Anda di halaman 1dari 27

BELL’S PALSY

Oleh:
dr. Aulia Rahmah

Pembimbing:
AKBP dr. Bambang Pitoyo Nugroho, Sp.S

Pendamping:
dr. Novieka Dessy M.

RS BHAYANGKARA HOEGENG IMAM SANTOSO


BANJARMASIN
SEPTEMBER 2019
2

Bahan Diskusi
Identitas 3

Nama : Tn.MA
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 49 tahun
Waktu Pemeriksaan : 16 Juni 2019
DIAGNOSIS 4

Bell’s Palsy
DESKRIPSI 5

Pasien datang dengan keluhan wajah mencong ke sebelah


kiri, keluhan dirasakan sejak 1 hari yang lalu. Keluhan muncul
mendadak, saat pasien sedang istirahat, pasien merasa
mulutnya mencong ke sebelah kiri. Keluhan juga disertai
dengan rasa tebal dan kaku di wajah sebelah kanan dan
terasa berat ketika ingin bicara. Pasien juga mengeluhkan
mata sebelah kanan sulit ketika berkedip.
Keluhan kelemahan satu sisi pada anggota gerak
disangkal. Pasien tidak ada riwayat trauma kepala dan
penyakit keganasan. Tidak ada keluhan nyeri di telinga.
Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada, tidak ada
gangguan pendengaran. Keluhan pusing berputar,
gangguan pendengaran, rasa makanan berkurang, demam,
batuk, pilek tidak ada.
6
Riwayat Pekerjaan
•Sebagai Pedagang

Riwayat Kesehatan/Penyakit
•Keluhan serupa (-) HT(+) captopril,tdk rutin

Riwayat Penyakit Keluarga


•Tidak ada keluarga yang pernah
menderita serupa dengan pasien.
Pemeriksaan
Pemeriksaan FisikFisik
7

 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


 Kesadaran : Compos Mentis (GCS: E4V5M6)

Tanda – Tanda Vital


 Tekanan darah: 140/100 mmHg
 Nadi : 94 x/menit
 Laju nafas : 20 x/menit
 Suhu : 36,7oC
• Konjungtiva anemis (-/-),
Mata • Sklera ikterik (-/-)
8

Hidung • Epistaksis (-/-)

Lidah • Tergigit (-)

• Bentuk simetris
Fremitus vokal simetris
Thoraks Sonor
Suara napas vesikuler, ronkhi (-/-),
wheezing (-/-), BJ I II (normal)
• I = supel
• A= bising usus (+) normal
Abdomen • P = timpani
9
• P = nyeri tekan(-), defans muscular (-)

• Edema (-)
Ekstremitas
• Akral hangat

Kulit • Dalam batas normal

Status Neurologis • Meningeal Sign (-)


• Refleks Patologis (-/-)
10
N.I Nervus Cranialis
: tidak dilakukan
N.II : tidak dilakukan
N.III, IV, VI : Strabismus (-)
: Nistagmus (-)
: Gerakan bola mata baik ke segala arah
: Pupil : bulat, isokor ,Ø 3mm/3mm
: Refleks cahaya langsung : +/+
: Refleks cahaya tidak langsung : +/+
N.V : Membuka dan menutup mulut : baik
: Menggigit : baik
N.VII : Kerutan dahi : asimetris, kanan kerutan tidak tampak jelas
: Menutup mata : asimetris, kelopak mata kanan tidak menutup dengan baik
: Lipatan nasolabialis : asimetris, kanan lebih datar
11

N.VIII : Pendengaran: tidak dilakukan


N.IX, X : Disfagia (-) Disfonia (-)
: Arcus faring : simetris
: Uvula : ditengah
N.XI : Menolehkan kepala : simetris kanan = kiri
: Mengangkat bahu : simetris kanan = kiri
N.XII : Lidah deviasi: tidak ada deviasi
: Atrofi lidah : tidak ada
Pemeriksaan motorik dan sensorik 12
Anggota gerak atas

Dextra Sinistra

Bentuk Tidak ada deformitas

Kontur Otot Eutrofi Eutrofi

Kekuatan 5 5 5 5 5 5 5 5

Sensibilitas normal normal


Pemeriksaan motorik dan sensorik 13
Anggota gerak bawah

Dextra Sinistra

Bentuk Tidak ada deformitas

Kontur Otot Eutrofi Eutrofi

Kekuatan 5 5 5 5 5 5 5 5

sensibilitas normal normal


Pemeriksaan Refleks 14

• Refleks fisiologis : tidak ada kelainan

• Refleks patologis : tidak ditemukan


15

Hasil Pembelajaran
16
Diagnosis
• Klinis : Paralisis N.VII perifer dextra
• Topis : N.VII perifer dibawah foramen
stylomastoideus
• Etiologis : Idiopatik

• DDx :
• Guillain Barre Syndrome (GBS)
• Ramsay Hunt Syndrome
• Otitis Media
17
Prognosis

 Ad vitam : ad bonam
 Ad fungsionam : ad bonam
 Ad Sanationam : Dubia ad bonam
18
Definisi
• kelumpuhan atau paralisis wajah
unilateral karena gangguan nervus
fasialis perifer yang bersifat akut
dengan penyebab yang tidak
teridentifikasi dan dengan perbaikan
fungsi yang terjadi dalam 6 bulan.
19
Etiologi
• penyebabnya tidak diketahui pasti (idiopatik)
• Apabila faktor penyebab jelas maka disebut
paralisis fasialis perifer dan bukan bell’s palsy
• Faktor-faktor yang diduga berperan menyebabkan
Bell’s Palsy antara lain : sesudah bepergian jauh
dengan kendaraan, tidur di tempat terbuka, tidur di
lantai, hipertensi, stres, hiperkolesterolemi, diabetes
mellitus, penyakit vaskuler, gangguan imunologik
dan faktor genetik.
20
Epidemiologi
• Bell’s palsy merupakan penyebab paralisis
fasialis yang paling sering ditemukan, yaitu
sekitar 75% dari seluruh paralisis fasialis
• Puncak insiden terjadi antara dekade
kedua dan keempat (15-45 tahun).
• Tidak dijumpai perbedaan prevalensi
dalam jenis kelamin.
• Insiden meningkat tiga kali lebih besar
pada wanita hamil (45 kasus per 100.000).
• Sebanyak 5-10% kasus Bell’s palsy adalah
penderita diabetes mellitus.
4 teori etiologi Bell’s palsy Patofisiologi Bell’s Palsy

Teori
iskemik
vaskuler

Teori
infeksi
virus

Teori Teori
herediter imunologi
Gambaran Klinis • timbul secara mendadak
• penderita menyadari adanya
kelumpuhan pada salah satu sisi
wajahnya pada waktu bangun
pagi, bercermin atau saat sikat
gigi/berkumur
• Bell’s palsy hampir selalu
unilateral.
• Pada sisi wajah yang terkena,
ekspresi akan menghilang
sehingga lipatan nasolabialis
akan menghilang
• kedipan mata berkurang
House Brackmann Classification of Facial 23
Function
Derajat 1 : fungsional normal (normal facial function)
Derajat 2 : angkat alis baik, menutup mata komplit, mulut
sedikit asimetris (mild dysfunction)
Derajat 3 : angkat alis sedikit, menutup mata komplit
dengan usaha, mulut bergerak sedikit lemah dengan
usaha maksimal (moderate dysfunction)
Derajat 4 : tidak dapat mengangkat alis, menutup mata
inkomplit dengan usaha, mulut bergerak asimetris dengan
usaha maksimal (moderately severe dysfunction)
Derajat 5 : tidak dapat mengangkat alis, menutup mata
inkomplit dengan usaha, mulut sedikit bergerak (severe
dysfunction)
Derajat 6 : tidak bergerak sama sekali (total paralysis)
Dasar Diagnosis
24
Subyektif Teori
 wajah mencong ke sebelah kiri, muncul • timbul secara mendadak
mendadak saat istirahat
• Bell’s palsy hampir selalu
 rasa tebal dan kaku di wajah sebelah kanan
unilateral.
 terasa berat ketika ingin bicara • Pada sisi wajah yang terkena,
 mata sebelah kanan sulit ketika berkedip ekspresi akan menghilang
sehingga lipatan nasolabialis
akan menghilang
• kedipan mata berkurang
Dasar Diagnosis 25

Obyektif

N.VII
Kerutan dahi : asimetris, kanan kerutan tidak tampak
jelas
Menutup mata : asimetris, kelopak mata kanan tidak
menutup dengan baik
Lipatan nasolabialis : asimetris, kanan lebih datar
Teori
Tatalaksana di RSB 26

- Methylprednisolone Terapi konservatif :


16mg 3x1 tab (tapp off)
• Medikamentosa
- Cendo lyteers 3 x gtt II
OD • Fisioterapi
- KIE: Tutup mata
dengan kassa atau tissu
saat tidur,
menggunakan
kacamata saat
pasien keluar rumah.
27

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai