Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi dari

lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta

merupakan cermin kesehatan dan kehidupan.1,2,4,

Salah satu kelainan kulit yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi

kulit adalah eritroderma. Eritroderma bukan merupakan kasus yang sering

ditemukan, namun insidensi eritroderma semakin meningkat didalam kehidupan

sehari-hari dan masalah yang ditimbulkannya cukup parah. Diagnosis yang

ditegakkan lebih awal, cepat dan akurat serta penatalaksanaan yang tepat sangat

memengaruhi prognosis penderita.

Prevalensi eritoderma kian meningkat selaras dengan peningkatan

kejadian psoriasis karena salah satu kausa yang paling sering adalah psoriasis.

Dari beberapa pendapat para ahli, eritoderma dibagi menjadi dua sesuai

penyebabnya yaitu : eritoderma akibat alergi obat secara sistemik dan eritoderma

akibat perluasan penyakit kulit.1,3

Pada eritoderma akibat alergi obat diperlukan anamnesis yang teliti untuk

mencari obat penyebabnya. Umumnya alergi timbul akut dalam waktu 10 hari dan

wujud kelainan kulitnya berupa eritema saja setelah fase penyembuhan barulah

timbul skuama. Pada eritoderma akibat perluasan penyakit kulit seringkali

disebabkan oleh psoriasis dan dermatitis seborik pada bayi. Faktor penyebab

psoriasis menjadi eritoderma ada 2 hal yaitu karena penyakitnya sendiri atau

karena pengobatan yang terlalu kuat.

1
BAB II

ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.B
Umur : 46 Tahun Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan Suku : Sumbawa
Pekerjaan : IRT No.RM :032428
Alamat : Sumbawa
Tanggal : 10/06/2019
Status Pernikahan : Sudah Menikah

ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Kulit terasa menebal, panas, gatal dan bersisik di seluruh tubuh sejak 2 minggu
yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien merupakan pasien rujukan dari Sumbawa dengan keluhan kulit terasa
menebal, panas, gatal, bersisik dan bengkak secara menyeluruh sesaat setelah
pasien melakukan tindakan operasi kaki (debridement). Awalnya saat pasien
masuk rumah sakit sebelum tindakan pasien tidak ada mengeluhkan keluhan
tersebut, awalnya 1 minggu setelah tindakan pasien mengeluhkan gatal di seluruh
tubuh yang gatalnya makin hari makin memberat lalu muncul bintik bintik merah
pada seluruh tubuh mulai ada kulit terkelupas dan badan bengkak kurang lebih 2
sampai 3 minggu saat bulan puasa, gatal dirasakan berawal dari tangan lalu
menyeluruh ke seluruh tubuh gatal di rasakan dengan skor 8 , disertai panas yang
juga adanya seperti bagian kulit yg menonjol cukup luas dan melepuh dengan
adanya cairan cairan bening di dalam setiap penonjolan tersebut, selanjutnya
disertai kulit bersisik di seluruh tubuh, lalu akhirnya pasien di rujuk ke RSUP
NTB.

2
Riwayat Penyakit Dahulu:
Tidak pernah seperti ini sebelumnya
DM (+) HT (+) Asma (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga mengalami hal yang sama.
Riwayat Pengobatan :
- Pasien post tindakan debridement mendapatkan konsumsi beberapa obat
o Paracetamol ( baru di konsumsi post debridement)
o Cefadroxil ( baru di konsumsi post debridement)
o Simvastatin
o Metformin dan glibenklamid ( sudah di konsumsi sejak pasien
terdiagnosa DM/ sebelum tindakan debridement)

PEMERISAAN FISIK
IGD
STATUS GENERALISATA
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis cooperatif
Tanda-tanda vital :
TD : 150/80
Nadi : 88x/menit
Pernafasan : 22x/menit
Suhu : 36,40C
Keadaan gizi : baik
Pemeriksaan thorak : dalam batas normal
Pemeriksaan abdomen : dalam batas normal

STATUS DERMATOLOGI
Lokasi : seluruh tubuh
UKK : Makula - Plak berwarna kulit - Hiperpigmentasi,berbentuk
ireguler berbatas difus berukuran plakat disertai skuama kasar berwarana
putih dan ekskoriasi terdistribusi universal.

3
4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan laboratorium
o Darah rutin  hemoglobin, hematokrit, leukosit
o Eritrosit, limposit, eusinofil

5
HASIL FOLLOW UP PASIEN SELAMA DI RAWAT

10/06/2019/IGD 14/06/ 2019 19/06/2019


Gili Gede 202 Gili Gede 202

Keluhan : gatal seluruh Gatal berkurang, Gatal sudah berkurang


tubuh, mengganggu sudah bisa tidur, badan Bengkak sudah tidak
tidur, bengkak, terdapat sakit bila di gerakan, ada, skuama masih
skuama kasar berwarna badan tidak dapat di namun mminimal
putih di seluruh tubuh gerakan badan masih lemas
Lidah kaku dan
sariawan masih ada
Ukk: Makula - Plak Ukk: Makula - Plak Ukk: Makula - Plak
berwarna kulit - berwarna kulit - berwarna kulit -
Hiperpigmentasi,berbentu Hiperpigmentasi,berbent Hiperpigmentasi,berbent
k ireguler berbatas difus uk ireguler berbatas difus uk ireguler berbatas difus
berukuran plakat disertai berukuran plakat disertai berukuran plakat disertai
skuama kasar berwarana skuama kasar berwarana skuama kasar berwarana
putih dan ekskoriasi putih dan ekskoriasi putih dan ekskoriasi
terdistribusi universal. terdistribusi universal. terdistribusi universal.
-

6
RESUME

Pasien wanita usia 46 tahun di rujuk ke IGD RSUDP NTB dengan keluhan
Kulit terasa gatal, bengkak, menebal, panas, dan bersisik di seluruh tubuh sejak 3
minggu yang lalu. Awalnya terasa gatal-gatal di pergelangan tanagn dan
punggung kaki lebih kurang 3 minggu yang lalu, setelah pasien melakukan
tindakan debridement dan di berikan obat antibiotic cefadroxil dan paracetaol
kemudian keluhan bengkak meberat gatal tidak tertahankan dan badan pasien
mulai lemas sehingga pasien di rujuk ke IGD RSUDP NTB. Dari hasil FU pasien
selama di rumah sakit keluhan gatal pasien semakin membaik dan keluhan
bengkak panas juga membaik setelah pemberian kortikosteroid injeksi
Dari status dermatologis ditemukan lokasi: seluruh tubuh, distribusi:
universal, bentuk: tidak beraturan, batas: difus, ukuran: plakat, efloresensi: primer
 plak, hiperpigmentasi, eritema dan sekunder  berskuama kasar.

DIAGNOSIS :
Eritroderma et causa suspec Erupsi Alergi Obat

DIAGNOSIS BANDING :
1. Psoriasis
2. Fixed Drug Eruption

7
TERAPI :
a. Umum :
- Hentikan penggunaan obat tersebut yang menyebabkan keluhan
- Makan makanan yang mengandung tinggi protein: seperti telur, ikan,
daging dan lain-lain.
- Kontrol ulang jika obat habis dan timbulnya keluhan lain.
b. Khusus :
- Sistemik
Kortikosteroid: methyprednisolon 2 x 4 mg tab. ( 10/06/2019)
Injeksi Dipenhydramin 50mg/24 jam (10/06/2019)
Injeksi kortikosteroid 62,5 mg/ 24 jam (11/06/2019)
Injeksi
- Minyak zaitun

PROGNOSIS
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad kosmetikum : dubia ad bonam

8
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Eritroderma berasal dari bahasa Yunani, yaitu erythro (red = merah) dan

derma, dermatos (skin = kulit), merupakan kelainan kulit yang ditandai dengan

eritema mengenai 90% atau lebih pada permukaan kulit yang biasanya disertai

skuama. Pada beberapa kasus, skuama tidak selalu ditemukan, misalnya pada

eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, pada mulanya tidak

disertai skuama. Pada eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jelas karena

bercampur dengan hiperpigmentasi. Bila eritema mencangkup antara 50% - 90%

maka sering dinamai pre-eritroderma.

Kelainan kulit yang ditandai dengan adanya gambaran kemerahan yang

bersifat universal atau yang mencakup 90% permukaan tubuh diakibatkan oleh

pelebaran pembuluh darah pada kulit atau yang sering disebut eritema. Keadaan

tersebut berlangsung dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.

Dermatitis eksfoliativa dianggap sinonim dengan eritroderma meskiupun

tidak begitu tepat karena pada gambaran klinik dapat menghasilkan gambaran

penyakit yang berbeda. Pada banyak kasus eritroderma umumnya terdapat

kelainan kulit yang ada sebelumnya misalnya psoriasis atau dermatitis atopik.

9
II. EPIDEMIOLOGI

Penyakit kulit yang sedang diderita memegang peranan lebih dari setengah

kasus dari eritroderma. Seperti yang telah disebutkan bahwa pasien dengan

eritroderma bukan pasien yang sering ditemukan namun disadari adanya

peningkat jumlah pasien hari demi hari. Dengan penyebab utama ialah psoriasis

yang meluas oleh sebab itu insidensi meningkat seiring dengan insidensi psoriasis.

Identifikasi psoriasis mendasari penyakit eritroderma lebih dari seperempat kasus

didapatkan laporan bahwa terdapat 87 dari 160 kasus adalah psoriasis berat.

Penyakit ini dapat mengenai pria ataupun wanita, namun paling sering

pada pria dengan rasio 2 : 1 sampai 4 : 1, dengan onset usia rata-rata > 40 tahun,

meskipun eritroderma dapat terjadi pada semua usia. Anak-anak bisa menderita

eritroderma lebih sering diakibatkan oleh alergi terhadap obat. Alergi terhadap

obat bisa karena pengobatan yang dilakukan sendiri ataupun penggunaan obat

secara tradisional.

III. ETIOLOGI

Dahulu eritroderma dibagi menjadi primer dan sekunder. Pendapat

sekarang semua eritroderma memiliki penyebab dasarnya, sehingga eritroderma

selalu sekunder. Eritroderma dapat disebabkan oleh 3 hal yang sudah diketahui

hingga saat ini yaitu:

1. Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik

Diperlukan anamnesis yang teliti untuk memastikan bahwa alergi

obat yang terjadi secara sistemik ialah proses masuknya obat kedalam

10
tubuh dengan cara apapun termasuk melalui mulut, hidung, suntikan/infus,

rectum maupun vagina.

Keadaan ini banyak ditemukan pada anak hingga dewasa muda.

Obat yang dapat menyebabkan eritroderma adalah obat yang mengandung

arsenik organik, emas, merkuri (jarang), penisilin, barbiturate. Pada

beberapa masyarakat, eritroderma mungkin lebih tinggi karena pengobatan

sendiri dan pengobatan secara tradisional. Waktu mulainya obat ke dalam

tubuh hingga timbul penyakit bervariasi, dapat segera sampai 2 minggu.

Gambaran klinisnya adalah eritema universal. Bila ada obat yang masuk

lebih dari satu yang masuk ke dalam tubuh, diduga sebagai penyebabnya

ialah obat yang paling sering menyebabkan alergi.1, 4

2. Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit.

Eritroderma yang disebabkan oleh penyakit kulit lain, merupakan

penyebab eritroderma yang paling banyak ditemukan dan tersering

disebabkan oleh penyakit :

a) Psoriasis

Psoriasis dapat menjadi eritroderma disebabkan oleh 2 hal

yaitu oleh perkembangan penyakit psoriasis itu sendiri maupun

akibat pengobatan psoriasis yang terlalu kuat. Oleh sebab itu perlu

dianamnesis dengan jelas riwayat penyakit psoriasis dan

pengobatan yang sudah dilakukan.1

b) Dermatitis seboroik

Dermatitis seboroik yang dimaksud ialah dermatitis

seboroik pada bayi juga dapat menyebabkan eritroderma yang juga

11
dikenal sebagai penyakit Leiner atau eritroderma deskuamativum.

Etiologinya belum diketahui pasti namun diduga disebakan oleh

dermatitis seboroika yang meluas. Usia penderita berkisar 4-20

minggu. Selain itu yang dapat menyebabkan eritroderma adalah

ptiriasis rubra pilaris, pemfigus foliaseus, dermatitis atopic dan

liken planus.

3. Eritroderma akibat penyakit sistemik termasuk keganasan

Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam termasuk infeksi fokal

hingga keganasan dapat memberikan kelainan kulit berupa eritroderma.

Jadi setiap kasus eritroderma yang tidak termasuk akibat alergi obat dan

akibat perluasan penyakit kulit lain harus dicari penyebabnya, yang berarti

perlu pemeriksaan menyeluruh termasuk pemeriksaan laboratorium dan

foto toraks, untuk melihat adanya infeksi penyakit pada alat dalam atau

infeksi fokal dan mencari kemungkinan adanya keganasan.

Adanyaleukositosis tanpa ditemukan penyebabnya, menunjukan adanya

infeksi bacterial yang tersembunyi (occult infection) yang perlu diobati.1

Termasuk didalamnya ialah sindrom sezary yaitu suatu limfoma

yang belum diketahui penyebabnya ada yang menduga bahwa ini

berhubungan dengan stadium dini mikosis fungoides. Diduga juga

berhubungan dengan infeksi virus HTLV-V dan dimasukan ke dalam

CTCL (Cutaneus T-Cell Lymphoma). Yang diserang ialah orang dewasa,

pria berkisar usia 64 tahun dan wanita berkisar 53 tahun. Sindrom ini

ditandai dengan eritema berwarna merah membara yang universal disertai

skuama dan rasa sangat gatal.

12
Pada sepertiga atau setengah dari pasien didapat splenomegaly,

limfadenopati superfisial, alopesia, hiperpigmentasi, hyperkeratosis

palmaris dan plantasis, serta kuku yang distrofik.

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat sel yang khas berupa sel

limfosit atipik yang disebut sel sezary. Dapat disebut sindrom sezary jika

jumlah sel sezary yang beredar 1000/m3 atau lebih atau melebihi 10% sel

yang beredar. Jika jumlah sel dibawah 1000/mm3 maka disebut sindrom

pre-sezary.

IV. PATOFISIOLOGI

Mekanisme terjadinya eritroderma belum diketahui dengan jelas. Dapat

diketahui bahwa akibat suatu agen dalam tubuh baik itu obat-obatan, perluasan

penyakit kulit dan penyakit sistemik menyebabkan tubuh bereaksi berupa

pelebaran pembuluh darah kapiler yang menyebabkan eritema yang universal.

Eritema berarti terjadi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah

ke kulit meningkat sehingga kehilangan panas bertambah. Akibatnya pasien

merasa dingin dan menggigil. Pada eritroderma kronis dapat terjadi gagal jantung.

Juga dapat terjadi hipotermia akibat peningkatan perfusi kulit. Penguapan cairan

yang makin meningkat dapat menyebabkan dehidrasi. Bila suhu badan meningkat,

kehilangan panas juga meningkat. Pengaturan suhu terganggu. Kehilangan panas

menyebabkan hipermetabolisme kompensator dan peningkatan laju metabolisme

basal. Kehilangan cairan oleh transpirasi meningkat sebanding laju metabolisme

basal.1

13
Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m2 permukaan kulit atau lebih

sehari sehingga menyebabkan kehilangan protein (hipoproteinemia) dengan

berkurangnya albumin dengan peningkatan relatif globulin terutama

gammaglobulin merupakan kelainan yang khas. Edema sering terjadi,

kemungkinan disebabkan oleh pergeseran cairan ke ruang ekstravaskuler.1

Eritroderma akut dan kronis dapat mengganggu mitosis rambut dan kuku

berupa kerontokan rambut difus dan kehilangan kuku. Pada eritroderma yang

telah berlangsung berbulan-bulan, dapat terjadi perburukan keadaan umum yang

progresif.

Pathogenesis eritroderma mungkin berkaitan dengan pathogenesis

penyakit yang mendasarinya, dermatosis yang sudah ada sebelumnya berkembang

menjadi eritroderma, atau perkembangan eritroderma idiopatik de novo tidaklah

sepenuhnya dimengerti. Penelitian terbaru dicurigai adanya hubungan

imunopatogenesis infeksi disebabkan oleh kolonisasi Staphylococcus aureus dan

toksin yang dihasilkan.

V. GEJALA KLINIS

Gejala klinis yang dimunculkan pada ertirodermal dapat berbeda-beda

berdasarkan etiologi yang mendasari terjadinya eritroderma. Namun secara garis

besar memiliki gejala umum berupa pasien sering mengeluh kedinginan.

Kedinginan terjadi karena vasodilatasi pembuluh darah kulit sehinggan

kehilangan panas tubuh dan rusaknya pengendalian regulasi suhu tubuh yang

menghilang, sehingga sebagai kompensasi, sekujur tubuh pasien menggigil untuk

dapat menimbulkan panas metabolik.

14
Kelainan kulit yang tampak secara umumnya timbul bercak eritema yang

dapat meluas ke seluruh tubuh dalam waktu 12-48 jam. Deskuamasi yang difus

dimulai dari daerah lipatan, hingga menyeluruh.Bila kulit kepala sudah terkena,

dapat terjadi alopesia, perubahan kuku, dan kuku dapat terlepas. Dapat terjadi

limfadenopati dan hepatomegali. Skuama timbul setelah 2-6 hari, sering mulai di

daerah lipatan. Skuamanya besar pada keadaan akut, dan kecil pada keadaan

kronis. Warnanya bervariasi dari putih sampai kuning. Kulit merah terang, panas,

kering dan kalau diraba tebal.

Pada eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat kelainan kulit dapat

juga mengenai membrane mukosa. Umumnya alergi timbul akut dalam waktu 10

hari. Pada mulanya kulit hanya eritema universal terutama pada saat akut, setelah

mencapai fase penyembuhan barulah timbul skuama.

Gambar 1. Eritroderma Akibat Obat

15
Eritroderma yang terjadi akibat perluasan penyakit kulit lainnya

diantaranya psoriasis maka tanda khasnya akan menghilang. Akan menimbulkan

gejala awalnya didapati eritema yang tidak merata. Pada tempat predileksi

terjadinya psoriasis ditemukan kelainan kulit lebih eritematosa dan agak meninggi

dari pada sekitarnya dan skuama ditempat itu lebih tebal.1, 3

Gambar 2. Eritroderma psoriasis

Eritroderma yang disebabkan dermatitis seboroik pada bayi (penyakit

Leiner) memberikan gejala klinisyang keadaan umumnya baik tanpa keluhan dan

gambaran kelainan kulit berupa eritema dapat pada seluruh tubuh disertai skuama

yang kasar.

16
Gambar 3.Eritroderma akibat Dermatitis seboroik

Eritroderma akibat penyakit sistemik termasuk keganasan seperti yang

sudah dijelaskan pada etiologi termasuk dalam golongan ini adalah sindrom

Sezary. Sindrom ini ditandai dengan eritema berwarna merah membara yang

universal disertai skuama dan rasa sangat gatal. Selain itu terdapat infiltrat pada

kulit dan edema. Pada sepertiga hingga setengah pada pasien didapati

splenomegali, limfadenopati superfisial, alopesia, hiperpigmentasi, hiperkeratosis

palmaris et plantaris, serta kuku yang distrofik.1

17
Gambar 4. Sindrom Sezary

Gambar 5. Mikosis Fungoides

18
VI. DIAGNOSIS

Diagnosis eritroderma ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran

klinis, dan pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan histopatologi dapat membantu

menentukan penyakit yang mendasarinya. Diagnosis yang akurat dari penyakit ini

merupakan suatu proses yang sistematis di mana dibutuhkan pengamatan yang

seksama, evaluasi serta pengetahuan tentang terminology, dermatologi, morfologi

serta diagnosis banding. Pengobatannya disesuaikan dengan diagnosis penyakit

yang mendasarinya, dengan tetap memperhatikan keadaan umum seperti

keseimbangan cairan dan elektrolit tubuhm memperbaiki hipoalbumin dan

anemia, serta pengendalian infeksi sekunder.

Diagnosis ditegakkan ditegakan berdasarkan adanya eritema yang

universal dapat disertai dan tidak oleh skuama halus, karena harus melihat dari

tanda dan gejala yang sudah ada sebelumnya misalnya, warna hitam-kemerahan

dan perubahan kuku pada psoriasis; hiperkeratotik skala besar kulit kepala,

biasanya tanpa rambut rontok di psoriasis dan dengan rambut rontok di CTCL.

likenifikasi, erosi dan ekskoriasi di dermatitis atopik dan eksema; menyebar,

relatif hiperkeratosis tanpa skuama, dan hiperkeratotik skala besar kulit kepala,

biasanya tanpa rambut rontok di psoriasis dan dengan rambut rontok di CTCL dan

pitiriasis rubra, ektropion mungkin terjadi. Dengan beberapa biopsi biasanya

dapat menegakkan diagnosis.

19
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium digunakan karena penyakit eritroderma pada

dasarnya dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan dapat mengakibatkan

komplikasi sistemik. Pada eritroderma terjadilah eritema yang berarti pelebaran

pembuluh darah yang menyebabkan peningkatan penguapan yang dapat

mengakibatkan dehidrasi. Kehilangan skuama yang dapat mencapai 9 gram/m2

pada permukaan kulit mengakibatkan kehilangan protein. Sehingga pada

pemeriksaan darah didapatkan albumin serum yang rendah dan peningkatan

relative gammaglobulin, ketidakseimbangan elektrolit, protein fase akut

meningkat dan leukositosis.1,4

2. Histopatologi

Pemeriksaan histopatologi pada kebanyakan pasien dengan eritroderma

dapat membantu mengidentifikasi penyebab eritroderma sampai dengan 50%

kasus, biopsi kulit dapat menunjukkan gambaran yang bervariasi, tergantung berat

dan durasi proses inflamasi. Pada tahap akut, spongiosis dan parakeratosis

menonjol, sehingga terjadi edema. Pada stadium kronis, akantosis dan

perpanjangan rete ridge lebih dominan.

Eritroderma akibat limfoma, yang infiltrasi bisa menjadi semakin

pleomorfik, dan mungkin akhirnya memperoleh fitur diagnostik spesifik, seperti

bandlike limfoid infiltrate di dermis-epidermis, dengan sel cerebriform

mononuclear atipikal dan Pautrier’s microabscesses. Pada pasien dengan

Sindrom Sezary ditemukan limfosit atipik yang disebut sel Sezary. Biopsi pada

kulit juga memberi kelainan yang agak khas, yakni terdapat infiltrat pada dermis

20
bagian atas dan terdapatnya sel Sezary. Disebut sindrom Sezary, jika jumlah sel

Sezary yang beredar 1000/mm3 atau lebih atau melebihi 10% sel-sel yang beredar.

Bila jumlah sel tersebut di bawah 1000/mm3 dinamai sindrom pre-Sezary.1

Pemeriksaan immunofenotipe infiltrate limfoid juga mungkin sulit

menyelesaikan permasalahan karena pemeriksaan ini umumnya memperlihatkan

gambaran sel T matang pada eritroderma jinak maupun ganas. Pada psoriasis

papilomatosis dan gambaran clubbing lapisan papiler dapat terlihat, dan pada

pemfigus foliaseus, akantosis superfisial juga ditemukan. Pada eritroderma

ikhtisioform dan ptiriasis rubra pilaris, biopsi diulang dari tempat-tempat yang

dipilih dengan cermat dapat memperlihatkan gambaran khasnya.

VIII. DIAGNOSIS BANDING

Ada beberapa diagnosis banding pada eritroderma:

1. Dermatitis atopik

Dermatitis atopik adalah peradangan kulit kronis yang terjadi di

lapisan epidermis dan dermis, sering berhubungan dengan riwayat atopik

pada keluarga asma bronkial, rhinitis alergi, konjungtivitis. Atopik terjadi

di antara 15-25% populasi, berkembang dari satu menjadi banyak kelainan

dan memproduksi sirkulasi antibodi IgE yang tinggi, lebih banyak karena

alergi inhalasi.5 Dermatitis atopik adalah penyakit kulit yang mungkin

terjadi pada usia berapa pun, tetapi biasanya timbul sebelum usia 5 tahun.

Biasanya ada tiga tahap: balita, anak-anak, dan dewasa.

Dermatitis atopik merupakan salah satu penyebab eritroderma pada

orang dewasa di mana didapatkan gambaran klinisnya terdapat lesi pra-

21
existing, pruritus yang parah, likenifikasi dan prurigo nodularis,

sendangkan pada gambaran histologi terdapat akantosis ringan, spongiosis

variabel, derma eosinofil dan parakeratosis.3

Gambar 6. Dermatitis atopik

2. Psoriasis

Eritroderma psoriasis dapat disebabkan oleh karena pengobatan

topikal yang terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas.

Ketika psoriasis menjadi eritroderma biasanya lesi yang khas untuk

psoriasi tidak tampak lagi karena dapat menghilang, plak-plak psoriasis

menyatu, eritema dan skuama tebal universal.1,2 Psoriasis mungkin

menjadi eritroderma dalam proses yang berlangsung lambat dan tidak

dapat dihambat atau sangat cepat. Faktor genetic berperan. Bila

orangtuanya tidak menderita psoriasi, resiko mendapat psoriasi 12%,

sedangkan jika salah seorang orang tuanya menderita psoriasis, resikonya

mencapai 34-39%.1

22
Psoriasis ditandai dengan adanya bercak-bercak, eritema berbatas

tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan disertai

fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Koebner.1

Gambar 7.

(A-B) Erythrodermic psoriasis dengan eritema umum, deskuamasi, dan pustula.

(C) Histopatologi mengungkapkan parak-eratosis, acanthosis, hipogranulosis dan

pustula subkornea (H&E, pembesaran asli x20).

3. Dermatitis seboroik

Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang kronis ditandai

dengan plak eritema yang sering terdapat pada daerah tubuh yang banyak

mengandung kelenjar sebasea seperti kulit kepala, alis, lipatan nasolabial,

belakang telinga, cuping hidung, ketiak, dada, antara skapula. Dermatitis

seboroik dapat terjadi pada semua umur, dan meningkat pada usia 40

tahun.5 Biasanya lebih berat apabila terjadi pada laki-laki dari pada wanita

23
dan lebih sering pada orang-orang yang banyak memakan lemak dan

minum alkohol.1

Biasanya kulit penderita tampak berminyak, dengan kuman

pityrosporum ovale yang hidup komensal di kulit berkembang lebih subur.

Pada kepala tampak eritema dan skuama halus sampai kasar (ketombe).

Kulit tampak berminyak dan menghasilkan skuama putih yang berminyak

pula. Penderita akan mengeluh rasa gatal yang hebat.1

Dermatitis seboroik dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis

yang meningkat seperti pada psoriasi. Hal ini dapat menerangkan mengapa

terapi dengan sitostisk dapat memperbaikinya. Pada orang yang telah

mempunyai faktor predisposisi, timbulnya dermatitis seboroik dapat

disebabkan oleh faktor kelelahan, stress emosional, infeksi, atau defisiensi

imun.

24
Gambar 8. Dermatitis seboroik

IX. PENATALAKSANAAN

Pada eritroderma yang diakibatkan oleh alergi obat atau golongan I, obat

tersangka sebagai kausanya segera dihentikan. Umumnya pengobatan eritroderma

dengan kortikosteroid. Pada golongan I, yang disebabkan oleh alergi obat secara

sistemik, dosis prednisone 4 x 10 mg. penyembuhan terjadi cepat, umumnya

dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.

Pada golongan akibat perluasan penyakit kulit atau golongan II juga

diberikan kortikosteroid. Dosis mula prednisone 4 x 10 mg sampai 15 mg sehari.

Jika setelah beberapa hari tidak tampak perbaikan, dosis dapat dinaikkan. Setelah

tampak perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Jika eritroderma terjadi akibat

pengobatan dengan ter pada psoriasis, maka obat tersebut harus dihentikan.

Eritroderma karena psoriasis dapat pula diobati dengan etretinat salah satunya

adalah asetretin. Lama penyembuhan golongan II ini bervariasi beberapa minggu

hingga beberapa bulan, jadi tidak secepat seperti golongan I.

25
Pada pengobatan dengan kortikosteroid jangka lama (long term), yakni

jika melebihi 1 bulan lebih baik digunakan metilprednisolon darpiada prednison

dengan dosis ekuivalen karena efeknya lebih sedikit.

Pengobatan penyakit Leiner dengan kortikosteroid memberi hasil yang

baik. Dosis prednisone 3 x 1-2 mg sehari. Pada sindrom Sezary pengobatan terdiri

atas kortikosteroid (prednisone 30 mg sehari) atau metilprednisolon ekuivalen

dengan sitostatik, biasanya digunakan klorambusil dengan dosis 2-6 mg sehari.

Pada eritroderma kronis diberikan pula diet tinggi protein, karena

terlepasnya skuama mengakibatkan kehilangan protein. Kelainan kulit juga perlu

diolesi emolien untuk mengurangi radiasi akibat vasodilatasi oleh eritema

misalnya dengan salep lanolin 10% atau krim urea 10%.

X. KOMPLIKASI

Komplikasi pada eritroderma bisa berupa komplikasi yang ringan hingga

berat. Komplikasi dapat terjadi pada banyak sistem organ selain epidermis dan

dermis. Limpadenopati terjadi pada 60% dari sebagian besar kasus, Hepatomegali

ditemukan pada 20% kasus, spenomegali ditemukan pada 3% kasus dan semua

berkaitan dengan eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit sistemik

terutama oleh limfoma pada sindrom sezary. Komplikasi terjadi belum diketahui

secara pasti mekanismenya dan dapat terjadi pada stadium awal dan pada hampir

20% stadium akhir.

Rusaknya barier kulit pada eritroderma menyebabkan peningkatan

extrarenal water lostkarena penguapan air berlebihan melalui barrier kulit yang

rusak. Peningkatan extrarenal water lost ini menyebabkan kehilangan panas tubuh

26
yang menyebabkan hipotermia dan kehilangan cairan yang menyebabkan

dehidrasi.1,2,4 Respon tubuh terhadap dehidrasi dengan meningkatkan cardiac

output, yang bila terus berlanjut akan menyebabkan gagal jantung, dengan

manifestasi klinis seperti takikardia, sesak, dan edema.Oleh karena itu evaluasi

terhadap balans cairan sangatlah penting pada pasien eritroderma.1,4

Pasien dengan eritroderma yang luas dapat ditemukan tanda-tanda dari

ketidakseimbangan elektrolit, edema, hipoalbuminemia, dan hilangnya masa otot.

Pada eritroderma kronik dapat mengakibatkan alopesia, palmoplantar

keratoderma, kelainan pada kuku ektropion, hingga perburukan keadaan umum

yang progresif.1,2

Komplikasi yang harus lebih diperhatikann ialah komplikasi sistemik

akibat eritroderma seperti hipotermia, edema perifer, dan kehilangan cairan dan

albumin, dengan takikardia dan kelainan jantung harus mendapatkan perawatan

yang serius.

XI. PROGNOSIS

Prognosis eritroderma tergantung pada proses penyakit yang

mendasarinya. Kasus karena penyebab obat dapat membaik setelah penggunaan

obat dihentikan dan diberi terapi yang sesuai. Penyembuhan golongan ini ialah

yang tercepat dibandingkan dengan golongan yang lain.1

Pada eritroderma yang belum diketahui sebabnya, pengobatan dengan

kortikosteroid hanya mengurangi gejalanya, pasien akan mengalami

ketergantungan kortikosteroid (corticosteroid dependence).1

27
Eritroderma disebabkan oleh dermatosa dapat diatasi dengan pengobatan,

tetapi mungkin akan timbul kekambuhan. Kasus idiopatik adalah kasus yang tidak

terduga, dapat bertahan dalam waktu yang lama, seringkali disertai dengan

kondisi yang lemah.

Sindrom Sezary prognosisnya buruk, pasien pria umumnya akan meninggal

setelah 5 tahun, sedangkan pasien wanita setelah 10 tahun. Kematian disebabkan

oleh infeksi atau penyakit berkembang menjadi mikosis fungoides.

28
BAB IV

KESIMPULAN

Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan eritema di seluruh/

hampir seluruh tubuh dan biasanya disertai skuama. Kelainan ini lebih banyak

didapatkan pada pria, terutama pada usia rata-rata 40-60 tahun. Penyebab

tersering eritroderma adalah akibat perluasan penyakit kulit sebelumnya, reaksi

obat, alergi obat, dan akibat penyakit sistemik termasuk keganasan.

Gambaran klinik eritroderma berupa eritema dan skuama yang bersifat

generalisata. Penatalaksanaan eritroderma yaitu dengan pemberian kortikosteroid

dan pengobatan topikal dengan pemberian emolien serta pemberian cairan dan

perawatan di ruangan yang hangat.

Prognosis eritroderma yang disebabkan obat-obatan relatif lebih baik,

sedangkan eritroderma yang disebabkan oleh penyakit idiopatik, dermatitis dapat

berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dan cenderung untuk kambuh.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 7th eds. New York:


McGraw-Hill, 2001.

2. Brown R.G, Bourke J, Cunliffe T, Dermatologi dasar untuk praktik klinik


Jakarta: ECG, 2008

4. Shalavadi MH, Vm C, Prasanna M. Rifampicin Induced Erythroderma : A


Case Report. 2018;1(1):1–2.

5. Dobson JS. Erythroderma Key points. 2017;1–5.

6. Pra AMA. A Review of the Diagnosis and Management of Erythroderma (


Generalized Red Skin ). 2015;28(5).

7. Suryawati N, Praharsini I. Laporan Kasus Seri : Pemeriksaan Dermoskopi


pada Kasus Eritroderma Psoriasis ( Dermoscopic Examination on Psoriatic
Erythroderma : Serial Case Report ). 2019;(February).

8. Erythroderma A. PRACTICAL DERMATOLOGY Adult Erythroderma ଝ.


Actas Dermo-Sifiliográficas (English Ed [Internet]. 2018. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.adengl.2018.05.033

9. Mahabaleshwar G, Nayak K, Kuruvila M, Pai RR. Clinico-Pathologic


Study of Exfoliative Dermatitis in Patients Visiting a Tertiary Care Centre
in South India. 2016;3(11):119–23.

10. Earlia N, Nurharini F, Jatmiko AC, Ervianti E. Penderita Eritroderma di


Instalasi Rawat Inap Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr . Soetomo
Surabaya Tahun 2005 – 2007 ( Erythroderma Patients in
Dermatovenereology Department of Dr . Soetomo General Hospital in
2005 – 2007 ). 2007;2007(318):93–101.

11. Tan GFL, Kong YL, Tan ASL, Tey HL, Uk M. Causes and Features of
Erythroderma Causes and Features of Erythroderma. 2014;(September
2018):1–5.

30
31

Anda mungkin juga menyukai