PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari hematemesis melena
2. Untuk mengetahui penyebab dari hematemesis melena
3. Untuk mengetahui patofisiologi pada hematemesis melena
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari hematemesis melena
5. Untuk mengetahui bagimana pemeriksaan diagnosis pada hematemesis
melena
1
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis hematemesis melena
7. Untuk mengetahui web of caution hematemesis melena
1.3 Manfaat
1. Pembaca dapat mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai
definisi dari hematemesis melena
2. Pembaca dapat mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai
penyebab dari hematemesis melena
3. Pembaca dapat mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai
patofisiologi pada hematemesis melena
4. Pembaca dapat mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai
manifestasi klinis dari hematemesis melena
5. Pembaca dapat mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai
pemeriksaan diagnosis pada hematemesis melena
6. Pembaca dapat mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai
penatalaksanaan medis pada hematemesis melena
7. Pembaca dapat mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai
web of caution hematemesis melena
2
BAB II
STUDI LITERATUR
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
Hematemesis
1. Gangguan pembekuan
Semua kelainan yang menganggu proses pembekuan darah yang normal
dapat mengakibatkan perdarahan saluran cerna dan hematenesis sedang
hingga berat. Perdarahan juga dapat terjadi pada sistem tubuh lain,
menyebabkan tanda-tanda lain, seperti epitaksis, ekimosis, dan perdarahan
gusi. Gejala lain yang menyertainya bervariasi, tergantung pada kelainan
koagulasi spesifik, seperti trombositopenia atau hemofilia.
2. Kanker esofagus
Hematemesis merupakan tanda lanjut kanker ini dan dapat disertai dengan
nyeri dada yang menetap dan menjalar ke punggung. Gambaran lain antara
lain adalah rasa sesak disubsternal, disfagia berat, mual, muntah dengan
3
regurgitasi nokturnal dan aspirasi nocturnal, hemopitisis, demam, cegukan,
sakit tenggorokan, melena, dan halitosis.
3. Ruptur esofagus
Derajat hematemesis tergantung pada penyebab ruptur. Bila suatu
instrument merusak esofagus, hematemesis biasanya ringan. Namun,
rupture esofagus pada sindrom boerhaave (peningkatan tekanan esofagus
akibat mual atau muntah) atau kelianan esofagus lain biasanya
menyebabkan hematemesis yang lebih berat. Kelainan yang fatal ini juga
dapat menimbulkan nyeri epigastrium, leher, scapula, atau nyeri
retrosternal yang hebat yang disertai oleh edema leher dan dada. Pada
pemeriksaan, didapatkan krepitasi subkutan pada dinding dad,
supraklavikula, dan leher. Pasien juga dapat menunjukkan tanda-tanda
gawat napas, seperti dispnea, dan sianosis.
4. Ruptur varises esofagus
Ruptur esofagus yang dapat mengancam jiwa menimbulkan muntahan
massif yang berwarna merah terang atau seperti ampas kopi. Tanda-tanda
syok, seperti hipotensi atau takikardi, dapat menyertai atau bahkan
mendahului hematemesis bila lambung terisi darah sebelum muntah.
Gejala lainnya adalah distensi abdomen dan melena atau hematoskezia
yang tidak nyeri, bervariasi dari tetesan darah hingga perdarahan rectum
massif.
5. Karsinoma lambung
Muntah darah berwarna merah terang atau coklat gelap merupakan tanda
lanjut kanker yang jarang ditemukan, yang biasanya timbul perlahan-lahan
disertai oleh rasa tidak nyaman pada abdomen bagian atas. kemudian, pada
pasien akan terjadi anoreksia, sedikit mual, dan dispepsia kronis yang
tidak sembuh dengan pemberian antasida dan memberat setelah makan.
Gejala lanjut lainnya antara lain adalah fatigue, kelemahan, penurunan
berat badan, perut terasa kembung, melena, perubahan pola defekasi, dan
tanda-tanda malnutrisi, seperti pengecilan otot dan kulit kering.
6. Gastritis (akut)
4
Hematemesis dan melena adalah tanda gastritis akut yang paling umum.
Keduanya bahkan menjadi satu-satunya tanda, walaupun dapat juga timbul
epigastric discomfort yang ringan, mual, demam, dan malaise. Kehilangan
darah yang banyak akan menimbulkan tabda-tanda syok. Biasanya pasien
memiliki riwayat penyalahgunaan alkohol atau konsumsi aspirin atau
NSAID lainnya. Gastritis juga dapat terjadi akibat infeksi Helicobacter
pylori.
7. Sindrom Mallory-Weiss
Ditandai oleh robekan mukosa jantung atau bagian bawah esofagus,
sindrom ini dapat menyebabkan hematemesis dan melena. Robekan ini
biasanya dipicu oleh muntah, mual, atau peregangan (seperti batuk).
Perdarahan yang berat dapat menimbulkan tanda-tanda syok, seperti
takikardi, hipotensi, dispnea, dan kulit yang lembab dan dingin.
8. Ulkus Peptik
Hematemesis dapat terjadi ketika ulkus peptic menembus arteri, vena, atau
jaringan yang sangat vaskuler, hematemesis massif dan mungkin
mengancam jiwa merupakan gambaran yang khas ketika ulkus menembus
arteri. Gambaran lainnya antara lain adalah melena atau hematoskezia,
menggigil, demam, atau tanda-tanda syok dan dehidrasi, seperti takikardi,
hipotensi, turgor kulit menurun, atau haus. Sebagian besar pasien memiliki
riwayat mual, muntah, nyeri tekan epigastrium, dan nyeri pada epigastrium
yang menghilang setelah makan atau pemberian antasida. Pasien mungkin
juga dapat memiliki kebiasan merokok, konsumsi alkohol atau NSAID.
Penyebab lain
9. Terapi
Trauma pada intubasi pipa nasogastrik (NGT) atau pipa endotrakeal dapat
menyebabkan hematemesis akibat darah yang tertelan. Pembedahan pada
hidung atau tenggorokan dapat menyebabkan hematemesis dengan cara
yang sama.
5
Melena
1. Kanker kolon
Pertumbuhan tumor awal pada sisi kanan kolon dapat meyebabkan
melena yang disertai nyeri, tekanan, atau kram abdomen. Seiring dengan
perjalanan penyakit, pasien menjadi lemah, fatigue, dan anemia. Akhirnya,
pasien juga mengalami diare atau obstipasi, anoreksia, penurunan berat
badan, muntah, dan tanda-tanda obstruski usus lain.
Bila tumor berada pada sisi kiri, melena jarang terjadi sampai
stadium lanjut penyakit. Pertumbuhan tumor awal umumnya menyebabkan
perdarahan rektal dengan rasa penuh atau kram pada abdomen yang
intermiten dan tekanan pada rektum. Seiring dengan perjalanan penyakit
temuan dapat berupa obstipasi, diare, atau tinja berbentuk pensil. Pada
stadium ini, perdarahan dari kolon ditandai dengan melena atau tinja
berdarah.
2. Infeksi Virus Ebola
Melena, hematemesis, dan perdarahan dari hidung, gusi, dan vagina dapat
timbul belakangan pada kelainan ini. Paaien biasanya melaporkan onset
sakit kepala, nyeri abdomen, dehidrasi, dan letargi yang tiba-tiba pada hari
ke-5 setelah pajang. Nyeri dada pleuritik, batuk kering dan pendek-
pendek, dan faringitis juga ditemukan. Ruam makulopapular muncul
antara hari ke-5 dan hari ke-7.
3. Kanker Esofagus
Melena merupakan tanda lanjut. Meningkatnya obstruksi pertama
menimbulkan disfagia yang tidak nyeri, kemudian penurunan berat badan
dengan cepat. Pasien mungkin mengalami nyeri dada yang menetap
dengan rasa penuh di substernal, mual, muntah, atau hematemesis.
Temuan lainnya antara lain suara serak, batul (kemungkinan
hemoptisis),cegukan, sakit tenggorokan, dan halitosis.
4. Ruptur Varises Esofagus
Kelainan yang mengancam jiwa ini dapat menyebabkan melena,
hematoskzeia, dan hematomesis. Melena didahului oleh tanda-tanda syok,
6
seperti takikardi, takipnea, hipotensi, serta kulit dingin dan lembab.
Agitasi atau kebingungan menandakan ensefalopati hepatik.
5. Gastritis
Melena dan hematemesis sering terjadi. Pasien juga dapat mengalami
mual, muntah, sendawa, atau rasa tidak nyaman pada abdomen atau
epigastrium yang ringan yang memberat sewaktu makan.
6. Sindrom Mallory-Weiss
Melena dan hematemesis terjadi setelah muntah. Perdarahan abdomen atas
yang berat menimbulkan tanda-tanda gejala syok, seperti takikardi,
takipnea, hipotensi, serta kulit dingin dan lembab. Pasien mungkin juga
mengeluhkan nyeri epigastrium dan punggung.
7. Oklusi Vaskular mesenterik
Kelainan yang mengancam jiwa ini menyebabkan melena ringan dengan
nyeri abdomen ringan dan persisten selama 2 sampai 3 hari. Kemudian,
nyeri abdomen menjadi berat dan dapat disertai nyeri tekan, distensi,
guarding, atau rigditas. Pasien juga dapat mengalami anoreksia, muntah,
demam, atau syok yang berat.
8. Ulkus peptik
Melena dapat menandakan perdarahan yang mengancam jiwa setelah
penetrasi vaskular. Pasien juga dapat mengalami mual, muntah,
hematomesis, hematoskezia, dan nyeri epigastrium difus seperti
digerogoti, panas atau tajam. Bila terjadi syok hipovolemik, terdapat
tanda-tanda syok hipovolemik, terdapat tanda-tanda seperti takikardi,
takipnea, hipotensi, pusing, sinkop, serta kulit dingin dan lembab.
9. Tumor usus halus
Tumor ini dapat berdarah dan menyebabkan melena. Tanda dan gejala lain
adalah nyeri abdomen, distensi, dan meningkatnya frekuensi dan pitch
bising usus.
10. Trombositopenia
Melena atau hematomesis dapat menyertai manifestasi kecenderungan
perdarahan lain; hematemesis, epitaksis, petekie, ekimosis, hematuria,
7
perdarah vagina, dan bula oral berisi darah yang khas. Karakteristiknya,
pasien tampak lemah, fatigue, dan letargi.
11. Demam tifoid
Melena atau hematoskezia terjadi belakangan pada gangguan ini dan dapat
terjadi dengan gangguan hipotensi dan hipotermia. Temuan lanjut lainnya
adalah ketumpalan mental atau delirium, distensi abdomen dan diare yang
berat, penurunan berat badan yang bermakna,dan fatigue berat.
12. Demam kuning
Melena, hematoskezia, dan hematemesis merupakan tanda perdarahan
yang mengkhawatirkan, suatu gambaran klasik yang timbul bersamaan
dengan ikterus. Temuan lainnya adalah demam,nyeri kepala, mual,
epitaksis, albuminura, patekie, dan perdarahan mukosa, atau pusing.
Penyebab lain
13. Obat dan alkohol
Aspirin, obat anti inflamasi nonsteroid lain, dan alkohol dapat
menyebabkan iritasi lambung dan sebagai akibatnya terjadi melena.
2.3 Patofisiologi
8
peningkatan tekanan intra abdomen yang tiba-tiba seperti pada mengejan,
mengangkat barang berat, dan lain-lain.
Manifestasi klinik dari perdarahan saluran cerna bagian atas dapat bergam
tergantung lama, kecepatan, banyak sedikitnya darah yang hilang, dan apakah
perdarahan berlangsung terus-menerus atau tidak. Kemungkinan pasien datang
dengan 1) anemia defisiensi besi akibat perdarahan tersembunyi yang berlangsung
lama 2) hematemesis dan atau melena disertau atau tanpa anemia, dengan atau
9
tanpa gangguan hemodinamik; derajat hipovolemia menentukan tingkat
kegawatan pasien (Adi pangestu: 2009).
- Resusitasi
Terapi penggantian cairan dini (sebaiknya dengan darah) penting pada
pasien syok atau pasien dengan penyakit kardiovaskular
- Monitoring tekanan vena central (CVP)
Manfaatnya adalah resusitasi yang lebih aman pada pasien gagal jantung
dan penyakit jantung iskemik serta mengetahui perdarahan ulang lebih
dini
- Terapi endoskopik
Selain untuk diagnostik,endoskopi juga bisa dilakukan sebagai terapi
untuk lesi yang berdarah
3. Ligasi varises
- Tindakan bedah
Walaupun pembedahan kini jarang dilakukan daripada sebelum
ditemukannya endoskopi, terapi ini masih terbilang penting. Intervensi
bedah harus dipertimbangkan pada pasien yang tidak merespons terhadap
resusitasi dan yang memiliki tanda signifikan terjainya perdarahan ulang.
Dan bila endoskopi gagal atau tidak mungkin dilakukan. Konsultasi dini
dengan tim bedah selalu membantu pelaksanaan kemudian.
11
12
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Secara signifikan , rasa pusing yang dipengaruhi posisi tubuh atau penurunan
kesadaran pada hematenesis atau melena, menunjukkan ‘perdarahan yang
signifikan secara hemodinamik’
2. Pemeriksaan Fisik
Umum
- Keadaan umum: apakah kulit pasien terasa dingin dan lembab yang
menandakan vasokontriksi perifer yang signifikan?
- Denyut nadi dan tekanan darah , termasuk penurunan tekanan darah
postrural. Pemcatatan tingkat keparahan syok sangat penting
- Tanda – tanda penyakit historis
- Tanda – tanda keganasan:limfadenopati,organomegali,penurunan berat
badan baru- baru ini
Pemeriksaan Abdomen
Jarang ditemukan apa – apa. Adanya nyeri tekan epigastrik merupakan tanda
ulkus peptikum dan adanya hepatosplenomegali meningkatkan kemungkinan
varises.
14
4. Defisit nutrisi dibuktikan dengan faktor psikologis
3.3 Intervensi
4.Turgor kulit
membaik
5.Konfusi
menurun
15
dibuktikan cairan dalam hipovolemia mengetahui
dengan tubuh perkembangan
2.Manajemen syok
kehilangan kembali hipovolemia
hipovolemik
cairan aktif normal
2.Untuk
3.Pemantauan
Kriteria mengetahui
cairan
Hasil: perkembangan
syok
1. Edema
perifer 3.Untuk
menurun memantau intake
dan output cairan
2. turgor kulit
dalam tubuh
meningkat
3. Oligura
membaik
4. Distensi
vena
jugularis
menurun
5. membran
mukosa
membaik
16
1. Perawatan mengurangi nyeri
sesuai
3.Untuk memberi
kebutuhan
informasi agar
meningkat
pasien atau
2. Keluhan keluarga bisa
tidak nyaman mengetahui
menurun keadaan nyeri
pasien
3. Mual
menurun 4.Untuk
mengurangi nyeri
2. Nyeri
abdomen
menurun
3. Frekuensi
makan
membaik
4. Nafsu
17
makan
membaik
18
3.4 Pendidikan Kesehatan Terpilih
A. Deskripsi
20
Materi :
1. Definisi hematemesis melena
2. Penyebab hematemesis melena
3. Tanda dan gejala hematemesis
melena
4. Pemeriksaan hematemesis
melena
3 10 Menit Evaluasi :
1. Meminta peserta untuk menjelaskan 1.Mengajukan
kembali materi yang telah diberikan pertanyaan
dengan singkat 2.Menjawab
2. Meminta peserta mempraktekan cuci pertanyaan yang
tangan yang benar diberikan
penyuluh
4 5 Menit Penutup : 1. Mendengarkan
1. Menyimpulkan hasil penyuluhan 2.Menjawab salam
2.Menutup acara dengan salam penutup penutup
B C
A A: Penyuluh
B: Fasilitator
D C: Moderator
D: Audience
21
H. Evaluasi
1. Struktur
a. Persiapan media yang akan digunakan
b. Persiapan tempat yang akan digunakan
c. Kontrak waktu
d. Persiapan SAP
2. Proses
a. Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kediatan penyuluhan
b. Tidak ada peserta yang meinggalkan kegiatan penyuluhan
3. Hasil
a. Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan peserta mengerti dan memahami
materi penyuluhan
b. Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan ada perubahan prilaku kesehatan
yang lebih baik
Lampiran
Hematemesis
1. Gangguan pembekuan
Semua kelainan yang menganggu proses pembekuan darah yang normal
dapat mengakibatkan perdarahan saluran cerna dan hematenesis sedang
hingga berat. Perdarahan juga dapat terjadi pada sistem tubuh lain,
22
menyebabkan tanda-tanda lain, seperti epitaksis, ekimosis, dan perdarahan
gusi. Gejala lain yang menyertainya bervariasi, tergantung pada kelainan
koagulasi spesifik, seperti trombositopenia atau hemofilia.
2. . Kanker esofagus
Hematemesis merupakan tanda lanjut kanker ini dan dapat disertai dengan
nyeri dada yang menetap dan menjalar ke punggung. Gambaran lain antara
lain adalah rasa sesak disubsternal, disfagia berat, mual, muntah dengan
regurgitasi nokturnal dan aspirasi nocturnal, hemopitisis, demam, cegukan,
sakit tenggorokan, melena, dan halitosis.
3. Ruptur esofagus
Derajat hematemesis tergantung pada penyebab ruptur. Bila suatu
instrument merusak esofagus, hematemesis biasanya ringan. Namun,
rupture esofagus pada sindrom boerhaave (peningkatan tekanan esofagus
akibat mual atau muntah) atau kelianan esofagus lain biasanya
menyebabkan hematemesis yang lebih berat. Kelainan yang fatal ini juga
dapat menimbulkan nyeri epigastrium, leher, scapula, atau nyeri
retrosternal yang hebat yang disertai oleh edema leher dan dada. Pada
pemeriksaan, didapatkan krepitasi subkutan pada dinding dad,
supraklavikula, dan leher. Pasien juga dapat menunjukkan tanda-tanda
gawat napas, seperti dispnea, dan sianosis.
4. Ruptur varises esofagus
Ruptur esofagus yang dapat mengancam jiwa menimbulkan muntahan
massif yang berwarna merah terang atau seperti ampas kopi. Tanda-tanda
syok, seperti hipotensi atau takikardi, dapat menyertai atau bahkan
mendahului hematemesis bila lambung terisi darah sebelum muntah.
Gejala lainnya adalah distensi abdomen dan melena atau hematoskezia
yang tidak nyeri, bervariasi dari tetesan darah hingga perdarahan rectum
massif.
5. Karsinoma lambung
Muntah darah berwarna merah terang atau coklat gelap merupakan tanda
lanjut kanker yang jarang ditemukan, yang biasanya timbul perlahan-lahan
23
disertai oleh rasa tidak nyaman pada abdomen bagian atas. kemudian, pada
pasien akan terjadi anoreksia, sedikit mual, dan dispepsia kronis yang
tidak sembuh dengan pemberian antasida dan memberat setelah makan.
Gejala lanjut lainnya antara lain adalah fatigue, kelemahan, penurunan
berat badan, perut terasa kembung, melena, perubahan pola defekasi, dan
tanda-tanda malnutrisi, seperti pengecilan otot dan kulit kering.
6. Gastritis (akut)
Hematemesis dan melena adalah tanda gastritis akut yang paling umum.
Keduanya bahkan menjadi satu-satunya tanda, walaupun dapat juga timbul
epigastric discomfort yang ringan, mual, demam, dan malaise. Kehilangan
darah yang banyak akan menimbulkan tabda-tanda syok. Biasanya pasien
memiliki riwayat penyalahgunaan alkohol atau konsumsi aspirin atau
NSAID lainnya. Gastritis juga dapat terjadi akibat infeksi Helicobacter
pylori.
7. Sindrom Mallory-Weiss
Ditandai oleh robekan mukosa jantung atau bagian bawah esofagus,
sindrom ini dapat menyebabkan hematemesis dan melena. Robekan ini
biasanya dipicu oleh muntah, mual, atau peregangan (seperti batuk).
Perdarahan yang berat dapat menimbulkan tanda-tanda syok, seperti
takikardi, hipotensi, dispnea, dan kulit yang lembab dan dingin.
8. Ulkus Peptik
Hematemesis dapat terjadi ketika ulkus peptic menembus arteri, vena, atau
jaringan yang sangat vaskuler, hematemesis massif dan mungkin
mengancam jiwa merupakan gambaran yang khas ketika ulkus menembus
arteri. Gambaran lainnya antara lain adalah melena atau hematoskezia,
menggigil, demam, atau tanda-tanda syok dan dehidrasi, seperti takikardi,
hipotensi, turgor kulit menurun, atau haus. Sebagian besar pasien memiliki
riwayat mual, muntah, nyeri tekan epigastrium, dan nyeri pada epigastrium
yang menghilang setelah makan atau pemberian antasida. Pasien mungkin
juga dapat memiliki kebiasan merokok, konsumsi alkohol atau NSAID.
24
Penyebab lain
9. Terapi
Trauma pada intubasi pipa nasogastrik (NGT) atau pipa endotrakeal dapat
menyebabkan hematemesis akibat darah yang tertelan. Pembedahan pada
hidung atau tenggorokan dapat menyebabkan hematemesis dengan cara
yang sama.
Melena
1. Kanker kolon
Pertumbuhan tumor awal pada sisi kanan kolon dapat meyebabkan
melena yang disertai nyeri, tekanan, atau kram abdomen. Seiring dengan
perjalanan penyakit, pasien menjadi lemah, fatigue, dan anemia. Akhirnya,
pasien juga mengalami diare atau obstipasi, anoreksia, penurunan berat
badan, muntah, dan tanda-tanda obstruski usus lain.
Bila tumor berada pada sisi kiri, melena jarang terjadi sampai
stadium lanjut penyakit. Pertumbuhan tumor awal umumnya menyebabkan
perdarahan rektal dengan rasa penuh atau kram pada abdomen yang
intermiten dan tekanan pada rektum. Seiring dengan perjalanan penyakit
temuan dapat berupa obstipasi, diare, atau tinja berbentuk pensil. Pada
stadium ini, perdarahan dari kolon ditandai dengan melena atau tinja
berdarah.
2. Infeksi Virus Ebola
Melena, hematemesis, dan perdarahan dari hidung, gusi, dan vagina dapat
timbul belakangan pada kelainan ini. Paaien biasanya melaporkan onset
sakit kepala, nyeri abdomen, dehidrasi, dan letargi yang tiba-tiba pada hari
ke-5 setelah pajang. Nyeri dada pleuritik, batuk kering dan pendek-
pendek, dan faringitis juga ditemukan. Ruam makulopapular muncul
antara hari ke-5 dan hari ke-7.
3. Kanker Esofagus
Melena merupakan tanda lanjut. Meningkatnya obstruksi pertama
menimbulkan disfagia yang tidak nyeri, kemudian penurunan berat badan
25
dengan cepat. Pasien mungkin mengalami nyeri dada yang menetap
dengan rasa penuh di substernal, mual, muntah, atau hematemesis.
Temuan lainnya antara lain suara serak, batul (kemungkinan
hemoptisis),cegukan, sakit tenggorokan, dan halitosis.
4. Ruptur Varises Esofagus
Kelainan yang mengancam jiwa ini dapat menyebabkan melena,
hematoskzeia, dan hematomesis. Melena didahului oleh tanda-tanda syok,
seperti takikardi, takipnea, hipotensi, serta kulit dingin dan lembab.
Agitasi atau kebingungan menandakan ensefalopati hepatik.
5. Gastritis
Melena dan hematemesis sering terjadi. Pasien juga dapat mengalami
mual, muntah, sendawa, atau rasa tidak nyaman pada abdomen atau
epigastrium yang ringan yang memberat sewaktu makan.
6. Sindrom Mallory-Weiss
Melena dan hematemesis terjadi setelah muntah. Perdarahan abdomen atas
yang berat menimbulkan tanda-tanda gejala syok, seperti takikardi,
takipnea, hipotensi, serta kulit dingin dan lembab. Pasien mungkin juga
mengeluhkan nyeri epigastrium dan punggung.
26
tanda-tanda syok hipovolemik, terdapat tanda-tanda seperti takikardi,
takipnea, hipotensi, pusing, sinkop, serta kulit dingin dan lembab.
9. Tumor usus halus
Tumor ini dapat berdarah dan menyebabkan melena. Tanda dan gejala lain
adalah nyeri abdomen, distensi, dan meningkatnya frekuensi dan pitch
bising usus.
10. Trombositopenia
Melena atau hematomesis dapat menyertai manifestasi kecenderungan
perdarahan lain; hematemesis, epitaksis, petekie, ekimosis, hematuria,
perdarah vagina, dan bula oral berisi darah yang khas. Karakteristiknya,
pasien tampak lemah, fatigue, dan letargi.
11. Demam tifoid
Melena atau hematoskezia terjadi belakangan pada gangguan ini dan dapat
terjadi dengan gangguan hipotensi dan hipotermia. Temuan lanjut lainnya
adalah ketumpalan mental atau delirium, distensi abdomen dan diare yang
berat, penurunan berat badan yang bermakna,dan fatigue berat.
12. Demam kuning
Melena, hematoskezia, dan hematemesis merupakan tanda perdarahan
yang mengkhawatirkan, suatu gambaran klasik yang timbul bersamaan
dengan ikterus. Temuan lainnya adalah demam,nyeri kepala, mual,
epitaksis, albuminura, patekie, dan perdarahan mukosa, atau pusing.
Penyebab lain
13. Obat dan alkohol
Aspirin, obat anti inflamasi nonsteroid lain, dan alkohol dapat
menyebabkan iritasi lambung dan sebagai akibatnya terjadi melena.
Manifestasi klinik dari perdarahan saluran cerna bagian atas dapat bergam
tergantung lama, kecepatan, banyak sedikitnya darah yang hilang, dan apakah
perdarahan berlangsung terus-menerus atau tidak. Kemungkinan pasien datang
27
dengan 1) anemia defisiensi besi akibat perdarahan tersembunyi yang berlangsung
lama 2) hematemesis dan atau melena disertau atau tanpa anemia, dengan atau
tanpa gangguan hemodinamik; derajat hipovolemia menentukan tingkat
kegawatan pasien (Adi pangestu: 2009).
28
- Endoskopi : bisa membantu menegakkan diagnosis dan memungkinkan
pengobatan endoskopik awal. Juga memberikan informasi prognostik
(seperti identifikasi stigmata perdarahan baru)
29
BAB IV
Abstrak
PENDAHULUAN
dalam lumen saluran cerna mulai dari esofagus sampai dengan duodenum
(dengan batas anatomik di ligamentum treitz). Perdarahan saluran cerna bagian
bawah didefinisikan sebagai perdarahan yang berasal dari usus di sebelah bawah
ligamentum treitz. Gejala perdarahan saluran cerna bagian atas dapat berupa
hematemesis (muntah darah segar atau hitam) dan atau melena (tinja hitam
dengan bau khas) atau berupa hematokezia apabila perdarahan yang terjadi
dengan jumlah yang banyak (masif). Gejala perdarahan saluran cerna bagian
bawah pada umumnya berupa hematokezia atau perdarahan samar saluran
cerna.1-3
Alat esofagogastroduodenoskopi (EGD) memungkinkan diagnosis yang
tepat terhadap kelainan organ dalam tubuh manusia. Hal tersebut dikarenakan
EGD dapat melihat langsung dengan melihat ke dalam tubuh, sehingga dapat
dilihat dengan jelas setiap kelainan yang ada pada organ yang diperiksa. Oleh
karena itu jelas bahwa EGD termasuk salah satu sarana penunjang diagnostik
yang penting. Dengan makin berkembangnya alat tersebut ternyata tidak hanya
digunakan sebagai sarana diagnostik saja, tetapi kemudian dimanfaatkan sebagai
sarana untuk terapi. Sebagai sarana diagnostik seperti menentukan dengan lebih
pasti/tepat kelainan radiologis yang didapatkan pada esofagus, lambung dan
duodenum, selain itu juga untuk kasus sindroma dispepsia dengan usia lebih 45
tahun atau di bawah 45 tahun dengan tanda bahaya seperti muntah-muntah
hebat, anemia, ikterus,penurunan berat badan, indikasi lainnya adalah riwayat
pemakaian Obat Analgetik Antipiretik Inflamasi Non Steroid (OAINS) dan
riwayat kanker pada keluarga serta yang sangat penting pada perdarahan
SCBA.4,5
Etiologi perdarahan saluran cerna atas di Indonesia berbeda dengan yang
dilaporkan kepustakaan barat. Di Indonesia sebagian besar kasus perdarahan
SCBA (lebih kurang 70%) disebabkan oleh pecahnya varises esofagus atau
dampak lain dari akibat adanya hipertensi portal (adanya gastropati hipertensi
portal). Sedangkan di Negara Barat sebagian besar di akibatkan tukak peptik dan
31
gastritis erosif. Penyebab lain yang sering dilaporkan pada perdarahan SCBA
adalah sindroma mallory-weiss dan keganasan SCBA.1,3,6
METODE
32
dan atau melena. Data dikumpulkan dari catatan esofagogastroduodenoskopi
pasien dengan keluhan hematemesis dan atau melena di Instalasi Diagnostik
Terpadu (IDT) RSUP dr. M. Djamil Padang
pada periode Januari 2010 – Desember 2013. Data yang dicatat adalah umur,
jenis kelamin, diagnosis dari pemeriksaan EGD. Pengolahan data dilakukan
secara manual dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dan diagram pai.
HASIL
Pada Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa pasien dengan hematemesis dan
atau melena yang dilakukan esofagogastroduodenoskopi (EGD) menurut jenis
kelamin di RSUP M Djamil Padang didapatkan bahwa kasus terbanyak
adalah pada pria yaitu 105 kasus (64,8%) dan pada wanita sebanyak 57 kasus
(35,2%). Pada kasus ulkus gaster, jumlah pasien pria sebanyak
27 orang (60,0%) dan wanita 18 orang(40,0%). Sedangkan pada pecahnya
varises esofagus jumlah pasien pria 18 orang (81,8%) dan wanita 4 orang
(18,2%).
34
Kelompok Umur
11-20 21 -30 31-40 41-50 51-60 th 61- 71- 81-
Diagnosis th th th th 70 80 90 th
EGD th th
% % % % % % % %
0 4,4 0 20,0 26,6 22,2 22,2 4,4
Ulkus Gaster
Pecahnya
0 4,5 9,1 40,9 22,8 18,2 4,5 0
Varises
Esofagus
6,7 13,3 6,7 20,0 20,0 26,6 6,7 0
Gastritis erosif
0 0 9,0 18,2 27,3 18,2 27,3 0
Ulkus Duodeni
0 25,0 0 25,0 50,0 0 0 0
Tumor Gaster
0 0 0 0 50,0 0 50,0 0
Tumor
Esofagus
0 0 0 0 0 100 0 0
Ulkus Esofagus
0 3,2 4,8 19,4 32,3 27,4 9,7 3,2
Multi Lesi
0,6 4,9 4,3 22,2 29,0 22,8 13,6 2,5
TOTAL
Gambar 1. Distribusi frekuensi lokasi lesi pada pasien hematemesis dan atau
melena
Gambar 1 memperlihatkan bahwa lokasi lesi dari pasien hematemesis dan
atau melena paling banyak ditemukan pada gaster yaitu 79 kasus (48,8%).
Lokasi ini didapatkan dari 162 pasien hematemesis dan atau melena yang
dilakukan EGD.
35
PEMBAHASAN
Pada kasus pecahnya varises esofagus, jumlah kasus pria adalah 18 kasus
(81,8%) dan wanita 4
kasus (18,2%) dengan rasio 4,5 :1. Hasil ini sesuai dengan yang dilaporkan
Hadi pada tahun 2002 dan Alema pada tahun 2012, dimana pria juga lebih
36
banyak wanita dengan rasio 1,6 : 1.
Pada penelitian ini jenis kelamin pria lebih banyak ditemukan
dibandingkan wanita. Hal ini dapat disebabkan karena pria cenderung
mempunyai berbagai faktor yang dapat memicu terjadinya hematemesis dan
atau melena seperti faktor gaya hidup yang dipenuhi oleh kesibukan dan stres,
pola makan yang tidak sehat, konsumsi rokok, serta alkohol.15
Kasus gastritis erosif didapatkan terbanyak pada kelompok umur 61-70
tahun sebanyak 4 kasus (26,6%). Hasil ini sesuai dengan penelitian Akil pada
tahun 2009, kasus terbanyak ulkus duodenum pada kelompok umur 45-65
tahun.11
Tingginya kasus hematemesis dan atau melena pada kelompok umur lebih dari 50
tahun pada penelitian ini mungkin disebabkan karena pada kelompok umur
37
KESIMPULAN
38
DAFTAR PUSTAKA
15. Hadi S. Tatalaksana perdarahan saluran cerna bagian atas. Dalam: Buku Ajar
Gastroenterologi. Edisi ke-1. Jakarta; Interna Publishing; 2002. hlm. 22-4, 84-
145, 146-247, 315-21, 614.
16. Pratomo W. Gastritis dan gastropati. Dalam: Buku
40
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
41
DAFTAR PUSTAKA
Kowalak, J., Hughes, A. 2010. Buku Saku Tanda & Gejala. Jakarta : EGC
Mansjoer, A et all. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Davey, P. 2003. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga
Davey, P. 2003. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga
Sutjahjo,A. 2016. Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya : Airlangga
University Press
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI
42