Anda di halaman 1dari 45

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA MATERI POKOK


MEMBACA QS. AL-KAUTSAR DENGAN MENGGUNAKAN
MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IV SEMESTER II
SDN NO. 118 RAMAYANA KECAMATAN MASAMBA
KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Disusun oleh :

NIP.

SDN NO. 118 RAMAYANA


KEC. MASAMBA KABUPATEN LUWU UTARA
PENGESAHAN

Judul Penelitian :

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA MATERI POKOK
MEMBACA QS. AL-KAUTSAR DENGAN MENGGUNAKAN
MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IV SEMESTER II
SDN NO. 118 RAMAYANA KECAMATAN MASAMBA
KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Nama Peneliti :
NIP :
Tempat Penelitian :
Tahun Penelitian : 2014/2015

Luwu Utara, Mei 2015


Kepala Sekolah Pustakawan

_______________ _______________

ii
ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kualitas pembelajaran di kelas IV SDN


No. 118 Ramayana semester II tahun pelajaran 2014/2015 pada materi pokok
membaca QS. Al-Kautsar belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai rata-rata tes yang kurang dari nilai Kriteria Ketuntasan
Minimal/KKM (75) yang telah ditentukan, yaitu dari jumlah siswa 48 hanya 33
siswa saja yang sudah tuntas atau memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM), sedangkan 15 siswa yang lain memperoleh nilai kurang dari KKM, dan
setelah di rata-rata dari 48 siswa diperoleh nilai rata-rata 74.
Adapun rumusan masalahnya adalah apakah dengan menggunakan media
audio visual dapat meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam pada
materi pokok membaca QS. Al-Kautsar siswa kelas IV semester II SDN No. 118
Ramayana tahun pelajaran 2014/2015.
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori-teori yang
berkaitan dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam, media audio visual,
dan teori-teori yang berkaitan dengan keduanya. Adapun hipotesis yang peneliti
ajukan dalam karya ilimiah ini adalah: ”Dengan menggunakan media audio visual
dapat meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam pada materi pokok
membaca QS. Al-Kautsar siswa kelas IV semester II SDN No. 118 Ramayana
tahun pelajaran 2014/2015”.
Penelitian ini merupakan penelitian populasi, karena subyek dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV semester II SDN No. 118 Ramayana
tahun pelajaran 2014/2015 yang kurang dari 100 yaitu sebanyak 35 siswa. Hal ini
sebagaimana tertulis dalam Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik oleh
Dr. Suharsimi Arikunto hlm. 107 bahwa, ”Untuk sekedar ancer-ancer maka apabi
la subyeknya kurang dari 100, lebi h bai k diambi l semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan media audio
visual dapat meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam pada materi
pokok membaca QS. Al-Kautsar siswa kelas IV semester II SDN No. 118
Ramayana tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini dibuktikan dari hasil nilai rata-rata
ulangan harian yang mengalami peningkatan. Hal ini tampak dari nilai rata-rata
hasil tes pra siklus 74 dengan presentase ketuntasan belajar sebesar 68%,
sedangkan nilai rata-rata hasil tes siklus I 79 dengan presentase ketuntasan belajar
sebesar 73%, dan nilai rata-rata hasil tes siklus II 84 dengan presentase ketuntasan
belajar sebesar 90%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan media
audio visual dapat meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam pada
materi pokok membaca QS. Al-Kautsar siswa kelas IV semester II SDN No. 118
Ramayana tahun pelajaran 2014/2015

iii
MOTTO

“ Dan bacalah Al Qur’an dengan tartil.” (QS Al - Muzammil 73:4)

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan fikiran yang jernih senatiasa
tercurahkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan karya ilimiah yang berjudul “Upaya Meningkatkan
Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam pada Materi Pokok Membaca QS. Al-
Kautsar Menggunakan Media Audio Visual pada Siswa Kelas IV Semester II SDN
No. 118 Ramayana Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Karya ilimiah ini di susun bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
dalam rangka Kenaikan Pangkat/Golongan. Penulis dalam menyelesaikan karya
ilimiah ini mendapat bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak,
maka pada kesempatan ini dengan rasa hormat yang dalam penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Luwu Utara
2. Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Masamba
3. Kepala SDN No. 118 Ramayana
4. Dewan Guru SDN No. 118 Ramayana
5. Siswa-siswi SDN No. 118 Ramayana
Penulis menyadari bahwa karya ilimiah ini masih jauh dari sempurna, maka
dari itu saran dan kritik dari pembaca senantiasa penulis harapkan, semoga dapat
bermanfaat serta membawa hikmah. Amin.

Penulis,

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i


PENGESAHAN.................................................................................................ii
ABSTRAK........................................................................................................iii
MOTTO ............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................v
DAFTAR ISI ....................................................................................................vi

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................1
B. Pembatasan Masalah.......................................................................4
C. Rumusan Masalah ..........................................................................5
D. Manfaat Penelitian..........................................................................5

BAB II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS


A. Prestasi Belajar ...............................................................................6
B. Pembelajaran Membaca Al-Quran .................................................6
C. Media Audio Visual......................................................................23
D. Digital Quran Versi. 3 ..................................................................30
E. Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
dengan Media Audio Visual ........................................................35
F. Rumusan Hipotesis ......................................................................38

BAB III. METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian ..............................................................................39
B. Subyek dan Obyek Penelitian .......................................................39
C. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................40
D. Variabel dan Indikator Penelitian ..................................................40
E. Metode Penyusunan Instrumen .....................................................41
F. Instrumen Penelitian .....................................................................50

vi
G. Pengumpulan data penelitian ........................................................51
H. Teknik Analisis Data .....................................................................52
I. Jadwal Pelaksanaan Penelitian .................................................. 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus) .............................................55
B. Deskripsi Siklus I ..........................................................................58
C. Deskripsi Siklus II..........................................................................61

BAB V PENUTUP
A. Simpulan .......................................................................................65
B. Saran ..............................................................................................65
C. Penutup ..........................................................................................66

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................67

LAMPIRAN

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bagi bangsa Indonesia, agama merupakan sesuatu yang penting. Dari
perspektif historis, masyarakat Nusantara dari dahulu dikenal oleh masyarakat
internasional sebagai masyarakat yang agamis. Sekalipun bukan Negara Agama,
Indonesia meletakkan agama sebagai sesuatu yang sangat penting. Bahkan, sila
pertama Pancasila sebagai dasar negara berbunyi: Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dari pemahaman di atas, dapat dipahami bahwa Negara Indonesia dibangun di
atas pondasi keagamaan masyarakatnya.
Pasal 31 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Dari amanat perundang-undangan sebagaimana di
atas, maka mata pelajaran pendidikan agama wajib diberikan kepada peserta
didik, dari jenjang Taman Kanak-kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi (PT).
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam secara substansial memiliki
kontribusi dalam memberikan mitigasi kepada peserta didik untuk
mempraktikkan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlaqul karimah
dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dicantumkan dalam struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Sekolah Dasar (SD/MI) yang penggunaannya ditetapkan berdasarkan Permendi
knas Nomor 24 Tahun 2006.
Pendidikan agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan
membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup

1
etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.
Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan
penanaman nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif
kemasyarakatan. Peni ngkatan potensi spi ritual tersebut pada akhi rnya bertuj
uan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang
aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Pendidikan Agama Islam (PAI) diberikan dengan mengikuti tuntunan
bahwa agama diajarkan dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa
kepada Allah Swt. dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan
manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin,
harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Tuntutan visi ini
mendorong dikembangkannya standar kompetensi sesuai dengan jenjang
persekolahan yang secara nasional ditandai dengan ciri-ciri: 1). Lebih
menitikberatkan pencapaian kompetensi secara utuh selain penguasaan materi;
2). Mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan
yang tersedia; 3). Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di
lapangan untuk mengembangkan strategi dan program pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya pendidi kan.
Pendidikan Agama Islam (PAI) diharapkan menghasilkan manusia yang
selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif
membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam
memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan
tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul
dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional
maupun global.
Pendidikan Agama Islam (PAI) menekankan keseimbangan, keselarasan,
dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah Swt., hubungan manusia
dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri-sendiri, dan hubungan
manusia dengan alam sekitarnya. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam di
SD (Sekolah Dasar) meliputi aspek-aspek sebagai berikut 1). Al- Quran dan
Hadits; 2). Aqidah; 3). Akhlak; 4). Fiqih; 5). Tarikh dan Kebudayaan Islam.

2
Pendidik diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pencapaian seluruh
kompetensi dasar perilaku terpuji dapat dilakukan tidak beraturan. Peran semua
unsur sekolah, orang tua siswa dan masyarakat sangat penting dalam
mendukung keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam.
Kualitas pembelajaran di kelas IV SDN No. 118 Ramayana semester II
tahun pelajaran 2014/2015 pada materi pokok membaca QS. Al-Kautsar belum
sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata tes
yang kurang dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimal/KKM (75) yang telah
ditentukan, yaitu dari jumlah siswa 35 hanya 25 siswa saja yang sudah tuntas
atau memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sedangkan 10 siswa yang
lain memperoleh nilai kurang dari KKM, dan setelah di rata-rata dari 35 siswa
diperoleh nilai rata-rata 74. Selain itu, situasi pembelajaran di kelas pasif, hal
ini ditunjukkan oleh: kurangnya perhatian siswa dalam menerima pelajaran,
kurangnya keberanian siswa dalam bertanya, kurangnya semangat siswa dalam
mengikuti pelajaran, kurangnya kesungguhan siswa dalam membaca materi
pelajaran, kurangnya kesungguhan siswa dalam menjawab pertanyaan dari
guru, sehingga terkesan guru adalah sumber utama dalam kelas.
Ada banyak cara yang dapat dilakukan seorang guru untuk
mengefektifkan pembelajaran di kelas, salah satunya adalah penggunaan media
yang dapat mengaktifkan siswa.
Dari hasil diskusi antara kepala sekolah dan guru dapat disimpulkan
bahwa kondisi sebagaimana diuraikan tersebut di atas adalah disebabkan oleh
metode pembelajaran yang dipilih guru belum tepat. Oleh karena itu, guru akan
mencoba menggunakan salah satu media yaitu media audio visual untuk
meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam pada materi pokok
membaca QS. Al-Kautsar pada siswa kelas IV semester II SDN No. 118
Ramayana, sehingga Penelitian Tindakan Kelas ini diberi judul, “Upaya
Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam pada Materi Pokok
Membaca QS. Al-Kautsar Menggunakan Media Audio Visual pada Siswa Kelas
IV Semester I SDN No. 118 Ramayana Tahun Pelajaran 2014/2015.”

3
B. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan judul penelitian
ini, lebih baiknya jika judul penelitian ini dijelaskan dan didefinisikan terlebih
dahulu apa maksud dan tujuannya.
Adapun yang menjadi maksud dan tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
Prestasi/hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Adapun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah prestasi belajar
Pendidikan Agama Islam pada materi pokok membaca QS. Al-kautsar yang
dalam hal ini berupa nilai hasil tes lisan sebelum dan sesudah menerima
pengajaran dengan menggunakan media audio visual dari bahan atau materi
yang telah diajarkan di sekolah.
2. Media Audio Visual
Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi audio dan
visual atau bisa disebut pandang-dengar. Sudah barang tentu apabila
menggunakannya akan semakin lengkap dan optimal penyajian bahan ajar
kepada para siswa, selain dari itu media ini dalam batas-batas tertentu dapat
juga menggantikan peran dan tugas guru. Dalam hal ini, guru tidak selalu
berperan sebagai penyaji materi (teacher) tetapi penyajian materi bisa
diganti oleh media, maka peran guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar,
yaitu memberikan kemudahan bagi para siswa untuk belajar.
Jadi, sebagaimana dikatakan oleh Prof. Dr. Azhar Arsyad, M.A
bahwa Pengajaran melalui audio visual adalah produksi dan penggunaan
materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak
seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang
serupa. Pengajaran melalui audio visual jelas bercirikan pemakaian
perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor film, tape
recorder, dan proyektor visual yang lebar. Sedangkan media audio visual
yang digunakan dalam penelitian ini adalah laptop dipadukan dengan LCD,
dengan program software digital Quran versi 3.

4
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut di depan,
maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam karya ilimiah ini adalah
apakah dengan menggunakan media audio visual dapat meningkatkan prestasi
belajar Pendidikan Agama Islam pada materi pokok membaca QS. Al-Kautsar
siswa kelas IV semester II SDN No. 118 Ramayana.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi siswa, dapat meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI), khususnya dalam membaca QS. Al-Kautsar.
2. Bagi guru, dapat meningkatkan kreativitas guru dalam memilih metode dan
media pembelajaran yang tepat.
3. Bagi sekolah, memberi sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka
perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas
pendidi kan.

5
BAB II
MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR

A. Prestasi Belajar
Setiap guru pasti memiliki keinginan agar dapat meningkatkan hasil
belajar siswa yang dibimbingnya. Karena itu guru harus memiliki hubungan
dengan siswa yang dapat terjadi melalui proses belajar-mengajar. Setiap proses
belajar-mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang
dicapai siswa. Hasil belajar berasal dari dua kata dasar yaitu hasil dan belajar.
Istilah hasil dapat diartikan sebagai sebuah prestasi dari apa yang telah
dilakukan, dan belajar menurut Thursan Hakim adalah suatu proses perubahan
di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut di tampakkan dalam
bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya
pikir dan lain-lain kemampuan. Jadi pengertian hasil belajar/prestasi belajar
dapat diartikan sebagaimana ditulis oleh Cormentyna Sitanggang dkk adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru.
Berdasarkan uraian di atas, prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil
yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri
siswa sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar yang lazimnya ditunjukkan
dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Sedangkan prestasi
belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar Pendidikan
Agama Islam materi pokok membaca QS. Al-Kautsar siswa yang diperoleh
setelah mengikuti proses belajar.
B. Pembelajaran Membaca Al-Quran
Belajar terus-menerus untuk mendalami Al-Quran memang tidak
mengenal batas umur. Meskipun demikian, jika proses mempelajari Al-Quran
telah dimulai sejak dini, niscaya akan menghasilkan penguasaan yang lebih baik
terhadap Al-Quran. Usia anak-anak sekolah SD menjadi usia ideal untuk

6
mempelajari Al-Quran. Langkah awal untuk dapat memahami kandungan Al-
Quran adalah dengan terampil untuk membacanya dengan baik dan benar.
1. Tujuan Pembelajaran Membaca Al-Quran
Terampil dalam membaca Al-Quran menjadi kemampuan paling dasar
yang harus dikuasai oleh umat Islam. Langkah awal untuk lebih mendalami
Al-Quran adalah dengan cara mampu membacanya dengan baik dan benar.
Terlebih lagi karena ibadah penting dalam Islam, yakni shalat, membutuhkan
keterampilan membaca Al-Quran yang baik. Selain itu dengan membaca Al-
Quran saja sudah dinilai ibadah. Dengan demikian bagi kaum muslimin,
membaca Al-Quran dengan baik dan benar mempunyai nilai keagamaan
yang tinggi. Itulah sebabnya mengapa Al-Quran sebagai kitab suci yang
dibaca mempunyai peran sentral dalam kehidupan kaum muslimin.
Istilah-istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan ilmu pembacaan
Al-Quran cukup banyak. Dalam khasanah literatur Islam, selain tajwid,
terdapat beberapa istilah lain yang lazim digunakan untuk merujuk ilmu
spesifik pembacaan Al-Quran, yaitu:
a. Tartiil, berasal dari kata rattala, yang berarti “melagukan,”
“menyanyikan,” yang pada awal Islam hanya bermakna pembacaan Al-
Quran secara melodik, menjelaskan bahwa tartil mencakup pemahaman
tentang tata cara berhenti (waqf) dan meneruskan (washl) dalam
pembacaan dan artikulasi yang tepat huruf-huruf hijaiyah. Dalam
perkembangannya sekarang ini, istilah tersebut tidak hanya merupakan
suatu istilah umum untuk pembacaan Al-Quran, tetapi juga merujuk
kepada pembacaannya secara cermat dan perlahan-lahan. Selain itu ada
dua kategori lain metode membaca Al-Quran, adalah hadr yakni
pembacaan secara cepat, dan tadwir yakni pembacaan dengan kecepatan
sedang.
b. Tilaawah, berasal dari kata talaa, yang berarti “membaca secara tenang,
berimbang dan menyenangkan.” Pada masa pra-Islam, kata ini digunakan
untuk merujuk pembacaan syair. Pembacaan semacam ini mencakup cara
sederhana pendengungan atau pelaguan yang disebut tarannum.

7
c. Qiraa’ah, berasal dari kata qara’a, yang berarti “membaca,” yang mesti
dibedakan penggunaannya untuk merujuk pada istilah yang berarti keragaman
bacaan Al-Quran. Di sini, pembacaan Al-Quran mencakup hal-hal yang ada
dalam istilah-istilah lain, seperti titi nada tinggi rendah, penekanan pada pola-
pola durasi bacaan dan lain-lain. Sedangkan Imam Raghib Al-Ishfahani
memberikan pembedaan antara Tilaawah dengan Qiraa’ah. Menurutnya,
Tilaawah menunj ukkan kepada aktifitas membaca secara lafdziyyah semata,
sedangkan dalam Qiraa’ah selain berlangsung aktifitas membaca juga
dibarengi dengan aktifitas memahami apa yang di bacanya.
Dengan mengikuti tiga tujuan pembelajaran, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Ahmad Tafsir (2008), maka pembelajaran membaca Al-Quran
adalah:
a. Aspek pengetahuan (knowing)
1). Peserta didik memiliki pengetahuan mengenai berbagai hal yang berkenaan
dengan membaca Al-Quran. Diawali dengan pengetahuan mengenai
kewajiban seorang muslim untuk menguasai keterampilan membaca Al-
Quran. Karena langkah awal untuk memahami Al-Quran adalah dengan cara
mampu untuk membacanya. Selain itu murid juga mengetahui bahwa
dengan mampu membaca Al-Quran menjadi pintu pertama untuk
menghafalkannya, karena hafalan Al-Quran dengan bacaan yang benar
menjadi syarat dalam ibadah shalat. Bahkan murid juga memiliki
pengetahuan bahwa membaca Al-Quran menjadi bagian dari ibadah.
2). Peserta didik memiliki pengetahuan bahwa Al-Quran dinarasikan dalam
Bahasa Arab yang memiliki norma, kaidah, dan aturan-aturan tersendiri
dalam membacanya.
b. Aspek Pelaksanaan (doing). Dalam hal ini peserta didik terampil dalam

membaca ayat-ayat dari surat-surat tertentu dalam juz amma yang
menjadi materi pelajaran.
c. Aspek pembiasaan (being). Dalam aspek ini peserta didik tidak hanya
sekedar terampil dalam melafalkan dan membacanya saja, tetapi juga
menjadi miliknya dan menyatu dengn kepribadiannya.

8
2. Aspek-Aspek Keterampilan Membaca Al-Quran
Secara garis besar pembelajaran membaca Al-Quran dimaksudkan agar
peserta didik mampu:
a. Melafalkan surat-surat tertentu dalam juz „amma pilihan sebagai tahap
awal membaca;
b. Membaca huruf-huruf hijaiyah sesuai makhrajnya;
c. Membaca Al-Quran dengan baik dan benar sesuai kaidah ilmu tajwid.
Tajwid menurut bahasa artinya: membaguskan, yang dimaksud Tajwid
menurut Isti lah i alah: Ilmu yang membahas tentang peraturan-peraturan
membaca Al-Quran dengan bagus sesuai dengan bacaan Al-Quran yang
telah diterima oleh Nabi, baik yang mengenai Makhorijul huruf, Sifatul
huruf, maupun yang mengenai bacaan-bacaan dan hukum-hukumnya,
seperti: Idhar, Idgham, I khfa’, panjang pendek, tebal tipis.
Hukum mempelajari dan mengajarkan Al-Quran adalah Fardhu
kifayah, akan tetapi mengamalkannya adalah Fardhu ’Ain bagi setiap
pembaca Al-Quran (Artinya: bagi setiap pembaca Al-Quran Wajib
mempergunakan Ilmu Tajwid) berdasarkan perintah Allah dalam surat Al-
Muzammil ayat : 4

“ Dan bacalah Al-Quran dengan "Tartil".


Tartil ialah membaca Al-Quran dengan pelan, tenang, membagus-
kan pengucapan huruf sesuai dengan mahrajnya dan hukum-hukumnya.
Kegunaan mempelajari hukum Tajwid adalah untuk menjaga dari
kekeliruan lisan di dalam membaca Al-Quran.
1). Nun Mati dan Tanwin
Nun Sukun atau nun mati, yaitu: Nun yang tidak menerima
tanda-tanda vokal atau harokat baik fathah, dhommah atau kasrah.
Tanwin yaitu: harakat ganda pada kata benda (isim) sebagai pengganti
huruf nun yang mana terdapat di akhir kata. Tandanya: dua
dhammah )- atau dua fathah )- atau dua kasrah Tanwin ini

9
diperlakukan sama seperti nun sukun dalam cara membacanya.
Apabila ada nun sukun dan tanwin bertemu dengan huruf
hijaiyyah maka memiliki hukum yang berbeda-beda yaitu: izhar,
idgham, iqlab atau ikhfa, akan tetapi harus .
a). Idhar
Bacaan Idhar dibagi menjadi dua yaitu:
(1). Idhar Halqi
Menurut bahasa artinya dibaca jelas. Menurut istilah
tajwid idhar halqi adalah apabila ada nun mati atau tanwin
bertemu dengan huruf-huruf halqi. Dinamakan halqi karena
makhraj huruf-hurufnya dari halq ( kerongkongan). Huruf

. Melafalkan huruf-huruf idhar (dibaca jelas) dari makhrajnya


tanpa disertai dengung.
(2). Idhar Muthlaq
Idhar muthlaq terjadi apabila nun sukun dengan atau bertemu dalam
satu kata. Idhar semacam ini dalam Al-Quran hanya terdapat pada 4
tempat, yaitu:

b). Idgham
Idgham menurut bahasa artinya memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu.
Menurut istilah tajwid, memasukkan huruf yang sukun ke dalam huruf yang
berharakat, sehingga menjadi satu huruf yang bertasydid.
Idgham terbagi 2, yaitu: Idgham Bighunnah (disertai dengung) dan
Idgham Bila Ghunnah (tanpa dengung).
Catatan: Idgham tidak terjadi kecuali dari 2 kata. Huruf
idgham ada 6, yaitu yang tergabung dalam kalimat:

10
(1). Idgham Bighunnah
Idgham bighunnah mempunyai 4 huruf, yaitu yang tergabung dalam
kalimat: yaitu: dan Apabila salah satu
hurufnya bertemu dengan nun sukun atau tanwin (dengan syarat di
dalam 2 kata).
(2). Idgham Bila Ghunnah
Apabila salah satu hurufnya bertemu dengan nun sukun atau tanwin
(dengan syarat di dalam 2 kata), maka bacaannya harus idgham bila
ghunah kecuali nun yang terdapat dalam ayat
karena disini harus di baca saktah (diam sebentar tanpa bernafas) yang
menghalangi adanya bacaan idgham.
c). Iqlab
Iqlab menurut bahasa artinya merubah sesuatu dari bentuknya. Menurut
istilah artinya perubahan pengucapan nun sukun/tanwin menjadi mim yang
tersembunyi dengan disertai dengung. Huruf iqlab hanya satu, yaitu huruf ba.
Contoh bacaan Iqlablihat pada surat Al-Hadiid (57): 6

d). Ikhfa
Ikhfa menurut bahasa artinya samar. Menurut istilah tajwid artinya
melafalkan huruf antara idhar dan idgham, tanpa tasydid dan disertai dengan
dengung. Disebut juga ikhfa haqiqi (nyata) karena kenyataannya persentase
nun sukun dan tanwin yang disembunyikan lebih banyak dari huruf lainnya.
Huruf ikhfa ada 15, yaitu awal kata dari kalimat:

2). Nun dan Mim Tasydid


Huruf yang bertasydid pada dasarnya berasal dari 2 huruf, yang pertama
sukun dan yang kedua berharakat.

11
a). Nun Tasydid
Nun Tasydid berasal dari 2 huruf nun, yang pertama sukun dan yang
kedua berharakat. Nun yang pertama dimasukkan atau berpadu ke dalam nun
yang kedua, maka terjadilah satu huruf yang bertasydid.
Hukum nun tasydid harus dibaca ghunnah yang berarti berdengung.
b). Mim Tasydid
M im Tasydid berasal dari 2 huruf mi m, yang pertama sukun dan yang
kedua berharakat. Mim yang pertama dimasukkan atau berpadu ke dalam
mim yang kedua, maka terjadilah satu huruf yang bertasydid. Hukum mim
tasydid: harus dibaca ghunnah, 2 harakat. Mim yang bertasydid disebut juga
tasydidul ghunnah.
3). Mim Sukun
Mim adalah mim yang bersukun tetap, baik ketika dibaca washl maupun
waqaf. Jika mim mati bertemu denga huruf hijaiyyah maka memiliki 3 hukum,
yaitu:
a). Idhar Syafawi yaitu: menurut bahasa artinya memperjelas dan menerangkan.
Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf-huruf idhar dari makhrajnya tanpa
disertai dengan dengung. Dinamakan syafawi karena mim sukun makhrajnya
dari pertemuan dua bibir. Idhar syafawi mempunyai 26 huruf, yaitu semua
huruf hijaiyah selain huruf mim dan ba.
b). Ikhfa Syafawi yaitu menurut bahasa artinya menyembunyikan. Menurut
istilah tajwid artinya dibaca samar. Dinamakan syafawi karena mi m dan ba
makhraj nya dari pertemuan dua bibir. Ikhfa syafawi hanya mempunyai 1
huruf, yaitu huruf ba.
c). Idgham Mitslain Shaghir yaitu menurut bahasa artinya memasukkan sesuatu
ke dalam sesuatu. Menurut istilah tajwid idgham artinya memasukkan huruf
yang sukun ke dalam huruf yang berharakat, sehingga akan menjadi satu
huruf yang bertasydid. Di sebut mitslain karena berasal dari 2 huruf yang
makhraj dan sifatnya identik, sedangkan disebut shaghir adalah karena huruf
yang pertama sukun dan huruf yang kedua berharakat. Idgham Mitslain
Shaghir mempunyai 1 huruf, yaitu huruf mim.

12
4). Wakaf
Dari sudut bahasa berarti berhenti/menahan. Menurut istilah tajwid,
memutuskan suara di akhir kata untuk bernafas sejenak dengan niat meneruskan
kembali bacaan.
a). Wakaf Lazim
Wakaf Lazim (harus) yaitu menghentikan bacaan pada rangkaian kata
yang sempurna makna serta lafalnya (dari segi i'rab) dan maksudnya tidak
tergantung dengan kata–kata berikutnya. Wakaf lazim di sebut juga wakaf
taam (sempurna).

Wakaf Lazim ini bertanda: lihat pada S.Al-Baqarah (2) : 26.


b). Wakaf Ja'iz (boleh)
Wakaf Ja'iz yaitu bacaan yang boleh diwashal (disambung) atau
diwakaf (berhenti). Kedudukan hukum wakaf ja'iz ini terkadang sama
(berhenti atau disambung), terkadang disambung lebih baik dari berhenti dan
terkadang berhenti lebih baik dari disambung (yaitu menghentikan bacaan
pada rangkaian kata yang tidak merusakkan maknanya).
Wakaf ja'iz ini terbagi tiga, yaitu: yang terkadang disambung lebih baik,
berhenti atau disambung sama baiknya dan yang terkadang berhenti lebih
baik.
c). Wakaf Kafi (cukup)
Wakaf Kafi yaitu bacaan yang boleh diwashal atau diwakaf, akan tetapi
wakaf lebih baik daripada washal. Dinamakan kafi karena berhenti di tempat
itu dianggap cukup (lafal sempurna) dan tidak tergantung kepada kalimat
sesudahnya sebab secara lafal tidak ada kaitannya. Al-Baqarah (2): 205

Wakaf Kafi ini bertanda :


d). Wakaf Tasawi (sama) Wakaf Tasawi yaitu tempat berhenti yang sama
hukumnya

antara wakaf dan washal. Wakaf Tasawi ini bertanda:


lihat An-Nisaa' (4): 12.

13
e). Wakaf Hasan (baik)
Wakaf Hasan yaitu bacaan yang boleh diwashal atau diwakaf, akan
tetapi washal lebih baik daripada wakaf. Dinamakan hasan karena berhenti di
tempat itu lebih baik. Wakaf Hasan ini bertanda:
lihat Qs. Al-Maa'idah (5): 8
f). Wakaf Muraqabah (terkontrol)
Wakaf M uraqabah yaitu terdapatnya 2 tempat wakaf di lokasi yang
berdekatan, akan tetapi hanya boleh berhenti pada salah satu tempat saja.
Wakaf muraqabah disebut juga ta'anuqulwaqfi (2 wakaf bertemu) .
5). Qalqalah
Qalqalah menurut bahasa artinya getaran. Menurut istilah tajwid artinya
getaran suara terjadi ketika mengucapkan huruf yang sukun sehingga
menimbulkan semacam aspirasi suara yang kuat, baik sukun asli atau pun tidak.
Huruf qalqalah ada 5, yaitu yang

Syarat qalqalah: hurufnya harus sukun, baik sukun asli atau yang terjadi
karena berhenti pada huruf qalqalah.
a). Qalqalah Tingkatan Rendah

b). Qalqalah Tingkatan Sedang


Tingkat qalqalah yang sedang (pertengahan) terjadi apabila berhenti pada
huruf qalqalah, sedang huruf tersebut tidak bertasydid.

c). Qalqalah Tingkatan Keras:


Tingkat qalqalah yang paling keras terjadi apabila berhenti pada huruf
qalqalah, sedang huruf tersebut bertasydid. Seperti huruf qaf pada kalimat :

14
6). Mad
Bacaan Mad menurut bahasa artinya tambahan. Menurut istilah artinya
memanjangkan suara sewaktu membaca huruf mad jika bertemu dengan
hamzah atau sukun. Huruf mad ada 3, yaitu: alif, wawu dan ya.
Syarat bacaan mad adalah: huruf sebelum wawu berbaris dhammah,
sebelum ya berbaris kasrah dan sebelum alif berbaris fathah. Jika huruf yang
sebelum ya atau wau sukun itu berbaris fathah, tidak disebut huruf mad, akan
tetapi disebut huruf layin.
Bacaan Mad dibagi dua yaitu :
a). Mad Thabi'i atau Mad Asli
Mad Thabi'i atau Mad Asli yaitu apabila ada huruf yang setelah mad
bukan huruf hamzah atau sukun.Dinamakan thabi'i karena mad tersebut
merupakan sesuatu yang thabi'i (alami) kadarnya tidak kurang dan tid ak lebih.
Aturan membacany panjang 2 harakat.
Mad Thabi'i atau Mad Asli dapat mengalami tiga keadaan yaitu :
(1). Mad Asli: pada wakaf dan washal
Huruf mad tetap ada di saat washal atau wakaf, baik huruf mad itu
terletak di tengah, seperti pada kata sebagai
huruf hamzah atau sukun setelah huruf mad tersebut.
(2). Mad Asli: pada washal
Mad asli atau thabi'i bisa terjadi pada shilah shughra, yaitu huruf wau
keci l yang terdapat setelah ha dhami r yang berbaris dhammah dan ya kecil
yang terdapat setelah ha dhamir yang berbaris kasrah. Agar ha dhamir bisa
disambung dengan wau atau ya, maka disyaratkan agar huruf itu harus terdapat
di antara 2 huruf yang berharakat seperti

Dalam hal ini wau dan ya dibaca panjang 2 harakat (dengan syarat tidak
terdapat huruf hamzah pada kata lain) ketika washal, sedangkan ketika wakaf
tidak dibaca panjang.
(3). Mad Asli: pada wakaf
Mad asli atau thabi’i bisa juga terjadi pada huruf mad yang ada ketika

15
wakaf dan hilang ketika washal. Hal ini terjadi pada huruf alif pengganti
tanwin (fathatain) seperti, jika berhenti pada huruf alif

Dalam hal ini mad akan hilang jika disambung dengan kata
sesudahnya.
b). Mad Far'i
Mad Far'i adalah bacaan mad yang merupakan tambahan terhadap mad
thabi’i karena salah satu 2 sebab, yaitu: hamzah atau sukun. Bacaan Mad Far ’i
ini ada bermacam-macam yaitu sebagai berikut:
(1). Mad Wajib Muttashil (tersambung)
Di sebut mad wajib muttashil apabila ada bacaan mad dalam satu
kata bertemu dengan huruf hamzah. Dinamakan muttashil karena mad
thabi'i dengan huruf hamzah dalam satu kata.
Mad muttashil disebut juga mad wajib. Aturan bacaannya panjang, 4
harakat atau 5 harakat atau 6 harakat ketika berhenti.
Mad Jaiz Munfashil (terpisah)
Di sebut mad jaiz munfashil apabila ada mad thabi'i bertemu dengan
huruf hamzah di kata berikutnya. Dinamakan munfashi l karena huruf mad
dengan huruf hamzah terdapat pada kata yang berbeda.
Aturan membacanya, boleh 2 harakat, 4 harakat atau 5 harakat
menurut imam Hafsh. Termasuk mad munfashil, shilah kubra, yaitu bila
wau kecil yang terdapat setelah ha dhamir yang berbaris dhammah dan ya
kecil yang terdapat setelah ha dhamir yang berbaris kasrah bertemu dengan
hamzah di lain kata. Aturan membacanya sama dengan mad shilah di saat
washal, sedangkan di saat wakaf tidak dibaca panjang.
(3). Mad 'Aridh
Disebut mad 'aridh, bila huruf mad atau huruf layin bertemu dengan
sukun yang terjadi karena wakaf. Dinamakan 'aridh karena mad asli yang
terdapat di akhir ayat di baca sukun karena wakaf, jika di washal dia tetap
sebagai mad thabi'i.

16
Aturan membacanya boleh 3 macam: pendek (2 harakat), sedang (4
harakat), panjang (6 harakat).

Hal yang sama juga diperlakukan pada mad layin ketika wakaf.

Dinamakan mad layin (lembut) karena pengucapannya lembut dan mudah.


(4). Mad Badal
Disebut mad badal, bila huruf hamzah terdapat sebelum mad thabi'i di
dalam 1 kata (setelah mad tidak ada lagi hamzah atau sukun). Dinamakan
badal karena huruf mad merupakan pengganti dari huruf hamzah, dimana asal
dari mad badal pada umumnya adalah karena bertemunya 2 hamzah dalam 1
kata, yang pertama berharakat dan yang kedua sukun, seterusnya huruf
hamzah yang kedua diganti menjadi huruf mad yang sesuai dengan jenis
harakat huruf hamzah yang pertama, untuk meringankan bacaan.
Jika huruf hamzah yang pertama berbaris fathah, maka yang kedua
diganti menjadi huruf alif.
Jika huruf yang pertama berbaris kasrah, maka yang kedua

(5). Mad Lazim


Disebut mad lazim, bila mad thabi'i bertemu dengan sukun yang tetap
ada baik dalam keadaan washal atau wakaf, baik dalam 1 kata ataupun tidak.
Dinamakan lazim (harus), karena mad tersebut harus dibaca 6 harakat dan
keharusan adanya sukun, baik ketika washal ataupun wakaf.
7). Tafkhim & Tarqiq
Dilihat dari segi tafkhim (tebal) dan tarqiq (tipis) nya huruf hijaiyah
terbagi 3 :
Pertama: Huruf-huruf yang selalu dibaca tebal, yaitu huruf-huruf isti’la
(huruf-huruf yang terjadi dengan menaikkan sebagian besa lidah sewaktu
menuturkannya).

17
Kedua: Huruf yang terkadang dibaca tebal, terkadang dibaca tipis, sesuai
posisi huruf dalam ayat, yaitu (lam pada lafal Allah da ra).
Ketiga: Huruf-huruf yang selalu dibaca tipis, yaitu huruf-huruf istifal
(huruf-huruf yang terjadi dengan menurunkan sebagian besa lidah sewaktu
menuturkannya), selain dari huruf lam dan ra. a). Tafkhim Menurut bahasa,
berarti menebalkan atau menggemukkan Menurut istilah tajwid, gambaran
tentang tebalnya bunyi huruf seakan-akan bunyi tersebut bagaikan memenuhi
semua rongga mulut.
Hurufnya ada 7, yaitu yang tergabung dalam kalimat sebagai berikut :

b). Tarqiq
Menurut bahasa, berarti menipiskan. Menurut istilah tajwid adalah
gambaran dari perubahan yang terjadi pada bunyi huruf, yang mengakibatkan
bunyi tersebut tidak memenuhi mulut. Huruf tarqiq adalah semua huruf hijaiyah
selain huruf tafkhim
c). Tarqiq huruf alif-lam pada lafal Allah dan ra.
Pertama: alif pada lafal Allah, dibaca tarqiq jika terdapat
Kedua: lam pada lafal Allah, dibaca tarqiq jika terdapat setelah huruf yang
berbaris kasrah, baik huruf tersebut bersambung dengan lam tersebut dalam
satu kata atau pada kata yang lain.

Jadi yang dimaksud belajar ilmu Tajwid adalah mengamati, membaca,


meniru, mencoba sendiri tentang hukum Tajwid, mendengarkan, mengikuti
petunjuk tentang peraturan – peraturan membaca Al-Q uran dengan bagus
sesuai dengan bacaan Al-Quran yang telah diterima oleh Nabi, baik yang
mengenai Makhorijul huruf, Sifatul huruf, maupun yang mengenai bacaan-
bacaan dan hukumhukumnya, seperti Idhar, Idgham, Ikhfa, panjang pendek,
tebal tipis.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran membaca Al-Quran
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi peserta didik agar

18
dalam membaca Al-Quran sesuai dengan tajwid, faktor tersebut adalah
berasal dari pendidik dan orang tua yaitu sebagai berikut:
a. Pendidik Al-Quran harus dapat menjadi pendidik teladan pada anak
didiknya, maksudnya bacaan Al-Qurannya juga harus sudah sesuai dengan
tajwid, karena anak didik akan mengetahui bagaimana pengucapan bacaan
yang benar atau salah adalah pertama kali dari pendidik itu sendiri.
b. Pendidik Al-Quran hendaknya mendidik anak didiknya sesuai teori
keragaman individu, sehingga pendidik tidak akan membebani seseorang
melebihi kemampuan atau kesanggupan mereka.
c. Pendidik Al-Quran hendaknya senantiasa mendoakan anak didiknya kepada
Allah swt agar Allah swt memberikan taufiq kemudahan dalam belajar
membaca Al-Quran.
d. Dalam mengajarkan bacaan Al-Quran pendidik harus menvariasikan metode
pengarahan dan bimbingan, agar mereka tidak merasakan kebosanan dalam
hati dengan pengajaran dan pendidikan yang diberikan.
e. Orang tua anak didik atau lingkungan rumah tangga peserta didik juga harus
peduli pada Al-Quran (kegiatan mengaji anak didik). Hal ini sangat
berpengaruh bagi cepat atau lambatnya anak didik dalam bacaan Al-Quran,
sebab kalau hanya menggantungkan pelajaran Al-Quran hadits di sekolah,
dalam satu minggu, hanya satu kali pertemuan, tentunya ingatan bacaan Al-
Quran anak didik yang apabila dirumah juga diperhatikan (senantiasa
mengaji) dengan yang tidak diperhatikan (tidak mengaji), akan berbeda
dalam kelancaran bacaannya, maka ketika ada pertemuan wali murid guru
juga harus meminta wali murid untuk memperhatikan anak-anaknya
terutama j uga pendidi kan memembaca Al -quran.
4. Desain Pembelajaran Membaca Al-Quran
a. Desain pembelajaran melafalkan sebagai tahap awal membaca
1). Tahap persiapan
a). Merumuskan tujuan yang ingin dicapai
b). Menentukan pokok-pokok materi yang akan diajarkan,
c). Mempersiapkan alat Bantu

19
2). Tahap pelaksanaan
a). Langkah pembukaan
(1). Appersepsi, yaitu langkah menghubungkan mater pelajara yang lalu
dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Appersepsi dapat diisi
dengan melafalkan secara bersamasama surat-sur at juz „amma yang
telah diajarkan.
(2). Yakinkan bahwa peserta didik mengetahui dan memahami tujuan yang
akan dicapai.
b). Langkah penyajian
(1). Gunakan bahasa komunikatif dan mudah dicerna oleh peserta didik.
(2). Sajikan materi pembelajaran secara sistematis, tidak meloncatloncat, agar
mudah dipahami oleh peserta didik.
(3). Menjaga kontak mata secara terus-menerus degan siswa. Kontak mata
menjadi isyaradari guru agar siswa mau memperhati kan.
(4). Pelafalan dilakukan ayat per ayat dari awal sampai akhir.
(5). Jagalah agar kelas tetap kondusif dan menggairahkan untuk belajar.
(6). Ajak peserta didik berkonsentrasi untuk mengikuti pelafalan surat yang
akan diajarkan dengan memperhatikan ujaran yang dilakukan seluruh siswa.
(7). Berikan kesempatan terbanyak kepada peserta didik untuk secara aktif
melafalkan surat yang tengah dipelajari. Dalam proses ini teknik drill and
practice berperan lebih. Langkahlangkah yang dapat dilakukan adalah:
(a). Bagilah murid menjadi beberapa kelompok
(b). Kelompok pertama melafalkan ayat pertama kemudian ayat selanjutnya
dilafalkan oleh kelompok berikutnya, begitu seterusnya hingga selesai
satu surat. Kemudian dibalik kelompok terakhur melafalkan ayat
pertama, dan ayat selanjutnya dilafalkan oleh kelompok sebelumnya,
begitu seterusnya sampai selesai.
(c). Tunjuklah salah seorang peserta didik untuk maju ke depan guna
memimpin pelafalan yang kemudian diikuti oleh seluruh murid.
(d). Ujilah pelafalan semua peserta didik satu persatu hingga mereka
melakukan tanpa kesalahan.

20
c). Langkah mengakhiri
(1). Membimbing siswa untuk dapat memahami dan mengingat materi
pelajaran yang baru disampaikan.
(2). Melakukan evaluasi untuk mengeahui kemampuan peserta didik
menguasai materi pembelajaran yang baru disampaikan. Untuk tahap awal
dapat dilakukan Tanya jawab.
3). Tahap mengakhiri, yaitu dengan memberikan penugasan yang berkaitan
dengan pelafalan surat untuk lebih memantapkan dan melancarkan
pelafalan yang dilakukan oleh peserta didik, sehingga peserta didik selalu
ingat dan terbiasa dalam melafalkannya.
b. Desain pembelajaran membaca huruf-huruf hijaiyah baik yang terpisah
ataupun bersambung dengan tanda bacanya sesuai makhraj nya
1). Tahap persiapan
2). Tahap pelaksanaan
3). Tahap mengakhiri
c. Desain pembelajaran membaca dengan baik dan benar sesuai kaidah ilmu
tajwid
1). Tahap persiapan
2). Tahap pelaksanaan
3). Tahap mengakhiri
5. Evaluasi Pembelajaran Membaca Al-Quran
Cara dan bentuk evaluasi proses dan hasil pembelajaran haru
didasarkan pada rumusan indicator yang sudah dirumuskan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
a. Penilaian Proses
Bentuk evaluasi yang tepat untuk dipakai menilai keberhasila
proses pembelajaran materi membaca Al-Quran adalah dengan teknik
unjuk kerja dan menggunakan daftar penilaian sebagai instrumennya
untuk mengetahui seberapa lancar dan bagus pembacaan siswa terhadap
Al-Quran.

21
Tabel 1 Bentuk kartu penugasan:

KARTU BUKTI MEMBACA AL-QURAN


Nama Siswa : Nama Surat :
Saya telah membaca surat ……………………….
Pada tanggal ……………………………………... Tanda tangan
Orang Tua

b. Penilaian hasil pembelajaran membaca Al-Quran


Tabel 2
Format penilaian kemampuan membaca Al-Quran:

Nilai Kemampuan Membaca


No. Nama Siwa (A) (B) (C) Nilai Total
Tajwid Makhraj Lancar

1. 50 50 50 150
2. 80 80 80 240
3. Dst.

Komponen kemampuan membaca dengan tajwid:


90 – 100 = Sesuai kaidah tajwid
70 – 89 = Kaidah tajwid tidak sempurna
50 – 69 = Banyak terjadi kesalahan penerapan kaidah tajwid
0 = Sama sekal i tidak bisa menerapkan kaidah tajwid
Komponen kesesuaian makhraj:
90 – 100 = Fasih
70 – 89 = Kurang fasih
50 – 69 = Tidak fasih
0 = Tidak mampu mengidentifikasi huruf hijaiyah 1

22
Komponen kelancaran membaca:
90 – 100 = Lancar
70 – 89 = Kurang lancar
50 – 69 = Tidak lancar
0 = Tidak mampu mengidentifikasi huruf hijaiyah
Nilai Total Kemampuan = (A+B+C) : 3
Nilai : < 60 = Kurang
60 – 69 = Cukup
70 – 89 = Baik
90 – 100 = Sangat Baik
C. Media Audio Visual
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong
upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam
proses belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang
dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat
tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-
kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun
sederhana dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam mencapai tujuan
yang diharapkan. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru
juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media
pengajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia.
Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
tentang media pengajaran, yang meliputi (Hamalik, 1994: 6):
1. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar-
mengajar;
2. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan;
3. Seluk-beluk proses belajar;
4. Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan;
5. Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran;
6. Pemilihan dan penggunaan media pendidikan;
7. Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan;

23
8. Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran;
9. Usaha inovasi dalam media pendidikan.
a. Pengertian, Klasifikasi, Fungsi, dan Manfaat Penggunaan Media
1). Pengertian Media
Secara harfiah kata media memiliki arti “perantara” atau “pengantar”.
Association for Education and Communication Technology (AECT)
mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu
proses penyaluran informasi. Sedangkan Education Association (NEA)
mendefi nisi kan sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat,
didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan
dengan baik dalam kegiatan belajar-mengajar, dapat mempengaruhi
efektifitas program i nstruksional.
Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengertian media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan
dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien (siswa)
ssehingga dapat mendorong terjadi nya proses belajar pada di ri nya.
Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audien (siswa)
untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan mereka sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
2). Klasifikasi Media
Rudi Bretz (1977) mengklasifikasi ciri utama media pada tiga
unsur pokok yaitu suara, visual, dan gerak. Bentuk visual itu sendiri
dibedakan lagi pada tiga bentuk, yaitu gambar visual, garis
(linergraphic) dan simbol. Di samping itu dia juga membedakan media
siar (transmisi) dan media rekam (recording), sehingga terdapat 8
klasifikasi media;
a). Media audio visual gerak;
b). Media audio visual diam;
c). Media audio semi gerak;
d). Media visual gerak
e). Media visual diam

24
f). Media visual semi gerak;
g). Media audio,dan
h). Media cetak.
3). Fungsi Media
Pada awalnya media hanya berfungsi sebagai alat bantu dalam
kegiatan belajar-mengajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan
pengalaman visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi
belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang kompleks dan
abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit, serta mudah dipahami.
Dengan demikian media dapat berfungsi untuk mempertinggi daya serap
dan retensi anak terhadap materi pembelajaran.
Penggunaan pendekatan sistem dalam lingkungan pendidikan
telah menggugah para ahli pendidikan di Indonesia untuk menggunakan
media sebagai bagian integral dalam program pengajaran. Oleh karena
itu program media dilaksanakan secara sistematis berdasarkan
kebutuhan dan karakteristik serta diarahkan pada pembahasan tingkah
laku siswa yang ingin dicapai. Oleh sebab itu para ahli media telah
merumuskan ciri-ciri penggunaan media dalam pendidikan, sehingga
terhimpun suatu konsepsi teknologi pendidikan yang mempunyai ciri
-ciri:
a). Berorientasi pada sasaran atau siswa,
b). Menerapkan konsep pendekatan sistem,
c). Memanfaatkan sumber media yang bervariasi.
Sejalan dengan makin mantapnya konsepsi tersebut, fungsi media tidak lagi
hanya sebagai alat peraga/alat bantu, melainkan sebagai pembawa informasi atau
pesan pengajaran terhadap siswa. Di dalam kegiatan belajar-mengajar, media
pendidikan/pengajaran secara umum mempunyai kegunaan untuk mengatasi
hambatan dalam berkomunikasi, keterbatasan pisik dalam kelas, sikap pasif
siswa/mahasiswa serta mempersatukan pengamatan mereka.
Kemudian dengan masuknya pengaruh teknologi audio dan video dalam
sistem pendidikan, lahirlah alat audio visual terutama menekankan penggunaan

25
pengalaman langsung/konkrit untuk menghindarkan verbalisme.
Pada saat ini media pengajaran mem-punyai fungsi:
a). Membantu memudahkan belajar bagi siswa/mahasiswa dan membantu
memudahkan mengajar bagi guru/dosen.
b). Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi konkrit).
c). Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya pelajaran tidak membosankan).
d). Semua indra murid dapat diaktifkan. Kelemahan satu indra dapat diimbangi
oleh kekuatan indra lainnya.
e). Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.
f). Dapat membangkitkan dunia teori dengan real itanya.

4). Manfaat Penggunaan Media


Berbagai manfaat media pengajaran telah dibahas oleh banyak ahli.
Menurut Kemp & Dayton (1985: 3-4) meskipun telah lama disadari bahwa
banyak keuntungan penggunaan media pengajaran, penerimaannya serta
pengintegrasiannya ke dalam program-program pengajaran berjalan amat lambat.
Mereka mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan dampak
positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pengajaran di kelas atau
sebagai cara utama pengajaran langsung sebagai berikut:
a). Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau
mendengar penyaj ian melalui media meneri ma pesan yang sama. M eski
pun para guru menafsi rkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda,
dengan penggunaan media ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi sehingga
informasi yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk
pengkajian, latihan, dan aplikasi lebih lanjut.
b). Pengajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik
perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan. Kejelasan
dan keruntutan pesan, daya tarik image yang berubah-ubah, penggunaan efek
khusus yang dapat meni mbul kan kei ngi ntahuan menyebabkan siswa
tertawa dan berpikir, yang kesemuanya menunj ukkan bahwa media memiliki
aspek motivasi dan meningkatkan minat.

26
c). Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan
prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan
balik, dan penguatan.
d). Lama waktu pengajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena
kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan
pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan
kemungkinannya dapat diserap oleh siswa.
e). Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar
sebagai media pengajaran dapat mengkomuni kasi kan elemen-elemen
pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik, dan
jelas.
f). Pengajaran dapat diberikan kapan dan di mana diinginkan atau diperlukan
terutama jika media pengajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.
g). Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses
belajar dapat ditingkatkan.
h). Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif; beban guru untuk
penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi
bahkan dihilangkan sehingga ia dapat memusatkan perhatian kepada aspek
penting lain dalam proses belajar-mengajar.
Dale (1969: 180) mengemukakan bahwa bahan-bahan audio visual dapat
memberi kan banyak manfaat asal kan guru berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Hubungan guru-siswa tetap merupakan elemen paling penting
dalam sistem pendidikan moderen saat ini. Guru harus selalu hadir untuk
menyajikan materi pelajaran dengan bantuan media apa saja agar manfaaat berikut
ini dapat terealisasi:
a) Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas;
b) Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa;
c) Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan dan minat
siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa;
d) Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa;
e) Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa;

27
f) Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan
melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengaki batkan meni
ngkatnya hasi l belajar;
g) Memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu siswa
menemukan seberapa banyak telah mereka pelajari;
h) Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu konsep-konsep
yang bermakna dapat dikembangkan;
i) Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencermi nkan pembel
ajaran nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat;
j) Meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan
jika mereka membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang bermakna.
Sudjana & Rivai (1992: 2) mengemukakan manfaat media pengajaran
dalam proses belajar siswa, yaitu:
a). Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar;
b). Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami
oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan
pengajaran;
c). Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan
guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam
pelajaran;
d). Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Encyclopedia of Educational Research dalam Hamalik (1994: 15) merinci
manfaat media pendidikan sebagai berikut:
a). Meletakkan dasar-dasar yang kongkret untuk berpikir, oleh
karena itu mengurangi verbalisme.
b). Memperbesar perhatian siswa.
c). Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh

28
karena itu membuat pelajaran lebih mantap.
d). Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan
kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.
e). Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui
gambar hidup.
f). Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan
kemampuan berbahasa.
g). Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan
membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Dari uraian dan pendapat beberapa ahli di atas, dapatlah
disimpulkan beberapa manfaat praktis dari pengguanaan media pengajaran
di dalam proses belajar-mengajar sebagai berikut:
a). Media pengajaran dapat memperjelas penyaj ian pesan dan informasi
sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
b). Media pengajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak
sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung
antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar
sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
c). Media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu;
(1). Obyek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di
ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio,
atau model;
(2). Obyek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat
disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar;
(3). Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam
puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, slide
disamping secara verbal.
(4). Obyek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat
ditampilkan secara kongkret melalui film, gambar, slide, atau simulasi
komputer;
(5). Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan

29
dengan media seperti komputer, film, dan video;
(6). Perisiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses yang
dalam kenyataan memakan waktu lama seperti proses kepompong
menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik-teknik rekaman seperti
time-lapse untuk film, video, slide, atau simulasi komputer.
d). Media pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa
tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan
terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya
misalnya melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun
bi natang.
D. Digital Quran Versi. 3
1. Mengenal Digital Quran Versi. 3
Al-Quran merupakan ucapan Allah Subhanahu wa Ta’la yang
hendaknya setiap manusia pada umumnya dan kaum muslimin pada
khususnya agar mempelajarinya dengan pemahaman yang benar, kemudian
meyakini nya dan mengamal kannya dal am kehi dupan mereka sehari-hari.
Digital Quran merupakan salah satu program komputer berbasis windows
yang menampi lkan Kitab Suci Al-Quran sehi nga dengannya di harapkan
dapat lebih mendekatkan manusia pada umumnya dan kaum muslimin pada
khususnya dengan ucapan Allah Subhanahu wa Ta’la tersebut.
Digital Quran Versi.3 (DQV.3) merupakan versi terbaru Digital Quran,
yang mana pada versi. 3 ini terdapat beberapa penyempurnaan dan kelebi
han ji ka di bandi ngkan dengan versi-versi sebel umnya, seperti pada sistem
pencarian kata yang lebih lengkap, tombol belajar Tajwid, adanya pilihan
jenis bahasa terjemahan (Indonesia-Inggris), dan adanya pilihan simak per
surat atau seluruh surat yang ada pada Kitab Suci Al-Quran, namun
semuanya itu tetap tidak menghilangkan kesederhanaan dan kemudahan
DQV.3 bagi anda, singkat kata DQV.3 akan mempermudah anda didalam
mentelaah Kitab Suci Al-Quran.
2. Menjalankan DQV.3
Menjalankan DQV.3, sangatlah mudah, karena anda tidak perlu untuk

30
menginstalnya terlebih dahulu seperti kebanyakan program-program
komputer lainnya, cukup hanya dengan memasukkan CD DQV.3 anda ke
dalam CD-Rom dan mengklik ganda icon aplikasinya (dilambangkan dengan
hati yang berwarna hijau), anda langsung dapat mejalankan DQV.3.
DQV.3, dapat anda jalankan melalui beberapa cara diantaranya dengan
cara sebagai berikut :
 Masukkan CD Program DQV.3 anda ke dalam CD-RW Drive
 x Klik tombol Start pada pojok kiri bawah taskbar
 x Klik Run… dan ketikkan pada Open text box dengan
 E:\digitalquran.exe
 x Klik OK
Cara lain untuk menjalankan DQV.3 anda adalah dengan cara sebagai
berikut :
o x Masukkan CD Program DQV.3 anda ke dalam CD-RW Drive
o x Kli k ganda Folder My Computer pada desktop anda, seperti dalam
gambar 7.1
o x Klik ganda Folder CD-RW Drive, seperti dalam gambar 7.2
o x Klik ganda Icon DQV.3 (dilambangkan dengan hati yang berwarna hijau).
3. Lingkungan DQV.3

31
Gambar 3.1. Lingkungan QV.3
a. Control Menu
Control Menu adalah menu yang digunakan terutama untuk memanipulasi
jendela DQV.3 anda, sehingga dengannya anda dapat mengubah ukuran,
memindahkan, atau menutup jendela DQV.3.
Control Menu dapat anda aktifkan dengan cara mengklik kiri tombol
mouse pada pojok kiri atas jendela, sehingga akan muncul item menu yang
dapat anda pi li h sebagai berikut :
x Restore : untuk mengubah ukuran jendela ke ukuran sebel umnya
x Move : untuk memindahkan letak jendela
x Size : untuk mengubah ukuran jendela
x Minimize : untuk meminimalkan ukuran jendela
x Maximize : untuk memaksimalkan ukuran jendela
x Close : untuk menutup jendela.
b. Menu
Menu DQV.3 berisi semua perintah yang dapat anda pilih untuk,
melakukan tugas tertentu. Isi dari menu inipun hampir sama dengan program-
program Windows pada umumnya. Menu dapat di pilih dengan:
 Mouse yaitu dengan cara mengklik mouse pada menu dan submenu
yang muncul
 Keyboard yaitu dengan cara menekan Alt dan karakter bergaris
bawah untuk memilih menunya, seperti untuk memilih menu File
anda tinggal menekan tombol Alt + F pada keyboard anda.
c. Toolbar
Toolbar adalah tombol-tombol yang mewakili suatu perintah tertentu dari
DQV.3, dan setiap tombol tersebut dapat langsung diklik untuk melakukan
perintah tertentu. Toolbar pada DQV.3 adalah seperti pada gambar di bawah ini
Box Item Simak Per surat / semua surat

Box Item Surat Tombol Pencarian Kata Pilihan Lanjut ke Ayat Berikutnya
Box Item Ayat Tombol Belajar Tajwid

32
d. Box Ayat
Box Ayat adalah tempat ayat-ayat Al-Qur’an ditampilkan, sesuai
dengan surat dan ayat yang anda pilih.
e. Box Terjemahan
Box Terjemahan adalah tempat tampilan terjemahan dari ayat yang
anda pilih, dapat berupa bahasa Indonesia atau dapat pula bahasa Inggris.
f. Box Hasil Pencarian
Box Hasil Pencarian adalah tempat penampilan hasil pencarian kata
yang anda lakukan, lengkap dengan surat dan ayat yang terdapat kata
tersebut.
4. Mengcopy Teks Arab
DQV.3 menyediakan fasilitas bagi anda yang ingin mengcopy teks
arab, dalam tiga pilihan yaitu dalam format bitmap per ayat, format text per
ayat, atau format text per surat. Teks arab tersebut dapat dicopy dengan cara
mengklik menu Edit kemudian memilih submenu copy teks arab yang
tersedia.
5. M engcopy Terjemahan
DQV.3, juga menyediakan fasilitas bagi anda yang ingin mengcopy
terjemahan ayat terpilih, baik berbahasa Indonesia maupun berbahasa
Inggris, dengan cara mengklik menu Edit dan memilih submenu Copy
Terjemahan.
6. Mengcopy List hasil pencarian
List hasil pencarian kata yang anda lakukan dapat dicopy dengan cara
mengklik menu Edit kemudian memilih submenu Copy List Hasil Pencarian.
7. Pembuatan Shortcut DQV.3
Shortcut merupakan tombol yang akan mempermudah anda didalam
mengoperasikan suatu program komputer tanpa harus terlebih dahulu
membuka windows explorer untuk mencari file apli kasinya, sehi ngga cukup
hanya dengan mengklik tombol shortcut ini anda sudah dapat menjalankan
apili kasi program komputer yang anda i ngi nkan, adapun cara membuat
shortcut DQV.3 anda adalah sebagai berikut :

33
a. Klik ganda Folder My Computer pada desktop anda, seperti dalam gambar
7.1
b. Klik ganda Folder CD-RW Drive, seperti dalam gambar 7.2
c. Klik Kanan Icon DQV.3 (dilambangkan dengan hati yang berwarna hijau),
seperti dalam gambar 7.3
d. Pilih item “Send To” kemudian klik kiri “Desktop (create shortcut) ”
seperti dalam gambar 7.4, maka secara otomatis Shortcut DQV.3 sudah
berada di desktop anda dan siap untuk dioperasikan.

Gambar 7.3. Klik Kanan Icon DQV.3

E. Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dengan Media Audio Visual


Pembelajaran merupakan proses untuk meramu sarana dan prasarana
pendidikan untuk mencapai kualitas yang diharapkan. Kualitas lulusan
pendidikan sangat ditentukan oleh seberapa jauh guru mampu mengelola dan
mengolah segala komponen pendidikan melalui proses belajar-mengajar.
Artinya keberhasilan pembelajaran sangat tergantung pada kemampuan seorang
guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar sehingga mencapai hasil
sesuai dengan apa yang diinginkan pada tujuan pendidikan. Meskipun
sarananya lengkap tetapi jika guru tidak mampu mengolah sarana melalui

34
proses belajar-mengajar, maka kualitas pendidikan akan rendah.
Proses belajar-mengajar (PBM) seringkali dihadapkan pada materi yang
abstrak dan di luar pengalaman siswa sehari-hari, sehingga materi ini menjadi
sulit diajarkan guru dan sulit dipahami siswa. Visualisasi adalah salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk mengkonkritkan sesuatu yang abstrak. Gambar dua
dimensi atau model tiga dimensi adalah visualisasi yang sering dilakukan dalam
PBM. Pada era informatika visualisasi berkembang dalam bentuk gambar
bergerak (animasi) yang dapat ditambahkan suara (audio).
Sajian audio visual atau lebih dikenal dengan sebutan multimedia
menjadikan visualisasi lebih menarik. ICT dalam hal ini komputer dengan
dukungan multimedia dapat menyajikan sebuah tampilan berupa teks
nonsekuensial, nonlinear, dan multidimensional dengan percabangan tautan dan
simpul secara interaktif. Tampilan tersebut akan membuat pengguna (user) lebih
leluasa memilih, mensintesa, dan mengelaborasi pengetahuan yang ingin di
pahaminya.
Tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi multimedia mampu memberi
kesan yang besar dalam bidang komunikasi dan pendidikan karena bisa
mengintegrasikan teks, grafik, animasi, audio dan video. Multimedia telah
mengembangkan proses pengajaran dan pembelajaran ke arah yang lebih
dinamik. Namun yang lebih penting ialah pemahaman tentang bagaimana
menggunakan teknologi tersebut dengan lebih efektif dan dapat menghasilkan
idea-idea untuk pengajaran dan pembelajaran. Pada masa kini, guru perlu
mempunyai kemahiran dan keyakinan diri dalam menggunakan teknologi ini
dengan cara yang paling berkesan, suasana pengaj aran dan pembel ajaran yang
interaktif, serta lebih menggalakkan komunikasi aktif antara berbagai hal.
Penggunaan komputer multimedia dalam proses pengajaran dan pembelajaran
adalah dengan tujuan meningkatkan mutu pengajaran dan pembelajaran.
Dengan berkembangnya teknologi multimedia, unsur-unsur video, bunyi,
teks dan grafik dapat dikemas menjadi satu melalui Pembelajaran Berbasis
Komputer (PBK). Sekarang ini, materi proses belajar-mengajar telah banyak
ditemukan dipasaran yang disediakan dalam bentuk CVD atau DVD. Contoh-

35
contoh yang dapat kita temukan seperti ensiklopedia, kamus elektronik, buku
cerita elektronik, materi pembelajaran yang telah dikemas dalam bentuk CD
atau DVD dan masih banyak lagi yang dapat kita temui. Konsep permainan
dalam pembelajaran digabung untuk menghasilkan pengalaman pembelajaran
yang menyenangkan. Model-model ini dapat digunakan dalam pembelajaran di
dalam kelas atau pembelajaran sendiri. Bisa juga digunakan untuk pembelajaran
di rumah dan di sekolah. Sesi pembelajaran bisa disesuaikan dengan tahap
penerimaan dan pemahaman siswa.
Pencapaian dan keberhasilan siswa akan diuji. Jika siswa tidak mencapai
tahap yang memuaskan, maka sesi pemulihan akan dilaksanakan. Catatan
pencapaian siswa akan disimpan supaya prestasi siswa bisa diawasi. Konsep
pembelajaran sendiri dapat dilaksanakan bila informasi tersebut menarik dan
memotivasikan siswa untuk terus belajar. Ini dapat dicapai jika materi atau
informasi direka dengan baik menggunakan multimedia. Suasana pengajaran
dan pembelajaran yang interaktif akan menggalakkan komunikasi berbagai hal
(siswa-guru, siswa-siswa, siswa-komputer). Gabungan berbagai media yang
memanfaatkan sepenuhnya indra penglihatan dan pendengaran mampu menarik
minat belajar. Namun yang lebih utama ialah pencapaian objektif pengajaran
dan pembelajaran dengan berkesan. Harus diingat bahwa teknologi multimedia
hanya bertindak sebagai pelengkap, tambahan atau alat bantu kepada guru.
Multimedia tidak akan mengambil alih tempat dan tugas guru.
Multimedia adalah sebagai saluran pilihan dalam menyampaikan
informasi dengan cara yang lebih berkesan. Komputer hanya digunakan jika
dipandang perlu dan merupakan pilihan yang baik. Jikalau terdapat pilihan lain
yang lebih berkesan untuk menyampaikan informasi, maka pilihan lain ini bisa
digunakan. Hasil belajar secara efektif dengan menggunakan multimedia akan
dicapai apabila:
1. Guru mengenal keunggulan dan kelemahan dari setiap media teknologi yang
dipergunakan. Penggunaan teknologi auditif bukan berarti lebih buruk daripada
media audiovisual karena ada beberapa materi pembelajaran yang akan lebih
baik ditayangkan dengan mempergunakan teknologi auditif untuk merangsang

36
imajinasi siswa dan melatih kepekaan pendengaran.
2. Menentukan pilihan materi yang akan ditayangkan, apakah sesuai dengan
penggunaan media auditif, visual, atau audiovisual. Misalnya untuk melatih
kepekaan siswa dalam memahami percakapan Bahasa I nggris, akan lebih baik
kalau dipergunakan media auditif. Sementara untuk mengetahui ragam budaya
masyarakat berbagai bangsa tentu lebih relevan dengan mempergunakan
tayangan audiovisual.
3. Menyiapkan skenario tayangan yang tentunya berbeda dengan satuan pelajaran
karena disini menyangkut terhadap model tayangan yang akan disajikan
sehingga menjadi menarik. Dari sini nantinya akan mampu mengembangkan
berbagai aspek kemampuan (potensi) dalam diri siswa. Tidak kalah pentingnya,
adalah bagaimana membuat anak tetap fokus kepada tayangan yang disajikan,
dan mengukur apa yang telah dilakukan siswa dengan menyiapkan lembar
tugas atau quiz yang harus dikerjakan siswa ketika menyaksikan tayangan
pembelajaran.
Upaya membuat anak betah belajar di sekolah dengan memanfaatkan
teknologi multimedia merupakan kebutuhan, sehingga sekolah tidak lagi
menjadi ruangan yang menakutkan dengan berbagai tugas dan ancaman yang
justru mengkooptasi kemampuan atau potensi dalam diri siswa. Untuk itu, peran
serta masyarakat dan orang tua, komite sekolah merupakan partner yang dapat
merencanakan dan memajukan sekolah.
Pemanfaatan teknologi merupakan kebutuhan mutlak dalam dunia
pendidikan sehingga sekolah benar-benar menjadi ruang belajar dan tempat
siswa mengembangkan kemampuannya secara optimal, dan nantinya mampu
berinteraksi ke tengah-tengah masyarakatnya. Lulusan sekolah yang mampu
menjadi bagian intergaral peradaban masyarakatnya. Keinginan tersebut tidak
mudah dicapai apabila sekolah-sekolah yang ada tidak tanggap untuk
melakukan perubahan.
F. Rumusan Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
“Dengan menggunakan media audio visual dapat meningkatkan prestasi belajar

37
Pendidikan Agama Islam pada materi pokok membaca QS. Al-Kautsar siswa kelas
IV semester II SDN No. 118 Ramayana”.

38

Anda mungkin juga menyukai