KARDIO
Letak jantung di mediastinum rongga dada, bentuk conus. Apex cordis (ujung, inferior) di ICS 5 (9
cm dari mid line). Basal cordis (convex, superior) di pertemuan cartilago costalis 2 dan sternum.
Lapisan jantung (dari luar ke dalam): pericardium (pericardium fibrous), pericardium (pericardium
serous lapisan parietal), ruang antar lapisan, epicardium (pericardium serous lapisan visceral),
myocardium (lapisan otot yang membuat bentuk jantung dan bertanggung jawab pada aksi
pemompaan), endocardium (ikut membentuk septum dan valvula).
Pemompaan jantung dipengaruhi (1) kontraktilitas miokardium, (2) denyut (irama & kecepatan),
(3) beban awal, (4) beban akhir. Beban awal, beban yang diterima ventrikel kiri saat akhir diastole,
ditentukan oleh jumlah darah yang kembali dari sistem vena tubuh ke jantung kanan lalu dipompa
ke paru dan masuk ke ventrikel kiri dari paru. Beban akhir, beban yang dihadapi otot jantung saat
berkontraksi memompa darah keluar dari ventrikel kiri ke aorta, ditentukan oleh tahanan perifer.
Regulasi kerja jantung (1) jangka pendek oleh saraf simpatis/ortosimpatis (dalam keadaan darurat,
meningkatkan) dan saraf parasimpatis (membuat homeostasis, menurunkan), (2) jangka panjang
oleh ren (suprarenalis memproduksi hormon angiotensin yang bekerja seperti saraf simpatis).
Siklus jantung adalah pergantian fase kontraksi/sistolik dan rileksasi/diastolic. Pada keadaan rest,
fase diastolik (0,5 detik) > panjang daripada fase sistolik (0,35 detik). Pada keadaan heavy
exercise, fase diastolik (0,13 detik) > pendek daripada fase sistolik (0,2 detik). Terkait hal itu maka
exercise yang sangat berat dapat membuat otot jantung “kram” karena relative tanpa relaksasi.
Heart Rate (HR) = Denyut Nadi (DN), jumlah kontraksi ventrikel/menit (beat per minute /bpm).
HR max (DN max) = 220 – usia + 8 / menit. HR Reserve (HRR) = HR max – HR rest
PENYAKIT JANTUNG
Fibrilasi Atrial
- Gangguan ritme listrik jantung, kerja atrial terganggu, kontraksi otot jantung tidak beraturan,
jantung tidak dapat memompa darah dengan normal.
- Disebabkan hipertiroid dan keracunan alcohol.
Penyakit Jantung/Arteri Koroner (PJK)
- Terbanyak = the silent killer, penyempitan arteri, darah ke jantung berkurang / terhenti. Otot
jantung yang rusak akan mati tanpa regenerasi maupun reorganisasi.
- Gejala simptomatik maupun asimtomatik.
- Bisa berakibat penyakit serebrovaskular (stroke) karena menyumbat pembuluh darah di jantung
yang mengarah ke otak.
- Disebabkan aterosklerosis (>>), hipertensi, obes, minim OR, non kontrol DM, stres, keturunan.
- Aterosklerosis:
# Pengerasan/penebalan a. koroner akibat penumpukan plak ateromatosa (kolesterol, lemak,
sisa metabolisme lain) di dinding arteri yang mensuplai miokardium dengan O2 dan nutrisi.
# Bila menutupi > 70 % lumen arteri, terjadi iskemik jantung, dirasakan (angina atau
penurunan toleransi aktivitas) saat peningkatan kerja jantung.
# Bila penutupan lumen hampir komplit, terjadi simtom iskemik coroner kronis (angina saat
rest dan edema pulmo), sampai derajat tertinggi (infark miokardium akut / heart attacks).
# Bisa terjadi sobekan plak menutupi pembuluh yang lebih kecil.
# Penyebab aterosklerosis, mayoritas pola makan dan gaya hidup tak sehat (merokok, >>
konsumsi makanan kaya kolesterol dan lemak jenuh).
# Tingkat Keluhan Angina:
Grade 1 : ringan, ketidaknyamanan baru dirasakan.
Grade 2 : ringan-sedang, ketidaknyamanan dirasakan tanpa sebab atau dirasakan
pada kondisi yang biasanya tidak terjadi rasa itu.
Grade 3 : sedang-berat, sulit diredakan kecuali oleh situasi yang benar-benar membuat
pasien teralihkan.
Grade 4 : berat, rasa ketidaknyamanan paling menyakitkan yang sulit dibayangkan.
Heart Failure
- Fungsi kerja jantung terganggu akibat otot jantung tidak cukup pasokan darah, sehingga tidak
mampu memompa darah ke jaringan tubuh (tidak maksimal), walau darah balik masih normal.
- Klasifikasi:
# disfungsi sistolik, diastolik
# gagal backward, forward
# gagal jantung kiri, kanan
# berdasarkan New York Heart Association (NYHA)
# berdasarkan American College of Cardiology (ACC)
- Gagal Kiri
# Normal bila pada akhir sistole ada sisa darah di ventrikel.
# Gagal kiri bila sisa darah > banyak à tekanan akhir diastole meningkat à terjadi bendungan
di atrium kiri à tekanan vena pulmonalis dan kapiler paru meningkat à tekanan hidrostatik
meningkat à terjadi transudasi cairan à edema paru.
# Terjadi akibat gangguan kontraktilitas, infark miokard, iskemia miokard, kelebihan beban
volume kronik (regurgitasi mitral, aorta), kardiomiopati dilatasi, kelebihan beban tekanan,
stenosis aorta, hipertensi tidak terkendali.
# Sesak, mula-mula bila beraktivitas (dyspnoe d’effort), lanjut harus tidur dengan bantal tinggi
(orthopnea), asma kardiale (paroxysmal nocturnal dyspnea), ronki basah, exercise
intolerance, dizziness, confusion, ekstremitas dingin saat rest.
- Gagal Kanan
# Mengkuti gagal kanan (gagal kongestif)
# Terjadi pula akibat atrial/ventricular septal defect, cor pulmonale (PPOK, chest kondisi)
# Gejala dyspnoe de effort, ortopneu, dyspneu nokturnal paroksimalis, udem kedua tungkai,
nyeri perut kanan atas (hepatomegali), tekanan vena jugularis meningkat.
Review rekam medis antara lain (1) diagnosis primer, (2) problem medis tambahan yang
signifikan, (3) terapi medis yang telah didapat, (4) kontraindikasi terapi berdasarkan evaluasi,
(5) prioritas untuk memantau kondisi dengan aktivitas, (6) faktor resiko yang mungkin terjadi.
Pemeriksaan subjektif meliputi (1) pemahaman paada kondisi pasien, (2) gejala yang dirasakan
dan tanda yang dijumpai, (3) target harapan pasien, (4) keadaan keluarga, (5) riwayat pekerjaan
dan hobi, (6) profil psikologis.
Pemeriksaan fisik meliputi (1) observasi postur, gait, warna kulit, ekspresi wajah, (2) palpasi
chest wall pain, sirkulasi daerah ekstremitas, (3) auskultasi suara jantung.
Suara jantung:
- Suara Jantung I, normal (0,15 detik). Seperti bunyi “lup”, nada rendah, relative lama. Akibat
penutupan bersamaan katup bikuspidalisl dan trikuspidalis, juga getaran dinding miokardium.
- Suara Jantung II, normal (0,12 detik). Seperti bunyi “dup”, nada lebih tinggi, lebih singkat.
Akibat penutupan hampir bersamaan katup aortal disusul katup pulmonal.
- Suara Jantung III, normal di usia muda (0,015 – 0,017 detik). Akibat aliran cepat ke ventrikel.
Bila terdengar keras di usia tua (protodiastolik gallop) abnormal. Bila terdengar di apeks
prediksi gagal jantung kiri. Bila terdengar di daerah sternum prediksi gagal jantung kanan.
- Suara Jantung IV, normal di usia dewasa (0,08 detik), intensitas rendah, sebelum suara jantung
I. Akibat penurunan (compliance) kontraksi atrium yang mengalirkan darah ke ventrikel. Bila
terdengar keras pada lansia akibat otot ventrikel kaku (hipertensi ventrikel).
- Suara Gallops, abnormal, seperti derap langkah kuda. Akibat pengisian darah ke ventrikel
selama fase diastolic terhambat.
- Suara Murmur, abnormal, bising. Akibat perubahan kecepatan arus darah (turbulensi) karena
penyempitan atau katup insufiensi.
- Suara Rubs (Friction Rub), abnormal, gesekan. Akibat peradangan pericardium.
Ambulasi Termonitor.
- Jarak awal tempuh bervariasi, individual. Kondisi berat 3-6 m, kondisi non komplikasi 45-91 m.
- Sebelum latihan dilakukan pengecekan HR & BP (pada posisi supine, sitting, standing) dan
rekaman resting EKG. Selama ambulasi dilakukan pengecekan HR, BP, rekaman EKG.
- Aktivitas ini dapat meningkatkan HR 80-125 bpm dan meningkatkan BP 120-150 mmHg
- Ambulasi stop bila (1) BP > 180/110 mmHg / BP > 10-15 mmHg, (2) beda systolic & diastolic
< 20 mmHg, (3) PVC berpasangan, 3=> PVC berturutan, PVC dengan R pada puncak T selama
exc, (4) angina pectoris, (5) fatigue, dizziness, (6) poin 2 + 4 + sesak saat ambulasi.
TREATMENT
Bertujuan pembalikan beban berlebih dan beban kerja jantung, dengan menurunkan kerja
jantung melalui proposional istirahat, diet makanan kecil, mencegah anemia.
Menguatkan kontraksi otot-otot jantung dengan obat,
Merubah pola makan dan life style untuk mencegah dan menurunkan resiko:
- cegah/kurangi stres
- tidak merokok aktif/pasif
- menu seimbang, rendah lemak/kolesterol, buah dan sayur >>.
- exercise teratur per hari (berat normal < 30 menit, over weight 60 menit, obesitas 90 menit).
- jaga tensi, gula darah, kolesterol.
Tindakan operasi.
- Intervensi Koroner Perkutan Primer.
Memperlebar diameter pembuluh a. koroner yang tersumbat, dengan memasukan stent
(cincin) ke arteri tsb. melalui proses kateterisasi jantung atau angiografi koroner.
- Operasi bypass arteri jantung.
Membuka jalur aliran darah baru menuju jantung, agar suplai darah tercukupi. Pembuluh
darah yang ditanam di ambil dari anggota tubuh paha atau lengan.
Untuk PJB.
- Berupa exercise dan aktifitas fisik yang menyenangkan.
- Kegiatan yang membuat anak-anak dengan nyaman memperkuat otot-otot dan
mempertahankan kesehatan (terjaga tetap sehat).
- Sebagian anak/remaja perlu pembatasan jumlah/jenis latihan.
Tujuan umum,
- Pastikan jumlah aktivitas untuk kemungkinan terbaik bagi kondisi fisik, mental, sosial à dapat
melanjutkan hidup aktif produktif percaya diri sesuai kemampuan.
- Modifikasi perilaku guna menghambat/perbaiki kondisi, me<i resiko serangan jantung sebagai
second prevention.
Manfaat.
- mengurangi mortality
- mengurangi biaya RS
- membiasakan diet rendah kolesterol (non smoking)
- meningkatkan kualitas hidup (QoL)
- penyesuaian psikologis
- memberikan lingkup dukungan sosial
Fase I
- Bertujuan:
# Screening pasien terhadap kemunculan komplikasi.
# Memulai pemberian aktivitas tingkat rendah.
# Edukasi pasien & klrg tentang kondisi & yang terkait.
# Memantau efektivitas obat dalam kontrol kondisi kardiovaskuler pasien selama aktivitas.
# Penekanan pada menstabilkan kondisi pasien, memastikan aktivitas umum harian tak berefek
yang tidak diinginkan.
- Pelaksanaan:
# Di RS hari ke 2 – 3, latihan ringan dibantu instruktur (passive exercise).
# Latihan aktif, senam di bed/kursi, latihan lengan & tungkai, mencegah penyakit tirah baring.
# Lanjut di ruang rawat, latihan jalan di / keluar ruangan, berlatih di gymnasium, disertai
pengawasan perubahan nadi, BP, keluhan pernafasan (hemodinamik), monitoring perubahan
rekaman EKG jarak jauh (telemonitor). Penilaian bermanfaat menentukan respons latihan.
# Sebelum dipulangkan ke rumah, tes evaluasi kemampuan fisik dengan treadmill.
Fase II
- Bertujuan
# Meningkatkan kapasitas latihan dan daya tahan dengan aman dan progresif.
# Melanjutkan program latihan à masa transisi dengan lingkungan rumah.
# Mengevaluasi respon kardiovaskuler terhadap beban kerja external, ringan s.d. sedang.
# Melatih pasien tehnik memonitoring diri dalam aktivitas di rumah.
# Memonitoring efektivitas obat.
# Menurunkan tingkat kecemasan dan depresi.
# Meningkatkan pengetahuan tentang perilaku hidup sehat.
- Pelaksanaan:
# Post RS minimal 1-2 bulan, meningkatkan program bertahap, berpedoman hasil treadmill.
# Latihan penafasan, ketahanan, latihan alat, relaksasi.
# Dilaksanakan bersama (program indoor) yang telah siap dengan berbagai perlengkapan.
# Di bawah pengawasan ketat tim rehab dan staf.
# Penilaian bermanfaat bagi penentuan ramalan perjalanan penyakit, menilai kebutuhan
intervensi operative.
# Diupayakan rehabilitasi lain (penilaian kondisi gizi, psikologis dsb), bimbingan khusus
melalui edukasi pasien dan keluarga secara grup.
# Di akhir latihan, dilaksanakan uji ulang kemampuan fisik dengan treadmil atau ergocycle
untuk penyusunan program fase III.
Fase III
- Bertujuan:
# Persiapan bila sendirian (post fase III diizinkan kembali bekerja (return to work).
# Membiasakan bisa berlatih sendiri (program rehabilitasi fase IV) atau bergabung di klub
jantung di lokasi perumahan.
- Pelaksanaan:
# Latihan lanjutan 3-6 bulan pasca serangan, pemantapan latihan fase II.
# Tempat lebih luas dan terbuka (program out door).
# Edukasi membentuk/meningkatkan percaya diri (beberapa hal mempersulit pasca serangan/
bedah jantung untuk kembali di kehidupan normal, terutama aspek psikologis berlebihan
mencegah pasien beraktivitas).
PERESEPAN LATIHAN
Peresepan latihan adalah proses mendesain sejumlah aktivitas fisik secara sistematis dan individual
(American College of Sports Medicine / ACSM). Komponen utama (1) mode, (2) durasi, (3)
frekuensi, (4) intensitas, (5) progresifitas. Bertujuan memfasilitasi perubahan positif pada
kebiasaan aktivitas fisik personal.
Rehab Jantung Fase I:
- Dahulu bed rest time panjang, sekarang dikuatirkan dapat memicu DVT, emboli paru,
deconditioning, peningkatan kecemasan dan depresi.
- Bed rest berkepanjangan bila hemodinamik tidak stabil, shock, gagal jantung, arritmia serius.
- Perencanaan discharge (persiapkan pasien untuk mendapat kontinuitas dalam perawatan dan
mempertahankan derajat kesehatannya, sampai siap kembali ke lingkungan keluarga)
Komponen warm-up.
- Bertujuan menyiapkan otot, saraf, jantung, pernapasan, sistem vaskuler untuk latihan inti.
- Intensitas dan kecepatan rendah, repetisi dan beban meningkat secara bertahap.
- Mobility exercise dan stretching, durasi 15 menit, untuk mempersiapkan sendi dan otot spesifik
yang digunakan selama latihan inti. Mobility exercise dengan persiapan untuk mempertahankan
kenaikan denyut jantung dan mencegah penurunan tekanan darah. Stretching statis dengan
persiapan, mencapai akhir ROM sampai muncul rasa tidak nyaman ringan tapi bukan nyeri.
- Meningkatkan denyut sampai 20 denyut/menit dibawah Target Heart Rate, skala RPE max 13.
- Latihan lengan bertahap, diatas kepala dilakukan pelan-pelan menghindari kenaikan SBP.
Prinsip overload.
- Peresepan latihan dibuat individual dengan prinsip FITT (E) atau FITT (A).
F = frekuensi (jumlah hari/minggu) I = intensitas (berat yang dibutuhkan)
T = time (menit/hari) T = tipe (aktivitas spesifik)
E = Enjoyment/kesenangan A = Adherence/taat
- Tergantung kemampuan exercise individual, motivasi dan pilihan.
- Rekomendasi 60-75% HR max atau HRR max 40-60 dan skala RPE 12-15.