BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Fraktur Colles
keseluruhan pada struktur tulang yang disebabkan oleh trauma, tekanan yang
berulang pada tulang, atau kelemahan dari tulang sendiri. Fraktur colles adalah
perpatahan melintang pada ujung tulang radius (di atas pergelangan tangan), dengan
fragmen distal bergeser ke dorsal (Apley et all, 2010). Letaknya pada tulang radius
1/3 distal.
a. Definisi
Pasca berarti setelah, sedangkan ORIF atau open reduction internal fixation
adalah suatu jenis operasi dengan pemasangan internal fixasi yang dilakukan ketika
fraktur tersebut tidak dapat direduksi secara cukup dengan close reduction, atau
ketika plaster gagal untuk mempertahankan posisi yang tepat pada fragmen fraktur
(Adams, 1992). Operasi adalah tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif
dengan membuka bagian tubuh yang akan ditangani. Fraktur merupakan suatu
patahan pada kesinambungan struktur tulang. Patahan yang mungkin tak lebih dari
suatu retakan, suatu pengisutan atau perimpilan korteks, biasanya perpatahan itu
lengkap dan fragmen tulang bergeser (Apley et all, 2010). Colles adalah perpatahan
yang terjadi pada ujung tulang radius (pergelangan tangan). Jadi, pasca operasi
fraktur colles adalah suatu keadaan dimana dilakukan tindakan yang menggunakan
7
cara invasif dengan membuka bagian tubuh yang akan ditangani menggunakan
pemasangan internal fixation akibat perpatahan tulang close reduction pada bagian
3. Anatomi fungsional
a. Tulang radius
Tulang radius merupakan tulang lateral lengan bawah. Ujung proksimal dari
tulang radius bersendi dengan tulang humerus dan ulna. Caput circular pada ujung
circumferentia dari caput circular bertemu dengan incisura radialis ulna membentuk
artic radioulnaris proximalis. Pada ujung distal tulang radius, dibagian lateral
menonjol disebut processus styloideus dan pada bagian medial terdapat incisura
distalis. Facies articularis inferior pada area lateral bersendi dengan tulang
b. Os Ulna
Ulna pembentuk sisi medial dari lengan bawah. Mempunyai struktur kepala
yang berada di distal. Fossa olecranon (posterior) dan procesus coronoid pada
terjadinya gerakan flexsi dan extensi. Dibagian distal ulna juga terdapat struktur
procesus styloid, yang mana membentuk articulatio dengan radius (Azlar, 2017).
8
Ujung atasnya bersendi dengan humerus pada articulatio cubiti, dan dengan
caput radii pada articulatio radioulnaris proximal. Ujung distal bersendi dengan
Ujung atas ulna besar, yaitu processus olecranii. Processus ini mempunyai
Caput ulnae mengecil dari atas ke bawah. Terdapat margo interosseus yang
fossa ini tajam dikenal sabagai crista supinator, sebagai tempat origo musculus
supinator. Ujung distal ulna terdapat caput yang bulat, yang mempunyai tonjolan di
2
Keterangan :
1. Inchisura throclearis
3
2. Ligament anulare radii
6
3. Circumferentia articularis
4
4. Tendo M. biceps brachii
5
5. Radius
6. Chorda oblique
7
7. Membranainterossea antebrachii
8. Tulang ulna
9 10
Gambar 2.1
dibentuk oleh facies articularis inferior pada radius dan deretan proximalis ossa
radiocarpalis adalah dorsal fleksi dan palmar fleksi pergelangan tangan serta
Sendi radioulnaris distalis dibentuk oleh incisura ulnaris dengan caput ulna.
dan supinasi. Gerakan pada sendi radioulnar distal adalah gerak rotasi
Gambar 2.2
Sistem otot pada lengan bawah dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1
Otot Lengan Bawah – Fasial Anterior
(Snell, 2012)
Tabel 2.2
Otot Lengan Bawah – Fasial Lateral Lengan Bawah
Nama Otot Origo Insersio Fungsi
Tabel 2.3
Otot Lengan Bawah – Fasial Posterior
Otot- otot lengan bawah tampak depan (Putz & Pabst, 2000)
4. Biomekanik
Pada sendi radiocarpalis terjadi gerakan palmar fleksi dan dorsal fleksi
pergelangan tangan serta gerakan deviasi radius dan ulna. Pada sendi radioulnar
distal terjadi gerak rotasi. Gerakan palmar fleksi dan dorsal fleksi dapat mencapai 90
serta sendi lain di korpus. Sendi radiocarpal normalnya memiliki sudut 1 - 23 derajat
pada bagian palmar (ventral) seperti pada gambar 2.4. Pada sendi radiocarpal,
tulang carpal yang cembung bergerak pada tulang radius yang permukaannya
cekung, sehingga pada waktu gerakan dorsal fleksi terjadi gerakan rolling ke arah
dorsal sedikit distal dan gliding ke arah palmar sedikit proksimal, sedangkan saat
gerakan palmar fleksi terjadi gerakan rolling ke arah palmar sedikit proksimal dan
gliding ke arah dorsal sedikit distal. Gambar 2.5 memperlihatkan sudut normal yang
Kedokteran, 2008). Pada waktu gerakan radial deviasi, gliding ke arah ulnar
proksimal sedangkan pada gerakan ulnar deviasi gliding ke arah radius distal.
Gambar 2.4
Kedokteran, 2008)
Gambar 2.5
Sudut normal yang dibentuk oleh ulna terhadap sendi radiocarpal (Seputar
Kedokteran, 2008)
Tanda dan gejala klinis yang sering dijumpai pada pasca operasi fraktur
colles adalah (1) oedem di sekitar daerah fraktur, (2) rasa nyeri karena luka fraktur
dan luka bekas operasi, (3) keterbatasan gerak pada sendi pergelanagan tangan, (4)
penurunan kekuatan otot lengan bawah, (5) gangguan aktifitas fungsional tangan
6. Etiologi
Ada penyebab terjadinya fraktur colles yang terjadi akibat pasien ketika
terjatuh tangannya berusaha menahan agar badannya tidak terjatuh terlebih dahulu
dengan posisi tangan terbuka dan pronasi (Sari, 2016). Dilakukan dengan tindakan
dan penurunan kemampuan aktivitas sehari-hari, dan terjadi odema pada pergelangan
tangan.
7. Patofisiologi
operasi yang bertujuan untuk mereduksi perpatahan dan pemberian fiksasi internal.
Dengan fiksasi internal, pasien dapat segera pulang atau meninggalkan rumah sakit.
darah terpotong, cairan limfe akan keluar bersama darah sehingga akan terjadi reaksi
rasa nyeri, pasien akan enggan untuk menggerakkan tangan. Jika keadaan ini
dibiarkan dalam waktu lama, dapat menyebabkan keterbatasan gerak sendi dan
penurunan kekuatan otot pergelangan tangan serta terjadi gangguan fungsi gerak
ditimbulkan hanya sedikit sehingga jaringan granulasi dan proses fibrosis juga
sedikit. Proses penyembuhannya sebagai berikut : (1) saat kulit diiris, beberapa sel
epitel, dermis dan jaringan kulit akan mati., dalam waktu 24 jam pertama akan
timbul reaksi radang (2) 2-3 hari kemudian eksudat akan berlipat ganda dan mulai
terjadi fibroblast (3) hari ke 3-5 gumpalan darah akan mengalami organisasi yaitu
proses pergantian jaringan nekrotik, eksudat dan thrombus (4) timbul kekuatan untuk
mencegah kembali terbukanya luka (tensile strength) pada hari ke-5 (5) hari ke 7-8,
epitelisasi terjadi dan luka akan mulai sembuh (6) hari ke 14-15, tensile strength 1/5
dari maksimum dan dalam 6 minggu akan mencapai maksimum (Hudaya, 2003).
Secara fisiologis tulang mempunyai kemampuan menyambung setelah terjadi
a. Fase hematoma
yang membentuk serat kolagen, kemudian sel-sel endotel akan membentuk kapiler
darah. Pada daerah fraktur yang tidak mendapat suplai darah akan mati sepanjang
satu sampai dua milimeter (Apley et all, 2010). Fase ini dapat berlangsung selama 1-
3 hari.
b. Fase proliferasi
Fase dimana jaringan seluler yang berisi cartilago keluar dari ujung-ujung
Ujung fragmen dikelilingi oleh jaringan yang akan menghubungkan antar fragmen
fraktur. Hematoma akan membeku dan diabsorbsi secara perlahan, kapiler juga akan
berkembang pada daerah fraktur (Apley et all, 2010). Fase ini terjadi antara 3 hari
sampai 2 minggu.
c. Fase kalsifikasi
berkembang berpotensi menjadi chondrogenic dan osteogenic, kemudian sel itu akan
membentuk tulang, cartilago dan osteoclast. Masa tulang menjadi lebih tebal dengan
adanya tulang cartilago dan osteoclast yang disebut dengan callus yang terbentuk di
permukaan periosteum dan endosteum (Apley et all, 1995). Tulang yang dirangkai
(woven bone) muncul pada callus. Pembentukan callus biasanya terjadi dalam waktu
2-6 minggu.
d. Fase konsolidasi
Callus yang belum masak akan membentuk callus utama yang secara
bertahap akan berubah dengan adanya aktifitas osteoblast yang menjadi tulang yang
lebih kuat dan masa strukturalnya berlapis (lamellar bone). Fase ini terjadi selama 3
e. Fase remodeling
Pada fase ini tulang yang patah telah dihubungkan kembali dengan tulang
yang padat yang akan direabsorbsi, lamela yang semakin tebal, dinding-dinding yang
8. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi setelah dilakukan tindakan operasi
pada fraktur colles antara lain: (1) infeksi luka karena incisi, (2) atrofi otot, (3)
kekakuan sendi, (4) ruptur tendon, (5) proses penyambungan tulang yang tidak
sempurna, seperti delay union, non union dan mal union (Apley et all, 2010).
9. Prognosis
Prognosis pada fraktur colles tergantung pada usia penderita, jenis kelamin,
jenis dan lokasi fraktur, banyaknya perpatahan, peredaran darah pada daerah
perpatahan serta ada tidaknya faktor penyulit (Apley et all, 2010). Fraktur colles
mempunyai prognosis yang baik bila penderita memperoleh penanganan yang tepat
berupa operasi untuk mereduksi fragmen perpatahan dan pemberian fiksasi internal.
Kemudian setelah internal fiksasi sudah dilepas, latihan dapat segera dilakukan,
walaupun sebelum internal fiksasi dilepas latihan juga sudah mulai dilakukan
participation of restriction.
1) Impairment
Pada tingkat impairment, persoalan yang muncul antara lain: (1) terdapat
nyeri pada bekas incisi; (2) terdapat oedem pada daerah extremitas yang tejadi
fraktur; (3) terdapat penurunan lingkup gerak sendi (LGS) karena nyeri sehingga
pasien enggan untuk menggerakkan; (4) terdapat penurunan kekuatan otot karena
2) Functional Limitation
Karena nyeri yang ditimbulkan dari luka bekas incisi mengakibatkan pasien
sendi (LGS) dan penurunan kekuatan otot, oleh karena itu pasien mengalami
3) Participation Restriction
Bentuk gangguan yang dialami oleh pasien yang berkaitan dengan pekerjaan
dan perannya dalam masyarakat sehingga pasien belum bisa melakukan aktivitas
seperti pasien sebelum mengalami fraktur misalnya ikut bekerja bakti di lingkungan
masyarakat.
menyebabkan beberapa masalah yang di timbulkan oleh pasca operasi fraktur colles
maka modalitas terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang
ditimbulkan dapat berupa terapi latihan dan infrared. Terapi latihan merupakan suatu
terhadap jaringan otot untuk relaksasi serta mengaktifkan kelenjar keringat. Selain
itu juga memiliki efek terapeutik yaitu untuk mengurangi atau menghilangkan rasa
metabolisme. Indikasi pasien yang boleh diberikan infrared yaitu kondisi peradangan
exercise dan massage. Dan adapun kontraindikasinya yaitu daerah yang infusiensi
2) Hold relax
Suatu teknik yang menggunakan kontraksi isometris yang optimal dari
kelompok otot antagonis yang memendek, dilanjutkan dengan rileksasi otot tersebut
perbaikan mobilisasi, penurunanan nyeri. Indikasi bila pasien merasakan nyeri lebih
kuat. Dan kontraindikasinya ketika ada kelainan sendi atau tulang (Wahyono, 2011).
3) Active exercise
sendi terjadi karena kontraksi aktif dari otot. Tujuan active exercise merupakan untuk
fungsional.
Merupakan bentuk latihan dimana kontraksi otot dinamis atau statis di tahan
dari kekuatan otot bagian luar. Tekanan dari luar dapat berupa manualmaupun
mekanikal. Tahanan manual dapat berupa dari terapi, sedangkan tahanan mekanikal
dapat berupa dari alat ataupun berupa beban. Latihan ini diharapkan mampu
untuk jaringan yang mengalami inflamasi dan nyeri. Dosis latihan 5-10 kali setiap
sesi, 3-5 kali setiap terapi, dan istirahat 60 detik antara sesi (Kisner, 2007).