Tanggal Presentasi :
1. Diagnosis
Bell’s Palsy
2. Riwayat Pengobatan
1
Belum pernah
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
Pasien datang dengan keluhan wajah mencong ke sebelah kiri, keluhan dirasakan
sejak 1 hari yang lalu. Keluhan muncul mendadak, saat pasien sedang istirahat, pasien
merasa mulutnya mencong ke sebelah kiri. Keluhan juga disertai dengan rasa tebal
dan kaku di wajah sebelah kanan dan terasa berat ketika ingin bicara. Pasien juga
Keluhan kelemahan satu sisi pada anggota gerak disangkal. Pasien tidak ada
riwayat trauma kepala dan penyakit keganasan. Tidak ada keluhan nyeri di telinga.
Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada, tidak ada gangguan pendengaran.
batuk, pilek tidak ada. Pasien memiliki riwayat berada diluar rumah setiap hari pada
4. Riwayat Pekerjaan
Pedagang
5. Riwayat Perkawinan
7. Riwayat Keluarga
2
8. Pemeriksaan Fisik
N : 94 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,7oC
Pemeriksaan Thorax
Pulmo
Cor
sinistra
3
Perkusi : Batas jantung
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Datar
Perkusi : Timpani
b. Status Neurologis
Nervus Cranialis:
Strabismus (-)
Nistagmus (-)
4
Refleks cahaya langsung : +/+
Menggigit : baik
dengan baik
Uvula : ditengah
Rangsang Meningeal
Motorik
5
Tonus : Normotonus │ Normotonus
Normotonus │ Normotonus
Power : 5│5
5│5
Refleks Fisiologis
Biceps : +2/+2
Triceps : +2/+2
Knee : +2/+2
Achilles : +2/+2
Refleks Patologis
Hasil Pembelajaran
1. Diagnosis Kerja
Bell’s Palsy
2. Subjektif
kiri, keluhan muncul mendadak dirasakan sejak 1 hari yang lalu, rasa tebal dan kaku
di wajah sebelah kanan (+), terasa berat ketika ingin bicara, mata sebelah kanan sulit
ketika berkedip.
6
3. Objektif
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan adanya paralisis nervus fasialis perifer, tidak
ditemukan parase pada ekstremitas. Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik tersebut
1. Etiologi
Bell’s palsy adalah paralisis nervus fasialis (N.VII) yang bersifat akut, unilateral,
perifer, dan mempengaruhi lower motor neuron. Etiologi Bell’s palsy masih
kontroversial. Bell’s palsy diyakini disebabkan oleh inflamasi saraf fasialis pada
Ganglion ini terletak didalam kanalis fasialis pada persambungan labirin dan segmen
Secara klinis, Bell’s palsy telah didefinisikan idiopatik, dan penyebab proses
inflamasi masih tidak jelas. Beberapa teori telah diduga sebagai penyebab dari Bell’s
palsy, antara lain iskemik vaskular, imunologi, infeksi dan herediter telah diduga
menjadi penyebabnya.
Mekanisme lainnya adalah infeksi virus, yang secara langsung merusak fungsi
perjalanan saraf dan bukan oleh kompresi pada kanal tulang. Beberapa sumber
menyebutkan adanya hubungan antara Bell’s palsy dengan reaktivasi virus herpes
simplex tipe I (HSV-I) dan herpes zoster pada ganglia nervus kranial.
Adanya peran genetik juga telah dikemukakan sebagai penyebab Bell’s palsy,
terutama kasus Bell’s palsy yang rekuren ipsilateral atau kontralateral. Riwayat Bell’s
7
2. Manifestasi Klinis
Bell’s palsy adalah suatu gangguan saraf fasialis perifer akut, yang biasanya
mengenai hanya satu sisi wajah. Gambaran klinis bervariasi, tergantung lokasi lesi
dari saraf fasialis sepanjang perjalanannya menuju otot. Gejala dan tanda yang
dihasilkan tidak hanya pada serabut motorik termasuk ke otot stapedius, tetapi juga
pada inervasi otonom kelenjar lakrimal, submandibular, sensasi sebagian telinga, dan
Pasien Bell’s palsy biasanya datang dengan paralisis wajah unilateral yang terjadi
secara tiba-tiba. Temuan klinis yang sering termasuk alis mata turun, dahi tidak
berkerut, tidak mampu menutup mata, dan bila diusahakan tampak bola mata berputar
ke atas (Bell's phenomen), sudut nasolabial tidak tampak, dan mulut tertarik ke sisi
yang sehat. Gejala lainnya adalah berkurangnya air mata, hiperakusis, dan atau
berkurangnya sensasi pengecapan pada dua pertiga depan lidah. Beberapa literatur
juga menyebutkan tentang nyeri sebagai gejala tambahan yang sering dijumpai pada
pasien BeIl’s palsy. Nyeri postauricular dapat ditemukan pada hampir 50% pasien
8
Bell’s palsy. Nyeri ini dapat terjadi bersamaan dengan paralisis wajah (beberapa hari
3. Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis yang lengkap mengenai onset, durasi, dan perjalanan penyakit, ada
tidaknya nyeri, dan gejala lain yang menyertai penting ditanyakan untuk
kelumpuhan yang terjadi sering unilateral pada satu sisi wajah dengan onset
mendadak (akut) dalam 1-2 hari dan dengan perjalanan penyakit yang
Keluhan khas pada pasien Bell’s palsy adalah kelemahan atau paralisis
komplit pada seluruh otot wajah sesisi wajah sehingga pasien merasa
wajahnya perot. Makanan dan air liur dapat terkumpul pada sisi yang
mengalami gangguan pada mulut dan dapat tumpah ke luar melalui sudut
mulut.
Pemeriksaan fisik
a. Lipatan wajah dan lipatan nasolabial menghilang, lipatan dahi juga
menghilang sesisi, dan sudut mulut jatuh/ mulut mencong ke sisi yang sehat.
b. Kelopak mata tidak dapat menutup sempurna, jika pasien diminta untuk
perifer yang difus tanpa ada neuropati lainnya. Lesi SSP (supranuklear) juga dapat
9
menyebabkan paralisis saraf fasialis, hanya perbedaannya dari lesi perifer, tidak
dijumpainya paralisis dahi pada sisi yang terlibat dan dapat menutup mata dengan
baik (lagophtalmus tidak dijumpai) dan disertai dengan defisit neurologis lainnya,
mungkin bisa menyebabkan paralisis fasialis. Bila ditemukan adanya otitis rnedia
dihubungkan dengan kelainan- kelainan tersebut, dan bukan suatu Bell’s palsy.
Pemeriksaan Penunjang
Umumnya pasien Bell’s palsy tidak membutuhkan pemeriksaan penunjang.
dianjurkan, seperti:
(MRI) diindikasikan jika tanda fisiknya tidak khas, tidak ada perbaikan paralisis
multipel dan tanda- tanda paralisis anggota gerak atau gangguan sensorik.
Adanya riwayat suatu kedutan pada wajah atau spasme yang mendahului
kelumpuhan wajah diduga karena iritasi tumor harus dilakukan juga imaging.
3. Tes laboratorium perlu jika pasien memiliki tanda- tanda keterlibatan sistemik
10
Untuk menilai derajat paresis N. Facialis digunakan House Brackmann
Classification of Facial Function, yaitu :
a. Derajat 1 : fungsional normal (normal facial function)
b. Derajat 2 : angkat alis baik, menutup mata komplit, mulut sedikit asimetris (mild
dysfunction)
c. Derajat 3 : angkat alis sedikit, menutup mata komplit dengan usaha, mulut
bergerak sedikit lemah dengan usaha maksimal (moderate dysfunction)
d. Derajat 4 : tidak dapat mengangkat alis, menutup mata inkomplit dengan usaha,
mulut bergerak asimetris dengan usaha maksimal (moderately severe
dysfunction)
e. Derajat 5 : tidak dapat mengangkat alis, menutup mata inkomplit dengan usaha,
mulut sedikit bergerak (severe dysfunction)
f. Derajat 6 : tidak bergerak sama sekali (total paralysis)
4. Tatalaksana
Non-Farmakologis
Tindakan fisioterapi yang direkomendasikan adalah terapi panas superfisial,
alis, membuka dan menutup mata, meniup, dan bersiul. Latihan ini dapat
11
Dalam penatalaksanaan Bell’s palsy diberikan kortikosteroid dan antiviral.
dengan dosis 400mg 5 kali sehari selama 7-10 hari. Jika virus varicella zooster
5. Difensial Diagnosa
Guillain Barre Syndrome (GBS)
Ramsay Hunt Syndrome
Otitis Media
- KIE: Tutup mata dengan kassa atau tissu saat tidur, menggunakan kacamata saat
12
DAFTAR PUSTAKA
13