Anda di halaman 1dari 8

KISI – KISI SOAL SEMESTER IV – 2017/2018 (UAS) – FT D Kardio Pulmonal

KARDIO

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM KARDIO

 Letak jantung di mediastinum rongga dada, bentuk conus. Apex cordis (ujung, inferior) di ICS 5 (9
cm dari mid line). Basal cordis (convex, superior) di pertemuan cartilago costalis 2 dan sternum.

 Lapisan jantung (dari luar ke dalam): pericardium (pericardium fibrous), pericardium (pericardium
serous lapisan parietal), ruang antar lapisan, epicardium (pericardium serous lapisan visceral),
myocardium (lapisan otot yang membuat bentuk jantung dan bertanggung jawab pada aksi
pemompaan), endocardium (ikut membentuk septum dan valvula).

 Pemompaan jantung dipengaruhi (1) kontraktilitas miokardium, (2) denyut (irama & kecepatan),
(3) beban awal, (4) beban akhir. Beban awal, beban yang diterima ventrikel kiri saat akhir diastole,
ditentukan oleh jumlah darah yang kembali dari sistem vena tubuh ke jantung kanan lalu dipompa
ke paru dan masuk ke ventrikel kiri dari paru. Beban akhir, beban yang dihadapi otot jantung saat
berkontraksi memompa darah keluar dari ventrikel kiri ke aorta, ditentukan oleh tahanan perifer.

 Regulasi kerja jantung (1) jangka pendek oleh saraf simpatis/ortosimpatis (dalam keadaan darurat,
meningkatkan) dan saraf parasimpatis (membuat homeostasis, menurunkan), (2) jangka panjang
oleh ren (suprarenalis memproduksi hormon angiotensin yang bekerja seperti saraf simpatis).

 Siklus jantung adalah pergantian fase kontraksi/sistolik dan rileksasi/diastolic. Pada keadaan rest,
fase diastolik (0,5 detik) > panjang daripada fase sistolik (0,35 detik). Pada keadaan heavy
exercise, fase diastolik (0,13 detik) > pendek daripada fase sistolik (0,2 detik). Terkait hal itu maka
exercise yang sangat berat dapat membuat otot jantung “kram” karena relative tanpa relaksasi.

 Heart Rate (HR) = Denyut Nadi (DN), jumlah kontraksi ventrikel/menit (beat per minute /bpm).
HR max (DN max) = 220 – usia + 8 / menit. HR Reserve (HRR) = HR max – HR rest

PENYAKIT JANTUNG

 Kondisi Provokasi Penyakit Jantung.


- Hipertensi, jantung harus bekerja lebih keras memompa darah, melemahkan jantung.
- Diabetes (mellitus), berdampak (negatif) pada kemampuan pemompaan jantung, berdampak
kegagalan jantung pada pasien PJK.
- Pernah mengalami serangan jantung, scar tissue mengganggu fungsi normal jantung.

 Penyakit Jantung Rematik (PJR)


- Penyempitan/kebocoran terutama katup mitral.
- Akibat reaksi autoimun sebagai reaksi penyakit demam rematik.
- Komplikasi paling ditakuti, mengacu ke rusak kronis, lanjut menjadi gagal jantung.

 Endokarditis (jarang) dan Miokarditis


- Endokarditis, infeksi pelapis jantung atau katup, berakibat kerja jantung kurang efisien.
- Miokarditis, infeksi otot jantung, berakibat peradangan jantung, kerja tidak efisien..

 Fibrilasi Atrial
- Gangguan ritme listrik jantung, kerja atrial terganggu, kontraksi otot jantung tidak beraturan,
jantung tidak dapat memompa darah dengan normal.
- Disebabkan hipertiroid dan keracunan alcohol.
 Penyakit Jantung/Arteri Koroner (PJK)
- Terbanyak = the silent killer, penyempitan arteri, darah ke jantung berkurang / terhenti. Otot
jantung yang rusak akan mati tanpa regenerasi maupun reorganisasi.
- Gejala simptomatik maupun asimtomatik.
- Bisa berakibat penyakit serebrovaskular (stroke) karena menyumbat pembuluh darah di jantung
yang mengarah ke otak.
- Disebabkan aterosklerosis (>>), hipertensi, obes, minim OR, non kontrol DM, stres, keturunan.

- Aterosklerosis:
# Pengerasan/penebalan a. koroner akibat penumpukan plak ateromatosa (kolesterol, lemak,
sisa metabolisme lain) di dinding arteri yang mensuplai miokardium dengan O2 dan nutrisi.
# Bila menutupi > 70 % lumen arteri, terjadi iskemik jantung, dirasakan (angina atau
penurunan toleransi aktivitas) saat peningkatan kerja jantung.
# Bila penutupan lumen hampir komplit, terjadi simtom iskemik coroner kronis (angina saat
rest dan edema pulmo), sampai derajat tertinggi (infark miokardium akut / heart attacks).
# Bisa terjadi sobekan plak menutupi pembuluh yang lebih kecil.
# Penyebab aterosklerosis, mayoritas pola makan dan gaya hidup tak sehat (merokok, >>
konsumsi makanan kaya kolesterol dan lemak jenuh).
# Tingkat Keluhan Angina:
Grade 1 : ringan, ketidaknyamanan baru dirasakan.
Grade 2 : ringan-sedang, ketidaknyamanan dirasakan tanpa sebab atau dirasakan
pada kondisi yang biasanya tidak terjadi rasa itu.
Grade 3 : sedang-berat, sulit diredakan kecuali oleh situasi yang benar-benar membuat
pasien teralihkan.
Grade 4 : berat, rasa ketidaknyamanan paling menyakitkan yang sulit dibayangkan.

 Heart Failure
- Fungsi kerja jantung terganggu akibat otot jantung tidak cukup pasokan darah, sehingga tidak
mampu memompa darah ke jaringan tubuh (tidak maksimal), walau darah balik masih normal.
- Klasifikasi:
# disfungsi sistolik, diastolik
# gagal backward, forward
# gagal jantung kiri, kanan
# berdasarkan New York Heart Association (NYHA)
# berdasarkan American College of Cardiology (ACC)

- Gagal Kiri
# Normal bila pada akhir sistole ada sisa darah di ventrikel.
# Gagal kiri bila sisa darah > banyak à tekanan akhir diastole meningkat à terjadi bendungan
di atrium kiri à tekanan vena pulmonalis dan kapiler paru meningkat à tekanan hidrostatik
meningkat à terjadi transudasi cairan à edema paru.
# Terjadi akibat gangguan kontraktilitas, infark miokard, iskemia miokard, kelebihan beban
volume kronik (regurgitasi mitral, aorta), kardiomiopati dilatasi, kelebihan beban tekanan,
stenosis aorta, hipertensi tidak terkendali.
# Sesak, mula-mula bila beraktivitas (dyspnoe d’effort), lanjut harus tidur dengan bantal tinggi
(orthopnea), asma kardiale (paroxysmal nocturnal dyspnea), ronki basah, exercise
intolerance, dizziness, confusion, ekstremitas dingin saat rest.

- Gagal Kanan
# Mengkuti gagal kanan (gagal kongestif)
# Terjadi pula akibat atrial/ventricular septal defect, cor pulmonale (PPOK, chest kondisi)
# Gejala dyspnoe de effort, ortopneu, dyspneu nokturnal paroksimalis, udem kedua tungkai,
nyeri perut kanan atas (hepatomegali), tekanan vena jugularis meningkat.

- Gagal Kanan Akut


# Bendungan di atrium kanan, vena kava superior/inferior (v.jugularis interna, v. hepatika)
# Edema tungkai, hepatomegali, spleenomegali
- Klasifikasi berdasarkan NYHA
# Class I, tak ada batasan aktivitas yang biasa dilakukan, tak ada gejala aktivitas keseharian.
# Class II, sedikit terbatas, hambatan ringan aktivitas, nyaman saat rest/pakai tenaga ringan.
# Class III, ada hambatan aktivitas apapun, nyaman hanya saat beristirahat.
# Class IV, semua aktivitas fisik menimbulkan tidak nyaman, gejala timbul saat beristirahat.

- Klasifikasi berdasarkan ACC


# Stage A, beresiko tinggi berkembang ke heart failure, tetapi tak ada gangguan secara
fungsional maupun struktur.
# Stage B, gangguan struktur jantung, tetapi tak ada gejala di saat apapun.
# Stage C, gejala heart failure dcccccccccccccccccccdidasari problem struktur jantung, tetapi
dapat dikelola secara medis.
# Stage D, kondisi berlanjut, butuh perawatan di RS, transplantasi jantung, terapi palliative.

 Kelainan Katup Jantung.


- Katup jantung berfungsi mengontrol dan kendalikan aliran darah dalam jantung.
- Kerusakan katup jantung à jantung bekerja > keras.
- Biasanya congenital, akibat infeksi virus/bakteri jantung, efek samping obat.

 Penyakit Jantung Bawaan (PJB) = Congenital Heart Diease (CHD)


- Kelainan jantung yang terjadi sejak dalam kandungan, jantung/pembuluh darah sekitar jantung
tidak terbentuk sempurna pada masa perkembangan janin (3 bulan pertama kehamilan).
- Biasanya tidak terdeteksi di awal, menyebabkan kerusakan seiring pertambahan waktu.
- Penyebab (mayoritas) tidak di ketahui, namun ada anggapan infeksi virus pada ibu saat hamil,
keturunan, alkohol, obat berbahaya temasuk obat aborsi.

- Ventricular Septal Defect (VSD).


Lubang di sekat antar bilik, kebocoran aliran darah, sebagian darah kaya O2 kembali ke paru,
menghalangi darah rendah O2 memasuki paru.

- Atrial Septal Defect (ASD).


Lubang di sekat antar serambi, kebocoran aliran darah, sebagian darah kaya O2 kembali ke
paru, menghalangi darah rendah O2 memasuki paru.

- Patent Ductus Arteriosus (PDA) Persistent.


Duktus arteriosus adalah pembuluh darah penghubung a. pulmonalis dan bagian aorta distal a.
subklavia (normal tertutup bila usia bertambah). Terjadi kelainan bila tetap terbuka secara
anatomis sampai dewasa.

- Pulmonary Stenosis (PS).


Penyempitan katup antara bilik kanan jantung dan paru. Bilik kanan kerja keras memompa
darah, sehingga makin lama makin membesar (hipertrofi).

- Tetralogy of Fallot (TF).


Komplikasi kelainan jantung bawaan yang khas, melibatkan 4 kondisi (VSD, PS, bilik kanan
hipertrofi, akar aorta tepat berada di atas lubang VSD (peran penting VSD dan PS, VSD
minimal = lubang aorta). Lubang VSD besar, darah dari bilik kanan melalui lubang ini ke bilik
kiri, karena ada hambatan pada katup paru. Setelah masuk bilik kiri, darah rendah O2 itu
dipompa ke aorta dan mengalir ke seluruh tubuh.

PEMERIKSAAN KASUS KARDIO

 Review rekam medis antara lain (1) diagnosis primer, (2) problem medis tambahan yang
signifikan, (3) terapi medis yang telah didapat, (4) kontraindikasi terapi berdasarkan evaluasi,
(5) prioritas untuk memantau kondisi dengan aktivitas, (6) faktor resiko yang mungkin terjadi.
 Pemeriksaan subjektif meliputi (1) pemahaman paada kondisi pasien, (2) gejala yang dirasakan
dan tanda yang dijumpai, (3) target harapan pasien, (4) keadaan keluarga, (5) riwayat pekerjaan
dan hobi, (6) profil psikologis.

 Pemeriksaan fisik meliputi (1) observasi postur, gait, warna kulit, ekspresi wajah, (2) palpasi
chest wall pain, sirkulasi daerah ekstremitas, (3) auskultasi suara jantung.

 Suara jantung:
- Suara Jantung I, normal (0,15 detik). Seperti bunyi “lup”, nada rendah, relative lama. Akibat
penutupan bersamaan katup bikuspidalisl dan trikuspidalis, juga getaran dinding miokardium.
- Suara Jantung II, normal (0,12 detik). Seperti bunyi “dup”, nada lebih tinggi, lebih singkat.
Akibat penutupan hampir bersamaan katup aortal disusul katup pulmonal.
- Suara Jantung III, normal di usia muda (0,015 – 0,017 detik). Akibat aliran cepat ke ventrikel.
Bila terdengar keras di usia tua (protodiastolik gallop) abnormal. Bila terdengar di apeks
prediksi gagal jantung kiri. Bila terdengar di daerah sternum prediksi gagal jantung kanan.
- Suara Jantung IV, normal di usia dewasa (0,08 detik), intensitas rendah, sebelum suara jantung
I. Akibat penurunan (compliance) kontraksi atrium yang mengalirkan darah ke ventrikel. Bila
terdengar keras pada lansia akibat otot ventrikel kaku (hipertensi ventrikel).
- Suara Gallops, abnormal, seperti derap langkah kuda. Akibat pengisian darah ke ventrikel
selama fase diastolic terhambat.
- Suara Murmur, abnormal, bising. Akibat perubahan kecepatan arus darah (turbulensi) karena
penyempitan atau katup insufiensi.
- Suara Rubs (Friction Rub), abnormal, gesekan. Akibat peradangan pericardium.

EVALUASI KASUS KARDIO

 Evaluasi terdiri dari:


- Evaluasi Perawatan Diri dan Ambulasi Termonitor untuk evaluasi respon jantung pada aktivitas
rendah. Diperlukan 2 orang terlatih (1) untuk observasi gambaran EKG/membuat rekaman
EKG di setiap aktivitas dan (2) pemeriksa BP/ pemonitor clinical sign & symptom selama
aktivitas. Diikuti Low Level Exercise Test.
- Evaluasi Dinamik mengidentifikasi dan menginterpretasi respon jantung, terhadap aktivitas
desain progressive melalui monitoring HR, BP, ECG, symptom dan sign, suara jantung.

 Ambulasi Termonitor.
- Jarak awal tempuh bervariasi, individual. Kondisi berat 3-6 m, kondisi non komplikasi 45-91 m.
- Sebelum latihan dilakukan pengecekan HR & BP (pada posisi supine, sitting, standing) dan
rekaman resting EKG. Selama ambulasi dilakukan pengecekan HR, BP, rekaman EKG.
- Aktivitas ini dapat meningkatkan HR 80-125 bpm dan meningkatkan BP 120-150 mmHg
- Ambulasi stop bila (1) BP > 180/110 mmHg / BP > 10-15 mmHg, (2) beda systolic & diastolic
< 20 mmHg, (3) PVC berpasangan, 3=> PVC berturutan, PVC dengan R pada puncak T selama
exc, (4) angina pectoris, (5) fatigue, dizziness, (6) poin 2 + 4 + sesak saat ambulasi.

 Alat ukur evaluasi dengan 6MWT.


Segera sesudah tes, diminta menunjuk derajad sesak dengan Borg Scale SOB dan derajad berat
aktivitas dengan Borg Scale RPE. Diukur HR, BP, RR, saturasi O2. Diminta menjelaskan keluhan
yang menghambat jalan (mis: sesak, nyeri tungkai, dll).

 Low Level Exercise Test (LLET).


Prosedur latihan dengan tahapan meningkat, 2-3 METs sampai 6-7 METs (Metabolic Equivalent of
Task = jumlah penggunaan energy / VO2 yang dibutuhkan, keadaan normal/istirahat.
Normal dewasa 1 MET = 3,5 mL/kg/min.
Bertujuan (1) identifikasi pasien resiko tinggi, (2) evaluasi efektifitas terapi medis, (3) memberi
dasar rekomendasi dalam aktivitas dan terapi latihan.
Harus stop bila target HR tercapai, hipotensi, angina pektoris, kelelahan, pasien tidak nyaman.
 Elektro Kardio Gram.
Prinsip komponen dasar yang harus dimiliki sebuah gambaran EKG normal.
- Gelombang P, relatif berukuran kecil, hasil depolarisasi atrium kanan dan kiri. Kelainan
gambaran = kelainan pada atrium.
- Segmen PR, garis isoelektrik penghubung gelombang P dan gelombang QRS, aktivitas listrik
dari atrium ke ventrikel. Perubahan segmen PR = gangguan konduksi dari atrium ke ventrikel.
- Gelombang Kompleks QRS, kelompok gelombang hasil depolarisasi ventrikel kanan dan kiri.
Terdiri dari gelombang Q (gelombang ke bawah pertama), gelombang R (gelombang ke atas
pertama), gelombang S (gelombang ke bawah pertama setelah gelombang R).
- Gelombang ST, garis isoelektrik penghubung kompleks QRS dan gelombang T.
- Gelombang T, potensial repolarisasi ventrikel kanan dan kiri.

 Treadmill (Jentera Lari) dengan Protokol Bruce


- Tes diagnostic untuk evaluasi fungsi jantung dan kebugaran jasmani via pengukuran VO2 Max.
- Pre tes (1) pemeriksaan tensi, (2) warming up, (3) atur inklinasi dan kecepatan.
- Pasien berjalan/berlari di atas treadmill, fisioterapis mengawasi dan mengubah inklinasi
maupun kecepatannya pada waktunya.
- Tentukan awal start dalam hal inklinasi dan kecepatan.
- Peningkatan inklinasi dan peningkatan kecepatan sesuai table yang baku.
- Tes dibuat 10 tahap, bila sudah lelah (tidak bisa melanjutkan) catat waktu terakhir (T). Prediksi
VO2 Max (ml/kg/min) dengan rumus tertentu.
- Hasil penghitungan dengan rumus tersebut sesuaikan dengan predikat yang ada pada table
Maximal Okigen Uptake Normal, berdasarkan usia dan jenis kelamin terdapat predikat
Excellent / amat baik
Baik
Di atas rata-rata
Rata-rata
Di bawah rata-rata
Kurang/miskin
Amat kurang

TREATMENT

 Bertujuan pembalikan beban berlebih dan beban kerja jantung, dengan menurunkan kerja
jantung melalui proposional istirahat, diet makanan kecil, mencegah anemia.
 Menguatkan kontraksi otot-otot jantung dengan obat,
 Merubah pola makan dan life style untuk mencegah dan menurunkan resiko:
- cegah/kurangi stres
- tidak merokok aktif/pasif
- menu seimbang, rendah lemak/kolesterol, buah dan sayur >>.
- exercise teratur per hari (berat normal < 30 menit, over weight 60 menit, obesitas 90 menit).
- jaga tensi, gula darah, kolesterol.
 Tindakan operasi.
- Intervensi Koroner Perkutan Primer.
Memperlebar diameter pembuluh a. koroner yang tersumbat, dengan memasukan stent
(cincin) ke arteri tsb. melalui proses kateterisasi jantung atau angiografi koroner.
- Operasi bypass arteri jantung.
Membuka jalur aliran darah baru menuju jantung, agar suplai darah tercukupi. Pembuluh
darah yang ditanam di ambil dari anggota tubuh paha atau lengan.
 Untuk PJB.
- Berupa exercise dan aktifitas fisik yang menyenangkan.
- Kegiatan yang membuat anak-anak dengan nyaman memperkuat otot-otot dan
mempertahankan kesehatan (terjaga tetap sehat).
- Sebagian anak/remaja perlu pembatasan jumlah/jenis latihan.

PROGRAM REHABILITASI JANTUNG (PRJ)

 Tujuan umum,
- Pastikan jumlah aktivitas untuk kemungkinan terbaik bagi kondisi fisik, mental, sosial à dapat
melanjutkan hidup aktif produktif percaya diri sesuai kemampuan.
- Modifikasi perilaku guna menghambat/perbaiki kondisi, me<i resiko serangan jantung sebagai
second prevention.

 Landasan Filososfis PRJ.


- CAD = progresif, kondisi kronis terkait faktor resiko tertentu yang jadi kebiasaan.
- Suatu program latihan pasien post serangan jantung / post intervensi operasi, bermakna bila
didesain untuk setiap pasien dan dievaluasi objektif berkelanjutan.
- Membutuhkan pendekatan tim. Tak ada profesional medis yang dapat memadai menyediakan
semua layanan yang diperlukan dalam melaksanakan prgram rehabilitasi efektif.

 Manfaat.
- mengurangi mortality
- mengurangi biaya RS
- membiasakan diet rendah kolesterol (non smoking)
- meningkatkan kualitas hidup (QoL)
- penyesuaian psikologis
- memberikan lingkup dukungan sosial

 Terbagi menjadi tiga fase:


Fase I (akut)
Fase II (sub akut, lepas dari masa rehabilitasi)
Fase III (jangka panjang untuk kondisi stabil)

 Fase I
- Bertujuan:
# Screening pasien terhadap kemunculan komplikasi.
# Memulai pemberian aktivitas tingkat rendah.
# Edukasi pasien & klrg tentang kondisi & yang terkait.
# Memantau efektivitas obat dalam kontrol kondisi kardiovaskuler pasien selama aktivitas.
# Penekanan pada menstabilkan kondisi pasien, memastikan aktivitas umum harian tak berefek
yang tidak diinginkan.

- Pelaksanaan:
# Di RS hari ke 2 – 3, latihan ringan dibantu instruktur (passive exercise).
# Latihan aktif, senam di bed/kursi, latihan lengan & tungkai, mencegah penyakit tirah baring.
# Lanjut di ruang rawat, latihan jalan di / keluar ruangan, berlatih di gymnasium, disertai
pengawasan perubahan nadi, BP, keluhan pernafasan (hemodinamik), monitoring perubahan
rekaman EKG jarak jauh (telemonitor). Penilaian bermanfaat menentukan respons latihan.
# Sebelum dipulangkan ke rumah, tes evaluasi kemampuan fisik dengan treadmill.
 Fase II
- Bertujuan
# Meningkatkan kapasitas latihan dan daya tahan dengan aman dan progresif.
# Melanjutkan program latihan à masa transisi dengan lingkungan rumah.
# Mengevaluasi respon kardiovaskuler terhadap beban kerja external, ringan s.d. sedang.
# Melatih pasien tehnik memonitoring diri dalam aktivitas di rumah.
# Memonitoring efektivitas obat.
# Menurunkan tingkat kecemasan dan depresi.
# Meningkatkan pengetahuan tentang perilaku hidup sehat.

- Pelaksanaan:
# Post RS minimal 1-2 bulan, meningkatkan program bertahap, berpedoman hasil treadmill.
# Latihan penafasan, ketahanan, latihan alat, relaksasi.
# Dilaksanakan bersama (program indoor) yang telah siap dengan berbagai perlengkapan.
# Di bawah pengawasan ketat tim rehab dan staf.
# Penilaian bermanfaat bagi penentuan ramalan perjalanan penyakit, menilai kebutuhan
intervensi operative.
# Diupayakan rehabilitasi lain (penilaian kondisi gizi, psikologis dsb), bimbingan khusus
melalui edukasi pasien dan keluarga secara grup.
# Di akhir latihan, dilaksanakan uji ulang kemampuan fisik dengan treadmil atau ergocycle
untuk penyusunan program fase III.

 Fase III
- Bertujuan:
# Persiapan bila sendirian (post fase III diizinkan kembali bekerja (return to work).
# Membiasakan bisa berlatih sendiri (program rehabilitasi fase IV) atau bergabung di klub
jantung di lokasi perumahan.

- Pelaksanaan:
# Latihan lanjutan 3-6 bulan pasca serangan, pemantapan latihan fase II.
# Tempat lebih luas dan terbuka (program out door).
# Edukasi membentuk/meningkatkan percaya diri (beberapa hal mempersulit pasca serangan/
bedah jantung untuk kembali di kehidupan normal, terutama aspek psikologis berlebihan
mencegah pasien beraktivitas).

 Manfaat yang didapat dari latihan:


- Efek langsung (ke jantung).
# peningkatan ukuran, kekuatan, daya tahan otot jantung
# peningkatan stroke volume
# penurunan resting dan exercise HR
# perbaikan stabilitas listrik jantung
# peningkatan suplai darah ke jantung melalui kolateral
- Efek tak langsung.
# peningkatan kemampuan otot skeletal untuk mengekstract O2
# peningkatan fitness, kapasitas kerja, HDL
# penurunan obesitas, BP, stress, LDL, mortalitas

PERESEPAN LATIHAN

 Peresepan latihan adalah proses mendesain sejumlah aktivitas fisik secara sistematis dan individual
(American College of Sports Medicine / ACSM). Komponen utama (1) mode, (2) durasi, (3)
frekuensi, (4) intensitas, (5) progresifitas. Bertujuan memfasilitasi perubahan positif pada
kebiasaan aktivitas fisik personal.
 Rehab Jantung Fase I:
- Dahulu bed rest time panjang, sekarang dikuatirkan dapat memicu DVT, emboli paru,
deconditioning, peningkatan kecemasan dan depresi.
- Bed rest berkepanjangan bila hemodinamik tidak stabil, shock, gagal jantung, arritmia serius.
- Perencanaan discharge (persiapkan pasien untuk mendapat kontinuitas dalam perawatan dan
mempertahankan derajat kesehatannya, sampai siap kembali ke lingkungan keluarga)

 Rehab Jantung Fase II:


- Dahulu bed rest time panjang, sekarang dikuatirkan dapat memicu DVT, emboli paru,
deconditioning, peningkatan kecemasan dan depresi.
- Fase immediate post-discharge, normal 4-6 minggu keluar dari RS.
- Penambahan jarak dan waktu secara bertahap, intensitas kurang dari 4 METs, frekuensi harian
progresif sampai 30 menit aktivitas langsung, skala RPE kurang dari 13.

 Rehab Jantung Fase III:


- Exercise terstruktur adalah elemen kunci.
- Bertujuan memberikan latihan aman dan efektif, self-monitoring, meningkatkan aktivitas di
rumah serta lingkungan lain dengan aman.

 Komponen warm-up.
- Bertujuan menyiapkan otot, saraf, jantung, pernapasan, sistem vaskuler untuk latihan inti.
- Intensitas dan kecepatan rendah, repetisi dan beban meningkat secara bertahap.
- Mobility exercise dan stretching, durasi 15 menit, untuk mempersiapkan sendi dan otot spesifik
yang digunakan selama latihan inti. Mobility exercise dengan persiapan untuk mempertahankan
kenaikan denyut jantung dan mencegah penurunan tekanan darah. Stretching statis dengan
persiapan, mencapai akhir ROM sampai muncul rasa tidak nyaman ringan tapi bukan nyeri.
- Meningkatkan denyut sampai 20 denyut/menit dibawah Target Heart Rate, skala RPE max 13.
- Latihan lengan bertahap, diatas kepala dilakukan pelan-pelan menghindari kenaikan SBP.

 Prinsip overload.
- Peresepan latihan dibuat individual dengan prinsip FITT (E) atau FITT (A).
F = frekuensi (jumlah hari/minggu) I = intensitas (berat yang dibutuhkan)
T = time (menit/hari) T = tipe (aktivitas spesifik)
E = Enjoyment/kesenangan A = Adherence/taat
- Tergantung kemampuan exercise individual, motivasi dan pilihan.
- Rekomendasi 60-75% HR max atau HRR max 40-60 dan skala RPE 12-15.

 Interval Training (untuk kondisi jantung)


- Latihan aerobic yang diulang-ulang (work interval/intensitas latihan), setiap kali diselingi rest /
relief interval / recovery interval yang > panjang waktunya berupa rest / rest relief atau aktifitas
ringan / work relief).
- Interval training yang sederhana berupa aktifitas berjalan.
- Interval training komplek berupa Tabata dan Burpee (berat).

 Sirkuit Training (untuk kondisi jantung)


- Latihan aerobic berupa rangkaian latihan berurutan, melibatkan seluruh tubuh.
- Terdiri dari beberapa setasiun / pos, pada setiap pos telah ditentukan bentuk latihannya.
- Satu sirkuit latihan selesai bila telah menyelesaikan latihan di tiap pos sesuai dosis yang telah
ditentukan.

------- NTF.180327 -------

Anda mungkin juga menyukai