-2020
Keterpaduan Pengembangan Kawasan dengan Infrastruktur PUPR Pulau Kalimantan

PEMBINA:
Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah: Ir. Rido Matari Ichwan, MCP.

PENANGGUNG JAWAB:
Kepala Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR: Ir. Harris H.
Batubara, M.Eng.Sc.

PENGARAH:
Kepala Bidang Penyusunan Program: Sosilawati, ST., MT.

TIM EDITOR:
1. Kepala Sub Bidang Penyusunan Program I: Amelia Handayani, ST., MSc.
2. Kepala Sub Bidang Penyusunan Program II: Dr.(Eng.) Mangapul L. Nababan, ST., MSi.

PENULIS:
1. Kepala Bidang Penyusunan Program: Sosilawati, ST., MT.
2. Kepala Sub Bidang Penyusunan Program II: Dr.(Eng.) Mangapul L. Nababan, ST., MSi.
3. Pejabat Fungsional Perencana: Ary Rahman Wahyudi, ST., MUrb&RegPlg.
4. Pejabat Fungsional Perencana: Zhein Adhi Mahendra , SE.
5. Staf Bidang Penyusunan Program: Wibowo Massudi, ST.
6. Staf Bidang Penyusunan Program: Sara Sorayya Ermuna, ST., MT.

KONTRIBUTOR DATA:
1. Sekar Utami, ST.
2. Sara Sorayya Ermuna, ST., MT.

DESAIN SAMPUL DAN TATA LETAK:


1. Wantarista Ade Wardhana, ST.
2. Wibowo Massudi, ST.

TAHUN : 2017
ISBN : ISBN 978-602-61190-1-8
PENERBIT : PUSAT PEMROGRAMAN DAN EVALUASI KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PUPR,
BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH,
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT.

i
KATA PENGANTAR
Kepala Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan
Infrastruktur PUPR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh;
Salam Sejahtera; Om Swastiastu; Namo Buddhaya.

Tahun 2017 adalah tahun ketiga perwujudan Nawa


Cita yang merupakan penjabaran visi dan misi
pemerintahan Kabinet Kerja Joko Widodo – Jusuf
Kalla (2014-2019) menuju Indonesia yang berdaulat
secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi
dan berkepribadian dalam kebudayaan
berlandaskan gotong royong. Pembangunan
infrastruktur merupakan salah satu fokus utama yang ingin diamanatkan dalam
Nawa Cita yang diharapkan dapat mewujudkan 4 (empat) hal penting terkait
dengan penyediaan infrastruktur PUPR, yaitu: (1) membangun dari pinggiran
dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan,
(2) meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, (3) meningkatkan
produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional, dan (4) mewujudkan
kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi
domestik.
World Economic Forums (WEF) tahun 2016 menunjukkan indeks daya saing
global Indonesia menempati peringkat 41 dan indeks daya saing infrastruktur
Indonesia menempati peringkat 60. WEF menekankan bahwa perlu perbaikan
penyelenggaraan infrastruktur dan perwujudan birokrasi yang lebih efisien.
Terkait dengan pembangunan infrastruktur, kita masih dihadapkan pada
keterbatasan kapasitas pendanaan, SDM, penguasaan teknologi, dan
kesenjangan wilayah. Untuk mengatasi tantangan tersebut, perlu upaya bersama
terpadu (terintegrasi) dan sinkron sehingga pemanfaatan sumber daya dalam
mewujudkan pembangunan infrastruktur dapat lebih optimal dan efisien.

Sebagai salah satu institusi strategis dalam perencanaan dan pemrograman


terkait infrastruktur PUPR, Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW)
dituntut dapat memberikan solusi dan inovasi dalam penyelenggaraan
infrastruktur PUPR. BPIW sendiri telah memperkenalkan konsep pendekatan
Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) sebagai salah satu terobosan strategi
untuk memadukan pengembangan wilayah dengan pembangunan infrastruktur
PUPR. WPS diharapkan menjadi salah satu pendekatan untuk meningkatkan
keterpaduan perencanaan antara pengembangan kawasan dengan
pembangunan infrastruktur PUPR, meningkatkan sinkronisasi program dan

ii
pembiayaan program pembangunan infrastruktur PUPR, peningkatan kualitas
pekerjaan konstruksi, hingga peningkatan kualitas monitoring dan evaluasi.

Pada buku ini ditampilkan program jangka pendek 3 (tiga) tahunan (2018-2020)
pada setiap kawasan, WPS (antar kawasan), dan antar WPS didalamnya
menggunakan data yang bersumber dari UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJPN
2005-2025, Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019, Perpres No. 3
Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, Direktif
Presiden, Peraturan Menteri PUPR No. 13 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian PUPR, serta berbagai produk perencanaan BPIW yang terkait yang
disusun berdasarkan arahan program dalam Master Plan dan Development Plan
yang diintegrasikan dengan Rencana Induk Pulau. Selain itu, penyusunan
program juga berpedoman kepada prioritas pembangunan pemerintah yang
ditetapkan oleh Bappenas untuk mewujudkan sinkronisasi program dan
pembiayaan pembangunan infrastruktur baik antar wilayah ataupun antar
tingkat pemerintahan.

Dalam proses penyusunan program 3 (tiga) tahunan tersebut, berbagai program


dianalisis untuk menentukan prioritas program berdasarkan kriteria
pemrograman. Hasil analisis tersebut berupa matriks program jangka pendek
yang terbagi berdasarkan 3 (tiga) sumber pembiayaan, yakni Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan
Kerjasama antara Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

Saya menyadari bahwa peningkatan kualitas perencanaan maupun


pemrograman membutuhkan proses yang berkelanjutan dan buku ini merupakan
salah satu upaya untuk keberlangsungan proses tersebut. Semoga buku ini dapat
menjadi media diseminasi yang efektif kepada para akademisi serta praktisi di
bidang perencanaan dan pemrograman pembangunan infrastruktur PUPR.

Akhir kata, apresiasi setinggi-tingginya secara tulus saya sampaikan kepada


semua pihak yang terlibat dalam penulisan buku ini, baik di lingkungan
Kementerian PUPR, maupun di lingkungan pemerintah daerah di seluruh pelosok
Indonesia.

Jakarta, Desember 2016


Kepala Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR

(TTD)

Ir. Harris Hasudungan Batubara, M.Eng.Sc.

iii
KATA PENGANTAR
Kepala Bidang Penyusunan Program
Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh; Salam Sejahtera; Om
Swastiastu; Namo Buddhaya.

Indonesia merupakan negara berkembang


dimana infrastruktur yang terbangun
memainkan peranan sangat penting bagi
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat, sehingga perencanaan
pembangunan infrastruktur di Indonesia
dilakukan secara terpadu menggunakan
pendekatan pengembangan wilayah.

Tantangan pembangunan infrastruktur Indonesia saat ini, coba dijawab melalui


pembentukan Badan Pembangunan Infrastruktur Wilayah (BPIW) yang memiliki
peranan penting dalam memadukan pembangunan infrastruktur PUPR dengan
pengembangan wilayah melalui pendekatan 35 Wilayah Pengembangan Strategis
(WPS). Pembangunan berbasis WPS merupakan suatu pendekatan pembangunan
yang memadukan antara pengembangan wiayah dengan “market driven”
mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan, serta
memfokuskan pengembangan infrastruktur pada suatu wilayah strategis dalam
rangka mendukung percepatan pertumbuhan kawasan strategis dan mengurangi
disparitas antar kawasan di dalam WPS. Dalam konsep pengembangan wilayah,
diperlukan keterpaduan perencanaan antara infrastruktur dengan kawasan
pertumbuhan di dalam kawasan pertumbuhan, antar kawasan pertumbuhan
(WPS), antar WPS, selanjutnya dilakukan sinkronisasi program dan pembiayaan
keterpaduan pembangunan pengembangan kawasan dengan infrastruktur PUPR
untuk meningkatkan sinergi terkait fungsi, lokasi, waktu, besaran, dan dana.

Berbagai dokumen perencanaan dan pemrograman telah dihasilkan BPIW untuk


mendukung pengembangan wilayah di 35 WPS. Upaya mengintegrasikan
perencanaan dijabarkan melalui Master Plan, Development Plan, RIPP (Rencana
Induk Pengembangan Pulau), serta dokumen lainnya yang pada intinya menjadi
dasar penyusunan sinkronisasi program dan pembiayaan pembangunan
keterpaduan pengembangan kawasan dengan infrastruktur PUPR (khususnya

iv
jalan dan jembatan, sumber daya air, keciptakaryaan, dan penyediaan
perumahan).

Berdasarkan dokumen-dokumen tersebut, kami menyusun program keterpaduan


pengembangan kawasan dengan infrastruktur PUPR Tahun 2018 – 2020 dengan
melakukan Analisis Kelayakan untuk menentukan program infrastruktur PUPR
yang secara terpadu mendukung pengembangan kawasan/wilayah. Analisis ini
dilakukan dengan memperhatikan Kawasan Terdukung, Fungsi Kawasan
Terdukung, Jangka Waktu Berfungsinya Kawasan, Potensi dari Kawasan
Terdukung, Tantangan dan Isu Kawasan Terdukung. Proses penyusunan program
juga mempertimbangkan Kriteria Penyusunan Program yaitu: (a) Fungsi Kawasan
Terdukung; (b) Lokasi Program Jangka Pendek (kabupaten/kota); (c) Waktu
Pelaksanaan Program Jangka Pendek; (d) Besaran Program Jangka Pendek; (e)
Biaya Program Jangka Pendek; (f) Kewenangan (pusat/provinsi/
kabupaten/kota/swasta); (g) Kesiapan/Readiness Criteria (Kesesuaian RTRW, FS,
DED, Dokumen Lingkungan, dan Kesiapan Lahan).

Akhirnya, atas izin dari Allah SWT, serta segala upaya dari seluruh jajaran Badan
Pengembangan Infrastruktur Wilayah, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, kami harapkan dengan terbitnya buku ini dapat memberikan
manfaat dan menjadi acuan dalam penyusunan program tahunan yang
selanjutnya menjadi bahan referensi di forum-forum koordinasi pemrograman
seperti Konsultasi Regional Kementerian PUPR, Musrenbang, dan forum-forum
lainnya. Kami juga menyadari, kehadiran buku ini masih jauh dari sempurna dan
untuk itu kami sangat terbuka terhadap berbagai masukan dan saran untuk
perbaikan ke depan.

Jakarta,, Desember 2016

Kepala Bidang
ng Penyusunan
pala Bidan Pen ProgramTTD)

Sosilawati,
ilawati,, S.T.,
.T , M.T.
SS..T. M

v
KATA SAMBUTAN
Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah

Assalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh; Salam Sejahtera; Om
Swastiastu; Namo Buddhaya.

Puji syukur kami panjatkan ke


hadirat Allah, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, buku Sinkronisasi
Program dan Pembiayaan
Pembangunan Infrastruktur PUPR
Jangka Pendek 3 (tiga) Tahun
Keterpaduan Pengembangan Kawasan dengan Infrastruktur PUPR di 6 (enam) pulau dan
kepulauan dapat diterbitkan.

Buku ini, menjabarkan proses sinkronisasi program dan pembiayaan, yang dimulai dari
perencanaan infrastruktur PUPR di tingkat pulau dan kepuluan, perencanaan 35 (tiga
puluh lima) Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) yang mencangkup kawasan-
kawasan prioritas, kawasan perkotaan dan perdesaan strategis, yang kemudian
menghasilkan program-program prioritas jangka pendek. Buku ini, menjadi acuan dalam
upaya BPIW melakukan penajaman sinkronisasi program dan pembiayaan yang
selanjutnya menjadi materi program untuk dibahas dalam berbagai rapat koordinasi dan
konsultasi terkait pemrograman baik ditingkat nasional maupun provinsi dan
kabupaten/kota (Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang), Konsultasi
Regional (Konreg), Rapat Koordinasi Teknis (Rakortek), dan lain sebagainya.

Buku ini bertujuan untuk meningkatkan keterpaduan perencanaan dan kesinkronan


program dan pembiayaan pembangunan jangka pendek keterpaduan pengembangan
kawasan dengan infrastruktur PUPR. Melalui buku ini, program pembangunan

vi
infrastruktur PUPR yang menggunakan sumber daya yang dikelola oleh pemerintah,
khususnya melalui APBN, dapat terselenggara secara optimal dan efisien serta
mendukung berbagai agenda prioritas Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf
Kalla yang diamanatkan dalam Nawa Cita.

Proses penyusunan buku ini melibatkan berbagai pihak yang terkait dengan
perencanaan dan pemrograman baik di internal BPIW maupun seluruh kerabat
perencanaan dan pemrograman di lingkungan Kementerian PUPR. Selain itu, dalam
prosesnya juga melibatkan para pemangku kepentingan (stakeholders) daerah baik
ditingkat provinsi maupun di kabupaten/kota, dalam hal ini Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah provinsi maupun kabupaten/kota, serta dinas yang membidangi
urusan Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di tingkat provinsi maupun
kabupaten/kota.

Saya mengharapkan buku ini dapat menjadi referensi penting tidak hanya bagi
praktisi/pelaku perencanaan dan pemrograman di Kementerian PUPR, namun juga
dapat memberikan gambaran proses pelaksanaan perencanaan dan pemrogaman
infrastruktur PUPR bagi kalangan akademisi dan pemerhati infastruktur PUPR, baik di
pusat maupun di daerah.

Jakarta, Desember 2016


Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah

Ir. Ridho Matari Ichwan, MCP.

vii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR KEPALA PUSAT PEMROGRAMAN DAN EVALUASI KETERPADUAN


INFRASTRUKTUR PUPR ..........................................................................................................I
KATA PENGANTAR KEPALA BIDANG PENYUSUNAN PROGRAM .............................................II
KATA SAMBUTAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH............... IV
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... VI
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................. VIII
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................XI
1 BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................13
1.1. Profil Pulau Kalimantan ................................................................................................. 14
1.1.1. Gambaran Umum Pulau Kalimantan ............................................................ 14
1.1.2. Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Barat .............................................. 20
1.1.3. Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur.............................................. 24
1.1.4. Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Tengah ........................................... 27
1.1.5. Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Utara .............................................. 29
1.1.6. Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Selatan ........................................... 32
1.2. Kondisi Umum Infrastruktur di Pulau Kalimantan ....................................................... 35
1.2.1. Sektor Sumber Daya Air ............................................................................... 35
1.2.2. Sektor Bina Marga ........................................................................................ 41
1.2.3. Sektor Cipta Karya ........................................................................................ 43
1.2.4. Sektor Penyediaan Perumahan .................................................................... 46
1.3. Kebijakan Pembangunan Pulau Kalimantan ................................................................ 50
1.3.1. Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang .................................................... 50
1.3.2. Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah ................................................ 54
1.3.3. Kebijakan Keterpaduan Pengembangan Lintas Kementerian dan Lembaga 56
1.3.4. Kebijakan Keterpaduan Pengembangan Wilayah dan Infrastruktur Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat .................................................................... 58
1.4. Tantangan dan Hambatan Pembangunan Infrastruktur di Pulau Kalimantan ........... 65
BAB II METODOLOGI PENYUSUNAN PROGRAM JANGKA PENDEK .......................................71
2.1 Definisi Umum Perencanaan dan Pemrograman ........................................................ 71
2.2 Dasar Hukum Perencanaan dan Pemrograman Infrastruktur PUPR .......................... 72
2.3 Pola Kerja Keterpaduan Perencanaan, Sinkronisasi Program & Pembiayaan, dan
Evaluasi dalam Pengembangan Kawasan dengan Pembangunan Infrastruktur PUPR
........................................................................................................................................ 74
2.4 Pola Kerja Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Pembangunan Keterpaduan
Pengembangan Kawasan dengan Infrastruktur PUPR ................................................ 79
2.5 Pola Kerja Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Pembangunan Jangka Pendek
Keterpaduan Pengembangan Kawasan dengan Infrastruktur PUPR .......................... 81

viii
BAB III SINKRONISASI PROGRAM DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN JANGKA PENDEK
2018-2020 KETERPADUAN PENGEMBANGAN KAWASAN DENGAN INFRASTRUKTUR
PUPR ..................................................................................................................................85
3.1. Profil WPS dan Kawasan Dalam WPS ........................................................................... 85
3.1.1 Profil Wilayah Pengembangan Strategis di Pulau Kalimantan ..................... 86
3.1.2 Profil Kawasan dalam Wilayah Pengembangan Strategis ............................ 93
3.2. Analisis Kelayakan Program Jangka Pendek ............................................................... 118
3.2.1. Analisis Kelayakan Program Jangka Pendek dalam Kawasan ..................... 118
3.2.2. Analisis Kelayakan Program Jangka Pendek Antar Kawasan ...................... 174
3.2.3. Analisis Kelayakan Program Jangka Pendek Antar WPS ............................. 175
3.3. Kriteria Pemrograman Program Jangka Pendek 2018 – 2020 Pulau Kalimantan .... 201
3.4. Program Pembangunan Jangka Pendek Keterpaduan Pengembangan Kawasan
dengan Infrastruktur PUPR Pulau Kalimantan ........................................................... 219
3.4.1. Program Jangka Pendek Dalam Kawasan ................................................... 219
3.4.2. Program Jangka Pendek Antar Kawasan .................................................... 244
3.4.3. Program Jangka Pendek Antar WPS ........................................................... 246
3.5. Pembiayaan Pembangunan Jangka Pendek Keterpaduan Pengembangan Kawasan
dengan Infrastruktur PUPR ......................................................................................... 252
3.5.1. Pembiayaan Program Jangka Pendek Pembangunan Infrastruktur PUPR
Pulau Kalimantan Tahun 2018-2020 .......................................................... 253
3.5.2. Pembiayaan Program Jangka Pendek Pembangunan Infrastruktur PUPR
Pulau Kalimantan untuk Mendukung Prioritas Nasional ........................... 255
3.5.3. Pembiayaan Program Jangka Pendek Pembangunan Infrastruktur PUPR
Pulau Kalimantan untuk Mendukung Prioritas Nasional ........................... 257
BAB IV PENUTUP ..............................................................................................................259
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................261

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Jumlah Penduduk Di Pulau Kalimantan ...................................................... 17


Gambar 1. 2 Laju Pertumbuhan Penduduk Di Pulau Kalimantan ................................... 18
Gambar 1. 3 PDRB Setiap Provinsi Di Pulau Kalimantan Berdasarkan Harga Konstan
Tahun 2010 .................................................................................................. 19
Gambar 1. 4 Jumlah Penduduk Per Kabupaten Di Provinsi Kalimantan Barat ............... 21
Gambar 1. 5 PDRB Provinsi Kalimantan Barat ................................................................. 23
Gambar 1. 6 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalimantan Timur ...................... 26
Gambar 1. 7 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usahaprovinsi Kalimantan Timur ............................... 27
Gambar 1. 8 PDRB Provinsi Kalimantan Tengah .............................................................. 29
Gambar 1. 9 Jumlah Penduduk Provinsi Kalimantan Utara ............................................ 30
Gambar 1. 10 Indeks Pembangunan Manusia (Ipm) Dan Peringkat Kabupaten/Kota Di
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2011-2013 ............................................ 31
Gambar 1. 11 PDRB Provinsi Kalimantan Utara ................................................................. 31
Gambar 1. 12 Jumlah Penduduk Kalimantan Selatan ....................................................... 33
Gambar 1. 13 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalimantan Selatan.................... 33
Gambar 1. 14 PDRB Provinsi Kalimantan Selatan .............................................................. 34
Gambar 1. 15 Wilayah Sungai Lintas Negara Sesayap ...................................................... 36
Gambar 1. 16 Beberapa Bendungan Dan Lokasi Bendungan Di Pulau Kalimantan ......... 39
Gambar 1. 17 Kondisi Saluran Drainase Pulau Kalimantan ............................................... 46
Gambar 1. 18 Salah Satu Rumah Susun Di Provinsi Kalimantan Timur ............................ 47
Gambar 1. 19 Konsepsi Wilayah Pengembangan Strategis .............................................. 62
Gambar 2. 1 Struktur Lembaga Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah ............. 75
Gambar 2. 2 Pola Kerja Keterpaduan Perencanaan, Sinkronisasi Program &
Pembiayaan, dan Evaluasi Pengembangan Kawasan dengan
Pembangunan Infrastruktur PUPR.............................................................. 78
Gambar 2. 3 Pola Kerja Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Keterpaduan
Pengembangan Kawasan dengan Infrastruktur PUPR ............................... 80
Gambar 2. 4 Jadwal Rangkaian Kegiatan Perencanaan Maupun Pemrograman
Pembangunan Nasional .............................................................................. 81
Gambar 2. 5 Pola Kerja Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Pembangunan
Infrastruktur PUPR Jangka Pendek ............................................................. 83
Gambar 3. 1 Peta Profil WPS 20 Ketapang - Pontianak - Singkawang -
Sambas ......................................................................................................... 88
Gambar 3. 2 Peta Profil WPS 21 Temajuk – Sebatik ....................................................... 89
Gambar 3. 3 Peta Profil WPS 22 Palangka Raya – Banjarmasin - Batulicin .................... 90

x
Gambar 3. 4 Peta Profil WPS 23 Balikpapan - Samarinda – Maloy ................................ 92
Gambar 3. 5 Peta Kawasan 20.1 Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Singkawang -
Sambas - Sanggau ....................................................................................... 95
Gambar 3. 6 Peta Kawasan 20.2 Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Pontianak –
Kayong – Ketapang ...................................................................................... 97
Gambar 3. 7 Peta Kawasan 21.1 Pusat Pertumbuhan dan Perbatasan Entikong -
Nanga Badau ............................................................................................. 100
Gambar 3. 8 Peta Kawasan 21.2 Ekonomi Terpadu dan Perbatasan Tarakan -
Tanjung Selor - Sebatik - Long Nawang ................................................... 104
Gambar 3. 9 Peta Kawasan 22.1 Ekonomi Terpadu Palangkaraya (Pkn)...................... 106
Gambar 3. 10 Peta Kawasan 22.2 Kawasan Metropolitan Banjarbakula ....................... 109
Gambar 3. 11 Peta Kawasan 22.3 Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu
Batulicin Kotabaru ..................................................................................... 111
Gambar 3. 12 Peta Kawasan 23.1 Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu
Samarinda – Sanga-Sanga – Balikpapan ................................................... 114
Gambar 3. 13 Peta Kawasan 23.2 Kawasan Perindustrian Bontang - Sangatta –
Maloy......................................................................................................... 117
Gambar 3. 14 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan 20.1 Kawasan
Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Singkawang – Sambas – Sanggau ....... 221
Gambar 3. 15 Program Jangka Pendek 2018-2020
Kawasan Industri Mandor ......................................................................... 222
Gambar 3. 16 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan 20.2 Kawasan Pertumbuhan
Ekonomi Terpadu Pontianak – Kayong – Ketapang ................................. 223
Gambar 3. 17 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan Perkotaan Pontianak ...... 224
Gambar 3. 18 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan Perkotaan Pontianak ...... 225
Gambar 3. 19 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kota Terpadu Mandiri Gerbang
Kayong ........................................................................................................ 227
Gambar 3. 20 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan Industri Ketapang ........... 228
Gambar 3. 21 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan Kota Baru Tanjung
Selor ........................................................................................................... 229
Gambar 3. 22 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan Kota Baru Tanjung
Selor ........................................................................................................... 231
Gambar 3. 23 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan 22.1 Pusat Kegiatan
Nasional dan Kawasan Ekonomi Terpadu Palangka Raya........................ 232
Gambar 3. 24 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan 22.2 Kawasan
Metropolitan Banjarbakula (Banjarmasin, Banjarbaru, Barito Kuala,
dan Tanah Laut) ......................................................................................... 233
Gambar 3. 25 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kota Banjarmasin ........................... 236

xi
Gambar 3. 26 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan Industri dan Kawasan
Pedesaan Strategis Jorong ........................................................................ 237
Gambar 3. 27 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan Pertumbuhan Ekonomi
Terpadu Batulicin-Kotabaru ...................................................................... 238
Gambar 3. 28 Program Jangka Pendek 2018-2020
Kawasan Industri Batulicin ........................................................................ 239
Gambar 3. 29 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan 23.1 Pertumbuhan
Ekonomi Terpadu Samarinda – Sanga Sanga – Balikpapan ..................... 240
Gambar 3. 30 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan 23.2 Kawasan
Perindustrian Bontang – Sangatta – Maloy.............................................. 242
Gambar 3. 31 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan Ekonomi Khusus (Kek)
Maloy Batuta Trans Kalimantan ................................................................ 243
Gambar 3. 32 Program Jangka Pendek 2018-2020 Antar Kawasan WPS 21 Temajuk –
Sebatik ........................................................................................................ 245
Gambar 3. 33 Program Jangka Pendek 2018-2020 Antar WPS Provinsi Kalimantan
Utara........................................................................................................... 247
Gambar 3. 34 Program Jangka Pendek 2018-2020 Antar WPS Provinsi Kalimantan
Tengah ........................................................................................................ 248
Gambar 3. 35 Program Jangka Pendek 2018-2020 Antar WPS Provinsi Kalimantan
Selatan ........................................................................................................ 250
Gambar 3. 36 Program Jangka Pendek 2018-2020 Antar WPS Provinsi Kalimantan
Timur .......................................................................................................... 251

xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Luas dan Populasi Kota di Pulau Kalimantan.................................................... 15
Tabel 1. 2 Indeks Pembangunan Desa di Pulau Kalimantan ............................................. 16
Tabel 1. 3 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalimantan Barat ............................. 22
Tabel 1. 4 Jumlah Penduduk di Setiap Kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur ........... 25
Tabel 1. 5 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalimantan Tengah ......................... 28
Tabel 1. 6 Danau/Situ di Pulau Kalimantan Menurut Provinsi ......................................... 37
Tabel 1. 7 Bendungan di Pulau Kalimantan Menurut Provinsi ......................................... 38
Tabel 1. 8 Panjang Jalan Nasional di Pulau Kalimantan dan Kondisi Umum Jalan Status
Desember 2014 ................................................................................................. 41
Tabel 1. 9 Panjang dan Persentase Jalan Nasional Menurut Provinsi dan Kemantapan
Jalan Status Desember 2014 ............................................................................. 42
Tabel 1. 10 Jumlah Jembatan Nasional Menurut Provinsi dan Kondisi Tahun 2014 Status :
9 Januari 2015 ................................................................................................... 42
Tabel 1. 11 Persentase Jumlah Jembatan Nasional Menurut Provinsi dan Kondisi Tahun
2014 Status : 9 Januari 2015 ............................................................................. 43
Tabel 1. 12 Jumlah dan Panjang Jembatan Nasional Menurut Provinsi dan Kemantapan
Tahun 2014 Status : 9 Januari 2015 ................................................................. 43
Tabel 1. 13 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Kawasan di Pulau Kalimantan........... 44
Tabel 1. 14 Jumlah TPA Sampah di Pulau Kalimantan ........................................................ 45
Tabel 1. 15 Jumlah Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Perumahan Rakyat
Terbangun di Pulau Kalimantan Tahun 2010-2014 ......................................... 48
Tabel 1. 16 Jumlah Pembangunan Rumah Khusus Menurut Provinsi Tahun 2010-2014 . 48
Tabel 1. 17 Fasilitasi Pembangunan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) Kawasan
Menurut Provinsi Tahun 2010-2014 (unit) ...................................................... 49
Tabel 1. 18 Kegiatan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) Menurut Provinsi
Tahun 2010-2013 (unit) .................................................................................... 49
Tabel 1. 19 Stategi Pengembangan Kawasan Strategis Nasional di Pulau Kalimantan ..... 56
Tabel 3. 1 Daftar Kawasan 20.1 Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu
Singkawang - Sambas - Sanggau ..................................................................... 94
Tabel 3. 2 Daftar Kawasan 20.2 Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Pontianak –
Kayong – Ketapang ............................................................................................ 96
Tabel 3. 3 Daftar Kawasan 21.1 Kawasan Pusat Pertumbuhan dan Perbatasan
Entikong - Nanga Badau .................................................................................... 98
Tabel 3. 4 Daftar Kawasan 21.2 Kawasan Ekonomi Terpadu dan Perbatasan Tarakan -
Tanjung Selor - Sebatik - Long Nawang .......................................................... 103
Tabel 3. 5 Daftar Kawasan 22.1 Kawasan Ekonomi Terpadu Palangkaraya (Pkn) ......... 105
Tabel 3. 6 Daftar Kawasan 22.2 Kawasan Metropolitan Banjarbakula .......................... 107

xiii
Tabel 3. 7 Daftar Kawasan 22.3 Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Batulicin
Kotabaru .......................................................................................................... 110
Tabel 3. 8 Daftar Kawasan Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Samarinda –
Sanga-Sanga – Balikpapan .............................................................................. 113
Tabel 3. 9 Daftar Kawasan 23.2 Kawasan Perindustrian Bontang - Sangatta –
Maloy ............................................................................................................... 116
Tabel 3. 10 Perkiraan Indikasi Pagu Kpjm dan Program/Kegiatan Yang Bersifat New
Development Tahun 2018 – 2020 .................................................................. 252
Tabel 3. 11 Pembiayaan Program Pembangunan Infrastruktur PUPR Pulau Kalimantan
Tahun 2018 ...................................................................................................... 254
Tabel 3. 12 Pembiayaan Program Pembangunan Infrastruktur PUPR Pulau Kalimantan
Tahun 2019 ...................................................................................................... 254
Tabel 3. 13 Pembiayaan Program Pembangunan Infrastruktur PUPR Pulau Kalimantan
Tahun 2020 ...................................................................................................... 255
Tabel 3. 14 Pembiayaan Program Pembangunan Infrastruktur PUPR Priroritas Nasional
Pulau Kalimantan Tahun 2018-2020 .............................................................. 255
Tabel 3. 15 Pembiayaan Program Pembangunan Infrastruktur PUPR Pulau Kalimantan
Tahun 2018 ...................................................................................................... 258

xiv
BAB

I
PENDAHULUAN
1 BAB I
PENDAHULUAN

Pengembangan wilayah (regional development) merupakan upaya untuk


memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antarwilayah dan
menjaga kelestarian hidup pada suatu wilayah. Pengembangan wilayah sangat
dibutuhkan untuk mengkaji kondisi sosial, budaya, ekonomi, politik, dan geografis
secara terpadu yang berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Penerapan
konsep pengembangan wilayah harus disesuaikan dengan potensi, permasalahan dan
kondisi nyata wilayah bersangkutan.

Tujuan pengembangan wilayah adalah menyerasikan berbagai kegiatan


pembangunan sektor dan wilayah, sehingga pemanfaatan ruang dan sumber daya yang
ada dapat optimal mendukung peningkatan kehidupan masyarakat sesuai dengan
tujuan dan sasaran program pembangunan yang diharapkan. Optimalisasi berarti
tercapainya tingkat kemakmuran yang sesuai dan selaras dengan aspek sosial budaya
dan lingkungan yang berkelanjutan.

Konsep pengembangan wilayah berbeda dengan konsep pembangunan sektoral.


Pengembangan wilayah lebih berorientasi pada isu-isu dan permasalahan pokok wilayah
yang saling berkaitan, sedangkan pembangunan sektor berorientasi pada tugas dan
fungsi yang bertujuan untuk mengembangkan aspek atau bidang tertentu, tanpa
memperhatikan keterkaitan dengan sektor lainnya. Meskipun dua konsep itu berbeda
dalam prakteknya keduanya saling melengkapi. Artinya pengembangan wilayah tidak
akan terwujud tanpa adanya pengembangan sektoral secara terintegrasi. Sebaliknya,
pembangunan sektoral tanpa berorientasi pada pengembangan wilayah akan
menghasilkan suatu perencanaan sektoral yang tidak optimal dan menciptakan konflik
antarsektor.

Peran infrastruktur sangat penting dalam mewujudkan pemenuhan hak dasar


rakyat seperti pangan, sandang, papan, rasa aman, pendidikan, dan kesehatan. Selain
itu, infrastruktur juga memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi nasional dan daya saing global. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat yang menangani infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat, sebagai
bagian dari bidang infrastruktur, berkewajiban untuk mendukung hal tersebut melalui
pelaksanaan pembangunan yang terpadu, efektif dan efisien dengan memperhatikan
pengarusutamaan pembangunan yang berkelanjutan, gender serta berlandaskan tata

1
kelola pemerintahan yang baik dalam proses pencapaian tujuan pembangunan
nasional.

Pulau Kalimantan pulau terbesar ketiga di dunia yang terletak di sebelah utara
Pulau Jawa dan di sebelah barat Pulau Sulawesi. Pulau Kalimantan dibagi menjadi
wilayah Indonesia (73%), Malaysia (26%), dan Brunei (1%). Pulau Kalimantan dikenal
pula dengan julukan "Pulau Seribu Sungai" karena banyaknya sungai yang mengalir di
2
pulau ini. Luas Pulau Kalimantan diketahui sekitar 544.150 Km dengan tingkat
2
kepadatan sejumlah 27/km . Pulau Kalimantan yang terdapat di wilayah Indonesia
terbagi menjadi 5 provinsi, yakni Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. Kegiatan perekonomian di pulau ini
antara lain sektor pertanian, perkebunan, dan pertambangan. Hal ini dapat dilihat dari
maraknya kegiatan-kegiatan sektor khusus tersebut dengan berdirinya berbagai
perusahaan milik pemerintah maupun swasta.

Selain itu, terdapat kawasan perbatasan darat di Pulau Kalimantan yang menjadi
salah satu fokus pembangunan pada tahun 2015-2019 ini. Keberadaan kawasan lainnya
berupa lumbung pangan nasional, kawasan strategis pariwisata, kota baru dan
metropolitan, dan rencana 24 pelabuhan internasional, dan kawasan industri
membutuhkan berbagai infrastruktur untuk mengembangkan kawasan tersebut. Guna
mendukung optimalnya fungsi-fungsi kawasan tersebut, maka diperlukan adanya
penyediaan infrastruktur. Dalam hal ini, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan,
infrastruktur yang dapat diakomodir antara lain jaringan jalan, sanitasi, persampahan,
air bersih, dan ketersediaan hunian yang layak yang akan disusun dalam Program Jangka
Pendek 2018 - 2020.

1.1. Profil Pulau Kalimantan


1.1.1. Gambaran Umum Pulau Kalimantan
Pulau Kalimantan sebagai pulau terluas di Indonesia sekaligus sebagai pulau
dengan garis perbatasan terpanjang (dengan negara Malaysia) dan kekayaan
alam yang melimpah. Kekayaan sumber daya alam berupa cadangan minyak
dan gas serta batu bara, menjadikan Pulau Kalimantan sebagai salah satu
lumbung energi nasional. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa
sektor migas (pertambangan dan manufaktur migas) masih memberikan
kontribusi yang cukup besar dalam PDRB Kalimantan. Selain potensi energi,
dengan jumlah penduduk yang hanya 5,6% persen dari total penduduk nasional
RI, Pulau Kalimantan memberikan kontribusi sebesar 9,3% terhadap PDB
nasional RI yang dihasilkan dari kekayaan alamnya. Sementara daerah lain,
porsi sumbangannya terhadap PDB nasional hampir sama atau kurang dari

2
porsi prosentase jumlah penduduknya terhadap nasional. Porsi investasi di
Kalimantan terhadap total investasi nasional RI yang hanya 0,6% merupakan
gambaran yang sangat kontras dengan porsi investasi yang tertanam di Jawa
dimana besarnya mencapai 72,3% dari total investasi secara nasional. Hal ini
menggambarkan bahwa Pulau Kalimantan adalah daerah yang terancam tidak
berkembang secara ekonomi karena sebagian besar pendapatan yang
dihasilkan di daerah ini dibawa ke pulau Jawa. Pulau Kalimantan terkenal akan
hasil tambang dan perkebunannya, antara lain kelapa sawit, besi baja, bauksit,
dan perkayuan. Penjelasan tentang kondisi geografi, demografi dan
perekonomian di Pulau Kalimantan dapat dilihat pada sub bab berikut.

A. Kondisi Geografi Pulau Kalimantan


Pulau Kalimantan merupakan pulau terbesar ketiga di dunia yang terletak di
sebelah utara Pulau Jawa dan di sebelah barat Pulau Sulawesi. Pulau
Kalimantan terbagi menjadi wilayah Indonesia sebesar 73%, Malaysia (26%),
dan Brunei (1%). Pulau Kalimantan disebut pula dengan "Pulau Seribu Sungai"
karena banyaknya sungai yang mengalir di pulau ini. Adapun batas wilayah
Pulau Kalimantan yaitu sebelah utara Malaysia, sebelah barat Selat Karimata,
sebelah timur Selat Makassar dan sebelah selatan Laut Jawa. Pulau Kalimantan
untuk wilayah Indonesia memiliki luas 544.150 km². Sungai-sungai terpanjang
di Kalimantan adalah Sungai Kapuas (1.143 km) di Kalimantan Barat, Sungai
Barito (880 km) di Kalimantan Tengah, Sungai Mahakam (980 km) di Kalimantan
Timur. Pulau Kalimantan memiliki hutan yang lebat. Namun, wilayah hutan itu
semakin berkurang akibat maraknya aksi penebangan pohon. Hutan
Kalimantan ialah habitat alami bagi beragam hewan diantaranya orang utan,
gajah borneo, badak borneo, landak, rusa, tapir dan beberapa spesies yang
terancam punah. Besarnya kekayaan alam pulau ini, membuat Pulau
Kalimantan direncanakan sebagai salah satu koridor ekonomi yang akan
dikembangkan dan berperan sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil
tambang dan lumbung energi nasional di Indonesia. Untuk mendukung peran
tersebut, maka Pulau Kalimantan membutuhkan kawasan perkotaan untuk
menunjang segala kegiatan pengolahan dan distribusi sumber daya alamnya.
Berikut 9 kota besar di Kalimantan berdasarkan jumlah populasi tahun 2000
dan tahun 2010.

Tabel 1. 1 Luas dan Populasi Kota di Pulau Kalimantan


Populasi Populasi Populasi
No. Kota, Provinsi Luas
2000 2010 2015
Samarinda, Kalimantan
1 718 km² 523.119 726.223 812597
Timur

3
Populasi Populasi Populasi
No. Kota, Provinsi Luas
2000 2010 2015
Banjarmasin, Kalimantan 675400
2 98,46 km² 530.908 625.395
Selatan
Balikpapan, Kalimantan 615574
3 503,3 km² 396.909 559.126
Timur
Pontianak, Kalimantan 607618
4 107,82 km² 473.36 550.304
Barat
Tarakan, Kalimantan 235565
5 250,80 km² 116.995 239.787
Utara
Palangka 259865
6 2.678,51 km2 160.572 220.223
Raya, Kalimantan Tengah
Banjarbaru, Kalimantan 234400
7 371,30 km² 123.979 199,359
Selatan
Singkawang, Kalimantan 207601
8 504 km² - 186.306
Barat
Bontang, Kalimantan 163326
9 497,57 km² - 140.787
Timur
Sumber: BPS, 2016

Kota – kota besar tersebut diharapkan mampu menjadi pusat – pusat


penggerak perekonomian di Pulau Kalimantan. Namun pengembangan Pulau
Kalimantan tidak hanya bergantung pada kawasan perkotaan, kawasan
perdesaan juga memainkan peran penting sebagai penghubung antara
perkotaan dan kawasan tambang atau perkebunan yang berada di tengah
hutan. Peran perdesaan menjadi penting untuk menunjang kegiatan ekonomi
di Pulau Kalimantan. Berdasarkan indeks pembangunan desa di provinsi-
provinsi yang terdapat di Pulau Kalimantan diketahui bahwa jumlah desa
berkembang sejumlah 3.960 desa lebih besar dibandingkan dengan desa
tertinggal, yakni 2.452 desa. Adapun jumlah desa tertinggal yang terbesar
terdapat di Provinsi Kalimantan Barat (965 desa) dan Kalimantan Tengah (586
desa). Desa-desa tertinggal di Provinsi Kalimantan Barat terletak di Kabupaten
Malawi (69%), Kabupaten Kapuas Hulu (60%), Kabupaten Landak (56%),
Kabupaten SIntang (58%) , Kabupaten Ketapang (52%), dan Kabupaten Sanggau
(51%). Kabupaten-kabupaten ini termasuk dalam Wilayah Pengembangan
Strategis Pertumbuhan Baru 21 Temajuk – Sebatik yang berada di kawasan
perbatasan antara Indonesia – Malaysia.

Tabel 1. 2 Indeks Pembangunan Desa di Pulau Kalimantan


Provinsi Tahun Total Jumlah Prosentasi Jumlah Desa Prosentasi Jumlah Prosentasi
Desa Desa Desa Berkembang Desa Desa Desa
Tertinggal Tertinggal Berkembang Mandiri Mandiri

Kalimantan 2015 1977 965 49% 920 47% 23 1%


Barat

4
Provinsi Tahun Total Jumlah Prosentasi Jumlah Desa Prosentasi Jumlah Prosentasi
Desa Desa Desa Berkembang Desa Desa Desa
Tertinggal Tertinggal Berkembang Mandiri Mandiri

Kalimantan 2015 1866 390 21% 1457 78% 17 1%


Selatan

Kalimantan 2015 1434 586 41% 838 58% 10 1%


Tengah

Kalimantan 2015 836 193 23% 619 74% 21 3%


Timur

Kalimantan 2015 447 318 71% 126 28% 3 1%


Utara

Total 6560 2452 3960 74

Rata-rata 41 57 1.4
Sumber: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, 2017

B. Demografi Wilayah
Jumlah penduduk di Pulau Kalimantan pada tahun 2013 sejumlah 14.725.700,
dimana Provinsi Kalimantan Barat memiliki jumlah penduduk terbesar. Adapun
laju pertumbuhan penduduk tertinggi terdapat di Provinsi Kalimantan Timur.
Salah satu penyebab tingginya pertumbuhan penduduk di Provinsi Kalimantan
Timur karena adanya daya tarik ekonomi sedangkan kepadatan penduduk
tertinggi ialah Provinsi Kalimantan Selatan karena luas wilayah Kalimantan
Selatan yang terkecil jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Pulau
Kalimantan.

5000000
4500000
4000000
3500000
3000000
Th 2011
2500000
2000000 Th 2012
1500000 Th 2013
1000000
500000
0
Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan
Barat Tengah Selatan Timur Utara

Sumber:BPS Setiap Provinsi di Pulau Kalimantan, 2017


Gambar 1. 1 Jumlah Penduduk di Pulau Kalimantan
Jika dilihat berdasarkan laju pertumbuhan per provinsi, diketahui bahwa pada
tahun 2010-2014, Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah mengalami

5
peningkatan laju pertumbuhan penduduk. Sementara itu, untuk Provinsi
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur mengalami penurunan laju
pertumbuhan. Sementara itu, jumlah penduduk yang terendah terdapat di
Provinsi Kalimantan Utara, yakni 595.000 pada tahun 2013 karena provinsi ini
baru terbentuk tahun 2012.

7,00

6,00

5,00
Th 1971-1980
4,00
Th 1980-1990
3,00
Th 1990-2000
2,00 Th 2000-2010
1,00 Th 2010-2014
0,00
Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan
Barat Tengah Selatan Timur
Sumber:BPS Setiap Provinsi di Pulau Kalimantan, 2017
Gambar 1. 2 Laju Pertumbuhan Penduduk di Pulau Kalimantan
A. Perekonomian Wilayah
Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan ditopang oleh 3 sektor utama, yaitu
pertambangan dan penggalian, pertanian terutama perkebunan, dan industri
pengolahan; serta sektor perikanan dan kehutanan. Komoditas sektor
pertambangan dan penggalian yang paling dominan adalah minyak, gas, dan
batu bara. Untuk seluruh Wilayah Pulau Kalimantan tahun 2013, sektor
pertambangan dan penggalian sudah berkontribusi sebesar 31,8%. Kontribusi
sektor ini sedikitnya telah menyumbang keuangan negara hingga USD 100 juta
pada tahun 2010. Potensi dari komoditas utama sektor ini adalah gas bumi
sebesar 17,0% dari potensi cadangan gas bumi nasional, minyak bumi sebesar
9,0% dari cadangan minyak bumi nasional. Batu bara yang merupakan
komoditas tambang utama Kalimantan, mempunyai cadangan 49,6% dari
cadangan batu bara nasional, dengan naiknya permintaan terhadap batu bara
dalam negeri, dan penurunan permintaan dari luar negeri terutama dari
Tiongkok, hal ini sebenarnya memberikan peluang untuk pembangunan
ekonomi Kalimantan selanjutnya dengan mengalihkan peningkatan permintaan
dalam negeri. Terlebih lagi keunggulan yang dimiliki sektor batubara di
Kalimantan ialah tingkat kalorinya yang tinggi (mencapai 7000 kalori/kg).

6
Dari sektor pertanian, pengembangan sumber daya terbarukan, seperti kelapa
sawit dan perkayuan juga perlu dipertimbangkan, kedua komoditas ini telah
memberikan kontribusi ekonomi yang cukup besar. Pada tahun 2010 luas
perkebunan kelapa sawit di Kalimantan mencapai 83% dari luas kelapa sawit
nasional. Sedangkan, potensi perkayuan di kawasan hutan produksi Kalimantan
mencapai 29,8 juta ha, dari sejumlah itu baru 52% (15,7 juta ha) yang dapat
dimanfaatkan. Artinya, potensi pengembangan komoditas kelapa sawit dan
perkayuan masih dapat ditingkatkan. Hal ini menggambarkan potensi ekonomi
dari kedua sektor ini masih mungkin terus dikembangkan dan tingkatkan nilai
tambahnya. Selain itu, sektor kehutanan dan perikanan perlu juga di
kembangkan karena memiliki potensi besar.

Sektor industri di Wilayah Pulau Kalimantan berpotensi untuk berperan besar


menjadi bagian dari rantai industri strategis di wilayah Jawa terutama industri
barang kompleks. Sektor industri pengolahan saat ini terkonsentrasi di Provinsi
Kalimantan Timur yakni mencapai 23,5% yang didominasi oleh sektor industri
berbasis migas. Dalam konteks pengembangan rantai industri strategis, hilirisasi
potensi sumber daya alam akan dapat memperkuat basis ekonomi Wilayah
Pulau Kalimantan secara keseluruhan. Adapun komoditas seperti pasir zirkon,
bijih besi, dan bauksit berpotensi untuk diprioritaskan pengembangan dan
integrasinya dengan mata rantai industri barang kompleks di wilayah Jawa.

500.000.000,0
450.000.000,0
400.000.000,0
350.000.000,0
300.000.000,0
Tahun 2015
250.000.000,0
200.000.000,0 Tahun 2014

150.000.000,0 Tahun 2013


100.000.000,0 Tahun 2012
50.000.000,0 Tahun 2011
-

Sumber: BPS setiap Provinsi di Pulau Kalimantan, 2017


Gambar 1. 3 PDRB setiap Provinsi di Pulau Kalimantan Berdasarkan Harga Konstan
Tahun 2010

7
Berdasarkan grafik tersebut, diketahui bahwa Provinsi Kalimantan Timur
memiliki jumlah pendapatan terbesar dibandingkan dengan provinsi lainnya di
Pulau Kalimantan. Besarnya pendapatan di Provinsi Kalimantan Timur
bersumber dari sektor pertambangan dan penggalian, dengan komoditas
utama berupa minyak bumi dan batubara. Sementara itu, provinsi yang
memiliki pendapatan terendah ialah Provinsi Kalimantan Utara. Rendahnya
pendapatan Provinsi Kalimantan Utara ini karena provinsi ini merupakan
provinsi baru. Sehingga masih dalam tahap dalam penyusunan tata
pemerintahan serta masih terbatasnya sumber daya manusia. Selain
disebabkan pula karena adanya pengaruh ekonomi global maupun dikuasainya
sumber daya alam oleh pihak asing.

Peluang investasi di Wilayah Pulau Kalimantan tidak hanya terbuka bagi ketujuh
kegiatan ekonomi tersebut (minyak bumi, gas bumi, batubara, besi baja,
bauksit, kelapa sawit, dan perkayuan). Peluang investasi di sektor pertanian
pangan sangat terbuka lebar. Pengembangan food estate di Kalimantan pun
membuka kesempatan bagi investor untuk terlibat dalam membangun
ketahanan pangan nasional. Pengembangan kawasan food estate direncanakan
di Kalimantan Barat (Pontianak) dan Kalimantan Utara (Bulungan). Kedua
provinsi tersebut menjadi wilayah yang potensial untuk meningkatkan produksi
pangan nasional di luar Pulau Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa potensi
Kalimantan membuka peluang investasi diberbagai bidang dan sektor ekonomi.

1.1.2. Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Barat


Kalimantan Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau
Kalimantan dengan ibu kota Provinsi Kota Pontianak. Luas wilayah Provinsi
Kalimantan Barat adalah 146.807 km² (7,53% luas Indonesia) dan merupakan
provinsi terluas keempat setelah Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan
Tengah. Daerah Kalimantan Barat termasuk salah satu daerah yang dapat
dijuluki provinsi "Seribu Sungai". Julukan ini selaras dengan kondisi geografis
yang mempunyai ratusan sungai besar dan kecil yang di antaranya dapat dan
sering dilayari. Beberapa sungai besar sampai saat ini masih merupakan urat
nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah pedalaman, walaupun prasarana
jalan darat telah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan. Kalimantan
Barat berbatasan darat dengan negara bagian Sarawak, Malaysia. Walaupun
sebagian kecil wilayah Kalimantan Barat merupakan perairan laut, akan tetapi
Kalimantan Barat memiliki puluhan pulau besar dan kecil (sebagian tidak

8
berpenghuni) yang tersebar sepanjang Selat Karimata dan Laut Natuna yang
berbatasan dengan wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

Jumlah penduduk terbesar di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2015


terdapat pada Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Sambas
dimana secara berturut-turut mencapai 607.618, 545.409, dan 523115 jiwa.
Besarnya jumlah penduduk di Kota Pontianak disebabkan karena Kota
Pontianak sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Barat. Sementara itu,
Kabupaten Kubu Raya merupakan kabupaten yang merupakan pemekaran dari
Kabupaten Mempawah dan terletak berdekatan dengan Kota Pontianak, serta
merupakan lokasi dimana Bandar Udara Supadio berada. Sementara itu,
Kabupaten Sambas terletak di perbatasan darat Indonesia dan Malaysia serta
merupakan pemekaran dari Kabupaten Bengkayang dan Kota Singkawang.

700000
600000
500000
Th 2010
400000
Th 2011
300000
Th 2012
200000 Th 2013

100000 Th 2014
Th 2015
0

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, 2017


Gambar 1. 4 Jumlah Penduduk per Kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat
Jika dilihat secara keseluruhan, maka jumlah penduduk di Kalimantan Barat
terus meningkat hingga tahun 2015 mencapai 4.789.574 jiwa dengan rata-rata
laju pertumbuhan mencapai 1,1%. Laju pertumbuhan penduduk yang paling
besar di antara tahun 2014 dan tahun 2015 menunjukkan bahwa Kabupaten
Bengkayang, Kabupaten Ketapang, dan Kota Singkawang memiliki laju
pertumbuhan penduduk tertinggi secara berturut-turut sebesar 2,5%, 2,5%,
dan 2,7%.

9
Tabel 1. 3 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalimantan Barat
Kab/Kota Th 2010 Th 2011 Th 2012 Th 2013 Th 2014 Th 2015
Sambas 64.93 65.80 66.19 66.81 63.28 64.14
Bengkayang 67.55 67.98 68.50 69.38 64.40 64.65
Landak 67.55 68.16 69.05 69.58 63.59 64.12
Pontianak 68.75 69.07 69.42 70.13 62.78 63.37
Sanggau 68.55 68.97 69.50 70.30 62.06 63.05
Ketapang 67.89 68.63 69.05 69.74 63.27 64.03
Sintang 68.31 68.77 69.14 69.81 63.19 64.18
Kapuas Hulu 70.03 70.38 70.52 70.97 62.90 63.73
Sekadau 66.99 67.52 68.47 68.99 61.98 62.34
Melawai 68.67 69.01 69.39 69.86 62.89 63.78
Kayong Utara 65.38 65.75 66.19 66.83 58.52 60.09
Kubu Raya 67.56 68.06 68.86 69.32 64.52 65.02
Kota Pontianak 72.96 73.43 74.21 74.64 76.63 77.52
Kota Singkawang 68.86 69.21 69.77 70.66 69.84 70.03
Kalimantan Barat 69.15 69.66 70.31 70.93 64.89 65.59
Indonesia 66.53 67.09 67.7 68.31 68.9 69.55
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat
Kemudian Indeks pembangunan manusia Provinsi Kalimantan Barat sebesar
65,59 pada tahun 2015 dan masih lebih rendah jika dibandingkan dengan rata –
rata IPM secara nasional. Indeks pembangunan manusia di setiap kabupaten di
Provinsi Kalimantan Barat yang tertinggi dan terendah secara berturut-turut
sebesar 77,52 poin di Kota Pontianak dan 60,09 poin di Kabupaten Kayong
Utara. Jumlah peningkatan IPM sejak tahun 2008 hingga tahun 2015 yang
terbesar terjadi pada Kota Pontianak dan Kota Singkawang berturut-turut
sebesar 5,44 poin dan 2,01 poin. Tingginya indeks pembangunan manusia di
Kota Pontianak juga disebabkan karena terlayaninya kebutuhan sarana dan
prasarana penduduk, serta besarnya peluang lapangan pekerjaan di kota ini
karena merupakan ibukota provinsi. Indeks pembangunan manusia terdiri atas
indikator harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup layak.

10
30000000,00

25000000,00

20000000,00

15000000,00

10000000,00

5000000,00

0,00

Th 2011
Th 2012
Th 2013
Th 2014
Th 2015
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat
Gambar 1. 5 PDRB Provinsi Kalimantan Barat
PDRB Provinsi Kalimantan Barat yang terbesar disokong oleh sektor pertanian,
peternakan, kehutanan, dan perikanan dengan pendapatan mencapai Rp.
25.705.080.000.000,-. Perekonomian di Provinsi Kalimantan Barat masih sangat
bergantung pada sektor primer. Pada tahun 2011, persentase sektor pertanian
sebesar 24,55% tetapi mengalami penurunan menjadi 22.9% pada tahun 2015.
Hal tersebut juga tampak dari laju pertumbuhan PDRB yang hanya mencapai
3,25% pada tahun 2015 dan lebih rendah jika dibanding pada tahun 2014,
dimana berhasil mencapai angka laju pertumbuhan sebesar 4,24%. Walaupun
mengalami penurunan, sektor ini tetap merupakan sektor yang menjadi
kontributor utama untuk Provinsi Kalimantan Barat. Laju pertumbuhan sektor
pertanian berasal dari subsektor tanaman pangan sangat dipengaruhi oleh
produksi padi dan jagung, dimana sentra padi terbesar di Provinsi Kalimantan
Barat berada di Kabupaten Sambas, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten
Mempawah, dan Kabupaten Landak. Selain padi dan jagung Provinsi
Kalimantan Barat juga memiliki komoditi unggulan lainnya seperti jeruk
(Kabupaten Sambas dan Kabupaten Sanggau), pepaya (Kota Pontianak), aloe
vera (Kota Pontianak dan Kabupaten Mempawah), rambutan (Kabupaten
Sekadau), nenas (Kabupaten Mempawah), dan pisang (Kabupaten Sanggau).
Untuk sub sektor perkebunan kontribusi di peroleh dari produksi komoditas
kelapa sawit, karet, dan kelapa. Pengembangan kelapa sawit dan karet berada
di wilayah perbatasan yaitu Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang,
Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang, dan Kabupaten Kapuas Hulu yang
bertujuan untuk pertumbuhan ekonomi wilayah perbatasan. Sedangkan kelapa

11
dengan pasar domestik dan ekspor dikembangkan di Kabupaten Sambas,
Kabupaten Ketapang, Kabupaten Mempawah, dan Kabupaten Bengkayang.

Sektor lainnya yang berkontribusi cukup besar ialah sektor industri pengolahan
sebesar Rp. 18.672.203.600.000,-. Distribusi persentase sektor industri
pengolahan pada tahun 2011 sebesar 17.16% tetapi mengalami penurunan
menjadi 16.63% pada tahun 2015. Hal ini ditunjukkan pula dengan laju
pertumbuhan yang lebih rendah dibanding tahun sebelumnya, yakni hanya
sebesar 3,25%. Subkategori sektor ini menyumbang peranan terbesar ialah dari
industri makanan dan minuman sebesar 77,48% pada tahun 2015. Sama halnya
dengan sektor pertanian, walaupun mengalami penurunan, sektor ini
memberikan kontribusi terbesar kedua setelah sektor pertanian, perkebunan,
dan perikanan. Sementara itu, yang paling rendah berasal dari sektor
pengadaan listrik dan gas. Walaupun masih sangat bergantung pada sektor
primer, namun perekonomian di Provinsi Kalimantan Barat perlahan bergerak
menuju sektor sekunder yang ditunjukan dengan meningkatnya produk
domestik dari sektor industri pengolahan, konstruksi dan perdagangan.

1.1.3. Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur


Kalimantan Timur adalah sebuah provinsi Indonesia di Pulau Kalimantan bagian
ujung timur yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Luas total Kaltim
adalah 129.066,64 km² dan populasi sebesar 3.6 juta jiwa. Kalimantan Timur
merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk terendah keempat di
nusantara. Sebelum dilakukannya pemekaran Provinsi Kalimantan Utara,
Provinsi Kalimantan Timur merupakan provinsi terluas kedua di Indonesia
2
setelah Papua, dengan wilayah seluas 194.489 km yang hampir sama dengan
luas Pulau Jawa atau sekitar 6,8% dari total luas wilayah Indonesia.

Daerah Kalimantan Timur yang terdiri dari luas wilayah daratan 127.267,52 km²
dan luas pengelolaan laut 25.656 km², terletak antara 113°44' dan 119°00'
Bujur Timur, dan antara 2°33 'Lintang Utara dan 2°25' Lintang Selatan. Dengan
adanya perkembangan dan pemekaran wilayah, Kalimantan Timur dibagi
menjadi 7 (tujuh) kabupaten, 3 (tiga) Kota, 103 kecamatan dan 1.026
desa/kelurahan. Tujuh kabupaten tersebut adalah Paser dengan ibukota Tanah
Grogot, Kutai Barat dengan ibukota Sendawar, Kutai Kartanegara dengan
ibukota Tenggarong, Kutai Timur dengan ibukota Sangatta, Berau dengan
ibukota Tanjung Redeb, Penajam Paser Utara dengan ibukota Penajam, dan
Mahakam Ulu dengan ibukota Long. Sedangkan tiga Kota adalah Balikpapan,
Samarinda, dan Bontang. Daerah yang juga dikenal sebagai gudang kayu dan

12
hasil pertambangan ini mempunyai ratusan sungai yang tersebar pada seluruh
kabupaten/kota dan menjadi sarana transportasi utama di samping angkutan
darat. Provinsi Kalimantan Timur memiliki struktur bentukan lahan yang
berbukit dan landai serta memiliki banyak danau. Jumlah danau di provinsi ini
adalah 18 buah. Sebagian besar danau-danau tersebut berada di Kabupaten
Kutai Kartanegara dan danau yang paling luas yaitu Danau Semayang dan
Melintang yang masing-masing mempunyai luas area 13.000 Hadan 11.000 ha.

Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk terbanyak di Provinsi Kalimantan


Timur secara berurutan adalah Kota Samarinda (805.688 jiwa), Kabupaten Kutai
Kartanegara (683.131 jwa), dan Kota Balikpapan (594.322 jiwa). Besarnya
jumlah penduduk di Kota Samarinda dan Kota Balikpapan disebabkan karena
kota tersebut merupakan kota yang memiliki jumlah sarana dan prasarana yang
terlengkap. Kota Samarinda dan Kota Balikpapan memiliki sejumlah 7 unit
perguruan tinggi negeri, baik berupa akademi, politeknik, institut, maupun
universitas, serta berbagai perguruan tinggi swasta lainnya. Kota Balikpapan
juga merupakan salah satu kota yang menjadi pusat kegiatan pertambangan di
Kalimantan Timur. Bahan tambang di Provinsi Kalimantan Timur yang terbesar
berupa Tambang Batubara dan minyak bumi.

Tabel 1. 4 Jumlah Penduduk di Setiap Kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur


Kabupaten/ Kota Th 2011 Th 2012 Th 2013
Paser 237783 244111 249991
Kutai Barat 142016 143101 144018
Kutai Kartanegara 648215 665489 683131
Kutai Timur 269375 281594 294216
Berau 185986 191576 197388
Penajam Paser Utara 145978 148034 150205
Balikpapan 572184 583272 594322
Samarinda 756697 781313 805688
Bontang 148411 152089 155880
Mahakam Ulu 25319 25522 25678
Kalimantan Timur 3131964 3216101 3300517
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, 2017

Laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Kalimantan Timur mencapai 2,62%,


yang mana Kabupaten Kutai Barat memiliki lanju pertumbuhan terendah
sebesar 0,63% dan yang tertinggi ialah Kabupaten Kutai Timur sebesar 4,47%.
Pertumbuhan penduduk akan sangat erat kaitannya dengan kebutuhan
penyediaan infrastruktur. Oleh karena itu, daerah – daerah dengan

13
pertumbuhan penduduk yang tinggi harus mendapatkan perhatian lebih dalam
pemenuhan kebutuhan infrastruktur.

90
80
70
60
50 Th 2010
40
30 Th 2011
20
10 Th 2012
0
Th 2013
Th 2014
Th 2015

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, 2017


Gambar 1. 6 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalimantan Timur
Berdasarkan gambar diatas, diketahui bahwa Kota Bontang, Kota Samarinda,
dan Kota Balikpapan memiliki IPM tertinggi dengan nilai berturut-turut sebesar
78,78 poin, 78,69 poin, dan 78,18 poin. Ketiga kota ini memliki sarana
pendidikan dan kesehatan yang lebih memadai sehingga dapat menjadi salah
satu penyebab tingginya IPM di kota ini. Selain itu, peluang kerja yang lebih
besar dan beragam juga turut memberi andil bagi masyarakat agar dapat hidup
layak. Secara keseluruhan, IPM di Provinsi Kalimantan Timur terus mengalami
peningkatan, baik untuk skala kota/kabupaten maupun skala provinsi. Hal
tersebut, menunjukkan adanya perbaikan kondisi kesejahteraan sosial ekonomi
dan akses masyarakat terhadap sarana serta prasarana.

Pendapatan Domestik Regional Bruto di Provinsi Kalimantan Timur


menunjukkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian memiliki memiliki
kontribus terbesar. Distribusi persentase pendapatan sector ini mencapai
50,07% pada tahun 2015, yang sedikit menurun dibandingkan tahun 2011
sebesar 51,91%. Hal tersebut juga dapat dilihat dari laju pertumbuhan sektor
ini yang melambat 4,83% pada tahun 2015. Adapun beberapa perusahaan
pertambangan dan minyak di Provinsi Kalimantan Timur antara lain PT. Kaltim
Prima Coal, Perusahaan Daerah Pertambangan Bara Kaltim Sejahtera, PT.
Medco E&P, Total E&P Indonesie, dan PT Vico Indonesia.

14
250000000,00
200000000,00 Th 2011
Th 2012
150000000,00
Th 2013
100000000,00 Th 2014
50000000,00 Th 2015
0,00

Pengadaan listrik…
Pertanian,…
Pertambangan dan…

Pengadaan air,…

Perdagangan besar…
Transportasi dan…
Penyediaan…
Informasi dan…
Jasa Keuangan dan…

Jasa kesehatan dan…


Administrasi…
Real Estat
Jasa Perusahaan
Konstruksi

Jasa lainnya
Jasa pendidikan
Industri Pengolahan

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, 2017


Gambar 1. 7 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut
Lapangan UsahaProvinsi Kalimantan Timur
Sektor lainnya yang memberi kontribusi besar pada Provinsi Kalimantan
Timur ialah sektor industri pengolahan, yang juga berkaitan erat dengan
kegiatan pertambangan dimana distribusi persentase mencapai 20,09%
pada tahun 2015. Tidak seperti sektor pertambangan dan penggalian yang
mengalami perlambatan pertumbuhan, sektor indusrti pengolahan
mengalami peningkatan laju pertumbuhan sebesar 2,26% pada tahun 2015.
Sementara itu, sektor terendah ialah sektor listrik, gas, dan air bersih
sebesar Rp. 194.197.200.000,00.

1.1.4. Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Tengah


Kalimantan Tengah adalah salah satu provinsi di Pulau Kalimantan yang
memiliki ibukotanya Palangka Raya. Provinsi ini memiliki luas 157.983 km².
Berdasarkan sensus tahun 2010, provinsi ini memiliki populasi 2.202.599
jiwa, yang terdiri atas 1.147.878 laki-laki dan 1.054.721 perempuan. Provinsi
yang dilintasi garis khatulistiwa ini mempunyai 13 kabupaten dan 1 kota.
Bagian utara provinsi ini terdiri Pegunungan Muller Swachner dan
perbukitan, bagian selatan dataran rendah, dan rawa.

Orangutan merupakan hewan endemik dengan populasi cukup besar di


Kalimantan Tengah, khususnya di wilayah Taman Nasional Tanjung Puting
yang memiliki luas mencapai 300.000 Ha di Kabupaten Kotawaringin Barat
dan Kabupaten Seruyan. Sebesar 80% dari luas wilayah Provinsi Kalimantan
Tengah merupakan hutan primer tersisa sekitar 25% dari luas wilayah.
Lahan yang luas didominasi oleh perkebunan kelapa Sawit yang mencapai

15
700.000 Ha pada tahun 2007. Perkebunan karet dan rotan milik rakyat
masih tersebar hampir diseluruh daerah, terutama di Kabupaten Kapuas,
Katingan, Pulang Pisau, Gunung Mas dan Kotawaringin Timur.

Indeks pembangunan manusia Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2015


mencapai 68,53 poin. Adapun kabupaten yang memiliki nilai IPM tertinggi
ialah Kota Palangka Raya dengan nilai 78,62 poin, sedangkan yang memiliki
nilai IPM terendah ialah Kabupaten Seruyan dengan nilai 64,77 poin.
Tingginya IPM di Kota Palangka Raya disebabkan karena kota ini merupakan
ibukota provinsi sehingga seluruh sarana dan prasarana dapat diakses
dengan baik di kota ini, terutama untuk sarana pendidikan dan kesehatan.
Di lain pihak, rendahnya IPM di Kabupaten Seruyan disebabkan karena
masih banyaknya desa-desa yang tertinggal. Sementara itu, indeks
pembangunan manusia Provinsi Kalimantan Tengah secara umum pada
tahun 2015 mencapai 68,53 poin, dimana sejak tahun 2010 mengalami
peningkatan secara kontinu.

Tabel 1. 5 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalimantan Tengah


[Metode Baru] Indeks Pembangunan Manusia
Kabupaten/Kota
Th 2010 Th 2011 Th 2012 Th 2013 Th 2014 Th 2015
Kotawaringin Barat 68.43 68.53 68.63 69.51 70.14 70.6
Kotawaringin Timur 65.24 65.6 66.61 67.95 68.45 68.61
Kapuas 63.32 64.01 64.38 64.82 65.29 66.07
Barito Selatan 64.51 65.1 65.76 66.2 66.61 68.27
Barito Utara 63.87 64.36 64.72 65.12 66.3 67.38
Sukamara 62.41 62.86 63.52 63.92 64.44 65.8
Lamandau 65.32 65.99 66.49 67.23 67.53 68.3
Seruyan 61.6 62.16 62.39 62.81 63.49 64.77
Katingan 63.25 64.54 64.87 65.29 65.79 66.81
Pulang Pisau 63.76 64.06 64.28 64.76 65 65.76
Gunung Mas 66.33 66.85 67.3 67.75 68.13 69.24
Barito Timur 66.76 67.31 67.97 68.82 69.12 69.71
Murung Raya 63.18 64.39 64.85 65.62 66.1 66.46
Palangka Raya 76.53 76.98 77.4 78.02 78.5 78.62
KALIMANTAN TENGAH 65.96 66.38 66.66 67.41 67.77 68.53
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah, 2017

Pendapatan Domestik Regional Bruto Provinsi Kalimantan Tengah terus


mengalami peningkatan hingga tahun 2015 dengan total pendapatan
sebesar Rp. 78.889.990.000.000. Pendapatan sektoral yang tertinggi untuk
Provinsi Kalimantan Tengah adalah sektor pertambangan dan penggalian
sebesar Rp 12.717.040.000.000,00 dimana memberikan kontribusi sebesar
21,42% dari total pendapatan daerah. Sektor pertambangan dan penggalian
di Provinsi Kalimantan Tengah mengalami peningkatan laju pertumbuhan

16
sebesar 2,04%. Saat ini terdapat lima belas daftar mineral-mineral potensial
yang terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah. Beberapa yang sudah
produksi seperti batubara, emas, intan, batu lempung, batu gamping, pasir
kuarsa, kristal kuarsa dan zirkon. Sedangkan mineral-mineral lain sedang
berada dalam proses identifikasi potensi.

35.000.000,00
30.000.000,00
25.000.000,00
20.000.000,00
15.000.000,00
Th 2011
10.000.000,00
5.000.000,00 Th 2012
- Th 2013
Pertanian, kehutanan,…
Pertambangan dan…

Pengadaan air,…

Transportasi dan…

Jasa Keuangan dan…


Perdagangan besar dan…

Informasi dan…

Jasa kesehatan dan…


Penyediaan Akomodasi…

Administrasi…
Real Estat
Jasa Perusahaan
Konstruksi

Jasa lainnya
Jasa pendidikan
Industri Pengolahan
Pengadaan listrik dan gas

Th 2014
Th 2015

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah, 2017


Gambar 1. 8 PDRB Provinsi Kalimantan Tengah
Sektor lainnya yang memberikan kontribusi yang cukup besar dalam
pendapatan Provinsi Kalimantan Tengah ialah sektor pertanian, kehutanan,
dan perikanan sebesar 16.895.960.000.000,00. Distribusi persentase sektor
pertanian, peternakan, dan perkebunan ini mencapai 16.12% dengan laju
pertumbuhan pada tahun 2015 sebesar 5,32%. Di sektor pertanian, sub
sektor yang berpeluang untuk dikembangkan adalah sub sektor pertanian
tanaman pangan dan perkebunan. Sub sektor perikanan juga memiliki
prospek yang baik, karena Provinsi Kalimantan Tengah memiliki cukup
banyak kawasan perairan danau yang dapat dikembangkan bagi
usahaperikanan air tawar. Sementara itu, untuk sektor yang memiliki
pendapatan terendah ialah sektor jasa perusahaan sebesar
29.000.000.000,00.

1.1.5. Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Utara


Kalimantan Utara merupakan provinsi termuda Indonesia, resmi disahkan
menjadi provinsi dalam rapat paripurna DPR pada tanggal 25 Oktober 2012

17
berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2012. Provinsi ini berbatasan
langsung dengan Malaysia, pada Negara Bagian Sabah.

600000 595.000

590000

580000
572.500
570000

560000
550.500
Kalimantan Utara
550000

540000

530000

520000
Th 2011 Th 2012 Th 2013

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah, 2017


Gambar 1. 9 Jumlah Penduduk Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2013 mencapai
595.000 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Kalimantan
Utara sebesar 3,93. Jumlah kota yang memiliki penduduk terbesar ialah
Kota Tarakan sebesar 235.565 jiwa. Hal ini dikarenakan banyaknya investasi
dan perusahaan

Adapun laju pertumbuhan penduduk yang paling tinggi terdapat di


Kabupaten Tana Tidung dengan nilai 7,34 walaupun memiliki jumlah
penduduk yang terendah. Sementara itu, untuk laju pertumbuhan
penduduk yang terendah terdapat di Kabupaten Bulungan dengan nilai 2,67
walaupun dari jumlah penduduk merupakan yang terbesar ketiga setelah
Kota Tarakan dan Kabupaten Nunukan.

18
79
78
77
76
75
Th 2011
74
73 Th 2012
72
Th 2013
71
70
69
68
Malinau Bulungan Nunukan Tana Tidung Tarakan

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Utara, 2017


Gambar 1. 10 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Peringkat Kabupaten/Kota di
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2011-2013
Kemudian Indeks pembangunan manusia Provinsi Kalimantan Utara
menunjukkan bahwa Kota Tarakan memiliki nilai IPM tertinggi dengan nilai
78,07 poin. Tingginya indeks pembangunan manusia di Kota Tarakan karena
lengkap dan mudahnya akses untuk setiap sarana dan prasarana.
Sementara itu, Kabupaten Tana Tidung sebagai daerah dengan nilai IPM
terendah, yakni 73,2 poin tetapi mengalami peningkatan sebesar 1,33 poin
hingga tahun 2013. Indeks pembangunan manusia di Kabupaten Tana
Tidung masih lebih rendah dibandingkan dengan IPM Provinsi Kalimantan
Utara secara keseluruhan yang mencapai 74,72 poin pada tahun 2013.

18.000.000,00 Th 2011
16.000.000,00
Th 2012
14.000.000,00
Th 2013
12.000.000,00
10.000.000,00 Th 2014
8.000.000,00 Th 2015
6.000.000,00
4.000.000,00
2.000.000,00
-

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Utara, 2017


Gambar 1. 11 PDRB Provinsi Kalimantan Utara

19
Selanjutnya, kontribusi terbesar dalam PDRB Provinsi Kalimantan Utara
diberikan oleh Sektor pertambangan dan penggalian. Sektor pertambangan
dan penggalian ini memberikan kontribusi sebesar 30,48%. Laju
pertumbuhan sektor ini pada tahun 2015 mencapai 2,66%, dimana laju
pertumbuhan ini tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya, karena ditengarai
adanya krisis minyak dunia. Hasil utama provinsi ini adalah hasil tambang
seperti minyak, gas alam dan batu bara. Potensi tambang lainnya yang telah
diketahui di Provinsi Kalimantan Utara antara lain batu gamping sebanyak
654 ribu ton di Malinau dan 25 ribu ton di Nunukan. Selain itu terdapat
beberapa perusahaan baik pertambangan minyak dan gas bumi seperti PT
Pertamina yang terletak di Pulau Bunyu Kabupaten Bulungan. Sektor lainnya
yang memiliki kontribusi terbesar kedua ialah sektor pertanian dimana
persentase kontribusi mencapai 17,43% pada tahun 2015. Sektor unggulan
pertanian Provinsi Kalimantan Utara berupa perkebunan dan perikanan.
Perkebunan kelapa sawit seluas 128.793 Hayang tersebar di Kabupaten
Bulungan, Kabupaten Tana Tidung dan Kabupaten Nunukan. Secara umum
Kalimantan Utara masih sangat bergantung pada perekonomian sektor
primer. Sektor lain yang kini sedang berkembang adalah agrikultur,
pariwisata dan industri pengolahan. Terdapat beberapa Perusahaan
perkebunan kelapa sawit, coklat, kopi, dan lain-lain.

1.1.6. Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Selatan


Secara geografis, Kalimantan Selatan berada di bagian tenggara pulau
Kalimantan, memiliki kawasan dataran rendah di bagian barat dan pantai
timur, serta dataran tinggi yang dibentuk oleh Pegunungan Meratus di
tengah. Kawasan dataran rendah kebanyakan berupa lahan gambut hingga
rawa-rawa sehingga kaya akan sumber keanekaragaman hayati satwa air
tawar. Kawasan dataran tinggi sebagian masih merupakan hutan tropis
alami dan dilindungi oleh pemerintah. Hutan di Provinsi Kalimantan Selatan
terdiri dari hutan tetap (139.315 ha), hutan produksi (1.325.024 ha), hutan
lindung (139.315 ha), hutan konvensi (348.919 ha) . kemudian juga terdapat
perkebunan negara seluas 229.541 ha. Selain itu juga terdapat potensi
pertambangan yaitu batu bara, minyak, pasir kwarsa, biji besi, dll.

Jumlah penduduk di Kalimantan Selatan yang tertinggi terdapat di Kota


Banjarmasin dengan jumlah pada tahun 2016 sebesar 684.183 jiwa.
Sementara itu, kabupaten yang memiliki jumlah penduduk terendah ialah
Kabupaten Balangan dengan jumlah 125.534 jiwa.

20
800000
700000
600000
500000
Th 2010
400000
Th 2011
300000
Th 2012
200000
100000 Th 2013

0 Th 2014
Th 2015

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Selatan, 2017


Gambar 1. 12 Jumlah Penduduk Kalimantan Selatan
Indeks pembangunan manusia di Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun
2013 mencapai 71,74 poin dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Adapun IPM tertinggi di Provinsi Kalimantan Selatan terdapat di Kota
Banjarbaru dengan nilai 76,86 poin serta IPM terendah terdapat di
Kabupaten Balangan dengan nilai 68,3 poin.

78
76
74
72
70 Th 2009
68
Th 2010
66
64 Th 2011
62
Th 2012
60
Th 2013

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Selatan, 2017


Gambar 1. 13 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalimantan Selatan

21
Kontribusi terbesar bagi PDRB Provinsi Kalimantan Selatan diberikan oleh
sektor pertambangan dan penggalian dengan persentase sebesar 27,3%
atau sejumlah Rp 30.278.200.700.000,00. Batu bara merupakan komoditas
tambang terbesar di Kalimantan Selatan. Meskipun dominan, sektor
pertambangan dan penggalian mengalami perlambatan sebesar 7,17% pada
tahun 2015. Perlambatan tersebut disebabkan karena belum membaiknya
kondisi ekonomi global, dimana sebagian besar hasil tambang terutama
batubara merupakan komoditas ekspor. Beberapa perusahaan tambang di
Provinsi Kalimantan Selatan antara lain PT. Kalimantan Prima Persada, PT.
Aneka Tambang, dan PT. Adaro Indonesia.

35000000
Th 2011
30000000
25000000 Th 2012
20000000 Th 2013
15000000 Th 2014
10000000
Th 2015
5000000
0

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Selatan, 2017


Gambar 1. 14 PDRB Provinsi Kalimantan Selatan
Sektor dengan kontribusi terbesar kedua adalah pertanian, kehutanan, dan
perikanan dengan yang menyumbangkan 14,44% dari total PDRB Provinsi
Kalimantan Selatan atau sejumlah 15.008.300.000 pada tahun 2015. Pada
sub sektor pertanian tanaman pangan, komoditas utama yang
dikembangkan adalah padi sawah dan padi ladang serta sebagian lainnya
adalah palawija. Pemerintah pusat memberi perhatian khusus kepada
Provinsi Kalimantan Selatan sebagai provinsi yang diprioritaskan bagi
pengembangan sektor pertanian karena merupakan salah satu lumbung
pangan bagi Pulau Kalimantan. Lokasi potensi lumbung pangan atau padi di
Provinsi Kalimantan Selatan berada di Kabupaten Tanah Laut, Kotabaru,
Banjar, Barito Kuala, dan Tabalong. Kemudian daerah-daerah rawa

22
dikembangkan menjadi sentra produksi padi, palawija, sayur, jeruk, karet,
kopi, dan kelapa sawit.

1.2. Kondisi Umum Infrastruktur di Pulau Kalimantan


Kondisi infrastruktur di Pulau Kalimantan saat ini, terutama infrastruktur bidang
PUPR, masih belum merata di setiap provinsi sehingga masih terjadi kesenjangan
antarwilayah di dalam pulau, baik antara wilayah penghasil migas dan non-
penghasil migas maupun antara kawasan perkotaan dan perdesaan. Selain itu,
kesenjangan pun terjadi antara infrastruktur pelayanan dasar yang tersedia
dengan yang dibutuhkan. Infrastruktur dasar yang dimaksud mencakup
infrastruktur fisik seperti jalan, kelistrikan, akses air bersih, dan lain-lain, dan non-
fisik (sosial), seperti pendidikan dan layanan kesehatan.

1.2.1. Sektor Sumber Daya Air


Pengelolaan sumber daya air menjadi tantangan sekaligus persoalan yang
penting bagi keberlangsungan bangsa. Air sebagai sumber kehidupan perlu
pengelolaan yang bijak agar manfaatnya dapat dinikmati tidak hanya oleh
generasi saat ini, melainkan juga generasi selanjutnya. Upaya yang
dilakukan diantaranya ditujukan untuk mendukung ketahanan pangan dan
energi nasional, pengentasan kemiskinan dengan memperluas akses
terhadap air bersih, penyediaan air baku, pengamanan pantai, dan
sebagainya. Dalam mendukung ketahanan pangan, infrastruktur yang
dibutuhkan antara lain berupa jaringan irigasi, bendung, dan waduk.
Jaringan irigasi di Pulau Kalimantan sebagian besar terdiri dari daerah rawa.
Daerah irigasi rawa ini tersebar dengan tingkat kewenangan pemerintah
provinsi dan kabupaten. Pembahasan mengenai Inrastruktur Sumber Daya
Air di Pulau Kalimantan terbagi menjadi 2 bagian besar, yakni Sumber Air
dan Bangunan Air.
A. Sumber Air
1) Wilayah Sungai dan Daerah Aliran Sungai
Pengelolaan sumber daya air yang dilakukan pemerintah diprioritaskan
untuk memenuhi kebutuhan air baku dan irigasi yang sumbernya
sebagian besar berasal dari sungai. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
menjelaskan bahwa Wilayah Sungai (WS) adalah kesatuan wilayah
pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai
dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan

23
2
2.000 km . Berikut merupakan pembahasan mengenai wilayah sungai di
Pulau Kalimantan yang dirangkum dari Buku Statistik Infrastruktur PUPR:

x Wilayah Sungai Lintas Negara;


Diketahui bahwa terdapat 19 DAS di Wilayah Sungai Lintas Negara
Sesayap yang melintasi Kalimantan Timur – Serawak (Malaysia).

Sumber: http://infopendaki.com
Gambar 1. 15 Wilayah Sungai Lintas Negara Sesayap
x Wilayah Sungai Lintas Provinsi;
Wilayah sungai lintas provinsi di Pulau Kalimantan ialah WS Jelai –
Kendawangan dengan jumlah 11 DAS dan WS Barito sejumla 4 DAS
yang melalui Kalimantan Tengah hingga Kalimantan Barat.
x Wilayah Sungai Strategis Nasional;
Wilayah sungai strategis nasional Pulau Kalimantan ialah WS Kapuas di
Kalimantan Barat dengan 9 DAS, WS Mentaya – Katingan di Provinsi
Kalimantan Tengah sejumlah 2 DAS, WS Mahakam di Provinsi
Kalimantan Timur sejumlah 12 DAS
x Wilayah Sungai Lintas Kabupaten/Kota;
Wilayah Sungai Lintas Kabupaten/ Kota di Pulau Kalimantan terdiri dari
9 Wilayah Sungai, dimana 2 diantaranya terdapat di Provinsi
Kalimantan Barat, yakni WS Sambas dengan jumlah 4 DAS dan WS
Mempawah sejumlah 5 DAS. Wilayah sungai di Provinsi Kalimantan
Tengah ialah WS Seruyan dengan jumlah 3 DAS dan WS Kahayan
sejumlah 2 DAS. Provinsi Kalimantan Timur memiliki 4 WS Lintas
Kabupaten/ Kota, yakni WS Kendilo dengan 9 DAS, WS Karangan
dengan 43 DAS, WS Berau – Kelai dengan 15 DAS, dan WS Kayan
sejumlah 9 DAS. Sementara itu, di Provinsi Kalimantan Selatan
terdapat 1 WS lintas kabupaten/ kota, yakni WS Cengal – Batulicin
sejumlah 62 DAS

24
x Wilayah Sungai dalam Satu Kabupaten/Kota.
Wilayah Sungai dalam satu Kabupaten/ Kota di Pulau Kalimantan
terdiri dari WS Pawan di Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan
Barat dengan jumlah 6 DAS dan WS Pulau Laut di Kabupaten Kotabaru,
Provinsi Kalimantan Selatan dengan 41 DAS.

2) Danau/Situ
Danau merupakan cekungan pada permukaan bumi yang berisi air serta
ekosistem yang terbentuk secara alamiah termasuk situ dan wadah air
sejenis dengan sebutan istilah lokal. Situ atau danau yang merupakan
salah satu reservoir alami berfungsi sebagai penampungan atau resapan
air, pemasok cadangan air tanah, pendingin suhu udara kota,
pengendalian banjir, wisata olahraga air (perahu dayung, kano,
memancing), habitat satwa liar, media budidaya ikan dan penambah
keindahan kota. Hal ini menunjukkan pentingnya keberadaan situ atau
danau karena memiliki nilai ekologi, ekonomi, edukatif, serta estetika
sekaligus. Termasuk dalam menghadapi perubahan pola musim serta
mengurangi tingkat resiko bencana kekeringan di musim kemarau
maupun banjir di musim penghujan. Oleh karena itu perlu dilakukan
revitalisasi pada reservoir-reservoir alami termasuk situ atau danau.
Provinsi dengan jumlah danau terbanyak di Pulau Kalimantan ialah
Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah dimana berturut-turut
terdapat sejumlah 51 danau dan 48 danau. Salah satu danau yang
terdapat di Provinsi Kalimantan Barat adalah Danau Sentarum yang juga
merupakan bagian dari Taman Nasional Danau Sentarum dengan luas
132.000 Ha, sedangkan danau yang terdapat di Kalimantan Tengah ialah
Danau Bulat, Danau Madara, Danau Malawen, dan Danau Sembuluh.
Sementara itu, Provinsi Kalimantan Timur memiliki danau terluas yaitu
59.250 km.
Tabel 1. 6 Danau/Situ di Pulau Kalimantan Menurut Provinsi
Provinsi Jumlah Danau/ Situ Luas Danau (km) Volume Tampung (juta m3)
Kalimantan Barat 51 305.2
Kalimantan Tengah 48 195.43
Kalimantan Selatan 2
Kalimantan Timur 23 59250 1300
Kalimantan Utara
TOTAL 124 59750.63 1300
Sumber: Buku Statistik Infrastruktur PUPR 2015

25
B. Bangunan Air
1) Bendungan/Waduk
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 37 Tahun 2010
tentang Bendungan dijelaskan bahwa bendungan adalah bangunan yang
berupa urukan tanah, urukan batu, beton, dan/atau pasangan batu yang
dibangun selain untuk menahan dan menampung air, dapat pula untuk
menahan dan menampung limbah tambang (tailing) atau menampung
lumpur sehingga terbentuk waduk. Sementara waduk adalah wadah
buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan.
Jumlah bendungan di Pulau Kalimantan adalah 9 unit, dimana 7 unit di
antaranya terdapat di Provinsi Kalimantan Timur. Berikut data
rekapitulasi jumlah bendungan yang teregistrasi di Balai Bendungan
Kementerian PUPR baik yang dimiliki oleh PU maupun non PU.
Tabel 1. 7 Bendungan di Pulau Kalimantan Menurut Provinsi
Kapasitas
Volume Luas Manfaat Manfaat Daerah
Jumlah Waduk
Provinsi Bendungan Genangan Irigasi Air Baku Tangkapan
Bendungan (1000
(1000 m3) (1000 m2) (Ha) (m3/detik) Air (km2)
m3)
Kalimantan
1 670 1200000 92000 1043,00
Selatan
Kalimantan
7 2847 48898 22027,2 5119,9 1520,01 3757,39
Timur
Kalimantan
1 30,37 715,5 265,97 184 0,20 1,50
Utara
9 3547.37 1249614 114293.2 5303.9 1520.21 4801.89
Sumber : Balai Bendungan, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Juni 2015

Beberapa bendungan yang terdapat di Pulau Kalimantan dan


direncanakan untuk selesai dibangun ialah Bendungan Marangkayu dan
Bendungan Teritip (konstruksi tahun 2016) di Provinsi Kalimantan Timur,
Bendungan Tapin (konstruksi dimulai tahun 2015 dan akan selesai di
tahun 2019) di Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan,
Bendungan Riam Kiwa (konstruksi tahun 2019) di Kabupaten Banjar,
Kalimantan Selatan, dan Bendungan Lambakan (konstruksi tahun 2019)
di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

26
Bendungan Teritip Bendungan Marangkayu
Gambar 1. 16 Beberapa Bendungan dan Lokasi Bendungan di Pulau Kalimantan

2) Bendung
Berdasarkan konstruksinya, terdapat dua tipe bendung, yaitu bendung
sederhana dan bendung permanen. Terdapat dua jenis bendung
permanen, yaitu bendung tetap dan bendung gerak. Bendung tetap
adalah bendung yang terdiri dari ambang tetap, sehingga muka air banjir
tak dapat diatur elevasinya. Bendung gerak adalah bendung yang terdiri
dari ambang tetap dilengkapi pintu bendung yang dapat digerakkan
untuk mengatur muka air di bagian hulu, sehingga air sungai dapat
disadap sesuai dengan kebutuhan dan muka air banjir dapat diatur.
Pulau Kalimantan memiliki sebanyak 58 bendung dimana, 31
diantaranya terdapat di Provinsi Kalimantan Timur, 17 unit di Provinsi
Kalimantan Barat, dan 10 unit di Provinsi Kalimantan Tengah. Pada
usulan program jangka pendek tahun 2018-2020, terdapat sejumlah
usulan program bendung, antara lain Bendung Tirta, Bendung Taiman
dan Bendung Bilung.
3) Embung dan Embung Potensi
Salah satu upaya untuk menanggulangi kekurangan air ketika musim
kemarau adalah memanfaatkan limpahan air hujan dengan membangun
embung (onfarm reservoir). Embung merupakan bangunan konservasi
air berbentuk kolam untuk menampung air hujan dan air limpahan atau
air rembesan.
Jumlah embung di Pulau Kalimantan hanya terdapat di Provinsi
Kalimantan Timur dengan jumlah embung sebanyak 2 unit yang memiliki
3
total kapasitas 400 m sedangkan embung potensi belum terdapat di
Pulau Kalimantan. Berdasarkan usulan program jangka pendek tahun
2018-2020, terdapat beberapa embung yang direncanakan untuk
dibangun, yakni Embung Pajintan, Embung Manggis, Embung Riam Kiwa,
dan Embung Riam Kanan.

27
4) Daerah Irigasi
Daerah Irigasi (DI) adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu
jaringan irigasi. Jaringan irigasi terdiri dari saluran, bangunan, dan
bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan
untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan
pembuangan air irigasi. Adapun daerah irigasi yang menjadi tanggung
jawab Pemerintah Pusat adalah pada daerah irigasi dengan luas lebih
dari 3.000 ha, daerah irigasi lintas provinsi, daerah irigasi lintas negara
dan daerah irigasi strategis nasional.
Daerah Irigasi yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri adalah
daerah irigasi yang sudah dibangun oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota yang jenisnya meliputi :
a. Daerah Irigasi Permukaan;
Terdapat di Provinsi Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Barat, dan Kalimantan Selatan dengan jumlah 303.591 HaDaerah
Irigasi Permukaan. Luas daerah irigasi permukaan Kalimantan Timur
sejumlah 80.018 Ha, Provinsi Kalimantan Tengah memiliki 15.460 Ha,
Provinsi Kalimantan Barat memiliki luas daerah irigasi permukaan
sebesar 92.632 Ha, dan Provinsi Kalimantan memiliki luas 115.481 Ha.
Dapat disimpulkan bahwa Provinsi Kalimantan Selatan memiliki daerah
irigasi yang terbesar.
b. Daerah Irigasi Rawa;
Terdapat di Provinsi Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan dengan jumlah
1401 unit Daerah Irigasi Rawa dengan 821.383 Ha. Jumlah DIR di
Kalimantan Utara sejumlah 13 unit dengan luas lahan 26.739 Ha.
Provinsi Kalimantan Timur memiliki DIR sejumlah 58 unit dengan luas
lahan 35.257 Ha. Sementara itu, Provinsi Kalimantan Tengah memiliki
342.403 Ha dengan jumlah 498 DIR, Provinsi Kalimantan Barat terdiri
dari 248 unit DIT dengan luas 178.862 Ha, dan Provinsi Kalimantan
Selatan terdiri dari 584 DIR dengan luas lahan 238.122 Ha. Jumlah
luasan dan Daerah irigasi rawa yang terbesar terdapat di Provinsi
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah karena kedua provinsi ini
didominasi oleh lahan rawa.
c. Daerah Irigasi Pompa
Terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan sejumlah 1 unit dengan luas
lahan 5.987 Ha

28
d. Daerah Irigasi Tambak
Terdapat di Provinsi Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan
Tengah, dan Kalimantan Barat dengan jumlah 19 unit DIT dengan
9.334 Ha. Jumlah DIT di Kalimantan Utara sejumlah 5 unit dengan luas
lahan 2.738 Ha. Provinsi Kalimantan Timur memiliki DIT sejumlah 3
unit dengan luas lahan 1.000 Ha. Sementara itu, Provinsi Kalimantan
Tengah memiliki 1.350 Hadengan jumlah 1 DIT dan Provinsi Kalimantan
Barat terdiri dari 10 unit DIT dengan luas 4.246 Ha.

1.2.2. Sektor Bina Marga


Sesuai SK Menteri Pekerjaan Umum No. 630/KPTS/M/2009, panjang jalan
nasional di Pulau Kalimantan adalah 6363,64 km. Adapun jalan nasional
dengan kondisi baik sejumlah 4.357,53 km atau 68,48%; dalam kondisi
sedang 1.601,63 km atau 25,17%; kondisi rusak ringan 241,46 km atau
3,79%; dan dalam kondisi rusak berat sepanjang 163,04 km atau 2,56%.
Lebih lanjut, jumlah jalan yang mengalami rusak berat terdapat di Provinsi
Kalimantan Barat sebesar 56,44 km dan Kalimantan Timur sepanjang 51,74
km. Sementara itu, panjang jalan nasional yang berada dalam kondisi baik
ialah Kalimantan Barat sepanjang 1.320,93 km dan Kalimantan Timur
sepanjang 1.292,49 km.

Tabel 1. 8 Panjang Jalan Nasional di Pulau Kalimantan dan Kondisi Umum Jalan Status
Desember 2014
Kondisi Permukaan Jalan (km)
Baik Sedang Rusak Ringan Rusak Berat
Provinsi Jumlah
Panjang Panjang Panjang Panjang
% % % %
(km) (km) (km) (km)
Kalimantan Barat 1.320,93 79,36 232,00 13,94 55,19 3,32 56,44 3,39 1.664,55
Kalimantan Tengah 1.008,51 58,81 562,66 32,81 94,66 5,52 49,01 2,86 1.714,83
Kalimantan Selatan 735,60 84,93 111,59 12,88 13,05 1,51 5,85 0,68 866,09
Kalimantan Timur 1.292,49 61,02 695,38 32,83 78,56 3,71 51,74 2,44 2.118,17
Total 4357.53 68.48% 1601.63 25.17% 241.46 3.79% 163.04 2.56% 6363.64
Sumber : Subdit Pengembangan Sistem dan Evaluasi Kinerja, Direktorat Bina Program, Direktorat Jenderal
Bina Marga

Sementara itu, dari kemantapan jalannya, maka jalan yang dikatakan dalam
kondisi mantap adalah jalan yang dalam kondisi baik dan sedang.
Sementara jalan tidak mantap terdiri dari rusak ringan dan rusak berat.
Jalan nasional dalam kondisi mantap di Pulau Kalimantan sepanjang
5.959,14 km atau 93,64% dan dalam kondisi tidak mantap sepanjang 404.5
km atau 6,36%.

29
Tabel 1. 9 Panjang dan Persentase Jalan Nasional Menurut Provinsi dan Kemantapan
Jalan Status Desember 2014
Mantap Tidak Mantap
Provinsi
Panjang (km) Persen (%) Panjang (km) Persen (%)
Kalimantan Barat 1.552,93 93,29 111,63 6,71
Kalimantan Tengah 1.571,16 91,62 143,67 8,38
Kalimantan Selatan 847,18 97,82 18,90 2,18
Kalimantan Timur 1.987,87 93,85 130,30 6,15
TOTAL 5959.14 93.64% 404.5 6.36%
Sumber : Subdit Pengembangan Sistem dan Evaluasi Kinerja, Direktorat Bina Program, Ditjen
Bina Marga

Kemudian berdasarkan data BMS (Bridge Management System/BMS) tahun


2014, di Pulau Kalimantan terdapat sebanyak 2.061 unit jembatan pada ruas
jalan nasional dengan kategori panjang lebih atau sama dengan 6 meter,
sehingga total panjang jembatan yang terdapat di Pulau Kalimantan sebesar
52.578,8 m. Jumlah jembatan terbesar terdapat di Provinsi Kalimantan
Barat sebesar 691 unit, dimana di provinsi ini pula terdapat jembatan
terpanjang di Pulau Kalimantan dan terpanjang kedua di Indonesia, yakni
Jembatan Tayan. Jembatan ini akan menjadi bagian dari Jalan Trans
Kalimantan poros selatan yang menghubungkan Kalimantan Barat dengan
Kalimantan Tengah.

Tabel 1. 10 Jumlah Jembatan Nasional Menurut Provinsi dan Kondisi Tahun 2014 Status
: 9 Januari 2015
Panjang Jembatan (m)
Baik Sedang Rusak Ringan Rusak Berat Kritis Runtuh/ Kritis
Jumlah
Provinsi
Panjang

Panjang

Panjang

Panjang

Panjang

Panjang
(Unit)

(Unit)

(Unit)

(Unit)

(Unit)

(Unit)

Kalimantan
Barat 151 3044.9 93 2153.8 285 7290.3 128 2771.1 34 712.8 0 0.0 691
Kalimantan
Tengah 291 5571.8 30 1138.0 39 3095.2 10 1058.0 91 1002.5 16 220.5 477
Kalimantan
Selatan 268 7771.6 65 1511.8 49 1033.4 33 549.0 14 357.9 0 0.0 429
Kalimantan
Timur 308 9434.5 96 1859.1 55 1943.3 5 59.3 0 0.0 0 0.0 464
TOTAL 1018 25822.8 284 6662.7 428 13362.2 176 4437.4 139 2073.2 16 220.5 2061
Sumber : Pengembangan Sistem dan Evaluasi Kinerja, Direktorat Jenderal Bina Marga

Lebih lanjut, persentase berdasarkan jumlah jembatan mengenai kondisi


jembatan, diketahui bahwa di provinsi Kalimantan Barat, kondisi jembatan
didominasi pada kondisi rusak ringan sebesar 41,24%. Jembatan yang

30
berada di Provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan
Timur didominasi pada kondisi baik yang secara berturut-turur ebesar
61,01%, 62,47%, dan 66,38%. Sementara itu, jembatan yang memerlukan
penanganan berupa perbaikan maupun pemeliharaan terdapat di Provinsi
Kalimantan Barat dengan kondisi rusak berat mencapai 18,52%, Provinsi
Kalimantan Tengah dengan kondisi jembatan kritis mencapai 19,08%,
Provinsi Kalimantan Selatan dengan kondisi rusak berat mencapai 7,69%.

Tabel 1. 11 Persentase Jumlah Jembatan Nasional Menurut Provinsi dan Kondisi Tahun
2014 Status : 9 Januari 2015
Jumlah Jembatan (%)
Provinsi Baik Sedang Rusak Ringan Rusak Berat Kritis Runtuh/ Putus
Kalimantan Barat 21,85 13,46 41,24 18,52 4,92 0,00
Kalimantan Tengah 61,01 6,29 8,18 2,10 19,08 3,35
Kalimantan Selatan 62,47 15,15 11,42 7,69 3,26 0,00
Kalimantan Timur 66,38 20,69 11,85 1,08 0,00 0,00
Sumber : Pengembangan Sistem dan Evaluasi Kinerja, Direktorat Jenderal Bina Marga

Sementara itu, jika dilihat dari kemantapannya, yang termasuk jembatan


mantap adalah kondisi baik, sedang dan rusak ringan. Sedangkan tidak
mantap adalah rusak berat, kritis dan runtuh/putus. Dilihat dari
kemantapannya, ada sebanyak 12.999 unit atau 327.909,8 m jembatan
pada ruas jalan nasional termasuk mantap dan 1.711 unit atau 47.360,8 m
jembatan tidak mantap.

Tabel 1. 12 Jumlah dan Panjang Jembatan Nasional Menurut Provinsi dan Kemantapan
Tahun 2014 Status : 9 Januari 2015
Mantap Tidak Mantap
Provinsi Jumlah Panjang Jumlah Panjang
% % % %
(unit) (m) (unit) (m)
Kalimantan
Barat 529 76,56 12.489,0 78,19 162 23,44 3.483,9 21,81
Kalimantan
Tengah 360 75,47 9.805,0 81,13 117 24,53 2.281,0 18,87
Kalimantan
Timur 459 98,92 13.236,9 99,55 5 1,08 59,3 0,45
Kalimantan
Selatan 382 89,04 10.316,8 91,92 47 10,96 906,9 8,08
Sumber : Pengembangan Sistem dan Evaluasi KinerjaDirektorat Jenderal Bina Marga

1.2.3. Sektor Cipta Karya


Dalam RPJMN 2015 – 2019, target pembangunan infrastruktur permukiman
atau cipta karya antara lain: (1) peningkatan akses air bersih/minum dan
sanitasi; (2) pengurangan kemiskinan melalui pemberdayaan
masyarakat/PNPM perkotaan; dan (3) peningkatan penataan bangunan dan

31
perencanaan lingkungan. Sesuai dengan target MDGs, diharapkan bahwa
jumlah penduduk yang belum memiliki akses terhadap air minum dan
sanitasi dasar menurun 50% dari angka pada tahun 2009. Dengan kata lain
diharapkan pada tahun 2015 jumlah penduduk yang dapat mengakses air
minum layak dan sanitasi menjadi sebesar 68,87%. Selanjutnya pada tahun-
tahun berikutnya diharapkan terus meningkat, pada tahun 2020 sebesar
85%, dan tahun 2025 telah terfasilitasi seluruhnya yaitu 100%. Pada sektor
air minum, SPAM jaringan perpipaan perkotaan melayani seluruh provinsi di
Indonesia dengan persentase penduduk yang terlayani sebesar 18,31% atau
41,86 juta jiwa.

A. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan Instalasi Pengolahan Lumpur


Tinja (IPLT)
Pengelolaan air limbah memerlukan prasarana dan sarana penyaluran dan
pengolahan. Pengolahan air limbah permukiman dapat ditangani melalui
sistem setempat (on site) ataupun melalui sistem terpusat (off site). Di kota-
kota besar atau kota metropolitan, dikembangkan sistem pengelolaan air
limbah terpusat (sewerage system) yang bertujuan mencegah terjadinya
pencemaran oleh air buangan/limbah rumah tangga dengan cara
menyalurkannya melalui jaringan perpipaan untuk kemudian dioleh ke
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Berikut ditampilkan data jumlah dan
kapasitas IPLT yang ada di Pulau Kalimantan menurut provinsi.

Tabel 1. 13 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Kawasan di Pulau Kalimantan


Provinsi Jumlah IPAL Kawasan Jumlah SR Jumlah Jiwa
Kalimantan Barat 2 204 435
Kalimantan Tengah 8 957 3.983
Kalimantan Selatan 10 1.074 5.164
Kalimantan Timur 5 778 1.325
Kalimantan Utara 0 0 0
Sumber : Subdit Pengelolaan Air Limbah, Ditjen Cipta Karya, 2015

Hal lainnya yang dilakukan untuk mewujudkan akses sanitasi layak bagi
masyarakat adalah prasarana dan sarana pengolahan lumpur tinja.
Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan lumpur tinja mencakup
penyediaan truk tinja dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Namun
prasarana dan sarana ini harus didukung dan dilindungi dengan adanya
institusi pengelola dan peregulasi sesuai dengan kondisi masing-masing
kabupaten dan kota. Saat ini ada sekitar 11 IPLT di Pulau Kalimantan,
dimana yang terbesar terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah dan

32
Kalimantan Timur dimana masing-masing sebesar 4 unit dengan kapasitas
3 3
158 m dan 422,8 m .

B. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah


Operasi TPA di Pulau Kalimantan sebagian besar masih berupa penimbunan
terbuka atau open dumping yang berakibat pada tercemarnya lingkungan.
Hal ini menyebabkan turunnya kualitas lingkungan perkotaan termasuk air
tanah. Oleh karena itu, diperlukan rehabilitasi TPA agar lebih memadai
menyesuaikan dengan UU No. 18 Tahun 2008 mengenai pengelolaan
sampah. Keterbatasan lahan TPA di kota-kota besar juga mengakibatkan
pengelolaan TPA bersama secara regional menjadi lebih dibutuhkan. Berikut
ini adalah jumlah TPA Sampah di Pulau Kalimantan beserta luas serta daya
tampungnya.

Tabel 1. 14 Jumlah TPA Sampah di Pulau Kalimantan


Provinsi Jumlah TPA Sampah Luas (ha) Kapasitas (m3)
Kalimantan Barat 6 40,90 4.294.500,00
Kalimantan Tengah 13 102,89 10.803.030,00
Kalimantan Selatan 14 172,50 18.112.500,00
Kalimantan Timur 10 145,50 15.277.500,00
Kalimantan Utara 5 38,75 4.068.750,00
Sumber : Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Ditjen Cipta Karya. 2015

Dalam pelaksanaannya, hampir semua prasarana dan sarana yang terkait


sanitasi (seperti IPAL, IPLT, TPA) sangat ditentukan kebermanfaatannya
pada pemerintah daerah dalam hal ini adalah kabupaten dan kota. Di
samping peran Pemerintah Pusat dan lembaga terkait dalam memberi
dukungan melalui pengawasan dan pengembangan opsi-opsi pengelolaan
sanitasi. Selain itu, masyarakat juga harus menerapkan pola hidup bersih
dan sehat agar prasarana dan sarana yang ada dapat berfungsi dengan
optimal.

C. Drainase
Sistem drainase di Pulau Kalimantan sebagian besar masih memanfaatkan
aliran sungai menjadi saluran drainase. Tantangan utama dalam
pemanfaatan sungai sebagai drainase adalah pendangkalan dan sampah
yang menumpuk. Perlu adanya perbaikan pada jaringan drainase di Pulau
Kalimantan.

33
Sumber : Hasil Survey, 2015
Gambar 1. 17 Kondisi Saluran Drainase Pulau Kalimantan

1.2.4. Sektor Penyediaan Perumahan


Tingginya angka backlog menurut perkiraan Kementerian PUPR mencapai
angka 13,5 juta unit pada tahun 2015 membuat Pemerintah harus hadir
dalam mengatasi permasalahan ini. Kebutuhan akan perumahan setiap
tahun mencapai 800 ribu per tahun, sedangkan kemampuan pemerintah
dan pengembang hanya pada angka 400 ribu unit per tahun. Bila kondisi ini
tidak mengalami perubahan, maka backlog perumahan nasional akan
semakin tinggi, belum ditambah dengan angka pertumbuhan penduduk rata
– rata di indonesia yang mencapai 1,49% tiap tahunnya. Target utama
Kementerian PUPR hingga tahun 2019 adalah menurunkan angka backlog
dari 13,5 juta unit menjadi 6,8 juta unit. Kemudian menurunkan angka
Rumah Tidak layak Huni (RTLH) dari 3,4 juta unit menjadi 1,9 juta unit.
Terdapat beberapa kendala dalam menyediakan perumahan khususnya bagi
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebagai berikut :
a. Ketimpangan antara pasokan (supply) dan kebutuhan (demand).
b. Keterbatasan kapasita spengembang (developer) yang belum didukung
oleh regulasi yang bersifat insentif.
c. Rendahnya keterjangkauan (affordability) MBR ,baik membangun atau
membeli rumah salah satu penyebab masih banyaknya MBR belum
tinggal di rumahl ayak huni (Potensi perumahan dan permukiman
kumuh).
d. Pembangunan perumahan, khususnya di area perkotaan (urban area)
terkendala dengan proses pengadaan lahan.
e. Peran pemerintah pusat dan daerah sebagai enabler masih lemah.
Untuk mengatasi backlog yang terjadi, maka Pemerintah mencanangkan
program di bawah ini :
a. Pelaksanaan pilot project pendayagunaan tanah wakaf dalam
pembangunan perumahan rumah susun sewa/milik secara masif di
perkotaan.

34
b. Reformasi kebijakan nasional percepatan pembangunan perumahan
rakyat.
c. Integrasi tabungan perumahan dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN)
d. Pembentukan sistem informasi perumahan
e. Industrialisasi perumahan yang tanggap kondisi dan kebutuhan lokal
f. Pembangunan perumahan sebagai bagian dalam penanganan
permukiman kumuh.

Sumber: http://pu.go.id ,2016


Gambar 1. 18 Salah Satu Rumah Susun di Provinsi Kalimantan Timur
Berikut merupakan jenis-jenis pembangunan yang dilakukan di Pulau
Kalimantan untuk sektor penyediaan perumahan.

A. Pembangunan Rusunawa
Jumlah rusunawa di Pulau Kalimantan sejak tahun 2010-2014, diketahui
bahwa Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan memiliki jumlah
rusunawa terbesar, yang secara berturut-turut sebesar 10 Tower dan 6
tower. Pembangunan rusunawa di Provinsi Kalimantan Barat dimaksudkan
untuk menanggulangi permukiman kumuh, sedangkan pembangunan
rusunawa di Provinsi Kalimantan Selatan dimaksudkan untuk penyediaan
kawasan permukiman bagi nelayan selain untuk mengurangi permukiman
kumuh dan menambah area resapan. Berikut ditampilkan rincian menurut
provinsi jumlah rusunawa yang terbangun dari tahun 2010 hingga 2014.

35
Tabel 1. 15 Jumlah Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Perumahan Rakyat
Terbangun di Pulau Kalimantan Tahun 2010-2014
2010- 2012-
2012 2013 2014 Jumlah
Provinsi 2011 2013
TB Unit TB Unit TB Unit TB Unit TB Unit TB Unit
Kalimantan Barat 2 124 1 19 2 118 1 20 4 24 10 305
Kalimantan tengah 1 19 1 20 1 6 3 45
Kalimantan Selatan 2 10 1 19 1 19 3 16 6 64
Kalimantan Timur 2 64 2 118 1 6 5 188
Kalimantan Utara 1 6 1 6
TOTAL 4 134 2 38 6 220 4 158 10 58 25 608
Sumber : Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan, Kementerian PUPR. Diperoleh Juni 2015

B. Rumah Khusus
Pembangunan Rumah Khusus di Pulau Kalimantan sebanyak 1.000 unit yang
terdiri dari rumah khusus reguler sebanyak 999 unit dan rumah pintar di
Provinsi Kalimantan Selatan sebanyak 1 unit. Rumah Khusus Tahun 2014
ditujukan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), anggota TNI,
Polri, pengungsi/korban konflik, petani, nelayan, transmigran, dan
masyarakat perbatasan. Rumah khusus yang terbesar dibangun di Provinsi
Kalimantan Barat, sejumlah 708 unit dimana sebagian besar diperuntukkan
untuk masyarakat berpenghasilan rendah dan mengurangi kawasan
permukiman kumuh. Kegiatan pembangunan rumah ini juga cukup banyak
dilakukan di Pulau Kalimantan terutama untuk menyediakan rumah layak
huni bagi nelayan, petani, maupun kawasan perbatasan.

Tabel 1. 16 Jumlah Pembangunan Rumah Khusus Menurut Provinsi Tahun 2010-2014


Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah
Kalimantan Barat 25 563 40 80 708
Kalimantan Selatan 1 1
Kalimantan Timur 196 196
Kalimantan Utara 95 95
Sumber : Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan, Kementerian PUPR. Juni 2015
Data Tahun 2014 : Laporan Kinerja Kementerian Perumahan Rakyat 2014

C. Fasilitasi Pembangunan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) Perumahan


dan Kawasan Permukiman
Kegiatan lainnya yang dilakukan untuk perbaikan dan penyediaan hunian
yang layak adalah dengan melakukan fasilitasi pembangunan PSU
Perumahan. Kegiatan PSU sejak tahun 2010 di Pulau Kalimantan telah
memfasilitasi 32.209 ribu unit rumah dengan berbagai fasilitas. Sementara
di tahun 2014, kegiatan ini difokuskan pada pembangunan jalan lingkungan
perumahan sesuai dengan kebutuhan pada lingkungan perumahan dan
berhasil memfasilitasi sebanyak 7.500 unit rumah. Adapun jumlah kegiatan
fasilitasi pembangunan PSU yang terbesar terdapat di Provinsi Kalimantan

36
Selatan dan Kalimantan Barat, yang berturut-turut sebesar 17.379 unit dan
15.720 unit.

Tabel 1. 17 Fasilitasi Pembangunan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) Kawasan


Menurut Provinsi Tahun 2010-2014 (unit)
Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah
Kalimantan Barat 86 2.315 6.518 4.210 2.591 15.720
Kalimantan Tengah 98 926 842 585 600 3.051
Kalimantan Selatan 71 3.443 4.413 5.673 3.779 17.379
Kalimantan Timur 687 4.624 4.166 200 530 10.207
Sumber: Buku Statistik Infrastruktur PUPR, 2015

D. Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS)


Kegiatan dari BSPS terdiri dari Pembangunan Baru (PB) dan Peningkatan
Kualitas (PK). Pelaksanaan BSPS yang terjadi di Pulau Kalimantan meningkat
pesat di dua tahun terakhir, yaitu lebih dari 18.787 unit rumah (8.246 unit di
tahun 2012 dan 12.463 unit di tahun 2013). Hal ini juga dikarenakan
banyaknya usulan/permohonan bantuan peningkatan kualitas rumah dari
masyarakat. Berdasarkan tabel berikut diketahui bahwa jumlah peningkatan
kualitas lebih besar dibandingkan dengan pembangunan baru. Sementara,
Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan merupakan provinsi
tertinggi yang melakukan kegiatan ini. Jumlah unit rumah yang
mendapatkan fasilitasi BSPS setiap tahunnya dapat dilihat pada Tabel di
bawah ini.

Tabel 1. 18 Kegiatan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) Menurut Provinsi


Tahun 2010-2013 (unit)
Tahun Tahun Tahun Tahun Jumlah
Provinsi 2010 2011 2012 2013 TOTAL
PB PK PB PK PB PK PB PK PB PK
Kalimantan
150 350 300 1.400 11 3.141 623 5.317 1.084 10.208 11.292
Barat
Kalimantan
- 300 25 75 - 2.080 112 2.237 137 4.692 4.829
Tengah
Kalimantan
50 300 75 - 65 4.638 211 2571 401 7.509 7.910
Selatan
Kalimantan
- 300 - - 82 - 257 939 339 1.239 1.578
Timur
Kalimantan
- - - - - 101 20 176 20 277 297
Utara
Sumber: Statistik Infrastruktur PUPR 2015

37
1.3. Kebijakan Pembangunan Pulau Kalimantan
Kebijakan pembangunan selain menjadi panduan dalam pelaksanaan
pembangunan, juga menjadi dasar dalam penentuan kebijakan di bawahnya.
Oleh karena itu kebijakan yang disusun juga harus terintegrasi antar satu
kebijakan dengan kebijakan lainnya. Bagian ini akan menjelaskan keterpaduan
kebijakan yang nantinya akan dituangkan menjadi program jangka pendek 2018 –
2020.

1.3.1. Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang


Berdasarkan kondisi bangsa Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapi
dalam 20 tahunan mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia dan amanat pembangunan yang tercantum
dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, visi pembangunan nasional tahun 2005–2025 adalah INDONESIA
YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR.

Visi pembangunan nasional tahun 2005–2025 itu mengarah pada


pencapaian tujuan nasional, seperti tertuang dalam Pembukaan
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Visi pembangunan nasional tersebut harus dapat diukur untuk dapat


mengetahui tingkat kemandirian, kemajuan, keadilan dan kemakmuran
yang ingin dicapai. Kemandirian adalah hakikat dari kemerdekaan, yaitu hak
setiap bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri dan menentukan apa
yang terbaik bagi diri bangsanya. Oleh karena itu, pembangunan, sebagai
usahauntuk mengisi kemerdekaan, haruslah pula merupakan upaya
membangun kemandirian.

Tingkat kemajuan suatu bangsa dinilai berdasarkan berbagai ukuran.


Ditinjau dari indikator sosial, tingkat kemajuan suatu negara diukur dari
kualitas sumber daya manusianya. Suatu bangsa dikatakan makin maju
apabila sumber daya manusianya memiliki kepribadian bangsa, berakhlak
mulia, dan berkualitas pendidikan yang tinggi. Tingginya kualitas pendidikan
penduduknya ditandai oleh makin menurunnya tingkat pendidikan terendah
serta meningkatnya partisipasi pendidikan dan jumlah tenaga ahli serta
profesional yang dihasilkan oleh sistem pendidikan.

Kemajuan suatu bangsa juga diukur berdasarkan indikator kependudukan,


ada kaitan yang erat antara kemajuan suatu bangsa dengan laju

38
pertumbuhan penduduk, termasuk derajat kesehatan. Bangsa yang sudah
maju ditandai dengan laju pertumbuhan penduduk yang lebih kecil; angka
harapan hidup yang lebih tinggi; dan kualitas pelayanan sosial yang lebih
baik. Secara keseluruhan kualitas sumber daya manusia yang makin baik
akan tercermin dalam produktivitas yang makin tinggi.

Ditinjau dari tingkat perkembangan ekonomi, kemajuan suatu bangsa


diukur dari tingkat kemakmurannya yang tercermin pada tingkat
pendapatan dan pembagiannya. Tingginya pendapatan rata-rata dan
ratanya pembagian ekonomi suatu bangsa menjadikan bangsa tersebut
lebih makmur dan lebih maju. Negara yang maju pada umumnya adalah
negara yang sektor industri dan sektor jasanya telah berkembang. Peran
sektor industri manufaktur sebagai penggerak utama laju pertumbuhan
makin meningkat, baik dalam segi penghasilan, sumbangan dalam
penciptaan pendapatan nasional maupun dalam penyerapan tenaga kerja.

Selain itu, dalam proses produksi berkembang keterpaduan antarsektor,


terutama sektor industri, sektor pertanian, dan sektor-sektor jasa; serta
pemanfaatan sumber alam yang bukan hanya ada pada pemanfaatan ruang
daratan, tetapi juga ditransformasikan kepada pemanfaatan ruang kelautan
secara rasional, efisien, dan berwawasan lingkungan, mengingat Indonesia
sebagai negara kepulauan yang berciri nusantara. Lembaga dan pranata
ekonomi telah tersusun, tertata, dan berfungsi dengan baik, sehingga
mendukung perekonomian yang efisien dengan produktivitas yang tinggi.

Negara yang maju umumnya adalah negara yang perekonomiannya stabil.


Gejolak yang berasal dari dalam maupun luar negeri dapat diredam oleh
ketahanan ekonominya. Selain memiliki berbagai indikator sosial ekonomi
yang lebih baik, bangsa yang maju juga telah memiliki sistem dan
kelembagaan politik, termasuk hukum yang mantap. Lembaga politik dan
kemasyarakatan telah berfungsi berdasarkan aturan dasar, yaitu konstitusi
yang ditetapkan oleh rakyatnya. Bangsa yang maju juga ditandai oleh
adanya peran serta rakyat secara nyata dan efektif dalam segala aspek
kehidupan, baik ekonomi, sosial, politik, maupun pertahanan dan
keamanan. Dalam aspek politik, sejarah menunjukkan adanya keterkaitan
erat antara kemajuan suatu bangsa dan sistem politik yang dianutnya.

Pembangunan haruslah dilaksanakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk


rakyat. Oleh karena itu, masalah keadilan merupakan ciri yang menonjol
pula dalam pembangunan nasional. Keadilan dan kemakmuran harus

39
tercermin pada semua aspek kehidupan. Semua rakyat mempunyai
kesempatan yang sama dalam meningkatkan taraf kehidupan; memperoleh
lapangan pekerjaan; mendapatkan pelayanan sosial, pendidikan dan
kesehatan; mengemukakan pendapat; melaksanakan hak politik;
mengamankan dan mempertahankan negara; serta mendapatkan
perlindungan dan kesamaan di depan hukum. Dengan demikian, bangsa adil
berarti tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antarindividu,
gender, maupun wilayah. Bangsa yang makmur adalah bangsa yang sudah
terpenuhi seluruh kebutuhan hidupnya, sehingga dapat memberikan makna
dan arti penting bagi bangsa-bangsa lain di dunia. Dalam mewujudkan visi
pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi
pembangunan nasional sebagai berikut:

a. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika,


berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila adalah
memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui pendidikan yang
bertujuan membentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, mematuhi aturan hukum, memelihara kerukunan internal
dan antarumat beragama, melaksanakan interaksi antarbudaya,
mengembangkan modal sosial, menerapkan nilai-nilai luhur budaya
bangsa, dan memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dalam
rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan
bangsa.
b. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing adalah mengedepankan
pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing;
meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui penelitian,
pengembangan, dan penerapan menuju inovasi secara berkelanjutan;
membangun infrastruktur yang maju serta reformasi di bidang hukum
dan aparatur negara; dan memperkuat perekonomian domestik berbasis
keunggulan setiap wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan
membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan
termasuk pelayanan jasa dalam negeri.
c. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum adalah
memantapkan kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat
peran masyarakat sipil; memperkuat kualitas desentralisasi dan otonomi
daerah; menjamin pengembangan media dan kebebasan media dalam
mengomunikasikan kepentingan masyarakat; dan melakukan
pembenahan struktur hukum dan meningkatkan budaya hukum dan
menegakkan hukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif, dan
memihak pada rakyat kecil.
d. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu adalah membangun
kekuatan TNI hingga melampui kekuatan esensial minimum serta

40
disegani di kawasan regional dan internasional; memantapkan
kemampuan dan meningkatkan profesionalisme Polri agar mampu
melindungi dan mengayomi masyarakat; mencegah tindak kejahatan,
dan menuntaskan tindak kriminalitas; membangun kapabilitas lembaga
intelijen dan kontraintelijen negara dalam penciptaan keamanan
nasional; serta meningkatkan kesiapan komponen cadangan, komponen
pendukung pertahanan dan kontribusi industri pertahanan nasional
dalam sistem pertahanan semesta.
e. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan adalah
meningkatkan pembangunan daerah; mengurangi kesenjangan sosial
secara menyeluruh, keberpihakan kepada masyarakat, kelompok dan
wilayah/daerah yang masih lemah; menanggulangi kemiskinan dan
pengangguran secara drastis; menyediakan akses yang sama bagi
masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana dan
prasarana ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai
aspek termasuk gender.
f. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari adalah memperbaiki pengelolaan
pelaksanaan pembangunan yang dapat menjaga keseimbangan antara
pemanfaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan kegunaan sumber daya
alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung,
dan kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini dan masa depan,
melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk
permukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya konservasi;
meningkatkan pemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan lingkungan
yang berkesinambungan; memperbaiki pengelolaan sumber daya alam
dan lingkungan hidup untuk mendukung kualitas kehidupan;
memberikan keindahan dan kenyamanan kehidupan; serta
meningkatkan pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati
sebagai modal dasar pembangunan.
g. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju,
kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional adalah menumbuhkan
wawasan bahari bagi masyarakat dan pemerintah agar pembangunan
Indonesia berorientasi kelautan; meningkatkan kapasitas sumber daya
manusia yang berwawasan kelautan melalui pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kelautan; mengelola wilayah laut nasional
untuk mempertahankan kedaulatan dan kemakmuran; dan membangun
ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan
pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.
h. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia
internasional adalah memantapkan diplomasi Indonesia dalam rangka
memperjuangkan kepentingan nasional; melanjutkan komitmen
Indonesia terhadap pembentukan identitas dan pemantapan integrasi
internasional dan regional; dan mendorong kerja sama internasional,

41
regional dan bilateral antarmasyarakat, antarkelompok, serta
antarlembaga di berbagai bidang.

1.3.2. Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah


Kebijakan pengembangan kawasan strategis bidang ekonomi di wilayah
Pulau Kalimantan difokuskan untuk pusat produksi dan pengolahan hasil
perkebunan, tambang, dan lumbung energi nasional yang berdaya saing.
Fokus lokasi pengembangan kawasan strategis di wilayah Pulau Kalimantan
meliputi: Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batuta Trans Kalimantan;
rencana pengembangan kawasan ekonomi khusus di Provinsi Kalimantan
Utara dan Kalimantan Barat; rencana pengembangan Kawasan Industri
Ketapang dan Kawasan Industri Landak di Provinsi Kalimantan Barat,
Kawasan Industri Batulicin dan Kawasan Industri Jorong di Kalimantan
Selatan, dan rencana pengembangan kawasan industri di Kalimantan
Tengah serta pengembangan pusat-pusat pertumbuhan penggerak ekonomi
daerah pinggiran lainnya di Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur. Percepatan pembangunan
kawasan strategis dilakukan melalui strategi sebagai berikut:

A. Pengembangan Ekonomi Lokal


Pengembangan Potensi Ekonomi Wilayah di Pulau Kalimantan
Pengembangan kegiatan ekonomi di kawasan strategis erat kaitanya
dengan memberdayakan masyarakat berbasis potensi ekonomi wilayah,
sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas
unggulan. Strategi yang dilakukan adalah:

x Menyiapkan kawasan pengembangan komoditas mineral,


pertanian pangan, kelapa sawit, karet dan rotan;
x Mengembangkan klaster-klaster industri pengolahan mineral dan
kelapa sawit berorientasi ekspor;
x Meningkatkan produktivitas hasil olahan mineral dan kelapa sawit
di dalam dan sekitar pusat industri; serta
x Meningkatkan pembinaan dan pendampingan pengelolaan
komoditas unggulan kelapa sawit, karet dan rotan.
B. Peningkatan Keterkaitan Kota dan Desa di wilayah Pulau Kalimantan
Peningkatan keterkaitan desa-kota di Wilayah Kalimantan diarahkan
dengan memperkuat 7 pusat pertumbuhan, yaitu kawasan Sambas dan
sekitarnya (Provinsi Kalimantan Barat), Rasau Jaya dan sekitarnya
(Provinsi Kalimantan Barat), Gerbang Kayong dan sekitarnya (Provinsi
Kalimantan Barat), Pangkalan Bun dan sekitarnya (Provinsi Kalimantan

42
Tengah), Marabahan dan sekitarnya (Provinsi Kalimantan Selatan),
Sangata dan sekitarnya (Provinsi Kalimantan Timur), serta Kawasan
Tanjung Redeb dan sekitarnya (Provinsi Kalimantan Timur). Kawasan-
kawasan ini mencakup kawasan transmigrasi, kawasan agropolitan dan
minapolitan, serta kawasan pariwisata.

C. Pengembangan Kawasan Perbatasan


Pengembangan Kawasan Perbatasan memiliki arah kebijakan
Pengembangan Kawasan Perbatasan di wilayah Pulau Kalimantan
difokuskan untuk meningkatkan peran sebagai halaman depan negara
yang maju dan berdaulat dengan negara Malaysia di perbatasan darat
dan laut. Fokus Pengembangan Kawasan Perbatasan di wilayah Pulau
Kalimantan diarahkan pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional
(PKSN) di Wilayah Pulau Kalimantan, yaitu PKSN Jagoi Babang, PKSN
Nanga Badau, PKSN Paloh-Aruk, PKSN Entikong, PKSN Jasa, PKSN Long
Pahangai, PKSN Long Nawan, PKSN Simanggaris, PKSN Long Midang,
PKSN Nunukan, PKSN Tanlumbis dan PKSN Tarakan; serta mempercepat
pembangunan di Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri) tahun 2015-2019.
Strategi pengembangan kawasan perbatasan diarahkan untuk
mewujudkan kemudahan aktivitas masyarakat kawasan perbatasan
dalam berhubungan dengan negara tetangga dan pengelolaan sumber
daya darat dan laut untuk menciptakan kawasan perbatasan yang
berdaulat.

D. Penanggulangan Bencana Kebakaran hutan dan lahan


Penanggulangan Bencana Kebakaran hutan dan lahan di wilayah Pulau
Kalimantan terjadi hampir setiap tahun dengan intensitas yang cukup
tinggi seiring dengan datangnya musim kemarau dan secara nyata telah
menimbulkan berbagai dampak negatif pada semua tingkatan, baik
lokal, nasional, maupun regional. Luas lahan kritis di wilayah Pulau
Kalimantan tahun 2010 mencapai sekitar 34,09 % dari total luas lahan
kritis di Indonesia. Berdasarkan data dari BNPB, bencana alam yang
paling dominan berpotensi terjadi di wilayah Kalimantan adalah bencana
kebakaran hutan dan lahan, banjir, dan kekeringan. Berdasarkan rekam
data kejadian berbagai bencana DIBI BNPB tahun 1815-2014, telah
mengakibatkan 720 orang meninggal, 17.140 orang luka-luka, 555 orang
hilang, 1.058.973 orang mengungsi dan 43.102 rumah hancur/rusak.
Untuk mendukung pengembangan wilayah Pulau Kalimantan, arah
kebijakan penanggulangan bencana diarahkan untuk mengurangi risiko

43
bencana dan meningkatkan ketangguhan pemerintah, pemerintah
daerah dan masyarakat terhadap bencana.

1.3.3. Kebijakan Keterpaduan Pengembangan Lintas Kementerian dan


Lembaga
Dalam rangka pengembangan KSN, dikembangkan 5 (lima) KSN yang
mendukung pengembangan wilayah di Pulau Kalimantan. Strategi
pengembangan KSN di Pulau Kalimantan dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 1. 19 Stategi Pengembangan Kawasan Strategis Nasional di Pulau Kalimantan


KSN Tipe Strategi K/L
Kawasan Sudut Mengembangkan x Kementerian
Perbatasan Kepentingan prasarana dan sarana Agraria dan Tata
Kalimantan Pertahanan Kawasan Perbatasan Ruang
dan Negara secara sinergis di x BNPP
Keamanan Kalimantan x Kementerian PU
dan Perumahan
Rakyat
x Kementerian
Perhubungan
Kawasan Kepentingan Pengembangan Kawasan x Kementerian
Perkotaan Ekonomi Perkotaan Banjar Bakula Agraria dan Tata
Metropolitan sebagai Pusat orientasi Ruang
Banjarmasin pelayanan berskala x Bappenas
Banjarbaru internasional Pusat x Kementerian
Banjar-Barito pertumbuhan dan Koordinator
Kuala Tanah Laut sentra pengolahan hasil Perekonomian
(Banjar Bakula) produksi bagi
pembangunan kawasan
perkotaan inti dan
kawasan perkotaan di
sekitarnya

Sumber: RPJMN 2015-2019

Kebijakan pengembangan kawasan strategis bidang ekonomi di wilayah


Pulau Kalimantan difokuskan untuk pusat produksi dan pengolahan hasil
perkebunan, tambang, dan lumbung energi nasional yang berdaya saing.
Fokus lokasi pengembangan kawasan strategis di wilayah Pulau Kalimantan
meliputi: Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batuta Trans Kalimantan;
rencana pengembangan kawasan ekonomi khusus di Provinsi Kalimantan
Utara dan Kalimantan Barat; rencana pengembangan Kawasan Industri
Ketapang dan Kawasan Industri Landak di Provinsi Kalimantan Barat,
Kawasan Industri Batulicin dan Kawasan Industri Jorong di Kalimantan
Selatan, dan rencana pengembangan kawasan industri di Kalimantan
Tengah serta pengembangan pusat-pusat pertumbuhan penggerak ekonomi

44
daerah pinggiran lainnya di Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Percepatan pembangunan
kawasan strategis dilakukan melalui strategi sebagai berikut:

1. Pengembangan Potensi Ekonomi Wilayah di Pulau Kalimantan


Pengembangan kegiatan ekonomi di kawasan strategis erat kaitanya
dengan memberdayakan masyarakat berbasis potensi ekonomi wilayah,
sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas
unggulan. Strategi yang dilakukan adalah:
a. Menyiapkan kawasan pengembangan komoditas mineral, pertanian
pangan, kelapa sawit, karet, dan rotan;
b. Mengembangkan klaster-klaster industri pengolahan mineral dan
kelapa sawit berorientasi ekspor;
c. Meningkatkan produktivitas hasil olahan mineral dan kelapa sawit di
dalam dan sekitar pusat industri; serta
d. Meningkatkan pembinaan dan pendampingan pengelolaan
komoditas unggulan kelapa sawit, karet, dan rotan.
2. Percepatan Penguatan Konektivitas Peningkatan konektivitas antara
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan kawasan-kawasan
penyangga sekitarnya meliputi:
a. Menyiapkan sarana prasarana pengembangan kawasan
pertumbuhan Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK), dan kawasan
pertumbuhan lainnya di Kalimantan dengan kawasan pendukung di
sekitarnya (hinterland);
b. Peningkatan akses jalan industri Ketapang menuju pelabuhan;
c. Jalan tembus dari kawasan industri menuju ke pelabuhan Pontianak;
d. Pelabuhan dermaga Batulicin dengan kedalaman 22 m;
e. Mempercepat pembangunan dan pengembangan jaringan jalan yang
meliputi pembangunan ruas jalan akses kawasan industri Batulicin ke
pelabuhan Batulicin, pelebaran jalan Samarinda–Tenggarong, dan tol
Samarinda–Balikpapan;
f. Pembangunan Jalan Akses Maloy;
g. Mempercepat pembangunan Jembatan Kembar Mahakam dan
Jembatan Loa Kulu;
h. Pembangunan Jalan Askes dan Jembatan di kawasan Pulau Balang;
i. Mempercepat pembangunan dan pengembangan pelabuhan Kuala
Samboja, pelabuhan Seibuku, terminal peti kemas Palaran,
pelabuhan Samarinda, Pelabuhan Internasional Maloy, fasilitas
pelabuhan Kariangau serta bandara Samarinda Baru untuk
meningkatkan distribusi logistik;
j. Pengembangan Distribusi Air Baku;
k. Pembangunan waduk/bendung, jaringan irigasi, dan sumber air baku
penunjang kawasan strategis.

45
3. Penguatan Kemampuan SDM dan IPTEK Peningkatan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM), kapasitas kelembagaan di tingkat pusat maupun di
daerah, serta pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
dilakukan dengan strategi:
a. Pengembangan sarana prasarana pendidikan dan pelatihan profesi
untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja, khususnya di bidang
energi pertambangan, pertanian, perkebunan, dan kehutanan;
b. Memberikan pembinaan kelembagaan badan usahapengelola
kawasan yang mendukung perubahan pola pikir bisnis berorientasi
daya saing internasional;
c. Pembangunan Science Park berteknologi tinggi di bidang perkebunan
dan pertambangan sebagai sarana peningkatan kualitas SDM
kawasan; serta
d. Pembangunan Technology Park komoditas mineral, kelapa sawit,
karet, dan rotan untuk meningkatkan inovasi teknologi.
4. Penguatan Regulasi bagi Peningkatan Iklim Investasi dan Iklim
UsahaDalam upaya pengembangan kawasan strategis di wilayah Pulau
Kalimantan diperlukan sinergisasi dan sinkronisasi regulasi melalui
strategi berikut:
a. Penerapan regulasi insentif fiskal yang sesuai dengan karakteristik
wilayah dan kompetitif, antara lain fasilitas fiskal disemua bidang
usaha, pembebasan PPN dan PPNBM untuk bahan dan barang impor
yang akan diolah dan digunakan di Kawasan Ekonomi Khusus;
b. Membuat regulasi terkait dengan pelimpahan kewenangan antara
pusat, daerah, dan instansi terkait kepada administrator kawasan-
kawasan pertumbuhan;
c. Memberikan pelayanan terpadu satu pintu dan penggunaan Sistem
Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi secara Elektronik
(SPIPISE) bidang perindustrian, perdagangan, pertanahan,
penanaman modal;
d. Membuat regulasi terkait dengan pembagian kewenangan antara
Kabupaten/Kota di pusat-pusat pertumbuhan; serta
e. Melaksanakan sosialisasi terkait dengan pemanfaatan lahan sebagai
peruntukan investasi.

1.3.4. Kebijakan Keterpaduan Pengembangan Wilayah dan Infrastruktur


Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Pembangunan infrastruktur ke depan perlu diarahkan tidak hanya dititik
beratkan untuk mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi wilayah
(engine of growth), namun perlu lebih bersinergi dengan kelestarian
lingkungan dengan memperhatikan carrying capacity suatu wilayah yang
ingin dikembangkan. Hal ini mengingat pembangunan infrastruktur

46
merupakan pemicu (trigger) terciptanya pusat-pusat pertumbuhan baru
(new emerging growth center) yang menjadi cikal bakal lahirnya kota-kota
baru/ pusat permukiman baru yang dapat menjadi penyeimbang
pertumbuhan ekonomi wilayah dan mengurangi kesenjangan antar wilayah.

Selain itu pembangunan infrastruktur disamping diarahkan untuk


mendukung pengurangan disparitas antar wilayah (perkotaan, pedesaan
dan perbatasan), juga untuk pengurangan urbanisasi dan urban sprawl,
peningkatan pemenuhan kebutuhan dasar, serta peningkatan kualitas hidup
dan kesejahteraan masyarakat yang padaahirnya untuk menjaga stabilitas
dan kesatuan nasional.

Oleh karena itu pembangunan infrastruktur perlu berlandaskan pada


pendekatan pengembangan wilayah secara terpadu oleh seluruh sektor
yang bertitik tolak dari sebuah rencana yang sinergi dan mengacu kepada
aktivitas ekonomi, sosial, keberlanjutan lingkungan hidup, potensi wilayah
dan kearifan lokal, dan rencana tata ruang wilayah. Dengan kata lain
pembangunan wilayah perlu didukung kerjasama antara pemerintah pusat,
pemerintah daerah dan melibatkan pihak swasta, mengingat pada
kenyataanya kawasan yang sudah berkembang akan lebih menarik banyak
investor daripada kawasan yang belum berkembang.

Tahun 2015 merupakan awal tahun perencanaan jangka menengah, juga


merupakan awal dari Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) 2015-2019, maupun dari Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Oleh karena
itu sebagai langkah awal menetapkan kebijakan, diperlukan identifikasi
terhadap isu – isu strategis yang akan diperhatikan dalam pembangunan
infrastruktur 2015 – 2019. Secara lebih rinci, penjabaran isu-isu strategis
terkait dengan pembangunan infrastruktur adalah sebagai berikut:

a. Disparitas antar wilayah relatif masih tinggi terutama antara Kawasan


Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI).
b. Urbanisasi yang tinggi (meningkat 6 kali dalam 4 dekade) diikuti
persoalan perkotaan seperti urban sprawl dan penurunan kualitas
lingkungan, pemenuhan kebutuhan dasar, dan kawasan perdesaan
sebagai hinterland belum maksimal dalam memasok produk primer.
c. Belum mantapnya konektivitas antara infrastruktur di darat dan laut,
serta pengembangan kota maritim/pantai.
d. Pemanfaatan sumber daya yang belum optimal dalam mendukung
kedaulatan pangan dan kemandirian energi.

47
e. Pengendalian pembangunan belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai
dengan rencana tata ruang.
f. Belum terpadunya perencanaan pembangunan infrastruktur
perhubungan laut dan penyeberangan maupun pengembangan kota
pesisir dengan pembangunan infrastruktur PUPR.
g. Sinergi pembangunan infrastruktur belum optimal terkait dengan
batasan kewenangan pusat dan daerah.
Isu-isu sebagaimana tersebut di atas tentunya menjadi tantangan bagi
pembangunan infrastruktur selama jangka menengah. Untuk mengatasi isu-
isu tersebut pembangunan Infrastruktur PUPR diarahkan seperti berikut:

1. Pembangunan infrastruktur harus sinergi dengan kelestarian


lingkungan, memperhatikan carrying capacity suatu wilayah yang ingin
dikembangkan;
2. Pembangunan infrastruktur PUPR mendukung pengurangan disparitas
antar wilayah terutama Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan
Timur Indonesia (KTI); dan
3. Pengurangan urbanisasi dan urban sprawl dan peningkatan kualitas
lingkungan, pemenuhan kebutuhan dasar, dan memaksimalkan
kawasan perdesaan sebagai hinterland dalam memasok produk
primer.
Seluruh pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan dalam kurun waktu 5
tahun tersebut harus melalui pendekatan yang holistik-tematik, integratif,
dan spasial. Dengan demikian, dalam mengarahkan pembangunan
infrastruktur PUPR di Kepulauan Maluku dan Papua dalam kurun waktu
2015 – 2019, maka masing – masing unit organisasi dalam lingkup
Kementerian PUPR memiliki kebijakan tersendiri yang akan mendukung
terwujudnya target dalam Rencana Strategis. Kebijakan Pengembangan
Wilayah tersebut kemudian akan disebut sebagai WPS (Wilayah
Pengembangan Strategis). Pengembangan WPS tersebut berazaskan pada
efisiensi yang berbasis daya dukung, daya tampung dan fungsi lingkungan
fisik terbangun, manfaat dalam skala ekonomi (economic of scale) serta
sinergitas dalam menyediakan infrastruktur transportasi untuk konektivitas
dalam lingkup nasional maupun internasional, mengurangi kesenjangan
antara pasokan dan kebutuhan energi terbarukan untuk tenaga listrik,
pemenuhan kebutuhan layanan dasar permukiman yang layak bagi
masyarakat dan mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh, serta
meningkatan keandalan dan keberlanjutan layanan sumber daya air baik
untuk pemenuhan air minum, sanitasi, dan irigasi guna menunjang
ketahanan air dan pangan dengan mempertimbangkan Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN) pada setiap WPS.

48
Konsepsi pengembangan WPS diilustrasikan yaitu pembangunan
infrastruktur wilayah PUPR pada setiap WPS diarahkan untuk mempercepat
pembangunan fisik di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi kawasan sesuai
dengan klasternya, terutama WPS di Luar Jawa (Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, dan Papua) dengan memaksimalkan keuntungan
aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah dan peningkatan
efisiensi dalam penyediaan infrastruktur dalam kawasan, antar kawasan
maupun antar WPS. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari
pendekatan sektoral, regional dan makro ekonomi. Setiap WPS akan
dikembangkan dengan mempertimbangkan potensi dan keunggulannya,
melalui pengembangan pusat-pusat pertumbuhan, industri manufaktur,
industri pangan, industri maritim, dan atau pariwisata.

49
Sumber: Paparan BPIW
Gambar 1. 19 Konsepsi Wilayah Pengembangan Strategis
Selanjutnya untuk mengetahui keberhasilan dari wilayah pengembangan
strategis tersebut, akan diukur aspek-aspek yang terkait diantaranya:
pengurangan gap pertumbuhan antara kawasan yang sudah berkembang
dengan yang belum berkembang, tingkat keterpaduan perencanaan
pemrograman dengan pelaksanaan (deviasi), tingkat sinkronisasi program
(waktu, fungsi, lokasi, besaran), disparitas kebutuhan dengan
pemrograman, tingkat pemberian bimbingan teknis kepada pemerintah
daerah.

Konsep Wilayah Pengembangan Strategis bukanlah suatu konsep yang


berjalan sendirian, namun juga membutuhkan dukungan dari seluruh pihak

50
khususnya unit organisasi di lingkungan Kementerian PUPR. Oleh karena itu,
di bawah ini adalah strategi kebijakan sebagai wujud dukungan kepada
Wilayah Pengembangan Strategis dari masing – masing bidang Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat untuk Pembangunan Infrastruktur di Pulau
Kalimantan :

a. Pengelolaan Sumber Daya Air


Menyelenggarakan pembangunan bidang pekerjaan umum dan
perumahan rakyat untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan
pangan, dan ketahanan energi guna menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik dalam rangka kemandirian ekonomi.
Agenda prioritas pembangunan nasional yang terkait dengan
pengelolaan sumber daya air adalah agenda mewujudkan kemandirian
ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi
domestik. Untuk mewujudkan hal tersebut, bentuk dukungan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat adalah melalui
pengelolaan sumber daya air yang terpadu untuk mewujudkan
Ketahanan Air, Kedaulatan Pangan, dan Ketahanan Energi, yang akan
diwujudkan melalui sasaran strategis: (1). Meningkatnya dukungan
ketahanan air (2). Meningkatnya dukungan untuk kedaulatan pangan
dan energi, dengan sasaran program: (a). Meningkatnya layanan
sarana dan prasarana penyediaan air baku, (b). Meningkatnya
kapasitas tampung sumber-sumber air, (c). Meningkatnya kinerja
layanan irigasi, (d). Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak
air, (e). Meningkatnya upaya konservasi SDA, (f). Meningkatnya
keterpaduan tata kelola pengelolaan SDA, dan (g). Meningkatnya
potensi energi dna sumber-sumber air.
b. Penyelenggaraan Jaringan Jalan
Menyelenggarakan pembangunan bidang pekerjaan umum dan
perumahan rakyat untuk konektivitas nasional guna meningkatkan
produktivitas, efisiensi, dan pelayanan sistem logistik nasional bagi
penguatan daya saing bangsa di lingkup global yang berfokus pada
keterpaduan konektivitas daratan dan maritim. Dalam rangka
meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional, dicapai salah satunya dengan membangun konektivitas
nasional untuk mencapai keseimbangan. Selain itu untuk
mempercepat pembangunan transportasi yang mendorong penguatan
industri nasional mendukung sislognas dan konektivitas nasional serta
membangun sistem dan jaringan transportasi yang terintegrasi untuk
mendukung investasi pada Koridor Ekonomi, Kawasan Industri Khusus,
Kompleks Industri, dan pusat-pusat pertumbuhan lainnya di wilayah
non-koridor ekonomi.

51
Untuk mewujudkan hal tersebut, dukungan Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat akan dicapai melalui, sasaran strategis:
(1) Meningkatnya dukungan konektivitas bagi penguatan daya saing
dan (2) Meningkatnya kemantapan jalan nasional. Sasaran strategis
tersebut akan dicapai melalui sasaran program (a) Menurunnya waktu
tempuh pada koridor utama dari 2,7 Jam per 100 km menjadi 2,2 Jam
per km; (b) Meningkatnya pelayanan jalan nasional dari 101 Miliar
Kendaraan km menjadi 133 Miliar Kendaraan km; dan (c)
Meningkatnya fasilitasi terhadap jalan daerah untuk mendukung
kawasan dari 0% menjadi 100%.
c. Pembangunan Infrastruktur Permukiman
Menyelenggarakan pembangunan bidang pekerjaan umum dan
perumahan rakyat untuk mendukung layanan infrastruktur dasar yang
layak guna mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan
dengan prinsip ‘infrastruktur untuk semua’. Dengan sasaran program
yaitu: (1) Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan
air minum bagi masyarakat; (2) Meningkatnya kontribusi terhadap
pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang layak; dan (3)
Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi
masyarakat.
d. Pengurangan Backlog dan Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak
Huni
Agenda prioritas pembangunan nasional yang terkait dengan
penyediaan perumahan adalah Agenda No. 5, yaitu Meningkatkan
Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Agenda prioritas pembangunan
nasional tersebut akan dijabarkan ke dalam kebijakan dan strategi
penyediaan perumahan. Bentuk dukungan Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat terhadap hal tersebut diwujudkan
melalui: 1) Meningkatnya dukungan layanan infrastruktur dasar
permukiman dan perumahan; 2) Meningkatnya penyediaan dan
pembiayaan perumahan, dengan sasaran program menurunnya
kekurangan tempat tinggal (backlog) dan menurunnya rumah tidak
layak huni.
Penyediaan perumahan diharapkan dapat memperluas akses terhadap
tempat tinggal yang layak yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana yang memadai untuk seluruh kelompok masyarakat secara
berkeadilan, melalui pengembangan multi-sistem penyediaan
perumahan secara utuh dan seimbang, meliputi (1) Pengendalian
Perumahan Komersial, (2) Penguatan Perumahan Umum, (3)
Pemberdayaan Perumahan Swadaya, (4) Fasilitas Perumahan Khusus,
dan (5) Pengelola Rumah Negara.

52
1.4. Tantangan dan Hambatan Pembangunan Infrastruktur di Pulau
Kalimantan
Wilayah perbatasan Pulau Kalimantan memiliki arti yang sangat penting baik
secara ekonomi, geo-politik, dan pertahanan keamanan karena berhadapan
langsung dengan wilayah negara tetangga Malaysia yang memiliki tingkat
perekonomian relatif lebih baik. Potensi sumber daya alam yang dimiliki di
wilayah ini cukup melimpah, namun hingga saat ini relatif belum dimanfaatkan
secara optimal. Di sisi lain, terdapat berbagai persoalan yang mendesak untuk
ditangani karena besarnya dampak dan kerugian yang dapat ditimbulkan.

Pulau Kalimantan saat ini menghadapi berbagai permasalahan di wilayah


perbatasannya, yang sangat mempengaruhi kehidupan dan penghidupan warga
negara Indonesia yang bermukim/bertempat tinggal di wilayah perbatasan. Dari
berbagai permasalahan yang dihadapi, beberapa permasalahan pokok wilayah
perbatasan di Kalimantan yang perlu mendapat perhatian dan perlu segera
ditangani dapat diidentifikasi sebagai berikut:

x Ketidakjelasan garis perbatasan wilayah negara akibat rusaknya patok-patok


diperbatasan yang merupakan ancaman kehilangan wilayah kedaulatan;
x Kemiskinan akibat keterisolasian wilayah perbatasan menjadi pemicu
pelintasbatas untuk memperbaiki perekonomiannya;
x Kurang sinkronnya kebijakan-kebijakan yang dilakukan di wilayah-wilayah
perbatasan oleh instansi pemerintah, sehingga perlu dilakukan koordinasi
yang lebih mantap dan terpadu yang melibatkan banyak instansi (baik pusat
maupun daerah);
x Belum terkoordinasinya antar pelaku pengelolaan sumberdaya alam sehingga
mengakibatkan eksploitasi sumberdaya alam kurang baik bagi pengembangan
daerah maupun untuk masyarakat;
x Terbatasnya sarana dan prasarana perbatasan perhubungan seperti jalan dan
jembatan di wilayah-wilayah perbatasan maupun ke arah perbatasan, yang
menyebabkan kesenjangan antara kedua wilayah negara;
x Terbatasnya sarana dan prasarana komunikasi seperti stasiun pemancar
televisi dan radio sehingga masyarakat di sekitar perbatasan sulit menerima
siaran dari dalam negeri dan lebih mudah menerima siaran televisi dan radio
asing atau negara tetangga. Hal ini akan mempengaruhi sikap bernegara
sebagian warga di perbatasan;
x Belum terintegrasinya pengelolaan sumberdaya alam, khususnya wilayah
lindung dan konservasi hutan, lintas negara dalam program kerjasama
bilateral antara Indonesia–Malaysia mengakibatkan perbedaan penggunaan
lahan perbatasan antara kedua negara;
x Wilayah perbatasan Kalimantan yang sangat panjang dan meliputi beberapa

53
kabupaten serta mempunyai posisi strategis dan berdampak terhadap
penentuan kebijakan pertahanan keamanan dan politik dalam dan luar
negeri, sampai saat ini baru memiliki pos pelintas batas legal yang disepakati
oleh kedua belah pihak (2 pos pemeriksa lintas batas yang legal dari 16 pos
lintas batas yang ada);
x Berbagai peristiwa-peristiwa baik yang terkait dengan aspek keamanan dan
politis, maupun pelanggaran dalam pengelolaan dan eksploitasi sumberdaya
alam lintas batas negara, baik sumberdaya alam darat maupun laut telah
mengakibatkan timbulnya masalah atau gangguan hubungan bilateral antar
negara.
Wilayah perbatasan Pulau Kalimantan memiliki karakteristik yang berbeda antara
wilayah perbatasan yang berada di Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi
Kalimantan Timur, dan Provinsi Kalimantan Utara. Dengan medan yang relatif
datar dan bergelombang, wilayah perbatasan di Provinsi Kalimantan Barat sangat
memungkinkan dibangun jalan raya sejajar perbatasan, sedangkan untuk Provinsi
Kalimantan Timur dan Provinsi Kalimantan Utara dengan kondisi fisik wilayah
yang berbukit-bukit, sangat sulit untuk membangun jalan sejajar perbatasan
sehingga perlu dibangun tegak lurus perbatasan, serta masih sangat
mengandalkan transportasi udara dan sebagian lagi transportasi laut.

Wilayah perbatasan di Provinsi Kalimantan Timur seperti yang berada di


Kabupaten Kutai Barat dan wilayah perbatasan di Provinsi Kalimantan Utara yang
berada di Kabupaten Malinau, lokasinya hanya dapat dijangkau melalui
penerbangan perintis atau menggunakan perahu khusus yang dapat melalui
sungai-sungai berjeram. Sedangkan wilayah perbatasan yang berada di Provinsi
Kalimantan Barat, hampir sebagian besar lokasinya dapat dijangkau melalui jalan
darat. Permasalahannya adalah baru sebagian jaringan jalan yang ada memadai
untuk dilalui oleh kendaraan roda empat, kecuali melalui Entikong, Kabupaten
Sanggau. Wilayah-wilayah perbatasan di Kabupaten Sambas, Bengkayang,
Sintang, maupun Kapuas Hulu, kondisi jalannya masih kurang memadai untuk
dilalui oleh kendaraan roda empat dan ada yang hanya bisa dilalui oleh
kendaraan roda dua. Penyediaan infrastruktur yang memadai merupakan salah
satu prasyarat utama untuk memacu pertumbuhan ekonomi, mempertahankan
daya saing internasional, serta mendukung upaya pengurangan kemiskinan dan
pengangguran. Saat ini ketersediaan infrastruktur di Pulau Kalimantan masih
rendah jika dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia. Beberapa
permasalahan umum yang dihadapi di setiap sektor infrastruktur di Pulau
Kalimantan yaitu:

54
A. Sumber Daya Air
Perubahan pemanfaatan lahan di Pulau Kalimantan untuk keperluan industri
dan permukiman akibat berkembangnya kegiatan ekonomi dan pertambahan
penduduk telah mengakibatkan berkurangnya luas daerah resapan dan
kemampuan resapan air. Kondisi tersebut diperparah dengan menurunnya
daya tampung bangunan penampung air seperti waduk sebagai akibat
meningkatnya sedimentasi. Rendahnya operasi dan pemeliharaan juga
mengakibatkan makin menurunnya tingkat layanan prasarana sumber daya
air. Masalah lain yang terkait dengan ancaman terhadap keberlanjutan daya
dukung sumber daya air adalah meningkatnya kerusakan daerah aliran sungai
(DAS). Kondisi itu mengakibatkan berkurangnya pasokan air sehingga
mendorong penggunaan air tanah makin tidak terkendali. Beberapa daerah di
perkotaan Pulau Kalimantan terutama daerah industri telah mengalami
eksploitasi air tanah yang berlebihan sehingga mengakibatkan kerusakan
lingkungan berupa penurunan muka air tanah, intrusi air laut, dan penurunan
muka tanah. Jika tidak dikendalikan, kondisi itu akan mengancam
keberlanjutan daya dukung sumber daya air.
B. Perumahan dan Permukiman
Permasalahan utama pembangunan perumahan adalah makin meningkatnya
jumlah rumah tangga yang belum memiliki rumah, meningkatnya luasan
kawasan kumuh, dan belum mantapnya kelembagaan penyelenggara
pembangunan perumahan. Tantangan yang dihadapi adalah (1) meniadakan
mismatch dalam pembiayaan perumahan, (2) meningkatkan efisiensi dalam
pembangunan perumahan, (3) meningkatkan pasar perumahan, dan (4)
mengembangkan pola subsidi yang efisien, transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
C. Transportasi Darat
Tingkat kemudahan pencapaian keberbagai wilayah di Pulau Kalimantan
masih rendah, selain karena belum terhubungnya wilayah-wilayah tersebut
dengan jaringan transportasi baik darat, air, maupun udara, jaringan
transportasi ada kondisinya kurang memadai untuk digunakan.
Terbatasnya kemampuan pemeliharaan prasarana dan sarana transportasi,
baik secara rutin maupun secara berkala, mengakibatkan banyaknya
prasarana transportasi lebih cepat rusak jika dibandingkan dengan umur
ekonomis prasarana dan sarana yang seharusnya.
Selain itu, kecepatan kerusakan jalan juga dipengaruhi oleh berat dan tekanan
gandar kendaraan (gross vehicle weight and axle configuration) yang melalui
jalan tersebut. Saat ini banyak kendaraan berat yang mengangkut muatan

55
lebih (vehicle overloading), yang melebihi kapasitas beban jalan, melewati
jalan-jalan lintas Kalimantan. Akibatnya, kondisi jalan-jalan tersebut
mengalami kerusakan lebih cepat daripada umur teknis dan ekonomis yang
seharusnya.
Permasalahan lain, peran dan fungsi jalan untuk membuka dan
mengembangkan wilayah tertinggal, terisolasi, dan wilayah perbatasan,
dirasakan masih sangat lambat laju pembangunannya. Di sisi lain, permintaan
untuk membuka akses daerah-daerah tersebut sudah sangat tinggi, terutama
untuk mempermudah pemasaran hasil-hasil produksi ke pusat pemasaran.
D. Air Minum
Pada pelayanan air minum, permasalahan utama adalah masih rendahnya
cakupan pelayanan air minum. Tantangan pembangunan air minum adalah
meningkatkan kualitas pengelolaan air minum, meningkatkan kapasitas
produksi air minum dan jangkauan pelayanan, serta menerapkan tarif yang
masuk akal.
E. Air Limbah
Pada pelayanan air limbah, permasalahan utama adalah rendahnya cakupan
pelayanan air limbah yang antara lain, disebabkan oleh masih rendahnya
kesadaran masyarakat dalam penanganan air limbah. Tantangan
pembangunan air limbah adalah meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mengembangkan
pelayanan sistem pembuangan air limbah terpusat (sewerage system), sistem
komunal, dan on-site system.
F. Persampahan
Pada pelayanan persampahan, permasalahan utama adalah menurunnya
kualitas pengelolaan persampahan yang mengakibatkan pencemaran udara
dan air yang, antara lain, disebabkan oleh menurunnya kualitas pengelolaan
tempat pembuangan akhir (TPA), meningkatnya volume sampah yang
dibuang ke sungai, dan makin terbatasnya lahan di kawasan perkotaan untuk
TPA. Tantangan pembangunan persampahan adalah meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang ketidakpatutan membuang sampah sembarangan,
meningkatkan kerja sama antarpemerintah kota/kabupaten dalam
penanganan persampahan regional, meningkatkan kualitas pengelolaan
persampahan, dan menerapkan teknologi dalam penanganan persampahan.
G. Drainase
Pada pelayanan drainase, permasalahan utama adalah makin meluasnya
daerah genangan yang disebabkan oleh makin berkurangnya lahan terbuka
hijau, tidak berfungsinya saluran drainase secara optimal, terpakainya saluran

56
drainase untuk pembuangan sampah, serta rendahnya operasi dan
pemeliharaan saluran drainase. Tantangan pembangunan drainase adalah
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah ke
saluran drainase, mempertahankan luasan lahan terbuka hijau, meningkatkan
operasi dan pemeliharaan drainase, serta pembangunan saluran drainase
terpadu dengan pengendalian banjir.

57
BAB

II
MEKANISME PERENCANAAN DAN
PEMROGRAMAN PEMBANGUNAN KETERPADUAN
PENGEMBANGAN KAWASAN DENGAN
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PUPR
BAB II
METODOLOGI PENYUSUNAN PROGRAM JANGKA
PENDEK

Persaingan ekonomi global adalah keniscayaan yang harus dihadapi Indonesia sebagai
bagian dari usahamewujudkan kemakmuran rakyatnya. Untuk mendukung daya saing
bangsa, maka efektivitas dan efisiensi dalam pembangunan infrastruktur harus menjadi
fokus utama dalam pembangunan. Dengan demikian maka Kementerian PUPR harus
dapat menterpadukan perencanaan, pemrograman dan penganggaran bidang pekerjaan
umum dan perumahan rakyat berbasis pengembangan wilayah dalam rangka
mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh sebab itu, disusunlah
Program Jangka Pendek sebagai bagian dari perwujudan sinkronisasi dan keterpaduan
pembangunan infrastruktur. Selanjutnya bagian ini akan menjelaskan definisi umum dari
perencanaan dan pemrograman serta bagaimana proses yang dilaksanakan oleh
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) cq Badan Pengembangan
Infrastruktur Wilayah (BPIW) dalam mewujudkan keterpaduan pengembangan kawasan
dengan pembangunan infrastruktur PUPR.

Secara khusus, bab ini juga menjelaskan (1) bagaimana pola kerja keterpaduan
perencanaan, sinkronisasi program & pembiayaan, dan evaluasi dalam pengembangan
kawasan dengan pembangunan infrastruktur PUPR, (2) bagaimana pola kerja
sinkronisasi program dan pembiayaan keterpaduan pengembangan kawasan dengan
infrastruktur PUPR, dan (3) bagaimana pola kerja sinkronisasi program dan pembiayaan
pembangunan jangka pendek keterpaduan pengembangan kawasan dengan
pembangunan infrastruktur PUPR.

2.1 Definisi Umum Perencanaan dan Pemrograman


Perencanaan dan pemrograman adalah 2 (dua) istilah yang umum digunakan
dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Secara semantik, istilah
perencanaan memiliki beberapa pengertian. Pertama, perencanaan adalah
suatu proses untuk membentuk masa depan, menentukan urutan, dengan
memperhitungkan ketersediaan sumber daya. Kedua, perencanaan dipahami
sebagai proses pengambilan keputusan terhadap sejumlah kegiatan untuk
menentukan masa depan, dengan memperhitungkan kapan, bagaimana, dan
siapa yang akan melakukan (Rasyidi et al. 2016).

59
Sama halnya dengan perencanaan, kata pemrograman juga memiliki beberapa
penafsiran. Penafsiran pertama, pemrograman adalah suatu proses
pengelolaan instrumen kebijakan, yang terdiri dari satu atau lebih kegiatan,
dilakukan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai tujuan dan
sasaran yang telah ditentukan yang melibatkan pengalokasian anggaran, atau
kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah. Kedua,
pemrograman dipahami sebagai rangkaian pengelolaan kegiatan yang saling
berkaitan, terpadu, dan menyeluruh/komprehensif untuk mencapai tujuan dan
sasaran perencanaan yang ditentukan, yang dirinci berdasarkan waktu, besaran
biaya, besaran volume, kewenangan, pelaku (actor), serta kriteria kesiapan
(readiness criteria) (Rasyidi et al. 2016).

2.2 Dasar Hukum Perencanaan dan Pemrograman Infrastruktur


PUPR
Pada tataran operasional, perencanaan maupun pemrograman di lingkungan
Kementerian PUPR cq BPIW senantiasa mengacu pada berbagai produk hukum
yang berlaku. Produk hukum dimaksud mulai dari yang tertinggi, yakni
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, hingga yang terendah seperti
tingkat III (desa). Meski jarang terjadi, ketika ada pertentangan substansi
diantara produk hukum tersebut, “lex superiori derogat legi inferiori” menjadi
asas hukum yang digunakan BPIW dalam menterpadukan perencanaan maupun
mensinkronkan program dan pembiayaan pembangunan infrastruktur PUPR.
Sebuah asas dimana produk hukum yang secara hirarkis lebih tinggi menegasi
produk hukum yang lebih rendah.

Undang-Undang (UU) Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional (SPPN) (Pemerintah Republik Indonesia 2004) secara
garis besar mengatur penyelenggaraan perencanaan makro pada setiap fungsi
pemerintahan, di setiap bidang kehidupan, yang dilakukan secara terpadu
dalam lingkup wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang-Undang
SPPN dijabarkan menjadi (1) Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), (2)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), dan (3) Rencana
Pembangunan Tahunan.

Produk hukum yang menjadi acuan berikutnya adalah UU Nomor 17 Tahun


2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun
2005-2025. RPJPN secara sederhana dipahami sebagai dokumen perencanaan
dengan masa berlaku 20 (dua puluh) tahun. Untuk periode perencanaan RPJPN
saat ini adalah dari tahun 2005 hingga tahun 2025. Secara garis besar, substansi

60
RPJPN menjabarkan berbagai tujuan/target dibentuknya Pemerintahan Negara
Indonesia, sebagaimana tercantum dalam UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, melalui rumusan visi, misi serta arah pembangunan nasional.
RPJPN sebagai produk perencanaan nasional juga dijadikan acuan dalam
penyusunan RPJP Daerah.

Pada Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla,
pemerintah kemudian berupaya menjalankan amanat pembangunan yang
dikenal dengan sebutan Nawa Cita, atau 9 (sembilan) agenda prioritas, yang
kemudian dijabarkan secara lebih detail dalam Peraturan Presiden (Perpres)
Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN Tahun 2015-2019, perpres ini merupakan
tahap ketiga dari pelaksanaan RPJPN 2005-2025. Perpres ini menjadi pedoman
bagi kementerian/lembaga dalam menyusun rencana strategis
kementerian/lembaga (Renstra-KL) dan menjadi bahan pertimbangan bagi
pemerintah daerah dalam menyusun/menyesuaikan rencana pembangunan
daerahnya masing-masing dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan
nasional.

Di tingkat kementerian/lembaga, dalam hal ini Kementerian PUPR, ditetapkan


Peraturan Menteri PUPR Nomor 13.1/PRT/M/2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian PUPR Tahun 2015-2019. Permen ini mendetailkan apa yang
dijabarkan dalam RPJMN 2015-2019, berisi tentang arah kebijakan serta
strategi pembangunan infrastruktur PUPR untuk periode perencanaan 2015-
2019. Pada permen PUPR ini, Wilayah Pengembangan Strategis (WPS)
diperkenalkan sebagai salah satu strategi Kementerian PUPR untuk
menterpadukan pengembangan wilayah dengan pembangunan infrastruktur
PUPR.

Selain mengacu pada berbagai produk hukum, BPIW juga mengacu pada
berbagai produk perencanaan, baik yang terdokumentasi secara legal maupun
yang berupa naskah akademis. Diantara produk perencanaan tersebut adalah
dokumen Rencana Induk Pengembangan Pulau / RIPP, Rencana Utama (Master
Plan/MP), dan Rencana Pengembangan (Development Plan/DP). Adapun
penjelasan masing-masing produk perencanaan adalah sebagai berikut.

1. RIPP adalah produk perencanaan yang merupakan rencana pembangunan


Infrastruktur dengan masa perencanaan 20 (dua puluh) tahun. Substansi
RIPP secara umum berisikan keterpaduan rencana pembangunan
infrastruktur PUPR dengan lokus spasial pulau/kepulauan, dengan
pertimbangan-pertimbangan seperti ketersediaan sumber daya, kearifan
lokal, dan potensi wilayah setempat. Dokumen ini dirancang sebagai

61
panduan perencanaan jangka panjang infrastruktur pulau/kepulauan di
lingkungan Kementerian PUPR (Rasyidi et al. 2016).
2. Master Plan (MP) Pembangunan Infrastruktur, secara umum dipahami
sebagai produk perencanaan yang berfungsi sebagai komplementer atau
pelengkap produk perencanaan telah berlaku, dengan durasi waktu
perencanaan sepanjang 10 (sepuluh) tahun. Substansi kedua jenis produk
perencanaan ini berisikan keterpaduan rencana pembangunan
infrastruktur PUPR dengan non infrastruktur PUPR dengan basis spasial
WPS. Master Plan Pembangunan Infrastruktur ditetapkan oleh Menteri
PUPR (Rasyidi et al. 2016).
3. Development Plan (DP) Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) adalah
rencana pengembangan yang terdiri atas berbagai program
pembangunan infrastruktur PUPR yang berbasis pendekatan WPS,
rencana pengembangan juga dapat diartikan sebagai program
pembangunan infrastruktur dalam rentang waktu 5 (lima) tahun (Rasyidi
et al. 2016).
Antara produk hukum serta produk perencanaan dan pemrograman
sebagaimana penjelasan diatas, dirancang untuk memiliki keterkaitan satu
dengan yang lain, dengan demikian amanat pembangunan atau agenda
prioritas nasional yang telah dicanangkan oleh presiden dan wakil presiden
terpilih dapat berjalan dengan semestinya.

2.3 Pola Kerja Keterpaduan Perencanaan, Sinkronisasi Program &


Pembiayaan, dan Evaluasi dalam Pengembangan Kawasan
dengan Pembangunan Infrastruktur PUPR
Sebelum beranjak pada pola kerja keterpaduan perencanaan, sinkronisasi
program & pembiayaan, dan evaluasi pengembangan kawasan dengan
pembangunan infrastruktur PUPR, ada baiknya para pembaca terlebih dahulu
mengenal dan memahami apa dan bagaimana struktur badan yang bekerja
dalam lingkup perencanaan dan pemrograman pembangunan infrastruktur
PUPR di lingkungan Kementerian PUPR.

BPIW adalah sebuah unit organisasi (unor) di lingkungan Kementerian PUPR.


Sesuai khittahnya, BPIW dibentuk untuk menterpadukan rencana serta
mensinkronkan program pembangunan infrastruktur PUPR dalam upaya
mendukung perwujudan ketahanan air, kedaulatan pangan, kedaulatan energi,
penguatan konektivitas nasional, permukiman yang layak huni dan
berkelanjutan, penyediaan jasa konstruksi dan sistem investasi infrastruktur
yang memadai, fasilitasi penyediaan rumah, pengusahaan penyediaan
pembiayaan, membina sumber daya manusia konstruksi dan aparatur di

62
lingkungan Kementerian PUPR. Berbagai tujuan pembangunan nasional
tersebut tersurat secara gamblang dalam Undang-Undang No. 39 tahun 2008
tentang Kementerian Negara, Peraturan Presiden No. 165 tahun 2014 tentang
Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja, dan Keputusan Presiden No. 121/P
tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri
Kabinet Kerja Periode 2015-2019

Gambar 2. 1 Struktur Lembaga Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah


Secara hierarki, unor yang dipimpin oleh Kepala Badan ini berkedudukan
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Menteri PUPR.
Adapun tugas dan fungsi dari badan ini, sebagaimana diatur dalam Permen
PUPR No. 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
PUPR, diamanatkan untuk menyusun berbagai kebijakan teknis dan strategi
keterpaduan antara pengembangan kawasan dengan infrastruktur PUPR.
Dalam menjalankan amanat tersebut, BPIW didukung dengan beberapa fungsi
yakni (a) penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program keterpaduan
pengembangan kawasan dengan infrastruktur PUPR, (b) penyusunan strategi
keterpaduan pengembangan kawasan dengan infrastruktur PUPR, (c)
pelaksanaan sinkronisasi program antara pengembangan kawasan dengan
infrastruktur PUPR, (d) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan penyelenggaraan
keterpaduan rencana dan sinkronisasi program antara pengembangan kawasan
dengan infrastruktur PUPR, serta (e) pelaksanaan fungsi lainnya yang diberikan
oleh Menteri. Mengimplementasi berbagai tugas dan fungsi tersebut, BPIW
didukung oleh 5 unit organisasi eselon 2 (dua), yakni 1 sekretariat dan 4 Pusat
(Kementerian PUPR 2015). Secara rinci, unit organisasi dimaksud terdiri dari (1)

63
Sekretariat Badan, (2) Pusat Perencanaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, (3) Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan
Infrastruktur PUPR, (4) Pusat Kawasan Pengembangan Kawasan Strategis, dan
(5) Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan. Ilustrasi terkait struktur
kelembagaan BPIW dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Adapun informasi mengenai tugas dari masing-masing unor eselon 2 (dua)


tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, Sekretariat Badan, yang
umumnya dikenal dengan sebutan Setba, bertugas dalam pemberian
dukungan pengelolaan administrasi kepada seluruh unit organisasi di
lingkungan BPIW. Kedua, Pusat Perencanaan Infrastruktur PUPR, yang umum
diketahui dengan sebutan Pusat 1 (satu), bertugas dalam menyusun kebijakan
teknis, strategi, rencana strategis, analisis manfaat, serta rencana keterpaduan
pengembangan kawasan dengan infrastruktur PUPR. Ketiga, Pusat
Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR atau lebih dikenal
dengan sebutan Pusat 2 (dua) memiliki tugas dalam sinkronisasi program,
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan keterpaduan pengembangan kawasan
dengan infrastruktur PUPR. Keempat, Pusat Pengembangan Kawasan Strategis,
dikenal dengan Pusat 3 (tiga), memiliki tugas dalam penyusunan kaebijakan
teknis, rencana dan program, pengembangan area inkubasi di kawasan
strategis pada wilayah pengembangan strategis yang menterpadukan antara
pengembangan kawasan dan infrastruktur PUPR, serta fasilitasi pengadaan
tanah. Terakhir dan kelima, Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan, dikenal
dengan sebutan Pusat 4 (empat), memiliki tugas dalam penyusunan kebijakan
teknis, rencana dan program, dan pengembangan area inkubasi di kawasan
perkotaan yang menterpadukan antara pengembangan berbagai kawasan dan
infastruktur PUPR di kawasan perkotaan, serta keterkaitan antara kawasan
perkotaan dengan kawasan perdesaan.

Setelah mampu memahami apa dan bagaimana struktur kelembagaan BPIW,


selanjutnya adalah memahami bagaimana alur atau pola kerja keterpaduan
perencanaan, sinkronisasi program & pembiayaan, dan evaluasi pengembangan
kawasan dengan pembangunan infrastruktur PUPR di lingkungan BPIW. Pada
Gambar 2.2 berikut di bawah, menjabarkan secara baku alur atau pola kerja
tersebut.

Penjelasan alur atau pola kerja gambar di atas, diawali dengan penetapan
wilayah/kawasan pertumbuhan prioritas oleh Pusat 1. Hasil penetapan
wilayah/kawasan pertumbuhan prioritas tersebut ditindak lanjuti dengan
penyusunan Master Plan (MP) Pembangunan Infrastruktur di WPS dan kawasan

64
pertumbuhan prioritas tersebut dan dilanjutkan dengan penyusunan
Development Plan (DP) Pembangunan Infrastruktur PUPR di Wilayah
Pengembangan Strategis dan Kawasan Pertumbuhan dilaksanakan oleh Pusat 3
dan Pusat 4 dimana Pusat 4 menyiapkan Master Plan dan Development Plan
untuk kawasan pekotaan, perdesaan dan metropolitan sedangkan Pusat 3
menyiapkan Master Plan dan Development Plan untuk kawasan strategis dan
antar kawasan strategis. Master Plan Pembangunan Infrastruktur merupakan
produk perencanaan dengan jangka waktu selama 10 tahunan (2015-2025)
untuk 35 WPS dan 97 kawasan pertumbuhan. Development Plan Pembangunan
Infrastruktur PUPR merupakan dokumen perencanaan hasil penjabaran dari
Master Plan Pembangunan Infrastruktur dengan jangka waktu 5 tahun (2015-
2019) untuk 35 WPS dan 97 Kawasan Pertumbuhan. Arahan perencanaan
dalam Master Plan dan Development Plan tersebut dipadukan kedalam
dokumen perencanaan infrastruktur pengembangan pulau (RIPP) yang
kemudian hasilnya digunakan sebagai masukan atau input dalam proses
penyusunan perencanaan keterpaduan pengembangan kawasan, antar
kawasan, antar WPS dengan Infrastruktur PUPR yang dilakukan oleh Pusat 1.
Rencana tersebut kemudian dijabarkan berdasarkan lokus penanganannya
yaitu pulau dan kepulauan. RIPP ini terdiri dari 6 (enam) Pulau dan Kepulauan
yakni (1) RIPP Sumatera, (2) RIPP Jawa dan Bali, (3) RIPP Kalimantan, (4) RIPP
Sulawesi, (5) RIP Kepulauan Maluku dan Papua, dan (7) RIPP Nusa Tenggara.

65
Gambar 2. 2 Pola Kerja Keterpaduan Perencanaan, Sinkronisasi Program & Pembiayaan,
dan Evaluasi Pengembangan Kawasan dengan Pembangunan Infrastruktur PUPR
Selain RIPP, Pusat 1 juga menghasilkan Rencana Strategis (Renstra)
Kementerian PUPR, Rencana Aksi (Tematik), Penyaringan Prioritas Program,
dan Kerjasama Regional serta Global (lihat Gambar 2.2). Khusus penyaringan
prioritas program, Pusat 1 menentukan peringkat berbagai program
pembangunan infastruktur PUPR yang akan masuk dalam produk perencanaan
jangka panjang dan menengah, yang kemudian hasilnya akan disinkronkan oleh
Pusat 2 untuk kemudian disaring menjadi prioritas program dan pembiayaan
jangka pendek (3 (tiga) tahunan) dan tahunan. Dari hasil penyaringan tersebut,
kemudian dikoordinasikan dan disinergikan dengan Biro Perencanaan Anggaran
dan KLN Sekretariat Jenderal untuk pengalokasian anggaran. Sementara itu
Bidang Pemantauan dan Evaluasi Program melakukan pemantauan program
infrastruktur bidang PUPR serta melakukan evaluasi keterpaduan rencana,
kesinkronan program, dan keterpaduan pelaksanaan pembangunan bidang
PUPR berdasarkan: (i) rencana pengembangan; (ii) pemrograman
pembangunan; dan (iii) pelaksanaan pembangunan fisik.

66
2.4 Pola Kerja Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Pembangunan
Keterpaduan Pengembangan Kawasan dengan Infrastruktur
PUPR
Dalam struktur kelembagaan BPIW, pusat yang secara khusus melakukan
sinkronisasi program dan pembiayaan keterpaduan pengembangan kawasan
dengan infastruktur PUPR adalah Pusat Pemrograman dan Evaluasi
Keterpaduan Infrastruktur PUPR atau pusat 2. Adapun tugas pusat ini adalah
untuk melaksanakan sinkronisasi program, pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan keterpaduan pengembangan kawasan dengan infrastruktur bidang
PUPR. Fungsi yang dimiliki pusat ini meliputi:

1. Koordinasi dan penyusunan sinkronisasi program pembangunan jangka


pendek keterpaduan pengembangan kawasan dengan infrastruktur bidang
PUPR;
2. Koordinasi dan penyusunan sinkronisasi serta penyusunan program tahunan
pembangunan infrastruktur bidang PUPR;
3. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan kinerja pelaksanaan kebijakan dan
program keterpaduan pengembangan kawasan dengan infrastruktur bidang
PUPR;
4. Pelaksanaan penyusunan program dan anggaran serta urusan tata
usahadan rumah tangga Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan
Infrastruktur PUPR.
Beranjak dari tugas dan fungsi tersebut, alur atau pola kerja sinkronisasi
program dan pembiayaan keterpaduan pengembangan kawasan dengan
infrastruktur PUPR diawali hasil perencanaan yang dilakukan oleh pusat 1,
dalam hal ini RIPP dan REPIT. Substansi inti dari kedua produk perencanaan
tersebut adalah program pembangunan infrastruktur PUPR jangka panjang dan
dan jangka menengah. Kompilasi program tersebut kemudian dianalisis
manfaat serta biayanya, dan diseleksi atau diurutkan berdasarkan prioritas
untuk selanjutkan dilegalkan kedalam bentuk Rencana Strategis (Renstra)
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun. Seluruh proses
penyusunan produk perencanaan tersebut telah disesuaikan dan
memperhitungkan berbagai produk perencanaan yang berlaku, diantaranya
seperti RPJPN/D, RPJMN/D, Perpres, Direktif Presiden, Renstra SKPD, dan
RTRW. Hasil dari program prioritas tersebut kemudian diserahkan ke pusat 2
(dua) atau Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR
untuk diproses menjadi program pembangunan infrastruktur PUPR jangka
pendek dan tahunan.

67
Gambar 2. 3 Pola Kerja Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Keterpaduan
Pengembangan Kawasan dengan Infrastruktur PUPR
Dalam proses pemrograman, berbagai program prioritas tersebut kemudian
dianalisis bagaimana kelayakannya serta dianalisis berdasarkan kriteria
pemrograman dengan hasil program jangka pendek pembangunan
infrastruktur PUPR yang terbagi berdasarkan 3 (tiga) sumber pembiayaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Dana Alokasi Khusus (DAK),
dan Kerjasama antara Pemerintah dan Badan Usaha(KPBU). Dari hasil tersebut,
secara tahunan akan disinkronkan program dan pembiayaannya menjadi
program arahan keterpaduan pengembangan wilayah dengan infrastruktur
PUPR tahun t+1. Melalui kegiatan Pra Konsultasi Regional dan Konsultasi
Regional (Konreg) yang melibatkan unor eselon 1 (satu) di lingkungan
Kementerian PUPR, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi, serta
Dinas Provinsi yang membidangi pekerjaan umum dan perumahan rakyat,
program arahan tersebut disepakati dan akan menjadi bahan pembahasan
dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas).
Seluruh proses pemrograman tersebut diatas, menyesuaikan menyesuaikan
dengan jadwal perencanaan dan pemrograman pembangunan nasional
sebagaimana tergambar berikut dibawah ini.

68
Gambar 2. 4 Jadwal Rangkaian Kegiatan Perencanaan maupun Pemrograman
Pembangunan Nasional
Lain halnya dengan sumber pembiayaan APBN diatas, untuk DAK, program dan
pembiayaan pembangunan infrastruktur PUPR akan disinkronkan melalui
kegiatan Konsultasi dan Harmonisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan hasil
akhir berupa Matriks Program Tahunan yang dibiayai DAK. Adapun jenis
program pembangunan infrastruktur PUPR yang didukung melalui sumber
pembiayaan ini adalah program-program pembangunan infrastruktur PUPR
kewenangan daerah (provinsi, kabupaten, dan kota) yang mendukung agenda
prioritas pembangunan nasional.

Untuk KPBU, secara tahunan, program dan pembiayaan akan disinkronkan


melalui rapat koordinasi dengan Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, Badan
Pengusahaan Jalan Tol (BPJT), Badan Pendukung Sistem Penyediaan Air Minum
(BPSPAM), dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Jenis program
pembangunan infrastruktur PUPR yang didukung melalui sumber pembiayaan
ini adalah program-program pembangunan yang memiliki kelayakan finansial
yang tinggi.

2.5 Pola Kerja Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Pembangunan


Jangka Pendek Keterpaduan Pengembangan Kawasan dengan
Infrastruktur PUPR
Secara kelembagaan, unit organisasi yang secara aktif melakukan sikronisasi
program dan pembiayaan pembangunan infrastruktur PUPR jangka pendek
adalah bidang penyusunan program. Bidang Penyusunan Program adalah satu
dari 4 (empat) Unit Kerja Eselon III di lingkungan Pusat Pemrograman dan
Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR yang mempunyai tugas:

69
melaksanakan penyiapan dan penyusunan program sinkronisasi pembangunan
jangka pendek keterpaduan pengembangan kawasan dengan infrastruktur
bidang PUPR. Adapun fungsi dari bidang Penyusunan Program adalah sebagai
berikut:

1. Penyusunan analisis kelayakan dan kriteria program keterpaduan


pengembangan kawasan dengan infrastruktur bidang PUPR;
2. Penyusunan program jangka pendek keterpaduan pengembangan kawasan
dengan infrastruktur bidang PUPR; dan
3. Pelaksanaan fasilitasi, koordinasi, pemrograman, dan pembiayaan
pembangunan jangka pendek infrastruktur bidang PUPR
Proses sinkronisasi program dan pembiayaan pembangunan infrastruktur PUPR
Jangka Pendek Keterpaduan Pengembangan Kawasan dengan Infrastruktur
PUPR, diawali dengan menelaah berbagai sumber data dan informasi,
diantaranya adalah (i) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN
2005-2025; (ii) Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-
2019; (iii) Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016; (iv) Direktif Presiden; (v)
Peraturan Menteri PUPR Nomor 13.1 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian PUPR; (vi) RIPP ; (vii) REPIT; (viii) Program Jangka Panjang
Infrastruktur PUPR; dan (ix) Program Jangka Menengah Infrastruktur PUPR.
Berbagai data dan informasi tersebut diinvetarisasi dan diolah sehingga
menjadi rancangan awal Program Jangka Pendek Tahun n+2, n+3, dan n+4.

Rancangan awal program pembangunan infrastruktur PUPR jangka pendek


tahun n+2, n+3, dan n+4 kemudian dikoordinasikan dan dikonfirmasi kepada
para stakeholders (Unor Teknis, Pemerintah Daerah, dan pihak terkait lainnya)
melalui Rapat Konsultasi Program Pembangunan Infrastruktur PUPR Jangka
Pendek yang diselenggarakan di seluruh provinsi. Dalam rapat konsultasi,
proses sinkronisasi program pembangunan infrastruktur PUPR jangka pendek
dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan (readiness criteria),
dalam hal ini (i) kesesuaian RTRW; (ii) Feasibilty Study; (iii) Dokumen
Lingkungan; (iv) Detailed Engineering Design; dan (vi) lahan. Selain
melaksanakan rapat konsultasi, dalam memverifikasi kebenaran program
tersebut dilakukan kunjungan lapangan, khususnya pada kawasan-kawasan
yang menjadi prioritas nasional.

Setelah melakukan berbagai rangkaian rapat konsultasi serta kunjungan


lapangan tersebut, proses selanjutnya adalah melakukan rangkaian analisis,
seperti analisis kelayakan dan analisis berdasarkan kriteria pemrograman.
Pemeringkatan program pembangunan infrastruktur PUPR pun kemudian

70
dilakukan dengan mempertimbangkan aspek quick yield, rounding up, dan
highest leverage. Hal ini dilakukan dengan alasan terbatasnya pagu dalam
kantong anggaran (resources envelope) untuk pembangunan infrastruktur
PUPR baru (new infrastructure development). Hasil akhirnya adalah dokumen
rancangan akhir program pembangunan infrastruktur PUPR jangka pendek
tahun n+2, n+3, dan n+4. Dokumen tersebut selanjutnya di-input kedalam
Sistem Informasi Pemrograman (SIP). selanjutnya disetujui menjadi output
bidang Penyusunan Progam yaitu Program Jangka Pendek Keterpaduan
Pengembangan Kawasan dengan Infrastruktur PUPR Tahun n,+2, n+3, n+4.
Lebih jelasnya mengenai alur atau pola kerja sinkronisasi program dan
pembiayaan pembangunan infrastruktur PUPR jangka pendek dapat dilihat
pada Gambar 2.5.

Gambar 2. 5 Pola Kerja Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Pembangunan


Infrastruktur PUPR Jangka Pendek

71
BAB

III
SINKRONISASI PROGRAM DAN PEMBIAYAAN
PEMBANGUNAN JANGKA PENDEK 2018 - 2020
KETERPADUAN PENGEMBANGAN
KAWASAN DENGAN INFRASTRUKTUR PUPR
BAB III
SINKRONISASI PROGRAM DAN PEMBIAYAAN
PEMBANGUNAN JANGKA PENDEK 2018-2020
KETERPADUAN PENGEMBANGAN KAWASAN DENGAN
INFRASTRUKTUR PUPR

Pembangunan infrastruktur ke depan perlu diarahkan tidak hanya dititikberatkan untuk


mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi wilayah (engine of growth), namun
perlu lebih bersinergi dengan kelestarian lingkungan dengan memperhatikan carrying
capacity suatu wilayah yang ingin dikembangkan. Hal ini mengingat pembangunan
infrastruktur merupakan pemicu (trigger) terciptanya pusat-pusat pertumbuhan baru
(new emerging growth center) yang menjadi cikal bakal lahirnya kota-kota baru/pusat
permukiman baru yang dapat menjadi penyeimbang pertumbuhan ekonomi wilayah
dan mengurangi kesenjangan antar wilayah. Selain itu pembangunan infrastruktur
disamping diarahkan untuk mendukung pengurangan disparitas antar wilayah
(perkotaan, pedesaan dan perbatasan), juga untuk pengurangan urbanisasi dan urban
sprawl, peningkatan pemenuhan kebutuhan dasar, serta peningkatan kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat yang pada ahirnya untuk menjaga stabilitas dan kesatuan
nasional. Oleh karena itu pembangunan infrastruktur perlu berlandaskan pada
pendekatan pengembangan wilayah secara terpadu oleh seluruh sektor yang bertitik
tolak dari sebuah rencana yang sinergi dan mengacu kepada aktivitas ekonomi, sosial,
keberlanjutan lingkungan hidup, potensi wilayah dan kearifan lokal, dan rencana tata
ruang wilayah. Dengan kata lain pembangunan wilayah perlu didukung kerjasama
antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan melibatkan pihak swasta, mengingat
pada kenyataanya kawasan yang sudah berkembang akan lebih menarik banyak investor
daripada kawasan yang belum berkembang.

3.1. Profil WPS dan Kawasan Dalam WPS


Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) dan kawasan dalam WPS merupakan
pusat – pusat pertumbuhan utama yang diharapkan akan mampu menggerakan
perekonomian sehingga pada akhirnya akan menimbulkan trickle down effect ke
daerah – daerah sekitarnya. Di bawah ini adalah profil WPS dan Kawasan dalam
WPS di Pulau Kalimantan

73
3.1.1 Profil Wilayah Pengembangan Strategis di Pulau Kalimantan
Terdapat 4 Wilayah Pengembangan Strategis di Kalimantan. WPS 20 Ketapang –
Pontianak – Singkawang - Sambas, WPS 21 Temajuk Sebatik, WPS 21 Palangka
Raya – Banjarmasin – Batulicin dan WPS 23 Samarinda – Balikpapan – Maloy.
WPS 23 adalah WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu yang diharapkan sudah
mandiri dan dapat mengandalkan kemampuan swasta dan meminimalisir
intervensi pemerintah. Sementara itu WPS 20 dan 23 adalah WPS Pusat
Pertumbuhan Sedang Berkembang yang masih membutuhkan dukungan dari
pemerintah namun tetap berusahamenarik investasi swasta. Terakhir WPS 21
adalah WPS Pertumbuhan Baru yang baru akan dikembangkan dan
membutuhkan dukugan penuh dari pemerintah. Di bawah ini adalah profil dari
WPS yang ada di Pulau Sumatera.

A. WPS 20 Ketapang - Pontianak - Singkawang - Sambas


WPS 20 Ketapang - Pontianak - Singkawang - Sambas termasuk ke dalam
kelompok WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang. Keseluruhan kawasan
dari WPS ini merupakan bagian dari wilayah administratif Provinsi Kalimantan
Barat. Dalam profil WPS yang disusun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, WPS 20 terdiri dari 2 kawasan, yaitu Kawasan Pertumbuhan
Terpadu Singkawang – Sambas – Sanggau dan Kawasan Pertumbuhan Terpadu
Pontianak – Ketapang – Kayong.
Bandar Udara Supadio dan Pelabuhan Pontianak merupakan salah satu outlet
vital sebagai penghubung WPS ini pada wilayah luar. Outlet-outlet vital tersebut
berada pada Kota Pontianak yang merupakan Ibukota Provinsi Kalimantan
Barat sekaligus menjadi PKN. WPS ini juga sudah terhubung oleh jalan nasional,
sehingga memudahkan akses dari satu kota ke kota lainnya. Potensi yang
dimiliki oleh WPS ini cukup beragam, seperti simpul sumber daya alam yang
sudah disebutkan sebelumnya dan juga industri pengolahannya. Dalam WPS ini
terdapat 2 KI dengan konsentrasi yang berbeda. KI Tayan dikhususkan pada
pengolahan minyak sawit mentah, sedangkan KI Ketapang akan menjadi sentra
industri alumina dengan rencana pembangunan smelter.
Pada Kabupaten Sambas terdapat potensi pariwisata alam, sehingga kawasan
ini ditetapkan sebagai KSPN oleh Kementerian Pariwisata. Selain itu, Kabupaten
Sambas juga merupakan salah satu Kawasan Strategis Nasional Perbatasan
karena lokasinya yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Program
pembentukan KTM oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi juga merupakan komponen WPS yang terdapat di WPS 20 ini.

74
B. WPS 21 Temajuk - Sebatik
WPS 21 Temajuk - Sebatik merupakan bagian dari wilayah administrasi
Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara. WPS 21 Temajuk – Sebatik merupakan
WPS dengan kategori Pusat Pertumbuhan Baru. Provinsi Kalimantan Utara
merupakan pemekaran dari Provinsi Kalimantan Timur. Komponen yang
membentuk WPS ini diantaranya adalah Pusat Kegiatan Strategis Nasional
(PKSN) Perbatasan, KSPN, KI, dan KTM. Fokus pada WPS ini lebih ditekankan
pada garis perbatasan negara. Pada WPS 21 terdapat beberapa Pintu Lintas
Batas Negara (PLBN) yang menjadi gerbang lalu – lintas pergerakan antar
negara. Pada WPS ini terdapat pula, KSPN yang merupakan taman nasional,
seperti KSPN Danau Sentarum dan KSPN Kayan Mentarang. Selain potensi alam,
WPS ini juga memiliki kawasan sentra industri seperti yang terdapat pada KI
Landak dan KI Sanggau dengan minyak sawit sebagai komoditi utama. Lebih
jelasnya, profil WPS Temajuk - Sebatik ditunjukkan pada gambar 3.2.

C. WPS 22 Palangka Raya – Banjarmasin – Batulicin


Wilayah Pengembangan Strategis Palangka Raya – Banjarmasin - Batulicin
termasuk pada wilayah pusat pertumbuhan sedang berkembang dimana
terdapat 2 Provinsi yang termasuk pada WPS ini, yaitu Provinsi Kalimantan
Tengah dan Provinsi Kalimantan Selatan. Adapun, kabupaten dan kota yang
termasuk di WPS ini sejumlah 10 kabupaten, dengan 3 kota di Provinsi
Kalimantan Tengah dan 7 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan yakni,
Kota Palangka Raya, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Kapuas, Kabupaten
Barito Kuala, Kota Banjarbaru, Kota Banjarmasin, Kabupaten Tanah Laut,
Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Kotabaru. Kawasan di
Wilayah Pengembangan Strategis 22 terbagi 3, yakni 1) Kawasan Ekonomi
Terpadu dan Pusat Kegiatan Nasional Kota Palangkaraya, 2) Kawasan
Metropolitan Banjarbakula (Banjarmasin, Banjarbaru, Barito Kuala, dan Tanah
Laut), dan 3) Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Batulicin-Kotabaru.

75
76
Gambar 3. 1 Peta Profil WPS 20 Ketapang - Pontianak - Singkawang -Sambas
77
Gambar 3. 2 Peta Profil WPS 21 Temajuk – Sebatik
78
Gambar 3. 3 Peta Profil WPS 22 Palangka raya – Banjarmasin - Batulicin
D. WPS 23 Balikpapan - Samarinda - Maloy
WPS 23 terletak hanya pada Provinsi Kalimantan Timur. WPS ini termasuk
dalam kategori WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu karena merupakan salah satu
koridor perekonomian Indonesia dengan basis industri sumber daya energi dan
migas. Kawasan yang terdapat dalam WPS terdiri dari PKN, PKW, simpul -
simpul perhubungan seperti pelabuhan dan bandara, kawasan industri, KTM,
dan juga Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Selain itu, di WPS Balikpapan -
Samarinda - Maloy, juga terdapat kawasan industri berbasis migas dan
kondensat yang berpusat di Kota Bontang, serta kawasan perkayuan,
perkapalan, industri, dan jasa yang terdapat di Kota Samarinda.

Salah satu kawasan yang menjadi sorotan pada WPS ini adalah KEK Maloy
Batuta Trans Kalimantan (MBTK) yang statusnya ditetapkan pada tahun 2014.
Direncanakannya Maloy sebagai KEK diharapkan dapat memiliki manfaat bagi
investor dalam hal insentif fiskal dan non-fiskal. KEK MBTK merupakan KEK ke-8
yang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 2014. KEK ini
terdiri dari zona industri, logistik, dan pengolahan ekspor. Lokasi KEK Maloy
Batuta Trans Kalimantan terletak di Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan
Timur. Keterangan mengenai WPS Balikpapan - Samarinda - Maloy ditunjukkan
pada gambar 3.4.

79
80
Gambar 3. 4 Peta Profil WPS 23 Balikpapan - Samarinda – Maloy
3.1.2 Profil Kawasan dalam Wilayah Pengembangan Strategis
Kawasan dalam wilayah pengembangan strategis adalah kawasan –
kawasan potensial yang dapat menjadi trigger atau pemicu dalam
pengembangan ekonomi wilayah berbasis market driven. Dengan demikian
kawasan – kawasan ini menjadi prioritas dalam pengembangan sehingga
nantinya dapat juga mengembangkan daerah – daerah disekitarnya.

A. Kawasan 20.1 Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Singkawang -


Sambas - Sanggau
Kota Singkawang adalah sebuah kota di Provinsi Kalimantan Barat. Kota
ini terletak sekitar 145 km sebelah utara Kota Pontianak, ibukota
Provinsi Kalimantan Barat, dan dikelilingi oleh pegunungan Pasi, Poteng,
dan Sakok. Kota Singkawang memperoleh status kota berdasarkan UU
No. 12/2001, tanggal 21 Juni 2001. Berdasarkan Perda Kota Singkawang
Nomor 1 Tahun 2003 tentang Perubahan desa menjadi Kelurahan di
Kota Singkawang dan Perda Nomor 2 Tahun 2003 tentang Pembentukan
dan Perubahan Nama Kecamatan di Kota Singkawang sesuai dengan
ketentuan tersebut di atas, terdapat 5 (lima) kecamatan dan 26 (dua
puluh enam) kelurahan, yakni:
x Singkawang Barat, 4 (empat) kelurahan, yaitu: Kelurahan Pasiran,
Kelurahan Melayu, Kelurahan Kuala, dan Kelurahan Tengah.
x Singkawang Utara, 7 (tujuh) kelurahan, yaitu: Kelurahan Sei Garam
Hilir, Kelurahan Naram, Kelurahan Sei Bulan, Kelurahan Sei Rasau,
Kelurahan Setapuk Kecil, Kelurahan Setapuk Besar, dan Kelurahan
Semelagi Kecil
x Singkawang Selatan, 4 (empat) kelurahan, yaitu: Kelurahan Sedau,
Kelurahan Sijangkung, Kelurahan Pangmilang, dan Kelurahan
Sagatani.
x Singkawang Timur, 5 (lima) kelurahan, yaitu: Kelurahan Sanggau
Kulor, Kelurahan Pajintan, Kelurahan Nyarumkop, Kelurahan Bagak
Sahwa, dan Kelurahan Mayasopa.
x Singkawang Tengah, 6 (enam) kelurahan, yaitu: Kelurahan Roban,
Kelurahan Condong, Kelurahan Sekip Lama, Kelurahan Jawa,
Kelurahan Sei Wie, dan Kelurahan Bukit Batu.

81
Tabel 3. 1 Daftar Kawasan 20.1 Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Singkawang -
Sambas - Sanggau
Kawasan Provinsi Kabupaten/ Kota WPS Dalam Kawasan Jenis
Kawasan Kalimantan Kab. Bengkayang WPS 20, 21 Kawasan 20.1, 21.1 PKN
Pengembangan Barat Kab. Landak
Ekonomi Terpadu Kab. Sambas
Khatulistiwa Kab. Sanggau
Kota Singkawang
KI Landak Kalimantan Kab. Landak WPS 20, 21 Kawasan 20.1 KI
Barat
KPPN Jawai, Jawai Kalimantan Kab. Sambas WPS 20, 21 Kawasan 20.1 KPPN
Selatan (Sambas) Barat
Pelabuhan ASDP Kalimantan Kab. Sambas WPS 20, 21 Kawasan 20.1 ASDP
Ciremai Barat
Pelabuhan ASDP Kalimantan Kab. Sanggau WPS 20, 21 Kawasan 20.1, 21.1 ASDP
Jangkang (tidak Barat
ada pelabuhan -
data salah)
Pelabuhan ASDP Kalimantan Kab. Sambas WPS 20, 21 Kawasan 20.1 ASDP,
Penyeberangan Barat Pelabuhan
Sintete Penyeberangan
Pelabuhan Kalimantan Kab. Sambas WPS 20, 21 Kawasan 20.1 Pelabuhan
Penyeberangan Barat Penyeberangan
Sumpit
PPN Pemangkat Kalimantan Kab. Sambas WPS 20, 21 Kawasan 20.1 PPN
Barat
PKSN Entikong Kalimantan Kab. Sanggau WPS 20, 21 Kawasan 20.1, 21.1 PKSN
Barat
PKSN Jagoi Babang Kalimantan Kab. Bengkayang WPS 20, 21 Kawasan 20.1, 21.1 PKSN
Barat
PKSN Paloh - Aruk Kalimantan Kab. Sambas WPS 20, 21 Kawasan 20.1 PKSN
Barat
KPPN Ledo Kalimantan Kab. Bengkayang WPS 20, 21 Kawasan 20.1, 21.1 KPPN
Barat
PLBN Aruk Kalimantan Kab. Sambas WPS 20, 21 Kawasan 20.1 PLBN
Barat
PLBN Entikong Kalimantan Kab. Sanggau WPS 20, 21 Kawasan 20.1, 21.1 PLBN
Barat
KTM Gerbang Mas Kalimantan Kab. Sambas WPS 20, 21 Kawasan 20.1 KTM
Perkasa Barat
KTM Subah Kalimantan Kab. Sambas WPS 20, 21 Kawasan 20.1 KTM
Barat
PKW Entikong Kalimantan Kab. Sanggau WPS 20, 21 Kawasan 20.1, 21.1 PKW
Barat
PKW Sambas Kalimantan Kab. Sambas WPS 20, 21 Kawasan 20.1 PKW
Barat
PKW Sanggau Kalimantan Kab. Sanggau WPS 20, 21 Kawasan 20.1, 21.1 PKW
Barat
PKW Singkawang Kalimantan Kota Singkawang WPS 20 Kawasan 20.1 PKW
Barat

82
83
Gambar 3. 5 Peta Kawasan 20.1 Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Singkawang - Sambas - Sanggau
B. Kawasan 20.2 Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Pontianak –
Kayong – Ketapang
Kawasan ini terletak di Provinsi Kalimantan Barat dan terdiri dari Kota
Pontianak, Kabupaten Kayong Utara, dan Kabupaten Ketapang,
Kabupaten Mempawah, dan Kabupaten Kubu Raya. Kota Pontianak
adalah ibukota provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Kawasan ini terdiri
dari beberapa sub kawasan, yakni Kawasan Industri, Kawasan Strategis
Nasional, Pusat Kegiatan Wilayah, Kota Terpadu Mandiri, KPPN,
Pelabuhan Umum, dan Pelabuhan Penyeberangan. Rincian sub kawasan
yang terdapat di kawasan ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. 2 Daftar Kawasan 20.2 Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Pontianak –


Kayong – Ketapang
Dalam
Kawasan Kabupaten/ Kota WPS Jenis
Kawasan
Kawasan Stasiun
Pengamat Dirgantara Kota Pontianak WPS 20 Kawasan 20.2 KSN No. 43
Pontianak
KI Ketapang Kab. Ketapang WPS 20 Kawasan 20.2 KI
Kota Baru Pontianak Kota Pontianak WPS 20 Kawasan 20.2 Kota Baru
KPPN Kayong Utara
Kab. Kayong Utara WPS 20 Kawasan 20.2 KPPN
(Gerbang Kayong)
Pelabuhan
Pelabuhan
Penyeberangan Kab. Kubu Raya WPS 20 Kawasan 20.2
Penyeberangan
Jangkang II
Pelabuhan ASDP ASDP dan
Penyeberangan Kab. Ketapang WPS 20 Kawasan 20.2 Pelabuhan
(Sukabangun) Ketapang Penyeberangan
Pelabuhan ASDP Teluk
Kab. Kayong Utara WPS 20 Kawasan 20.2 ASDP
Batang
KPPN Kubu, Sungai
Kab. Kubu Raya WPS 20 Kawasan 20.2 KPPN
Ambawang (Rasau Jaya)
KPPN Sadaniang Kab. Mempawah WPS 20 Kawasan 20.2 KPPN
KPPN Simpang Hilir Kab. Kayong Utara WPS 20 Kawasan 20.2 KPPN
KPPN Teluk Batang
Kab. Kayong Utara WPS 20 Kawasan 20.2 KPPN
(Sukadana)
KTM Gerbang Kayong Kab. Kayong Utara WPS 20 Kawasan 20.2 KTM
KTM Rasau Jaya Kab. Kubu Raya WPS 20 Kawasan 20.2 KTM
Pelabuhan Umum Pelabuhan
Kota Pontianak WPS 20 Kawasan 20.2
Pontianak Umum
PKN Pontianak Kota Pontianak WPS 20 Kawasan 20.2 PKN
PKW Ketapang Kab. Ketapang WPS 20 Kawasan 20.2 PKW
PKW Mempawah Kab. Mempawah WPS 20 Kawasan 20.2 PKW

84
85
Gambar 3. 6 Peta Kawasan 20.2 Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Pontianak – Kayong – Ketapang
C. Kawasan 21.1 Kawasan Pusat Pertumbuhan Dan Perbatasan Entikong -
Nanga Badau
Kawasan ini terdiri dari Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang,
Kabupaten Kapuas Hulu. Penggunaan lahan di Kecamatan Entikong dan
Kecamatan Sekayam didominasi oleh penggunaan lahan dengan fungsi
perkebunan, baik perkebunan masyarakat maupun perkebunan formal.
Karakteristik perkebunan masyarakat lebih banyak terdapat di
Kecamatan Entikong. Sedangkan perkebunan formal lebih banyak di
wilayah Kecamatan Sekayam. Penggunaan lahan berupa semak-semak
menyebar di seluruh Kecamatan Entikong maupun Kecamatan Sekayam.
Hutan juga lebih banyak terdapat di Kecamatan Entikong mengingat
topografi di Kecamatan Entikong yang lebih tinggi bila dibandigkan
dengan Kecamatan Sekayam. Untuk penggunaan lahan berupa
permukiman menyebar di desa-desa di Kecamatan Entikong maupun
Kecamatan Sekayam yang dihubungkan dengan kerangka kawasan baik
jalan maupun sungai. Banyaknya desa yang terdapat di Kecamatan
Badau adalah sebanyak 9 (Sembilan) desa, yang terdiri dari 20 (dua
puluh) dusun, 38 (tiga puluh delapan) Rukun Tetangga (RT), dan 23 (dua
puluh tiga) Rukun Warga (RW). Dibawah ini adalah daftar sub kawasan
di Kawasan 21.1 Pusat Pertumbuhan dan Perbatasan Entikong – Nanga
Badau:

Tabel 3. 3 Daftar Kawasan 21.1 Kawasan Pusat Pertumbuhan Dan Perbatasan Entikong -
Nanga Badau
Dalam
Kawasan Provinsi Kabupaten/ Kota WPS Jenis
Kawasan
Kawasan Pengembangan Ekonomi Kalimantan Kab. Kapuas Hulu WPS 21 Kawasan PKN
Terpadu Khatulistiwa Barat Kab. Sintang 21.1
Kawasan Perbatasan Darat RI dan Kalimantan Kab. Kapuas Hulu WPS 21 Kawasan PKN
Jantung Kalimantan (Heart of Barat Kab. Sintang 21.1
Borneo)
Kawasan Taman Nasional Betung Kalimantan Kab. Kapuas Hulu WPS 21 Kawasan KSN No. 44
Kerihun Barat 21.1
Bandar Udara Baru Tebelian/Sintang Kalimantan Kab. Sintang WPS 21 Kawasan Bandar
Baru: Susilo Barat 21.1 Udara Baru
PKSN Jasa Kalimantan Kab. Sintang WPS 21 Kawasan PKSN
Barat 21.1
PKSN Entikong Kalimantan Kab. Sanggau WPS 21 Kawasan PKSN
Barat 21.1
PLBN Nanga Badau Kalimantan Kab. Kapuas Hulu WPS 21 Kawasan PLBN
Barat 21.1
PKW Putussibau Kalimantan Kab. Kapuas Hulu WPS 21 Kawasan PKW

86
Dalam
Kawasan Provinsi Kabupaten/ Kota WPS Jenis
Kawasan
Barat 21.1

PKW Sintang Kalimantan Kab. Sintang WPS 21 Kawasan PKW


Barat 21.1

87
88
Gambar 3. 7 Peta Kawasan 21.1 Pusat Pertumbuhan Dan Perbatasan Entikong - Nanga Badau
D. Kawasan 21.2 Kawasan Ekonomi Terpadu Dan Perbatasan Tarakan -
Tanjung Selor - Sebatik - Long Nawang
Kawasan ini terdiri dari Kota Tarakan, Kabupaten Tanjung Selor,
Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Malinau. Pada Kota Tarakan
terdapat 4 pelabuhan utama antara lain Pelabuhan Tengkayu I,
Pelabuhan Tengkayu II, Pelabuhan Malundung dan Pelabuhan Juwata
Laut. Pelabuhan Tengkayu I dimanfaatkan sebagai pelabuhan untuk
Speed Boat ke wilayah lain di Kalimantan Utara jaraknya dari pusat kota
sekitar 1 km, Pelabuhan Tengkayu II digunakan sebagai pelabuhan
bongkar muat barang jarak dari pusat kota hanya 500 m, Pelabuhan
Malundung digunakan sebagai pelabuhan untuk kapal besar tujuan
Jawa, Sulawesi dan Malaysia, serta Pelabuhan Juwata Laut yang baru
saja dibangun digunakan sebagai pelabuhan Ferry jaraknya dari pusat
kota adalah 10 km. Transportasi udara di kota Tarakan melalui Bandar
Udara International Juwata, yang melayani penerbangan dari maskapai
penerbangan Domestik maupun Internasional.

Selanjutnya, Kota Tanjung Selor merupakan Ibu Kota Provinsi Kalimantan


Utara. Kota Tanjung Selor terletak di Kabupaten Bulungan yang sekaligus
Ibu Kota Kabupaten Bulungan. Tanjung Selor bukanlah sebuah Daerah
yang berstatus Kota Madya tetapi Kota Tanjung Selor masih berstatus
Kecamatan yang masih dipimpin oleh Camat. Dan mungkin dalam waktu
dekat ini status Kota Tanjung Selor sebagai Kecamatan akan dinaikkan
statusnya menjadi Kota. Tanjung Selor memiliki luas wilayah 1.277,81
km² dan jumlah penduduk sebanyak 42.231 Orang pada tahun 2012
dengan rincian jumlah penduduk 22.488 laki-laki dan 19.743
perempuan. Oleh karena itu, tingkat kepadatan penduduk Kota Tanjung
Selor adalah sebesar 33 orang per km² nya.

Wilayah administratif pemerintahan Kecamatan Tanjung Selor


membawahi 3 (tiga) wilayah pemerintahan Kelurahan yaitu : Tanjung
Selor Hulu, Tanjung Selor Hilir dan Tanjung Selor Timur. Membawahi
pula 6 (enam) desa, meliputi : Jelarai Selor, Gunung Seriang, Bumi
Rahayu, Gunung Sari, Apung dan Tengkapak. Tanjung Selor adalah
ibukota Kabupaten Bulungan dan merupakan pusat pemerintahan.
Masyarakatnya sangat beragam terdiri dari berbagai suku, seperti
tidung, bulungan, dayak, bugis, jawa dan suku-suku pendatang lainnya.
Dengan keragaman suku masyarakat membuat budayanya pun juga
cukup beragam, sesuai dengan keradaan suku masyarakatnya. Namun

89
dengan keragaman itulah membuat dinamika budaya pun mengalami
proses akulturasi dan saling menghormati antar budaya dan
masyarakatnya. Sarana ibadah yang ada di wilayah ini terdiri dari mesjid
29 buah, langgar/mushalla 19 buah dan gereja 21 buah, Pura 1 buah,
Vihara 1 Buah, Ta Pek Kong 1 buah. Sarana Pendidikan : 8 TK, 31 SD/MI,
1 SDLB, 11 SLTP/MTs, 7 SLTA/MA dan 3 Perguruan Tinggi.

Pulau Sebatik adalah sebuah pulau di sebelah timur laut Kalimantan.


Pulau ini secara administratif yang merupakan bagian dari Provinsi
Kalimantan Utara, Indonesia. Sebatik adalah salah satu tempat di mana
terjadi pertempuran hebat antara pasukan Indonesia dan Malaysia saat
terjadinya "Konfrontasi". Pulau sebatik merupakan daerah wilayah
Indonesia. Pulau Sebatik termasuk dalam wilayah administratif
Kecamatan Sebatik, yaitu kecamatan paling timur di kabupaten
Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara. Kecamatan Sebatik terdiri dari
empat desa, yaitu Tanjung Karang, Pancang, Sungai Nyamuk Tanjung Aru
dan Setabu. Pulau ini secara umum beriklim panas dengan suhu udara
rata-rata 27,8°C, suhu terendah 22,9°C pada bulan agustus dan tertinggi
33,0°C pada bulan April. Pulau ini merupakan salah satu pulau terluar
yang menjadi prioritas utama pembangunan karena perbatasan
langsung dengan negara tetangga. Program utama yang perlu dilakukan
di Pulau Sebatik antara lain adalah pembangunan sektor pertanian,
perkebunan, perikanan dan pariwisata serta peningkatan hukum dan
pengawasan keamanan.

Long Nawang adalah salah satu desa di kecamatan Kayan Hulu,


Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, Indonesia. Desa ini berbatasan di
sebelah barat dengan Sarawak, Malaysia. Sampai Agustus 2015, desa ini
tidak dapat ditempuh dengan jalan darat dari Indonesia, jadi satu-
satunya dicapai dengan pesawat terbang dan dibutuhkan dua jam
perjalanan dengan menggunakan pesawat kecil untuk mencapai Long
Nawang dari Tarakan. Desa Long Nawang berpenduduk 3.700 orang
(2015), yang mayoritas dihuni Suku Dayak Kenyah.

90
Tabel 3. 4 Daftar Kawasan 21.2 Kawasan Ekonomi Terpadu Dan Perbatasan Tarakan -
Tanjung Selor - Sebatik - Long Nawang
Kabupaten/ Dalam
Kawasan Provinsi WPS Jenis
Kota Kawasan

Kawasan Perbatasan Darat RI dan Kalimantan Kab. Malinau WPS Kawasan PKN
Jantung Kalimantan (Heart of Borneo) Utara 21 21.2

Kawasan Perbatasan Darat RI dan Kalimantan Kab. Nunukan WPS Kawasan PKN
Jantung Kalimantan (Heart of Borneo) Utara 21 21.2

Pelabuhan Penyeberangan Sebatik Kalimantan Kab. Nunukan WPS Kawasan Pelabuhan


Utara 21 21.2 Penyeberangan

Pelabuhan ASDP Penyeberangan Kalimantan Kab. Nunukan WPS Kawasan ASDP dan Pelabuhan
Simanggaris Utara 21 21.2 Penyeberangan

PKSN Long Midang Kalimantan Kab. Nunukan WPS Kawasan PKSN


Utara 21 21.2

PKSN Long Nawang Kalimantan Kab. Malinau WPS Kawasan PKSN


Utara 21 21.2

PKSN Nunukan Kalimantan Kab. Nunukan WPS Kawasan PKSN


Utara 21 21.2

PKSN Simanggaris Kalimantan Kab. Nunukan WPS Kawasan PKSN


Utara 21 21.2

KTM Sebatik Kalimantan Kab. Nunukan WPS Kawasan KTM


Utara 21 21.2

KTM Simanggaris Kalimantan Kab. Nunukan WPS Kawasan KTM


Utara 21 21.2

PKW Malinau Kalimantan Kab. Malinau WPS Kawasan PKW


Utara 21 21.2

PKW Nunukan Kalimantan Kab. Nunukan WPS Kawasan PKW


Utara 21 21.2

PKW Sungai Nyamuk Kalimantan Kab. Nunukan WPS Kawasan PKW


Utara 21 21.2

PKW Tanlumbis Kalimantan Kab. Nunukan WPS Kawasan PKW


Utara 21 21.2

91
92
Gambar 3. 8 Peta Kawasan 21.2 Ekonomi Terpadu Dan Perbatasan Tarakan - Tanjung Selor - Sebatik - Long Nawang
E. Kawasan 22.1 Kawasan Ekonomi Terpadu Palangkaraya (PKN)
Kawasan ini terdiri dari Kota Palangka Raya, Kabupaten Pulang Pisau,
dan Kabupaten Kapuas. Kota Palangka Raya adalah sebuah kota
sekaligus merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan TengahKota ini
memiliki luas wilayah 2.400 km² dan berpenduduk sebanyak 220.962
jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 92.067 jiwa tiap km² (BPS,
2010). Sebelum otonomi daerah pada tahun 2001, Kota Palangka Raya
hanya memiliki 2 kecamatan, yaitu: Pahandut dan Bukit Batu. Kini secara
administratif, Kota Palangka Raya terdiri atas 5 kecamatan, yakni:
Pahandut, Jekan Raya, Bukit Batu, Sebangau, dan Rakumpit. Berikut
merupakan sub kawasan yang terdapat di kawasa 22.1.

Tabel 3. 5 Daftar Kawasan 22.1 Kawasan Ekonomi Terpadu Palangkaraya (PKN)


Kabupaten/ Dalam Kemenhub/
Kawasan Provinsi WPS Jenis
Kota Kawasan Surat
Pelabuhan
Kalimantan Kab. Pulang WPS Kawasan Pelabuhan
Penyeberangan -
Tengah Pisau 22 22.1 Penyeberangan
Bahaur
Kawasan
Pengembangan
Ekonomi
Kalimantan WPS Kawasan
Terpadu Daerah Kab. Kapuas PKN KSN No. 46
Tengah 22 22.1
Aliran Sungai
Kahayan Kapuas
dan Barito
Kawasan
Pengembangan
Ekonomi
Kalimantan Kota WPS Kawasan
Terpadu Daerah PKN
Tengah Palangkaraya 22 22.1
Aliran Sungai
Kahayan Kapuas
dan Barito
Kalimantan WPS Kawasan
KTM Lamunti Kab. Kapuas KTM
Tengah 22 22.1
Pelabuhan Laut Kalimantan WPS Kawasan
Kab. Kapuas PP Pelabuhan Laut
Batanjung (PP) Tengah 22 22.1
PKN Kalimantan Kota WPS Kawasan
PKN
Palangkaraya Tengah Palangkaraya 22 22.1
PKW Kuala Kalimantan WPS Kawasan
Kab. Kapuas PKW
Kapuas Tengah 22 22.1

93
94
Gambar 3. 9 Peta Kawasan 22.1 Ekonomi Terpadu Palangkaraya (PKN)
F. Kawasan 22.2 Kawasan Metropolitan Banjar Bakula (Banjarmasin,
Banjar Baru, Barito Kuala, Tanah Laut)
Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Banjar Bakula atau disebut juga
Metropolitan Banjarmasin Raya mencakup Kota Banjarmasin, Kota
Banjarbaru, sebagian kecamatan di Kabupaten Banjar, sebagian
kecamatan di Barito Kuala, dan sebagian kecamatan di Tanah Laut
dengan luas 340.446 ha (9,07 % luas wilayah Kalsel) dan jumlah
penduduk kawasan ini tahun 2010 sekitar 1.904.427 jiwa (52,52% dari
jumlah penduduk Kalsel). Konsep penggabungan kelima daerah itu
sudah lama dikenal yang dahulu disebut dengan akronim
Banjarmaskuala, namun wilayah KSP Banjar Bakula tidak mencakup
keseluruhan kawasan Banjarmaskuala.

Berbeda dengan metropolitan lainnya, KSP Banjar Bakula terdiri dua


akronim yang terpisah yaitu Banjar yang dimaksud kota kembar tiga
dengan awalan yang sama yaitu Banjarmasin, Banjarbaru dan kabupaten
Banjar yang juga sering dinamakan Tri Banjar, sedangkan Bakula yang
dalam bahasa Banjar artinya bersaudara/berkerabat, merupakan
akronim dari Kabupaten Barito Kuala dan Tanah Laut. KSP Banjar Bakula
sedang diperjuangkan untuk ditingkatkan statusnya menjadi Kawasan
Strategis Nasional/KSN Banjar Bakula. Sedangkan untuk Kota
Banjarmasin akan ditingkatkan statusnya menjadi Pusat Kegiatan
Nasional, dan Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru akan ditingkatkan
statusnya menjadi Pusat Kegiatan Wilayah.

KSP Banjar Bakula dengan Kota Inti Kota Banjarmasin dan Kota
Banjarbaru memiliki potensi sumberdaya alam yang melimpah seperti
batu bara dan biji besi serta didukung oleh Pelabuhan Trisakti, Bandara
Syamsudin Noor dan Rencana Jalan Tol Banjarmasin-Liang Anggang-
Landasan Ulin. Berikut adalah sub kawasan yang terdapat pada Kawasan
Metropolitan Banjar Bakula

Tabel 3. 6 Daftar Kawasan 22.2 Kawasan Metropolitan Banjarbakula


Dalam Kemenhub/
Kawasan Provinsi Kabupaten/ Kota WPS Jenis
Kawasan Surat
Bandar Kalimantan Kota Banjarmasin WPS Kawasan Bandar
Udara Kargo Selatan 22 22.2 Udara Kargo
Banjarmasin
Bandar Kalimantan Kota Banjarbaru WPS Kawasan Bandar
Udara Kargo Selatan 22 22.2 Udara Kargo
Syamsudin

95
Dalam Kemenhub/
Kawasan Provinsi Kabupaten/ Kota WPS Jenis
Kawasan Surat
Noor
Bendungan Kalimantan Kab. Banjar WPS Kawasan Bendungan
Riamkiwa Selatan 22 22.2
Kawasan Kalimantan Kab. Banjar WPS Kawasan Kawasan
Metropolitan Selatan Kab. Barito Kuala 22 22.2 Metropolitan
Banjarbakula Kab. Tanah Laut
Kota Banjarbaru
Kota Banjarmasin
KI Jorong Kalimantan Kab. Tanah Laut WPS Kawasan KI
Selatan 22 22.2
Kota Baru Kalimantan Kota Banjarbaru WPS Kawasan Kota Baru
Banjarbaru Selatan 22 22.2
KPPN Anjir Kalimantan Kab. Barito Kuala WPS Kawasan KPPN
Pasar Selatan 22 22.2
(Marabahan)
KPPN Kalimantan Kab. Barito Kuala WPS Kawasan KPPN
Jejangkit Selatan 22 22.2
KPPN Kalimantan Kab. Banjar WPS Kawasan KPPN
Martapura Selatan 22 22.2
KTM Cahaya Kalimantan Kab. Barito Kuala WPS Kawasan KTM
Baru Selatan 22 22.2
Pelabuhan Kalimantan Kab. Tanah Laut WPS Kawasan PP Pelabuhan
Laut Selatan 22 22.2 Laut
Pelaihari (PP)
Pelabuhan Kalimantan Kota Banjarmasin WPS Kawasan Pelabuhan
Umum Selatan 22 22.2 Umum
Trisakti
Banjarmasin
PKN Kalimantan Kota Banjarmasin WPS Kawasan PKN
Banjarmasin Selatan 22 22.2
PKW Kalimantan Kab. Barito Kuala WPS Kawasan PKW
Marabahan Selatan 22 22.2
PKW Kalimantan Kab. Banjar WPS Kawasan PKW
Martapura Selatan 22 22.2

96
97
Gambar 3. 10 Peta Kawasan 22.2 Kawasan Metropolitan Banjarbakula
G. Kawasan 22.3 Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Batulicin
Kotabaru
Kawasan ini terdiri dari Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten
Kotabaru. Kabupaten Kotabaru adalah salah satu kabupaten di Provinsi
Kalimantan Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota
Kotabaru. Kabupaten ini merupakan salah satu kabupaten pertama
dalam Provinsi Kalimantan dahulu. Dan pada masa Hindia Belanda
merupakan Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe dengan ibukota Kota
Baru. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 9.442,46 km² dan
berpenduduk sebanyak 290.142 jiwa (hasil Sensus Penduduk Indonesia
2010). Letak Kotabaru di sebelah timur laut provinsi Kalimantan Selatan.

Selanjutnya, Kabupaten Tanah Bumbu adalah salah satu kabupaten di


Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Sebelumnya kabupaten ini
termasuk dalam wilayah Kabupaten Kotabaru. Ibukota kabupaten
terletak di Batulicin, tepatnya di Kelurahan Gunung Tinggi yang dulunya
bernama Desa Pondok Butun. Adapun yang menjadi sentra kegiatan
usahadan ekonomi adalah kecamatan Simpang Empat, yang dulunya
merupakan bagian dari Kecamatan Batulicin. Kawasan 22.3 merupakan
salah satu kawasan yang memiliki kawasan prioritas, yakni kawasan
industri Batulicin sehingga terdapat beberapa program jangka pendek
yang dicanangkan di kawasan ini. Berikut merupakan daftar sub kawasan
di kawasan 22.3.

Tabel 3. 7 Daftar Kawasan 22.3 Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Batulicin


Kotabaru
Kabupaten/ Dalam
Kawasan Provinsi WPS Jenis
Kota Kawasan
Kawasan Pengembangan Kalimantan Kab. Tanah WPS Kawasan
KSN No. 48
Ekonomi Terpadu Batulicin Selatan Bumbu 22 22.3
Kalimantan Kab. Tanah WPS Kawasan
KI Batulicin KI
Selatan Bumbu 22 22.3
Pelabuhan Laut Pelabuhan
Kalimantan WPS Kawasan
Penyeberangan ASDP Sebuku Kab. Kotabaru Penyeberangan,
Selatan 22 22.3
(PP) Pelabuhan Laut, ASDP
Pelabuhan Laut Tanjungbatu Kalimantan WPS Kawasan Pelabuhan Regional
Kab. Kotabaru
(PR) Selatan 22 22.3 dan Pelabuhan Laut
Kalimantan WPS Kawasan
PKW Kotabaru Kab. Kotabaru PKW
Selatan 22 22.3

98
99
Gambar 3. 11 Peta Kawasan 22.3 Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Batulicin Kotabaru
H. Kawasan 23.1 Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Samarinda –
Sanga-Sanga – Balikpapan
Kawasan ini terdiri dari Kota Samarinda, Kota Balikpapan, dan
Kabupaten Kutai Kartanegara. Kota Samarinda merupakan Ibukota
Provinsi Kalimantan Timur serta salah satu kota terbesar di Kalimantan.
Seluruh wilayah kota ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai
Kartanegara. Sungai Mahakam yang membelah di tengah Kota
Samarinda menjadi "gerbang" menuju pedalaman Kalimantan Timur.
2
Kota ini memiliki luas wilayah 718 km dan berpenduduk 805.688 jiwa
pada tahun 2013 sehingga, menjadikan kota ini berpenduduk terbesar di
seluruh Kalimantan.

Sementara itu, Sanga-Sanga merupakan sebuah kecamatan yang


terletak di wilayah pesisir Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan
Timur. Kecamatan Sanga-Sanga memiliki luas wilayah mencapai 233,4
2
km yang dibagi dalam 5 kelurahan. Sementara jumlah penduduk
kecamatan ini mencapai 11.855 jiwa. Kecamatan ini merupakan salah
satu wilayah penghasil minyak bumi yang sangat penting di Kalimantan
Timur. Kecamatan Sanga-Sanga dibagi menjadi 5 kelurahan, antara lain
Sanga-Sanga Muara, Sarijaya, Sanga-Sanga Dalam, Jawa, Pendingin.
Sebagai kawasan bersejarah, Sanga-Sanga memiliki banyak objek wisata
bersejarah dan tempat-tempat penting.

Kota lainnya yang termasuk dalam kawasan ini ialah Kota Balikpapan,
Balikpapan adalah sebuah kota di Kalimantan Timur. Kota Balikpapan
memiliki penduduk sebanyak 701.066 jiwa, yang merupakan 22 % dari
keseluruhan penduduk Provinsi Kalimantan Timur. Kota Balikpapan
memiliki wilayah 85% berbukit-bukit serta 12% berupa daerah datar
yang sempit terutama berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) dan sungai
kecil serta pesisir pantai. Dengan kondisi tanah yang bersifat asam
(gambut) serta dominan tanah merah yang kurang subur. Sebagaimana
layaknya wilayah lain di Indonesia, kota ini juga beriklim tropis. Kota ini
berada di pesisir timur Kalimantan yang langsung berbatasan dengan
Selat Makassar, memiliki teluk yang dapat dimanfaatkan sebagai
pelabuhan laut komersial dan pelabuhan minyak. Berikut merupakan
daftar sub kawasan yang terdapat di kawasan ini.

100
Tabel 3. 8 Daftar Kawasan Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Samarinda – Sanga-
Sanga – Balikpapan
Kabupaten/
Kawasan Provinsi WPS Dalam Kawasan Jenis
Kota
Bendungan Marangkayu Kalimantan Kab. Kutai WPS Kawasan 23.1 Bendungan
Timur Kartanegara 23
Bendungan Teritip Kalimantan Kota Balikpapan WPS Kawasan 23.1 Bendungan
Timur 23
Kawasan Pengembangan Kalimantan Kab. Kutai WPS Kawasan 23.1 PKN
Ekonomi Terpadu Samarinda, Timur Kartanegara 23
Sanga-Sanga, Muara Jawa,
dan Balikpapan
Kawasan Pengembangan Kalimantan Kota WPS Kawasan 23.1 PKN dan KSN
Ekonomi Terpadu Samarinda, Timur Balikpapan, 23 No. 49
Sanga-Sanga, Muara Jawa, Kota Samarinda
dan Balikpapan
Bandar Udara Baru Kalimantan Kota Samarinda WPS Kawasan 23.1 Bandar Udara
Samarinda Baru: Timur 23 Baru
Temindung/Sungai Siring
Pelabuhan Kuala Semboja Kalimantan Kab. Kutai WPS Kawasan 23.1 PP
(PP) Timur Kartanegara 23
Pelabuhan Laut Palaran (PP) Kalimantan Kota Samarinda WPS Kawasan 23.1 PP dan
Timur 23 Pelabuhan Laut
Pelabuhan Penyeberangan Kalimantan Kab. Kutai WPS Kawasan 23.1 Pelabuhan
Batu Dinding Timur Kartanegara 23 Penyeberangan
Pelabuhan Umum Kalimantan Kota Balikpapan WPS Kawasan 23.1 Pelabuhan
Balikpapan: Kariangau Timur 23 Umum
Pelabuhan Umum Samarinda Kalimantan Kota Samarinda WPS Kawasan 23.1 Pelabuhan
Timur 23 Umum
PKN Kawasan Perkotaan Kalimantan Kab. Kutai WPS Kawasan 23.1 PKN
Balikpapan - Tenggarong - Timur Kertanegara 23
Samarinda - Bontang
PKN Kawasan Perkotaan Kalimantan Kota WPS Kawasan 23.1 PKN
Balikpapan - Tenggarong - Timur Balikpapan, 23
Samarinda - Bontang Kota Samarinda
PKW Sanga-sanga Kalimantan Kab. Kutai WPS Kawasan 23.1 PKW
Timur Kartanegara 23
PKW Tenggarong Kalimantan Kab. Kutai WPS Kawasan 23.1 PKW
Timur Kartanegara 23

101
102
Gambar 3. 12 Peta Kawasan 23.1 Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Samarinda – Sanga-Sanga – Balikpapan
I. Kawasan 23.2 Kawasan Perindustrian Bontang - Sangatta – Maloy
Kawasan ini berada di Kota Bontang dan Kabupaten Kutai Timur. Kota
Bontang adalah sebuah kota di Provinsi Kalimantan Timur. Kota ini
terletak sekitar 120 kilometer dari Kota Samarinda, berbatasan langsung
dengan Kabupaten Kutai Timur di utara dan barat, Kabupaten Kutai
Kartanegara di selatan dan Selat Makassar di timur. Di kota ini berdiri
tiga perusahaan besar di bidang yang berbeda-beda, Badak NGL (gas
alam), Pupuk Kalimantan Timur (pupuk dan amoniak) dan Indominco
Mandiri (batubara) serta memiliki kawasan industri petrokimia yang
bernama Kaltim Industrial Estate.

Kota Bontang dikenal dengan kota industri dan jasa, dua sektor tersebut
telah memberikan nilai pendapatan yang utama bagi daerah ini. Di Kota
Bontang, dalam kawasan tiga perusahaan raksasa itu, berbagai fasilitas
modern lengkap tersedia, mulai dari fasilitas perumahan bagi karyawan,
tempat olahraga, rekreasi, taman bermain, rumah sakit hingga hotel
berbintang yang tentunya menambah kas daerah dari sektor jasa, sektor
jasa dan industri pengolahan adalah dua lapangan usahayang paling
banyak menyerap tenaga kerja. Kota Bontang memiliki bandara yang
dinamakan Bandar Udara Bontang.

Dari tiga perusahaan besar tersebut, tulang punggung perkembangan


perekonomian kota ini. Keberadaan perusahaan raksasa itu punya andil
dalam meningkatkan kegiatan perdagangan dengan munculnya
kebutuhan baru akan komoditas keperluan hidup sehari-hari. Di sektor
pariwisata, wilayah pesisir dengan pantai yang bersih, landai, berpasir
putih bisa menjadi objek wisata yang potensial. Bontang Kuala misalnya,
yang menarik wisatawan karena perkampungan nelayan di atas laut,
saat ini sedang dikembangkan sebagai objek wisata. Potensi budidaya
perikanan laut dengan komoditas unggulan berupa udang, kepiting, ikan
kerapu, udang lobster, kakap merah, teripang, rumput laut dan tiram
banyak diminta oleh pasar luar negeri.

Gas Alam Cair (LNG) merupakan komoditi utama yang menopang


perekonomian Kota Bontang. Kota ini dianugerahi kekayaan alam,
terutama gas alam yang sangat besar. Perusahaan yang memproduksi
dan mengekspor LNG adalah PT. Badak LNG & Co. Selain LNG, di Kota
Bontang terdapat industri lainnya, yaitu industri yang memproduksi
amoniak dan urea. Perusahaan yang memproduksi dan mengekspor

103
urea dan amoniak dari daerah ini adalah PT. Pupuk Kaltim. Dominasi
berbagai industri di atas terlihat jelas dalam komposisi PDRB Kota
Bontang.

Kemudian, di Sangatta terdapat perusahaan penghasil batubara yaitu


PT. Kaltim Prima Coal Area penambangannya sangat luas dan
merupakan tambang batubara terbuka. Di area penambangan, beraneka
macam kendaraan berat sibuk melakukan kegiatan penambangan.
Sebagian besar hasil tambang dikirim menuju ke luar negri. Pada tahun
2007, jumlah produksi penambangan batubara oleh PT KPC di Sangata
mencapai sekitar 40 juta ton.

Tabel 3. 9 Daftar Kawasan 23.2 Kawasan Perindustrian Bontang - Sangatta – Maloy


Kabupaten/ Dalam
Kawasan Provinsi WPS Jenis
Kota Kawasan
KPPN Rantau
Pulung, Kalimantan Kab. Kutai WPS Kawasan
KPPN
Sangkulirang Timur Timur 23 23.2
(Sangata)
KTM Maloy Kalimantan Kab. Kutai WPS Kawasan
KTM
Kaliorang Timur Timur 23 23.2
Pelabuhan
Kalimantan Kab. Kutai WPS Kawasan
Kuala PP
Timur Timur 23 23.2
Sangatta (PP)
Kalimantan Kab. Kutai WPS Kawasan
KEK MBTK KEK
Timur Timur 23 23.2
Pelabuhan Kalimantan Kab. Kutai WPS Kawasan Pelabuhan
Laut Sanggata Timur Timur 23 23.2 Laut
PKN Kawasan
Perkotaan
Balikpapan - Kalimantan WPS Kawasan
Kota Bontang PKN
Tenggarong - Timur 23 23.2
Samarinda -
Bontang
Kalimantan Kab. Kutai WPS Kawasan
PKW Sangatta PKW
Timur Timur 23 23.2

104
105
Gambar 3. 13 Peta Kawasan 23.2 Kawasan Perindustrian Bontang - Sangatta – Maloy
3.2. Analisis Kelayakan Program Jangka Pendek
Analisis kelayakan program jangka pendek adalah analisis terkait kebutuhan
infrastruktur PUPR seluruh kawasan – kawasan strategis baik yang ada dalam
kawasan, antar kawasan, ataupun antar WPS dalam program pembangunan
jangka pendek 2018 – 2020. Merujuk pada pola kerja sinkronisasi program dan
pembiayaan pembangunan jangka pendek keterpaduan pengembangan kawasan
dengan infrastruktur PUPR, terdapat beberapa kriteria yang digunakan dalam
analisis kelayakan program yaitu (1) identifikasi kawasan terdukung sesuai
dengan program prioritas yang telah diarahkan oleh pusat perencanaan
infrastruktur PUPR, (2) identifikasi fungsi kawasan terdukung, (3) identifikasi
jangka waktu berfungsinya kawasan terdukung, (4) potensi, dan (5) tantangan.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut akan dihasilkan indikasi program yang
selanjutkan diintegrasikan dengan kriteria pemrograman.

Pada bagian ini, analisis kelayakan akan terbagi kedalam 3 (tiga) bagian yaitu (1)
Analisis Kelayakan Program Pembangunan Infrastruktur PUPR Jangka Pendek
dalam Kawasan, (2) Analisis Kelayakan Program Pembangunan Infrastruktur
PUPR Jangka Pendek Antar Kawasan dalam WPS, dan (3) Analisis Kelayakan
Program Pembangunan Infrastruktur PUPR Jangka Pendek antar WPS. Berikut
merupakan analisis kelayakan program pembangunan jangka pendek 2018-2020
keterpaduaan pengembangan kawasan dengan infrastruktur PUPR

3.2.1. Analisis Kelayakan Program Jangka Pendek dalam Kawasan


Analisis kelayakan program jangka pendek dalam kawasan adalah program
– program jangka pendek yang ada di setiap kawasan dalam Wilayah
pengembangan strategis. Pembahasan terkait kebutuhkan program disusun
dalam rangka mendukung kebutuhan masing – masing sub kawasan yang
ada.

A. Kawasan 20.1 Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Singkawang –


Sambas – Sanggau
1. PKW Singkawang
Kota Singkawang dan sekitarnya yang memiliki potensi sebagai Pusat
industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan,
pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet,
pusat perdagangan dan jasa, Pusat pelayanan pemerintahan, Pusat
pelayanan pendidikan dan kesehatan, Pusat industri pengolahan hasil
hutan, Pusat pelayanan sistem angkutan penumpang dan angkutan
barang.

106
Dalam pengembangan PKW Singkawang, terdapat tantangan yang
harus dihadapi diantaranya adalah kurangnnya ketersediaan air untuk
pengairan yang mengakibatkan enurunnya pasokan hasil pertanian.
Hal ini juga dialami oleh industri perikanan darat dimana kurang
berkembangnya tambak ikan akibat pasokan air yang tidak stabil.
Selain itu, juga terjadinya banjir di beberapa titik di kawasan akibat
luapan sungai. Oleh karena itu, indikasi program yang diperlukan
adalah peningkatan bendung, pembangunan sarana/prasarana
pengendali banjir, dan pembangunan embung.

2. PKW Sambas
Sebagai pusat kegiatan wilayah yang menopang ekonomi di kawasan
sekitarnya, PKW Sambas didukung oleh beberapa simpul transportasi
dan pusat kegiatan di PKW Sambas, yakni Pelabuhan ASDP Ciremai,
Pelabuhan ASDP Sintete, Pusat industri pengolahan hasil perkebunan
kelapa sawit dan karet, Pusat industri pengolahan dan industri jasa
hasil pertanian tanaman pangan, Pusat industri pengolahan dan
industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan, yaitu pusat
industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet. Adapun
tantangan yang dihadapi dalam pengembangan Pusat Kegiatan
Wilayah Sambas antara lain:
x Sering terjadinya gelombang dan terjangan ombak yang cukup
besar
x Kurang tersedianya air baku untuk sehari-hari dan segala
kebutuhan
x Tiang-tiang dermaga telah banyak keropos dan tanggul-tanggul
pantai yang jebol
x Keterlambatan waktu tempuh ke kawasan lain karena kawasan
terdekat terpotong oleh aliran sungai
x Ketersedian jalan akses kawasan yang bergelombang dan
berlubang
x Kurang ketersediaannya air bersih untuk minum dan keperluan
sehari-hari
Kemudian indikasi program untuk menjawab tantangan yang terdapat
di PKW Sambas adalah:
x Pembangunan Sarana/Prasarana Pengamanan Pantai,
x Penyusunan SID, AMDAL, Supervisi Pembangunan
sarana/Prasarana Pengamanan Pantai,
x Penyusunan FS, DED, AMDAL, LARAP Pembangunan
Sarana/Prasarana Saluran Air Baku,

107
x Rehabilitasi Sarana/Prasarana Pengamanan Pantai,
x Pembangunan Jembatan,
x Pembangunan Jalan Akses,
x Pembangunan Jalan UsahaTani,
x Pembangunan Potensi Sumber-sumber Energi dan Air,
3. KTM Subah
Kota Terpadu Mandiri Subah terletak di Kabupaten Sambas dengan
luas kawasan 86.790 ha atau 13,57% dari luas Kabupaten Sambas.
Terdapat kegiatan industri anyaman di kawasan ini yang cukup
berkembang, dimana tercatat 142 industri rumah tangga bergerak di
bidang ini. Pada kawasan KTM Subah dan sekitarnya telah berdiri 10
perusahaan perkebunan karet milik swasta, dan telah berdiri
perkebunan sawit, dimana luas perkebunan kelapa sawit mencapai
106.850 ha. Selain itu, untuk pengembangan perkebunan karet dan
kelapa sawit di kawasan ini disediakan lahan seluas 39.203 ha untuk
kelapa sawit dan 13.198 ha dan perkebunan karet.
Adapun tantangan dan permasalahan yang terdapat di KTM Subah ini
ialah sering terjadinya gelombang dan terjangan ombak yang cukup
besar, kurang tersedianya air baku untuk sehari-hari dan segala
kebutuhan, tiang-tiang dermaga telah banyak keropos dan tanggul-
tanggul pantai yang jebol, keterlambatan waktu tempuh ke kawasan
lain karena kawasan terdekat terpotong oleh aliran sungai, ketersedian
jalan akses kawasan yang bergelombang dan berlubang, kurang
ketersediaannya air bersih untuk minum dan keperluan sehari-hari.
Oleh karena itu, indikasi program untuk Kota Terpadu Mandiri Subah
antara lain Pembangunan Sarana/Prasarana Pengamanan Pantai,
Penyusunan SID, AMDAL, Supervisi Pembangunan sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai, Penyusunan FS, DED, AMDAL, LARAP
pembangunan sarana/prasarana saluran air baku, rehabilitasi
sarana/prasarana pengamanan pantai, pembangunan jembatan,
pembangunan jalan akses, pembangunan jalan usahatani.
4. KTM Gerbang Mas Perkasa
Kota Terpadu Mandiri Gerbang Mas Perkasa berada di Kabupaten
Sambas dan dapat dijangkau melalui Pelabuhan ASDP Ciremai,
Pelabuhan ASDP Sintete, dan Pelabuhan ASDP Sumpit. Legalitas
Kawasan Transmigrasi & KTM ±1.000 ha, yang terdiri dari Kawasan
Transmigrasi 800 ha dan Kawasan KTM 200 ha.

108
Adapun tantangan dan kendala dalam pengembangan KTM Gerbang
Mas Perkasa, antara lain:
x Sering terjadinya gelombang dan terjangan ombak yang cukup
besar
x Kurang tersedianya air baku untuk sehari-hari dan segala
kebutuhan
x Tiang-tiang dermaga telah banyak keropos dan tanggul-tanggul
pantai yang jebol
x Keterlambatan waktu tempuh ke kawasan lain karena kawasan
terdekat terpotong oleh aliran sungai
x Ketersedian jalan akses kawasan yang bergelombang dan
berlubang
x Kurangnya ketersediaan air bersih untuk minum dan keperluan
sehari-hari banjir
Oleh karena itu, indikasi program yang direncanakan untuk dilakukan
antara lain:
x Pembangunan Sarana/Prasarana Pengamanan Pantai;
x Penyusunan SID, AMDAL, Supervisi Pembangunan
sarana/Prasarana Pengamanan Pantai;
x Penyusunan FS, DED, AMDAL, LARAP Pembangunan
Sarana/Prasarana Saluran Air Baku;
x Rehabilitasi Sarana/Prasarana Pengamanan Pantai;
x Pembangunan Jembatan;
x Pembangunan Jalan Akses;
x Pembangunan Jalan Usaha Tani.
5. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pemangkat
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pemangkat berlokasi di
Kabupaten Sambas dimana berada pada lokasi strategis, berdekatan
dengan Fishing Ground (Laut Cina Selatan, Natuna) dan dekat dengan
daerah pemasaran Pontianak, Sarawak (Kucing) dan Batam. Adapun
beberapa potensi keberadaan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Pemangkat yakni 1) berada pada Garda Depan Laut Cina Selatan yang
berbatasan langsung dengan Malaysia, Singapura, Thailand dan
Vietnam serta merupakan salah satu pelabuhan yang terletak dilingkar
luar (Outer Ring Fishing Port); 2) Beragamnya sumber daya ikan yang
relatif lengkap, pelagis maupun demersal (tongkol, tenggiri, bawal,
layang, kakap, kerapu, udang, cumi- cumi); 3) Berdekatan dengan
pelabuhan rakyat dan pelabuhan umum (Pelindo) yang memungkinkan
perdagangan antar pulau, maupun luar negeri.

109
Adapun permasalahan dan tantangan yang terjadi pada pelabuhan
perikanan ini, antara lain 1) Sering terjadinya gelombang dan terjangan
ombak yang cukup besar; 2) Kurang tersedianya air baku untuk sehari-
hari dan segala kebutuhan; 3) Tiang-tiang dermaga telah banyak
keropos dan tanggul-tanggul pantai yang jebol; 4) Keterlambatan
waktu tempuh ke kawasan lain karena kawasan terdekat terpotong
oleh aliran sungai; 5) Ketersedian jalan akses kawasan yang
bergelombang dan berlubang; 6) Kurang ketersediaannya air bersih
untuk minum dan keperluan sehari-hari. Oleh karena itu, indikasi
program untuk Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pemangkat,
antara lain:
x Pembangunan Sarana/Prasarana Pengamanan Pantai,
x Penyusunan SID, AMDAL, Supervisi Pembangunan
sarana/Prasarana Pengamanan Pantai,
x Penyusunan FS, DED, AMDAL, LARAP Pembangunan
Sarana/Prasarana Saluran Air Baku,
x Rehabilitasi Sarana/Prasarana Pengamanan Pantai,
x Pembangunan Jembatan,
x Pembangunan Jalan Akses,
x Pembangunan Jalan Usaha Tani,
x Pembangunan Potensi Sumber-sumber Energi dan Air,
6. PKSN Paloh – Aruk
Pusat Kawasan Strategis Nasional Paloh – Aruk berlokasi di Kabupaten
Sambas yang didukung oleh beberapa simpul transportasi air, yakni
Pelabuhan ASDP Ciremai, Pelabuhan ASDP Sintete, dan Pelabuhan
ASDP Sumpit. Selain itu, terdapat pos lintas batas nasional Aruk yang
saat ini sedang dibangun pada tahun 2016 dan akan diresmikan segera
setelah selesai dibangun. Pusat Kawasan Strategis Nasional Paloh –
Aruk juga dilengkapi dengan beberapa pusat kegiatan ini, yaitu:
x Pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan;
x Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
x Pusat perdagangan dan jasa;
x Pusat pertanian tanaman pangan dan industri pengolahan;
x Pusat pelayanan pemerintahan;
x Pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;
x Pusat pelayanan sistem angkutan penumpang dan angkutan
barang;
x Pusat pelayanan transportasi laut; dan
x Pusat pelayanan transportasi udara.

110
Adapun beberapa permasalahan dan kendala yang terjadi di PKSN
Paloh – Aruk ini antara lain 1) Sering terjadinya gelombang dan
terjangan ombak yang cukup besar; 2) Kurang tersedianya air baku
untuk sehari-hari dan segala kebutuhan; 3) Tiang-tiang dermaga telah
banyak keropos dan tanggul-tanggul pantai yang jebol; 4)
Keterlambatan waktu tempuh ke kawasan lain karena kawasan
terdekat terpotong oleh aliran sungai; 5) Ketersedian jalan akses
kawasan yang bergelombang dan berlubang; 6) Kurang
ketersediaannya air bersih untuk minum dan keperluan sehari-hari.
Adapun indikasi program yang diusulkan untuk PKSN Paloh – Aruk,
antara lain:
x Pembangunan Sarana/Prasarana Pengamanan Pantai,
x Penyusunan SID, AMDAL, Supervisi Pembangunan sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai,
x Penyusunan FS, DED, AMDAL, LARAP Pembangunan
Sarana/Prasarana Saluran Air Baku,
x Rehabilitasi Sarana/Prasarana Pengamanan Pantai,
x Pembangunan Jembatan,
x Pembangunan Jalan Akses,
x Pembangunan Jalan UsahaTani,
x Pembangunan Potensi Sumber-sumber Energi dan Air,
7. KPPN Jawai, Jawai Selatan
KPPN Jawai, Jawai Selatan berlokasi di Kabupaten Sambas dengan luas
wilayah ± 376,27 ha dengan potensi unggulan ialah budidaya
Udang/Bandeng dalam Tambak. Luas budidaya udang/ Bandeng
mencapai 1300,3 ha, dengan estimasi produksi mencapai 524,49
Ton/tahun dan 310 petak tambak yang ada dan yang beroperasi
hingga saat ini sebanyak 58 tambak sehingga masih berpeluang untuk
ditingkatkan. Potensi lainnya ialah memiliki wisaata terkenal yaitu
pantai jawai dan adanya perkebunan rakyat yaitu kelapa sawit dan
kelapa. Adapun permasalahan dan tantangan kawasan ini antara lain:
x Sering terjadinya gelombang dan terjangan ombak yang cukup
besar;
x Kurang tersedianya air baku untuk sehari-hari dan segala
kebutuhan;
x Tiang-tiang dermaga telah banyak keropos dan tanggul-tanggul
pantai yang jebol;
x Keterlambatan waktu tempuh ke kawasan lain karena kawasan
terdekat terpotong oleh aliran sungai;

111
x Ketersedian jalan akses kawasan yang bergelombang dan
berlubang;
x Kurang ketersediaannya air bersih untuk minum dan keperluan
sehari-hari.
Untuk mengatasi tantangan dan kendala tersebut maka indikasi
program untuk KPPN Jawai diarahkan sebagai berikut:
x Pembangunan Sarana/Prasarana Pengamanan Pantai
x Penyusunan SID, AMDAL, Supervisi Pembangunan
sarana/Prasarana Pengamanan Pantai
x Penyusunan FS, DED, AMDAL, LARAP Pembangunan
Sarana/Prasarana Saluran Air Baku
x Rehabilitasi Sarana/Prasarana Pengamanan Pantai
x Pembangunan Jembatan
x Pembangunan Jalan Akses
x Pembangunan Jalan UsahaTani,
x Pembangunan Potensi Sumber-sumber Energi dan Air,
8. Kawasan Industri Landak
Kawasan Industri Landak atau kawasan industri Mandor (KIM) terletak
di Kabupaten Landak yang terdiri dari dua lokasi, yaitu KIM I dengan
luas ± 81 ha (dikurangi area kawasan lindung sekitar 3 Ha) dan KIM II
seluas ± 255 ha. Adapun potensi perkebunan di wilayah ini adalah
kelapa sawit, karet, dan kakao. Komoditas karet merupakan komoditas
unggulan Kabupaten Landak yang akan menjadi leading sektor di
Kawasan Industri Landak. Permasalahan yang terjadi di Kawasan
Industri Landak ini antara lain terhambatnya keluar masuk barang dan
bahan karena akses jalan dalam kawasan banyak yang berlubang dan
rusak dan belum tersedianya IPA, TPA dan IPAL yang memadai untuk
kawasan sehingga terjadi penumpukan sampah dan pencemaran
limbah terhadap lingkungan sekitar.
Adapun indikasi program dalam pengembangan KI Landak adalah
Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Jalan Kawasan, Penyusunan
Dokumen DED Pembangunan IPA Kawasan Industri, Pembangunan
TPA, Penyusunan Dokumen Sampai Pembangunan IPAL Komunal.
9. PKSN Jagoi Babang
Pusat Kegiatan Strategis Nasional Jagoi Babang berlokasi di Kabupaten
Bengkayang dan berada pada posisi yang strategis yaitu sebelah timur
berbatasan dengan Seriken Malaysia dan 1 jam ke Kota Serawak
Malaysia, Sebelah utara berbatasan dengan Lundu Malaysia, Sebelah
selatan berbatasan dengan Seluas dan Siding. PKSN Jagoi Babang

112
terdiri dari 6 Desa dan 14 Dusun dengan jumlah kepala keluarga 1.679
KK dan 6.948 Jiwa. Selain itu, pusat kegiatan yang terdapat di PKSN
Jagoi Babang, antara lain:
x Pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan;
x Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
x Pusat pelayanan pemerintahan;
x Pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;
x Pusat perdagangan dan jasa;
x Pusat pertanian tanaman pangan dan industri pengolahan; dan
x Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan
angkutan barang.
Sementara itu, permasalahan dan kendala yang terjadi di PKSN Jagoi
Babang antara lain sering terjadinya gelombang dan ombak yang
cukup besar dan kurang tersedianya kecukupan air baku yang merata
karena kurang termanfaatkannya sumber-sumber air yang ada. Oleh
karena itu, indikasi program untuk PKSN Jagoi Babang ialah
pembangunan sarana/prasarana pantai dan penyusunan dokumen
sampai pembangunan potensi energi dan sumber-sumber air minum.
10. KPPN Ledo
KPPN Ledo terletak di Kabupaten Bengkayang. Adapun potensi
sumberdaya ikan cukup besar, yakni ikan pelagis, demersal, dan ikan
karang. Potensi lainnya ialah 1) budidaya laut (penangkaran dan
pembesaran) serta budidaya ikan/udang, 2) potensi pariwisata berupa
Air Terjun Merasap, Air Terjun Berawan, Air Terjun Seraung, Danau
Taipi, Riam Pelayo, Riam Marum, Riam Sangadum, Riam Bangaram,
Riam Baro, Riam Erang, Hutan Adat, Riam Jugan, Riam Susok, Riam
Mangkamang, dan Bukit Jamur, 3) Petanian padi, jagung dan pangan,
4) Perkebunan sawit, berupa kelapa, kopi, lada, coklat. Adapun
tantangan dan permasalahan yang sering terjadi di KPPN Ledo ialah
gelombang dan ombak yang cukup besar serta kurang tersedianya
kecukupan air baku yang merata karena kurang termanfaatkannya
sumber-sumber air yang ada.
Oleh karena itu, indikasi program untuk pengembangan KPPN Ledo
adalah pembangunan sarana/ prasarana pantai dan penyusunan
dokumen hingga pembangunan potensi energi dan sumber-sumber air
minum.

113
11. PKW Sanggau
Pusat Kegiatan Wilayah Sanggau berlokasi di Kabupaten Sanggau.
Adapun pusat kegiatan di PKW Sanggau ialah sebagai pusat
perdagangan, perkantoran, persinggahan wisatawan, jalur perlintasan
Sungai Kapuas, pertambangan emas, bauksit dan minyak bumi.
Adapun tantangan dan permasalahan di PKW Sanggau antara lain
masih banyak yang kekurangan air baku unntuk kubutuhan sehari-hari
dan untuk segala kebutuhan, pembangunan sarana/ prasarana air
baku, penyusunan SID Pembangunan sarana/ prasarana air baku,
penyusunan AMDAL pembangunan sarana/ prasarana air baku,
penyusunan LARAP Pembangunan sarana/ prasarana air baku,
supervisi Pembangunan sarana/ prasarana air baku.
12. PKW Entikong
Pusat Kegiatan Wilayah Entikong berlokasi di Kabupaten Sanggau dan
merupakan Kawasan Perbatasan Negara. Jumlah penduduk di PKW
Entikong mencapai 6.587 jiwa pada tahun 2012. Entikong menjadi jalur
dagang lintas negara, pusat pengolahan hasil industri karet dan sawit,
pusat kegiatan angkutan umum, pusat kantor pertahanan dan
keamanan negara. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan PKW
Entikong ialah kekurangan air baku unntuk kebutuhan sehari-hari dan
untuk kebutuhan lainnya.
Oleh karena itu, indikasi program untuk PKW Entikong ialah
Pembangunan sarana/ prasarana air baku, Penyusunan SID
Pembangunan sarana/ prasarana air baku, Penyusunan AMDAL
Pembangunan sarana/ prasarana air baku, Penyusunan LARAP
Pembangunan sarana/ prasarana air baku, dan Supervisi
Pembangunan sarana/ prasarana air baku.
13. PKSN Entikong
Pusat Kegiatan Strategis Nasional Entikong terletak di Kabupaten
Sanggau. Pada saat ini, PKSN Entikong akan dikembangkan menjadi
Border Development Center (BDC). Dalam rangka mendukung aktivitas
perdagangan 2 negara Indonesia – Malaysia maka terdapat pos lintas
batas nasional, yaitu PLBN Entikong yang mulai dibangun pada tahun
2016 dimana dilengkapi dengan beberapa fasilitas pendukung di
sekitar kawasan, yang diantaranya adalah terminal barang (dry port).
PKSN Entikong terdiri dari pusat pelayanan dan kegiatan sebagai
berikut:

114
x Pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan;
x Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
x Pusat pelayanan pemerintahan;
x Pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;
x Pusat perdagangan dan jasa;
x Pusat pertanian tanaman pangan;
x Pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet;
x Pusat industri pengolahan hasil hutan; dan
x Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang.
Kawasan Entikong merupakan kawasan perbatasan yang paling tinggi
aktivitas ekonominya di sepanjang Kalimantan Barat–Sarawak. Oleh
karena itu, sektor perdagangan tumbuh akibat terbukanya pintu lintas
batas formal Entikong–Tebedu (Sarawak). Sebagai pintu lintas batas,
kawasan ini menjadi pintu masuk dan pintu keluar bagi arus
perdagangan yang terjadi antar wilayah, serta menjadi lokasi yang
strategis bagi kegiatan perekonomian.
Sementara itu, tantangan dan kendala di PKSN Entikong ialah
banyaknya kekurangan air baku untuk kebutuhan sehari-hari maupun
industri. Oleh karena itu, indikasi program untuk PKSN Entikong,
antara lain Pembangunan sarana/ prasarana air baku, Penyusunan SID
Pembangunan sarana/ prasarana air baku, Penyusunan AMDAL
Pembangunan sarana/ prasarana air baku, Penyusunan LARAP
Pembangunan sarana/ prasarana air baku, Supervisi Pembangunan
sarana/ prasarana air baku.

B. Kawasan 20.2 Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Pontianak –


Kayong - Ketapang
1. PKN Pontianak - Kota Baru Pontianak - Kawasan Stasiun Pengamat
Dirgantara Pontianak
Pusat Kegiatan Nasional Pontianak terletak di Kota Pontianak dengan
2
luas wilayah 107,82 km . PKN Pontianak memiliki simpul transportasi
pendukung, yakni Bandar Udara Supadio dan Pelabuhan Umum
Pontianak sehingga Kota Pontianak dapat dijangkau dengan mudah.
PKN Pontianak dilalui oleh Sungai Kapuas yang merupakan sungai
terpanjang di Indonesia sebagai lajur perekonomian potensial dan
terdapat monumen tugu khatulistiwa sebagai daya tarik wisata.
Potensi pertambangan dari bahan galian golongan A seperti Timah
Hitam, bahan galian golongan B yaitu: tembaga, emas, air raksa, Intan,
Arsen, Bismut, Molibdenit, Gambut dan bahan galian golongan C

115
seperti : pasir kuarsa, kaolin, Granit, Andesitis, Trakhit, Pasir Pasir Batu
(sirtu). Sementara itu, potensi pariwisata antara lain yaitu Pantai Kijing,
Pantai Temajo, Pantai Penibung, Keraton Amantubillah, Makam
Habaib Husina, Makam Daeng Manambon dan lainnya.
Adapun permasalahan dan tantangan di PKN Pontianak, yakni terjadi
banjir di beberapa tempat di kawasan, kurang tersedianya lahan
permukiman dan pemukiman bagi warga yang kurang mampu,
penurunan waktu tempuh dan keterlambatan akibat jalan yang harus
memutar karena terpotong sungai, banyak bangunan dan sarana yang
kurang tertata sehigga dapat menjadi kawasan kumuh. Oleh karena
itu, indikasi program untuk pengembangan Pusat Kegiatan Nasional
Pontianak diarahkan untuk beberapa indikasi program berupa
pembangunan sarana dan prasarana pengendali banjir, pembangunan
turap, pembangunan rusun Harapan Jaya, pembangunan jembatan,
penataan kawasan, penataan bangunan kawasan, dan pembangunan
IPA beton.
2. PKW Mempawah
Pusat Kegiatan Wilayah Mempawah terletak di Kabupaten Mempawah
dengan luas wilayah 1.276,90 km² dan berpenduduk sebesar kurang
lebih 234.021 jiwa. PKW Mempawah memiliki potensi bahan galian
golongan C seperti pasir sungai (untuk bahan bangunan), pasir kuarsa,
tanah merah/kuning (podsolik), dan bahan tambang seperti pasir besi,
emas, bauksit, tembaga dan kaolin. Industri yang berkembang saat ini
diantaranya industri karbon aktif, gula merah (gula kelapa), dan pabrik
pengolahan minyak kelapa.
Adapun permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan PKW
Mempawah ialah terjadinya gelombang yang cukup besar terutama
pada penghujung musim kemarau, terjadi banjir pada beberapa titik
dalam kawasan, kurangnya pasokan kebutuhan air bagi irigasi sawah
dan tambak, untuk menuju PKW Mempawah terjadi keterlambatan
akibat jalan yang rusak, memutar dan bergelombang serta akses yang
terdekat terpotong air sehingga hanya pengguna jasa transportasi air
saja yang dapat menempuh dengan waktu yang cukup cepat.
Oleh karena itu, indikasi program yang diusulkan di PKW Mempawah
antara lain penyusunan AMDAL, larap, supervisi dan pembangunan
break water pelabuhan pantai kinjing, pembangunan sarana/prasarana
pengamanan pantai, pembangunan sarana/prasarana pengendali
banjir, pembangunan pintu air daerah rawa, peningkatan kualitas

116
rumah kumuh, pembangunan jalan lingkar, pembangunan jalan akses,
dan pembangunan jembatan
3. KPPN Sadaniang
KPPN Sadaniang terletak di Kabupaten Mempawah dengan luas
2
wilayah 213,90 km . Adapun potensi KPPN Sadaniang antara lain ialah
1) potensi bahan tambang langka yang hanya berada di 4 negara dunia
yaitu bahan tambang tambang Mo (Molibdenum) yang menjadi bahan
pembuatan kapal, 2) Pusat perkebunan dan pertanian pisang, dan
buah-buahan khas kalimantan, masih banyaknya lahan kosong atau
lahan tidur yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah, 3)
Memiliki daerah resapan air yang sangat besar dikarenakan luas hutan
negara yang ada di Kecamatan Sadaniang sangat luas, yaitu sebesar
8.694 ha. Lebih lanjut, banyaknya investor-investor yang yang masuk di
Kecamatan Sadaniang untuk menanamkan investasinya di bidang
perkebunan misalnya perkebunan kelapa sawit.
Adapun tantangan dan permasalahan di KPPN Sadaniang antara lain
terjadinya gelombang yang cukup besar terutama pada penghujung
musim kemarau, terjadi banjir pada beberapa titik dalam kawasan, dan
kurang pasokan kebutuhan air bagi irigasi sawah dan tambak.
Aksesibilitas menuju KPPN Sadaniang terjadi keterlambatan akibat
jalan yang rusak, memutar dan bergelombang serta akses yang
terdekat terpotong air sehingga hanya pengguna jasa transportasi air
saja yang dapat menempuh dengan waktu yang cukup cepat. Oleh
karena itu, dalam indikasi program diperlukan penyusunan AMDAL,
LARAP, Supervisi dan Pembangunan Break Water Pelabuhan Pantai
Kinjing, Pembangunan sarana/Prasarana Pengamanan Pantai,
Pembangunan Sarana/Prasarana Pengendali Banjir, Pembangunan
pintu Air Daerah Rawa, Peningkatan Kualitas Rumah Kumuh,
Pembangunan Jalan Lingkar, Pembangunan Jalan akses, dan
Pembangunan Jembatan
4. KTM Gerbang Kayong
Kota Terpadu Mandiri Gerbang Kayong berlokasi di Kabupaten Kayong
Utara dengan luas wilayah sekitar 151.480 ha. Kota Terpadu Mandiri
Gerbang Kayong terdiri dari Pelabuhan ASDP Teluk Batang sebagai
penunjang transportasi. Kawasan pengembangan kota terpadu
mandiri (KTM) Gerbang Kayong terletak di Kabupaten Kayong Utara
dan mencakup 4 kecamatan dan 24 desa. Adapun kendala yang terjadi
pada kawasan KTM Gerbang Kayong antara lain terjadi gelombang dan

117
hantaman ombak yang cukup besar, kurang tersedianya pemerataan
ketersedian pasokan air minum dan air baku. Adapun indikasi program
untuk kawasan ini antara lain pembangunan sarana/prasarana
pengamanan pantai, pengembangan IKK dan pembangunan SPAM.
5. KPPN Kayong Utara (Gerbang Kayong) - KPPN Simpang Hilir - KPPN
Teluk Batang (Sukadana)
Ketiga KPPN ini terletak di Kabupaten Kayong Utara dengan tingkat
2
kepadatan penduduk 20 jiwa/km . Adapun simpul transportasi yang
menjangkau kawasan ini ialah Pelabuhan ASDP Teluk Batang sebagai
penunjang transportasi.
Sektor pertanian memiliki peranan cukup besar terhadap
perekonomian Kabupaten Kayong Utara. Lebih dari 45% nilai tambah
di Kabupaten Kayong Utara berasal dari sektor ini. Kemudian
tantangan dan kendala yang terdapat di kawasan ini adalah adanya
gelombang dan hantaman ombak yang cukup besar, kurang
tersedianya pemerataan ketersedian pasokan air minum dan air baku.
Oleh karena itu, jenis indikasi program yang diusulkan ialah
pembangunan sarana/prasarana pengamanan pantai, pengembangan
IKK, pembangunan SPAM.
6. PKW Ketapang
Pusat kegiatan wilayah Ketapang terletak di Kabupaten Ketapang
2
dengan luas 74 km dan jumlah penduduk 78.438 jiwa pada tahun
2013. Sarana transportasi yang mendukung pengembangan kawasan
ini ialah Pelabuhan ASDP (Sukabangun) Ketapang. Selain itu, dilengkapi
pula dengan pusat-pusat kegiatan yang terdapat di PKW Ketapang
antara lain, pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit
dan karet, pusat pengolahan hasil hutan, pusat industri jasa hasil
pertanian tanaman pangan, pusat industri pengolahan dan industri
jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan di sepanjang Sungai
Pawan. Sementara itu, tantangan dalam pengembangan kawasan ini
antara lain:
x Terjadinya abrasi di beberapa titik sepanjang jalur pantai
x Air baku dan air bersih bagi warga kurang mencukupi
x Terjadi keterlambatan waktu tempuh menuju kawasan maupun
keluar kawasan disebabkan kondisi jalan yang kecil dan
bergelombang

118
x Penyempitan jalan akibat banyak warga yang berjualan maupun
berjalan di pinggir jalan raya karena di sebabkan tidak adanya
pembatas jalan maupun jalan untuk pengguna jalan
x Terhambatnya laju produksi maupun angkutan hasil panen karena
ketersediaan jalan yang kurang memadai
x Terjadi alih fungsi kawasan hijau akibat banyak bangunan liar dan
pedagang kaki lima liar
Oleh karena itu, indikasi program jangka pendek untuk kawasan PKW
Ketapang didasarkan pada permasalahan dan tantangan yang antara
lain:
x Pembangunan Sarana/Prasarana Pengamanan Pantai,
x Pembangunan Sarana/Prasarana Pengendali Banjir,
x Pembangunan Sarana/Prasarana Pengambilan Air Baku,
x Peningkatan Jalan Akses,
x Pembangunan Badan Jalan,
x Penyususnan SID SPAM Kab/Kota,
x Pembangunan Jalan UsahaTani,
x Penyusunan RTBL Kawasan Hijau Kec. Benua Kayong.
7. KI Ketapang
Kawasan Industri Ketapang berada di Kabupaten Ketapang dan
didukung oleh Pelabuhan ASDP (Sukabangun) Ketapang. Kawasan
2
industri ini memiliki luas hingga 1.000 km dengan kondisi topografi
kawasan ini berkisar pada kelerengan 0—14 %, sehingga sesuai untuk
pengembangan kawasan yang intensif seperti kawasan industri.
Potensi kelapa sawit di Kab. Ketapang mencapai produksi 2.982.239
ton selama 5 tahun terus meningkat. Kemudian mineral yang tersebar
di Kabupaten ketapang adalah berupa mineral logam biji besi dan
emas. Mineral Non logam berupa kuarsa, kaolin dan Zirkon.
Adapun tantangan dan permasalahan Kawasan Industri Ketapang
antara lain terjadinya 1) abrasi di beberapa titik sepanjang jalur pantai;
2) Air baku dan air bersih bagi warga kurang mencukupi; 3) Terjadi
keterlambatan waktu tempuh menuju kawasan maupun keluar
kawasan di sebabkan kondisi jalan yang kecil dan bergelombang; 4)
Penyempitan jalan akibat banyak warga yang berjualan maupun
berjalan di pinggir jalan raya karena di sebabkan tidak adanya
pembatas jalan maupun jalan untuk pengguna jalan; 5) Terhambatnya
laju produksi maupun angkutan hasil panen karena ketersediaan jalan
yang kurang memadai; 6) Terjadi alih fungsi kawasan hijau akibat
banyak bangunan liar dan pedagang kaki lima liar. Oleh karena itu,

119
indikasi program untuk mendukung pengembangan Kawasan Industri
Ketapang, antara lain.
x Pembangunan Sarana/Prasarana Pengamanan Pantai
x Pembangunan Sarana/Prasarana Pengendali Banjir
x Pembangunan Sarana/Prasarana Pengambilan Air Baku
x Peningkatan Jalan Akses
x Penyusunan SID SPAM Kab/Kota
x Pembangunan Jalan UsahaTani
x Penyususnan RTBL Kawasan Hijau Kec. Benua Kayong
8. KTM Rasau Jaya
Kota Terpadu Mandiri Rasau Jaya di Kabupaten Kubu Raya memiliki
luas 97,10 ha, dimana di kawasan ini terdapat potensi pembangunan
pemukiman transmigrasi baru sebanyak 1.590 KK. Selain itu, Kota
Terpadu Mandiri Rasau Jaya juga dilayani oleh Pelabuhan ASDP
Jangkang II. Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya di Kab. Kubu Raya secara
administratif meliputi 4 Kecamatan, yaitu Rasau Jaya, Teluk Pakedai,
Kubu dan Sungai Raya.
Dengan pembangunan KTM Rasau Jaya ini terdapat peluang investasi
swasta sebesar Rp. 405 Miliar dan peluang penyerapan tenaga kerja
sebanyak 56.156 orang. Adapun jarak dengan Kota Pontianak yaitu 30
km, demikian juga dari Bandara Supadio berjarak 15 km. Kawasan ini
sangat strategis karena aksesibilitas cukup baik. Akan dilakukan
pengembangan komunitas unggulan melalui sektor agribisnis dan
agroindustri. Adapun, produksi unggulan di kawasan ini adalah padi,
ubi dan jagung, serta komoditas pertanian dan perkebunan yang
potensial untuk dikembangkan adalah nanas, jagung, karet, dan kelapa
sawit. Tantangan dan kendala yang terjadi di kawasan ini, antara lain:
x Terjadi banjir beberapa titik di dalam kawasan yang berdekatan
dengan sungai;
x Menurunnya hasil panen ikan tambak karena tidak stabilnya
pasokan air pengairan;
x Terjadinya pendangkalan dan sendimen akibat di beberapa titik
bibir sungai sering terjadi longsor;
x Kurang tersedianya infrastruktur yang baik;
x Kawasan terpotong oleh sungai sehingga untuk ke kawasan di
seberang kendaraan harus memutar sehingga terjadi
keterlambatan waktu tempuh.
Berdasarkan tantangan dan kendala hal tersebut, maka disusun
indikasi program untuk kawasan ini, antara lain penyusunan dokumen

120
hingga pembangunan sarana/prasarana pengendalian banjir,
penyusunan dokumen sampai pembangunan pintu air daerah rawa,
perkuatan tebing dan rehabilitasi sungai, dan penyusunan dokumen
hingga pembangunan jalan akses, jalan lingkar dan jembatan.
9. KPPN Kubu, Sungai Ambawang (Rasau Jaya)
KPPN Kubu, Sungai Ambawang terletak di Kabupaten Kubu Raya
dengan luas wilayah 11,07 km². Simpul kegiatan transportasi di
kawasan ini antara lain Pelabuhan ASDP Jangkang II. Kabupaten Kubu
Raya memiliki kondisi geografis yang terdiri atas daratan dan pulau-
pulau yang terpisah oleh sungai dan laut. Oleh karena itu, wilayah ini
akan sangat berpotensi menjadi pusat lalu lintas perdagangan antar
pulau dan pariwisata khususnya wisata bahari. Potensi kawasan ini
ialah di bidang pertanian dan peternakan dengan komoditas padi,
jagung, kelapa sawit, murbey, ayam dan itik. Selain itu, kawasan ini
juga memiliki wisata Sungai Rasau sebagai tempat kunjungan bagi para
penghobi mancing, seperti ikan dan udang galah.
Adapun tantangan dan kendala di kawasan ini antara lain 1) Terjadi
banjir di beberapa titik dalam kawasan 2) Menurunnya hasil panen
ikan tambak karena tidak stabilnya pasokan air pengairan, 3)
Terjadinya pendangkalan dan sendimen akibat di beberapa titik bibir
sungai sering terjadi longsor, 4) Kurang tersedianya infrastruktur yang
baik, 5) Kawasan terpotong oleh sungai sehingga untuk kekawasan di
seberang kendaraan harus emutar sehingga terjadi keterlambatan
waktu tempuh. Oleh karena itu, indikasi program yang untuk kawasan
ini ialah 1) Penyusunan Dokumen sampai Pembangunan
Sarana/Prasarana Pengendalian Banjir, 2) Penyusunan Dokumen
sampai Pembangunan Pintu Air Daerah Rawa, 3) Perkuatan Tebing dan
Rehabilitasi Sungai, 4) Penyusunan Dokumen sampai Pembangunan
Jalan Akses, Jalan Lingkar dan Jembatan.

C. Kawasan 21.1 Kawasan Pusat Pertumbuhan Dan Perbatasan Entikong –


Nanga Badau
1. PKW Putussibau
Pusat Kegiatan Wilayah Putussibau terletak di Kabupaten Kapuas Hulu
dengan lokasi yang strategis, dimana terletak dekat perbatasan negara
dan memiliki potensi alam yang kaya serta memiliki lahan kosong yang
cukup potensial bagi kegiatan pengembangan perekonomian dan

121
kependudukan. Adapun pusat-pusat kegiatan yang terdapat di PKW
Putussibau, antara lain:
x Pusat pertahanan dan keamanan negara; pusat perdagangan dan
jasa;
x Pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya;
x Pusat pelayanan pemerintahan;
x Pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;
x Pusat pelayanan sistem angkutan penumpang dan angkutan
barang; dan
x Pusat pelayanan transportasi udara.
Adapun tantangan dan kendala di kawasan ini, ialah 1) Warga di dalam
kawasan kesulitan air bersih dan air minum; 2) Kurang tersedianya
perumahan yang layak bagi warga menengah kebawah; 3) Kurang
tercukupinya kebutuhan air baku untuk segala kebutuhan. Oleh karena
itu, indikasi program untukpengembangan kawasan ini, antara lain 1)
Penyusunan DED sampai Pembangunan Sarana/Prasarana Sumber Air
Minum, 2) Penyusunan DED sampai Pembangunan PSD Permukiman,
dan 3) Optimalisasi Jaringan IKK.
2. PKSN Nanga Badau
Pusat Kegiatan Strategis Nasional Nanga Badau berlokasi di Kabupaten
Kapuas Hulu, dimana pada kawasan ini terdapat pos lintas batas
nasional, yaitu PLBN Nanga Badau. Sementara itu, pusat-pusat
kegiatan di kawasan ini antara lain:
x Pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan
negara;
x Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
x Pusat pelayanan pemerintahan;
x Pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;
x Pusat perdagangan dan jasa;
x Pusat perta:ian tanaman pangan dan industri pengolahan;
x Pusat pengembangan ekowisata; dan
x Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan
barang.
Adapun tantangan dan kendala yang terdapat dalam kawasan ini,
antara lain.
x Warga di dalam kawasan kesulitan air bersih dan air minum
x Kurang tersedianya perumahan yang layak bagi warga menengah
ke bawah
x Kurang tercukupinya kebutuhan air baku untuk segala kebutuhan
Oleh karena itu, indikasi program untuk kawasan ini adalah sebagai
berikut:

122
x Penyusunan DED sampai Pembangunan Sarana/Prasarana Sumber
Air Minum,
x Penyusunan DED sampai Pembangunan PSD Permukiman,
x Optimalisasi Jaringan IKK.
3. Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun
Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun berlokasi di Kabupaten
Kapuas Hulu yang membentang di Kecamatan Embaloh Hulu, Embaloh
Hilir, dan Putussibau seluas 800.000 ha. Luas ini mencakup hampir
28% luas daerah Kabupaten Kapuas Hulu. Kawasan taman nasional ini
terdiri dari kawasan yang memiliki tingkat kemiringan di atas 45⁰
sebesar 61% dari luas wilayah. Selain itu, terdapat beberapa gunung
yang dikenal luas di kawasan ini, yakni 1) Gunung/bukit Betting (1.400
m) dan Condong (1.240 m) di DAS Embaloh, 2) Gunung Lawit (1.770 m)
di DAS Sibau, 3) Gunung Jemuki (1.300 m) dan Cemaru (1.118 m) di
DAS Kapuas/Koheng, serta 4) Gunung Kerihun (1.790 m) dan Dayang
(1.645 m) di DAS Bungan. Adapun tantangan yang terdapat di kawasan
ini, adalah warga di dalam kawasan kesulitan air bersih dan air minum,
kurang tersedianya perumahan yang layak bagi warga menengah
kebawah, kurang tercukupinya kebutuhan air baku untuk segala
kebutuhan. Oleh karena itu, indikasi program di kawasan ini antara lain
1) Penyusunan DED sampai Pembangunan Sarana/Prasarana Sumber
Air Minum, 2) Penyusunan DED sampai Pembangunan PSD
Permukiman, 3) Optimalisasi Jaringan IKK.
4. PKW Sintang
Pusat Kegiatan Wilayah Sintang terletak di Kabupaten Sintang, dimana
pada kawasan ini terdapat Bandar Udara Baru Tebelian/Sintang Baru –
Susilo. Adapun jenis pusat-pusat kegiatan yang terdapat di PKW ini,
antara lain:
x Pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet
x Pusat pengolahan hasil hutan
x Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian
tanaman pangan
x Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang
ramah lingkungan
x Pusat pengembangan wisata budaya
x Pusat pengembangan Kawasan Andalan Sanggau
Tantangan dan permasalahan yang terdapat di Pusat Kegiatan Wilayah
Sintang, antara lain:
x Kualitas jalan yang rendah sehingga menghambat aksesibilitas

123
x Sering terjadinya penyumbatan air
Oleh karena itu, usulan indikasi program untuk pengembangan PKW
Sintang antara lain adalah penyusunan DED hingga Pembangunan
Jalan Akses dan pembangunan IPA IKK.
5. PKSN Jasa
Pusat Kegiatan Strategis Nasional Jasa terletak di Kabupaten Sintang
dimana di kawasan ini berada pada Bandar Udara Baru
Tebelian/Sintang Baru. Adapun pusat-pusat kegiatan yang terdapat di
lokasi ini, antara lain.
x Pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan;
x Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
x Pusat pelayanan pemerintahan;
x Pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;
x Pusat perdagangan dan jasa;
x Pusat pertanian tanaman pangan dan industri pengolahan; dan
x Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang
Adapun tantangan dan permasalahan di PKSN Jasa ini, antara lain.
x Kualitas jalan yang rendah sehingga menghambat aksesibilitas
x Sering terjadinya penyumbatan air pada saluran drainase
Oleh karena itu, indikasi program untuk kawasan ini ialah penyusunan
DED hingga Pembangunan Jalan Akses dan pembangunan IPA IKK

D. Kawasan 21.2 Kawasan Ekonomi Terpadu Dan Perbatasan Tarakan -


Tanjung Selor - Sebatik - Long Nawang
1. PKW Nunukan
Pusat Kegiatan Wilayah Nunukan berlokasi di Kabupaten Nunukan dan
didukung oleh simpul transportasi Pelabuhan ASDP Sebatik, Pelabuhan
ASDP Simanggaris. Selain itu, PKW Nunukan juga terdiri dari beberapa
pusat kegiatan, yakni.
x Pusat kegiatan pertambangan batubaga dan gas bumi,
x Pusat pertanian padi, hortikultura dan palawija,
x Pusat perkebunan kakao, kopi dan kelapa,
x Pusat pengolahan kayu.
Sementara itu, tantangan dan kendala yang terdapat di kawasan ini
antara lain:
x Terjadinya abrasi pantai di beberapa lokasi di sepanjang pinggiran
pantai
x Terjadi banjir di beberapa titik dalam kawasan yang berdekatan
dengan sungai

124
x Tidak terawatnya daerah aliran sungai sehingga menyebabkan
kerusakan bagi sungai yang menyebabkan tercemar sungai dan
pendangkalan sungai
x Banyak rumah-rumah warga yang kurang mampu yang sudah tidak
layak huni akibat tidak mampu untuk memperbaiki
x Kurang tersedianya permukiman di daerah perbatasan
x Sulitnya medan tempuh menuju perbatasan karena tidak adanya
akses jalan yang layak,jalan di perbatasan hanya sebatas tanah dan
sebagian batu-batu besar
x Kurang termanfaatkannya sumberdaya air di kawasan sehingga
menyebabkan kurang tersedianya air minum bagi kawasan
x Terjadinya penumpukan sampah karena minimnya pelayanan
tempat pembuangan maupun pengolahan sampah
Oleh karena itu, maka diusulkan indikasi program untuk mengatasi
tantangan dan kendala di PKW Nunukan, yaitu:
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali Banjir,
x Pengadaan dan Pemasangan Pompa Intake,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Sumber Energi dan Air Minum,
x Bantuan Stimulan rumah Swadaya dengan Peningkatan Kualitas,
x Pembangunan rumah Khusus (Landed House),
x Pembangunan Rusun TKI Sebatik Tengah,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan dan Peningkatan
Kapasitas Jalan Akses dan Perbatasan,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Sumber energi dan Air Minum,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan TPST dan TPA,
x Penyusunan Dokumen dan Pengembangan SPAM.
2. PKW Sungai Nyamuk
Pusat Kegiatan Wilayah Sungai Nyamuk berlokasi di Kabupaten
Nunukan dimana di sekitar kawasan ini juga didukung oleh Pelabuhan
ASDP Sebatik dan Pelabuhan ASDP Simanggaris. Kawasan Sungai
Nyamuk merupakan tempat penghasil lada dan coklat.
Adapun tantangan dan permasalahan yang tejadi di kawasan ini ialah
1) terjadinya abrasi pantai di beberapa lokasi di sepanjang pinggiran
pantai, 2) terjadi banjir di beberapa titik dalam kawasan yang

125
berdekatan dengan sungai, 3) tidak terawatnya daerah aliran sungai
sehingga menyebabkan kerusakan bagi sungai yang menyebabkan
tercemar sungai dan pendangkalan sungai, 4) banyak rumah-rumah
warga yang kurang mampu yang sudah tidak layak huni akibat tidak
mampu untuk memperbaiki, 5) kurang tersedianya permukiman di
daerah perbatasan, sulitnya medan tempuh menuju perbatasan
karena tidak adanya akses jalan yang layak, 6) jalan di perbatasan
hanya sebatas tanah dan sebagian batu-batu besar, 7) kurang
termanfaatkannya sumberdaya air di kawasan sehingga menyebabkan
kurang tersedianya air minum bagi kawasan, terjadinya penumpukan
sampah karena minimnya pelayanan tempat pembuangan maupun
pengolahan sampah. Oleh karena itu, indikasi program di kawasan ini
adalah sebagai berikut:
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali Banjir,
x Pengadaan dan Pemasangan Pompa Intake,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Sumber Energi dan Air Minum,
x Bantuan Stimulan rumah Swadaya dengan Peningkatan Kualitas,
x Pembangunan rumah Khusus (Landed House)
x Pembangunan Rusun TKI Sebatik Tengah,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan dan Peningkatan
Kapasitas Jalan Akses dan Perbatasan,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Sumber energi dan Air Minum,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai,
x Penyusunan Dokumen dan Peembangunan TPST dan TPA,
x Penyusunan Dokumen dan Pengembangan SPAM.
3. PKW Tanlumbis
Pusat kegiatan wilayah Tanlumbis terletak di Kabupaten Nunukan.
Kawasan ini didukung oleh simpul transportasi Pelabuhan ASDP
Sebatik dan Pelabuhan ASDP Simanggaris. Adapun pusat kegiatan yang
terdapat di PKW Tanlumbis antara lain.
x Pusat pertahanan dan keamanan negara;
x Pusat perdagangan dan jasa;
x Pusat pelayanan pemerintahan;
x Pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;

126
x Pusat industri pengolahan hasil hutan; dan
x Pusat pelayanan sistem angkutan penumpang dan angkutan
barang.
Adapun tantangan dalam pengembangan PKW Tanlumbis adalah
sebagai berikut :
x Terjadinya abrasi pantai di beberapa lokasi di sepanjang pinggiran
pantai
x Terjadi banjir di beberapa titik dalam kawasan yang berdekatan
dengan sungai
x Tidak terawatnya daerah aliran sungai sehingga menyebabkan
kerusakan bagi sungai yang menyebabkan tercemar sungai dan
pendangkalan sungai
x Banyak rumah-rumah warga yang kurang mampu yang sudah tidak
layak huni akibat tidak mampu untuk memperbaiki
x Kurang tersedianya permukiman di daerah perbatasan
x Sulitnya medan tempuh menuju perbatasan karena tidak adanya
akses jalan yang layak, jalan di perbatasan hanya sebatas tanah dan
sebagian batu-batu besar
x Kurang termanfaatkannya sumberdaya air di kawasan sehingga
menyebabkan kurang tersedianya air minum bagi kawasan
x Terjadinya penumpukan sampah karena minimnya pelayanan
tempat pembuangan maupun pengolahan sampah
Oleh karena itu, indikasi program untuk pengembangan PKW
Tanlumbis ini antara lain adalah:
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali Banjir,
x Pengadaan dan Pemasangan Pompa Intake,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Sumber Energi dan Air Minum,
x Bantuan Stimulan rumah Swadaya dengan Peningkatan Kualitas,
x Pembangunan rumah Khusus (Landed House)
x Pembangunan Rusun TKI Sebatik Tengah,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan dan Peningkatan
Kapasitas Jalan Akses dan Perbatasan,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Sumber energi dan Air Minum,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai,
x Penyusunan Dokumen dan Peembangunan TPST dan TPA,
x Penyusunan Dokumen dan Pengembangan SPAM.

127
4. KTM Sebatik
Kota Terpadu Mandiri Sebatik ini terletak di Kabupaten Nunukan
dengan luas wilayah KTM Sebatik adalah 24.661,09 ha. Adapun simpul
transportasi di sekitar kawasan Kota Terpadu Mandiri Sebatik ialah
Pelabuhan ASDP Sebatik. Kemudian potensi yang ada antara lain
pertanian cokelat, perkebunan kelapa sawit, nelayan tangkap,
budidaya perikanan dan rumput laut. Kota Terpadu Mandiri Sebatik
berbatasan dengan Serawak, Malaysia Timur.
Selanjutnya kendala dan tantangan di KTM Sebatik, antara lain:
x Terjadinya abrasi pantai di beberapa lokasi di sepanjang pinggiran
pantai
x Terjadi banjir di beberapa titik dalam kawasan yang berdekatan
dengan sungai
x Tidak terawatnya daerah aliran sungai sehingga menyebabkan
kerusakan bagi sungai yang menyebabkan tercemar sungai dan
pendangkalan sungai
x Banyak rumah-rumah warga yang kurang mampu yang sudah tidak
layak huni akibat tidak mampu untuk memperbaiki
x Kurang tersedianya permukiman di daerah perbatasan
x Sulitnya medan tempuh menuju perbatasan karena tidak adanya
akses jalan yang layak,jalan di perbatasan hanya sebatas tanah dan
sebagian batu-batu besar
x Kurang termanfaatkannya sumberdaya air di kawasan sehingga
menyebabkan kurang tersedianya air minum bagi kawasan
x Terjadinya penumpukan sampah karena minimnya pelayanan tempat
pembuangan maupun pengolahan sampah
Untuk mengatasi permasalahan diatasf, indikasi program untuk Kota
Terpadu Mandiri Sebatik, antara lain.
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali Banjir,
x Pengadaan dan Pemasangan Pompa Intake,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Sumber Energi dan Air Minum,
x Bantuan Stimulan rumah Swadaya dengan Peningkatan Kualitas,
x Pembangunan rumah Khusus (Landed House)
x Pembangunan Rusun TKI Sebatik Tengah,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan dan Peningkatan
Kapasitas Jalan Akses dan Perbatasan,

128
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Sumber energi dan Air Minum,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai,
x Penyusunan Dokumen dan Peembangunan TPST dan TPA,
Penyusunan Dokumen dan Pengembangan SPAM.
5. KTM Simanggaris
Kota Terpadu Mandiri Simanggaris terletak di Kabupaten Nunukan
dengan luas wilayah KTM Simanggaris adalah 61.859 ha. Selain itu, di
sekitar kawasan KTM Simanggaris terdapat Pelabuhan ASDP
Simanggaris. Adapun potensi yang dimiliki antara lain perkebunan
sawit, pertambangan batubara dan minyak bumi. Adapun kendala dan
tantangan di Kota Terpadu Mandiri ini, antara lain:
x Terjadinya abrasi pantai di beberapa lokasi di sepanjang pinggiran
pantai
x Terjadi banjir di beberapa titik dalam kawasan yang berdekatan
dengan sungai
x Tidak terawatnya daerah aliran sungai sehingga menyebabkan
kerusakan bagi sungai yang menyebabkan tercemar sungai dan
pendangkalan sungai
x Banyak rumah-rumah warga yang kurang mampu yang sudah tidak
layak huni akibat tidak mampu untuk memperbaiki
x Kurang tersedianya permukiman di daerah perbatasan
x Sulitnya medan tempuh menuju perbatasan karena tidak adanya
akses jalan yang layak,jalan di perbatasan hanya sebatas tanah dan
sebagian batu-batu besar
x Kurang termanfaatkannya sumberdaya air di kawasan sehingga
menyebabkan kurang tersedianya air minum bagi kawasan
x Terjadinya penumpukan sampah karena minimnya pelayanan tempat
pembuangan maupun pengolahan sampah.
Oleh karena itu, indikasi program uang diusulkan untuk kawasan ini
antara lain:
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali Banjir,
x Pengadaan dan Pemasangan Pompa Intake,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana Sumber
Energi dan Air Minum,
x Bantuan Stimulan rumah Swadaya dengan Peningkatan Kualitas,
x Pembangunan rumah Khusus (Landed House)

129
x Pembangunan Rusun TKI Sebatik Tengah,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan dan Peningkatan Kapasitas
Jalan Akses dan Perbatasan,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana Sumber
energi dan Air Minum,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai,
x Penyusunan Dokumen dan Peembangunan TPST dan TPA,
Penyusunan Dokumen dan Pengembangan SPAM.
6. PKSN Nunukan
Pusat Kegiatan Strategis Nasional Nunukan berlokasi di Kabupaten
Nunukan. Simpul transportasi yang dapat mendukung PKSN Nunukan
ialah Pelabuhan ASDP Sebatik. Adapun jenis pusat pelayanan dan
kegiatan yang terdapat di PKSN Nunukan, antara lain:
x Pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan;
x Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
x Pusat pelayanan pemerintahan;
x Pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;
x Pusat perdagangan dan jasa;
x Pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara;
x Pusat industri pengolahan hasil hutan;
x Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan dan
kelautan yang ramah lingkungan;
x Pusat pengembangan wisata budaya;
x Pusat pengembangan pertanian, perkebunan, serta perikanan dan
kelautan;
x Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan
barang;
x Pusat pelayanan transportasi laut; dan
x Pusat pelayanan transportasi udara.
Kendala dalam pengembangan PKSN Nunukan antara lain adalah:
x Terjadinya abrasi pantai di beberapa lokasi di sepanjang pinggiran
pantai
x Terjadi banjir di beberapa titik dalam kawasan yang berdekatan
dengan sungai
x Tidak terawatnya daerah aliran sungai sehingga menyebabkan
kerusakan bagi sungai yang menyebabkan tercemar sungai dan
pendangkalan sungai
x Banyak rumah-rumah warga yang kurang mampu yang sudah tidak
layak huni akibat tidak mampu untuk memperbaiki
x Kurang tersedianya permukiman di daerah perbatasan

130
x Sulitnya medan tempuh menuju perbatasan karena tidak adanya
akses jalan yang layak,jalan di perbatasan hanya sebatas tanah dan
sebagian batu-batu besar
x Kurang termanfaatkannya sumberdaya air di kawasan sehingga
menyebabkan kurang tersedianya air minum bagi kawasan
x Terjadinya penumpukan sampah karena minimnya pelayanan tempat
pembuangan maupun pengolahan sampah
Oleh karena itu, indikasi program yang diusulkan untuk pengembangan
kawasan ini antara lain adalah sebagai berikut :
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali Banjir,
x Pengadaan dan Pemasangan Pompa Intake,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana Sumber
Energi dan Air Minum,
x Bantuan Stimulan rumah Swadaya dengan Peningkatan Kualitas,
x Pembangunan rumah Khusus (Landed House)
x Pembangunan Rusun TKI Sebatik Tengah,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan dan Peningkatan Kapasitas
Jalan Akses dan Perbatasan,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana Sumber
energi dan Air Minum,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai,
x Penyusunan Dokumen dan Peembangunan TPST dan TPA,
Penyusunan Dokumen dan Pengembangan SPAM.
7. PKSN Simanggaris
Pusat Kegiatan Strategis Nasional Simanggaris berlokasi di Kabupaten
Nunukan dimana pada kawasan tersebut terdapat Pelabuhan ASDP
Simanggaris sebagai salah satu simpul transportasi di kawasan ini.
Adapun PKSN Simanggaris memiliki potensi sebagai berikut:
x Pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan;
x Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
x Pusat pelayanan pemerintahan;
x Pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;
x Pusat perdagangan dan jasa;
x Pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit, karet
serta perikanan dan kelautan;
x Pusat pelayanan transportasi laut; dan
x Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang.

131
Kemudian dalam pengembangan PKSN Simanggaris, terdapat
tantangan, antara lain:
x Terjadinya abrasi pantai di beberapa lokasi di sepanjang pinggiran
pantai
x Terjadi banjir di beberapa titik dalam kawasan yang berdekatan
dengan sungai
x Tidak terawatnya daerah aliran sungai sehingga menyebabkan
kerusakan bagi sungai yang menyebabkan tercemar sungai dan
pendangkalan sungai
x Banyak rumah-rumah warga yang kurang mampu yang sudah tidak
layak huni akibat tidak mampu untuk memperbaiki
x Kurang tersedianya permukiman di daerah perbatasan
x Sulitnya medan tempuh menuju perbatasan karena tidak adanya
akses jalan yang layak,jalan di perbatasan hanya sebatas tanah dan
sebagian batu-batu besar
x Kurang termanfaatkannya sumberdaya air di kawasan sehingga
menyebabkan kurang tersedianya air minum bagi kawasan
x Terjadinya penumpukan sampah karena minimnya pelayanan
tempat pembuangan maupun pengolahan sampah
Oleh karena itu, indikasi program untuk kawasan ini adalah sebagai
berikut :
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali Banjir,
x Pengadaan dan Pemasangan Pompa Intake,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Sumber Energi dan Air Minum,
x Bantuan Stimulan rumah Swadaya dengan Peningkatan Kualitas,
x Pembangunan rumah Khusus (Landed House)
x Pembangunan Rusun TKI Sebatik Tengah,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan dan Peningkatan
Kapasitas Jalan Akses dan Perbatasan,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Sumber energi dan Air Minum,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai,
x Penyusunan Dokumen dan Peembangunan TPST dan TPA,
x Penyusunan Dokumen dan Pengembangan SPAM.

132
8. PKSN Long Midang
Berlokasi di Kabupaten Nunukan dengan simpul transportasi terdekat
yang berada di sekitar kawasan ialah Pelabuhan ASDP Sebatik. Selain
itu, potensi kawasan ini adalah sebagai berikut:
x Pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan;
x Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
x Pusat pelayanan pemerintahan;
x Pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;
x Pusat perdagangan dan jasa;
x Pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet;
x Pusat pengembangan ekowisata;
x Pusat pelayanan transportasi udara; dan
x Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang.
Kemudian dalam pengembangannya, terdapat tantangan yaitu:
x Terjadinya abrasi pantai di beberapa lokasi di sepanjang pinggiran
pantai
x Terjadi banjir di beberapa titik dalam kawasan yang berdekatan
dengan sungai
x Tidak terawatnya daerah aliran sungai sehingga menyebabkan
kerusakan bagi sungai yang menyebabkan tercemar sungai dan
pendangkalan sungai
x Banyak rumah-rumah warga yang kurang mampu yang sudah tidak
layak huni akibat tidak mampu untuk memperbaiki
x Kurang tersedianya permukiman di daerah perbatasan
x Sulitnya medan tempuh menuju perbatasan karena tidak adanya
akses jalan yang layak,jalan di perbatasan hanya sebatas tanah dan
sebagian batu-batu besar
x Kurang termanfaatkannya sumberdaya air di kawasan sehingga
menyebabkan kurang tersedianya air minum bagi kawasan
x Terjadinya penumpukan sampah karena minimnya pelayanan
tempat pembuangan maupun pengolahan sampah
Oleh karena itu, indikasi program untuk kawasan PKSN Long Midang,
antara lain:
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali Banjir
x Pengadaan dan Pemasangan Pompa Intake
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Sumber Energi dan Air Minum
x Bantuan Stimulan rumah Swadaya dengan Peningkatan Kualitas

133
x Pembangunan rumah Khusus (Landed House)
x Pembangunan Rusun TKI Sebatik Tengah
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan dan Peningkatan
Kapasitas Jalan Akses dan Perbatasan
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Sumber energi dan Air Minum
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai
x Penyusunan Dokumen dan Peembangunan TPST dan TPA
x Penyusunan Dokumen dan Pengembangan SPAM
9. Kawasan Perbatasan Laut Pulau Sebatik
Kawasan perbatasan Laut Pulau Sebatik berlokasi di Kabupaten
2
Nunukan dengan luas pulau 414,16 km yang dipenuhi dengan hutan
mangrove dengan luas 2.981 ha serta tambak seluas 114 ha. Selain itu,
di sekitar kawasan ini terdapat Pelabuhan ASDP Sebatik. Kawasan ini
memiliki potensi di bidang perikanan, dengan beragam jenis ikan
karang seperti ikan badut, butok, sersan, ikan kakaktua dll. Selain itu,
memiliki potensi penangkapan ikan konsumsi seperti kerapu, udang,
pari bintik, kakap, gitaran dll. Adapun tantangan dan permasalahan
yang terjadi di kawasan ini antara lain.
x Terjadinya abrasi pantai di beberapa lokasi di sepanjang pinggiran
pantai
x Terjadi banjir di beberapa titik dalam kawasan yang berdekatan
dengan sungai
x Tidak terawatnya daerah aliran sungai sehingga menyebabkan
kerusakan bagi sungai yang menyebabkan tercemar sungai dan
pendangkalan sungai
x Banyak rumah-rumah warga yang kurang mampu yang sudah tidak
layak huni akibat tidak mampu untuk memperbaiki
x Kurang tersedianya permukiman di daerah perbatasan
x Sulitnya medan tempuh menuju perbatasan karena tidak adanya
akses jalan yang layak,jalan di perbatasan hanya sebatas tanah dan
sebagian batu-batu besar
x Kurang termanfaatkannya sumberdaya air di kawasan sehingga
menyebabkan kurang tersedianya air minum bagi kawasan
x Terjadinya penumpukan sampah karena minimnya pelayanan
tempat pembuangan maupun pengolahan sampah
Oleh karena itu, indikasi program untuk pengembangan kawasan ini
antara lain.
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai

134
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali Banjir
x Pengadaan dan Pemasangan Pompa Intake
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Sumber Energi dan Air Minum
x Bantuan Stimulan rumah Swadaya dengan Peningkatan Kualitas
x Pembangunan rumah Khusus (Landed House)
x Pembangunan Rusun TKI Sebatik Tengah
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan dan Peningkatan
Kapasitas Jalan Akses dan Perbatasan
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Sumber energi dan Air Minum
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan TPST dan TPA
x Penyusunan Dokumen dan Pengembangan SPAM.
10. Kawasan Perbatasan Laut Pulau Gosong Makassar
Kawasan Perbatasan Laut Pulau Gosong Makassar terletak di
2
Kabupaten Nunukan dengan luas pulau 0,02 km berada di laut
Sulawesi dengan tutupan dasar perairan yaitu 2% terumbukarang,
61% pasir kasar, dan 31% rubbles. Tantangan dalam pengembangan
Lawasan Perbatasan Laut Pulau Gosong Makassar antara lain:
x Terjadinya abrasi pantai di beberapa lokasi di sepanjang pinggiran
pantai
x Terjadi banjir di beberapa titik dalam kawasan yang berdekatan
dengan sungai
x Tidak terawatnya daerah aliran sungai sehingga menyebabkan
kerusakan bagi sungai yang menyebabkan tercemar sungai dan
pendangkalan sungai
x Kurang tersedianya permukiman di daerah perbatasan
x Sulitnya medan tempuh menuju perbatasan karena tidak adanya
akses jalan yang layak, jalan di perbatasan hanya sebatas tanah dan
sebagian batu-batu besar
x Kurang termanfaatkannya sumberdaya air di kawasan sehingga
menyebabkan kurang tersedianya air minum bagi kawasan
x Terjadinya penumpukan sampah karena minimnya pelayanan
tempat pembuangan maupun pengolahan sampah
Oleh karena itu, indikasi program yang direncanakan untuk kawasan
ini antara lain:
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai,

135
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali Banjir,
x Pengadaan dan Pemasangan Pompa Intake,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Sumber Energi dan Air Minum,
x Bantuan Stimulan rumah Swadaya dengan Peningkatan Kualitas,
x Pembangunan rumah Khusus (Landed House)
x Pembangunan Rusun TKI Sebatik Tengah,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan dan Peningkatan
Kapasitas Jalan Akses dan Perbatasan,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Sumber energi dan Air Minum,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai,
x Penyusunan Dokumen dan Peembangunan TPST dan TPA,
x Penyusunan Dokumen dan Pengembangan SPAM.
11. PKW Malinau
Kawasan ini erlokasi di Kabupaten Malinau dimana memiliki wilayah
yang sangat luas dan memiliki lahan kosong yang luas dan berguna
untuk pengembangan kegiatan baru. Potensi yang terdapat di PKW
Malinau adalah sebagai berikut :
x Pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara,
serta minyak dan gas bumi,
x Pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet.
x Pusat pengolahan hasil hutan,
x Pusat pengembangan eko wisata,
Adapun tantangan dan permasalahan yang terjadi di kawasan ini
antara lain:
x Kurang termanfaatkannya sumberdaya air di kawasan sehingga
menyebabkan kurang tersedianya air minum bagi kawasan
x Menurunnya produktivitas tanaman padi di karenakan
berkurangnya lahan tanam yang mendapat pengairan
x Tidak terawatnya daerah aliran sungai sehingga menyebabkan
kerusakan bagi sungai yang menyebabkan tercemar sungai dan
pendangkalan sungai
x Kurang tersedianya rumah yang layak huni bagi warga yang
berpenghasilan kecil maupun yang tidak mampu
x Terjadinya penumpukan-penumpukan sampah di beberapa tempat
akibat kurang tersedianya pelayanan sarana pembuangan sampah
x Terhambatnya laju pengangkutan hasil pertanian dikarenakan tidak
adanya jalan pertanian yang layak

136
Oleh karena itu, indikasi program yang direncanakan untuk kawasan
ini antara lain:
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali Banjir,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Sumber Energi dan Air Minum,
x Penyusunan Dokumen dan Perbaikan Jaringan Irigasi Desa,
x Penyusunan Dokumen dan Pendangakalan Sungai,
x Bantuan Rumah Swadaya dengan Peningkatan Kualitas,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan dan Peningkatan
Kapasitas ruas Jalan Perbatasan, Jalan Akses dan Jembatan,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Sumber Energi dan Air Minum,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Persampahan,
12. PKSN Long Nawang
PKSN Long Nawang berlokasi di Kabupaten Malinau dan memiliki
lokasi yang strategis. Hal ini disebabkan karena Long Nawang ini
merupakan titik tengah Pulau Kalimantan yang langsung berbatasan
dengan Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, dan
Negara Malaysia. PKSN Long Nawang memiliki beberapa pariwisata
yang potensial seperti Monumen Perjuangan Apun Kayan, Kuburan
Tua, dan Sungai Kayan. Selain itu, kawasan ini memiliki hutan yang
terkandung sumber daya alam yang sangat melimpah. Adapun
tantangan dan permasalahan yang terjadi di kawasan ini antara lain.
x Kurang termanfaatkannya sumberdaya air di kawasan sehingga
menyebabkan kurang tersedianya air minum bagi kawasan
x Menurunnya produktivitas tanaman padi di karenakan
berkurangnya lahan tanam yang mendapat pengairan
x Tidak terawatnya daerah aliran sungai sehingga menyebabkan
kerusakan bagi sungai yang menyebabkan tercemar sungai dan
pendangkalan sungai
x Kurang tersedianya rumah yang layak huni bagi warga yang
berpenghasilan kecil maupun yang tidak mampu
x Terjadinya penumpukan-penumpukan sampah di beberapa tempat
akibat kurang tersedianya pelayanan sarana pembuangan sampah
x Terhambatnya laju pengangkutan hasil pertanian dikarenakan tidak
adanya jalan pertanian yang layak
Oleh karena itu, indikasi program yang direncanakan untuk kawasan
ini antara lain:

137
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali Banjir,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Sumber Energi dan Air Minum,
x Penyusunan Dokumen dan Perbaikan Jaringan Irigasi Desa,
x Penyusunan Dokumen dan Pendangakalan Sungai,
x Bantuan Rumah Swadaya dengan Peningkatan Kualitas,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan dan Peningkatan
Kapasitas ruas Jalan Perbatasan, Jalan Akses dan Jembatan,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Sumber Energi dan Air Minum,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pesampahan,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan, Pelebaran Jalan Desa
dan Jalan UsahaTani.
E. Kawasan 22.1 Pusat Kegiatan Nasional Palangka Raya
1. PKN Palangka Raya
PKN Palangka Raya Berlokasi di Kota Palangka Raya dengan luas
2
sebesar 2.400 km . Jumlah penduduk di kawasan ini adalah sebesar
220.962 jiwa pada tahun 2013. Kemudian beberapa pusat kegiatan
yang terdapat di kawasan ini, antara lain.
x Pusat industri hilir pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan
karet,
x Pusat pengolahan hasil hutan,
x Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman
pangan,
x Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yag
ramah lingkungan,
x Pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya yang terintegrasi
dengan sungai Kahayan.
Adapun tantangan dan permasalahan yang terjadi di kawasan ini
antara lain:
x Sering terjadi banjir yang di akibatkan luapan sungai,
x Kurang tersedianya rumah yang layak huni bagi warga yang kurang
mampu dan berpenghasilan rendah,
x Kurang terjadinya kebersihan di kawasan kumuh dan berpotensi
menyebabkan kerusakan dan pencemaran sungai di sekitarnya,
x Terjadinya genangan di beberapa lokasi yang di sebabkan air selokan
yang tidak mampu menapung banyaknya air,

138
x Berdirinya bangunan-bangunan liar dan pedagang kaki lima di sekitar
kawasan strategis dan RTH yang berpotensi menyebabkan kerusakan
dan gangguan bagi fungsi kawasan setempat itu.
Oleh karena itu, indikasi program yang direncanakan untuk kawasan
ini antara lain:
x Pembangunan Sarana/Prasarana Pengendalian Banjir,
x Pembangunan PSU, Pembangunan Rumah Swadaya,
x Revitalisasi Kawasan Kumuh,
x Pembangunan Rumah Susun,
x Pelebaran Jalan Ruas,
x Pembangunan Sarana/Prasarana Drainase dan Persampahan,
x Penataan Kawasan Strategis dan RTH.
2. PKW Kuala Kapuas
2
Berlokasi di Kabupaten Kapuas dengan luas sebesar 348 km dan
memiliki jumlah penduduk 19.433 jiwa pada tahun 2013. Kawasan ini
didominasi dari pendapatan sektor pertanian dengan komoditi utama
padi yang merupakan salah satu andalan kabupaten sebagai lumbung
pangan Provinsi Kalimantan Tengah ini. Sejumlah 65% produksi beras
Provinsi Kalimantan Tengah dipasok oleh Kabupaten Kapuas.
Kabupaten ini didukung lahan pertanian seluas 76,80 ribu ha dari
potensi lahan 277 ribu ha. PKW Kuala Kapuas didukung oleh
Pelabuhan Laut Batanjung dan beberapa pusat kegiatan lainnya,
seperti 1) Pusat industri hilir pengolahan hasil perkebunan kelapa
sawit dan karet, 2) Pusat pengolahan hasil hutan, 3) Pusat industri
pengollahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan, 4)
Pusat industri pengollahan dan industri jasa hasil perikanan yag ramah
lingkungan, 5) Pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya, 6)
Terintegrasi dengan sungai kapuas dan sungai Kahayan. Adapun
tantangan dan permasalahan yang terjadi di kawasan ini antara lain:
x Terjadi banjir akibat luapan sungai
x Masyarakat yang kurang mampu dan berpenghasilan rendah
banyak yang kurang mampu untuk memperbaiki rumahnya
sedangkan kondisi rumahnya sudah cukup memperihatinkan
x Kurang tersedianya tempat tinggal yang layak bagi warga nelayan
x Jalan ruas dan jalan akses rusak berat
x Kurang tersedianya perumahan bagi warga menengah dan kurang
mampu
x Terjadi penumpukan sampah dan pencemaran lingkungan
x Terjadi kerusakan dan alih fungsi kawasan RTH akibat banyak
bangunan liar dan pedagang kaki lima.

139
Oleh karena itu, indikasi program yang direncanakan untuk kawasan
ini antara lain:
x Penyusunan DED, Dokling, Supervisi sampai Pembangunan
sara/Prasarana Pengendali Banjir,
x Penyusunan DED, Dokling, Studi Larap, Supervisi sampai
Peningkatan Daerah Rawa,
x Bantuan Stimulan Rumah Swadaya,
x Pembangunan Permikiman Nelayan,
x Pembangunan Rusun dan Rusus Nelayan,
x Pembangunan PSU Perumahan,
x Pembangunan Jalan Ruas dan Jalan Akses,
x Pembangunan PSD Permukiman Kawasan Agropolitan,
x Penataan Kawasan revitalisasi Tradisional,
x Pembangunan Sarana/Prasarana Persampahan,
x Penataan Kawasan Strategis dan RTH.
3. KTM Lamunti
PKW Lamunti berlokasi di Kabupaten Kapuas dengan luas secara
keseluruhan adalah 45.457 ha dan didukung Pelabuhan Laut
Batanjung. Potensi perekonomian di kawasan KTM Lamunti yaitu
sektor pertanian yang meliputi pertanian tanaman pangan dan
pertanian non tanaman pangan. Produksi pertanian tanaman pangan
yang utama adalah jagung, produksi hortikultura yaitu bawang daun.
Tanaman perkebunan yang utama adalah karet sedangkan untuk
usahapeternakan adalah kambing. Adapun tantangan dan
permasalahan yang terjadi di kawasan ini antara lain:
x Terjadi banjir akibat luapan sungai,
x Masyarakat yang kurang mampu dan berpenghasilan rendah
banyak yang kurang mampu untuk memperbaiki rumahnya
sedangkan kondisi rumahnya sudah cukup memperihatinkan,
x Kurang tersedianya tempat tinggal yang layak bagi warga nelayan
x Jalan ruas dan jalan akses rusak berat,
x Kurang tersedianya perumahan bagi warga menengah dan kurang
mampu,
x Terjadi penumpukan sampah dan pencemaran lingkungan,
x Terjadi kerusakan dan alih fungsi kawasan RTH akibat banyak
bangunan liar dan pedagang kaki lima.
Oleh karena itu, indikasi program yang direncanakan untuk kawasan
ini antara lain:

140
x Penyusunan DED, Dokling, Supervisi sampai Pembangunan
sara/Prasarana Pengendali Banjir,
x Penyusunan DED, Dokling, Studi Larap, Supervisi sampai
Peningkatan Daerah Rawa,
x Bantuan Stimulan Rumah Swadaya,
x Pembangunan Permikiman Nelayan,
x Pembangunan Rusun dan Rusus Nelayan,
x Pembangunan PSU Perumahan,
x Pembangunan Jalan Ruas dan Jalan Akses,
x Pembangunan PSD Permukiman Kawasan Agropolitan,
x Penataan Kawasan revitalisasi Tradisional,
x Pembangunan Sara/Prasarana Persampahan,
x Penataan Kawasan Strategis dan RTH.
4. Pelabuhan Penyeberangan Bahaur
Pelabuhan ini berlokasi di Kabupaten Pulang Pisau dengan luas
pelabuhan sebesar 1 ha. Pelabuhan ini dilengkapi dengan dermaga
2
yang terbuat dari kayu ulin dengan luas konstruksi bangunan 240 m .
Adapun kendala dan tantangan dalam pengembangan kawasan, antara
lain.
x Terjadinya banjir di beberapa tititk di dalam kawasan,
x Kurang termanfaatkannya sumber-sumber air,
x Tidak mencukupinya pemenuhan pasokan padi sawah karena para
petani tidak mempunyai lahan untuk meningkatkan pertaniannya,
x Banyak rumah-rumah warga kurang mampu yang rusak tidak
terperbaiki,
x Terhambatnya waktu tempuh menuju kawasan lain karena
terpotong oleh sungai,
x Terjadinya hambatan, waktu tempuh bagi pengguna jalan akibat
kondisi jalan yang rusak,
x Banyak genangan-genangan air di jalan-jalan lingkungan akibat
kondisi jalan yang berlubang,
x Tidak meratanya dan kurang tercukupinya air minum bagi sebagian
masyarakat sekitar.
Oleh karena itu, indikasi program untuk kawasan ini, antara lain:
x Penyusunan DED, Dokling, Supervisi sampai pembangunan
Sarana/Prasarana Pengendali Banjir,
x Penyusunan DED, Dokling, Supervisi sampai pembangunan
Sarana/Prasarana Bendung/Embung,
x Penyusunan DED, Dokling, Studi Larap, Supervisi sampai
Peningkatan Daerah Rawa,
x Pembangunan Pemukiman dan Rusus Nelayan,

141
x Bantuan Stimulan Rumah Swadaya,
x Pembangunan dan Peningkatan Rumah Swadaya,
x Pembangunan Jembatan dan Pembangunan Jalan Ruas,
x Pembangunan Jalan Lingkungan,
x Peningkatan Kualitas Permukiman,
x Pengembangan Kawasan,
x Peningkatan Kapasitas dan Perluasan Layanan Air Minum dan
Rumah Tangga.
F. Kawasan 22.2 Kawasan Metropolitan Banjarbakula
1. Kawasan Metropolitan Banjarbakula
Kawasan Metropolitan Banjarbakula terdiri dari Kota Banjarmasin,
Kota Banjarbaru, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Barito Kuala, dan
Kabupaten Banjar. Adapun luas Kawasan Metropolitan Banjarbakula
sebesar 340.446 ha (9,07 % luas wilayah Kalsel) dengan jumlah
penduduk kawasan ini tahun 2010 sekitar 1.904.427 jiwa (52,52% dari
jumlah penduduk Kalsel). Simpul transportasi di kawasan ini ialah
Pelabuhan Umum Trisakti Banjarmasin, Bandara Syamsudin Noor.
Kawasan Metropolitan Banjarbakula memiliki potensi tambang
batubara dan biji besi yang cukup besar. Pada kawasan ini merupakan
pusat perdagangan dan jasa, pemerintahan, perkantoran, perumahan
dan industri. Adapun kendala dan tantangan dari kawasan ini
ialah terjadi banjir yang datang akibat dari luapan sungai dan
mendangkalnya sungai-sungai di sekitar akibat sendimen, longsor,
akibat DAS yang menjadi tempat permukiman maupun perdagangan
serta mejadikan DAS tidak menjadi kawasan yang semestinya. Selain
itu, terjadi abrasi pantai di beberapa titik terutama di daerah pantai
aluh-aluh. Oleh karena itu, indikasi program untuk kawasan ini
diarahkan, antara lain normalisasi sungai dan pembangunan
Sarana/Prasarana Pengamanan Pantai.
2. PKN Banjarmasin
Kota Banjarmasin dengan didukung oleh simpul transportasi berupa
Bandar Udara Kargo Banjarmasin dan Pelabuhan Umum Trisakti
Banjarmasin. Pelabuhan Banjarmasin menyediakan Terminal General
Cargo, Terminal Curah Kering, Terminal Petikemas serta Terminal
Penumpang. Berbagai komoditi ekspor hasil Kalimantan Selatan dalam
jumlah besar diekspor melalui Pelabuhan Banjarmasin, maupun dikirim
untuk tujuan ke berbagai daerah guna memenuhi kebutuhan bahan
baku industri dalam negeri. Pusat kegiatan di kawasan ini antara lain:

142
x Pusat industri hilir pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan
karet,
x Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian
tanaman pangan,
x Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang
ramah lingkungan,
x Pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya,
x Terintegrasi dengan sungai Barito.
Adapun kendala dan tantangan dari kawasan ini antara lain:
x Terjadinya banjir di beberapa tititk di dalam kawasan akibat luapan
air sungai,
x Terjadinya longsor di pinggir sungai di beberapa tempat sepanjang
aliran sungai,
x Terjadinya abrasi di beberapa titik pantai akibat terjangan ombak
banyak rumah warga yang tiddak terperbaiki karena kurang
mampu dan hanya berpenghasilan rendah,
x Mendangkalnya aliran sungai-sungai yang melewati PKN
Banjarmasin,
x Kurang tersedianya tempat tinggal bagi para pekerja,
x Kondisi jalan dan jembatan yang telah rusak dan hampir tidak ayak
pakai,
x Terjadinya penumpukan-penumpukan sampah dan pencemaran
lingkungan dan air akibat minimnya sarana persampahan,
pembuangan limbah,
x Kurangnya tingkat kebersihan lingkungan yang di sebabkan
kurangnya kesadaran dan sarana bagi kesehatan lingkungan.
x Kurang tersedianya kemerataan air bersih bagi warga di kawasan
Oleh karena itu, indikasi program untuk kawasan ini diarahkan, antara
lain:
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali banjir,
x Penyusunan dan Pembangunan Sarana/Prasarana Pengendali Erosi
dan Proteksi Sungai,
x Penyusunan dan Pembangunan Normalisasi Sungai,
x Penyusunan dan Pembangunan Sarana/Prasarana Pengamanan
Pantai,
x Bantuan Stimulan rumah Swadaya dengan peningkatan Kualitas,
x Pembangunan Rusunawa Pekerja/MBR,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Jalan Bypass,
x Penyusunan Dokumen dan Peningkatan Jalan dan Jembatan,
x Penyusunan Dokumen dan Peningkatan Kualitas Permukiman
Lingkungan Kumuh Perkotaan,

143
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Persampahan, TPA, IPTL dan Limbah,
x Dukungan Penyehatan Lingkungan,
x Penyusunan Dokumen, Pengadaan dan Pemasangan Jaringan
Perpipaan.
3. Kota Baru Banjarbaru
Berlokasi di Kota Banjarbaru dimana terdapat Bandar Udara
Syamsudin Noor. Kota Banjarbaru merupakan pusat dari pemerintahan
provinsi Kalimantan Selatan, pertanian, pertambangan, penggalian,
industri pengolahan, perdagangan, hotel, dan restoran serta
pengangkutan dan komunikasi keuangan dan persewaan serta jasa-
jasa. Tantangan dalam pengembangan kawasan ini, antara lain:
x Tidak termanfaatkannya sumber-sumber air sehingga
berkurangnya tingkat pemenuhan air baku, irigasi dan air bersih
x Terjadi banjir di beberapa titik di dalam kawasan,
x Kurang tersedianya permukiman bagi para aparat keamanan yang
bertugas di kawasan,
x Kurang tersedianya permukiman yang layak huni bagi warga yang
kurang mampu yang tinggal di daerah kawasan kumuh,
x Tertumpuknya sampah sampah di tempat pembuangan sampah
lokal karena tidak terangkut ke tempat pembuangan.
Oleh karena itu, indikasi program yang diarahkan untuk kawasan ini,
antara lain:
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Bendungan,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana//Prasarana
Pengendalian Banjir,
x Pembangunan Rusun Anggota POLRI,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Jalan Bebas Hambatan
(Jalan Tol),
x Penyusunan Dokumen dan Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh,
x Penyusunan Dokumen dan Pengembangan dan Peningkatan
Infrastruktur TPS 3R dan TPA.
4. PKW Martapura
PKW Martapura merupakan ibukota kabupaten di Kabupaten Banjar
yang dilalui Sungai Martapura sebagai salah satu sumber air baku.
PKW Martapura dikenal pula sebagai penghasil batu mulia sehingga
menjadi pusat pengolahan batu-batu mulia tersebut dan pusat
transaksi penjualan intan. Martapura disebut-sebut sebagai salah satu

144
daerah penghasil batu mulia berkualitas terbaik di dunia. Adapun
kendala dan tantangan yang terdapat di kawasan ini, antara lain:
x Tidak termanfaatkannya sumber-sumber air sehingga
berkurangnya tingkat pemenuhan air baku, irigasi dan air bersih,
x Terjadi banjir di beberapa titik di dalam kawasan,
x Sungai sungai mengalami pendangkalan akibar terjadi erosi,
longsor dan endapan sendimen-sendimen,
x Kurang tersedianya lahan bagi permukiman dan kurang tersedianya
perumahan yang layak bagi warga kurang mampu,
x Terhambatnya akses tempuh bagi pengguna jalan karena akses
jalan yang tidak layak,
x Budaya hidup di tepi sungai telah membuat masyarakat setempat
menjadi sangat.
Oleh karena itu, indikasi program yang diarahkan untuk kawasan ini,
antara lain:
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Bendungan karang Intan,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sara/Prasarana
Pengendali Banjir,
x Penyusunan Dokumen dan Pengembangan embung menjadi
Waduk,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali Erosi dan Proteksi Sungai,
x Pembangunan Rusun dan Bantuan Stimulan Peningkatan Kuallitas
Rumah,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Jalan Matraman-Sei Ulin,
x Pembangunan Jalan Poros,
x Penyusunan Dokumen dan Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Jaringan Perpipaan dan
Aksesoris.
5. KPPN Martapura
KPPN Martapura berlokasi di Kabupaten Banjar dan memiliki lahan
yang dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian, perkebunan
(sawit dan karet), perikanan, dan perternakan yang cukup luas.
Adapun kendala dan tantangan yang terdapat pada kawasan ini,
antara lain:
x Tidak termanfaatkannya sumber-sumber air sehingga
berkurangnya tingkat pemenuhan air baku, irigasi dan air bersih
x Terjadi banjir di beberapa titik di dalam kawasan,
x Sungai sungai mengalami pendangkalan akibar terjadi erosi,
longsor dan endapan sendimen-sendimen,

145
x Kurang tersedianya lahan bagi permukiman dan kurang tersedianya
perumahan yang layak bagi warga kurang mampu,
x Terhambatnya akses tempuh bagi pengguna jalan karena akses
jalan yang tidak layak,
x Warga sekitar kekurangan air bagi kebutuhan sehari-hari.
Oleh karena itu, indikasi program yang diarahkan pada untuk kawasan
ini, antara lain:
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Bendungan karang Intan,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sara/Prasarana
Pengendali Banjir,
x Penyusunan Dokumen dan Pengembangan embung menjadi
Waduk,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali Erosi dan Proteksi Sungai,
x Pembangunan Rusun dan Bantuan Stimulan Peningkatan Kuallitas
Rumah,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Jalan Matraman - Sei
Ulin,
x Pembangunan Jalan Poros,
x Penyusunan Dokumen dan Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Jaringan Perpipaan dan
Aksesoris.
6. Bendungan Riamkiwa
Bendungan Riamkiwa diharapkan mampu menyediakan air baku bagi
kebutuhan irigasi di D.I Riam Kanan dengan luas total 6.000 ha dan
D.I.R Belanti I + II luas 3.267, Kab. Banjar 2.267 ha dan Kab. Tapin 1.000
ha. Dengan adanya daerah irgasi dan bendungan ini, diharapkan dapat
menjangkau sampai 35 km penyaluran air baku dan irigasi lahan.
Adapun kendala dan tantangan yang terdapat pada kawasan ini,
antara lain:
x Tidak termanfaatkannya sumber-sumber air sehingga
berkurangnya tingkat pemenuhan air baku, irigasi dan air bersih,
x Terjadi banjir di beberapa titik di dalam kawasan,
x Sungai sungai mengalami pendangkalan akibar terjadi erosi,
longsor dan endapan sendimen-sendimen,
x Terhambatnya akses tempuh bagi pengguna jalan karena akses
jalan yang tidak layak,
x Warga sekitar kekurangan air bagi kebutuhan sehari-hari.
Oleh karena itu, indikasi program yang diarahkan pada untuk kawasan
ini, antara lain:

146
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Bendungan karang Intan,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali Banjir,
x Penyusunan Dokumen dan Pengembangan embung menjadi
Waduk,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali Erosi dan Proteksi Sungai,
x Pembangunan Rusun dan Bantuan Stimulan Peningkatan Kuallitas
Rumah,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Jalan Matraman - Sei
Ulin,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Jaringan Perpipaan dan
Aksesoris.
7. PKW Marabahan
PKW Marabahan berlokasi di Kabupaten Barito Kuala dengan luas
2 2
wilayah 221,00 km dengan kepadatan penduduk 85,55 jiwa/km .
Adapun pusat kegiatan pada kawasan ini, antara lain:
x Pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet;
x Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian
tanaman pangan;
x Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang
ramah lingkungan;
x Pusat pemerintahan kabupaten;
x Pusat pengembangan perkantoran kabupaten;
x Pusat pengembangan terminal penumpang tipe C;
x Pusat pengembangan rumah sakit umum tipe B;
x Pusat pengembangan perdagangan, perbankan, dan jasa regional;
x Pusat pengembangan fasilitas pendidikan (TK, SD, SLTP, SLTA, dan
Perguruan Tinggi D3); dan
x Pusat pengembangan permukiman perkotaan.
Sementara itu, kendala dan tantangan di PKW Marabahan, antara lain.
x Terjadi banjir di beberapa titik di dalam kawasan akibat luapan air
sungai,
x Sungai sungai mengalami pendangkalan akibar terjadi erosi,
longsor dan endapan sendimen-sendimen,
x Kurang tersedianya lahan bagi permukiman dan kurang tersedianya
perumahan yang layak bagi warga kurang mampu,
x Kurang tersedianya infrastruktur dan jaringan jalan sehingga
menghambat peningkatan penggunaan jalan.
Oleh karena itu, indikasi program yang diarahkan pada PKW
Marabahan, antara lain.

147
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali Banjir,
x Penyusunan Dokumen dan Peningkatan Lingkungan Daerah Rawa,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali erosi dan Proteksi Sungai,
x Penyediaan Rumah Susun dan Bantuan Stimulan Swadaya dengan
Peningkatan Kualitas,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Jalan dan Jembatan.
8. KTM Cahaya Baru
Kota Terpadu Mandiri ini berlokasi di Kabupaten Barito Kuala, dimana
Kawasan Cahaya Baru secara administratif memiliki luas kawasan
52.150 Hayang terbagi dalam 5 Satuan Kawasan Permukiman (SKP)
dengan pusat SKP di Jejangkit Pasar, Tabing Rimbah, Karang Bunga,
Danda Jaya, dan Sungai Gampa serta meliputi 6 kecamatan dengan 47
desa. KTM Cahaya Baru memiliki potensi pertanian unggulan yaitu
padi, dimana luasnya mencapai 98.717 ha dengan rincian 15.612 ha
untuk jenis padi unggul dan 83.105 ha untuk jenis padi lokal.
Komoditas jeruk memiliki luas panen yang hingga saat ini seluas 5.612
ha dengan produksi 86.438 ton. Adapun beberapa potensi sektoral di
kawasan ini, antara lain:
x Memiliki industri pengolahan nanas yang sudah terkkenal,
pengolahan gaharu, tandan dan kelapa.
x Peternakan Sapi Bali adalah 7.226 ekor dengan potensi kapasitas
untuk dikembangkan menjadi 170.000 ekor, kambing adalah 4.454
ekor dengan potensi kapasitas untuk dikembangkan menjadi
72.232 ekor, 35.244 ekor dengan potensi kapasitas untuk
dikembangkan menjadi 104.500 ekor.
x Budidaya ikan di tambak adalah seluas 4.066 ha dengan potensi
kapasitas untuk dikembangkan luasannya menjadi 5.000 ha.
x Objek wisata antara lain Pulau kaget, jembatan barito, dan
jembatan rumpiang.
Adapun kendala dan tantangan di KTM Cahaya Baru, antara lain:
x Terjadi banjir di beberapa titik di dalam kawasan akibat luapan air
sungai
x Sungai sungai mengalami pendangkalan akibar terjadi erosi,
longsor dan endapan sendimen-sendimen.
x Kurang tersedianya lahan bagi permukiman dan kurang tersedianya
perumahan yang layak bagi warga kurang mampu
x Kurang tersedianya infrastruktur dan jaringa jalan sehingga
menghambat peningkatan penggunaan jalan

148
Oleh karena itu, indikasi program yang diarahkan pada KTM Cahaya
Baru, antara lain:
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali Banjir,
x Penyusunan Dokumen dan Peningkatan Lingkungan Daerah Rawa,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali erosi dan Proteksi Sungai,
x Penyediaan Rumah Susun dan Bantuan Stimulan Swadaya dengan
Peningkatan Kualitas,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Jalan dan Jembatan.
9. KPPN Anjir Pasar (Marabahan) dan KPPN Jejangkit
Kawasan ini berlokasi di Kabupaten Barito Kuala dengan luas KPPN
2 2
Anjir Pasar sebesar 221 km dan luas KPPN Jejangkit sebesar 303 km .
Adapun jenis-jenis kegiatan yang terdapat di kawasan ini, antara lain:
x Usahatoko modern/minimarket. Kapasitas usahasaat ini adalah 4
(empat) buah toko modern/minimarket bisa dikembangkan sampai
14 lokasi perizinan.
x Bidang jasa penyewaan gudang untuk penyimpanan barang dan
atau penyimpanan komoditas pertanian baik itu penunjang
pertanian seperti pupuk, maupun hasil produksi pertanian seperti
padi, beras, jeruk, dan yang lainnya.
x Bidang jasa stockpile pasir.
x Bidang perumahan memiliki potensi yang besar untuk di
kembangkan.
Adapun kendala dan tantangan di kawasan ini, antara lain:
x Terjadi banjir di beberapa titik di dalam kawasan akibat luapan air
sungai,
x Sungai sungai mengalami pendangkalan akibar terjadi erosi,
longsor dan endapan sedimen-sedimen,
x Kurang tersedianya lahan bagi permukiman dan kurang tersedianya
perumahan yang layak bagi warga kurang mampu,
x Kurang tersedianya infrastruktur dan jaringa jalan sehingga
menghambat peningkatan penggunaan jalan.
Oleh karena itu, indikasi program yang diarahkan pada kawasan ini,
antara lain:
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali Banjir,
x Penyusunan Dokumen dan Peningkatan Lingkungan Daerah Rawa,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali erosi dan Proteksi Sungai,

149
x Penyediaan Rumah Susun dan Bantuan Stimulan Swadaya dengan
Peningkatan Kualitas,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Jalan dan Jembatan.
10. KI Jorong
Berlokasi di Kabupaten Tanah Laut, dengan luas 6.370 hamencakup
Pelabuhan Swarangan Pelaihari seluas 1,037 ha. Selain Pelabuhan
Swarangan, di kawasan ini terpadat pula Pelabuhan Laut Pelaihari.
Fokus industri pada KI Jorong, antara lain industri pengolahan
berbasis agro, logam dasar besi baja, perdagangan, jasa untuk
komoditas besi baja, batu bara, kelapa sawit, maritim, energi, dan
kepelabuhanan. Adapun kendala dan tantangan di Kawasan Industri
Jorong, antara lain:
x Kurang termanfaatkannya sumber-sumber air sehingga
menurunnya produktivitas hasil pertanian dan pemenuhan
kebutuhan air baku untuk segala kebutuhan,
x Terjadi banjir di beberapa titik akibat luapan air sungai,
x Kurang tersedianya tempat tinggal bagi masyarakat kurang
mampu,
x Lamanya waktu tempuh bagi pengguna jalan akibat akses jalan
yang kurang memadai di bandingkan dengan banyaknya
kendaraan,
x Kurang tersedianya pasokan air bersih,
x Terjadi pencemaran lingkungan dan penumpukan sampah.
Oleh karena itu, indikasi program yang diarahkan pada Kawasan
Industri Jorong, antara lain:
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Embung Tala,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Saran/Prasarana Air
Baku,
x Pembangunan Rusun dan Permukuman Kawasan Banjarbakula,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Jalan Bebas Hambatan,
Jalan akses, Jalan Lingkar,
x Penyusunan Dokumen, Pengembangan dan Peningkatan Unit
Distribusi Air Minum,
x Penyusunan Dokumen, Pengembangan dan Peningkatan IPAL dan
TPA.

150
G. Kawasan 22.3 Kawasan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
Batulicin
1. PKW Kotabaru
PKW Kotabaru berlokasi di Kabupaten Kotabaru dan didukung oleh
Pelabuhan Laut Tanjungbatu dan Pelabuhan Laut Penyeberangan ASDP
Sebuku. Adapun pusat-pusat kegiatan yang terdapat di kawasan ini,
antara lain.
x Pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet,
x Industri jasa hasil pertanian tanaman pangan dan
x Pusat pengembangan ekowisata.
Adapun kendala dan tantangan yang dihadapi antara lain:
x Terjadinya abrasi akibat gelombang dan ombak yang cukup besar
terutama saat musim hujan,
x Kurang termanfaatkannya sumber-air minum dan kurang
tersedianya air untuk irigasi, pembangkit listrik dan untuk
kebutuhan baku lainya,
x Kurang tersedianya tempat tinggal bagi yang kurang mampu,
x Kurang tersedianya perbaikan rumah-rumah yang telah tidak layak
huni akibat kurang mampu untuk memperbaiki karena
berpenghasilan rendah,
x Infrastruktur jalan yang kurang lebar sehingga menurunkannya
waktu tempuh perjalanan,
x Kondisi kawasan yang terpotong air sehingga untuk ke kawasan
yang seberangnnya menggunakan jalur darat harus memakan
waktu tempuh yang tidak efektif dalam segi waktu,
x Kurang tersedianya pasokan air yang mencukupi bagi masyarakat di
kawasan.
Adapun indikasi program yang diarahkan untuk kegiatan ini antara
lain:
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Bendungan,
x Pembangunan Daerah Irigasi Seratak,
x Pembangunan Rusunawa dan Bantuan Stimulan Rumah Swadaya
dengan Peningkatan Kuallitas,
x Peningkatan dan Pelebaran Jalan
x Pembangunan Jembatan,
x Pembangunan Jaringan Perpipaan dan Aksesoris,
x Pembangunan IPA Baja dan Bangunan Penunjang IKK.

151
2. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Batulicin
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Batulicin berlokasi di
Kabupaten Tanah Bumbu. Potensi kawasan ini antara lain, pertanian
dengan komoditas padi dan palawija, komoditas perkebunan yakni
karet dan sawit. Selain itu, terdapat pula pusat kegiatan perdagangan
barang dan jasa, serta terdapat pertambangan batubara dan bijih besi.
Adapun kendala dan tantangan yang terdapat di kawasan ini, antara
lain:
x Kurang termanfaatkannya sumber-sumber energi dan sumber-
sumber air sehingga tidak terpenuhinya kecukupan air baku sehari-
hari dan kebutuhan energi bagi kawasan dan sekitarnya
x Terjadi abrasi di beberapa titik di sepanjang pantai
x Menurunnya tingkat produksi padi dan tambak akibat kurangnya
lahan dan pasokan air
x Kurang tersedianya rumah yang layak bagi warga menengah dan
kurang mampu
x Kurang tersedianya jalan yang dapat mempersingkat waktu tempu
ke kawasan lain.
Adapun indikasi program untuk pengembangan kawasan ini antara
lain:
x Pembangunan Bendungan dan Embung,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Daerah Irigasi,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali Banjir,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengambilan Air Baku,
x Pembangunan Rumah Tapak Layak Huni,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Jalan bebas Hambatan,
Jalan Akses dan Jembatan.
3. KI Batulicin
Kawasan Industri Batulicin berlokasi di Kabupaten Tanah Bumbu
dengan total luas lahan 300 ha. Kawasan ini terfokus pada kegiatan
industri besi dan baja, karena industri ini memiliki keterkaitan akses
yang baik terhadap lokasi sumber bahan bakunya, seperti pegunungan
Meratus (bijih besi) di bagian utara kawasan pada jarak 40 km. Adapun
kendala dan tantangan yang terdapat di kawasan ini, antara lain:

152
x Kurang termanfaatkannya sumber-sumber energi dan sumber-
sumber air sehingga tidak terpenuhinya kecukupan air baku sehari-
hari dan kebutuhan energi bagi kawasan dan sekitarnya
x Terjadi abrasi di beberapa titik di sepanjang pantai,
x Menurunnya tingkat produksi padi dan tambak akibat kurangnya
lahan dan pasokan air,
x Kurang tersedianya rumah yang layak bagi warga menengah dan
kurang mampu,
x Kurang tersedianya jalan yang dapat mempersingkat waktu tempu
ke kawasan lain.

Adapun indikasi program untuk pengembangan kawasan ini antara


lain:
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Daerah Irigasi,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali Banjir,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengambilan Air Baku,
x Pembangunan Rumah Tapak Layak Huni,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Jalan bebas Hambatan,
Jalan Akses dan Jembatan.
H. Kawasan 23.1 Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Samarinda –
Sanga Sanga – Balikpapan
1. Pelabuhan Umum Samarinda
Pelabuhan Umum Samarinda terletak di Kota Samarinda. Pelabuhan
Samarinda terletak di sepanjang sungai mahakam memiliki luas 11,032
ha dengan kedalaman alur rata-rata 5,50 m. Wilayah kerja pelabuhan
2
seluas 44.297 m tergolong salah satu pelabuhan yang tersibuk di
wilayah kerja PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero). Adapun kendala
dan tantangan yang terdapat di kawasan ini, antara lain:
x Terjadinya banjir akibat luapan sungai yang mendangkal akibat
endapan sendimen dan longsor bibir sungai,
x Tidak terkendalinya debit air yang mengalir,
x Kurang efektivitasnya waktu tempuh bagi pengguna jalan di
sebabkan jalan yang ada kurang memadai dari jaringan sampai
kondisinya yang kurang layak,

153
x Tidak meratanya pasokan air bersih sehingga banyak warga yang
kekurangan air bersih tersebut.
Adapun indikasi program untuk kawasan ini, antara lain:
x Lanjutan Sarana/Prasarana Penanganan Banjir dan Pengamanan
Tebing Sungai,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Pintu Air dan Pompa
Banjir,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Intake,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Jalan Ring Road, Jalan
Akses, Jalan Lingkar,
x Pembangunan SPAM.
2. Pelabuhan Laut Palaran
Pelabuhan Laut Palaran berlokasi di Kota Samarinda. Adapun kendala
dan tantangan yang terdapat di kawasan ini, antara lain:
x Terjadinya banjir akibat luapan sungai yang mendangkal akibat
endapan sendimen dan longsor bibir sungai,
x Tidak terkendalinya debit air yang mengalir,
x Kurang efektivitasnya waktu tempuh bagi pengguna jalan di
sebabkan jalan yang ada kurang memadai dari jaringan sampai
kondisinya yang kurang layak,
x Tidak meratanya pasokan air bersih sehingga banyak warga yang
kekurangan air bersih tersebut.
Adapun indikasi program untuk kawasan ini, antara lain:
x Lanjutan Sarana/Prasarana Penanganan Banjir dan Pengamanan
Tebing Sungai,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Pintu Air dan Pompa
Banjir,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Intake,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Jalan Ring Road, Jalan
Akses, Jalan Lingkar,
x Pembangunan SPAM.
3. Bandara Samarinda Baru : Temindung/Sungai Siring
Bandara Samarinda Baru Temindung/ Sungai Siring yang berlokasi Kota
2
Samarinda dengan luas lahan bandara sebesar 4,70 km . Bandara ini
menjadi salah satu pusat transit yang penting karena posisinya yang
strategis dengan kapasitas sebesar 5 juta penumpang dengan 16 ribu
ton kargo. Bandara ini menjadi pusat operasi Kaltim Airlines. Adapun
kendala dan tantangan yang terdapat di kawasan ini, antara lain:
x Terjadinya banjir akibat luapan sungai yang mendangkal akibat
endapan sendimen dan longsor bibir sungai
x Tidak terkendalinya debit air yang mengalir

154
x Kurang efektivitasnya waktu tempuh bagi pengguna jalan di
sebabkan jalan yang ada kurang memadai dari jaringan sampai
kondisinya yang kurang layak
x Tidak meratanya pasokan air bersih sehingga banyak warga yang
kekurangan air bersih tersebut
x Lanjutan Sarana/Prasarana Penanganan Banjir dan Pengamanan
Tebing Sungai,
Adapun indikasi program untuk kawasan ini, antara lain:
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Pintu Air dan Pompa
Banjir,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Intake,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Jalan Ring Road, Jalan
Akses, Jalan Lingkar,
x Pembangunan SPAM.
4. Pelabuhan Umum Balikpapan: Kariangau
Pelabuhan umum Balikpapan Kariangau berlokasi di Kota Balikpapan
dan akan menjadi pelabuhan kargo yang mendukung Pelabuhan
Semayang. Adapun kendala dan tantangan yang terdapat di kawasan
ini, antara lain:
x Terjadinya abrasi di beberapa titik kawasan pantai,
x Tidak adanya akses jalan yang menghubungkan langsung dengan
kawasan dan daerah lain,
x Terhambatnya waktu tempuh akibat jalan yang rusak,
x Terjadinya pencemaran air sungai, selokan dan penumpukan-
penumpukan sampah di beberapa titik di sekitar kawasan,
x Kurang tersedianya pasokan air bersih bagi warga kawasan,
x Tidak adanya lokasi untuk sekedar bersantai maupun sekedar
berkumpul bagi pengunjung maupun warga setempat.
Adapun indikasi program untuk kawasan ini, antara lain.:
x Pembangunan Jalan Bebas Hambatan (Tol),
x Penyusunan DED Peningkatan Kapasitas Jalan Akses,
x Pembangunan IPAL, Septik Tank, dan Sarana/Prasarana
Persampahan,
x Pembangunan SPAM.
5. Bendungan Teritip
Bendungan Teritip berlokasi di Kota Balikpapan, dimana bendungan ini
3
mampu menampung air sampai 2,4 juta m . Bendungan ini berfungsi
sebagai sumber air baku yang diolah menjadi sumber air minum bagi
masyarakat Kota Balikpapan. Adapun kendala dan tantangan yang
terdapat di kawasan ini, antara lain:

155
x Terjadinya abrasi di beberapa titik kawasan pantai,
x Tidak adanya akses jalan yang menghubungkan langsung dengan
kawasan dan daerah lain,
x Terhambatnya waktu tempuh akibat jalan yang rusak,
x Terjadinya pencemaran air sungai, selokan dan penumpukan-
pennumpukan sampah di beberapa titik di sekitar kawasan,
x Kurang tersedianya pasokan air bersih bagi warga kawasan,
x Tidak adanya lokasi untuk sekedar bersantai maupun sekedar
berkumpul bagi pengunjung maupun warga setempat.
Oleh karena itu, indikasi program yang diarahkan untuk dilakukan pada
kawasan ini antara lain:
x Pembangunan Sarana/Prasarana Pengamanan Pantai,
x Pembangunan Jalan Bebas Hambatan (Tol),
x Penyusunan DED Peningkatan Kapasitas Jalan Akses,
x Pembangunan IPAL, Septik Tank, dan Sarana/Prasarana
Persampahan,
x Pembangunan SPAM,
x Pembangunan RTH dan IPA Teritip.
6. PKW Tenggarong
Pusat kegiatan wilayah Tenggarong berlokasi di Kabupaten Kutai
Kartanegara dan didukung oleh Pelabuhan Kuala Semboja dan
Pelabuhan Penyeberangan Batu Dinding. Selain itu, terdapat pula
Bendungan Marangkayu di sekitar kawasan ini. Kawasan ini memiliki
potensi sumber daya alam berupa Sungai, Danau dan Rawa. Beberapa
sungai utama adalah Sungai Mahakam (920 km) dan Belayan (229 km).
Adapun kegiatan sektoral yang terdapat di kawasan ini antara lain:
x Hutan; Kawasan hutan di Kabupaten Kutai Pada saat ini terdiri dari
kawasan budidaya kehutanan seluas 1.304.070,7 ha, Hutan Lindung
418.213,1 ha dan Hutan Konversi (non budidaya kehutanan)
900.835,9 ha.
x Pertanian Tanaman Pangan; Lahan Panen Pertanian Tanaman
Pangan yang tersedia seluas 55.605 ha, yang meliputi 9.838 ha
(17,69%) untuk tanaman Padi Ladang, 37.985 ha (68,31%) untuk
tanaman Padi Sawah, 2.321 ha (4,17%) untuk tanaman Ubi Kayu,
703 ha (1,26%) untuk Ubi Jalar, 3.003 ha (5,40%) untuk Jagung, 807
ha (1,45%) untuk Kacang Tanah, 701 ha (1,26%) untuk Kacang
Kedelai dan 247 ha (0,44%) untuk Kacang Hijau.
x Perkebunan; Luas Lahan untuk perkebunan di Kabupaten Kutai
yang telah dimanfaatkan seluas 49.194 Haterdiri dari perkebunan
rakyat seluas 30.170 ha.

156
x Perikanan; Pengembangan perikanan di Kabupaten Kutai meliputi
areal seluas 94.228,15 ha, terdiri dari Danau 34.217 ha, Sungai
22.302,15 ha, Rawa 37.661 ha dan Waduk 48 ha.
x Peternakan; Potensi lahan untuk peternakan seluas 55.000 ha,
yang telah dimanfaatkan seluas 30.000 ha (54,55%).
x Bahan Tambang; Potensi bahan tambang yang dimiliki antara lain:
Minyak Bumi, Gas Alam, Emas, Batu Bara dan bahan galian lainnya,
seperti Pasir Kwarsa, Kaolin, Deposit Besi, Gips, Kristal Kuarsa dan
Batu Kapur, Batu Pasir dan Lempung. Potensi Bahan galian ini
diperkirakan mencapai ratusan juta hektare.
x Industri; Industri Perminyakan, Gas Alam Cair (LNG), Industri yang
mengolah hasil-hasil Kehutanan seperti Kayu Lapis, Sawmill, Pulp
dan sebagainya. Disamping industri-industri besar, kelompok
industri kecil juga telah menumbuhkan pertumbuhan yang cukup
baik yang diiringi oleh penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak.

Kemudian tantangan yang terdapat di kawasan ini, antara lain:


x Menurunnya produktivitas hasil pertanian padi maupun perikanan
tambak terutama pada musim kemarau,
x Kurang termanfaatkannya sumber-sumber energi dan air,
x Terjadinya banjir di beberapa titik akibat luapan air sungai,
x Kurang tersedianya perbaikan rumah yang sudah tidak layak huni
bagi warga yang kurang mampu,
x Kurang tersedianya tempat tinggal bagi para pekerja,
x Tidak adanya akses jalan tempuh yang mengurai kepadatan
pengendara,
x Ada beberapa penumpukan-penumpukan sampah di lokasi
pembuangan sementara maupun di tempat-tempat bukan lokasi
pembuangan sampah,
x Kurang meratanya pasokan air bersih,
x Terjadinya pencemaran lingkungan oleh limbah yang terbuang
sembarangan kesungai maupun ke lingkungan langsung.
Oleh karena itu, indikasi program yang diarahkan untuk dilaksanakan
di kawasan ini antara lain:
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Bendung dan Jaringan
Daerah Irigasi Manunggal,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan, Peningkatan,
Rehabilitasi Jaringan Irigasi Daerah Irigasi dan Rawa,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali Banjir,
x Bantuan Stimulan Rumah Swadaya Dengan Peningkatan Kualitas,
x Pembangunan Rusun Pekerja RSUD AM Parikesit Tenggarong,

157
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Jalan Ring Road dan
Jalan Lingkar,
x Pembangunan Sarana/Prasararna Persampahan (TPS),
x Pembangunan SPAM,
x Penyusunan Dokumen, Pengembangan dan Peningkatan IPAL.
7. PKW Sanga-sanga
PKW Sanga – Sanga berlokasi di Kabupaten Kutai Kartanegara dan
didukung oleh simpul transportasi Pelabuhan Kuala Semboja dan
Pelabuhan Penyeberangan Batu Dinding, serta Bendungan
Marangkayu. Adapun pusat kegiatan yang terdapat pada kawasan ini
antara lain:
x Pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara,
serta minyak dan gas bumi,
x Pusat industri hilir pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan
karet, pusat pengolahan hasil hutan, pusat pengembangan wisata
budaya.
Adapun kendala dan tantangan yang terdapat kawasan ini, antara lain:
x Menurunnya produktivitas hasil pertanian padi maupun perikanan
tambak terutama pada musim kemarau,
x Kurang termanfaatkannya sumber-sumber energi dan air,
x Terjadinya banjir di beberapa titik akibat luapan air sungai,
x Kurang tersedianya perbaikan rumah yang sudah tidak layak huni
bagi warga yang kurang mampu,
x Kurang tersedianya tempat tinggal bagi para pekerja,
x Tidak adanya akses jalan tempuh yang mengurai kepadatan
pengendara,
x Ada beberapa penumpukan-penumpukan sampah di lokasi
pembuangan sementara maupun di tempat-tempat bukan lokasi
pembuangan sampah,
x Kurang meratanya pasokan air bersih,
x Terjadinya pencemaran lingkungan oleh limbah yang terbuang
sembarangan kesungai maupun ke lingkungan langsung.
Oleh karena itu, indikasi program yang terdapat pada kawasan ini,
antara lain:
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Bendung dan Jaringan
Daerah Irigasi Manunggal,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan, Peningkatan,
Rehabilitasi Jaringan Irigasi Daerah Irigasi dan Rawa,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali Banjir,
x Bantuan Stimulan Rumah Swadaya Dengan Peningkatan Kualitas,

158
x Pembangunan Rusun Pekerja RSUD AM Parikesit Tenggarong,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Jalan Ring Road dan
Jalan Lingkar,
x Pembangunan Sarana/Prasararna Persampahan (TPS),
x Pembangunan SPAM,
x Penyusunan Dokumen, Pengembangan dan Peningkatan IPAL.
I. Kawasan 23.2 Kawasan Perindustrian Bontang – Sangatta – Maloy
1. PKW Sangatta
PKW Sangatta berlokasi di Kabupaten Kutai Timur dan didukung simpul
transportasi Pelabuhan Laut Sanggata, dan Pelabuhan Kuala Sangatta
yang terintegrasi dengan Sungai Sangata. Adapun pusat kegiatan yang
terdapat di kawasan ini, antara lain:
x Pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara,
serta minyak dan gas bumi,
x Pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet,
x Pusat pengolahan hasil hutan,
x Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan,
x Pusat pengembangan wisata budaya.
Adapun kendala dan tantangan yang terjadi pada kawasan ini, antara
lain:
x Kurang tersedianya air baku untuk sehari-hari,
x Adanya abrasi pantai di beberapa tempat di sepanjang pantai,
x Kurang tersedianya tempat tinggal bagi para pekerja yang
membangun kawasan MBTK dan KTM Maloy,
x Banyak rumah-rumah warga yang sudah rusak dan tidak terperbaiki
karena penghuninya kurang mampu dan berpenghasilan rendah,
x Akses tempuh jalan terhambat dan kurang cepat karena kondisi
jalan yang tidak rata dan ada beberapa yang berlubang,
x Kekurangan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
Oleh karena itu, indikasi program yang direncanakan pada kawasan ini
antara lain:
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengambilan Air Baku,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai,
x Pembangunan Rumah Pekerja MBTK dan KTM Maloy,
x Bantuan Stimulan rumah Swadaya dengan Peningkatan Kualitas,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan dan Peningkatan
Kapasitas Jalan,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan SPAM Maloy,

159
x Penyusunan Dokumen dan Peningkatan Unit Distribusi Air Minum,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan p/p Pipa HDPE.
2. KEK MBTK (Maloy Batuta Trans Kalimantan)
Kawasan Ekonomi Khusus ini berlokasi di Kabupaten Kutai Timur
dimana KEK MBTK memiliki luas lahan 557,34 hadengan lokasi yang
sangat strategis. Adapun simpul transportasi strategis pendukung
kawasan ini ialah Pelabuhan Laut Sangatta dan Pelabuhan Kuala
Sangatta. KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) memiliki status
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang diresmikan melalui Peraturan
Pemerintah (PP) No. 85 tahun 2014. KEK MBTK merupakan KEK-8 yang
dirancang Pemerintah untuk zona industri, logistik dan pengelolaan
ekspor. Adapun kendala dan tantangan yang terjadi pada kawasan ini,
antara lain:
x Kurang tersedianya air baku untuk sehari-hari
x Adanya abrasi pantai di beberapa tempat di sepanjang pantai
x Kurang tersedianya tempat tinggal bagi para pekerja yang
membangun kawasan MBTK dan KTM Maloy
x Banyak rumah-rumah warga yang sudah rusak dan tidak terperbaiki
karena penghuninya kurang mampu dan berpenghasilan rendah
x Akses tempuh jalan terhambat dan kurang cepat karena kondisi
jalan yang tidak rata dan ada beberapa yang berlubang
x Kekurangan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari
Oleh karena itu, indikasi program yang direncanakan pada kawasan ini
antara lain:
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengambilan Air Baku,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai,
x Pembangunan Rumah Pekerja MBTK dan KTM Maloy,
x Bantuan Stimulan rumah Swadaya dengan Peningkatan Kualitas,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan dan Peningkatan
Kapasitas Jalan,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan SPAM Maloy,
x Penyusunan Dokumen dan Peningkatan Unit Distribusi Air Minum,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan p/p Pipa HDPE.
3. KPPN Rantau Pulung, Sangkulirang (Sangatta)
KPPN ini berlokasi di Kabupaten Kutai Timur dimana memiliki luas
wilayah 35.747,50 km². Kendala dan tantangan yang dihadapi pada
kawasan ini, antara lain 1) Kurang tersedianya air baku untuk sehari-
hari; 2) Adanya abrasi pantai di beberapa tempat di sepanjang pantai;

160
3) Kurang tersedianya tempat tinggal bagi para pekerja yang
membangun KPPN Rantau Pulung; 4) Banyak rumah-rumah warga
yang sudah rusak dan tidak terperbaiki karena penghuninya kurang
mampu dan berpenghasilan rendah; 5) Akses tempuh jalan terhambat
dan kurang cepat karena kondisi jalan yang tidak rata dan ada
beberapa yang berlubang; 6) Kekurangan air bersih untuk kebutuhan
sehari-hari. Oleh karena itu, indikasi program yang diusulkan untuk
kawasan ini, antara lain:
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengambilan Air Baku,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai,
x Pembangunan Rumah Pekerja MBTK dan KTM Maloy,
x Bantuan Stimulan rumah Swadaya dengan Peningkatan Kualitas,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan dan Peningkatan
Kapasitas Jalan,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan SPAM Maloy,
x Penyusunan Dokumen dan Peningkatan Unit Distribusi Air Minum,
4. KTM Maloy Kaliorang
KTM Maloy Kaliorang berlokasi di Kabupaten Kutai Timur dimana
terdapat wilayah pesisir di Teluk Sangkulirang dengan luas wilayah
8.000 ha. Dalam pengembangannya, terdapat tantangan yang harus
dihadapi, yaitu :
x Kurang tersedianya air baku untuk sehari-hari
x Adanya abrasi pantai di beberapa tempat di sepanjang pantai
x Kurang tersedianya tempat tinggal bagi para pekerja yang
membangun kawasan MBTK dan KTM Maloy
x Banyak rumah-rumah warga yang sudah rusak dan tidak terperbaiki
karena penghuninya kurang mampu dan berpenghasilan rendah
x Akses tempuh jalan terhambat dan kurang cepat karena kondisi
jalan yang tidak rata dan ada beberapa yang berlubang
x Kekurangan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari
Oleh karena itu, indikasi program yang diusulkan untuk kegiatan ini,
antara lain:
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengambilan Air Baku,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengamanan Pantai,
x Pembangunan Rumah Pekerja MBTK dan KTM Maloy,
x Bantuan Stimulan rumah Swadaya dengan Peningkatan Kualitas,

161
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan dan Peningkatan
Kapasitas Jalan,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan SPAM Maloy,
x Penyusunan Dokumen dan Peningkatan Unit Distribusi Air Minum,
x Penyusunan Dokumen dan Pembangunan p/p Pipa HDPE.
3.2.2. Analisis Kelayakan Program Jangka Pendek Antar Kawasan
Analisis kelayakan program jangka pendek antar kawasan adalah program –
program jangka pendek yang ada di kawasan prioritas yang ada di antar
kawasan dalam Wilayah pengembangan strategis. Pembahasan terkait
kebutuhkan program disusun dalam rangka mendukung kebutuhan masing
– masing sub kawasan yang ada.

A. Kawasan 21.1 Pusat Pertumbuhan dan Perbatasan Entikong-Nanga-


Badau & Kawasan 21.2 Ekonomi Terpadu Perbatasan Tarakan-Tanjung
Selor-Sebatik-Long Nawang
Potensi sumber daya alam yang dimiliki Provinsi Kalimantan Timur cukup
besar, sebagian telah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian,
pertambangan dan industri. Sebagian besar sumber daya alam tersebut
memiliki potensi untuk dikembangkan, yaitu sumber daya hutan yang
sangat luas, lahan yang relatif subur untuk pertanian, perikanan dan
sumber daya mineral yang cukup besar seperti batubara, emas, minyak
bumi dan gas alam, serta sumber daya kelautan.

Selain potensi tambang, pertanian, dan industri, Provinsi Kalimantan


Timur juga memiliki potensi pariwisata yang cukup besar. Salah satu
potensi pariwisata yang menjadi tujuan utama wisatawan ke Provinsi
Kalimantan Timur adalah Kepulauan Derawan yang berada di Kabupaten
Berau. Sedikitnya terdapat empat pulau yang terkenal di kepulauan ini,
yaitu Pulau Maratua, Pulau Derawan, Pulau Sangalaki, dan Pulau
Kakaban.

1. PKSN Long Pahangai


Berlokasi Kecamatan Long Pahangai Kabupaten Mahakam Ulu,
Kalimantan Timur, dengan Potensi mas, Batubara, Kayu Gaharu,
Sarang Burung Walet, Damar, Rotan. Masyarakat kesulitan dalam
mengakses kebutuhan air baku. Pembuatan sumur tanah sampai pada
kedalaman di atas 20 m dan air yang dihasilkan kurang memadai.
Bendung yang tersedia tidak berfungsi optimal karena kondisi bendung
yang kurang memadai. Rendahnya aksesibilitas yang menghubungkan
antara kawasan perbatasan, dan antar kawasan perbatasan dengan

162
pusat pemerintahan/ kawasan yang relatif lebih berkembang.
Sebagian besar masyarakat di wilayah perbatasan masih bertempat
tinggal di rumah dengan kondisi kurang layak huni.
x Kurangnya sarana/prasarana persampahan;
x Masih banyak warga yang belum mendapat fasilitas sambungan air
dari SPAM.
Untuk mendukung pengembangan PKSN Long Pahangai, maka indikasi
program yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

x Pembangunan sarana/prasarana penyedia air baku;


x Peningkatan fungsi dan pelayanan bendung;
x Pembangunan jalan akses di kawasan strategis perbatasan;
x Pembangunan PSD;
x Pembangunan potensi sumber-sumber energi dan air minum;
x Pembangunan TPST;
x Pembangunan SPAM IKK Long Apari.

3.2.3. Analisis Kelayakan Program Jangka Pendek Antar WPS


Analisis kelayakan program jangka pendek Antar WPS adalah program –
program jangka pendek yang ada di setiap sub kawasan yang tidak masuk ke
dalam WPS namun berada diantar WPS. Pembahasan terkait kebutuhkan
program disusun dalam rangka mendukung kebutuhan masing – masing sub
kawasan yang ada.

A. Antar WPS 20 Ketapang-Pontianak-Singkawang-Sambas dan WPS 21


Temajuk Sebatik
1. Kawasan Perbatasan Darat Republik Indonesia Dan Jantung Kalimantan
(Heart of Borneo) – Kabupaten Melawi
Berlokasi di Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat sesuai
dengan Undang-undang RI No. 34 Tahun 2003 dengan luas wilayah
sebesar 10.640,80 km² yang meliputi wilayah administrasi 11
kecamatan. Adapun potensi di kawasan ini ialah Taman Nasional Bukit
Baka Bukit Raya (TNBBBR), Hasil hutan, Perkebunan (karet, kelapa
sawit), Pertanian Tanaman Pangan (padi), dan Pertambangan
(batubara, uranium). Kendala dan tantangan yang terdapat di kawasan
ini, antara lain :
x Sampah perkotaan belum sepenuhnya bisa tertampung di tempat
pembuangan sampah, sehingga sampah menumpuk;
x Masih kurangnya penyediaan air baku serta minimnya pasokan air
bersih bagi masyarakat;

163
x Sering terjadi banjir terutama di musim hujan; dan
x Tersendatnya arus lalu lintas akibat kondisi jalan akses yang kurang
memadai.
Oleh karena itu, indikasi program yang diarahkan untuk kawasan ini,
antara lain :
x Peningkatan Fungsi TPA;
x Pembangunan Sarana/Prasarana Penyedia Air Baku/ Air Minum;
x Pembangunan Sarana/Prasarana Pengendali Banjir; dan
x Pembangunan Jalan Ruas dan Jalan Akses.

B. Antar WPS 20 Ketapang-Pontianak-Singkawang-Sambas dan WPS 22


Palangkaraya-Banjarmasin-Batulicin
1. PKW Pangkalan Bun
Pusat Kegiatan Wilayah Pangkalan Bun terletak di Kabupaten
Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, dan merupakan
ibukota Kabupaten Kotawaringin Barat. Dasar hukum yang
membentuk kawasan ini adalah PP RI No. 26/2008 mengenai RTRWN
dan Peraturan Presiden RI No. 3/2012 mengenai RTR Pulau
Kalimantan. Beberapa pusat kegiatan yang terdapat di kawasan ini
ialah 1) Pusat industri pengolahan hasil perkebunan karet dan kelapa
sawit; 2) Pusat industri pengolahan hasil hutan; 3) Pusat industri
pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan; 4) Pusat
industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan; 5) Pusat
pengembangan ekowisata; 6) Pusat kegiatan ekonomi; 7)
Pengembangan jaringan drainase yang terintegrasi dengan Sungai
Lamandau; dan 8) Bandar Udara Iskandar. Kendala dan tantangan dari
kawasan ini, antara lain :
x Berkurangnya pasokan air bagi budidaya perairan (tambak-tambak)
sehingga produktivitas budidaya perairan menurun;
x Sampah perkotaan belum sepenuhnya bisa tertampung di tempat
pembuangan sampah, sehingga sampah menumpuk; dan
x Masih kurangnya penyediaan air baku serta minimnya pasokan air
bersih bagi masyarakat.
Oleh karena itu, indikasi program yang diarahkan untuk kawasan ini,
antara lain :
x Peningkatan Jaringan Reklamasi Rawa;
x Rehabilitasi Daerah Rawa;
x Peningkatan Fungsi IPAL;
x Peningkatan Fungsi TPA; dan

164
x Pembangunan Sarana/Prasarana Penyedia Air Baku/Air Minum.
2. PKW Sampit
Pusat Kegiatan Wilayah Sampit terletak di ibukota kabupaten di
Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Kawasan
ini sesuai dengan dasar hukum PP RI No. 26/2008 mengenai RTRWN
dan Peraturan Presiden RI No. 3/2012 mengenai RTR Pulau
Kalimantan. Beberapa pusat kegiatan yang terdapat di kawasan ini
ialah 1) Pusat industri pengolahan hasil perkebunan karet dan kelapa
sawit; 2) Pusat industri pengolahan hasil hutan; 3) Pusat industri
pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan; 4) Pusat
kegiatan ekonomi yang berdekatan/menghadap badan air; 5)
Pengembangan jaringan drainase yang terintegrasi dengan Sungai
Mentaya; 6) Bandar Udara Iskandar; dan 7) Pelabuhan Umum Sampit.
Beberapa kendala dan tantangan yang dihadapi pada kawasan ini,
antara lain :
x Sering terjadi banjir terutama di musim hujan;
x Belum tersedianya rumah layak huni bagi nelayan, warga
menengah, dan warga kurang mampu, sehingga masih banyak
terdapat permukiman kumuh;
x Jalan akses menuju pelabuhan yang kurang baik mengakibatkan
ketidaknyaman bagi pengguna jasa pelabuhan;
x Belum terpenuhinya kebutuhan air baku/air bersih bagi warga; dan
x Kurang tertatanya kawasan perkotaan terutama terkait dengan
Ruang Terbuka Hijau bagi warga masyarakat Kota Sampit.
Oleh karena itu, indikasi program yang diarahkan untuk kawasan ini,
antara lain :
x Pembangunan Sarana/Prasarana Pengendali Banjir;
x Pembangunan Rumah Khusus Nelayan, Penyediaan Rumah Susun,
dan Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya;
x Pembangunan Jalan Ruas dan Jalan Akses Pelabuhan;
x Pembangunan Sarana/Prasarana Penyedia Air Baku/Air Minum;
x Penanganan Kawasan Strategis Perkotaan dan Pengembangan
Destinasi Wisata Hijau.
3. KPPN Arut
KPPN Arut terletak di Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi
2
Kalimantan Tengah dengan luas wilayah sebesar 2.685 km . Adapun
potensi kawasan ini ialah Hasil hutan (kayu, rotan, dan lain-lain);
Perkebunan sawit besar; Perkebunan karet masyaratkat; dan
Pertambangan mineral (emas, bijih besi, galena dan lain-lain).

165
Beberapa kendala dan tantangan yang dihadapi pada kawasan ini,
antara lain :
x Kurang terpenuhinya kebutuhan air baku bagi kebutuhan sehari-
hari dan sulitnya mendapatkan air bersih untuk air minum bagi
warga di KPPN;
x Beberapa titik di KPPN sering terjadi banjir akibat luapan sungai di
musim hujan;
x Belum tersdianya sarana pemukiman yang memadai bagi para
pekerja;
x Tersendatnya lalu lalang kendaraan pengangkut karena akses jalan
yang kecil, dan berlubang;
x Di beberapa lokasi pemukiman sering terjadi penumpukan sampah;
x Sering terjadi banjir akibat menyempitnya saluran air, kekumuhan,
bangunan yang tidak tertata; dan
x Belum adanya tempat yang memadai bagi warga untuk sekedar
bersantai dan berkumpul.
Oleh karena itu, indikasi program untuk kawasan ini antara lain :
x Penyusunan Dokumen sampai dengan Pembangunan Embung;
x Pembangunan Sarana/Prasarana Penyedia Air Baku dan Air Minum;
x Penyusunan Dokumen sampai dengan Pembangunan
Sarana/Prasarana Pengendali Banjir;
x Pembangunan Rumah Khusus Nelayan dan Pembangunan
Permukiman Nelayan;
x Pembangunan dan Penyediaan Rusun bagi Pekerja;
x Pembangunan PSU dan Peningkatan Kualitas Rumah;
x Penyusunan Dokumen sampai dengan Peningkatan Kapasitas Jalan
Akses dan Rekonstruksi Jalan Ruas;
x Peningkatan jalan Natai Raya;
x Penataan Kawasan, Penataan Infrastruktur, dan Penataan RTH; dan
x Pembangunan Saran/Prasarana Infrastruktur SANIMAS dan TPS3R.
4. KPPN Kumai
KPPN Kumai merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah dengan luas wilayah
2
sebesar 2.291 km yang meliputi wilayah administrasi 15 desa dan 3
kelurahan. Adapun potensi kawasan ini ialah dari hasil hutan, tanaman
pangan (padi), perkebunan (karet, sawit), dan pertambangan mineral
(bijih besi). Pulau Kalimantan berfungsi sebagai paru-paru dunia
dengan potensi berupa keanekaragaman hayati dan kawasan berfungsi
lindung yang bervegetasi hutan tropis basah. Kawasan ini merupakan
lumbung energi nasional dengan potensi minyak bumi, gas, dan
batubara. Adapun pusat kegiatan yang terdapat di kawasan ini, antara

166
lain :
x Pusat pertambangan mineral, batubara, minyak bumi dan gas;
x Pusat perkebunan kelapa sawit, karet, dan hasil hutan;
x Pengembangan kawasan perkotaan berbasis air;
x Kawasan ekowisata berbasis hutan tropis basah dan wisata budaya;
x Lumbung pangan nasional; dan
x Kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu
gerbang negara yang berbatasan dengan negara Malaysia.
5. KPPN Pangkalan Banteng
KPPN Pangkalan Banteng terletak di Kabupaten Kotawaringin Barat,
2
Provinsi Kalimantan Tengah dengan luas wilayah sebesar 329 km .
Potensi kawasan ini ialah Pertanian (padi), Perkebunan sawit besar,
Pertambangan mineral (zirkon, batubara, dan bauksit). Adapun
kendala dan tantangan kawasan ini, antara lain :
x Kurang terpenuhinya kebutuhan air baku bagi kebutuhan sehari-
hari dan sulitnya mendapatkan air bersih untuk air minum bagi
warga di KPPN;
x Beberapa titik di KPPN sering terjadi banjir akibat luapan sungai di
musim hujan;
x Belum tersedianya sarana pemukiman yang memadai bagi para
pekerja;
x Tersendatnya lalu lalang kendaraan pengangkut karena akses jalan
yang kecil, dan berlubang;
x Di beberapa lokasi pemukiman sering terjadi penumpukan sampah;
x Sering terjadi banjir akibat menyempitnya saluran air, kekumuhan,
bangunan yang tidak tertata; dan
x Belum adanya tempat yang memadai bagi warga untuk sekedar
bersantai dan berkumpul.
Oleh karena itu, indikasi program untuk kawasan ini antara lain :
x Penyusunan Dokumen sampai dengan Pembangunan Embung;
x Pembangunan Sarana/Prasarana Penyedia Air Baku dan Air Minum;
x Penyusunan Dokumen sampai dengan Pembangunan
Sarana/Prasarana Pengendali Banjir;
x Pembangunan Rumah Khusus Nelayan dan Pembangunan
Permukiman Nelayan;
x Pembangunan dan Penyediaan Rusun bagi Pekerja;
x Pembangunan PSU dan Peningkatan Kualitas Rumah;
x Penyusunan Dokumen sampai dengan Peningkatan Kapasitas Jalan
Akses dan Rekonstruksi Jalan Ruas;
x Peningkatan jalan Natai Raya;
x Penataan Kawasan, Penataan Infrastruktur, dan Penataan RTH; dan

167
x Pembangunan Sarana/Prasarana Infrastruktur SANIMAS dan
TPS3R.
6. KPPN Pangkalan Lada
KPPN Pangkalan Lada ini terletak pada kabupaten Kotawaringin Barat,
Provinsi Kalimantan Tengah dengan luas wilayah kawasan ini sebesar
2
229 km yang meliputi wilayah administrasi pada 11 desa. Potensi
kawasan ini antara lain Perikanan tambak, Pertanian Tanaman Pangan
(padi, jagung, lada), Perkebunan (karet, sawit, kelapa), dan
Pertambangan mineral (galena, emas, bauksit). Pulau Kalimantan
berfungsi sebagai paru-paru dunia dengan potensi berupa
keanekaragaman hayati dan kawasan berfungsi lindung yang
bervegetasi hutan tropis basah. Kawasan ini merupakan lumbung
energi nasional dengan potensi minyak bumi, gas, dan batubara.
Adapun pusat kegiatan yang terdapat di kawasan ini, antara lain :
x Pusat pertambangan mineral, batubara, minyak bumi dan gas;
x Pusat perkebunan kelapa sawit, karet, dan hasil hutan;
x Pengembangan kawasan perkotaan berbasis air;
x Kawasan ekowisata berbasis hutan tropis basah dan wisata budaya;
x Lumbung pangan nasional; dan
x Kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu
gerbang negara yang berbatasan dengan negara Malaysia.
7. KSPN Tanjung Putting
KSPN Tanjung Putting terletak di Kabupaten Kotawaringin Barat dan
Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah dengan wilayah seluas 415.040
ha. Dasar hukum yang melandasi pembentukkan kawasan ini ialah PP
RI No. 50/2011 tentang RIPPARNAS 2010 – 2025. Kawasan ini terdiri
atas Suaka Margasatwa Tanjung Putting seluas 300.040 ha, hutan
produksi seluas 90.000 ha (eks HPH PT. Hesubazah), dan kawasan
perairan seluas 25.000 ha. Simpul transportasi pendukung utama
kawasan ini ialah Bandar Udara Iskandar. Kendala dan tantangan yang
terdapat di kawasan ini antara lain :
x Kurang tersedianya rumah layak huni sehingga beberapa kawasan
permukiman di wilayah pendukung KSPN Tanjung Putting terlihat
kumuh;
x Kurangnya permukiman pedesaan di kawasan minapolitan; dan
x Kurang tersedianya perumahan bagi pekerja di wilayah pendukung
KSPN Tanjung Puting untuk itu diperlukan pembangunan
perumahan dalam bentuk rumah susun.
Indikasi program yang kemudian diarahkan pada kawasan ini antara

168
lain:
x Peningkatan Kualitas Permukiman;
x Pembangunan PSD Permukiman Pedesaan; dan
x Bantuan Stimulan Perumahan.
C. Antar WPS 21 Temajuk-Sebatik dan WPS 22 Palngka Raya-
Banjarmasin-Batulicin
1. PKW Muara Teweh
Pusat Kegiatan Wilayah Muara Teweh terletak di Kabupaten Barito
Utara, Provinsi Kalimantan Tengah dengan luas wilayah sebesar 8.300
km². Kawasan ini terbentuk sesuai dengan kebijakan PP RI No. 26/2008
– RTRWN dan Peraturan Presiden RI No. 3/2012 – RTR Pulau
Kalimantan. Simpul transportasi pendukung utama kawasan ini berupa
Bandar Udara Baru Muara Teweh yaitu Bandar Udara Beringin. Potensi
dan pusat kegiatan yang terdapat pada kawasan ini, antara lain :
x Pusat industri pengolahan hasil tambang mineral dan batubara;
x Pusat industri pengolahan hasil perkebunan karet dan kelapa sawit;
x Pusat industri pengolahan hasil hutan;
x Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian
tanaman pangan;
x Pengembangan jaringan drainase yang terintegrasi dengan Sungai
Barito;dan
x Pusat kegiatan ekonomi.
Adapun Kendala dan tantangan yang terjadi pada kawasan ini, antara
lain :
x Kurang tersedianya rumah layak huni bagi warga menengah dan
kurang mampu;
x Tersendatnya lalu lalang pengguna jalan yang akan masuk dan
keluar Kota Sampit dikarenakan kondisi jalan batas kota yang
kurang memadai;
x Sering terjadi genangan air/ banjir terutama di musim;
x Di beberapa lokasi masih sering terjadi penumpukan sampah; dan
x Kurang terjaganya kebersihan di lingkungan permukiman sehingga
terkesan kumuh.
Oleh karena itu, indikasi program untuk kawasan ini diarahkan untuk
kegiatan sebagai berikut :
x Pembangunan Rumah Umum Tapak Layak Huni Melalui Bantuan
PSU;
x Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya;
x Pelebaran Jalan Ruas Batas Kota;
x Penanganan Kawasan Kumuh;

169
x Optimalisasi IKK untuk MBR; dan
x Penanganan Kawasan Strategis Kota.
2. PKW Buntok
Pusat Kegiatan Wilayah Buntok terletak di Kabupaten Barito Selatan,
2.
Provinsi Kalimantan Tengah dengan luas wilayah sebesar 8.300 km
Kawasan ini terbentuk sesuai dengan kebijakan PP RI No. 26/2008 –
RTRWN dan Peraturan Presiden RI No. 3/2012 – RTR Pulau Kalimantan.
Simpul transportasi pendukung utama di kawasan ini ialah Pelabuhan
Penyeberangan Pendang. Pusat-pusat kegiatan yang terdapat di
kawasan ini antara lain :
x Pusat industri pengolahan hasil perkebunan karet dan kelapa sawit;
x Pusat industri pengolahan hasil hutan;
x Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian
tanaman pangan;
x Pengembangan jaringan drainase yang terintegrasi dengan Sungai
Barito; dan
x Pusat kegiatan ekonomi.
Adapun Kendala dan tantangan yang terdapat di kawasan ini antara
lain :
x Kurang tersedianya permukiman bagi warga kurang mampu;
x Tersendatnya pengguna jalan lingkungan kaena kondisi yang
sempit;
x Belum optimalnya sistem persampahan karena kondisi
infrastruktur yang rusak; dan
x Belum terpenuhinya kebutuhan air bersih karena kondisi jaringan
yang belum bisa menjangkau konsumen.
Oleh karena itu, indikasi program pada kawasan ini diarahkan untuk
beberapa program sebagai berikut :
x Penyediaan Rumah Susun, Pembangunan dan Peningkatan Rumah
Swadaya MBR,
x Pelebaran Jalan Akses;
x Pembangunan PSD Permukiman;
x Peningkatan Jalan Lingkungaan;
x Pembangunan Sarana/Prasarana Persampahan;
x Penataan Kawasan Strategis; dan
x Optimalisasi sambungan IPA.
3. Kapet DAS Kahayan-Kapuas-Barito
Kawasan ini terbentuk berdasar hukum sesuai dengan kebijakan
KepPres RI No. 170/1998 – Penetapan KAPET DAS KAKAB, KepPres RI
No, 150/2000 – KAPET, PerGub Provinsi Kalimantan Tengah No.

170
2/2011 – Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola KAPET
DAS KAKAB. Kawasan ini terletak di Kabupaten Barito Selatan, Provinsi
2
Kalimantan Tengah dengan luas wilayah 236,73 km , meliputi wilayah
administrasi di 4 kecamatan. Cakupan wilayah DAS KAKAB meliputi
DAS Kahayan, DAS KAPUAS, dan DAS Barito (Kota Palangka Raya,
Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Kapuas, dan Kabupaten Pulang
Pisau). Potensi kegiatan yang terdapat di kawasan ini antara lain :
x Pertanian tanaman pangan (padi);
x Pertanian hortikultura;
x Perkebunan (karet, kelapa sawit); dan
x Perikanan sungai.
Adapun kendala dan tantangan yang terdapat di kawasan ini, antara
lain :
x Ketersediaan akses jalan yang belum memadai untuk menuju
sumber bahan baku maupun menuju outlet/ pengolahan;
x Ketersediaaan sarana perhubungan berupa pelabuhan, terminal
yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh aktivitas di KAPET;
x Ketersediaan alat transportasi darat dan sungai baik orang maupun
barang dari dan menuju ke wilayah KAPET masih terbatas; dan
x Belum terpenuhinya kebutuhan air baku dan air bersih bagi
aktivitas dan kebutuhan sehari-hari masyarakat di KAPET.
Oleh karena itu, indikasi program pada kawasan ini diarahkan untuk
beberapa program sebagai berikut :
x Penyusunan/Penyiapan Dokumen s.d Rekonstruksi dan
Peningkatan Kapasitas Jalan Akses dan Jalan Ruas;
x Pembangunan Jalan Usaha Tani;
x Penyusunan Dokumen s.d Pembangunan Jembatan; dan
x Pembangunan Sarana/Prasarana Penyedia Air Baku dan Air Minum.
4. Kawasan Perbatasan Darat Republik Indonesia dan Jantung Kalimantan
(Heart of Borneo) – Kabupaten Barito Utara
Berlokasi di Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah.
Adapun dasar hukum dari pembentukan kawasan ini, antara lain UU RI
No.27/1959 – Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan dan
Keputusan Mendagri No. C.17/15/3 29 Juni 1950 – Pembentukan
2
Daerah. Dengan luas wilayah sebesar 8.300 km yang meliputi wilayah
administrasi di 9 kecamatan. Adapun potensi yang terdapat di kawasan
ini ialah hasil hutan (kayu hutan, damar), perkebunan (karet, kelapa
sawit), pertanian tanaman pangan (padi), pertambangan (batubara,
emas, minyak bumi, gas alam, uranium); dan pariwisata. Simpul

171
transportasi pendukung utama kawasan ini antara lain Bandar Udara
Baru Muara Teweh: Beringin. Kendala dan tantangan yang terdapat di
kawasan ini antara lain :
x Kurang tersedianya rumah layak huni bagi warga menengah dan
kurang mampu;
x Tersendatnya lalu lalang pengguna jalan yang akan masuk dan
keluar Kota Sampit dikarenakan kondisi jalan batas kota yang
kurang memadai;
x Sering terjadi genangan air/ banjir terutama di musim hujan;
x Di beberapa lokasi masih sering terjadi penumpukan sampah; dan
x Kurang terjaganya kebersihan di lingkungan permukiman sehingga
terkesan kumuh.
Indikasi program yang diarahkan untuk dilakukan untuk kawasan ini
antara lain :
x Pembangunan Rumah Umum Tapak Layak Huni Melalui Bantuan
PSU;
x Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya;
x Pelebaran Jalan Ruas Batas Kota;
x Penanganan Kawasan Kumuh;
x Optimalisasi IKK untuk MBR; dan
x Penanganan Kawasan Strategis Kota.
5. Kawasan Perbatasan Darat Republik Indonesia dan Jantung Kalimantan
(Heart of Borneo) – Kabupaten Gunung Mas
Kawasan ini terletak di Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan
2
Tengah dengan luas wilayah kawasan ini mencapai 10.804 km yang
meliputi wilayah administrasi di 12 kecamatan. Adapun dasar hukum
untuk kawasan ini adalah UU RI No. 5/2002 – Pembentukan Kabupaten
Gunung Mas. Potensi kawasan ini diantaranya adalah hasil hutan,
perkebunan (karet, kelapa sawit, kopi), pertanian tanaman pangan
(padi, jagung, ubi kayu), pertambangan (batubara, emas, bijih besi),
dan pariwisata. Simpul tranportasi pendukung utama untuk kawasan
ini adalah Bandar Udara Kuala Kurun: Sangkalemu. Adapun kendala
dan tantangan yang terdapat pada kawasan ini, antara lain :
x Kurang tersedianya rumah layak huni bagi warga menengah dan
kurang mampu;
x Tersendatnya lalu lalang pengguna jalan yang akan masuk dan
keluar Kota Kuala Kurun dikarenakan kondisi jalan batas kota yang
kurang memadai;
x Sering terjadi genangan air/ banjir terutama di musim hujan;
x Di beberapa lokasi masih sering terjadi penumpukan sampah; dan

172
x Kurang terjaganya kebersihan di lingkungan permukiman sehingga
terkesan kumuh.
Oleh karena itu, indikasi program yang diarahkan untuk dilakukan
untuk kawasan ini antara lain :
x Pembangunan Rumah Umum Tapak Layak Huni melalui Bantuan
PSU;
x Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya;
x Pelebaran Jalan Ruas Batas Kota;
x Penanganan Kawasan Kumuh;
x Pembangunan Sarana/Prasarana Persampahan;
x Optimalisasi IKK untuk MBR; dan
x Penanganan Kawasan Strategis Kota.
6. Kawasan Perbatasan Darat Republik Indonesia Dan Jantung Kalimantan
(Heart of Borneo) – Kabupaten Katingan
Kawasan ini terletak di Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan
2
Tengah dengan luas wilayah kawasan ini mencapai 17.800 km yang
meliputi wilayah administrasi di 13 kecamatan. Adapun dasar hukum:
untuk kawasan ini ialah Undang-Undang RI No. 5/2002 – Pembentukan
Kabupaten Katingan. Potensi kawasan ini berupa hasil hutan (rotan),
perkebunan (kelapa sawit, karet, kelapa, durian), perikanan tangkap
dan perikanan budidaya, pertambangan (batubara, zirkon, emas, bijih
besi, bauksit), pariwisata (alam), Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
(TNBBR), dan Taman Nasional Sebangau. Simpul transportasi
pendukung utama kawasan ini adalah Bandar Udara Tumbang Samba.
Adapun kendala dan tantangan yang terdapat di kawasan ini, antara
lain :
x Terhambatnya aktivitas pengangkutan hasil pertanian karena
kondisi jalan yang tidak memadai ke kawasan pertanian;
x Kurang tersedianya rumah layak huni bagi warga menengah dan
kurang mampu; dan
x Di beberapa lokasi masih sering terjadi penumpukan sampah.
Oleh karena itu, indikasi program yang diarahkan untuk dilakukan
untuk kawasan ini antara lain :
x Pembangunan Jalan Usaha Tani;
x Pembangunan Rumah Umum Tapak Layak Huni Melalui Bantuan
PSU; dan
x Pembangunan Sarana/Prasarana Persampahan.

173
7. Kawasan Perbatasan Darat Republik Indonesia Dan Jantung Kalimantan
(Heart of Borneo) – Kabupaten Murung Raya
Kawasan ini terletak di Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan
2
Tengah dengan luas wilayah mencapai 23.700 km yang meliputi
wilayah administrasi di 13 kecamatan. Dasar hukum kawasan ini
adalah Undang-undang RI No. 5/2002 – Pembentukan Kabupaten
Murung Raya. Potensi yang dimiliki kawasan ini diantaranya :
x Pertanian tanaman pangan (padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu)
x Perkebunan (karet);
x Perikanan tangkap dan perikanan budidaya ;
x Pertambangan (minyak, gas bumi, batubara, emas, perak, intan);
dan
x Simpul Transportasi Pendukung Utama: Bandar Udara Tira Tangka
Balang (tahap pembangunan) berdasarkan SK Menhub No. KP 284
Tahun 2010 tentang Penetapan Lokasi Bandara Tira Tangka Balang
dan Pelabuhan Puruk Cahu.
Adapun permasalahan yang terjadi di kawasan ini, antara lain :
x Sering terjadi banjir;
x Belum sepenuhnya terpenuhi pasokan air minum bagi warga;
x Belum terpenuhinya rumah layak huni bagi pekerja;
x Kurang tertatanya kawasan sehingga menyebabkan banyaknya
bangunanan liar dan terkesan kumuh; dan
x Tersendatnya lalu lintas kendaraan akibat jalan akses yang sempit
dan kurangnya jalan akses dari dan menuju kawasan;
Oleh karena itu, indikasi program untuk kawasan ini antara lain :
x Penyusunan Dokumen s.d Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali Banjir;
x Penyusunan Dokumen s.d Pengembangan dan Peningkatan TPA,
IPAL dan Unit Distribusi Air Minum;
x Pembangunan Rusun untuk Pekerja;
x Penyusunan Dokumen s.d PSD Penataan dan Revitalisasi Kawasan;
x Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan; dan
x Pembangunan Jalan Baru Akses, Peningkatan dan Pelebaran Jalan.
8. Pelabuhan Penyeberangan Telang Baru
Pelabuhan Penyeberangan Telang Baru memiliki luas terbangun 338
2
m dengan luas lahan total ± 1 ha. Adapun tahun awal pembangunan
ialah pada tahun 2007. Lokasi kawasan ini terletak di Kabupaten Barito
Timur, Kalimantan Tengah. Adapun dasar Hukum: UU RI No. 5/2002 –
Pembentukan Kabupaten Barito Timur. Potensi yang terdapat di
kawasan ini antara lain :

174
x Pertanian tanaman pangan (padi);
x Perkebunan (karet);
x Perikanan tangkap dan perikanan budidaya; dan
x Pertambangan (batubara, bijih besi, zircon).
Adapun kendala dan tantangan yang terdapat di kawasan ini ialah :
x Tersendatnya arus lalu lintas karena kondisi jalan yang sempit;
x Sistem persampahan yang tidak berjalan dengan baik sehingga
sering terjadi penumpukan sampah; dan
x Kurang tertatanya taman dan RTH.
Oleh karena itu, indikasi program untuk kawasan ini ialah :
x Pelebaran Jalan Ruas Patas-Ampah;
x Pembangunan Sarana/Prasarana Persampahan; dan
x Penataan RTH dan Penataan Kawasan Strategis.
9. D.I. Karau
D.I Karau terletak di Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah.
Daerah layanan D.I. Karau meliputi 9 desa yang tersebar di dua
kecamatan dengan luas areal sawah yang bisa di aliri sebesar ± 3.794
ha. Adapun indikasi program untuk kawasan ini ialah :
x Meningkatkan penyediaan air pada areal persawahan yang berada
di sepanjang aliran Sungai Karau, sehingga pada musim kemarau
persawahan tersebut dapat ditanami menjadi 2 kali setahun
dengan intensitas 200%; dan
x Penyusunan Dokumen s.d Pembangunan Jaringan Irigas D.I. Karau
dan Peningkatan Daerah Irigasi.
10. Pelabuhan Laut Seruyan – Teluk Sigintung (PP)
Pelabuhan Laut Seruyan – Teluk Sigintung (PP) terletak di
Kabupataen Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah. Dasar hukum
kawasan ini ialah UU RI No. 5/2002 tentang Pembentukan Kabupaten
Seruyan. Adapun tantangan untuk kawasan ini ialah :
x Abrasi pantai yang merusak kawasan pelabuhan dan sekitarnya;
x Sering terjadi banjir di beberapa titik di kawasan akibat luapan
sungai;
x Terhambatnya waktu tempuh perjalanan bagi pengguna jalan
karena kondisi jalan yang tidak memadai;
x Penumpukan sampah akibat sistem persampahan yang tidak
berjalan dan kurang memadainya tempat pengolahan limbah bagi
industri;
x Tidak terpeliharanya Kawasan Strategis akibat bangunan dan
sarana/ prasarana yang tidak tertata dengan baik; dan
x Semakin meluasnya lahan-lahan kering.

175
Oleh karena itu, indikasi program untuk kawasan ini ialah :
x Penyusunan Dokumen s.d Pembangunan Sarana/Prasarana
Bangunan Pengaman Pantai;
x Penyusunan Dokumen s.d Pembangunan Pengendali Banjir;
x Penyusunan/Penyiapan Dokumen s.d Rekonstruksi dan
Peningkatan Kapasitas Jalan Akses dan Jalan Ruas,
x Penataan RTH;
x Penanganan Persampahan dan Air Limbah;
x Optimalisasi IPA IKK;
x Penataan Kawasan Strategis, Destinasi Wisata dan Revitalisasi
Kawasan; dan
x Peningkatan jaringan reklamasi rawa.
D. Antar WPS 21 Temajuk-Sebatik dan WPS 23 Balikpapan-Samarinda-
Maloy
1. PKN Tarakan
Dasar Hukum untuk Pusat Kegiatan Nasional ialah PP RI No. 26/2008 –
RTRWN dan Peraturan Presiden RI No. 3/2012 – RTR Pulau Kalimantan.
Lokasi kawasan ini berada di Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara
2
dengan luas wilayah sebesar 250,8 km . Potensi wilayah kawasan ini
antara lain :
x Pusat industri pengolahan hasil pertambangan minyak bumi;
x Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan;
x Pusat perdagangan dan jasa;
x Simpul Transportasi Pendukung Utama;
x Pelabuhan Utama Malundung (Pelabuhan Internasional) melayani
tujuan Jawa, Sulawesi, dan Malaysia;
x Pelabuhan Tengkayu I melayani wilayah di Kalimantan Utara;
x Pelabuhan Tengkayu II pelabuhan bongkar muat;
x Pelabuhan Juwata Laut (pelabuhan Ferry); dan
x Bandar Udara Juwata.
Adapun kendala dan tantangan yang terdapat di kawasan ini antara
lain :
x Tingkat abrasi yang tinggi di pesisir pantai;
x Belum mencukupinya pemenuhan kebutuhan air baku di Kota
Tarakan;
x Belum tercukupinya rumah layak huni bagi pekerja;
x Belum mencukupinya sarana/prasarana persampahan di Kota
Tarakan;
x Kurang memadainya tempat pengolahan limbah bagi industri;
x Sering meluapnya air sungai Semunti; dan

176
x Terjadi penggerusan aliran sungai Sesanip.
Oleh karena itu, indikasi program yang terdapat di kawasan ini antara
lain :
x Penyusunan Dokumen sampai dengan Pembangunan Tanggul
Pengamanan Pantai;
x Penyusunan Dokumen sampai dengan Pembangunan Embung di
Kota Tarakan;
x Pembangunan Rumah Khusus;
x Pembangunan Sarana/Prasarana Pengolahan Sampah Akhir; dan
x Pembangunan Sarana/prasarana Pengolahan Limbah.
2. PKW dan Kota Baru Tanjung Selor
Dasar Hukum untuk kawasan ini antara lain PP RI No. 26/2008 –
RTRWN, Peraturan Presiden RI No. 3/2012 – RTR Pulau Kalimantan,
dan Undang-Undang RI No. 27/1959. Lokasi kawasan ini terletak di
Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara. Adapun luas wilayah
2
sebesar 1.277,81 km dengan beberapa potensi wilayah sebagai
berikut :
x Pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara,
serta minyak dan gas bumi;
x Pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet;
x Pusat pengolahan hasil hutan;
x Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan;
x Pusat pengembangan ekowisata;
x Pusat kegiatan ekonomi;
x Simpul Transportasi Pendukung Utama:
x Bandar Udara Tanjung Harapan
x Pelabuhan Tanjung Selor sebagai pelabuhan pengumpul yang
melayani PKW Tanjung Selor, PKW Malinau, dan PKW Tanlumbis;
dan
x Pelabuhan Penyeberangan/ASDP Ancam.
Adapun kendala dan tantangan yang terdapat di kawasan ini antara
lain :
x Sering terjadi banjir;
x Abrasi wilayah pesisir pantai akibat terjangan ombak;
x Kurang termanfaatkannya sumber-sumber daya energi dan air
karena kondisi dan kualitas sarana/prasarana yang kurang
mendukung sehingga menurunnya tingkat pemenuhan kebutuhan
energi dan air bagi masyarakat;
x Belum terpenuhinya pasokan air minum bagi warga;
x Intake yang tersedia tidak mendukung lagi sehingga perlu adanya
pemindahan ke tempat yang lebih strategis;

177
x Belum terpenuhinya rumlah layak huni bagi pekerja;
x Kurang tertatanya kawasan sehingga menyebabkan banyaknya
bangunanan liar dan terkesan kumuh; dan
x Tersendatnya lalu lintas kendaraan akibat jalan akses yang sempit
dan kurangnya jalan akses dari dan menuju kawasan.
Oleh karena itu, indikasi program yang terdapat di kawasan ini antara
lain :
x Penyusunan Dokumen s.d Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali Banjir;
x Penyusunan Dokumen s.d Pembangunan Sarana/Prasarana Tanggul
Pengaman Pantai;
x Penyusunan Dokumen s.d Pengembangan Waduk;
x Penyusunan Dokumen s.d Pembangunan Daerah Rawa;
x Penyusunan Dokumen s.d Pembangunan Bendungan;
x Penyusunan Dokumen s.d Pengembangan dan Peningkatan TPA,
IPAL dan Unit Distribusi Air Minum;
x Penyusunan Dokumen s.d Pemindahan Intake Air Minum;
x Pembangunan Rusun untuk Pekerja Industri;
x Penyusunan Dokumen s.d PSD Penataan dan Revitalisasi Kawasan;
x Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan; dan
x Pembangunan Jalan Baru Akses, Peningkatan dan Pelebaran Jalan.
3. PKW Tanjung Redeb
Dasar Hukum kawasan ini berasal dari PP RI No. 26/2008 – RTRWN dan
PerPres RI No. 3/2012 – RTR Pulau Kalimantan. Kawasan ini terletak di
Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah
2
23,76 km . Pusat kegiatan yang terdapat di kawasan ini ialah 1) Pusat
industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara, serta
minyak dan gas bumi; 2) Pusat pengolahan hasil hutan; 3) Pusat
industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan; 4) Pusat
pengembangan ekowisata; 5) Pusat kegiatan ekonomi; dan 6) Simpul
Transportasi Pendukung Utama, yakni Pelabuhan Laut Mantaritip &
Pelabuhan Tanjung Redeb (PP), dan Bandar Udara Kalimarau.
Permasalahan dari kawasan ini antara lain :
x Kerusakan pesisir pantai (abrasi) akibat gelombang laut;
x Sering terjadi banjir yang di sebabkan luapan air sungai di musim
hujan;
x Tidak adanya jalan alternatif yang lebih singkat untuk menuju ke
kawasan karena akses dari dan menuju ke kawasan di lewati oleh
sungai;
x Penanganan sampah di kawasan masih kurang, sehingga

178
masyarakat masih kesulitan untuk membuang sampah; dan
x Kurangnya pasokan air minum bagi warga di PKW Tanjung Redeb.
Oleh karena itu, indikasi program untuk kawasan ini antara lain :
x Pembangunan Sarana/Prasarana Pengamanan Pantai.
x Pembangunan Sarana/Prasarana Pengendali Banjir;
x Pembangunan Jalan Akses;
x Pembangunan Jembatan Penghubung;
x Penanganan Perbatasan Laut
x Pembangunan Sarana/Prasarana Persampahan; dan
x Pengembangan dan Peningkatan Unit Distribusi Air Minum.
4. PKW Sendawar
PKW Sendawar terletak di Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan
Timur dengan luas wilayah kawasan ini ialah 20.591 ha. Kawasan ini
dibentuk berdasarkan PP RI No. 26/2008 tentang RTRWN. Potensi dari
kawasan ini antara lain :
x Pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet;
x Pusat pengolahan hasil hutan;
x Pusat pengembangan wisata budaya; dan
x Terdapat simpul Transportasi Pendukung Utama, berupa
Pelabuhan Melak dan Bandar Udara Melalan.
Adapun kendala dan tantangan kawasan ini antara lain :
x Beberapa titik kawasan sering terjadi banjir akibat luapan sungai;
x Belum mencukupinya air baku untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari dan belum meratanya pasokan air minum bagi masyarakat;
x Kurang tersedianya rumah layak huni bagi warga menengah dan
kurang mampu; dan
x Kurangnya akses jalan dari dan menuju kawasan.
Oleh karena itu, indikasi program untuk kawasan ini ialah :
x Penyusunan Dokumen s.d Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendalian Banjir;
x Penyusunan Dokumen s.d Peningkatan Bendung Jenengan Danum;
x Penyusunan Dokumen DED Sampai Pengembangan dan
Peningkatan Distribusi Air Minum;
x Bantuan Stimulan Peningkatan Kualitas Perumahan Swadaya; dan
x Penyusunan Dokumen FS Pembangunan Jalan.
5. PKW Tanah Grogot
PKW Tanah Grogot memiliki dasar hukum yakni PP RI No. 26/2008 –
RTRWN, PerPres RI No. 3/2012 – RTR Pulau Kalimantan, dan UU RI No.
27/1959 – Penetapan Tanah Grogot Sebagai Ibukota Kabupaten Paser.
Kawasan ini berlokasi di Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur

179
2
dengan luas wilayah 33,58 km . Potensi kawasan ini antara lain:
x Pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara,
serta minyak dan gas bumi;
x Pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet;
x Pusat pengembangan ekowisata;
x Pusat kegiatan ekonomi; dan
x Simpul Transportasi Pendukung Utama, yakni Pelabuhan Pondong,
Bandar Udara Paser; dan Pelabuhan Pengumpul Tanah Grogot.
Adapun permasalahan yang terdapat di kawasan ini ialah :
x Kawasan tepian Sungai Kandilo kumuh dan tidak tertata dengan
baik;
x Jalur transportasi yang kurang lancar terutama di jam-jam sibuk;
x Keberadaan ruang publik yang masih kurang sehingga warga cukup
kesulitan untuk mencari tempat yang nyaman untuk bersantai; dan
x Sering terjadi genangan di beberapa titik kawasan, karena tidak
adanya saluran drainase/tidak bekerjanya saluran drainase yang
ada.
Oleh karena itu, indikasi program yang diarahkan untuk kawasan ini,
antara lain :
x Penyusunan Dokumen s.d PSD Penataan dan Revitalisasi Kawasan;
x Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan; dan
x Penataan RTH dan Penataan Kawasan Strategis.
6. KPPN Pulau Derawan, Sambaliung
Dasar Hukum untuk kawasan ini antara lain PP RI No. 50/2011 tentang
RIPPARNAS 2010 – 2025 dimana kawasan ini terletak di Kabupaten
Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Kepulauan Derawan terletak di
semenanjung utara wilayah laut Kabupaten Berau yang terdiri dari
beberapa pulau yaitu Pulau Panjang, Pulau Raburabu, Pulau Samama,
Pulau Sangalaki, Pulau Kakaban, Pulau Nabuko, Pulau Maratua dan
Pulau Derawan. Beberapa potensi wilayah di kawasan ini, antara lain :
x Wisata alam bawah laut;
x Wisata danau air asin;
x Flora dan fauna bawah laut (penyu hijau, pari manta); dan
x Simpul Transportasi Pendukung Utama, Bandar Udara Kalimarau,
Bandar Udara Maratua.
Beberapa kendala dan tantangan kawasan ini, antara lain prasarana
transportasi dari dan menuju Kepulauan Derawan masih terbatas dan
baru bisa dilakukan melalui jalur laut, sehingga membutuhkan wktu
tempuh yang cukup lama, dan harus menyesuaikan dengan kondisi
cuaca, Kebutuhan air bersih/air minum bagi Masyarakat Kepulauan

180
Derawan dan wisatawan (P. Derawan, P. Maratua, P. Sambit) masih
belum mencukupi. Oleh karena itu, indikasi program pada kawasan ini
antara lain :
x Pengembangan sarana transportasi udara; dan
x Pembangunan Sarana/Prasarana Penyedia Air Baku dan Air Minum.
7. Kawasan Perbatasan Darat Republik Indonesia Dan Jantung Kalimantan
(Heart of Borneo) – Kabupaten Kutai Barat
Kawasan Heart of Borneo yang terdapat di Kabupaten ini terletak di
Taman Nasional Kutai dengan luas 198.629 ha. Beberapa tantangan
dan masalah yang terjadi di kawasan ini, antara lain :
x Beberapa titik kawasan sering terjadi banjir akibat luapan sungai;
x Belum mencukupinya air baku untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari dan belum meratanya pasokan air minum bagi masyarakat;
dan
x Kurangnya akses jalan dari dan menuju kawasan.
Adapun indikasi program untuk kawasan ini ialah :
x Penyusunan Dokumen s.d Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendalian Banjir;
x Penyusunan Dokumen s.d Peningkatan Bendung Jenengan Danum;
x Penyusunan Dokumen DED Sampai Pengembangan dan
Peningkatan Distribusi Air Minum;
x Bantuan Stimulan Peningkatan Kualitas Perumahan Swadaya; dan
x Penyusunan Dokumen FS Pembangunan Jalan.
8. Pelabuhan Laut Sesayap & Pelabuhan Tana Tidung (Pl)
Pelabuhan Laut Sesayap & Pelabuhan Tana Tidung (Pl) terletak di
Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tana Tidung, Provinsi Kalimantan
2
Utara dengan luas pelabuhan sebesar 20.992 m . Pelabuhan Laut
Sesayap & Pelabuhan Tana Tidung (Pl) memiliki fungsi sebagai berikut:
x Pelabuhan laut Sesayap merupakan pelabuhan yang disiapkan
untuk mempermudah akses masuk dan keluar Kabupaten Tana
Tidung, baik untuk penumpang maupun barang; dan
x Pelabuhan Tana Tidung (Tideng Pale) merupakan satu-satunya
pelabuhan yang saat ini digunakan dan dimanfaatkan oleh warga
Kabupaten Tana Tidung yang hendak bepergian ke luar daerah.
Adapun dasar hukum kawasan ini antara lain UU RI No. 34/2007
tentang Pembentukan Kabupaten Tana Tidung. Potensi kawasan ini
antara lain :
x Pertanian tanaman pangan (padi);
x Perkebunan (kelapa sawit, kelapa, kakao, kopi, lada); dan
x Pertambangan (batubara, minyak bumi, gas).
Beberapa tantangan dan masalah yang terjadi di kawasan ini, antara

181
lain abrasi pantai yang merusak kawasan pelabuhan dan sekitarnya,
Kondisi pelabuhan yang kurang layak dan sudah tidak mampu
menampung arus penumpang dan barang. Oleh karena itu, indikasi
program yang dilakukan di kawasan ini, antara lain :
x Sering terjadi banjir di beberapa titik di kawasan akibat luapan
sungai;
x Penyusunan Dokumen s.d Pembangunan Sarana/Prasarana
Bangunan Pengaman Pantai;
x Penyusunan Dokumen s.d Pembangunan Bendungan Multipurpose;
dan
x Penyusunan Dokumen s.d Pembangunan Pengendali Banjir.
9. D.I.R. Sajau, D.I.R. Tanjung Buka, D.I.R Tanjung Palas
Daerah irigasi rawa ini berlokasi di Kecamatan Tanjung Palas Tengah,
Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara. Ketiga D.I.R
dibangun untuk mendukung Program Delta Kayan Food Estate
dengan luas ± 30.000 ha, dimana ± 10.000 ha dicadangkan untuk
lahan transmigrasi. Ketiga daerah irigasi rawa tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
x D.I.R. Sajau terletak di Desa Sajau. Daerah ini awalnya merupakan
daerah rawa yang selalu tergenang yang kemudian direklamasi
dengan cara membuat sistem drainase dan berubah menjadi
daerah persawahan tadah hujan. Daerah layanan DIR Sajau
meliputi wilayah Desa Sajau dengan luas areal sawah yang bisa di
aliri adalah sebesar ± 4.366 Ha;
x Daerah layanan D.I.R. Tanjung Buka merupakan jaringan irigasi
rawa terpadu di wilayah Delta Kayan Food Estate yang terletak di
Desa Tanjung Buka, dengan luas areal pelayanan sebesar ± 7.500
ha.
x D.I.R. Tanjung Palas melayani areal sawah seluas ± 3.750 ha.
Daerah rawa memiliki potensi yang cukup besar untuk
dikembangkan menjadi lahan pertanian dan tambak terutama
dalam kaitannya dengan pelestarian swasembada pangan,
peningkatan dan diversifikasi produksi, peningkatan pendapatan
dan lapangan kerja, serta pengembangan agrobisnis dan wilayah
(dengan cara reklamasi). Untuk mendukung Program Delta Kayan
Food Estate dibutuhkan ketersediaan jaringan irigasi, dimana saat
ini jaringan irigasi yang ada belum bisa mencukupi kebutuhan
pasokan air bagi lahan pertanian. Oleh karena itu, indikasi program
yang dapat diarahkan bagi kawasan ini adalah penyusunan
dokumen hingga pembangunan jaringan irigas dan peningkatan

182
daerah irigasi.

E. Antar WPS 22 Palangka Raya-Banjarmasin-Batulicin dan WPS 23


Balikpapan-Samarinda-Maloy
1. PKW Amuntai
PKW Amuntai terletak di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi
Kalimantan Selatan dengan luas wilayah sebesar ± 892,7 km2 yang
terbagi ke dalam 10 wilayah administrasi kecamatan. Adapun dasar
hukum untuk kawasan ini antara lain PP RI No. 26/2008 – RTRWN dan
PerPres RI No. 3/2012 tentang RTR Pulau Kalimantan. Potensi yang
dimiliki kawasan ini ialah :
x Pusat industri pengolahan hasil perkebunan karet dan kelapa sawit;
x Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian
tanaman pangan;
x Pusat pengembangan wisata budaya; dan
x Terlayani oleh simpul transportasi utama berupa Pelabuhan Danau
Panggang.

Adapun beberapa tantangan dan masalah yang terjadi di kawasan ini,


antara lain :
x Kondisi jaringan jalan yang rusak di hampir sebagian besar wilayah
(58%), mengakibatkan terhambatnya arus barang dan jasa, serta
pengguna jalan kesulitan untuk melaluinya;
x Banjir yang sering terjadi akibat meningkatnya debit air sungai di
musim hujan;
x Di musim hujan sering terjadi longsor di beberapa titik lokasi; dan
x Terbatasnya ketersediaan air bersih bagi masyarakat dan
masyarakat yang kesulitan mengakses air bersih mencapai 57,53%.
Oleh karena itu, indikasi program yang dapat diarahkan untuk
kawasan ini antara lain :
x Penyusunan Dokumen s.d Peningkatan Jalan;
x Penyusunan Dokumen s.d Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali Banjir;
x Penyusunan Dokumen s.d Pembangunan Bendungan; dan
x Penyusunan Dokumen DED s.d Pengembangan dan Peningkatan
Distribusi Air Minum.
2. Pelabuhan ASDP Penajam & Pelabuhan Laut Penajam Paser (PP)
Pelabuhan ASDP Penajam & Pelabuhan Laut Penajam Paser (PP)
berfungsi sebagai pelabuhan penyeberangan yang sangat vital dalam
perkembangan dan pertumbuhan daerah Penajam serta daerah lain

183
yang melintasi poros selatan Kalimantan, serta sebagai pelabuhan
angkutan orang dan barang dari dan menuju Kabupaten Penajam
Paser Utara baik dari wilayah Pulau Kalimantan maupun dari luar Pulau
Kalimantan. Pelabuhan ini terletak di Kabupaten Penajam Paser Utara,
Provinsi Kalimantan Timur. Adapun dasar hukum pembentukan
kawasan ini antara lain UU RI No. 7/2002- Pembentukan Kabupaten
2
Penajam Paser Utar. Luas Wilayah kawasan ini sebesar 3.060,82 km
yang meliputi empat wilayah administrasi kecamatan. Potensi wilayah
kawasan ini antara lain :
x Pintu gerbang menuju wilayah tengah dan barat Pulau Kalimantan;
x Pertambangan (batubara, minyak bumi);
x Pertanian tanaman pangan;
x Kondisi pelabuhan yang kurang layak dan sudah tidak mampu
menampung arus penumpang dan barang; dan
x Jalan akses dari dan menuju pelabuhan kurang memadai.
Beberapa tantangan dan masalah yang terjadi di kawasan ini, antara
lain :
x Menurunnya produktivitas lahan sawah karena kurangnya pasokan
air untuk irigasi;
x Sistem persampahan yang tidak berjalan sehingga masih sering
terjadi penumpukan sampah di beberepa lokasi;
x Belum adanya sistem penanganan limbah;
x Belum terpenuhinya pasokan air bersih bagi masyarakat; dan
x Terhambatnya aktivitas pengangkutan hasil pertanian karena
kondisi jalan yang tidak memadai ke kawasan pertanian.
Oleh karena itu, indikasi program yang dapat diarahkan untuk
kawasan ini, antara lain :
x Penyusunan DED s.d Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan
Penajam;
x Penyusunan Dokumen s.d Pembangunan Sarana/Prasarana
Bangunan Pengaman Pantai;
x Penyusunan Dokumen s.d Pembangunan Pengendali Banjir;
x Pembangunan Bendungan Sepaku Semoi;
x Penyusunan dan Persiapan Dokumen s.d Pengembangan dan
Peningkatan TPA, IPAL, dan Unit Distribusi Air Minum; dan
x Pembangunan Jalan UsahaTani.
3. KPPN Daha Selatan
KPPN Daha Selatan terletak di Kecamatan Daha Selatan, Kabupaten
Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan. Luas Wilayah
kawasan ini sebesar 322,82 km² yang meliputi wilayah administrasi 16

184
desa. Potensi kawasan ini ialah Perikanan tangkap dan budidaya;
Pertanian Tanaman Pangan (padi, jagung); Pertanian hortikultura
(sayuran, buah). Sementara itu, tantangan yang terdapat di kawasan
ini, antara lain 1) Menurunnya tingkat produksi padi karena
kekurangan pasokan air; 2) Terbatasnya ketersediaan air bersih bagi
masyarakat dan masyarakat kesulitan mengakses air bersih; dan 3)
Kurang tersedianya rumah layak huni bagi warga menengah dan
kurang mampu. Oleh karena itu, indikasi program yang dapat
diarahkan untuk kawasan ini adalah :
x Penyusunan Dokumen s.d Pembangunan Jaringan Irigasi;
x Pembangunan Sarana/Prasarana Penyedia Air Baku/Air Minum;
x Pembangunan Rumah Umum Tapak Layak Huni Melalui Bantuan
PSU; dan
x Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya.
4. D.I. Alabio
D.I. Alabio terletak di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi
Kalimantan Selatan. D.I. Alabio direncanakan dapat melayani areal
sawah seluas ± 6.000 ha, namun saat ini hanya mampu mengairi sawah
seluas 1.250 ha. D.I. Alabio meliputi Kecamatan Sungai Pandan,
Babarik, dan Danau Panggang. D.I. Alabio merupakan areal irigasi
eksisting yang mengandalkan pemberian air dengan sistem
pompanisasi dengan sumber air berasal dari Sungai Negara. Pada
waktu musim hujan areal sawah yang ada terlindungi dari banjir
dengan menggunakan sistem tanggul keliling. Permasalahan yang
kerap terjadi dalam kawasan ini adalah masih kurangnya areal sawah
yang terlayani sehingga produksi padi yang dihasilkan belum mencapai
target intensitas tanam 200%. Oleh karena itu, indikasi program yang
dapat diarahkan untuk kawasan ini adalah penyusunan dokumen
hingga pembangunan jaringan irigas D.I. Alabio dan peningkatan
daerah irigasi.
5. D.I. Batang Alai
D.I. Batang Alai melayani areal sawah seluas ± 5.692 Hayang terletak di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan. D.I.
Amandit dan D.I. Telaga Langsat terletaki di Kabupaten Hulu Sungai
Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan. Sumber air D.I. Amandit berasal
dari Sungai Amandit yang dibendung di Desa Malutu Kecamatan
Padang Batung. Luas areal yang dapat di aliri D.I. Amandit mencapai ±
5.472 Hayang terbagi dalam wilayah layanan di sebelah kiri dan kanan

185
Sungai Amandit dan tersebar di Kecamatan Padang Batung, Kecamatan
Kandangan, Kecamatan Sungai Raya, Kecamatan Simpur, dan
Kecamatan Angkinang. Sementara itu, untuk D.I. Telaga Langsat dapat
melayani areal sawah seluas ± 3.018 ha. Kendala yang terjadi pada
kawasan ini ialah erjadi penurunan tingkat produksi padi karena
kekurangan pasokan air. Oleh karena itu, indikasi program untuk
kawasan ini ialah :
x Penyusunan Dokumen s.d Pembangunan Jaringan Irigasi D.I.
Batang Alai dan Peningkatan Daerah Irigasi; dan
x Penyusunan Dokumen s.d Pembangunan Jaringan Irigasi D.I.
Amandit dan Peningkatan Daerah Irigasi.
6. D.I. Pitap
D.I. Pitap terletak di Desa Nungka, Kecamatan Awayan, Kabupaten
Balangan. D.I. Pitap awalnya merupakan daerah irigasi tadah hujan
yang ditingkatkan menjadi daerah irigasi teknis dengan membuat
bendung pada Sungai Pitap dan jaringan irigasinya. D.I. Pitap
diharapkan dapat mengairi areal sawah seluas ± 5.692 ha dengan
menggunakan sistem tanam 2 kali setahun. Adapun dasar Hukum
untuk kawasan ini adalah PP RI No. 29/2000 - Pembentukan
2
Kabupaten Balangan. Luas Wilayah 1.8190,75 km yang meliputi
delapan wilayah administrasi kecamatan. Berikut merupakan potensi
yang dimiliki kawasan ini.
x Pertanian tanaman pangan (padi);
x Pertanian hortikultura;
x Perikanan tangkap dan budidaya;
x Perkebunan (karet, kelapa sawit);
x Pertambangan (batubara, bijih besi, marmer); dan
x Pariwisata (wisata alam, wisata sejarah dan budaya).
Adapun beberapa kendala dan tantangan yang terdapat di kawasan ini
antara lain :
x Masih kurangnya areal sawah yang terlayani pasokan air irigasi
sehingga produksi padi yang dihasilkan belum mencapai target;
x Sistem persampahan yang tidak berjalan sehingga masih sering
terjadi penumpukan sampah di beberapa lokasi, antara lain di
lokasi pasar;
x Terminal agribisnis yang kurang memadai sehingga belum bisa
menampung kendaraan pengangkut hasil pertanian;
x Bertambahnya waktu tempuh dari dan menuju kawasan karena
belum adanya jembatan penghubung yang langsung menuju
kawasan; dan

186
x Belum tercukupinya kebutuhan air minum dan air bersih serta
pencemaran lingkungan akibat tidak terjaganya kebersihan
lingkungan.
Oleh karena itu, indikasi program untuk kawasan ini antara lain :
x Penyusunan Dokumen s.d Pembangunan Jaringan Irigasi dan
Peningkatan Daerah Irigasi dan Peningkatan Daerah Irigasi/Rawa;
x Penyusunan Dokumen s.d Pembangunan Sarana/Prasarana
Persampahan;
x Penanganan Kawasan Pasar Halong;
x Penyusunan Dokumen s.d Pengembangan Terminal Agribisnis;
x Penyusunan Dokumen s.d Pembuatan Jalan UsahaTani;
x Penyusunan Dokumen s.d Peningkatan Jalan;
x Penyusunan Dokumen s.d Peningkatan Badan Jalan;
x Penyusunan Dokumen s.d Pembangunan Jembatan;
x Penyusunan Dokumen s.d Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Berbasis Masyarakat; dan
x Penyusunan Dokumen s.d Pengembangan/Perbaikan Drainase.
7. D.I. Tapin
D.I. Tapin terletak di Kabupaten Tapin mempunyai potensi irigasi
seluas ± 5.472 ha, dengan perincian 3.055 ha sawah ber-irigasi teknis
dan 2.427 ha daerah irigasi yang belum dikembangkan. Dari 3.055 ha
sawah ber-irigasi teknis tersebut, yang dapat diairi secara kontinyu
seluas 1.606 Hasaja, sedang sisanya seluas ± 1.449 ha belum bisa diairi
karena keterbatasan jumlah air yang bisa di suplai. Saat ini D.I. Tapin
hanya diairi dari Bendung Linuh yang terletak di Sungai Tapin. Areal
persawahan yang terairi oleh D.I. Tapin meliputi 10 desa.
Permasalahan yang terjadi dalam kawasan ini adalah masih kurangnya
pasokan air untuk melayani areal sawah yang ada saat ini hal tersebut
berimbas pada produksi padi yang dihasilkan. Oleh karena itu, indikasi
program yang dapat diarahkan untuk kawasan ini adalah penyusunan
dokumen hingga pembangunan jaringan irigasi dan peningkatan
Daerah Irigasi Tapin..
8. D.I.R. Belanti I + II
D.I. Belanti I + II mempunyai potensi irigasi yang mencakup dua
provinsi. Di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah tepatnya di Kabupaten
Pulang Pisau luas pelayanan D.I.R. Belanti I seluas 3.600 ha dan luas
pelayanan Belanti II seluas 4.800 ha. Sedangkan D.I.R Belanti I + II yang
berada di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan yaitu di Kabupaten
banjar dan Kabupaten Tapin seluas ± 3.267 ha, dengan perincian 2.267

187
ha berada di wilayah Kabupaten Banjar dan 1.000 ha berada di wilayah
Kabupaten Tapin. Permasalahan yang terjadi di dalam kawasan ini
adalah masih kurangnya pasokan air untuk melayani areal sawah
yang ada saat karena cakupan wilayah yang sangat luas, hal tersebut
berimbas pada produksi padi yang dihasilkan. Oleh karena itu, indikasi
program yang dapat diarahkan untuk kawasan ini adalah penyusunan
dokumen hingga pembangunan jaringan irigasi dan peningkatan
Daerah Irigasi Rawa Belanti I + II.
9. Bendungan Tapin
Bendungan Tapin terletak di Desa Pipitak Jaya Kecamatan Piani dengan
sumber air berasal dari Sungai Tapin. Fungsi Bendungan Tapin selain
sebagai pemasok air irigasi (± 5.472 ha) juga untuk menstabilisasi muka
air Sungai Tapin dari perbedaan fluktuasi yang besar antara debit air
musim penghujan dan musim kemarau; sumber air baku untuk air
bersih bagi masarakat Kabupaten Tapin (500 lt/detik); menambah
kekurangan pasokan tenaga listrik dengan memanfaatkan pembangkit
listrik sebesar 3,3 MW; memanfaatkan air waduk untuk budidaya
perikanan air tawar dan pengembangan pariwisata pegunungan. Satu-
satunya sumber pemenuhan kebutuhan air untuk irigasi maupun
untuk di jadikan air baku bagi kebutuhan sehari-hari masyarakat
Kabupaten Tapin adalah dengan memanfaatkan Sungai Tapin. Akan
tetapi di musim tertentu air Sungai Tapin tidak bisa memenuhi
kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya sarana/
prasarana penampung air yang juga dapat dimanfaatkan sebagai
pengendali banjir. Permasalahan yang terjadi di dalam kawasan ini
adalah tersendatnya arus lalu lintas di jalan akses karena kondisi jalan
yang sempit. Oleh karena itu, indikasi program yang dapat diarahkan
untuk kawasan ini adalah penyusunan dokumen hingga pembangunan
dan peningkatan proyek Bendungan Tapin.
10. Bendungan Lambakan
Bendungan Lambakan terletak di Kabupaten Paser, Provinsi
3
Kalimantan Timur dan mampu menampung air sebesar 718,63 Juta m
yang dimanfaatkan untuk PLTA dengan kapasitas terpasang 17 MW.
Manfaat lain dari Bendungan Lambakan yaitu sebagai penyedia air
baku sebesar 14.579 lt/detik dan dapat mengairi areal lahan pertanian
seluas 16.698 ha. Bendungan Lambakan membendung Sungai Telake
(± 137 km Dari Muara). Permasalahan yang kerap terjadi di dalam
kawasan ini menurunnya produktivitas hasil pertanian terutama padi

188
karena kekurangan air dan terhambatnya pengangkutan hasil-hasil
pertanian karena tidak adanya fasilitas jalan yang memadai. Oleh
karena itu, indikasi program yang dapat diarahkan untuk kawasan ini
adalah penyusunan, persiapan dokumen hingga pembangunan
bendung.

3.3. Kriteria Pemrograman Program Jangka Pendek 2018 – 2020 Pulau


Kalimantan
Mengintegrasikan analisis kelayakan yang telah dibahas pada subab sebelumnya
dengan kriteria pemrograman pada bagian ini adalah dengan mendeskripsikan
serta merinci indikasi program pembangunan infrastruktur PUPR jangka pendek
menggunakan kriteria (1) lokasi dimana pembangunan inrfastruktur PUPR itu
diprogramkan, (2) kapan waktu pelaksanaan program, (3) berapa besaran
volume, (4) berapa besaran biaya, dan (5) kewenangan pembangunan.

Pada bagian ini, kriteria pemrograman akan terbagi kedalam 3 (tiga) bagian yaitu
(1) Kriteria Pemrograman Program Pembangunan Infrastruktur PUPR Jangka
Pendek dalam Kawasan, (2) Kriteria Pemrograman Program Pembangunan
Infrastruktur PUPR Jangka Pendek antar Kawasan dalam WPS, dan (3) Kriteria
Pemrograman Program Pembangunan Infrastruktur PUPR Jangka Pendek antar
WPS.

Berikut adalah salah satu contoh kriteria program pembangunan infrastruktur


PUPR jangka pendek 2018-2020 Kawasan 22.1 Kawasan Strategis Nasional
Palangka Raya. Informasi rinci terkait dengan keseluruhan analisis kriteria
program jangka pendek pembangunan infrastruktur PUPR 2018-2020 Pulau
Kalimantan dapat dilihat pada buku 2.

189
Waktu Output Readines Criteria

190
Indikasi Program
WPS Program Lokasi
Utama

Satuan
FS

Sumber

Kawasan
DED

2018
2019
2020
2018
2019
2020
Larap
Lahan

Dokling

Kewenangan

Pengembangan
Fungsi Kawasan
Pembebasan

KALIMANTAN
TENGAH

SDA

Kota Palangka Raya,


Pembangunan saluran
Pahandut, Jekan Raya,
pengendali banjir di √ √ APBN 12.5 12.5 km Pusat 2018 2019 Siap
Bukit Batu, Sabangau,
Kota Palangka Raya
Rakumpit
Kota Palangka Raya,
Pembangunan saluran
Pahandut, Jekan Raya,
pengendali banjir di √ √ APBN Ls Pusat 2018 2019 Siap
Bukit Batu, Sabangau,
Kota Palangka Raya
Rakumpit
Kota Palangka Raya,
Pembangunan saluran
Pahandut, Jekan Raya,
pengendali banjir di √ √ APBN Ls Pusat 2018 2019 Siap
Pembangunan Bukit Batu, Sabangau,
Kota Palangka Raya
Srana/Prasarana Rakumpit
Pengendalian Pembangunan

PKN Palangkaraya
Banjir, bangunan pengendali
Kota Palangka Raya APBN 1 Unit Pusat 2017
banjir di Kota Palangka
Raya

KAPET DAS Kahayan Kapuas dan Barito


Penyusunan Dokumen

22.1 Kawasan Ekonomi Terpadu PALANGKARAYA


Lingkungan
Pembangunan
Kota Palangka Raya APBN 1 Ls Pusat 2017 2018
bangunan pengendali
banjir di Kota Palangka
Raya
Supervisi Pembangunan
Kota Palangka Raya APBN 1 Ls Pusat 2017
bangunan pengendali
Waktu Output Readines Criteria

Indikasi Program
WPS Program Lokasi
Utama

Satuan
FS

Sumber

Kawasan
DED

2018
2019
2020
2018
2019
2020
Larap
Lahan

Dokling

Kewenangan

Pengembangan
Fungsi Kawasan
Pembebasan

banjir di Kota Palangka


Raya
PnP
Pembangunan PSU Kota Palangka Raya,
APBN 1000 1000 500 unit Pusat 2017 Siap
Perumahan Pahandut
Peningkatan Kualitas Kota Palangka Raya,
Penanganan PSU Pahandut dan Jekan APBN 300 300 200 unit Pusat 2017 Siap
Kumuh Raya
Pembangunan Baru
Kota Palangka Raya, 5
Rumah Swadaya bagi APBN 92 75 50 unit Pusat 2017 Siap
Kecamatan
MBR
Pembangunan PSU,
Revitalisasi Kawasan
Pembangunan
Kumuh kawasan Kota Palangka Raya,
Rumah Swadaya,
Komplek Jalan Pahandut dan Jekan 100 100 195 Ha Pusat 2017 siap
Revitalisasi
Mendawai dan Raya
Kawasan Kumuh,
Sekitarnya
Pembangunan
peningkatan kualitas
RUSUN, Kota Palangka Raya, 5
rumah swadaya bagi 160 130 100 unit 2017 2018 2018
Kecamatan
MBR
Kota Palangka Raya,
Pembangunan Rusun Pahandut dan Jekan 114 114 unit 2017 2018 2017
Raya
Peningkatan Kualitas Kota Palangkaraya,
20
Rumah Swadaya Bagi Rangkumpit dan 800 unit 2018 2018 2018
17
MBR Pahandut
BM
Pelebaran Jalan Pelebaran Jalan Ruas
Kota Palangka Raya APBN 15 12 12 Km Pusat 2016 2006
Ruas, TAKARAS SIMP SEI

191
Waktu Output Readines Criteria

192
Indikasi Program
WPS Program Lokasi
Utama

Satuan
FS

Sumber

Kawasan
DED

2018
2019
2020
2018
2019
2020
Larap
Lahan

Dokling

Kewenangan

Pengembangan
Fungsi Kawasan
Pembebasan

ASAM
Pelebaran Jalan Ruas
Palangka Raya Kota Palangka Raya APBN 10 10 10 Km Pusat 2016 2006
BAGUGUS
CK
Pembangunan saluran Kota Palangka Raya,
drainase dan gorong- Kec Pahandut; Jekan
Km 2017 2016
gorong jalan lingkungan Raya; Sebangau; Bukit
perumahan Batu; Rakumpit
Pembangunan
Kota Palangka Raya KK 2016 2016
Infrastruktur TPS 3R
Sistem Penanganan
Persampahan Skala Kota Palangka Raya KK 2017 2016
Kota
Pembangunan
Pembangunan Sanimas Kota Palangka Raya KK 2016 2016
Sarana/Prasarana
Pembangunan
Drainase dan Kota Palangka Raya KK 2017 2017
Infrastruktur TPS 3R
Persampahan,
Pembangunan Sanimas Kota Palangka Raya KK 2016 2016
Penataan Kawasan
Penataan Kawasan
Strategis dan RTH,
Strategis Waterfront Kota Palangka Raya Kawasan 2018
City Palangka Raya
Penataan RTH Kota
Kota Palangka Raya Kawasan 2017
Palangka Raya
Penataan RTH Sport
Center km.5 Kota Kota Palangka Raya Kawasan 2018
Palangka Raya
Penataan Kawasan
Kota Palangka Raya Kawasan 2016
Strategis Kameloh Baru
Waktu Output Readines Criteria

Indikasi Program
WPS Program Lokasi
Utama

Satuan
FS

Sumber

Kawasan
DED

2018
2019
2020
2018
2019
2020
Larap
Lahan

Dokling

Kewenangan

Pengembangan
Fungsi Kawasan
Pembebasan

Penataan Kawasan
Strategis Plamboyan Kota Palangka Raya Kawasan 2016
Bawah
Penataan Kawasan
Strategis Stadion Kota Palangka Raya Kawasan 2016
Mantikei
Penataan Kawasan
Strategis Sort Center Kota Palangka Raya Kawasan 2016
Sabaru
Penataan Kawasan
Kota Palangka Raya Kawasan 2016
Strategis Tugu Soekarno
Penataan Kawasan
Strategis Hutan Kota
Belakang Perkantoran Kota Palangka Raya Kawasan 2018
Pemerintah Kota
Palangka Raya
Penataan Kawasan
Strategis Hutan Kota Kota Palangka Raya Kawasan 2018
Lingkar Luar
Penataan Kawasan
Strategis Hutan Kota Kota Palangka Raya Kawasan 2018
Kecamatan Rakumpit
Penataan Kawasan
Strategis Bundaran Kota Palangka Raya Kawasan 2017
Besar

PKW Kuala SDA

193
Waktu Output Readines Criteria

194
Indikasi Program
WPS Program Lokasi
Utama

Satuan
FS

Sumber

Kawasan
DED

2018
2019
2020
2018
2019
2020
Larap
Lahan

Dokling

Kewenangan

Pengembangan
Fungsi Kawasan
Pembebasan

Kapuas Pembangunan
KTM Lamunti bangunan pengendali Kab. Kapuas √ APBN 1 Unit Pusat 2019
Pelabuhan banjir di Kuala Kapuas
Laut
Penyusunan Dokumen
Batanjung
Lingkungan
(PP)
Pembangunan Kab. Kapuas APBN 1 Ls Pusat 2019 2020
KAPET DAS
bangunan pengendali
Kahayan dan
banjir di Kuala Kapuas
Barito
D.I.R Anjir Penyusunan DED, Supervisi Pembangunan
Serapat II Dokling, Supervisi bangunan pengendali Kab. Kapuas APBN 1 Ls Pusat 2019 2020
D.I.R sampai banjir di Kuala Kapuas
Basarung Pembangunan
sara/Prasarana Pembangunan
D.I.R 20
Pengendali Banjir, bangunan pengendali Kab. Kapuas √ APBN Pusat
Dadahup 24
Penyusunan DED, banjir di Kuala Kapuas
D.I.R Lupak
Dalam Dokling, Studi Penyusunan DED
D.I.R Larap, Supervisi Pembangunan 20
Kab. Kapuas √ APBN Pusat 2018 2019
Mandomai sampai Peningkatan bangunan pengendali 24
D.I.R Daerah Rawa, banjir di Kuala Kapuas
Palingkau Penyusunan Dokumen
SP1, SP2,dan Lingkungan
20
SP3 Pembangunan Kab. Kapuas √ APBN Pusat 2018 2019
24
D.I.R Sei bangunan pengendali
Tatas banjir di Kuala Kapuas
D.I.R Supervisi Pembangunan
Tamban Luar 20
bangunan pengendali Kab. Kapuas √ APBN Pusat 2018 2019
D.I.R Unit 24
banjir di Kuala Kapuas
Waktu Output Readines Criteria

Indikasi Program
WPS Program Lokasi
Utama

Satuan
FS

Sumber

Kawasan
DED

2018
2019
2020
2018
2019
2020
Larap
Lahan

Dokling

Kewenangan

Pengembangan
Fungsi Kawasan
Pembebasan

Sakalagon Revitalisasi lahan rawa


D.I.R Unit Eks Pengembangan Kab. Kapuas √ APBN FISIK Ha Pusat 2018 2019 2019
Terusan Lahan Gambut
tengah
Penyusunan DED
Revitalisasi lahan rawa
Kab. Kapuas APBN FISIK Ls Pusat 2018 2019 2019
Eks Pengembangan
Lahan Gambut
Peningkatan DR
Kab. Kapuas APBN Ha Pusat
Sakalagun
Penyusunan DED
Peningkatan DR Kab. Kapuas APBN Ls Pusat 2018 2019 2019
Sakalagun
Penyusunan Dokumen
Lingkungan Peningkatan Kab. Kapuas APBN Ls Pusat 2018 2019 2019
DR Sakalagun
Penyusunan Studi Larap
Peningkatan DR Kab. Kapuas APBN Ls Pusat 2018 2019 2019
Sakalagun
Supervisi Peningkatan
Kab. Kapuas APBN Ls Pusat 2018 2019 2019
DR Sakalagun
Peningkatan DR Tamban
Kab. Kapuas APBN Ha Pusat
Lupak
Penyusunan DED
Peningkatan DR Tamban Kab. Kapuas APBN Ls Pusat 2018 2019 2019
Lupak

195
Waktu Output Readines Criteria

196
Indikasi Program
WPS Program Lokasi
Utama

Satuan
FS

Sumber

Kawasan
DED

2018
2019
2020
2018
2019
2020
Larap
Lahan

Dokling

Kewenangan

Pengembangan
Fungsi Kawasan
Pembebasan

Penyusunan Dokumen
Lingkungan Peningkatan Kab. Kapuas APBN Ls Pusat 2018 2019 2019
DR Tamban Lupak
Penyusunan Studi Larap
Peningkatan DR Tamban Kab. Kapuas APBN Ls Pusat 2018 2019 2019
Lupak
Supervisi Peningkatan
Kab. Kapuas APBN Ls Pusat 2018 2019 2019
DR Tamban Lupak
Peningkatan DR Terusan
Kab. Kapuas APBN Ha Pusat
Tengah
Penyusunan DED
Peningkatan DR Terusan Kab. Kapuas APBN Ls Pusat 2018 2019 2019
Tengah
Penyusunan Dokumen
Lingkungan Peningkatan Kab. Kapuas APBN Ls Pusat 2018 2019 2019
DR Terusan Tengah

Penyusunan Studi Larap


Peningkatan DR Terusan Kab. Kapuas APBN Ls Pusat 2018 2019 2019
Tengah
Supervisi Peningkatan
Kab. Kapuas APBN Ls Pusat 2018 2019 2019
DR Terusan Tengah
Peningkatan DR Kapuas
Kab. Kapuas APBN Ha Pusat
Barat
Penyusunan DED
Peningkatan DR Kapuas Kab. Kapuas APBN Ls Pusat 2018 2019 2019
Barat
Waktu Output Readines Criteria

Indikasi Program
WPS Program Lokasi
Utama

Satuan
FS

Sumber

Kawasan
DED

2018
2019
2020
2018
2019
2020
Larap
Lahan

Dokling

Kewenangan

Pengembangan
Fungsi Kawasan
Pembebasan

Penyusunan Dokumen
Lingkungan Peningkatan Kab. Kapuas APBN Ls Pusat 2018 2019 2019
DR Kapuas Barat
Penyusunan Studi Larap
Peningkatan DR Kapuas Kab. Kapuas APBN Ls Pusat 2018 2019 2019
Barat
Supervisi Peningkatan
Kab. Kapuas APBN Ls Pusat 2018 2019 2019
DR Kapuas Barat

Peningkatan DR Tatas Kab. Kapuas APBN FISIK FISIK Ha Pusat

Penyusunan DED
Kab. Kapuas APBN FISIK FISIK Ls Pusat 2018 2019 2019
Peningkatan DR Tatas
Penyusunan Dokumen
Lingkungan Peningkatan Kab. Kapuas APBN FISIK FISIK Ls Pusat 2018 2019 2019
DR Tatas
Penyusunan Studi Larap
Kab. Kapuas APBN FISIK FISIK Ls Pusat 2018 2019 2019
Peningkatan DR Tatas
Supervisi Peningkatan
Kab. Kapuas APBN FISIK FISIK Ls Pusat 2018 2019 2019
DR Tatas
PnP
Bantuan Stimulan Bantuan stimulan
Rumah Swadaya, perumahan swadaya
Pusat
Pembangunan dengan peningkatan
Kab. Kapuas 175 150 175 Unit dan 2017
Permikiman kualitas sebanyak 500
Swasta
Nelayan, unit di Kabupaten
Pembangunan Kapuas

197
Waktu Output Readines Criteria

198
Indikasi Program
WPS Program Lokasi
Utama

Satuan
FS

Sumber

Kawasan
DED

2018
2019
2020
2018
2019
2020
Larap
Lahan

Dokling

Kewenangan

Pengembangan
Fungsi Kawasan
Pembebasan

Rusun dan Rusus Pembangunan


Pusat
Nelayan, permukiman nelayan di
Kab. Kapuas 100 Unit dan 2018
Pembangunan PSU kawasan pesisir
Daerah
Perumahan, Kabupaten Kapuas
Bantuan stimulan
perumahan swadaya
20
dengan peningkatan Kab. Kapuas √ √ √ 175 175 150 unit Pusat 2018
17
kualitas sebanyak 500
unit
Penyediaan Rumah 20
Kab. Kapuas √ √ √ 1 TB Pusat 2019
Susun 18
Kab. Kapuas, 5 Kec :
Peningkatan Kualitas
Bataguh, Basarang, 20
Rumah Swadaya Bagi √ 1037 unit 2018 2018 2018
Pulau Petak, Selat, 17
MBR
Tamban Catur
Kab. Kapuas, 5 Kec :
Pembangunan Baru
Bataguh, Basarang, 20
Rumah Swadaya Bagi √ 659 unit 2018 2018 2017
Pulau Petak, Selat, 17
MBR
Tamban Catur
Pembangunan Rumah 20
Kab. Kapuas √ 1 unit 2018 2018 2017
Susun Bagi Pekerja 17
Pembangunan Rumah 20
Kab. Kapuas √ √ 50 50 unit 2018 2018 2017
Khusus Nelayan 17
Pembangunan PSU 20
Kab. Kapuas √ 20 unit 2018 2018 2017
Perumahan 17

BM
Waktu Output Readines Criteria

Indikasi Program
WPS Program Lokasi
Utama

Satuan
FS

Sumber

Kawasan
DED

2018
2019
2020
2018
2019
2020
Larap
Lahan

Dokling

Kewenangan

Pengembangan
Fungsi Kawasan
Pembebasan

Pembangunan jalan
Pelabuhan Batanjung ke
Kab. kapuas APBN FISIK FISIK FISIK Km Pusat 2017 2017
ruas jalan nasional
(Kuala Kapuas)
Pelebaran Jalan Ruas
BTSKOTA KUALA
Kab. kapuas APBN 7.5 7.5 Km Pusat 2006 2006
KAPUAS BTS PROV
KALSEL
Pembangunan Jalan Pelebaran Jalan Ruas
Ruas, Kab. kapuas √ √ √ APBN 10 10 10 Km Pusat 2016 2006
BAGUGUS BUKIT BATU
Jalan Akses Pelebaran Jalan Ruas
Pelabuhan BUKIT BATU LUNGKUH Kab. kapuas √ √ √ APBN 10 10 10 Km Pusat 2016 2006
LAYANG
Pelebaran Jalan Ruas
LUNGKUH LAYANG Kab. kapuas √ √ √ APBN 7 0 0 Km Pusat 2016 2006
KALAHIEN
Pembangunan Jalan
20
Akses menuju ke Kab. kapuas √ √ √ APBN 14 19 19 km Pusat 2013
13
Pelabuhan BATANJUNG

CK

Pembangunan PSD Pembangunan PSD


Permukiman Permukiman Perdesaan Kab. Kapuas, Kec.
Kawasan Kws Agropolitan Ds Sei Pulau Petak, Ds. Sei √ Ha 2016 2016
Agropolitan, Tatas Kec Pulau Petak Tatas
Penataan Kawasan Kab Kapuas

199
Waktu Output Readines Criteria

200
Indikasi Program
WPS Program Lokasi
Utama

Satuan
FS

Sumber

Kawasan
DED

2018
2019
2020
2018
2019
2020
Larap
Lahan

Dokling

Kewenangan

Pengembangan
Fungsi Kawasan
Pembebasan

revitalisasi Penataan Kawasan


Tradisional, Revitalisasi Tradisional 20
Kab. Kapuas Kawasan 2015 2016
Pembangunan Bersejarah Situs 17
Sara/Prasarana Bataguh
Persampahan, Penataan Kawasan
Penataan Kawasan Revitalisasi Tradisional Kab. Kapuas,
Kawasan 2011 2016
Strategis dan RTH Bersejarah Kawasan Mandomai
STM GKE Mandomai

Pembangunan Sanimas Kab. Kapuas KK 2017 2017

Pembangunan
Kab. Kapuas KK 2017 2017
Infrastruktur TPS 3R
Penataan Kawasan
Strategis Waterfront Kab. Kapuas Kawasan 2015
City Kuala Kapuas
Penataan Kawasan
Revitalisasi Tradisional
Kab. Kapuas Kawasan 2015
Bersejarah Kawasan
Betang Sei Pasah
Penataan Kawasan RTH
Kawasan GPU Kab. Kapuas Kawasan 2015
Manggatang Tarung
Penataan Kawasan
Strategis Kota Tua Kab. Kapuas Kawasan 2018
Pujon
Waktu Output Readines Criteria

Indikasi Program
WPS Program Lokasi
Utama

Satuan
FS

Sumber

Kawasan
DED

2018
2019
2020
2018
2019
2020
Larap
Lahan

Dokling

Kewenangan

Pengembangan
Fungsi Kawasan
Pembebasan

Penataan Kawasan
Bersejarah Situs
Kab. Kapuas Kawasan 2018
Damang Bahandang
Balau
Penataan RTH Kawasan
Kab. Kapuas Kawasan 2018
Patih Rumbih Pulau Telo
Penataan Kawasan
Strategis Bumi
Kab. Kapuas Kawasan 2018
Perkemahan Handil
Marhanang Anjir km.10

Pelabuhan SDA
Penyeberang
an Bahaur Penyusunan DED,
D.I.R. Unit Dokling, Supervisi
Belanti II sampai
(Pangkoh 8) pembangunan Pembangunan
D.I.R. Unit Sarana/Prasarana bangunan pengendali
Kab. Pulang pisau APBN 1 Unit Pusat 2019
Kanamit Pengendali Banjir, banjir di Kota Pulau
(Pangkoh 9 Penyusunan DED, Pisau
dan 10) Dokling, Supervisi
D.I.R. Unit sampai
Kantan pembangunan
(Pangkoh 2 Sarana/Prasarana
Penyusunan Dokumen
dan 3) Bendung/Embung,
Lingkungan
D.I.R. Unit Penyusunan DED, Kab. Pulang pisau APBN 1 Ls Pusat 2019 2020
Pembangunan
Maliku Dokling, Studi
bangunan pengendali

201
Waktu Output Readines Criteria

202
Indikasi Program
WPS Program Lokasi
Utama

Satuan
FS

Sumber

Kawasan
DED

2018
2019
2020
2018
2019
2020
Larap
Lahan

Dokling

Kewenangan

Pengembangan
Fungsi Kawasan
Pembebasan

(Pangkoh 5, Larap, Supervisi banjir di Kota Pulau


6 dan 11) sampai Peningkatan Pisau
D.I.R. Unit Daerah Rawa,
Paduran I
Supervisi Pembangunan
D.I.R. Unit
bangunan pengendali
Talio Kab. Pulang pisau APBN 1 Ls Pusat 2019 2020
banjir di Kota Pulau
(Pangkoh 1)
Pisau
Pembangunan
bendung/embung di Kab. Pulang Pisau APBN 1 Unit Pusat 2019
Kec. Maliku
Penyusunan Dokumen
Lingkungan
Pembangunan Kab. Pulang Pisau APBN 1 Ls Pusat 2019 2020 2020
bendung/embung di
Kec. Maliku
Studi Larap
Pembangunan
Kab. Pulang Pisau APBN 1 Ls Pusat 2019 2020 2020
bendung/embung di
Kec. Maliku
Supervisi Pembangunan
bendung/embung di Kab. Pulang Pisau APBN 1 Ls Pusat 2019
Kec. Maliku
Pembangunan
bangunan pengendali 20
Kab. Pulang pisau √ APBN Pusat
banjir di Kota Pulau 24
Pisau
Waktu Output Readines Criteria

Indikasi Program
WPS Program Lokasi
Utama

Satuan
FS

Sumber

Kawasan
DED

2018
2019
2020
2018
2019
2020
Larap
Lahan

Dokling

Kewenangan

Pengembangan
Fungsi Kawasan
Pembebasan

Penyusunan DED
Pembangunan
20
bangunan pengendali Kab. Pulang pisau √ APBN Pusat 2018 2019
24
banjir di Kota Pulau
Pisau
Penyusunan Dokumen
Lingkungan
Pembangunan 20
Kab. Pulang pisau √ APBN Pusat 2018 2019
bangunan pengendali 24
banjir di Kota Pulau
Pisau
Supervisi Pembangunan
bangunan pengendali 20
Kab. Pulang pisau √ APBN Pusat 2018 2019
banjir di Kota Pulau 24
Pisau
Pembangunan
20
bendung/embung di Kab. Pulang Pisau √ APBN Pusat
24
Kec. Maliku
Penyusunan DED
Pembangunan 20
Kab. Pulang Pisau √ APBN Pusat 2018 2019 2019
bendung/embung di 24
Kec. Maliku
Penyusunan Dokumen
Lingkungan
20
Pembangunan Kab. Pulang Pisau √ APBN Pusat 2018 2019 2019
24
bendung/embung di
Kec. Maliku

203
Waktu Output Readines Criteria

204
Indikasi Program
WPS Program Lokasi
Utama

Satuan
FS

Sumber

Kawasan
DED

2018
2019
2020
2018
2019
2020
Larap
Lahan

Dokling

Kewenangan

Pengembangan
Fungsi Kawasan
Pembebasan

Penyusunan Studi Larap


Pembangunan 20
Kab. Pulang Pisau √ APBN Pusat 2018 2019 2019
bendung/embung di 24
Kec. Maliku
Supervisi Pembangunan
20
bendung/embung di Kab. Pulang Pisau √ APBN Pusat 2018 2019 2019
24
Kec. Maliku
Peningkatan DR
Kab. Pulang Pisau APBN FISIK FISIK Ha Pusat
Kanamit
Penyusunan DED
Peningkatan DR Kab. Pulang Pisau APBN FISIK FISIK Ls Pusat 2018 2019 2019
Kanamit
Penyusunan Dokumen
Lingkungan Peningkatan Kab. Pulang Pisau APBN FISIK FISIK Ls Pusat 2018 2019 2019
DR Kanamit
Penyusunan Studi Larap
Peningkatan DR Kab. Pulang Pisau APBN FISIK FISIK Ls Pusat 2018 2019 2019
Kanamit
Supervisi Peningkatan
Kab. Pulang Pisau APBN FISIK FISIK Ls Pusat 2018 2019 2019
DR Kanamit

Peningkatan DR Kantan Kab. Pulang Pisau APBN FISIK FISIK Ha Pusat

Penyusunan DED
Kab. Pulang Pisau APBN FISIK FISIK Ls Pusat 2018 2019 2019
Peningkatan DR Kantan
Waktu Output Readines Criteria

Indikasi Program
WPS Program Lokasi
Utama

Satuan
FS

Sumber

Kawasan
DED

2018
2019
2020
2018
2019
2020
Larap
Lahan

Dokling

Kewenangan

Pengembangan
Fungsi Kawasan
Pembebasan

Penyusunan Dokumen
Lingkungan Peningkatan Kab. Pulang Pisau APBN FISIK FISIK Ls Pusat 2018 2019 2019
DR Kantan
Penyusunan Studi Larap
Kab. Pulang Pisau APBN FISIK FISIK Ls Pusat 2018 2019 2019
Peningkatan DR Kantan
Supervisi Peningkatan
Kab. Pulang Pisau APBN FISIK FISIK Ls Pusat 2018 2019 2019
DR Kantan

Peningkatan DR Talio Kab. Pulang Pisau APBN FISIK FISIK Ha Pusat

Penyusunan DED
Kab. Pulang Pisau APBN FISIK FISIK Ls Pusat 2018 2019 2019
Peningkatan DR Talio
Penyusunan Dokumen
Lingkungan Peningkatan Kab. Pulang Pisau APBN FISIK FISIK Ls Pusat 2018 2019 2019
DR Talio
Penyusunan Studi Larap
Kab. Pulang Pisau APBN FISIK FISIK Ls Pusat 2018 2019 2019
Peningkatan DR Talio
Supervisi Peningkatan
Kab. Pulang Pisau APBN FISIK FISIK Ls Pusat 2018 2019 2019
DR Talio

PnP

Pembangunan Rumah Khusus Nelayan Kab. Pulang Pisau APBN 50 Unit Pusat 2016 2016
Pemukiman dan
Pembangunan
Rusus Nelayan, Pusat
permukiman nelayan di
Bantuan Stimulan Kab. Pulang Pisau 100 100 Unit dan 2018
kawasan pesisir
Rumah Swadaya, Daerah
Kabupaten Pulang Pisau

205
Waktu Output Readines Criteria

206
Indikasi Program
WPS Program Lokasi
Utama

Satuan
FS

Sumber

Kawasan
DED

2018
2019
2020
2018
2019
2020
Larap
Lahan

Dokling

Kewenangan

Pengembangan
Fungsi Kawasan
Pembebasan

Pembangunan dan Bantuan stimulan


Peningkatan Rumah perumahan swadaya
20
Swadaya, dengan peningkatan Kab. Pulang Pisau 175 175 150 unit Pusat 2018
17
kualitas sebanyak 500
unit
Peningkatan Kualitas
20
Rumah Swadaya Bagi Kab. Pulang Pisau 150 100 50 unit 2018 2018 2018
17
MBR
Pembangunan Baru
20
Rumah Swadaya Bagi Kab. Pulang Pisau 30 unit 2018 2018 2017
17
MBR
Pembangunan Rumah 20
Kab. Pulang Pisau 50 50 unit 2018 2018 2017
Khusus Nelayan 17

BM

Duplikasi Pembangunan
Kab. Pulang Pisau APBN 30 Pusat 2015 2016
Pembangunan Jembatan TAGININ
Jembatan dan
Pembangunan Jalan Pembangunan Jalan
Ruas, Ruas Pulang Pisau -
Pembangunan Jalan Pangkoh ;
Kab. Pulang Pisau √ 15 15 15 Km Pusat 2006 2006
Lingkungan, Pembangunan Jalan
Ruas Pangkoh -
Pelabuhan Bahaur
3.4. Program Pembangunan Jangka Pendek Keterpaduan
Pengembangan Kawasan dengan Infrastruktur PUPR Pulau
Kalimantan
Pembangunan infrastruktur PUPR dilaksanakan dengan mengacu kepada
dokumen perencanaan yang telah disusun secara terpadu. Selanjutnya dokumen
perencanaan baik jangka panjang dan jangka menengah perlu dijabarkan lebih
lanjut ke dalam program yang disusun untuk jangka pendek (3 tahun dan
tahunan). Pada bagian ini, akan dijabarkan Program Jangka Pendek keterpaduan
pengembangan kawasan dengan infrastruktur PUPR di Pulau Sumatera yang
dibagi ke berdasarkan dukungan terhadap pengembangan kawasan, antar
kawasan dalam WPS dan antar WPS untuk jangka waktu 2018 - 2020.

3.4.1. Program Jangka Pendek Dalam Kawasan


Program Jangka pendek dalam kawasan adalah program – program yang
disusun untuk mendukung kawasan – kawasan prioritas yang telah
ditetapkan dalam Wilayah Pengembangan Strategis.

A. Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan 20.1 Kawasan


Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Singkawang – Sambas – Sanggau
Program jangka pendek 2018-2020 Kawasan pertumbuhan ekonomi
terpadu Singkawang – Sambas – Sanggau terdiri dari beberapa program,
antara lain :
x Pembangunan sarana dan prasarana air baku Kota Sambas;
x Pembangunan prasarana pengambilan dan saluran pembawa air baku
dari Sungai Kapuas 1 lt/ detik;
x Peningkatan Bendung Talman Pajinitan Kota Singkawang 15 m /detik;
3

x Pembangunan Jembatan Sungai Paloh;


x Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Sintete Kabupaten Sambas;
x Pembangunan sumber air minum dari Sungai Ciremai di Temajuk; dan
x Pembangunan PSD Permukiman Aruk.
B. Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan Industri Mandor
Program jangka pendek 2018-2020 Kawasan Industri Mandor terdiri dari
beberapa program, antara lain :
x Pembangunan jalan Kawasan Industri Mandor ke akses jalan nasional;
x Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir di Kawasan Industri Mandor
x Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Kapasitas 300 lt/detik;
x Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir di Kawasan Industri Mandor;
dan
x Pembangunan IPAL Komunal di Kawasan Industri Mandor.

207
C. Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan 20.2 Kawasan
Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Pontianak – Kayong – Ketapang
Program jangka pendek 2018-2020 Kawasan pertumbuhan ekonomi
terpadu Pontianak – Kayong - Ketapang terdiri dari beberapa program,
antara lain :
x Pembangunan pengaman abrasi pantai Desai Sungai Bakau Besar;
x Pembangunan bangunan pengendali di Kota Sungai Raya;
x Pembangunan SPAM untuk treatment Pelabuhan Kijing;
x Penyediaan sarana air bersih Kabupaten Mempawah;
x Pembangunan Jembatan Kapuas III; dan
x Pembangunan Jalan Lingkar Kota Pontianak Relokasi Jalan Nasional.
D. Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan 21.1 Kawasan
Pertumbuhan dan Perbatasan Entikong - Nanga Badau
Program jangka pendek 2018-2020 Kawasan pertumbuhan dan
perbatasan Entikong – Nanga Badau terdiri dari beberapa program,
antara lain :
x Pembangunan sarana dan prasarana pantai Desa Karimunting;
x Pembangunan PSD Permukiman Nanga Badau;
x Pembangunan IPA IKK Ulak Jaya – Sintang; dan
x Pembangunan jalan akses Bandara Tebellian.
E. Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan Perkotaan Pontianak
Program jangka pendek 2018-2020 Kawasan Perkotaan Pontianak terdiri
dari beberapa program, antara lain :
x Pembangunan bangunan pengendali banjir di Kota Pontianak;
x Pembangunan Turap Sungai Jawi;
x Pembangunan Turap Parit;
x Pembangunan Duplikat Jembatan Kapuas I;
x Pembangunan Rumah Susun Harapan Jaya;
x Pembangunan IPA Beton Pontianak Barat 100 lt/ detik; dan
x Penataan Bangunan Kawasan Bundaran Kota Baru Pontianak.

208
Gambar 3. 14 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan 20.1 Kawasan
Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Singkawang – Sambas – Sanggau

209
210
Gambar 3. 15 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan Industri Mandor
211
Gambar 3. 16 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan 20.2 Kawasan
Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Pontianak – Kayong – Ketapang
212
Gambar 3. 17 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan Perkotaan Pontianak
213
Gambar 3. 18 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan Perkotaan Pontianak
F. Program Jangka Pendek 2018-2020 Kota Terpadu Mandiri Gerbang
Kayong
Program jangka pendek 2018-2020 Kota Terpadu Mandiri Gerbang
Kayong terdiri dari beberapa program, antara lain :
x Pengembangan jaringan IKK Seponti;
x Pengembangan reservoir di SPAM Seponti; dan
x Pembangunan pengaman pantai Kecamatan Sukadana.
G. Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan Industri Ketapang
Program jangka pendek 2018-2020 Kawasan Industri Ketapang terdiri
dari beberapa program, antara lain :
x Pembangunan pengaman pantai Sungai Kinjil Pesisir;
x Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai untuk Kota Ketapang;
x Pembangunan jalan akses Pelabuhan Penyeberangan Ketapang;
x Pembangunan jalan usaha tani di 8 sentra pertanian;
x Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Peningkatan Kualitas
Kecamatan Matan Hilir Selatan; dan
x Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Peningkatan Kualitas
Kecamatan Muara Pawan.
H. Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan 21.2 Kawasan Ekonomi
Terpadu dan Perbatasan Tarakan – Tanjung Selor – Sebatik – Long
Nawang
Program jangka pendek 2018-2020 Kawasan 21.2 Kawasan Ekonomi
Terpadu dan Perbatasan Tarakan – Tanjung Selor – Sebatik – Long
Nawang terdiri dari beberapa program, antara lain :
x Pembangunan bangunan pengendali banjir Tanjung Belimbing di
Kota Malinau;
x Pembangunan jalan perbatasan Long Nawang – Long Pujungan –
Long Kemuat – Langap – Malinau;
x Pembangunan jalan Mersalong – Tau Lumbis;
x Pembangunan sumber air minum dari Sungai Kayan di Long Nawang;
x Pembangunan PSD Permukiman Khusus Perbatasan Sebatik;
x Pembangunan rumah perbatasan darat Kabupaten Nunukan; dan
x Bantuan stimulan perumahan swadaya Peningkatan Kualitas
Kabupaten Malinau.

214
215
Gambar 3. 19 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kota Terpadu Mandiri Gerbang Kayong
216
Gambar 3. 20 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan Industri Ketapang
217
Gambar 3. 21 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan Kota Baru Tanjung Selor
I. Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan Kota Baru Tanjung Selor
Program jangka pendek 2018-2020 Kawasan 21.2 Kawasan Ekonomi
Terpadu dan Perbatasan Tarakan – Tanjung Selor – Sebatik – Long
Nawang terdiri dari beberapa program, antara lain :
x Pengembangan dan peningkatan unit distribusi air minum di Tanjung
Selor;
x Revitalisasi (Urban Renewal) Kampun Nelayan Bulu Perindu;
x Pembangunan pengendali banjir di Kota Tanjung Selor;
x Pembangunan rumah susun pekerja industri;
x Pembangunan jalan akses Tanjung Selor – Food Estate; dan
x Pembangunan jalan baru Tanjung Selor – Tanah Kuning.
J. Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan 22.1 Pusat Kegiatan
Nasional dan Kawasan Ekonomi Terpadu Palangka Raya
Program jangka pendek 2018-2020 Kawasan 22.1 Pusat Kegiatan
Nasional dan Kawasan Ekonomi Terpadu Palangka Raya terdiri dari
beberapa program, antara lain :
x Pembangunan PSU Perumahan Kota Palangka Raya;
x Penataan ruang terbuka hijau Kota Palangka Raya;
x Pembangunan pengendalian banjir (Ringdrain); dan
x Pembangunan krib Sungai Kahayan Desa Bereng Bengkel.
K. Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan 22.2 Kawasan
Metropolitan Banjarbakula (Banjarmasin, Banjarbaru, Barito Kuala,
dan Tanah Laut)
Program jangka pendek 2018-2020 Kawasan 22.2 Kawasan
Metropolitan Banjarbakula (Banjarmasin, Banjarbaru, Barito Kuala, dan
Tanah Laut) terdiri dari beberapa program, antara lain :
x Pembangunan rusun untuk anggota POLRI di Kota Banjarbaru 2 TB;
x Pembangunan Flood Control di Kec Simpang empat Karang Bintang;
x Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan Berangas, Kab.
Barito Kuala;
x Pembangunan Jembatan Antasari;
x Pembangunan Jembatan Kotabaru;
x Pembangunan jalan lingkar luar Metropolitan Banjar Bakula (sebagai
jalan akses Pelabuhan Trisakti);
x Pembangunan Jalan Bebas Hambatan (Jalan Tol) Lianganggang-
Pelaihari-Pagatan-Batulicin-Tanah Grogot;
x Bangunan pengaman pantai untuk Kawasan industri dan Pelabuhan
Jorong, Asam-Asam dan Kintap;
x Bangunan pengaman pantai untuk Pelabuhan Pelaihari; dan

218
x Pembangunan bendungan karang Intan di kabupaten Banjar dan
Kota Banjarbaru.

Gambar 3. 22 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan Kota Baru Tanjung Selor

219
220
Gambar 3. 23 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan 22.1 Pusat Kegiatan
Nasional dan Kawasan Ekonomi Terpadu Palangka Raya
221
Gambar 3. 24 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan 22.2 Kawasan Metropolitan
Banjarbakula (Banjarmasin, Banjarbaru, Barito Kuala, dan Tanah Laut)
L. Program Jangka Pendek 2018-2020 Kota Banjarmasin
Program jangka pendek 2018-2020 Kota Banjarmasin terdiri dari
beberapa program, antara lain :
x Bantuan Stimulan PSU Rumah Umum;
x Tempat Pemrosesan Akhir TPA Sampah Kota controlled landfill
menjadi sanitary landfill di Kelurahan Basirih;
x Bantuan stimulan perumahan swadaya dengan peningkatan kualitas
sebanyak 500 unit di Kota Banjarmasin;
x Pembangunan Jembatan Antasari; dan
x Pembangunan Pengendali Erosi dan Proteksi Sungai Martapura Kota
Banjarmasin.
x Normalisasi Sungai Jafri Zamzam Kota Banjarmasin.
M. Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan Industri dan Kawasan
Pedesaan Strategis Jorong.
Program jangka pendek 2018-2020 Kota Banjarmasin terdiri dari
beberapa program, antara lain :
x Pembangunan Jalan Bebas Hambatan (Jalan Tol) Lianganggang-
Pelaihari-Pagatan-Batulicin-Tanah Grogot;
x Pembangunan Jalan Akses Rencana Kawasan Industri Jorong (Akses
menuju Pelabuhan);
x Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Pelaihari;
x Bangunan pengaman pantai untuk Kawasan industri dan Pelabuhan
Jorong, Asam-Asam dan Kintap;
x Pembangunan Rumah Susun Pekerja Industri untuk mengakomodasi
13000 tenaga kerja;
x Penyediaan Rumah Susun;
x Pengembangan dan Peningkatan IPAL di Kec. Jorong;
x Pengembangan dan Peningkatan Unit Distribusi Air Minum di Kec.
Jorong; dan
x Pengembangan dan Peningkatan TPA Jorong.
N. Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan Pertumbuhan Ekonomi
Terpadu Batulicin Kotabaru
Program jangka pendek 2018-2020 Kawasan Pertumbuhan Ekonomi
Terpadu Batulicin Kotabaru terdiri dari beberapa program, antara lain :
x Pembangunan Rumah Umum Tapak Layak Huni yang Terfasilitasi
Melalui Bantuan PSU;
x Pembangunan Daerah Irigasi Batulicin di Kabupaten Tanah Bumbu;
x Bangunan pengaman pantai dan pengaman banjir untuk Pelabuhan
Batulicin;
x Pengembangan dan Peningkatan Unit Distribusi Air Minum di
Kec.Batulicin;

222
x Pengembangan dan Peningkatan IPAL di Kec. Batulicin;
x Pembangunan RTH Pantai Pulau Salak;
x Pembangunan Jembatan Penghubung Pulau Laut (Tanah Bumbu-
Kotabaru);
x Pembangunan Jalan Kandangan - Hampang – Batulicin;dan
x Pembangunan Jalan akses Kawasan Industri Batulicin ke Pelabuhan
Batulicin.
O. Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan Industri Batulicin
Program jangka pendek 2018-2020 Kawasan Industri Batulicin terdiri
dari beberapa program, antara lain.
x Pembangunan Rumah Umum Tapak Layak Huni yang Terfasilitasi
Melalui Bantuan PSU;
x Pembangunan Jalan akses Kawasan Industri Batulicin ke Pelabuhan
Batulicin;
x Pengembangan dan Peningkatan TPA Batulicin;
x Pengembangan dan Peningkatan Unit Distribusi Air Minum di Kec.
Batulicin;
x Pengembangan dan Peningkatan IPAL di Kec. Batulicin; dan
x Pembangunan Daerah Irigasi Batulicin di Kabupaten Tanah Bumbu.
P. Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan 23.1 Kawasan
Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Samarinda – Sanga Sanga –
Balikpapan
Program jangka pendek 2018-2020 Kawasan 23.1 Kawasan
Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Samarinda – Sanga Sanga – Balikpapan
terdiri dari beberapa program, antara lain :
x Pengendalian Banjir Kota Tenggarong;
x Pembangunan Pengaman Pantai Segara Sari Kota Balikpapan;
x Pembangunan Jalan Tol Balikpapan-Samarinda;
x Pembangunan Jalan Balang;
x BSPS Peningkatan Kualitas Kab. Kutai Kartanegara;
x Pembangunan Tanggul Benanga;
x Pembangunan Rusun Pekerja RSID AM Parikesit;
x Pembangunan SPAM Kapasitas 200 ltr/detik di Teritip; dan
x Pembangunan SPAM Regional Kukar - Bontang Pembangunan SPAM
Regional Kukar – Bontang.

223
224
Gambar 3. 25 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kota Banjarmasin
225
Gambar 3. 26 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan Industri dan Kawasan Pedesaan Strategis Jorong
226
Gambar 3. 27 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Batulicin-Kotabaru
227
Gambar 3. 28 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan Industri Batulicin
228
Gambar 3. 29 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan 23.1 Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Samarinda – Sanga Sanga –
Balikpapan
Q. Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan 23.2 Kawasan
Perindustrian Bontang – Sangatta – Maloy
Program jangka pendek 2018-2020 Kawasan 23.2 Kawasan
Perindustrian Bontang – Sangatta – Maloy terdiri dari beberapa
program, antara lain :
x Pembangunan TPST 3R Kota Bontang;
x Pengembangan dan Peningkatan Unit Distribusi Air Minum di Kota
Bontang;
x Pembangunan Rusun Pekerja dan Nelayan Loktuan;
x Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai untuk Pelabuhan
Bontang; dan
x Pembangunan Prasarana Air Baku Sumur Dalam dan Perpipaan.
R. Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Maloy Batuta Trans Kalimantan
Program jangka pendek 2018-2020 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Maloy Batuta Trans Kalimantan terdiri dari beberapa program, antara
lain :
x Pembangunan Jalan Sangkulirang – Taliyasan – Guntur – Tj. Redeb;
x Pembangunan SPAM Maloy;
x Pengembangan dan Peningkatan Unit Distribusi Air Minum di Kota
Sangatta;
x Pembangunan Bangunan Pantai Untuk Pelabuhan Maloy;
x Pembangunan Prasarana Pengambilan dan Saluran Pembawa Air
Baku dari Sungai Sangkulirang;
x Pembangunan Rumah Pekerja di KEK MBTK dan KTM Maloy; dan
x BSPS Peningkatan Kualitas Kec. Kaliurang, Kec. Sangkulirang (2018-
2020).

229
230
Gambar 3. 30 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan 23.2 Kawasan Perindustrian Bontang – Sangatta – Maloy
231
Gambar 3. 31 Program Jangka Pendek 2018-2020 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Batuta Trans Kalimantan
3.4.2. Program Jangka Pendek Antar Kawasan
Program Jangka pendek antar kawasan adalah program – program yang
disusun untuk mendukung kawasan – kawasan prioritas yang telah
ditetapkan di antar kawasan dalam WPS.

A. Program Jangka Pendek 2018-2020 Antar Kawasan WPS 21 Temajuk –


Sebatik
Program jangka pendek 2018-2020 Antar Kawasan WPS 21 Temajuk –
Sebatik terdiri dari beberapa program, antara lain :
x Peningkatan Bendung Datah Bilang di Kecamatan Laham, Kabupaten
Mahakam Ulu;
x Peningkatan Bendung Bitung di Kecamatan Long Hubung, Kabupaten
Mahakam Ulu;
x Pembangunan jalan batas Kalimantan Barat – Tiong Ohang;
x Pembangunan Jalan Tiong Ohang – Long Pahangai;
x Pembangunan PSD Long Apari; dan
x Pembangunan SPAM IKK Long Apari.

232
233
Gambar 3. 32 a. Program Jangka Pendek 2018-2020 Antar Kawasan WPS 21 Temajuk – Sebatik
3.4.3. Program Jangka Pendek Antar WPS
Program Jangka pendek antar WPS adalah program – program yang
disusun untuk mendukung kawasan – kawasan prioritas yang telah
ditetapkan melalui peraturan tertentu namun terletak di antar Wilayah
Pengembangan Strategis.

A. Program Jangka Pendek 2018-2020 Antar WPS Provinsi Kalimantan


Utara
Program jangka pendek 2018-2020 antar wilayah pengembangan
strategis Provinsi Kalimantan Utara terdiri dari beberapa program,
antara lain :
x Pembangunan Rumah Khusus di Kec. Tarakan Timur;
x Pembangunan TPA di Kota Tarakan; dan
x Penanganan banjir Kab Tanah Tidung Provinsi Kalimantan Utara.
B. Program Jangka Pendek 2018-2020 Antar WPS Provinsi Kalimantan
Tengah
Program jangka pendek 2018-2020 Antar WPS Provinsi Kalimantan
Tengah terdiri dari beberapa program, antara lain :
x Pembangunan Jalan BTS.Prov. Kalbar-tumbang Sanamang-tumbang
Samba;
x Pembangunan Rumah Susun Pekerja Industri untuk mengakomodasi
1000 tenaga kerja Kab. Kotawaringin Barat;
x Penyediaan Rumah Susun di Kab. Barito Selatan;
x Sistem pengolahan Drainase Kawasan Lingkungan Kab. Gunung Mas;
x Pembuatan Paket IPA Kap 50 ltr/detik Lengkap IKK Buntok Kab.
Barito Selatan;
x Pembuatan IPA Kap 50 ltr/detik IKK Ampah Kab. Murung Raya;
x Pembangunan Drainase Kab. Gunung Mas;
x Pembangunan Pengendalian Banjir (Ringdrain) Kab. Kotawaringin
Timur;
x Pembangunan Embung Kab. Sukamara; dan
x Pembangunan Embung Kab. Kotawaringin Timur.

234
235
Gambar 3. 33 Program Jangka Pendek 2018-2020 Antar WPS Provinsi Kalimantan Utara
236
Gambar 3. 34 Program Jangka Pendek 2018-2020 Antar WPS Provinsi Kalimantan Tengah
C. Program Jangka Pendek 2018-2020 Antar WPS Provinsi Kalimantan
Selatan
Program jangka pendek 2018-2020 Antar WPS Provinsi Kalimantan
Selatan terdiri dari beberapa program, antara lain :
x Penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat berupa
penyediaan sarana air bersih meliputi sumur bor, sumur gali dan
hidran umum Kab. Balangan;
x Penataan Kawasan Pasar Halong Kab. Balangan;
x Pembangunan Jaringan Irigasi DI Pitap di Kabupaten Balangan;
x Pembangunan Jaringan Irigasi D.I Amandit Kab. Hulu Sungai Selatan;
dan
x Pembangunan Jaringan Irigasi DI Batang Alai Kab. Hulu Sungai
Tengah
Program Jangka Pendek 2018-2020 Antar WPS Provinsi Kalimantan
Timur.
D. Program jangka pendek 2018-2020 Antar WPS Provinsi Kalimantan
Timur
Program jangka pendek 2018-2020 Antar WPS Provinsi Kalimantan
Timur terdiri dari beberapa program, antara lain :
x BSPS Peningkatan Kualitas Kec. Sendawar: (2018-2020);
x BSPS Peningkatan Kualitas Kab. Penajam Paser Utara (2018-2020);
x Pengembangan dan Peningkatan IPAL di Kec. Waru;
x Pengembangan dan Peningkatan TPA di Tanjung Redeb;
x Pembangunan Jembatan Kelas 3 (Jalan Singkuang); dan
x Pembangunan Jalan Akses menuju ke Pelabuhan Mantaritip.

237
238
Gambar 3. 35 Program Jangka Pendek 2018-2020 Antar WPS Provinsi Kalimantan Selatan
239
Gambar 3. 36 Program Jangka Pendek 2018-2020 Antar WPS Provinsi Kalimantan Timur
3.5. Pembiayaan Pembangunan Jangka Pendek Keterpaduan
Pengembangan Kawasan dengan Infrastruktur PUPR
Dalam melakukan pemrograman jangka pendek Tahun 2018 – 2020, Pusat
Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR cq Bidang
Penyusunan Program mengacu kepada pagu Kementerian PUPR dalam Kerangka
Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) yang telah disusun oleh Kementerian
Keuangan. Hal ini dipandang sangat strategis agar penyusunan program yang
diusulkan juga memperhatikan kemampuan pendanaan.

Saat ini perencanaan program/kegiatan yang dilaksanakan oleh Pusat


Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR terfokus pada 4
(empat) Unor yang melakukan pekerjaan konstruksi yaitu: (i) Ditjen Sumber Daya
Air, (ii) Ditjen Bina Marga, (iii) Ditjen Cipta Karya, dan (iv) Ditjen Penyediaan
Perumahan. Program/Kegiatan yang disusun dalam buku ini merupakan
program/kegiatan yang bersifat pembangunan baru/New Development dimana
program/kegiatan tersebut adalah program/kegiatan yang bukan merupakan
manajemen aset (pemeliharaan berkala/rutin dan rehabilitasi mayor/minor) dan
juga mengesampingkan program/kegiatan yang bersifat committed program
(Multi Years Contract lanjutan dan yang pendanaannya bersumber dari P/HLN).
Agar Program/Kegiatan tersebut di atas dapat dialokasikan, dilakukan perkiraan
pembiayaan dengan mempertimbangkan kapasitas yang tercermin dari KPJMN.

Tabel 3. 10 Perkiraan Indikasi Pagu KPJM dan Program/Kegiatan yang Bersifat New
Development Tahun 2018 – 2020
2018 (Rp. Miliar) 2019 (Rp. Miliar) 2020 (Rp. Miliar)
UNOR New
New New
KPJM KPJM Developmen KPJM
Development Development
t
Pagu PUPR 105.037 108.702 111.966
Unor Lainnya (Setjen,
Itjen, Ditjen Bina
Konstruksi, Ditjen 2.712 2.805 2.890
Pembiayaan , BPSDM,
BPIW, Balitbang)
SubTotal (4 Unor) 102.325 35.962 105.897 37.218 109.076 38.335
Ditjen Sumber Daya
Air
34.424 6.884.855 35.625 7.125 36.694 7.338

Ditjen Bina Marga 42.838 10.709 44.334 11.083 45.665 11.416


Ditjen Cipta Karya 16.491 12.368 17.067 12.800 17.580 13.185

240
2018 (Rp. Miliar) 2019 (Rp. Miliar) 2020 (Rp. Miliar)
UNOR New
New New
KPJM KPJM Developmen KPJM
Development Development
t
Ditjen Penyediaan
Perumahan
8.570 5.999 8.870 6.209 9.136 6.395
Anggaran dalam Jutaan Rupiah
Sumber : Program Jangka Pendek 2018 – 2020

Mengingat Ditjen Sumber Daya Air dan Ditjen Bina Marga mengalokasikan
anggaran lebih banyak untuk belanja modal dibandingkan Ditjen Cipta Karya dan
Ditjen Penyediaan Perumahan maka dilakukan asumsi perhitungan yang berbeda
untuk setiap Unor dalam menentukan besarnya kapasitas pembiayaan terhadap
program/kegiatan yang bersifat new development. Adapun hasil perhitungan
setiap Unor untuk 3 tahun ke depan dijabarkan pada tabel dibawah ini.

Di bawah ini akan dijabarkan terkait pembiayaan pembangunan program jangka


pendek keterpaduaan pengembangan kawasan dengan infrastruktur PUPR di
berdasarkan pembagian 4 Unor di setiap provinsi di Pulau Kalimantan,
berdasarkan tipologi kawasan, dan berdasarkan dukungan terhadap prioritas
nasional.

3.5.1. Pembiayaan Program Jangka Pendek Pembangunan Infrastruktur


PUPR Pulau Kalimantan Tahun 2018-2020
Pembiayaan program pembangunan infrastruktur PUPR Pulau Kalimantan
pada tahun 2018 menunjukkan bahwa Direktorat Jenderal Bina Marga
memiliki jumlah kebutuhan anggaran terbesar, yakni
Rp. 6.027.892.755.667,-. Besarnya jumlah pembiayaan di sektor bina marga
ini disebabkan pembangunan jalan Trans Kalimantan dan beberapa
pembangunan jembatan. Sementara itu, direktorat jenderal yang memiliki
anggaran pembiayaan yang paling rendah ialah direktorat jenderal
penyediaan perumahan sebesar Rp. 306.940.000.000,-. Konsentrasi
kegiatan untuk direktorat jenderal penyediaan perumahan antara lain
pembangunan rumah susun, rumah khusus, rumah swadaya, dan bantuan
stimulan perumahan swadaya. Direktorat jenderal sumber daya air pada
tahun 2018 membutuhkan dana sebesar Rp. 749.918.28.,000,- dengan
prioritas pembangunan sebagian besar berupa pembangunan bendungan
dan embung.

241
Tabel 3. 11 Pembiayaan Program Pembangunan Infrastruktur PUPR Pulau Kalimantan
Tahun 2018
SDA BM CK PnP
NO PROVINSI
JML BIAYA (000) JML BIAYA (000) JML BIAYA (000) JML BIAYA (000)
Kalimantan
1 7 86,800,000 13 13,000,000 42 168,076,375 2 13,875,000
Barat
Kalimantan
2 34 308,760,706 38 1,821,056,000 44 116,500,000 3 54,370,000
Selatan
Kalimantan
3 5 5,000,000 32 1,991,600,000 205 778,527,727 3 44,945,000
Tengah
Kalimantan
4 11 117,077,577 20 1,239,136,755 38 566,500,000 2 27,250,000
Timur
Kalimantan
5 23 232,280,000 35 963,100,000 37 137,000,000 6 166,500,000
Utara

TOTAL 80 749,918,283 138 6,027,892,755,667 366 1,766,604,102,662 16 306,940,000

Sumber : Program Jangka Pendek 2018 – 2020

Selanjutnya, pada tahun 2019, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air


memiliki kebutuhan dana yang terbesar, yakni Rp. 4.985.279.575.800,-.
Besarnya kebutuhan dana ini dikarenakan adanya pembangunan
bendungan prioritas yang terdapat di Pulau Kalimantan. Sektor yang
membutuhkan dana terendah pada tahun 2019 ialah penyediaan
perumahan. Adapun konsentrasi kegiatan untuk sektor bina marga pada
tahun 2019 ialah tetap pembangunan jalan trans Kalimantan dan jalan
parallel perbatasan, maupun jalan akses menuju pelabuhan.

Tabel 3. 12 Pembiayaan Program Pembangunan Infrastruktur PUPR Pulau Kalimantan


Tahun 2019
SDA BM CK PnP
NO PROVINSI
JML BIAYA (000) JML BIAYA (000) JML BIAYA (000) JML BIAYA (000)

Kalimantan
1 31 182,150,000 14 655,050,000 12 75,227,890 4 74,815,000
Barat
Kalimantan
2 79 2,380,579,575 22 177,500,000 72 143,011,600 9 116,778,000
Selatan
Kalimantan
3 65 515,080,000 24 129,000,000 31 165,000,000 22 259,127,855
Tengah
Kalimantan
4 64 1,702,100,000 13 357,000,000 27 157,850,000 6 60,250,000
Timur
Kalimantan
5 28 205,370,000 41 383,000,000 26 98,966,666 3 56,850,000
Utara

TOTAL 267 4,985,279,575 114 1,701,550,000 168 640,056,156 44 567,820,855

Sumber : Program Jangka Pendek 2018 – 2020

Selanjutnya ialah pembiayaan pada tahun 2020, dimana untuk Pulau


Kalimantan, sektor yang membutuhkan pembiayaan terbesar ialah sektor
bina marga sebesar Rp. 2.406.166.666.667,-. Program pembangunan
infrastruktur yang membutuhkan dana besar berupa pembangunan jalan

242
trans Kalimantan dan jalan parallel perbatasan. Sementara itu, sektor yang
memiliki kebutuhan dana terendah ialah penyediaan perumahan karena
sebagian besar program berupa bantuan stimulan untuk perumahan
swadaya. Sektor lainnya, yakni sumber daya air, membutuhkan dana
sebesar Rp. 1.635.085.666.667,-, dimana program pembangunan
difokuskan pada penyelesaian bendungan.

Tabel 3. 13 Pembiayaan Program Pembangunan Infrastruktur PUPR Pulau Kalimantan


Tahun 2020
SDA BM CK PnP
NO PROVINSI
JML BIAYA (000) JML BIAYA (000) JML BIAYA (000) JML BIAYA (000)
Kalimantan
1 11 87,056,666,6 3 117,500,000 1 40,000,000 2 43,305,000
Barat
Kalimantan
2 43 255,759,000 32 1,405,250,000 49 109,363,000 3 27,630,000
Selatan
Kalimantan
3 44 1,201,370,000 9 248,000,000 10 50,000,000 10 70,300,000
Tengah
Kalimantan
4 23 75,900,000 3 280,916,666,667 10 50,000,000 4 16,500,000
Timur
Kalimantan
5 14 15,000,000 35 354,500,000 21 55,000,000 2 46,500,000
Utara
TOTAL 135 1,635,085,666,667 82 2,406,166,666,667 91 304,363,000 21 204,235,000
Sumber : Program Jangka Pendek 2018 – 2020

3.5.2. Pembiayaan Program Jangka Pendek Pembangunan Infrastruktur


PUPR Pulau Kalimantan untuk Mendukung Prioritas Nasional
Pembiayaan program pembangunan juga disusun berdasarkan kawasan
prioritas nasional. Pulau Kalimantan memiliki 11 kawasan dari 5 WPS yang
terdapat di Pulau Kalimantan. Adapun kawasan yang memiliki kebutuhan
dana terbesar pada tahun 2018 dan 2019 ialah kawasan 21.2 Kawasan
Ekonomi Terpadu Perbatasan Tarakan - Tanjung - Selor - Sebatik - Long
Nawang yang secara berturut-turut membutuhkan dana sebesar
Rp. 1.810.001.333.333,- dan Rp. 544.350.000.000,-. Sementara itu, untuk
tahun 2020 ialah kawasan 22.3 Pertumbuhan Ekonomi Terpadu Batulicin –
Kotabaru yang membutuhkan biaya terbesar, sejumlah
Rp. 634.500.000.000,-.

Tabel 3. 14 Pembiayaan Program Pembangunan Infrastruktur PUPR Priroritas Nasional


Pulau Kalimantan Tahun 2018-2020
2018 2019 2020
PRIORITAS
NO
NASIONAL
JML BIAYA JML BIAYA JML BIAYA
DALAM
1 155 3,348,259,029,666 166 1,771,460,242,667 91 2,156,876,666,667
KAWASAN
Kawasan
Pertumbuhan
20.1 Ekonomi Terpadu 1 1,000,000,000 2 2,000,000,000 2 3,090,000,000
Singkawang -
Sambas –

243
2018 2019 2020
PRIORITAS
NO
NASIONAL
JML BIAYA JML BIAYA JML BIAYA
Sanggau

Kawasan
Pertumbuhan
Ekonomi Terpadu
20.2 9 25,000,000,000 14 343,627,890,000 2 68,666,666,667
Pontianak -
Kayong -
Ketapang
Kawasan Pusat
Pertumbuhan Dan
21.1 Perbatasan 28 75,300,000,000 13 284,000,000,000 7 129,800,000,000
Entikong - Nanga
Badau
Kawasan Ekonomi
Terpadu
Perbatasan
21.2 29 1,810,001,333,333 27 544,350,000,000 11 98,000,000,000
Tarakan - Tanjung
- Selor - Sebatik -
Long Nawang
Kawasan Ekonomi
22.1 Terpadu Palangka 11 249,844,697,000 27 110,562,500,000 16 575,900,000,000
Raya
Kawasan Strategis
Banjarbakula
(Banjarmasin,
22.2 3 3,000,000,000 5 18,750,000,000 8 350,920,000,000
Banjar Baru,
Barito Kuala,
Tanah Laut)
Kawasan
Pertumbuhan
22.3 Ekonomi Terpadu 17 92,000,000,000 30 237,153,186,000 18 634,500,000,000
Batulicin -
Kotabaru
Kawasan
Pertumbuhan
Ekonomi Terpadu
23.1 9 676,235,422,333 1 5,000,000,000 0 0
Samarinda -
Sanga-Sanga -
Balikpapan
Kawasan
Perindustrian
23.2 6 5,500,000,000 13 62,500,000,000 5 16,000,000,000
Bontang -
Sangatta - Maloy
Kawasan
35.14 Perbatasan Laut 31 294,300,000,000 23 102,066,666,667 19 123,000,000,000
Pulau Sebatik
Kawasan
35.16 Perbatasan Laut 11 116,077,577,000 11 61,450,000,000 3 157,000,000,000
Pulau Maratua
ANTAR
2 260 3,227,268,081,662 279 3,485,675,972,000 158 1,659,739,666,667
KAWASAN
3 ANTAR WPS 185 2,275,828,030,000 148 2,637,570,372,800 80 733,234,000,000

TOTAL 600 8,851,355,141,328 593 7,894,706,587,467 329 4,549,850,333,334

Sumber : Program Jangka Pendek 2018 – 2020

Sementara itu, jika dibandingkan antar dukungan kawasan, yakni dalam


kawasan, antar kawasan, dan antar WPS, maka terdapat beberapa
perbedaan kebutuhan jumlah dana pada rentang waktu 2018-2020. Pada
tahun 2018 dan 2020, kawasan yang berada dalam kawasan membutuhkan

244
dana terbesar berturut-turut sejumlah Rp.
3.348.259.029.666,- dan Rp. 2.156.876.666.667,-. Pada tahun 2019,
kawasan yang berada pada antar kawasan membutuhkan dana terbesar
sejumlah Rp. 3.485.675.972.000,-.

3.5.3. Pembiayaan Program Jangka Pendek Pembangunan Infrastruktur


PUPR Pulau Kalimantan untuk Mendukung Prioritas Nasional
Selain diklasifikasikan menurut lokasi wilayah, dipisah pula berdasarkan
jenis sektor yang didukung untuk dikembangkan, antara lain.
x Infrastruktur, Konektivitas dan Kemaritiman
x Ketahanan Energi
x Ketahanan Pangan
x Pembangunan Wilayah
x Penanggulangan Kemiskinan
x Pengembangan Dunia Usahadan Pariwisata
x Perumahan dan Permukiman
Diketahui bahwa pada tahun 2018 dan 2019, sektor yang memiliki
kebutuhan dana terbesar ialah sektor infrastruktur, konektivitas, dan
kemaritiman, sejumlah Rp. 4.961.092.755.666,- dan
Rp. 2.548.000.000.000,-. Program pengembangan infrastruktur,
konektivitas, dan kemaritiman difokuskan pada pembangunan jalan trans
Kalimantan dan Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sektor ini
merupakan prioritas pembangunan sesuai dengan nawacita.
Pengembangan infrastruktur, konektivitas, dan kemaritiman di Pulau
Kalimantan terdapat di Kabupaten Mahakam Ulu, Kabupaten Pontianak,
Kota Balikpapan, Kabupaten Pontianak, Kota Bontang, Kabupaten Kapuas,
Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Sambas. Sementara itu, untuk tahun
2020 sektor pembangunan wilayah perbatasan dan daerah tertinggal
memiliki kebutuhan biaya yang terbesar, yakni Rp.
1.708.925.666.667,-. Pembangunan wilayah perbatasan dan daerah
tertinggal dilakukan pada Kabupaten Pontianak, Kabupaten Kapuas,
Kabupaten Mahakam Ulu, Kabupaten Sambas, Kabupaten Sanggau, Kota
Balikpapan, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Barito Kuala, dan
Kabupaten Malinau.

245
Tabel 3. 15 Pembiayaan Program Pembangunan Infrastruktur PUPR Pulau Kalimantan
Tahun 2018
2018 2019 2020
NO DUKUNGAN KAWASAN
JML BIAYA JML BIAYA JML BIAYA
Infrastruktur. Konektivitas dan
1 110 4.961.092.755.666 100 2.548.000.000.000 67 1.509.750.000.000
Kemaritiman
2 Ketahanan Energi 2 2.000.000.000 7 1.500.710.000.000 4 2.000.000.000
3 Ketahanan Pangan 11 120.980.000.000 86 709.695.575.800 49 867.715.000.000
4 Pembangunan Wilayah 219 2.149.714.517.000 243 1.963.573.556.667 132 1.708.925.666.667
5 Penanggulangan Kemiskinan 17 44.250.000.000 22 65.812.500.000 18 44.300.000.000
Pengembangan Dunia
6 24 128.758.848.662 21 306.750.000.000 12 224.916.666.667
Usahadan Pariwisata
7 Perumahan dan Permukiman 217 1.444.559.020.000 114 800.164.955.000 47 192.243.000.000

TOTAL 600 8.851.355.141.328 593 7.894.706.587.467 329 4.549.850.333.334

Sumber : Program Jangka Pendek 2018 – 2020

246
BAB

IV
PENUTUP
BAB IV
PENUTUP

Penyusunan Program Jangka Pendek (2018 – 2020) Keterpaduan Pengembangan


Kawasan dengan Infrastruktur PUPR merupakan sebagian upaya yang dilakukan untuk
menciptakan sinkronisasi baik antar tingkat pemerintahan ataupun antar sektor di
lingkungan Kementerian PUPR. Program jangka pendek ini juga menjadi muara bagi
rencana induk pulau. Master Plan dan Development Plan yang telah disusun. Serta
menjadi input bagi disusunnya rencana tahunan untuk dimasukan dalam Rencana Kerja
Pemerintah tahun 2018 – 2020. Dalam proses penyusunannya. pembagian peran antar
tingkat pemerintahan ataupun antar sektor baik dalam wewenang ataupun pembiayaan
telah diklarifikasi sedetail mungkin untuk meminimalisir terjadinya tumpang tindih
program. Penajaman yang telah dilakukan juga memperhatikan proyeksi pembiayaan
yang dapat dilakukan melalui sumber APBN. DAK. maupun KPBU. Kebutuhan dana untuk
membiayai pembangunan infrastruktur terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Dengan demikian seluruh program yang disusun harus dapat efektif dan efisien sehingga
mampu memberikan dampak luas bagi pengembangan wilayah. Selain itu diperlukan
kreativitas dalam menemukan sumber – sumber pembiayaan lainnya agar
pembangunan infrastruktur tidak seluruhnya dibebankan pada APBN.

Pengembangan Pulau Kalimantan melalui dukungan Program Jangka Pendek


Keterpaduan Pengembangan Kawasan dengan Infrastruktur PUPR juga menempatkan
isu – isu strategis menjadi prioritas. Isu utama yang dijadikan dasar dalam pembangunan
infrastruktur di Pulau Kalimantan adalah peningkatan konektivitas antar wilayah. serta
ketahanan pangan. Oleh karena itu program – program yang ada diharapkan mampu
mendukung isu tersebut. Selain itu terdapat isu strategis yang merupakan turunan dari
isu utama yaitu pembangunan kawasan perbatasan darat. terutama pada konektivitas
maupun pengembangan kawasan permukiman. berupa rumah khusus. sistem sanitasi
dan persampahan. Lokasi kawasan perbatasan di Pulau Kalimantan terletak di Provinsi
Kalimantan Barat. dan Kalimantan Timur. Kemudian dalam pengembangan
perekonomian wilayah juga terdapat dukungan pengembangan terhadap kegiatan –
kegiatan di sektor Industri diantaranya Kawasan Industri Batulicin. Khusus dalam
peningkatan konektivitas. dukungan infrastruktur dilakukan dengan kostruksi Jalan
Trans Kalimantan maupun pengembangan jalan nasional lainnya. terutama di Provinsi
Kalimantan Tengah. Kalimantan Utara. dan Kalimantan Timur. Selanjutnya dalam
mendukung ketahanan pangan nasional dan usaha mewujudkan Pulau Kalimantan
menjadi lumbung pangan nasional. maka dibangun waduk untuk menjamin

247
ketersediaan air baku. Secara keseluruhan akan dibangun 9 embung dan 2 waduk baru
di Pulau Kalimantan.

Selain itu juga pembangunan difokuskan pada pengembangan pulau – pulau kecil
terluar dan terdepan. khususnya di Provinsi Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur.
antara lain Pulau Sebatik. Pulau Gosong Makassar. Pulau Maratua dan Pulau Sambit.
Dukungan infrastruktur untuk meningkatkan konektivitas dan memenuhi kebutuhan
dasar seperti penyediaan air bersih dan akses terhadap sanitasi serta penyediaan
perumahan dan permukiman layak huni di Pulau Sebatik dan Pulau Maratua. Sementara
itu. untuk pembangunan di kawasan perbatasan darat Pulau Kalimantan. maka program
pembangunan yang direncanakan ialah pembangunan jalan parallel perbatasan dan
pengembangan kawasan permukiman khusus. Dukungan ini merupakan wujud nyata
dari komitmen Pemerintah untuk membangun Indonesia dari pinggiran. Keseluruhan
dukungan tersebut merupakan bagian dari Program Jangka Pendek yang telah disusun.
dan diharapkan mampu mendukung pengembangan ekonomi wilayah yang akhirnya
dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional.

Pada dasarnya infastruktur yang direncanakan harus dapat diprogramkan. Selanjutnya.


program tersebut harus mampu dilaksankan sehingga tercipta pembangunan. serta
infrastruktur yang dibangun harus mampu menjadi solusi dari permasalahan dan
mampu mendukung pengembangan potensi wilayah. Program Jangka Pendek (2018 –
2020) yang telah disusun dapat menjadi rekomendasi kebijakan bagi perumusan
program pembangunan jangka pendek di Wilayah Pengembangan Strategis di Pulau
Kalimantan sehingga dapat mendorong dan memperluas percepatan pembangunan dan
pengembangan infrastruktur wilayah baik secara hirarki vertikal maupun hirarki
horizontal serta mengurangi disparitas antar wilayah. Secara lebih luas. Program Jangka
Pendek ini juga akan berguna sebagai masukan bagi Pemerintah Daerah dalam
menyusun rencana pembangunan sehingga dapat memperoleh manfaat sebesar –
besarnya bagi masyarakat di Pulau Kalimantan.

248
DAFTAR
PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Perundang - Undangan

Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional;
Undang-Undang No. 38 tahun 2004 tentang Jalan;
Undang-Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
Undang-Undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005-2025
Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
Undang-Undang No. 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara
Undang-Undang No. 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2006 tentang Jalan;
Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2011 tentang Rencana Induk Kepariwisataan
tahun 2010 – 2025;
Peraturan Pemerintah No. 100 tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah No. 2 tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan Ekonomi
Khusus;
Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 2013 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Pemerintah No. 15 tahun 2005 tentang Jalan Tol.
Peraturan Presiden No.32 tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan Dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025;
Peraturan Presiden No. 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet
Kerja
Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Tahun 2015-2019;
Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.;
Peraturan Presiden No. 3 tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Proyek
Strategis Nasional;
Keputusan Presiden No. 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan
Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019

249
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 13.1/PRT/M/2015
tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat tahun 2015 – 2019;

Buku dan Dokumen Lainnya


Badan Pusat Statistik. (2015). Statistik Nasional Indonesia. Jakarta. BPS.
Badan Pusat Statistik. (2015). Provinsi Kalimantan Barat dalam Angka. Pontianak.
BPS.
Badan Pusat Statistik. (2015). Provinsi Kalimantan Tengah dalam Angka. Palangka
Raya. BPS.
Badan Pusat Statistik. (2015). Provinsi Kalimantan Selatan dalam Angka.
Banjarmasin. BPS.
Badan Pusat Statistik. (2015). Provinsi Kalimantan Timur dalam Angka. Samarinda.
BPS.
Badan Pusat Statistik. (2015). Provinsi Kalimantan Utara dalam Angka. Tanjung
Selor. BPS.
Simanjuntak. Entatarina et al (2015). Profil Investasi Infrastruktur Bidang Pekerjaan
Umum. Jakarta. Pusat Kajian Strategis Kementerian Pekerjaan Umum.
Direktorat Permukiman dan Perumahan Bappenas. (2015). Penyediaan Hunian
Layak bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019. Jakarta.
Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR. (2015). Program
Jangka Pendek Keterpaduan Pengembangan Kawasan dengan Infrastruktur
PUPR. Kementerian PUPR Jakarta.
Pusat Perencanaan Infrastruktur BPIW Kementerian PUPR. (2015). Rencana Induk
Pengembangan Infrastruktur Pulau Sumatera. Kementerian PUPR . Jakarta.
Pusat Perencanaan Kawasan Perkotaan BPIW Kementerian PUPR. (2015).
Masterplan Pengembangan Kawasan Perdesaan. Kementerian PUPR.
Jakarta.
Pusat Perencanaan Kawasan Strategis BPIW Kementerian PUPR. (2015). Masterplan
dan Development Plan Wilayah Pengembangan Strategis. Kementerian
PUPR. Jakarta.
Rasyidi. M.S. et al.. 2016. Kamus Istilah Pengembangan Wilayah 1st ed.. Jakarta.
Indonesia: Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR. (2015). Program
Jangka Pendek Keterpaduan Pengembangan Kawasan dengan Infrastruktur
PUPR. Kementerian PUPR Jakarta.

250
Pusat Perencanaan Infrastruktur BPIW Kementerian PUPR. (2015). Rencana Induk
Pengembangan Infrastruktur Pulau Sumatera. Kementerian PUPR . Jakarta.
Pusat Perencanaan Kawasan Perkotaan BPIW Kementerian PUPR. (2015).
Masterplan Pengembangan Kawasan Perdesaan. Kementerian PUPR.
Jakarta.
Pusat Perencanaan Kawasan Strategis BPIW Kementerian PUPR. (2015). Masterplan
dan Development Plan Wilayah Pengembangan Strategis. Kementerian
PUPR. Jakarta.
Rasyidi. M.S. et al.. 2016. Kamus Istilah Pengembangan Wilayah 1st ed.. Jakarta.
Indonesia: Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

251

Anda mungkin juga menyukai