Laminar Air Flow Cabinet
Laminar Air Flow Cabinet
TINJAUAN PUSTAKA
B. Klasifikasi LAF
Dalam penggunaannya pada pencampuran sediaan steril, LAF
diklasifikasikan menjadi 2 tipe:
1. Aliran udarah vertikal (vertical airflow)
Aliran udara langsung mengalir kebawah dan jauh dari petugas sehingga
memberikan lingkungan kerja yang lebih aman. Untuk penanganan sediaan
sitostatika menggunakan LAF vertikal. 13
2. Biosafety Cabinets
A. Pendahuluan
Keselamatan kerja menjadi faktor utama dalam laboratorium, terutama
pada laboratorium yang mengandung senyawa-senyawa kimia berbahaya dan
mikroorganisme yang dapat menginfeksi penyakit berbahaya. Setiap individu
memiliki kewajiban untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman sesuai
dengan kemampuan terbaik mereka. Pedoman keamanan Biologi (Biosafety)
dibuat untuk menginformasikan cara kerja yang spesifik dalam penanganan
mikroorganisme patogen di labolatorium dan juga mempersiapkan petunjuk
praktis bagi pembuatan kode praktek kerja yang dibutuhkan di setiap
labolatorium.
B. Pembahasan
1. Pengertian Kabinet Biosafety
Biological Safety Cabinet merupakan kabinet kerja yang disterilkan untuk
kerja di tempat yang memiliki resiko mikrobiologi. BSC memiliki suatu pengatur
aliran udara yang menciptakan aliran udara kotor (dimungkinkan ada kontaminan)
untuk disaring dan diresirkulasi melalui filter.
BSC dirancang untuk melindungi operator, seluruh lingkungan
labolatorium dan material kerja dari penyebaran aerosol beracun dan infeksius.
Kegiatan labolatorium seperti inokulasi kultur sel, suspensi cairan dari senyawa
infeksius, homogenisasi, dan pengocokan material infeksius, sentrifugasi dari
cairan beracun, atau bekerja dengen hewan dapat menimbulkan aerosol beracun
(Suhardi et al., 2008)
Kabinet Biosafety (KB) menggunakan Laminar air flow untuk
menghalangi airborne desease. Pada alat ini digunakan HEPA (High Effeciency
Particulate Air) sebagai filter untuk membersihkan mikroba, udara pada KB akan
beresirkulasi melalui filter HEPA. Filter ini memiliki efisiensi 99,99% terhadap
partikel dengan diameter dibawah 0,3 µm. Berdasarkan kelompok resiko terhadap
bahaya biologi (Biohazard) Kabinet Biosafety ini dibagi menjadi 3 kelas yaitu :
Kelas I, Kelas II ( A1, A2, B1, B2), dan kelas III. 14
2. Kelompok Resiko
Level keselamatan biologi atau (biosafety level) adalah level atau tingkatan
keselamatan yang diperlukan untuk penanganan agen biologi. Centers for Disease
Control and Prevention atau "Pusat Pencegahan dan Penanganan Penyakit" yang
berpusat di Amerika Serikat menspesifikasikan empat level penanganan
keselamatan biologi.
Level keselamatan biologi 1
Diperuntukkan bagi agen-agen yang diketahui tidak menyebabkan
penyakit pada manusia dewasa yang sehat dan bahaya potensial yang minimal
bagi pekerja laboratorium dan lingkungan. Laboratorium tidak memerlukan lokasi
terpisah dari lokasi umum dalam suatu bangunan. Contoh agen biologi kategori
level keselamatan biologi 1 antara lain: Bacillus subtilis, hepatitis, E. coli dan
virus cacar air. 15
Level keselamatan biologi 2
Memiliki kesamaan dengan level keselamatan biologi 1. Perbedaannya
terletak pada beberapa hal berikut:
1. pekerja laboratorium memiliki pelatihan khusus dalam penanganan agen-
agen patogenik dan berada dibawah arahan ilmuwan yang berkompeten.
2. akses ke laboratorium dibatasi ketika pekerjaan tengah dilakukan.
3. penanganan khusus bagi barang-barang tajam.
4. prosedur khusus bagi pekerjaan dengan gas atau tumpahan mengandung
agen berinfeksi dilakukan di dalam wadah khusus.
Contoh agen biologi kategori level keselamatan biologi 2 antara lain: Hepatitis B,
Hepatitis C, Flu, virus West Nyle dan Salmonella. 15
Level keselamatan biologi 3
Ditujukan bagi fasilitas klinis, diagnostik, riset atau produksi yang
berhubungan dengan agen-agen eksotik yang dapat mengakibatkan potensi
terkena penyakit berbahaya. Pekerja laboratorium memiliki pelatihan khusus
dalam penanganan agen-agen patogenik berbahaya dan diawasi oleh ilmuwan-
ilmuwan berkompetensi yang berpengalaman dalam bekerja dengan agen-agen
tersebut. Contoh agen biologi kategori level keselamatan biologi 3 antara lain:
Anthrax, HIV, SARS, Tubercolosis, virus cacar, thypus dan avian influenza 15
Semua prosedur menyangkut penanganan material berbahaya dilakukan
dalam wadah tertutup oleh pekerja yang memakai peralatan dan baju pelindung
khusus. Laboratorium memiliki fasilitas dan didisain khusus untuk hal tersebut
antara lain pintu akses ganda.director.
Level keselamatan biologi 4
Dibutuhkan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan agen-agen eksotik
yang ekstrim berbahaya, dimana memiliki risiko tinggi penyebaran melalui udara.
Staf laboratorium memiliki pelatihan khusus dalam menangani agen-agen
berbahaya tersebut. Fasilitas laboratorium terisolasi dari tempat-tempat umum.
Semua pekerjaan dalam fasilitas ini dilakukan dalam tempat tertutup khusus.
Pekerjanya memakai pakaian pelindung khusus lengkap dengan tabung oksigen
yang tersendiri. Contoh agen biologi kategori level keselamatan biologi 4 antara
lain: Ebola, virus Hanta dan virus Lassa 15
Klasifikasi Deskripsi
Resiko 1 (>resiko terhadap komunitasMikroorganisme yang tidak mungkin
dan perorangan) menyebabkan penyakit pada manusia
dan hewan.
Resiko 2 (resiko sedang untuk Mikroorganisme patogen pada manusia,
perorangan, rendah untuk komunitas) hewan namun tidak menimbulkan
bahaya serius pada pekerja, komunitas,
lingkungan
Resiko 3 (resiko perorangan tinggi, Mikroorganisme patogen yang
resiko kominitas rendah) berbahaya serius bagi manusia, hewan
namun tidak menginfeksi dari satu
orang ke orang lain.
Resiko 4 (resiko tinggi terhadap Mikroorganisme patogen yang
perorangan dan komunitas) menimbulkan bahaya serius pada
manusia, hewan dan komunitas yang
dapat disebarkan dari satu orang ke
orang lain.
Tabel 3. Klasifikasi Mikroorganisme Menular berdasarkan Kelompok Resiko
6. HEPA filter
HEPA filter sesuai dengan standar yang diadopsi oleh banyak industri dan
OSHA harus bisa mengurangi setidaknya 99,97% dari partikel udara yang
memiliki diameter 0,3 μm atau kurang. Filter pada HEPA biasanya terbuat dari
fiberglass yang dikompres dengan diameter fiber antara 0,5-2 μm, kunci utama
yang mempengaruhi fungsi fiber adalah diameter, ketebalan filter, dan face
velocity. Ruangan udara antara filter itu sendiri lebih besar dari 0,3 µm, asumsi
umum yang menyebutkan bahwa HEPA filter adalah saringan yang dapat
melalukan partikel yang lebih kecil dan menahan partikel yang lebih besar tidak
sepenuhnya benar. Tidak seperti membran filter yang hanya dapat menyaring
partikel berdasarkan ukurannya, HEPA filter dirancang untuk menargetkan pada
partikel yang jauh lebih kecil, partikel tersebut tidak hanya tersaring tetapi juga
terjebak pada fiber dengan melalui 6 mekanisme yaitu:
a) Interception
Partikel mengikuti alur aliran dalam suatu aliran serat fiber. Partikel
dikumpulkan ketika partikel tersebut menyentuh materi filter
b) Inertial Impact
Pada proses ini partikel yang lebih besar tidak dapat menghindari serat
dengan mengikuti kontur melengkung dari aliran udara dan dipaksa untuk
melekat dalam salah satu dari fiber secara langsung; meningkatkan efek ini
dengan mengurangi pemisahan serat dan tinggi kecepatan aliran udara.
c) Diffusion
Partikel tersebut terkumpul pada saat mereka bergerak dari konsentrasi tinggi
ke konsentrasi rendah, partikel itu kemudian menabrak partikel yang sudah
terkumpul sebelumnya.
d) Electrostatics
Pada proses ini partikel-partikel yang bermuatan negative akan tertarik pada
material fiber yang bermuatan positif.
e) Sieving
Proses ini didasarkan pada ukuran partikel, atau bisa dissebut penyaringan.
Partikel yang lebih besar akan tertahan pada material fiber dan tidak dapat
lolos.
f) Gravity
Proses ini menggunakan gaya grafitasi untuk mengendapkan partikel. 15
A B C
A. Interception
B. Inertial impact
C. Diffusion
D. Electrostatics
E. Sieving
D E
Operator
Jika KB tidak digunakan secara tepat keuntungannya yang bersifat
menguntungkan akan sangat berkurang. Operator harus teliti dalam
pemeliharaan integritas daerah bukaan aliran udara masuk ketika
menggerakan tangannya ke dalam dan keluar dari cabinet. Lengan harus
bergerak keluar masuk secara pelan, tegak lurus dengan medan bukaan.
Manipulasi material di dalam KB harus ditunda sekitar 1 menit setelah
menempatkan tangan dan lengan di dalam untuk membuat penyesuaian
pada kabinet dan untuk “menyapu udara” pada permukaan tangan dan
lengan. Banyak pergerakan ke seberang medan bukaan juga harus
diminimalisasi melalui penempatan semua materi penting kedalam kabinet
sebelum dimulainya manipulasi. 14
Sertifikasi Tahunan
Integritas dan operasi yang fungsional dari tiap KB harus
bersertifikat stanadar internasional pada saat instalasi dan secara teratur
sesudahnya oleh teknisi berkualitas, menurut instruksi pabrik pembuatnya.
Evaluasi dari efektifitas KB meliputi: integritas kabinet, kebocoran
saringan HEPA, down flow, flow velocity, tekanan negatif, pola asap,
alarm. Tes optioanal juga disediakan untuk kebocoran elektrik, intensitas
cahaya, intensitas cahaya ultraungu, tingkat kebisingan dan getaran.
Latihan khusus, keterampilan dan peralatan diperlukan untuk
melaksanakan tes ini dan sangat direkomendasikan untuk dikerjakan oleh
pihak yang professional berkualitas 14
Peralatan Perlindungan Diri
Pakaian pelindung diri harus dikenakan setiap menggunakan KB.
Matel labolatorium dapat dipakai untuk pekerjaan pada Biosafety tingkat 1
dan 2. Jas yang terbuat dari bahan padat, serta tertutup bagian belakangnya
menyediakan perlindungan yang baik dan harus digunakan pada Biosafety
tingkat 3 dan 4 (kecuali labolatorium khusus). Sarung tangan harus
dikenakan diatas pergelangan tangan jas daripada dikenakan didalam.
Lengan baju yang elastis dapat digunakan untuk melindungi lengan
peneliti. APD harus dikenakan ketika menggunkan KB. APD bergantung
pada kelompok resiko. 14
Pembersihan dan Penyeterilan
Media KB harus didekontaminasi sebelum dan setelah penggunaan,
dengan alkohol 70% atau UV selama 5-10 menit. 14
3. Quality Assurance (program jaminan mutu)
A. Pendahuluan
Evaluasi terhadap produk hasil pencampuran sediaan parenteral bertujuan
untuk menjamin mutu dan keamanan produk pada pasien. Terdapat dua istilah
yang berkaitan dengan evaluasi produk yaitu QC (quality contro) dan QA (quality
assurance). QC dan QA mempunyai makna yang berbeda . Quality control lebih
mengarah kepada evaluasi bahan baku, komponen kemasan dan produk akhir,
sedangkan quality assurance (jaminan mutu) merupakan istilah yang lebih luas
karena menyangkut tidak hanya QC namun juga meliputi penulisan SOP
(standard operating procedure) training petugas, dokumentasi, fasilitas dll.
B. Pembahasan
American Society of Health-System Pharmacist dalam American Journal of
Hospital Pharmacy menyatakan bahwa quality assurance (program jaminan
mutu) meliputi
1. Kebijakan dan prosedur
Seluruh kebijakan maupun prosedur harus tertulis dan disosialisasikan kepada
para petugas. Kebijakan dan prosedur yang sudah ada juga harus selalu diteliti
ulang setiap tahun, dilakukan perbaikan jika diperlukan dansetiap perubahan yang
dilakukan harus disosialisasikan kepada para petugas. Kebijakan dan prosedur
misalnya tentang :
• Pendidikan dan pelatihan bagi petugas
• Kriteria produk yang dapat diterima
• Penggunaan dan pemeliharaan fasilitas dan peralatan Kriteria pakaian
petugas Proses validasi
• Dokumentasi
2. Pendidikan, pelatihan serta evaluasi petugas
Petugas yang menyiapkan produk steril harus menerima pelatihan atau training
baik secara tertulis maupun praktek terlebih dahulu. Beberapa topik yang
diberikan pada training petugas adalah : tehnik aseptik, faktor-faktor penyebab
kontaminasi, perhitungan yang diperlukan dalam penyiapan produk parenteral.
3. Penyimpanan
Larutan, obat-obatan, dan alat kesehatan steril yang digunakan dalam penyiapan
produk parenteral harus disimpan pada tempat khusus sesua petunjuk dari pabrik
pembuamya. Ruangan tempat penyimpanan harus selalu dilakukan monitoring
terhadap temperatur, cahaya, kelembaban serta ventilasi. Apabila menggunakan
refrigerator dan freezer sebagai tempat penyimpanan maka suhu didalamnya harus
selalu dimonitor dan dicatat dalam dokumen.
5. Pakaian petugas
Termasuk disini adalah kontrol terhadap kelengkapan dan kebersihan pakaian
petugas, serta penyediaan antiseptik kulit bagi petugas untuk keperluan cuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan penyiapan produk steril.
7. Proses validasi
Proses validasi adalah suatu prosedur yang memastikan bahwa proses yang
digunakan dalam pencampuran (preparation) produk steril secara konsisten
menghasilkan produk dengan kualitas yang dapat diterima. Pada proses aseptik,
validasi merupakan suatu metoda untuk mengevaluasi tehmk aseptik yang
dilakukan oleh petugas. Validasi dapat dilakukan melalui proses simulasi. Disini
petugas melakukan pencampuran produk steril, kemudian hasil akhir produk steril
tersebut dilakukan inkubasi dan dievaluasi terhadap pertumbuhan bakteri selama
periode waktu tertentu. Jika pada sediaan tidak diketemukan adanya mikroba
berarti petugas tersebut telah melakukan pencampuran dengan tehnik aseptik
secara benar. Setiap petugas harus melewati program validasi terlebih dahulu
sebelum melakukan pencampuran sediaan steril.
8. Waktu kadaluwarsa
Semua produk steril harus mencantumkan waktu kadaluwarsa yang ditetapkan
berdasarkan informasi stabilitas larutan dan sterilitas sediaan. Metoda rnaupun
nama pustaka yang digunakan sebagai dasar dalam menenrukan waktu
kadaluwarsa suatu produk haras selalu didokumentasikan.
9. Etiket atau labeling
Informasi minimal yang harus tercantum pada setiap label hasil pencampuran
produk steril adalah :
• Nama pasien
• Nomor penyiapan produk parenteral
• Nama larutan dan nama obat yang terkandung didalamnya termasuk
jumlah obat dan konsentrasi obat Waktu kadaluwarsa
• Kecepatan dan rute pemberian obat Petunjuk penyimpanan Petunjuk
khusus lainnya Tanda tangan atau paraf farmasis
11. Dokumentasi
Dokumentasi berupa catatan tertulis mengenai
• Evaluasi kemampuan & hasil training petugas dalam menangani produk
steril
• Catatan temperatur pada refrigerator dan freezer
• Sertifikat kelayakan laminar air flow
• Catatan mengenai penyiapan produk steril
DAFTAR PUSTAKA