9. Kondisi kronis merupakan kondisi sulit yang dapat meningkatkan isu etik bagi pasien, tenaga
kesehatan dan sosial
10.Hidup dengan penyakit kronis seperti hidup dengan ketidaktentuan
B. KONSEP STROKE
I. Definisi Stroke
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat menimbulkan
Secara umum, stroke digunakan sebagai sinonim Cerebro Vascular Disease (CVD)
dan kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPDI) mengistilahkan stroke sebagai
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang dikenal
sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang memiliki jumlah
neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara berbagi neuron berbeda-beda.
Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar 2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh
total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam darah
Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar 15% dari
darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi normal. Otak mendapat
darah dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis interna yang terdiri dari arteri karotis
(kanan dan kiri), yang menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi
arteri serebrum anterior. Yang kedua adalah vertebrobasiler, yang memasok darah ke
bagian belakang otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior. Selanjutnya
sirkulasi arteri serebrum anterior bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum posterior
Ada dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi. Fungsi-fungsi dari
otak adalah otak merupakan pusat gerakan atau motorik, sebagai pusat sensibilitas, sebagai
area broca atau pusat bicara motorik, sebagai area wernicke atau pusat bicara sensoris,
sebagai area visuosensoris, dan otak kecil yang berfungsi sebagai pusat koordinasi serta
batang otak yang merupakan tempat jalan serabut-serabut saraf ke target organ
Jika terjadi kerusakan gangguan otak maka akan mengakibatkan kelumpuhan pada
anggota gerak, gangguan bicara, serta gangguan dalam pengaturan nafas dan tekanan
Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan
(RIND)
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari
b. Berdasarkan Kausal:
i. Stroke Trombotik
otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh
darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat
kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan pada
pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah
arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator
penyakit aterosklerosis.
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak
bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat gangguan
ii. Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan (disfasia) bila
iii. Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis kontralateral) dan
i. Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang lebih ringan. Bila
iv. Gejala-gejala sereblum seperti gemetar pada tangan (tremor), kepala berputar
(vertigo).
lengkap (strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan daya ingat
kurangnya daya gerak mata, kebutaan setengah lapang pandang pada belahan
i. Koma
kemampuannya untuk mengerti bicara orang lain tetap baik. Aphasia sensorik
Dibedakan dari Dyslexia (yang memang ada secara kongenital), yaitu Verbal
iii. Agraphia adalah hilangnya kemampuan menulis akibat adanya kerusakan otak.
iv. Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal angka setelah
Kelainan ini sering bersamaan dengan Agnosia jari (dapat dilihat dari disuruh
menyebutkan nama jari yang disentuh sementara penderita tidak boleh melihat
jarinya).
vi. Hemi spatial neglect (Viso spatial agnosia) adalah hilangnya kemampuan
vii. Syndrome Lobus Frontal, ini berhubungan dengan tingkah laku akibat
kerusakan pada kortex motor dan premotor dari hemisphere dominan yang
viii.Amnesia adalah gangguan mengingat yang dapat terjadi pada trauma capitis,
infeksi virus, stroke, anoxia dan pasca operasi pengangkatan massa di otak.
kemampuan.
a. Penemuan Klinis
i. Anamnesis
b. Pemeriksaan tambahan/Laboratorium
i. Pemeriksaan Neuro-Radiologik
tentang pembuluh darah yang terganggu, atau bila scan tak jelas. Pemeriksaan
(Hb, hematokrit, leukosit, eritrosit), hitung jenis dan bila perlu gambaran
(EKG).
V. Stroke Hemoragik
pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma.
Perdarahan ini banyak disebabkan oleh hipertensi, selain itu faktor penyebab
(50%), pecahnya malformasi arteriovena atau MAV (5%), berasal dari PIS (20%)
c. Perdarahan Subdural
Gejala yang sering djumpai pada perdarahan intraserebral adalah: nyeri kepala
berat, mual, muntah dan adanya darah di rongga subarakhnoid pada pemeriksaan
pungsi lumbal merupakan gejala penyerta yang khas. Serangan sering kali di siang
hari, waktu beraktivitas dan saat emosi/marah. Kesadaran biasanya menurun dan
cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara 1/2-2 jam,
Pada penderita PSA dijumpai gejala: nyeri kepala yang hebat, nyeri di leher dan
dengan pemeriksaan kaku kuduk, Lasegue dan Kernig untuk mengetahui kondisi
rangsangan selaput otak, jika terasa nyeri maka telah terjadi gangguan pada fungsi
saraf. Pada gangguan fungsi saraf otonom terjadi demam setelah 24 jam. Bila
berat, maka terjadi ulkus pepticum karena pemberian obat antimuntah disertai
peningkatan kadar gula darah, glukosuria, albuminuria, dan perubahan pada EKG.
Pada penderita perdarahan subdural akan dijumpai gejala: nyeri kepala, tajam
penglihatan mundur akibat edema papil yang terjadi, tanda-tanda defisit neurologik
daerah otak yang tertekan. Gejala ini timbul berminggu-minggu hingga berbulan-
Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda-tanda klinis dari hasil pemeriksaan.
cerebral.
c. Perdarahan Subdural
posterior dengan sisi daerah trauma. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan CT-
i. Usia
Risiko terkena stroke meningkat sejak usia 45 tahun. Setiap penambahan usia
semua stroke, orang yang berusia lebih dari 65 tahun memiliki risiko paling
tinggi yaitu 71%, sedangkan 25% terjadi pada orang yang berusia 65-45 tahun,
Menurut penelitian Siregar F (2002) di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan
desain case control, umur berpengaruh terhadap terjadinya stroke dimana pada
kelompok umur ≥45 tahun risiko terkena stroke dengan OR: 9,451 kali
Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke dari pada orang kulit putih.
Hal ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan gaya hidup. 3 Pada tahun
2004 di Amerika terdapat penderita stroke pada laki-laki yang berkulit putih
sebesar 37,1% dan yang berkulit hitam sebesar 62,9% sedangkan pada wanita
yang berkulit putih sebesar 41,3% dan yang berkulit hitam sebesar 58,7%.
iv. Hereditas
Gen berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke, misalnya hipertensi,
keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah mengalami
terkena stroke. Menurut penelitian Tsong Hai Lee di Taiwan pada tahun 1997-
2001 riwayat stroke pada keluarga meningkatkan risiko terkena stroke sebesar
29,3%.
b. Faktor risiko yang dapat dirubah:
i. Hipertensi
mempunyai risiko terkena stroke dengan OR: 3,39. Artinya risiko terjadinya
stroke pada penderita diabetes mellitus 3,39 kali dibandingkan dengan yang
darah di jantung dan dapat lepas hingga menyumbat pembuluh darah di otak.
Di samping itu juga penyakit jantung koroner, kelainan katup jantung, infeksi
Sekitar 1 dari seratus orang dewasa akan mengalami paling sedikit 1 kali
serangan iskemik sesaat (TIA) seumur hidup mereka. Jika diobati dengan
benar, sekitar 1/10 dari para pasien ini kemudian akan mengalami stroke dalam
3,5 bulan setelah serangan pertama, dan sekitar 1/3 akan terkena
stroke dalam lima tahun setelah serangan pertama. 12 Risiko TIA untuk terkena
stroke 35-60% dalam waktu lima tahun.24
v. Obesitas
Kondisi ini secara langsung dan tidak langsung meningkatkan faktor risiko,
darah dan dapat menyumbat pembuluh darah baik di jantung maupun di otak.
Kadar kolesterol total > 200 mg/dl meningkatkan risiko stroke 1,31-2,9 kali.
vii. Merokok
arteri di seluruh tubuh (termasuk yang ada di otak dan jantung), sehingga
viii.Alkohol
tekanan darah, dapat merusak sel-sel saraf tepi, saraf otak dan lain-lain. Semua
ix. Stres
pembuluh darah otak. Di samping itu, zat narkoba itu sendiri akan
pengumpulan data dari rumah sakit Jakarta tahun 2001 yang menangani
narkoba, didapatkan bahwa lebih dari 50% pengguna narkoba dengan suntikan
a. Pencegahan Primordial
bagi individu yang belum mempunyai faktor risiko. Pencegahan primordial dapat
dilakukan dengan cara melakukan promosi kesehatan, seperti berkampanye tentang bahaya
rokok terhadap stroke dengan membuat selebaran atau poster yang dapat menarik perhatian
masyarakat.
Selain itu, promosi kesehatan lain yang dapat dilakukan adalah program
b. Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor risiko stroke bagi
individu yang mempunyai faktor risiko dengan cara melaksanakan gaya hidup sehat bebas
aterosklerotik lainnya.
d. Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang seperti, makan banyak sayuran, buah-
buahan, ikan terutama ikan salem dan tuna, minimalkan junk food dan beralih pada
makanan tradisional yang rendah lemak dan gula, serealia dan susu rendah lemak
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan bagi mereka yang pernah menderita stroke. Pada
tahap ini ditekankan pada pengobatan terhadap penderita stroke agar stroke tidak berlanjut
obat antiagregasi trombosit pilihan pertama dengan dosis berkisar antara 80-320
mg/hari, antikoagulan oral diberikan pada penderita dengan faktor resiko penyakit
jantung (fibrilasi atrium, infark miokard akut, kelainan katup) dan kondisi
b. Clopidogrel dengan dosis 1x75 mg. Merupakan pilihan obat antiagregasi trombosit
kedua, diberikan bila pasien tidak tahan atau mempunyai kontra indikasi terhadap
asetosal (aspirin).
c. Modifikasi gaya hidup dan faktor risiko stroke, misalnya mengkonsumsi obat
hipoglikemik pada penderita diabetes, diet rendah lemak dan mengkonsumsi obat
d. Pencegahan Tertier
Tujuan pencegahan tersier adalah untuk mereka yang telah menderita stroke agar
kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat dan mengurangi ketergantungan pada
orang lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Pencegahan tersier dapat
dilakukan dalam bentuk rehabilitasi fisik, mental dan sosial. Rehabilitasi akan diberikan
oleh tim yang terdiri dari dokter, perawat, ahli fisioterapi, ahli terapi wicara dan bahasa,
a. Rehabilitasi Fisik
Pada rehabilitasi ini, penderita mendapatkan terapi yang dapat membantu proses
pemulihan secara fisik. Adapun terapi yang diberikan yaitu yang pertama adalah
keseimbangan serta mobilitas di tempat tidur. Terapi yang kedua adalah terapi
okupasional (Occupational Therapist atau OT), diberikan untuk melatih
seperti mandi, memakai baju, makan dan buang air. Terapi yang ketiga adalah
terapi wicara dan bahasa, diberikan untuk melatih kemampuan penderita dalam
menelan makanan dan minuman dengan aman serta dapat berkomunikasi dengan
orang lain.
b. Rehabilitasi Mental
bahagia, murung dan depresi. Masalah emosional yang mereka alami akan
Oleh sebab itu, penderita perlu mendapatkan terapi mental dengan melakukan
c. Rehabilitasi Sosial
Pada rehabilitasi ini, petugas sosial berperan untuk membantu penderita stroke
perorangan, pekerjaan, dan aktivitas senggang. Selain itu, petugas sosial akan
bantuan sosial.