Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep penyakit
1. Anatomi fisiologi

a. Sistem pernafasan
Pada bayi dengan berat 900 g alveoli cenderung kecil dengan adanya
sedikit pembuluh darah yang mengelilingi stoma seluler. Semakin matur dan bayi
lebih besar berat badannya, maka akan semakin besar alveoli, pada hakekatnya
dindingnya dibentuk oleh kapiler. Otot pernafasan bayi ini lemah dan pusat
pernafasan kurang berkembang. Terdapat juga kekurangan lipoprotein paruparu,yaitu
suatu surfaktan yang dapat mengurangi tegangan permukaan pada
paru-paru.surfaktan diduga bertindak dengan cara menstabilkan alveoli yang
kecil,sehingga mencegah terjadinya kolaps pada saat terjadi ekspirasi.
Pada bayi preterm yang terkecil relaks batuk tidak ada. Hal ini dapat
mengarah pada timbulnya inhalasi cairan yang dimuntahkan dengan timbulnya
konsekuensi yang serius. Saluran hidung sangat sempit dan cidera terhadap
mukosa nasal mudah terjadi. Hal ini penting untuk diingat ketika memasukkan
tabung nasogastrik atau tabung endotrakeal melalui hidung. Kecepatan
pernafasan bervariasi pada semua neonatus dan bayi preterm. Pada bayi neonatus
dalam keadaan istirahat, maka kecepatan pernafasan dapat 60 sampai 80 per
menit, berangsur-angsur menurun mencapai kecepatan yang mendekati biasa
yaitu 34 sampai 36 per menit.
b. Sistem sirkulasi
Jantung secara relatif kecil saat lahir, pada beberapa bayi pre-term
kerjanya lambat dan lemah. Terjadi ekstra sistole dan bising yang dapat didengar
pada atau segera setelah lahir. Sirkulasi perifer seringkali buruk dan dinding
pembuluh darah juga lemah. Hal ini merupakan sebab dari timbulnya
kecenderungan perdarahan intrakanial yang terlihat pada bayi pre-term. Tekanan
darah lebih rendah dbandingkan dengan bayi aterm, tingginya menurun dengan
menurunnnya berat badan. Tekanan sistolik pada bayi aterm sekitar 80 mmhg dan
pada bayi pre-term 45 sampai 60 mmhg. Tekanan diastolik secara proporsional
rendah, bervariasi dari 30 sampai 45 mmhg. Nadi bervariasi antara 100 dan
160/menit.
c. Sistem pencernaan
Semakin rendah umur gestasi, maka semakin lemah reflek menghisap dan
menelan, bayi yang paling kecil tidak mampu untuk minum secara efektif.
Regurgitasi merupakan hal yang sering terjadi. Hal ini disebabkan oleh karena
mekanisme penutupan spingter jantung yang kurang berkembang dan spingter
pilorus yang secara relatif kuat. Pencernaan tergantung pada perkembangan dari
alat pencernaan. Lambung dari seorang bayi dengan berat 900 gram
memperlihatkan adanya sedikit lipatan mukosa, glandula sekretoris, demikian
juga otot, kurang berkembang.
d. Sistem urinarius
Pada saat lahir fungsi ginjal perlu menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan. Fungsi ginjal kurang efesien dengan adanya angka filtrasi glumerolus
yang menurun, dan bahan terlarut yang rendah. Hal ini menyebabkan terjadinya
penurunan kemampuan untuk mengkonsentrasi urin dan urin menjadi sedikit.
Gangguan keseimbangan air dan elektrolit mudah terjadi
e. Sistem persarafan
Perkembangan saraf sebagian besar tergantung ada drajat maturitas. Pusat
pengendali fungsi vital, penrafasan, suhu tubuh, dan pusat reflek, kurang
berkenbang. Reflek moro dan reflek leher tonik di temukan pada bayi prematur
yang normal,tetapi reflek tandon berfariasi. Karena perkembangan saraf buruk
maka bayi kecil lebih lemah dibangunkan dan mempunyai tangisan yang lemah.
( Price, 2006 ; Syaifudin, 2006 )
2. Definisi

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500
gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya
kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat
mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat
menggangu kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2006).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<
37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi,
dkk., 2010).

3. Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan
Herpes simplex virus), danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan
keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa,
solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban
pecah dini.
d. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di
dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
4. Tanda gejala
Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
13. Nadi 100 – 140 kali / menit
5. Fatofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi
lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih
kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal
ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan
yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi,
hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit,
dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan
yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering
melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi
bila ibu menderita anemia.
Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada bayi
prematur. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-paru pada
dasarnyakecil berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom gawat napas
sering merupakan penyebab umum kematian. Masalah besar lainnya pada bayi
premature adalah pencernaan dan absorpsi makanan yang inadekuat. Bila
prematuritas bayilebih dari dua bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir selalu
inadekuat. Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature harus
menjalani diet rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi premature memiliki kesulitan
dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena itu dapat mengalami rikets
yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas organ lain yang sering
menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature meliputi system imun yang
menyebabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar
IgG gamma globulin, serta bayi premature relatif belum sanggup membentuk
antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik
sehingga bayi premature beresiko mengalami infeksi, system integumen dimana
jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet, system termoregulasi dimana
bayi premature belum mampu mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat
penguapan yang bertambah karena kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan
pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya sehingga
beresiko mengalami hipotermi atau kehilangan panas dalam tubuh.
6. Pathway

7. Pemeriksaan penunjang
Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek dan
maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui apakah
bayi itu prematuritas atau maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes pada
ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens terakhirnya.
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi lahir
tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai
pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
8. Penatalaksanaan
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena
pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya
rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus
dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila
belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan
disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau menggunakan metode
kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung
ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB
(Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat
meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga
pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang
lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang
paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat
diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang
sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/
hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi
belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau BBLR.
Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan
terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur
dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari
berlalu. Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi
karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus
sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat
bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini
tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat terlentang
atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk
mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir
rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah
secara teratur
B. Rencana asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan
terganggu
b. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu ,berat badan
kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3
menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-10
normal
e. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
f. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB Paru, tumor
kandungan, kista, hipertensi
g. ADL
1). Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya absorbsi
kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2). Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3). Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4). Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5). Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi
urin rendah
h. Pemeriksaan
1). Pemeriksaan Umum
a). Kesadaran compos mentis
b). Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-140X/menit
c). RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 40X/menit
d). Suhu : kurang dari 36,5 C
2). Pemeriksaan Fisik
a). Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-rata 120
sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis atau
pucat, pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3 detik).
b). Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot
aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan pernapasan rata-
rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing atau ronkhi.
c). Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit
mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB
(jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan dan mengisap
yang lemah.
d). Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah,
warna, berat jenis, dan PH).
e). Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro,
menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi, ekstensi, ukuran
lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang kartilago telinga belum
tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.
f). Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
g). Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi, pemasangan
infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
h). Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram,
panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan
atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30cm, lingkar
lengan atas, lingkar perut, keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan
wajah, pada wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum
berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun., nilai APGAR pada menit
1 dan ke 5, kulitkeriput.
(Pantiawati, 2010)
2. Diagnosa keperawatan
Menurut Proverawati (2010), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
BBLR adalah:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas neurologis
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak
tubuh subkutan.
c. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena imaturitas.
d. Resiko infeksi
3. Rencana tindakan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas neurologis
1). Tujuan: pola napas menjadi efektif
2). Kriteria hasil:
-RR 30-60 x/mnt
-Sianosis (-)
-Sesak (-)
-Ronchi (-)
-Whezing (-)
3).Intervensi:
-Observasi pola Nafas.
Rasional : mengetahui perkembangan pola nafas bayi
-Observasi frekuensi dan bunyi nafas
Rasional : mengetahui perkembangan kesahatan pasien dan mengetahui apakah
ada bunyi nafas tambahan
-Observasi adanya sianosis
Rasional : untuk melihat apakah ada tanda-tanda sianosis atau kebiruan pada
bayi
-Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi.
Rasional : umtuk membuka jalan nafas
-Beri O2 sesuai program dokter
Rasional : meningkatkan suplay oksigen dalam tubuh agar terpenuhi.
-Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya
Rasional : untuk membantu mengatasi masalah
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh
subkutan.
1). Tujuan: suhu tubuh dalam rentang normal
2). Kriteria hasil:
-Suhu 36-37C.
-Kulit hangat.
-Sianosis (-)
-Ekstremitas hangat
3).intervensi:
- Observasi tanda-tanda vital.
Rasional :
- Tempatkan bayi pada incubator.
- Awasi dan atur control temperature dalam incubator sesuai kebutuhan.
- Monitor tanda-tanda Hipertermi.
- Hindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan suhu tubuh.
- Ganti pakaian setiap basah
- Observasi adanya sianosis.
c. Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak mampuan mencerna nutrisi karena imaturitas.
1). Tujuan : Nutrisi dapat terpenuhi
2). Kriteria hasil:
- Reflek hisap dan menelan baik
- Muntah (-)
- Kembung (-)
- BAB lancar
- Berat badan meningkat 15 gr/hr
- Turgor elastis
3).intervensi:
- Observasi intake dan output.
Rasional : mengetahui cairan yang masuk dan keluar agar mencegah dehidrasi
- Observasi reflek hisap dan menelan.
Rasional : menentukan metode pemberian makan yang tepat untuk bayi
- Monitor tanda-tanda intoleransi terhadap nutrisi parenteral.
Mengetahui lebih dini jika ada tanda-tanda intoleransi nutrisi parenteral
- Kaji kesiapan ibu untuk menyusu.
Rasional : agar kecukupan nutrisi bayi juga terpenuhi
- Timbang BB setiap hari. :mengidentiifikasi adanya resiko terhadap pola
petumbuhan
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.
1).Tujuan: tidak terjadi infeksi
2). Kriteria hasil:
- Suhu 36-37C
- Tidak ada tanda-tanda infeksi.
- Leukosit 5.000-10.000
3).intervensi:
- Kaji tanda-tanda infeksi.
Rasional : untuk mengetahui lebih dini adanya tanda- tanda infeksi
- Isolasi bayi dengan bayi lain.
Rasional : untuk meminimalkan kan resiko infeksi
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi
- Gunakan masker setiap kontak dengan bayi
Rasional :untuk mencegah terjadinya infeksi
- Pastikan semua perawatan yang kontak dengan bayi dalam keadaan bersih/steril.
Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi berlanjut
- Kolaborasi dengan dokter.
Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono.2006.Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta : YBP –SP
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia.Jakarta: IDAI
Proverawati, A., Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta:
Nuha Medika
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
MePotter, P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses, dan Praktik. Ed.4 Vol.2. Jakarta : EGCdika

Anda mungkin juga menyukai