PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
A. Pengkajian Fisioterapi
fisioterapi.
1. Anamnesis
dengan tanya jawab antara terapis dengan sumber data, dilihat dari segi
terdekat dengan pasien yang mengetahui keadaan pasien tersebut Anamnesis yang
a. Anamnesis umum
Anamnesis umum terdiri dari (1) Nama : Ny. S (2) Umur : 60 Tahun (3) Jenis
kelamin : Perempuan (4) Agama : Islam (5) Pekerjaan : Petani (6) Alamat :
b. Anamnesis khusus
1) Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan sesak nafas dan batuk disertai rasa nyeri dada kurang
30
31
Pasien mengatakan sesak napas dirasakan sejak 3 hari yang lalu, pasien
mengeluh sesak dirasa memberat setelah melakukan aktifitas berat seperti jalan
jauh dan mengangkat barang berat dan akan berkurang bila pasien beristirahat
dengan posisi setengah duduk sedikit membungkuk. Sesak napas diikuti batuk
Dungus Madiun dikarenakan sesak dan batuk yang semakin memburuk. Pasien
datang ke IGD RS Paru Dungus Madiun untuk diperiksa dan mendapatkan obat
Sejak satu tahun yang lalu pasien sering mengalami sesak napas. Namun
dua bulan terakhir sesak yang dialami pasien lebih sering kambuh. Pasien telah
jantung.
hingga sekarang.
6) Riwayat Keluarga
c. Anamnesis Sistem
merasakan pusing atau sakit di kepala dan leher (2) Kardiovaskuler : Tidak ada
keluhan jantung berdebar-debar (3) Respirasi : Adanya sesak napas dan batuk
berdahak (4) Gastrointestinalis : Semenjak masuk rumah sakit pasien belum BAB
(6) Muskuloskeletal : Pasien tidak ada keterbatasan gerak pada sendi maupun
otot-otot (7) Nervorum : Tidak ada keluhan yang dirasakan pasien seperti nyeri
2. Pemeriksaan Fisik
a. Vital Sign
Pemeriksaan vital sign meliputi : (1) Tekanan darah :100/60 mmHg (2)
b. Inspeksi
Inspeksi Statis : keadaan umum pasien compos mentis, bentuk dada barrel
cepat dan dangkal, pergerakan dada kanan dan dada kiri tidak simetris.
c. Palpasi
Suhu tubuh ekstremitas atas dan bawah teraba normal, tidak ditemukan
Terdapat nyeri tekan di sekitar area post fungtie sela iga 5 posterior paru dextra.
33
d. Perkusi
Terdapat suara Redup pada ICS IV-VI sisi anterior paru dextra dan suara
e. Auskultasi
3. Pemeriksaan Gerak
Pasi en dapat menggerakkan AGA dan AGB kesegala arah tanpa ada
keterbatasan.
hingga sakit yang sekarang diderita dengan runtut. Intrapersonal, pasien memiliki
dengan baik.
Pasien dapat berpindah posisi miring ke kiri dan ke kanan. Pasien mampu
b. Aktivitas fungsional
Pasien kesulitan untuk aktivitas diluar bed seperti pergi ke toilet untuk
BAK/BAB. Namun pasien dapat melakukan makan, minum, memakai baju diatas
c. Lingkungan aktivitas
Lingkungannya tidak begitu lembab dan distumah ada paparan asap rokok serta
6. Pemeriksaan Khusus
TABEL 3.1
Nyeri terdapat pada sekitar post fungtie sela iga 5 posterior paru dekstra.
TABEL 3.2
Nyeri Nilai
TABEL 3.3
ICS 4 81 cm 80 cm 1 cm
Proc.Xyphoideus 78 cm 77 cm 1 cm
Indeks MMRC untuk skala sesak dalam ADL didapatkan skala 4, artinya
terlalu sesak untuk meninggalkan rumah atau sesak napas saat menggunakan
TABEL 3.4
B. Problematik Fisioterapi
1. Body function
Body function antara lain (1) Sesak napas (b440), (2) Adanya batuk tidak
efektif (b450), (3) Adanya nyeri dada post fungtie (b28011) Penurunan ekspansi
2. Body structure
Body structure pada kasus ini adalah hilangnya elastisitas paru (s430).
penurunan aktivitas kerja maupun di rumah dan mudah merasa lelah saat
4. Environmental Factors
pekerjaan tidak dapat bekerja dalam waktu yang cukup lama seperti biasanya,
berat.
C. Tujuan Fisioterapi
Tujuan fisioterapi dari kasus efusi pleura ini ada dua yaitu tujuan jangka
pendek antara lain : 1) Mengurangi sesak nafas, 2) Membersihkan jalan napas dari
kondisi efusi pleura adalah Infra red, deep breathing exercise, breathing control,
mobilisasi sangkar thorak, nebulizer, ACBT. Pada kasus ini penulis meggunakan
exercise.
E. Pelaksanaan fisioterapi
1. Nebulizer
a. Persiapan alat
b. Persiapan terapis
c. Penatalaksanaan
Mencuci tangan, mengatur posisi pasien half lying atau duduk tegak,
mengisi nebulizer dengan obat combivent 2,5 ml, memasang masker pada pasien,
tekan tombol on pada nebulizer dan meminta pasien untuk tarik napas dalam
lewat hidung da dikeluarkan lewat mulut sampai obat habis, jika obat sudah habis
tekan tombol off pada nebulizer, bersihkan mulut dan hidung dengan tisu kering
Gambar 3. 1
yang akan diberikan kepada pasien dengan jelas dan mudah dipahami. Kemudian
memberikan penekanan pada bagian lateral dari lower costae. Ulangi latihan deep
Gambar 3. 2
tidur, kemudian pasien dibimbing untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi secara
teratur dan tenang, yang diulang sebanyak 3-5 kali oleh pasien. Tangan terapis
diletakkan pada perut pasien untuk merasakan pergerakan yang naik turun selama
pasien bernapas.
41
Gambar 3. 3
Gambar 3. 4
Breathing Control (Data primer, 2018)
42
napas saat ekspirasi dan menjaga agar mulut serta tenggorokan tetap terbuka
dengan cepat. Huffing dilakukan 2-5 kali dengan cara yang sama lalu diakhiri
Gambar 3. 5
Forced Expiration Technique (Data primer, 2018)
Gambar 3.6
Huffing (Data primer, 2018)
43
Terapis berdiri disamping pasien. Tangan terapis berada pada segmen paru-paru
(upper, middle dan lower) kemudian instruksikan pasien untuk menarik napas dan
tangan terapis pada akhir inspirasi diberi tekanan kearah atas dan saat akhir
ekspirasi berikan tekanan kearah luar bawah. Latihan ini diulang 3-4 kali
pengulangan.
Gambar 3.6
Gambar 3.6
Gambar 3.6
F. Edukasi
edukasi. Pasien dengan kasus efusi pleura dapat diberikan edukasi antara lain :
1) Pasien dianjurkan melanjutkan latihan napas yang diajarkan terapis seperti deep
keluhan sesak napas atau nyeri dada saat sedang aktivitas 3) Pakai jaket bila udara
dingin 4) Menghindari asap rokok dan polusi 5) Pasien diminta untuk menjaga
kebersihan lingkungan.
G. Evaluasi Terapi
TABEL 3.5
PENGUKURAN DERAJAT SESAK NAFAS
T0 T1 T2 T3 T4 T5
TABEL 3.6
PEMERIKSAAN AUSKULTASI SPUTUM
T0 Ronchi berada di paru lobus kanan ICS 2
T1 Ronchi berada di paru lobus kanan ICS 2
T2 Ronchi berada di paru lobus kanan ICS 2
T3 Ronchi berada di paru lobus kanan ICS 2 berkurang
T4 Ronchi berada di paru lobus kanan ICS 2
T5 Ronchi berada di paru lobus kanan ICS 1 berkurang
T6 Ronchi berada di paru lobus kanan ICS 1 menghilang
46
TABEL 3.7
Nyeri T0 T1 T2 T3 T4 T5
TABEL 3.8
Letak T0 T1 T2 T3 T4 T5
TABEL 3.9
Skala MMRC T0 T1 T2 T3 T4 T5
4 3 3 2 1 0
47
H. Pembahasan
disimpulkan bahwa terdapat penurunan derajat sesak yang dialami oleh pasien
setelah diberikan tindakan fisioterapi sebanyak lima kali. Di lihat dari hasil skala
penjelasan sesak yang dirasakan berat dan pada terapi terakhir dengan nilai
1 dengan penjelasan sesak yang dirasakan pasien adalah sesak yang sangat
sedikit. Modalitas yang sesuai untuk mengurangi sesak nafas pada pasien
adalah nebulizer. Modalitas nebulizer ini bekerja dengan mengubah larutan atau
obat cair menjadi aerosol yang bertujuan untuk mengurangi obstruksi jalan nafas
kecil ke udara. Partikel tersebut kemudian dapat dihirup melalui hidung dan
nebulizer berukuran 1-8 µm, hal ini memungkinkan ukuran partikel aerosol
dapat masuk sampai dalam alveolus (Sherwood, 2011). Ukuran partikel yang
dihasilkan nebulizer sangat tepat menuju organ target yaitu bronkus (Roche et al.,
2013). Pada kondisi ini obat yang digunakan adalah menggunakan combivent.
(bronkus). Efek dari pengobatan ini adalah terjadi pelebaran dari pada
48
Pada kasus ini didapatkan hasil bahwa deep breathung exercise dapat
menurunkan nyeri post fungtie. Dari yang T0 nyeri diam 3,2, nyeri tekan 5,1,
nyeri gerak 6,9 dan pada T5 berkurang menjadi nyeri diam 0, nyeri tekan 1,1,
nyeri gerak 2,5 Deep breathing selain dapat meningkatkan volume paru juga dapat
mengurangi nyeri karena dapat memberikan efek rileksasi pada post fungtie
dengan meningkatnya rileksasi pada pasien maka dapat menurunkan nyeri pada
daerah tusukan. Deep breathung exercise yang telah dilakukan pada pasien post
fungtie sesuai dalam teori Smeltzer & Bare (2002) bahwa Deep breathung
teraktivasi dan menurunkan kadar hormon kortisol dan adrenalin dalam tubuh yag
mempengaruhi tingkat stress dan membuat pasien menjadi tenang tenang serta
napas teratur. Pada saat melakukan napas dalam maka akan merangsang tubuh
Dapat kita lihat dari tabel 3.6 di atas, bahwa adanya penurunan
retensi sputum pada pemeriksaan auskultasi dari terapi pertama hingga terapi
terakhir. Pada terapi pertama sputum terletak pada pada paru lobus kanan ICS 2
dan pada terapi terakhir letak sputum pada paru lobus kanan ICS 1 dan suara
49
exercise, dan huffing. Dalam hal ini ACBT berperan dalam mengurangi sputum
dimana dengan latihan huffing dapat meningkatkan tidal volume dan membuka
dengan selisih tiap segmen yaitu, pada batas axilla 0,5 cm, ICS IV 1 cm, dan
thoraks. Hasil selisih ekspansi thoraks selama terapi yaitu, T1 dengan selisih pada
batas axilla 1 cm, ICS IV 1 cm, dan processus xyphoideus 1 cm. Hasil T2
yaitu selisih pada batas axilla 1 cm, ICS IV 1 cm, dan processus xyphoideus 1
cm. Hasil T3 yaitu selisih pada batas axilla 2 cm, ICS IV 1 cm, dan
processus xyphoideus 1 cm. Hasil T4 yaitu selisih pada batas axilla 2 cm, ICS
yaitu selisih pada batas axilla 2 cm, ICS IV 2 cm, dan processus xyphoideus
rumah atau sesak napas saat berpakaian atau berganti pakaian. Setelah
menjalankan terapi, pada T1 dengan nilai T1: 3, artinya berhenti untuk mengatur
napas setelah berjalan 90 meter atau setelah beberapa menit di permukaan datar,
hal ini dikarenakan kondisi pasien masih dalam sesak nafas berat sehingga
dengan nilai MMRC 2, adalah berjalan lebih lambat pada permukan datar
dibandingkan orang lain yang seusia karena sesak napas atau harus berhenti untuk
dengan nilai 1, terganggu sesa napas ketika terburu-buru berjalan di tanah yang
datar atau mendaki tanjakan. Dan pada terapi terakhir T5 telah mengalami
sesak kecuali pada keadaan olahraga yang berat. Hal ini dikarenakan sesak nafas
nafas pasien dan gejala yang lainnya. Nebulizer dengan metode inhalasi mampu
fungsional.