2. Manajemen Bencana.
Disaster management adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan
kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Konsep manajemen bencana saat ini telah mengalami
pergeseran paradigma dari pendekatan konvensional menuju pendekatan holistik
(menyeluruh). Pada pendekatan konvensial bencana itu suatu peristiwa atau
kejadian yang tidak terelakkan dan korban harus segera mendapatkan pertolongan,
sehingga manajemen bencana lebih fokus pada hal yang bersifat bantuan (relief)
dan tanggap darurat (emergency response). Selanjutnya paradigma manajemen
bencana berkembang ke arah pendekatan pengelolaan risiko yang lebih fokus pada
upaya-upaya pencegahan dan mitigasi, baik yang bersifat struktural maupun non-
struktural di daerah-daerah yang rawan terhadap bencana, dan upaya membangun
kesiap-siagaan.
Sebagai salah satu tindak lanjut dalam menghadapi perubahan paradigma
manajemen bencana tersebut, pada bulan Januari tahun 2005 di Kobe-Jepang,
diselengkarakan Konferensi Pengurangan Bencana Dunia (World Conference on
Disaster Reduction)yang menghasilkan beberapa substansi dasar dalam
mengurangi kerugian akibat bencana, baik kerugian jiwa, sosial, ekonomi dan
lingkungan. Substansi dasar tersebut yang selanjutnya merupakan lima prioritas
kegiatan untuk tahun 2005-2015 yaitu:
a. Meletakkan pengurangan risiko bencana sebagai prioritas nasional
maupun daerah yang pelaksanaannya harus didukung oleh
kelembagaan yang kuat.
b. Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau risiko bencana serta
menerapkan sistem peringatan dini.
c. Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan membangun
kesadaran kesadaran keselamatan diri dan ketahanan terhadap
bencana pada semua tingkat masyarakat.
d. Mengurangi faktor -faktor penyebab risiko bencana.
e. Memperkuat kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatan
masyarakat agar respons yang dilakukan lebih efektif.
c. Pasca bencana.
1) Rehabilitasi.
2) Rekonstruksi.
a) Pemulihan Individu dan Keluarga.
- Mengembangkan perencanaan untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan psikologis jangka pendek dan
jangka panjang dari korban yang selamat.
- Mengidentifikasi perubahan kebutuhan dari korban
yang selamat dan mengubah perencanaan jika
dibutuhkan.
- Merujuk korban dengan kebutuhan khusus ke
organisasi dan ahli terkait.
- Mengajarkan strategi pecegahan penyakit dan
traume kepada korban yang selamat.
- Membantu pemulihan fasilitas pelayanan kesehatan
setempat.
- Berkolaborasi dengan pusat kesehatan masyarakat
setempat untuk pemeliharaan dan pelayanan
kesehatan.
- Bertindak sebagai advokat bagi korban selamat
dalam pemenuhan kebutuhan jangka panjang.
b) Pemulihan Masyarakat.
- Mengumpulkan data tentang hasil evaluasi terkait
respon terhadap bencana.
- Mengevaluasi respon dan praktik keperawatan dalam
bencana dan berkolaborasi dengan organisasi profesi
keperawatan terkait isu dan pengembangan.
- Berpartisipasi dalam menganalisa data dengan
berfokus pada pengembangan respon keperawatan.
- Mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dan
mengkomunikasikan area tersebut kepada pihak
terkait.
- Membantu masyarakat dalam peralihan dari respon
pada tahap bencana hingga kembali pada fungsi
normalnya melalui pemulihan dan rehabilitasi.
- Membagi informasi tentang sumber-sumber rujukan
dan sumber daya yang digunakan dalam bencana.
- Membantu mengembangkan strategi pemulihan
dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat.
- Berkolaborasi dengan pihak terkait dalam
menghidupkan kembali pelayanan kesehatan di
masyarakat.
B. Pengertian Kesiapsiagaan.
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna
(UU RI No.24 Tahun 2007). Sedangkan Kesiapsiagaan menurut Carter (1991) adalah
tindakan tindakan yang memungkinkan pemerintahan, organisasi, masyarakat, komunitas,
dan individu untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat
guna. Termasuk kedalam tindakan kesiapsiagaan adalah penyusunan rencana
penanggulangan bencana, pemeliharan dan pelatihan personil.
Kesiapsiagaan adalah upaya yang dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda, dan
berubahnya tata kehidupan masyarakat. Sebaiknya suatu kabupaten kota melakukan
kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan menghadapi bencana adalah suatu kondisi suatu masyarakat
yang baik secara invidu maupun kelompok yang memiliki kemampuan secara fisik dan
psikis dalam menghadapi bencana. Kesiapsiagaan merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari manajemen bencana secara terpadu.
Kesiapsiagaan adalah bentuk apabila suatu saat terjadi bencana dan apabila bencana
masih lama akan terjadi, maka cara yang terbaik adalah menghindari resiko yang akan
terjadi, tempat tinggal, seperti jauh dari jangkauan banjir. Kesiapsiagaan adalah setiap
aktivitas sebelum terjadinya bencana yang bertujuan untuk mengembangkan kapasitas
operasional dan memfasilitasi respon yang efektif ketika suatu bencana terjadi. Perubahan
paradigma penanggulangan bencana yaitu tidak lagi memandang penanggulangan bencana
merupakan aksi pada saat situasi tanggap darurat tetapi penanggulangan bencana lebih
diprioritaskan pada fase prabencana yang bertujuan untuk mengurangi resiko bencana.
Sehingga semua kegiatan yang berada dalam lingkup pra bencana lebih
diutamakan. Adapun kegiatan kesiapsiagaan secara umum adalah:
a) Kemampuan menilai resiko.
b) perencanaan siaga.
c) mobilisasi sumberdaya.
d) Pendidikan dan pelatihan.
e) Koordinasi.
f) Mekanisme respon.
g) Manajemen informasi.
h) gladi/ simulasi.
— Melakukan identifikasi, kajian dan pemantauan resiko bencana dan memperkuat sistem
peringatan dini
— Menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun suatu budaya aman
dan ketahanan terhadap bencana di semua tingkatan
Sosialisasi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang tinggal
disekitar gunungapi tentang potensi gunungapi, baik yang negatif (bahaya), maupun yang positif
(sumberdaya).
Koordinasi dilakukan dengan pemerintah daerah dan instansi terkait guna meningkatkan
efektivitas dalam penanggulangan bencana erupsi gunungapi.
Upaya pengurangan risiko bencana gempabumi adalah dengan mengurangai elemen kerentanan,
salah satunya adalah dengan cara penataan ruang yang berlandaskan kepada ainaliss
kebencanaan gunungapi.
Berikut ini adalah upaya yang dilakukan dalam rangka penanggulangan bencana geologi yang
disebabkan oelh erupsi gunung api yaitu:
Faktor yang
Mempengaruhi
Pengetahuan
1. Pendidikan
2. Informasi
Kesiapsiagaan Penangulangan
Pengetahuan
Bencana
Faktor yang
Mempengaruhi
kesiapsiagaan Perawat
menangulangu
Bencana:
1. Pengetahuan.
2. Sikap.
3. Institusi
Kesehatan.
Keterangan :
: yang diteliti
2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kesiapan Perawat Dalam Menangulangi Bencana
Letusan Gunung.
G. Hipotesa.
Hipotesa dalam penelitian ini yaitu terdapat Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang
Penanggulangan Bencana Dengan Kesiapan Perawat Dalam Menangulangi Bencana Letusan
Gunung Kelud di Malang Barat.
. http://repository.ump.ac.id/829/