Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

POSTPARTUM FISIOLOGIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi


Departemen Maternitas di Puskesmas Gondanglegi

Oleh:

Werru Andi Suprianu


NIM.180070300011031
KELOMPOK II

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
A. DEFINISI
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota
keluarga baru.Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Ambarwati, 2008).
Periode postnatalmengacu pada waktusetelahmelahirkan, dimana
beradaptasifisiologibayidanrisiko terhadapibuperdarahan
postpartumdanmorbiditasyang signifikanlainnyayangtertinggi. Periode
postnatalmeliputi24 jam pertamasejak lahir. Biasanya, padaakhir periode
inidikaitkandenganpelaksanaanintervensiseperti promosikontrasepsidanimunisasi bayi,
meskipun beberapametode kontrasepsi, seperti metodeamenorealaktasi, IUD,
vasektomidan sterilisasiperempuan, harus didiskusikanbahkan sebelummelahirkan,
dan beberapaimunisasi, seperti yangterhadap hepatitisBdantuberkulosis (BCG), dapat
diberikansaat lahir (Hacker, 2009).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis
baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Masa
neonatus merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi, 2/3 kematian bayi terjadi dalam
4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bbl terjadi dalam waktu 7 hari setelah
lahir. Dengan pemantauan dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas dapat
mencegah kematian dini(Ambarwati, 2008).
Asuhan keperawatan pada masa postpartum dibagi atas tiga periode, yaitu
(Mitayani, 2009):
1. Immediate postpartum, adalah masa 24 jam postpartum
2. Early postpartum, adalah masa pada minggu pertama postpartum
3. Late Postpartum, adalah masa pada minggu kedua sampai dengan minggu
keenam postpartum
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas yaitu 6-8
minggu. Nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu:
1. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan
2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital
3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,
terutama bila selama hami atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu
untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan, atau tahun.
B. PERAWATAN DIRI IBU NIFAS
1) Perawatan vulva atau perineum
Perineum yang dilalui seorang bayi umumnya mengalami
peregangan, lebam, dan trauma. Akibat normalnya bisa terasa ringan, bisa
juga tidak. Rasa sakit pada perineum akan semakin parah jika perineum
robek atau disayat pisau bedah. Seperti semua luka baru, area episiotomy
atau luka sayatan membutuhkan waktu untuk sembuh selama 7-10 hari.
Rasa nyeri saja selama masa ini tidak menunjukkan adanya infeksi, kecuali
jika nyeri sangat parah.
Tujuan perawatan vulva atau perineum adalah untuk menjaga
kebersihan dan mencegah terjadinya infeksi. Rasa nyeri dan tidak nyaman di
daerah perineum dapat diatasi dengan menggunakan kompres dingin pada
area perineum setiap 2 jam sekali selama 24 jam pertama sesudah
melahirkan. Kompres hangatm duduk di dalam air hangat atau menggunakan
lampu pemanas selama 20 menit, 3x sehari juga dapat digunakan untuk
meredakan ketidaknyamanan. Menghindari tekanan di area perineum
dengan berbaring miring dan menghindari posisi duduk atau berdiri yang
lama juga membantu mengatasi ketidaknyamanan perineum. Sering
melakukan latihan kegel sesudah melahirkan akan merangsang peredaran
darah di daerah perineum, mempercepat penyembuhan dan meningkatkan
kebugaran otot.
Menurut Danuatmaja (2003) cara melakukan perawatan perineum
atau vulva yaitu dengan mengganti pembalut yang bersih setiap 4-6 jam.
Setelah ibu selesai BAK atau BAB, ibu dapat mengalirkan atau membilas
area perineum dengan air hangat atau cairan antiseptic, kemudian
mengeringkannya dengan kain pembalut atau handuk dengan cara diteepuk-
tepuk tetap dari arah muka ke belakang.
2) Mobilisasi
Mobilisasi yang dilakukan sangat bervariasi tergantung pada
komplikasi persalinan, nifas, atau sembuhnya luka. Jika tidak ada kelainan,
mobilisasi dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu 2 jam setelah persalinan
normal. Ini berguna untuk memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan
cairan vagina (lochea). Mobilisasi haruslah dilakukan bertahap, yaitu dimulai
dengan gerakan miring ke kanan dank e kiri, lalu menggerakkan kaki.
Selanjutnya ibu dapat mencoba untuk duduk di tepi tempat tidur kemudian ibu
bisa turun dari ranjang.
3) Diet
Ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan sehat seperti saat
hamil. Pedoman umum yang baik adalah 4 porsi setiap hari dari 4 kelompok
makanan dasr yaitu makanan harian, daging dan makanan yang
mengandung protein, buah dan sayuran, roti dan biji-bijian. Ibu yang
menyusui perlu mengkonsumsi protein, mineral dan cairan ekstra. Makanan
ini juga bisa diperoleh dengan susu rendah lemak dalam dietnya setiap hari.
Ibu juga dianjurkan untuk mengkonsumsi multivitamin dan suplemen zat besi.
Saat menyusui kebutuhan nutrisi meningkat 25% yaitu untuk produksi
ASi dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat 3x dari biasanya.
Penambahan kalori pada ibu menyusui sebanyak 500 kkal tiap hari.
4) Eliminasi Urin
Kebanyakan wanita mengalami sulit BAK selama 24 jam pertama
setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena kandung kemih mengalami trauma
atau lebam selama melahirkan akibat tertekan oleh janin sehingga ketika
sudah penuh tidak mampu untuk mengirim pesan agar mengosongkan isinya.
Nyeri pada perineum bisa menyebabkan rasa kejang pada uretra sehingga
BAK menjadi sulit. Edema perineum juga bisa mengganggu BAK.
Hal tersebut dapat diatasi dengan memperbanyak minum, bangun
dari tempat tidur dan berjalan segera setelah melahirkan akan membantu
mengosongkan kandung kemih. Tetapi sebaliknya, setelah seminggu
persalinan, umumnya wanita sering BAK dalam jumlah banyak. Ini terjadi
karena cairan tubuh yang berlebih akibat kehamilan mulai dikeluarkan. Hal ini
dapat diatasi dengan latihan kegel yang dapat membantu mengembalikan
kebugaran otot dan kendali terhadap aliran air kemih.
5) Defekasi
Menurut Mochtar (1998) pola defekasi atau BAB harus dilakukan 3-4
hari setelah melahirkan. Tetapi hal ini terkadang masih sulit dilakukan karena
kebanyakan penderita mengalami obstipasi setelah melahirkan. Hal ini
disebabkan karena sewaktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan
yang menyebabkan kolon menjadi kosong, selain itu mempengaruhi
peristaltic usus. Fungsi defekasi dapat diatasi dengan makan makanan yang
dapat merangsang gerakan usus besar seperti buah dan sayuran. Gerakan
usu juga akan aktif dengan melakukan mobilisasi dini seperti bangun dari
tempat tidur ataupun jalan-jalan.
6) Perawatan Payudara
Untuk 24-72 jam pertama sesudah melahirkan, payudara akan
mengeluarkan kolostrum, yaitu suatu cairan kuning jernih yang merupakan
susu pertama untuk bayi. air susu yang lebih matang akan muncul antara hari
ke-2 sampai ke-5. Pada saat ini payudara akan membesar (penuh, keras,
panas, dan nyeri) yang dpaat menimbulkan kesulitan dalam menyusui.
Menyusui dengan interval waktu yang sering akan dapat mencegah
pembengkakan payudara atau membantu meredakannya.
Bagi ibu yang menyusui bayinya, perawatan putting susu merupakan
suatau hal yang amat penting. Payudara harus dibersihkan dengan teliti
setiap hari selama mandi dan sekali lagi ketika hendak menyusui. Hal ini
akan mengangkat kolostrum yang kering atau sisa susu dan membantu
mencegah akumulasi dan msuknya bakteri bak ke putting susu maupun ke
mulut bayi.
7) Pemeriksaan setelah persalinan
Pemeriksaan fisik yang umum mencakup pemeriksaan panggul yang
dilakukan untuk menilai pemulihan. Pada kunjungan ini juga dilakukan
pemeriksaan umum (TD, nadi, keluhan, dsb). Keadaan umum (suhu badan,
selera makan, dsb). Payudara (ASI, putting susu), dinding perut, perineum,
kandung kemih, rectum, serta secret yang keliar, seperti lokchea, fluor albus
dan keadaan alat-alat kandungan.

C. TUJUAN PERAWATAN MASA NIFAS

Dalam masa nifas ini ibu memerlukan perawatan dan pengawasan yang
dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari rumah
sakit.Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah:
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.
2. Memulihkan kesehatan umum penderita
a. Menyediakan makanan sesuai kebutuhan
b. Mengatasi anemia
c. Mencegah infeksi dengan memberikan kebersihan dan sterilisasi
d. Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk
memperlancar peredaran darah
3. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
4. Mencegah infeksi dan komplikasi
5. Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI)
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan
bayi sehat. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai
masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal
6. Untuk mendapatkan kesehatan emosi (Bahiyatun, 2009).

D. KEBIJAKAN PROGRAM NASIONAL MASA NIFAS


Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali
melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan
kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan
ibu nifas maupun bayinya.
KUNJUNGAN WAKTU ASUHAN
KE-1 6-8 jam Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena
postpartum atonia uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain
perdarahan serta melakukan rujukan bila
perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga
tentang cara mencegah perdarahan yang
disebabkan atonia uteri.
Pemberian ASI awal.
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara
ibu dan bayi baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan
hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan,
maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2
jam pertama setelah kelahiran atau sampai
keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan
baik.
KE-2 6 hari Memastikan involusi uterus barjalan dengan
postpartum normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi
fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan
perdarahan
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi
dan cukup cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar
serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi
baru lahir
KE-3 2 minggu Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan
postpartum asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari
post partum.
KE-4 6 minggu Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu
postpartum selama masa nifas.
Memberikan konseling KB secara dini.
(Suhermi, 2007).

E. PERUBAHAN FISIK PADA MASA NIFAS


Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat fisiologis
yang meliputi perubahan fisik dan psikologik, yaitu:
1. Perubahan Fisik
a. Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat
kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga
mencapai keadaan seperti sebelum hamil (Hacker, 2009).
Proses involusi terjadi karena adanya:
 Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh
karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi
lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu
masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula.
Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian
dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing
setelah melahirkan (Hanifa, 2007).
 Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot
setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang
pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk
mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan
retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang
mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran
jaringan otot menjadi lebih kecil (Hanifa, 2007).
 Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi
pada jaringan otot uterus (Hanifa, 2007).
Involusi pada alat kandungan meliputi:
1) Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena
kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Perubahan uterus setelah
melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Diameter Bekas
Berat Keadaan
Involusi TFU Melekat
Uterus Cervix
Plasenta

Setelah Lembek
Sepusat 1000 gr 12,5 cm
plasenta lahir

Pertengahan Dapat dilalui 2


1 minggu 500 gr 7,5 cm
pusat symphisis jari

Dapat dimasuki
2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm
1 jari

Sebesar hamil 2
6 minggu 50 gr 2,5 cm
minggu

8 minggu Normal 30 gr

(Hanifa, 2007).
2) Involusi tempat plasenta
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh
darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta
tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan
pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini
tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka (Hanifa,
2007).
3) Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang
besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah
yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas (Hanifa,
2007).
4) Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh
2 jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena
hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi
sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun
mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai
nampak kembali (Hanifa, 2007).

b. After pains/ Rasa sakit (meriang atau mules-mules)


Disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca
persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu
mengganggu analgesik (Hanifa, 2007).
c. Lochea
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam
masa nifas. Lochea bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah
menstruasi. Lochea ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak
busuk.Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu
lochea rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa,
rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai
hari ketiga (Hanifa, 2007; Hacker, 2009).
1) Lochea rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik
caseosa, lanugo, mekonium. Selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3–7 pasca persalinan.
3) Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4 pasca
persalinan.
4) Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
5) Lochea purulenta
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
6) Lacheostatis
Lochea tidak lancar keluarnya.
d. Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama,
biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang
meregang pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan
pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena
ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan
latihan-latihan pasca persalinan(Hanifa, 2007).
e. Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi
penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah
uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan diuresis yang menyebabkan
volume plasma menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi
pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien mengalami
sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi retensi cairan
sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama
kehamilan(Hanifa, 2007).
f. Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah
dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi pada
hari pertama post partum (Suhermi, 2007).
g. Sistem Hormonal
1) Oxitoxin
Oxitoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada
otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin
menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk
kestabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta
dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui
bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini
membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah
placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan hormon laktogen
placenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologis
pada ibu nifas(Hanifa, 2007).

2) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh
glandula hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan
merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar prolaktin
terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang
tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum
dan penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior
untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan
progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf,
ovulasi dan menstruasi ((Hanifa, 2007; Mitayani, 2009).

3) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air
susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok, makanan yang terbaik
dan bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja
melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang
pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang
pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah
plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi(Hanifa,
2007).
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang
pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan
oleh rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju
ke hypofise dan menghasilkan oxitocin yang menyebabkan buah dada
mengeluarkan air susunya (Suherni, 2007).
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan
nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae
dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu.Air susu ibu kurang lebih
mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %, garam 0,1 – 0,2 %
(Hacker, 2009).
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan.
Banyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta
makanan yang dikonsumsi ibu(Hanifa, 2007).

h. Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal
Tanda- Tekanan darah < 140 / 90 mmHg, Tekanan darah > 140 / 90
tanda vital mungkin bisa naik dari tingkat disaat mmHg
persalinan 1 – 3 hari post partum.
Suhu tubuh < 38 0 C
Denyut nadi: 60-100 X / menit Suhu > 380 C
Denyut nadi: > 100 X / menit
(Ambarwati, 2008).
Vital Sign sebelum kelahiran bayi :
Suhu :
 saat partus lebih 37,20C
 sesudah partus naik 0,50C
 12 jam pertama suhu kembali normal
Nadi :
 60 – 80 x/mnt
 ·Segera setelah partus bradikardi
Tekanan darah :TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan, hal ini
akan normal kembali dalam waktu 1 jam(Bahiyatun, 2009).
Vital sign setelah kelahiran anak :
1) Temperatur : Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 380C
(100,40F) disebabkan oleh efek dehidrasi dari persalinan.
2) Kerja otot yang berlebihan selama kala II dan fluktuasi hormon setelah 24
jam wanita keluar dari febris.
3) Nadi : Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc output. Nadi naik
pada jam pertama. Dalam 8 – 10 minggu setelah kelahiran anak, harus
turun ke rata-rata sebelum hamil.
4) Pernapasan : Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal wanita sebelum
persalinan.
5) Tekanan darah : Tekanan darah berubah rendah semua, ortistatik
hipotensi adalah indikasi merasa pusing atau pusingtiba-tiba setelah
terbangun, dapat terjadi 48 jam pertama (Bahiyatun, 2009).

Penyimpangan dari kondisi dan penyebab masalah :


1) Diagnosa sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada maternal suhu
menjadi 380C
2) Kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah mungkin indikasi
hipovolemik akibat perdarahan.
3) Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasanya karena tingginya
sub arachnoid (spinal) blok.
4) Tekanan darah rendah mungkin karena refleksi dari hipovolemik sekunder
dari perdarahan (Suhermi, 2007).

F. PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA MASA NIFAS


Perubahan psikologi masa nifas terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu:
1. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi
interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat
dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal
yang romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan
menciptakan hubungan yang baru.
2. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai
keterampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada
pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air
besar.
3. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil
tanggung jawab terhadap bayi (Nirwana, 2011).
Baby Blues Syndrome
Pasca melahirkan adalah periode dimana ibu menjalani hari yang
melelahkan. Kelelahan ini terkait dengan keadaan sang bayi maupun perubahan
kondisi fisik dan psikis ibu, dan hal ini dapat memicu perasaan tertekan (stres).
Banyak ibu baru melahirkan mengalami depresi pasca persalinan atau lebih dikenal
sebagai baby blues syndrome(Murtiningsih, 2012).
Baby blues syndrome atau sering disebut juga dengan istilah maternity blues
atau post partum blues adalah gangguan emosi ringan yang biasanya terjadi dalam
kurun waktu 2 minggu atau 14 hari setelah ibu melahirkan. Banyak faktor yang bisa
menyebabkan baby blue syndrome, yaitu : dari ibu, bayi yang di lahirkan dan
lingkungan sekitar. Ketidakseimbangan hormonal, hormon thyroid, perubahan gaya
hidup juga dilaporkan sebagai faktor yang menyebabkan baby blue
syndrome(Nirwana, 2011).
Baby blues ditandai perasaan sedih, seperti menangis, perasaan kesepian
atu menolak bayi, cemas, bingung, lelah, merasa gagal dan tidak bisa tidur. Baby
blues relatif ringan dan biasanya berlangsung 2 minggu. Perbedaan dengan
syndrome of postpartum distress adalah pada frekuensi, intensitas dan lamanya
durasi gejala. Dalam postpartum depression, gejala yang lebih sering, lebih intens
dan lebih lama (Murtiningsih, 2012).
Seseorang terdiagnosis Baby Blues Syndrome apabila terlihat secara
psikologis kejiwaannya seperti di bawah ini.
a. Dipenuhi oleh perasaan kesedihan dan depresi disertai dengan menangis
tanpa sebab
b. Mudah kesal, gampang tersinggung dan tidak sabaran
c. Tidak memiliki tenaga atau sedikit saja
d. Cemas, merasa bersalah dan tidak berharga
e. Menjadi tidak tertarik dengan bayi anda atau menjadi terlalu memperhatikan
dan kuatir terhadap bayinya
f. Tidak percaya diri
g. Sulit beristirahat dengan tenang bias juga tidur lebih lama
h. Peningkatan berat badan yang disertai dengan makan berlebihan
i. Penurunan berat badan yang disertai tidak mau makan
j. Perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya (Murtiningsih, 2012).

Jika pasien mengalaminya lebih dari 2 minggu, bisa jadi pasien mengalami
Post partum Depression. Apabila gejala diatas tidak disadari dan lama kelamaan
tekanan atau stres yang dirasakan semakin kuat atau semakin besar maka
penderita akan mengalami depresi pasca melahirkan yang berat (Nirwana, 2011).
Berikut adalah perbedaan gejala klinis dari Baby blue syndrome, Postpartum
Deppression dan Postpartum Psychotic

Tabel 1.1 Perbedaan Gejala Kinis dari Baby Blue Syndrome, Postpartum Deppression dan
Postpartum Psychotic
Baby Blue Syndrome Postpartum Deppression Postpartum Psychotic
 Terjadi pada 30-75% ibu  Terjadi pada 10-15% ibu  Terjadi pada 0,1-0,2%
melahirkan melahirkan ibu melahirkan
 Gangguan suasana hati  Gangguan suasana hati  Depresi dengan
& pikiran (Mood) & pikiran, dengan gangguan mood
 Munculnya rasa sedih perasaan tertekan yang  Khayalan yang kacau
 Murung, gelisah, tidak merata (bayi cacat/ meninggal,
nyaman  Mudah/sering menangis mengingkari kelahiran,
 Kebingungan yang  Hampir selalu sulit tidur menganggap dirinya
subjektif  Terjadi antara 3-6 bulan belum menikah,
 Menjadi mudah/ sering setelah melahirkan, perawan, terus
menangis biasanya 12 minggu menerus meragukan
 Kadang sulit tidur  Berlangsung selama keyakinan diri, mudah
 Terjadi 3-5 hari setelah beberapa bulan, bila terpengaruh,
melahirkan tidak mendapatkan memberontak)
 Berlangsung selama perawatan bisa  Mengeluh letih, tidak
beberapa hari sampai mencapai beberapa bisa tidur, gelisah,
beberapa minggu tahun menangis, emosi tidak
 Tanpa pemicu khusus  Pemicu utama terjadi bila terkendali, curiga,

 Tidak dipengaruhi tidak mendapatkan bingung, bukan dirinya

kondisi sosial budaya dukungan dari suami sendiri, kata-kata

dan tingkat ekonomi dan/atau anggota menyakitkan, obsesi

 Bisa terjadi pada orang keluarga pada kesehatan bayi.

yang tidak pernah dan  Sangat dipengaruhi  Mengeluh tidak bisa

berasal dari anggota kondisi sosial budaya berdiri, tidak bisa

keluarganya yang tidak dan tingkat ekonomi berjalan/bergerak

pernah mengalami  Sangat erat  Terjadi beberapa hari,


penyimpangan mood hubungannya dengan rata-rata 2-3 minggu

 Tidak berpikir ingin pengalaman setelah kelahiran,

bunuh diri penyimpangan mood hampir selalu dalam

 Jarang ada yang berpikir yang pernah/sedang kurun 8 minggu

ingin menyakiti sang dialami. Bisa terjadi pada  50% berasal dari

bayi ibu yang anggota keluarga yang pernah

 Hampir tidak pernah keluarga lainnya pernah mengalami

merasa bersalah dan mengalami penyimpangan mood

tidak berdaya. penyimpangan mood.  Ingin bunuh diri atau

 Bisa kembali normal  Kadang berpikir ingin membunuh sang bayi.

dengan sendirinya bila bunuh diri. Bisa merasa ada suara-

dukungan dan bantuan  Sering berpikir ingin suara yang

anggota keluarga lain menyakiti sang bayi menyuruhnya bunuh diri

bisa membuat sang ibu  Sering merasa atau membunuh sang

baru tersebut tenang berlebihan merasa bayi


bersalah dan tidak  Dari populasi penderita,
berdaya 5% bunuh diri, 4 %
 Perlu mendapatkan membunuh bayinya,
bantuan dan treatment 67% mengalami
kejadian kedua kali
penyimpangan
emosional (affective
disorder) sepanjang
tahun
 Proses kelahiran
menjadi salah satu
ketegangan yang
berkembang menjadi
penyimpangan mood
yang hebat
 Harus mendapatkan
bantuan, pengawasan
dan treatment

(Nirwana, 2011).

Tabel 1.2 Perbedaan antara Baby Blues Syndrome dengan Post Partum Depression
Karakteristik Baby Blues Syndrome Post Patum Depression
Insiden 30-75% pada ibu yang 10-15% pada ibu yang melahirkan
melahirkan
Onset 3-5 hari setelah melahirkan 3-6 bulan setelah melahirkan
Durasi Hari sampai minggu Minggu sampai bulanan jika tidak
mendapat perawatan
Stressor yang Tidak ada hubungan Ada terutama kurang nya dukungan
berhubungan
Pengaruh Sosial dan Tidak ada hubungan Ada hubungan yang kuat
Budaya
Riwayat Keluarga Tidak ada hubungan Ada hubungan yang kuat
Mood Disorder
Rasa Sedih ya ya
Mood Lability ya Sering pada awalnya kemudian
depresi secara bertahap
Anhedonia Tidak Sering
Gangguan tidur Kadang-kadang Sering
Keinginan untuk Tidak ada Kadang-kadang
bunuh diri
Keinginan untuk Jarang Sering
menyakiti bayi
Adanya Perasaan Tidak ada dan jika ada Sering dan biasanya berat
bersalah dan biasanya ringan
ketidakmampuan
(Murtiningsih, 2012).

G. INTERVENSI PADA MASA NIFAS

Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk


pemulihan kondisinyasetelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana
perawatan post partum meliputi:
1. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan, ibu harus istirahat tidur telentang
selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk
mencegah terjadinya trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua
diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima
sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas memiliki variasi tergantung
pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka (Ambarwati,
2008).
Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran
lochia, mengurangi infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan,
melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan
kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan
pengeluaran sisa metabolisme (Ambarwati, 2008).
2. Rawat Gabung
Rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan anak bersama-
sama pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-
waktu, setiap saat ibu dapat menyusui anaknya. Rawat gabung adalah satu
cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan,
melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-
sama selama 24 jam penuh seharinya (Suherni, 2007).
Ada dua jenis rawat gabung :
a. RG kontinu : bayi tetap berada disamping ibu selama 24 jam
b. RG parsial : ibu dan bayi bersama - sama hanya dalam beberapa jam
seharinya. Misalnya pagi bersama ibu sementara malam hari dirawat di
kamar bayi.Rawat gabung parsial saat ini tidak dibenarkan dan tidak
dipakai lagi (Suherni, 2007).
Tujuan rawat gabung
a. Memberikan bantuan emosional
1) Ibu dapat memberikan kasi sayang sepenuhnya kepada bayi
2) Memberikan kesempatan kepada ibu dan keluarga untuk
mendapatkan pengalaman dalam merawat bayi
b. Penggunaan ASI
Agar bayi dapat sesegera mungkin mendapatkan kolostrum/ASI
Produksi ASI akan makin cepat dan banyak jika diberikan sesering
mungkin
c. Pencegahan infeksi
mencegah terjadinya infeksi silang
d. Pendidikan kesehatan
Dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada ibu
e. Memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada bayi(Suherni,
2007).
Manfaat rawat gabung
a. Bagi ibu
1) Aspek psikologi
a) Antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat (early infant-
mother bonding) dan lebih akrab akibat sentuhan badan antara
ibu dan bayi
b) Dapat memberikan kesempatan pada ibu untuk belajar merawat
bayinya
c) Memberikan rasa percaya kepada ibu untuk merawat bayinya.
Ibu dapat memberikan ASI kapan saja bayi membutuhkan,
sehingga akan memberikan rasa kepuasan pada ibu bahwa ia
dapat berfungsi dengan baik sebagaimana seorang ibu
memenuhi kebituhan nutrisi bagi bayinya. Ibu juga akan merasa
sangat dibutuhkan oleh bayinya dan tidak dapat digantikan oleh
orang lain. Hal ini akan memperlancar produksi ASI (Suherni,
2007).
2) Aspek fisik
a) Involusi uteri akan terjadi dengan baik karena dengan menyusui
akan terjadi kontraksi rahim yang baik
b) Ibu dapat merawat sendiri bayinya sehingga dapat mempercepat
mobilisasi
b. Bagi bayi
1) Aspek psikologi
a) Sentuhan badan antara ibu dan bayi akan berpengaruh terhadap
perkembangan pskologi bayi selanjutnya, karena kehangatan
tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan
oleh bayi.
b) Bayi akan mendapatkan rasa aman dan terlindung, dan ini
merupakan dasar bagi terbentuknya rasa percaya pada diri
anak(Suherni, 2007).
2) Aspek fisik
a) Bayi segera mendapatkan colostrum atau ASI jolong yang dapat
memberikan kekebalan/antibodi
b) Bayi segera mendapatkan makanan sesuai pertumbuhannya
c) Kemungkinan terjadi infeksi nosokomial kecil
d) Bahaya aspirasi akibat susu botol dapat berkurang
e) Penyakit sariawan pada bayi dapat dihindari/dikurangi
f) Alergi terhadap susu buatan berkurang(Suherni, 2007).
Sasaran dan syarat
a. Bayi lahir dengan spontan, baik presentasi kepala atau bokong
b. Jika bayi lahir dengan tindakan maka rawat gabung dapat dilakukan
setelah bayi cukup sehat, reflek hisap baik, tidak ada tanda-tanda infeksi,
dsb.
c. Bayi yang lahir dengan Sectio Cesarea dengan anestesi umum, RG
dilakukan segera stelah ibu dan bayi sadar penuh (bayi tidak
ngantuk)misalnya 4-6 jam setelah operasi.
d. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai apgar minimal 7)
e. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih
f. Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih
g. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum
h. Bayi dan ibu sehat(Suherni, 2007).

Kontra indikasi
Rawat gabung tidak dianjurkan pada keadaan :
a. Ibu
 Penyakit jantung derajat III
 Pasca eklamsi
 Penyakit infeksi akut, TBC
 Hepatitis, terinfeksi HIV, sitimegalovirus, herpes simplek
 Karsinoma payudara
b. Bayi
 Bayi kejang
 Sakit berat pada jantung
 Bayi yang memerlukan pengawasan intensif
 Catat bawaan sehingga tidak mampu menyusu(Suherni, 2007).
Persyaratan rawat gabung yang ideal
a. Bayi
 Ranjang bayi tersendiri yang mudah terjangkau dan dilihat oleh ibu
 Bagi yang memerlukan tersedia rak bayi
 Ukuran tempat tidur anak 40 x 60 cm
b. Ibu
 Ukuran tempat tidur 90 x 200 cm
 Tinggi 90 cm
c. Ruang
 Ukuran ruang untuk satu tempat tidur 1,5 x 3 m
 Ruang dekat dengan ruang petugas (bagi yang masih memerlukan
perawatan)
d. Sarana
 Lemari pakaian
 Tempat mandi bayi dan perlengkapannya
 Tempat cuci tangan ibu
 Setiap kamar mempunyai kamar mandi ibu sendiri
 Ada sarana penghubung
 Petunjuk/sarana perawatan payudara, bayi dan nifas, pemberian
makanan pada bayi dengan bahasa yang sederhana
 Perlengkapan perawatan bayi
e. Petugas
- Rasio petugas dengan pasien 1 : 6
- Mempunyai kemampuan dan ketrampilan dalam pelaksanaan
RG(Suherni, 2007).
Model pengaturan ruangan rawat gabung
a. Satu kamar dengan satu ibu dan anaknya
b. Empat sampai lima orang ibu dalam 1 kamar dengan bayi pada kamar
yang lain bersebelahan dan bayi dapat diambil tanpa ibu harus
meninggalkan tempat tidurnya
c. Beberapa ibu dalam 1 kamar dan bayi dipisahkan dalam 1 ruangan kaca
yang kedap udara
d. Model dimana ibu dan bayi tidur di atas tempat tidur yang sama
e. Bayi di tempat tidur yang letaknya disamping ibu(Suherni, 2007).

3. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain
adalah kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
a. Fisik: tekanan darah, nadi dan suhu
b. Fundus uteri: tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
c. Payudara: puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
d. Patrun lochia: Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia
alba
e. Luka jahitan episiotomi: Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-
tanda infeksi (Mitayani, 2009).
5. Edukasi yang diberikan saat pulang
a. Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada
pemulihan kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus
mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan, sayuran
dan buah-buahan (Mitayani, 2009).
b. Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara
tidak tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak
akan mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap,
sehingga lochia tidak menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa
pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat
buang air kecil ataupun setiap buang air besar (Mitayani, 2009).
c. Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan
untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum maupun
didalam uterus. Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari
sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau buang air besar dan bila
klien merasa tidak nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa
nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan dan
setelah BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap kali basah atau
setelah BAB atau BAK, setiap kali cebok memakai sabun dan luka bisa
diberi betadin (Mitayani, 2009).
d. Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam
post partum. Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra
mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus
spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita
sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi (Mitayani, 2009).
e. Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum
terjadi dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans
per oral atau perektal atau bila belum berhasil lakukan klisma (Mitayani,
2009).
f. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting
susu lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui
bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu mau menyusui bayinya karena
sangat berguna untuk kesehatan bayi.Dan segera setelah lahir ibu
sebaiknya menyusui bayinya karena dapat membantu proses involusi
serta colostrum yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi (Mitayani,
2009).
g. Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan
bersifat individu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6
bulan (Mitayani, 2009).
h. Cuti Hamil dan Bersalin
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti
hamil dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2
bulan setelah melahirkan (Mitayani, 2009).
i. Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk
membicarakan metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan
kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum
haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru. Pada umumnya
metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan (Mitayani, 2009)

H. TANDA BAHAYA NIFAS


1. Perdarahan vagina yang keluar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak
2. Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
3. Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
4. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati atau masalah pengelihatan
5. Pembengkakan di wajah atau di tangan
6. Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil (BAK)
7. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, atau terasa sakit
8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
9. Rasa sakit, merah, lunak, atau pembengkakan di kaki
10. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau dirinya sendiri

Dalam sumber lain juga disebutkan beberapa tanda bahaya nifas, diantaranya:
1. Perdarahan Pervagina
a. perdarahan ≥ 500 cc pasca salin dalam 24 jam
b. setelah anak dan plasenta lahir
 perkiraan pendarahan  kadang bercampur amnion, urine, darah.
 akibat kehilangan darah bervariasi  anemi
 perdarahan dapat terjadi lambat  waspada terhadap shock
2. Infeksi Nifas
Semua peradangan yang disebabkan masuknya kuman ke dalam alat–alat genital pada
waktu persalinan dan nifas. Faktor predisposisi infeksi nifas:
 partus lama
 tindakan operasi persalinan
 tertinggalnya plasenta, selaput ketuban, bekuan darah
 pendarahan antepartum dan post partum
 anemia
 ibu hamil dengan infeksi (endogen)
 manipulasi penolong (eksogen)
 infeksi nosokomial
 bakteri colli
3. Demam nifas / febris purpuralis
Kenaikan suhu tubuh ≥ 38 c selama 2 hari dan pada 10 hari pertama pp dengan
mengecualikan hari 1 (pengukuran suhu 4x / 24 jam oral/rektal). Faktor predisposisi:
 pertolongan persalinan kurang steril
 partus lama / kasep
 malnutrisi
 anemi
4. Rasa Sakit Waktu Berkemih
Gejala sistitis:
 kencing sakit
 nyeri tekan diatas simpisis
5. Mastitis
Peradangan pada mamae, kuman masuk melalui luka pada putting susu
 suhu > 38 c
 terjadi minggu ke 2 pp
 bengkak keras, kemerahan, nyeri tekan
6. Tromboflebitis / Flegmasia Alba Dolens
Inflamasi vena femoralis dengan pembentukan pembekuan darah
 odem pada paha bagian atas dan tungkai
 nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha serta pada betis
 suhu badan meningkat, menggigil

Anda mungkin juga menyukai