Anda di halaman 1dari 2

Safira Aulia/ B12.2016.

03172

Rhenald Kasali: Self Disruption

Rhenald Kasali kembali hadir dengan karya terbarunya, Self Disruption. Buku ini
masih mengangkat tema yang senada dengan buku sebelumnya yang best-seller, yaitu
disruption, isu yang saat ini sedang marak dalam bisnis.

Berdasarkan keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (8/6/2018), kali ini, Rhenald
mengajak kita untuk melihat dampak disruption pada tiap-tiap industri. Mereka yang berada
di dalam bisnis high-tech sudah menjadi Digital Master. Demikian pula, walaupun tak
setinggi high-tech company, sektor retail dan perbankan wajib menjalankan self-disruption.

Industri ini tengah dipimpin pemain-pemain baru yang bekerja dengan cara-cara baru
dan pemain-pemain lama yang revolusioner, sedangkan yang tak berubah hanya bisa meratap
dan menangis bak anak kecil yang diambil mainannya. Sekarang, kita jadi paham mengapa
sektor retail Indonesia mengalami guncangan yang besar sepanjang tahun 2017–2018? Selain
tidak memiliki visi digital, rata-rata retail business Indonesia juga kurang memiliki digital
leadership yang mampu mengarahkan mereka ke masa depan baru. Tak ada visi yang kuat,
apalagi menerjemahkannya ke dalam dunia baru.

Lantas bagaimana dengan sektor lainnya? Industri lainnya yang terlena, antara lain,
adalah sektor manufaktur dan tambang. Untuk sementara, mereka merasa nyaman. Demikian
pula pemerintah yang “buta” yang tak membaca peta perubahan. Ini berbeda dengan negara-
negara kecil yang adaptif yang justru menjadi digital master. Tambang, manufaktur, dan
farmasi benar-benar terlena. Padahal, tentu saja terjadi perubahan-perubahan mendasar di
dalamnya.

Self Disruption: Instropeksi untuk Aksi

Ketika tanda-tanda era disrupsi semakin nyata, masih banyak yang berpikir semua itu
terjadi “di luar sana” dan “masih jauh”. Mereka terpaku pada “faktor eksternal”, bukan
melihat ke dalam diri (faktor internal), lalu melakukan self-disruption. Mereka masih
berpikir, segala yang berubah itu karena terjadi perlambatan ekonomi, melemahnya daya beli,
dan seterusnya. Ironisnya, ekonom konvensional pun mengaburkan kebenaran-kebenaran
baru yang tak mereka lihat karena mereka semua menyangkalnya.

Sikap Anda dan perusahaan Anda terhadap fenomena disrupsi yang semakin nyata ini,
akan menentukan apakah kita bertipe konservatif atau mastery. Ketika kita salah
menempatkan diri bakal menghadapi serangan-serangan besar dari para disruptor. Oleh
karena itu, self-disruption menjadi amat penting.

Lantas, bagaimana caranya agar kita dan bisnis kita tidak terdisrupsi? Lagi-lagi
pilihannya hanya satu, yakni Anda harus berani mendisrupsi diri dan bisnis Anda sendiri
terlebih dahulu. Harus berani melakukan Self Disruption! Be disruptive, or you will be
disrupted. Melalui buku Self Disruption ini, kita bisa mendapatkan fakta dan inspirasi penting
dalam mengarungi samudera disrupsi, sekaligus menjadi pemenang.

Anda mungkin juga menyukai