Anda di halaman 1dari 8

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

Pada survey di posyandu dan posbindu kelurahan Pekauman didapatkan jumlah

responden sebanyak 30 orang. Jumlah tersebut sudah mencukupi kriteria minimal

yang diperlukan dalam penelitian untuk uji kuantitatif.

Tabel 5.1 Sebaran Responden Berdasarkan Usia, Pekerjaan dan, Pendidikan


Variabel Kategori Jumlah %
Usia <34 tahun 15 50
34-50 tahun 10 33,3
>50 tahun 5 16,7
Pekerjaan Tidak bekerja 19 63,3
Bekerja 11 36,7
Pendidikan Rendah 12 40
Sedang 10 33,3
Tinggi 8 26,7

Pada Tabel 5.1 tampak bahwa 50% responden berusia <34 tahun, 63,3%

responden adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan 40% responden memiliki

tingkat pendidikan rendah.

20
21

Tabel 5.2 Sebaran responden berdasarkan aktivitas

Aktivitas Jumlah %
Arisan 12 40
Pengajian 11 36,7
Penyuluhan 4 13,3
Tidak mengikuti kegiatan 3 10

Pada Tabel 5.2 didapatkan bahwa aktivitas yang paling banyak diikuti
responden adalah Arisan yaitu 40% sedangkan 10% responden tidak mengikuti
aktivitas di lingkungan rumah.
Tabel 5.3 Sebaran responden berdasarkan jumlah sumber informasi

Jumlah Sumber informasi Jumlah %


Tidak mendapat informasi 7 23,3
Hanya 1 sumber informasi 20 66,7
2 sumber informasi 3 10

Pada Tabel 5.3 didapatkan bahwa 66,7% responden mendapatkan informasi


tentang DBD dari 1 sumber.

Tabel5.4 Sebaran Responden Berdasarkan Sumber Informasi Paling berkesan


Jumlah Sumber informasi Jumlah %
Petugas kesehatan 15 50
Media cetak 4 13,3
Media elektronik 9 30
Kegiatan setempat 0 0
Keluarga 0 0
Tetangga 0 0
Lain-lain 0 0
Tidak pernah mendapat 2 6,7
informasi
Pada Tabel 5.4 didapatkan 50% responden menyatakan sumber informasi
yang paling berkesan adalah petugas kesehatan.
22

Tabel 5.5 Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai


Pemberantasan Vektor DBD

Tingkat pengetahuan Jumlah %


pemberantasan nyamuk
DBD
Kurang 22 73,3
Cukup 5 16,7
Baik 3 10
Total 100 100,0

Pada Tabel 5.5 didapatkan 73,3 % responden memiliki tingkat pengetahuan

kurang mengenai pengetahuan pemberantasan vektor DBD seperti tindakan yang

dapat mencegah gigitan nyamuk, waktu dilakukan pengasapan dan tata cara

pengasapan yang benar.


23

Tabel 5.6 Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Pemberantasan Vektor DBD


dan Faktor-Faktor yang Berhubungan

Variabel Kategori Tingkat Pengetahuan P Uji

Pemberantasan Vektor DBD

Kurang Cukup Baik

Usia 18-34 tahun 4 6 5 0,011 Chi-Square


34-49 tahun 3 2 5
50-65 tahun 5 0 0
Pekerjaan Tidak 6 10 3 0,045 Chi-Square
bekerja
Bekerja 3 4 4
Pendidikan Rendah 4 5 3 0,001 Chi-Square
Sedang 3 4 3
Tinggi 0 5 3
Aktivitas Mengikuti 4 12 11 0,000 Chi-Square
yang Aktivitas
Diikuti di lingkungan
Lingkungan rumah
Rumah
Tidak 3 0 0
mengikuti
Aktivitas
lingkungan
rumah
Jumlah Tidak 7 0 0 0,001 Chi-Square
sumber mendapat
informasi informasi
Hanya 1 4 10 6
sumber
informasi
2 sumber 0 0 3
informasi

Keterangan: Mengikuti aktivitas maksudnya adalah arisan, pengajian,

penyuluhan. Pada Tabel 5.6 didapatkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara

tingkat pengetahuan responden mengenai pemberantasan vektor DBD dengan usia,


24

pekerjaan, tingkat pendidikan, aktivitas yang diikuti di lingkungan rumah dan jumlah

sumber informasi.

Menurut Singgih Santoso (2014: 222) Pedoman atau dasar pengambilan

keputusan dalam uji chi square dapat dilakukan dengan cara melihat nilai tabel output

“Chi Square Test” dari hasil olah data SPSS. Dalam pengambilan keputusan untuk uji

chi square ini, kita dapat berpedoman pada cara membandingkan antara nilai chi

square hitung dengan nilai chi square tabel pada signifikansi 5%.

Pengambilan Keputusan Berdasarkan Nilai Signifikansi (Asymp. Sig)

Jika nilai Asymp. Sig. (2-sided) < 0,05, maka artinya H0 ditolak dan Ha diterima.

Jika nilai Asymp. Sig. (2-sided) > 0,05, maka artinya H0 diterima dan Ha ditolak.

Pengambilan Keputusan dan Kesimpulan Hasil Uji Chi Square:

Berdasarkan tabel output di atas diketahui nilai Asymp. Sig. (2-sided) pada uji

Pearson Chi-Square adalah sebesar 0,011, 0,045, 0,001, 0,000, 0,001.

Karena nilai Asymp. Sig. (2-sided) 0,003 < 0,05, maka berdasarkan dasar

pengambilan keputusan di atas, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha

diterima.
25

2. Pembahasan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia yaitu indera pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
(Wowolumaya C, 2001)
Pengetahuan atau kognitif merupakan factor dominan yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 76,7% responden memiliki pengetahuan
yang kurang, cukup sebanyak 20% dan 3,3% memiliki pengetahuan yang baik
mengenai pemberantasan vektor DBD seperti tindakan yang dapat mencegah gigitan
nyamuk, pemberantasan sarang nyamuk, waktu dilakukan pengasapan dan tata cara
pengasapan yang benar. Hal tersebut ada hubungannya dengan usia, pendidikan
responden yang masih rendah, pekerjaan , aktivitas yang diikuti dan sedikitnya
sumber informasi yang didapatkan tentang cara-cara pemberantasan vektor DBD
seperti menggunakan lotion anti nyamuk dan obat semprot pembunuh nyamuk.

Sebenarnya, pengasapan/fogging, penyuluhan tentang PSN, pemeriksaan jentik


berkala juga sudah sering dilakukan oleh petugas puskesmas. Namun, pengetahuan
responden masih perlu ditingkatkan dengan memberikan penyuluhan baik secara
kelompok maupun individual.

Pada uji chi square terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan
tentang pemberantasan vektor DBD dengan umur responden p=0,011 (p < 0,05).
Hasil yang sejalan juga ditunjukkan oleh penelitian Montung (2012). Montung (2012)
melakukan penelitian tentang hubungan antara karakteristik individu, pengetahuan,
sikap dengan tindakan masyarakat dalam pencegahan DBD di wilayah kerja
Puskesmas Kolongan Minahasa Utara. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
26

terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan tindakan pencegahan DBD
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kolongan Minahasa Utara (p=0,022)
(Montung, 2012).

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun. Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Semakin bertambah usia maka tingkat perkembangan akan berkembang
sesuai dengan pengetahuan yang pernah didapatkan dan juga dari pengalaman
sendiri. Umur dapat mempengaruhi seseorang. Semakin cukup umur, tingkat
kemampuan dan kematangan seseorang akan lebih tinggi dalam berpikir dan
menerima informasi (Notoatmodjo, 2010). Kematangan berpikir seseorang
mempengaruhi seseorang untuk bertindak lebih baik terhadap lingkungannya
(Montung, 2012).
Terdapat perbedaan bermakna p=0,045 (p<0,05) antara pekerjaan dengan
pengetahuan pemberantasan vektor DBD. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
Fitrijaya (Fitrijaya D, 2002) yang menyatakan bahwa pada jaman sekarang media
informasi sudah sedemikian banyaknya sehingga informasi yang didapat oleh
masyarakat lebih banyak melalui media massa, televisi dan koran yang semuanya
bisa didapatkan dengan mudah jika responden bekerja di luar rumah.
Terdapat perbedaan bermakna p=0,001 (p<0,05) antara pendidikan dengan
pengetahuan pemberantasan vektor DBD. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh (Utami, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Utami (2010) tentang
Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Terhadap Perilaku Pencegahan Demam
Berdarah Dengue (DBD) Pada Masyarakat Di Kelurahan Bekonang, Sukoharjo
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan
tindakan. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka akan semakin besar peran ibu
dalam pencegahan infeksi dengue. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan tindakan kepala keluarga
menggerakkan anggota keluarga dalam pencegahan penyakit DBD di Kelurahan
27

Bekonang, Sukoharjo. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia


yang diperlukan untuk pengembangan diri. Perbedaan tingkat pendidikan
menyebabkan perbedaan pengetahuan dasar kesehatan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan, semakin mudah mereka menerima serta mengembangkan pengetahuan
dan teknologi, sehingga akan meningkatkan produktivitas yang akhirnya akan
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga (Utami, 2010).
Pada uji chi-square terdapat perbedaan bermakna antara aktivitas yang diikuti
responden dengan tingkat pengetahuan mengenai pemberantasan vektor DBD,
p=0,00 (p<0,05). Hal tersebut terjadi karena pada kegiatan yang responden ikuti
sedikit banyaknya terdapat penyuluhan atau informasi yang berhubungan dengan
DBD. Aktivitas yang paling banyak diikuti di lingkungan rumah adalah pengajian
(50%) karena sebagian besar responden beragama Islam, sedangkan penyuluhan
hanya 6,7 %. Pengajian adalah kegiatan rohani yang banyak mendatangkan kebaikan,
pahala dan menambah pengetahuan mengenai agama sehingga pengajian merupakan
aktivitas yang paling digemari. Selain itu aktivitas ini tidak membutuhkan biaya.
Berdasarkan hal tersebut pengajian sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai wadah
pemberian informasi mengenai pemberantasan vektor DBD.

Anda mungkin juga menyukai