Anda di halaman 1dari 21

KISRUH SEPAKBOLA DI TUBUH PSSI

Oleh:
Filza Hakimah Fajrianti
B1A017113

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Disusun sebagai salah satu bagian tugas Pendidikan Kewarganegaraan pada


Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Mahasiswa

Filza Hakimah Fajrianti


NIM. B1A017113

Diterima dan disetujui


Pada tanggal:……………………..

Dosen Pembimbing Akademik Pembimbing Praktik Kerja Lapangan

Sachrul Iswahyudi S.T, M.T Adi Candra S.T, M.T


NIP. 19800306.20081.2.1.002 NIP. 19800306.20081.2.1.002

Menetahui:

Ketua Jurusan Teknik Geologi

Adi Candra S.T, M.T


NIP. 19800306.20081.2.1.002
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang


telah memberikan segala karunianya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah Pendidikan Kewarganegaraan dengan judul laporan “Kisruh Sepakbola di
Tubuh PSSI”. Laporan akhir Praktek Kerja Lapangan merupakan tahap akhir
dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) mahasiswa Teknik Geologi
Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman Tahun 2019 dan sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Strata Satu (S1).
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada :
 Allah SWT yang telah meridhoi penyusun menyelesaikan laporan PKL ini.
 Bapak Suwondo dan Ibu Sri Lestari serta adik dan kakak tercinta yang selalu
mendoakan dan memberikan dorongan moril dan materi.
 Bapak Adi Candra ST., MT., selaku pembimbing PKL yang selalu
memberikan bimbingan dan saran dalam penyelesaian proposal praktek
kerja lapangan ini.
 Bapak Sachrul Iswahyudi ST., MT., selaku pembimbing akademik yang
selalau memberikan semangat dari awal semester.
 Bapak Gentur Waluyo M.Si, Bapak Indra P, ST., MT., M.Si., Bapak
Asmoro Widagdo ST., MT., Bapak Siswandi ST., MT, Bapak Suwardi
M.Si, Bapak Sachrul Iswahyudi ST., MT., Bapak Adi Candra ST., MT.,
Mochammad Aziz ST., MT., Bapak Rachmad S M.Si selaku dosen Teknik
Geologi Universitas Jenderal Soedirman yang telah mengajardan memberi
ilmu yang sangat berharga dan bermanfaat kepada penyusun.
 Keluarga Magma (Teknik Geologi UNSOED Angkatan 2015) yang selalu
memberikan kehangatan sebagai keluarga kecil di perantauan.
 Keluarga Besar HMTG `dr.Bumi` UNSOED yang selalu menginspirasi
semangat juang dan kebersamaannya di sepanjang masa perkuliahan.
 Dan seluruh pihak yang telah banyak membantu dan tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Semoga laporan Praktek Kerja Lapangan ini dapat berguna bagi yang
memerlukan dan dapat dijadikan referensi bagi kegiatan yang berkaitan dengan
ilmu geologi lainnya.

Purbalingga, 25 Februari 2019

Penyusun
Muhamad Afirudin Pamungkas
DAFTAR ISI
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sepak bola merupakan olahraga yang diminati banyak kalangan masyarakat.
Sepak bola juga dapat memberikan perubahan di suatu tempat dalam berbagai
bidang kehidupan. Negara Eropa menjadikan sepak bola sebagai salah satu sumber
kehidupan bagi masyarakatnya. Selain itu, sepak bola juga dapat memberikan suatu
pertunjukan yang digemari oleh masyarakat dunia.
Sepak bola dapat menciptakan euforia dan antusias dari masyarakat yang sangat
besar. Karena adanya hal tersebut kemudian dimanfaatkan oleh berbagai pihak
untuk mendapatkan keuntungan dengan berbagai cara. Termasuk dengan cara yang
tidak baik dan sangat ditolak oleh pencita sepak bola karena dapat merusak
keindahan pertandingan sepak bola. Mereka memanfaatkan momen pertandingan
yang dilaksanakan sebagai ajang perjudian. Hal tersebut sangat dilarang oleh FIFA
sebagai organisasi sepak bola tertinggi di dunia karena perjudian dalam sepak bola
dapat merusak dasar falsafah dunia sepak bola yaitu fair play.
Perjudian dalam dunia sepak bola sangat ditentang oleh berbagai pihak yang
menginginkan jalannya pertandingan dengan hal yang sebenarnya tanpa ada
perjudian di dalamnya. Apabila pertandingan sudah terdapat unsur perjudian, maka
pertandingan itu sudah tidak lagi “bersih”. Berbagai pihak yang terlibat dalam
skandal perjudian pasti akan menggunakan berbagai cara untuk memenangkan
permainan mereka. Adapun mereka dapat memanfaatkan pihak yang berada dalam
pertandingan sepak bola seperti wasit yang memimpin pertandingan. Ternyata
bukan hanya wasit saja yang terlibat dalam perjudian tersebut dalam kasus
pengaturan skor hasil pertandingan. Beberapa pemain professional dalam negara
lain oun ada yang terseret dalam kasus tersebut.
Skandal pengaturan skor dan mafia sepak bola dalam kompetisi di indonesia
adalah hal klise dan bukan rahasia umum lagi tetapi masih dibiarkan begitu saja.
Pertandingan-pertandingan yang diadakan oleh pihak swasta maupun pemerintah
daerah pun turut dalam perjudian pengaturan hasil pertandingan. Judi dalam sepak
bola Indonesia dapat dilihat pada turnamen-turnamen amatir yang biasa digelar di
daerah dimana para pesertanya merupakan tim tim sepak bola yang masih amatir
atau yang biasa kita kenal dengan turnamen tarkam.
B. Perumusan masalah
Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia merupakan organisasi Persepakbolaan
tertinngi di Indonesia yang memiliki segudang permasalahan yang tidak kunjung
selesai, permalahan yang menjerat pengurus PSSI dari tindak pidana korupsi hingga
pengaturan score pertandingan antara klub yang ada di Liga Indonesia hingga score
antar negara yang mereka atur untuk menimpun pundi-pundi kekayaan oknum
pengurus PSSI.
Permasalahan ini sangatlah memprihatinkan, persepakbolaan yang seharusnya
diperuntukkan untuk mengharumkan nama negara justru malah mempermalukan
negara dimata dunia.
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah Pendidikan Kewarganegaraan dengan judul
“Kisruh Sepakbola di Tubuh PSSI” yaitu,
1. Mengetahui sejak kapan pengaturan score dimulai pada beberapa
pertandingan yang telah dilakukan baik di klub ataupun pada pertandingan
Timnas.
2. Menjelaskan faktor-faktor terjadinya pengaturan score pada beberapa
pertandingan.
3. Menjelaskan reaksi masyarakat terhadap fenomena pengaturan score pada
beberapa pertandingan.
D. Manfaat
Manfaat dilakukannya penelitian ini yaitu untuk memberikan pemahaman bagi
penulis maupun pembaca untuk mengawal persepakbolaan dalam negeri yang
dipenuhi dengan mafia bola.
E. Ruang Lingkup
Berdasarkan masalah yang ada, penelitian ini memiliki batasan masalah
meliputi
BAB II
METODE PENULISAN

A. Objek Penulisan
B. Dasar Pemilihan Objek
C. Metode Pengumpulan Data
- Kajian Pustaka
- Diskusi
- Observasi (bila ada)
D. Metode Analisis
BAB III
ANALISIS PERMASALAHAN

A. Pembahasan
Di tengah kerinduan akan prestasi, dunia sepak bola dipanaskan dengan skandal
pengaturan skor. Manager Madura FC Januar Herwanto membuka mengenai
pengaturan skor liga sepak bola tanah air. Ia menuding Hidayat, anggota Exco
(Komite Eksekutif) PSSI meminta Madura FC mengalah dengan imbalan uang Rp
100-150 juta saat akan bertanding melawan Sleman.
Bambang Suryo-mantan runner pengatur skor menguatkan modus-modus
pengaturan skor di liga sepak bola. Menurutnya pengaturan skor ini nilainya
memang mencapai ratusan juta rupiah. Yang paling besar Rp 300 juta, tergantung
liga. Ia juga mengungkap terdapat bandar luar negeri yang ikut mengatur, mata uang
yang berputar dalam mata uang Euro.
Seseorang yang mengetahui pengaturan skor, Salah satunya terkait dugaan
pengaturan skor di liga 2, Aceh United vs PSMP Mojokerto. Penalti salah sasaran
pemain PSMP Mojokerto Krisna Adi dituding sengaja dilakukan karena ada
pengaturan skor.
Dalam rekaman video eksklusif lainnya ada momen ketika para pemain Aceh
United sempat mogok tak mau main melawan PSMP Mojokerto karena belum
digaji. Ketua Harian Aceh United Sa`adan Abidin membenarkan rekaman tersebut
dan membeberkan alasannya. Sementara Mantan Ketua Timnas U16 Fakhri
Husaini membenarkan adanya kesulitan finansial yang dihadapi klub-klub untuk
menggaji pemainnya.
Hidayat mendapatkan pertanyaaan langsung oleh Januar, "Bapak mengaku
tidak, Bapak pernah mengajak Madura FC mengalah dalam pertandingan melawan
Sleman?" Hidayat mengelak dan menyatakan hanya ingin mengajak agar
pertandingan berjalan bagus. mengenai tawaran Hidayat sebesar Rp 100-150 juta
kepada Manager Madura FC Januar Herwanto. Namun Hidayat kembali mengelak.
Salah satu kasus pengaturan skor yang cukup mendapat sorotan terjadi tahun
2014, antara PSS Sleman melawan PSIS Semarang dengan skor akhir 3-2. Semua
gol dihasilkan melalui gol bunuh diri.
Rentetan pengakuan tentang ajakan untuk memainkan skor pertandingan di
kompetisi liga sepak bola Indonesia terus muncul. Manajer tim Persibara
Banjarnegara, Jawa Tengah, Lasmi Indaryani. Lasmi, puteri dari Bupati
Banjarnegara, Budhi Sarwono ini mengaku diminta untuk menggelontorkan uang
ratusan juta rupiah kepada petinggi federasi sepak bola demi mendongkrak timnya
naik kasta. Mereka membawa bukti transfer yang menyebut sejumlah nama, mulai
dari wasit hingga pejabat PSSI.
Menurut Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono, anaknya, Lasmi saat menjadi
manajer tim Persibara Banjarnegara dimintai uang oleh Johar Lin Eng, Exco PSSI
Pusat yang juga Ketua Asprov Jateng. Total uang yang keluar itu, 1,3 miliar rupiah
untuk setoran itu. Tapi nyatanya kalah terus menerus.
Lasmi Indaryani, Manajer Persibara Banjarnegara di Mata Najwa menyebut
diminta mendepositkan dana Rp 175 juta untuk mengamankan tim Persibara dari
kekalahan oleh seseorang yang mengaku petinggi Asprov PSSI Jateng, Mbah Pri
dan asistennya, Tika.
Tapi apa daya, kendati rutin menitipkan dana, tim Persibara Banjarnegara terus
saja mengalami kekalahan. Bupati Banjarnegara, Budhi Sarwono mengatakan, ia
menyetujui permintaan anaknya, Lasmi untuk menyetorkan uang agar Persibara
naik kasta demi kebanggaan masyarakatnya. “Ini nyatanya kami bayar terus tapi
kalah. Saya bilang kepada puteri saya untuk meminta balik uang tersebut. Ini saya
keluar uang sendiri, tidak pakai APBD,” kata Budhi.
Lasmi mengatakan, dirinya sudah mengonfirmasi kepada Johar Lin Eng soal
uang setoran itu. “Beliau bilang jangan percaya Mbah Pri. Saya bilang aneh, kan
Pak Johar yang mengenalkan saya dengan Mbah Pri. Keinginan kami ingin naik
kasta tidak ada maksud lain, tapi demi kebanggaan kota.” kata Lasmi. Lasmi dan
ayahnya, Budhi meminta PSSI serta kepolisian untuk menindak jaringan mafia
yang merusak sepak bola tanah air.
Pelatih PS Ngada, Kletus Marselinus Gabhe mengatakan dirinya dihubungi oleh
orang yang mengaku sebagai Bambang Suryo sebagai Manajer Metro. “Saya
dihubungi oleh Bambang dan dirinya menawarkan untuk patungan 100 juta rupiah
agar tim kami dan timnya lolos,” kata Kletus. Namun, tawaran BS itu ditolak oleh
Kletus, dengan alasan tidak ada uang dan ingin bermain bersih.
Terkait pengakuan dari pelatih PS Ngada, Bambang Suryo, Manajer Persekam
Metro FC yang dulu pernah menjadi bagian dari mafia pengatur skor, dirinya sudah
tobat dari jaringan mafia. “Saya akui mengontak dia. Tapi saya hanya ingin
menginvestigasi, untuk dilaporkan ke pihak berwajib. Jadi saya ingin menjebak.
Soal menjual nama Andi Darussalam yang disebut-sebut sebagai God Father sepak
bola, itu untuk lebih meyakinkan saja,” kelit Bambang.
Puluhan tahun malang melintang di industri olahraga sepak bola dan juga
pernah menjabat sebagai Ketua Badan Liga Indonesia, Andi Darussalam Tabusalla
mengetahui secara mendalam seluk beluk pertandingan sepak bola. Andi atau ADS
disebut-sebut berpengaruh dalam jaringan mafia pengaturan skor dan pertandingan
di lapangan hijau, sehingga dijuluki Godfather sepak bola Indonesia.
Menurut Andi, kejadian pengaturan skor itu terjadi karena para pemilik klub banyak
mendatangi pihak PSSI untuk ditolong atau diberikan kemudahan.
ADS menambahkan,“Saya tegaskan, skor itu tidak mudah diatur. Yang bisa
mengatur, itu pemain atau penjudi dari luar negeri. Tapi persoalannya, PSSI kita
juga tidak bersih sehingga terjadi keburukan itu. Saya ingin kepolisian, atau
Kemenpora bersikap. Jika diminta, saya siap memberikan keterangan atau buka-
bukaan.”
Pengaturan skor dan suap dalam dunia sepak bola Indonesia bukanlah cerita
baru. Sejak tahun 60an, perilaku lancung ini sudah dilakukan dan berlangsung
hingga saat ini. Tak ada hukum yang tegas dari federasi membuat perilaku mafia
sepak bola semakin menjadi-jadi.
Di meja Mata Najwa, Kapolri Tito Karnavian mengatakan, “Pengakuan Bupati
Banjarnegara bisa jadi pintu masuk kami. Saya sudah membentuk satgas khusus
untuk menangani kasus-kasus ini. Karena ini bukan hanya penipuan, tapi
tersistematis,” kata Tito.
Menpora Imam Nahrawi menyatakan kehadiran Kapolri di Mata Najwa PSSI
Bisa Apa Jilid Dua merupakan bentuk dukungan yang patut diapresiasi untuk
membongkar pengaturan skor dan permainan-permainan ilegal dalam dunia sepak
bola. Menpora mendorong pihak kepolisian, “Kalau nanti ada penanganan, lewat
satgas khusus kepolisian itu sangat baik. Kami yakin, kompetisi akan berjalan lebih
baik dan berkualitas jika sudah ada perhatian khusus dari polisi.”
PSSI berulangkali menjanjikan akan melaporkan kasus pidana permainan skor
ke polisi. Namun, janji itu tidak pernah ditepati dengan alasan prinsip football
family, alias penyelesaian persoalan sepak bola secara kekeluargaan. Alhasil,
semua kasus yang mengarah pada tindak pidana hanya diselesaikan lewat Komisi
Disiplin yang tidak punya taji.
Koordinator SOS, Akmal Marhali mengatakan satgas kepolisian nanti bisa
membuka posko pengaduan. “Pastinya nanti yang merasa dirugikan dan dicurangi
bisa mendapat perlindungan. Soalnya yang terlibat itu banyak orang federasi.
Saatnya ditangkapi itu yang buruk-buruk,” kata Akmal. Sementara Andi
Darussalam mengatakan pihak kepolisian juga harus melibatkan PSSI, karena
menghormati prinsip Football Family dan juga aturan FIFA.
Peneliti hukum olahraga, Eko Noer Kristiyanto mengatakan, FIFA akan
menghukum jika Federasi menutup diri dan negara memaksa masuk. Tapi dengan
begitu akan terlihat PSSI tidak menganggap penting masalah pengaturan skor.
Pihak kepolisian bisa masuk tanpa harus melanggar aturan FIFA jika PSSI
membuka diri. Eko juga mengatakan polisi bisa masuk melalui UU Tindak Pidana
Suap.
Mata Najwa mengirimkan tim untuk menemui Ketua Umum PSSI, Edy
Rahmayadi di Medan, Sumatra Utara. Pertemuan itu untuk meminta Edy hadir ke
Mata Najwa dan memberikan solusi dan langkah konkret untuk memberantas mafia
sepak bola Indonesia.
Menurut Edy, dirinya juga punya itikad untuk memberantas mafia, termasuk
jajaran Exco atau pengurus di PSSI. “Saya akan membentuk tim khusus yang
independen untuk menangani ini,” kata Edy. Sayangnya, Edy tidak bisa hadir ke
Mata Najwa dengan alasan bentrok jadwal dengan kegiatannya sebagai Gubernur
Sumut. Selengkapnya pernyataan Edy diputarkan di Mata Najwa.
Sementara Kapolri Tito Karnavian mengatakan dirinya akan menjaga kerahasiaan
pemberi informasi dan akan menindak siapa pun yang terlibat, termasuk anggota
Polri. Kapolri juga menyatakan memimpin langsung satgas khusus.
Koordinator Save Our Soccer, Akmal Marhali mengatakan tindakan Polri
membentuk satgas khusus merupakan momentum bagi PSSI untuk memperbaiki
kualitas sepak bola nasional. “Saya pikir, PSSI harus mau berbenah. Jika tidak mau,
tinggal saja,” katanya.
Menjelang akhir Mata Najwa PSSI Bisa Apa Jiid Dua, mantan Ketua Badan
Liga Indonesia Andi Darussalam membuat pernyataan kejutan soal final piala AFF
2010, “ Saya katakan, setelah pertandingan ada ramai orang membicarakan bahwa
pertandingan ini diatur. Tapi saya yakin bahwa saya dimainkan.” Saat itu Timnas
Indonesia kalah 3-0 lawan Malaysia.
Saat Kongres Tahunan PSSI di Bali, Edy Rahmayadi secara mengejutkan
mengajukan pengunduran diri sebagai Ketua Umum. Padahal, saat makan malam
dengan sejumlah pemilik suara, Edy mengatakan tidak akan meninggalkan PSSI.
Pengunduran itu menimbulkan tanya, benarkah Edy dikhianati?
Kecurigaan itu muncul karena dalam pidatonya, Edy mengatakan ada
pengkhianat di tubuh PSSI yang membuat acara di luar Kongres PSSI di Bali. Soal
itu, Exco PSSI, Gusti Randa mengatakan Edy menyadari ada indikasi tidak beres
sehingga dia mengajukan diri untuk mundur. “Saat gala dinner pemilik suara tidak
banyak yang datang, hanya 20 persen. Di situ Edy mengatakan, apa perlu dirinya
mundur,” kata Gusti.
Manajer klub Madura FC, Januar Herwanto mengatakan dirinya terkejut dengan
kemunduran Edy. “Saat gala dinner, Edy tidak bilang ingin mundur. Saya langsung
berpikiran, ini ada kongres di luar kongres,” ujarnya. Hal senada juga dikatakan
oleh Presiden Klub Persijap Jepara, Esti Lestari. “Seminggu sebelum Kongres, saya
sudah dengar ada pertemuan di luar kongres,” katanya.
Menjelang Kongres PSSI di Bali, beredar surat mosi tidak percaya terhadap Edy
Rahmayadi sebagai Ketua Umum. Surat itu beredar pasca-pertemuan sejumlah
Asprov dan pemilik klub dengan Exco PSSI sebelum kongres. Hal ini menimbulkan
kecurigaan, Edy dikudeta.
Esti Lestari, Presiden Klub Persijap Jepara mengaku mengetahui surat mosi
tidak percaya itu. “Saya diberi tahu oleh rekan sesama voters. Saya tidak ikut tanda
tangan, karena bagi saya masalahnya bukan hanya di Edy, tapi juga Exconya. Jadi
harusnya mundur semua,” kata Esti.
Exco PSSI Gusti Randa mengatakan, sebenarnya yang ingin melengserkan Edy
itu orang di luar PSSI, yakni KPSN (Komite Perubahan Sepak Bola Nasional). “Itu
ingin mengacak-acak PSSI. Dia mengundang para voters. Kenapa tidak bicara di
rumahnya, yakni PSSI,” kata Gusti.
Rekaman suara voter (pemilik suara) di PSSI yang ikut pertemuan di Hotel
Royal Kuningan mengatakan pertemuan itu diarahkan untuk menjatuhkan Edy
Rahmayadi dari kursi ketua umum PSSI.
Meski pihak PSSI membantah adanya pertemuan para pemilik suara dengan
segelintir Exco PSSI sebelum Kongres, namun Mata Najwa mendapatkan rekaman
pengakuan dari pemilik suara yang ikut dalam pertemuan itu. Rekaman suara
pengakuan itu mengatakan pertemuan terjadi di hotel Royal Kuningan, Jakarta dan
bertujuan melengserkan Edy Rahmayadi dengan iming-iming uang 1000 dolar
Singapura.
Exco PSSI, Gusti Randa mengatakan mengetahui ada pertemuan di hotel Royal
Kuningan. “Saya hadir di hotel itu. Ada Haruna juga dan juga Pak Joko Driyono.
Tidak ada uang 1000 dolar Singapura, yang ada hanya uang pengganti ongkos,”
bela Gusti Randa. Gusti juga menambahkan, pertemuan itu karena pemilik suara di
daerah ingin tahu lebih banyak soal penangkapan para mafia bola.
Pengunduran Edy Rahmayadi secara otomatis membuat Joko Driyono (Jokdri)
menjabat sebagai Ketua Umum. Naiknya Jokdri ke tampuk kepemimpinan PSSI
menimbulkan riak-riak di kalangan pemilik suara. Beberapa pemilik suara
mendesakkan Kongres Luar Biasa untuk memilih ketua umum baru dan juga exco.
Tommy Apriantono, Asprov PSSI Jabar mengatakan perlu KLB tapi waktunya
harus tepat. Sedangkan Manajer Madura FC, Januar Herwanto pesimis dengan
Jokdri. “Perlu ada KLB. Kalau tidak stagnan. Exco sudah banyak ditangkap,”
tegasnya.
Kongres PSSI di Bali diwarnai aksi massa dari puluhan suporter berbagai klub.
Aksi itu sekadar menegaskan untuk mendukung pembentukan Satgas Antimafia
Sepak Bola Indonesia yang menangkapi para mafia bola. Andi Peci, salah satu
pentolan suporter yang ikut aksi demonstrasi mengatakan dirinya bersama rekan-
rekan suporter akan membuat gerakan besar. “Saya setuju ada KLB, tapi tentunya
dengan komitmen yang luar biasa,” katanya.
Manajer PS Ngada Bernard Ferdinand Burah mengatakan sekarang saatnya
revolusi PSSI, bukan tahun depan. “Banyak masalah di PSSI. KLB itu momentum
untuk revolusi dan introspeksi,” ujarnya. Sementara Exco PSSI Gusti Randa
mengatakan saat ini tidak perlu bicara KLB. “Biarkan Pak Joko bekerja, lalu para
voters mengevaluasinya, nanti pas Kongres 2020 kita evaluasi,” kata Gusti.
Kemunculan Satgas Antimafia Sepak Bola yang diinisiasi Polri dan Mata
Najwa menjadi asa bagi publik untuk memperbaiki sepak bola nasional. Saat ini,
Satgas Antimafia sudah bergerak dan menangkap beberapa pengurus PSSI dan
wasit yang menjadi bagian dalam jaringan mafia sepak bola. Bahkan, Wakil Ketua
Satgas Antimafia Bola, Krishna Murti mengatakan akan menangkap yang lebih
besar lagi.
Satgas Antimafia hari Rabu ini (23/01) menggeledah rumah ex-Exco PSSI
Hidayat dan akan segera memeriksa Ketua Umum PSSI, Joko Driyono. Exco PSSI
Gusti Randa mengatakan PSSI mendukung satgas Antimafia bola untuk
membuktikan adanya match fixing. “Saya pikir, tidak ada itu match fixing, yang
ada tuan rumah ingin menang,” katanya.
Pernyataan tidak adanya match fixing dibantah oleh Sesmenpora, Gatot Dewa
Broto. “Jelas-jelas, Pak Edy mengatakan ada match fixing, jangan bilang tidak ada,”
katanya. Senada dengan Gatot, Presiden Klub Persijap Jepara Esti Lestari
mengatakan PSSI melanggengkan match fixing. “Saya sudah berkali-kali laporan
diabaikan,” kata Esti.
Tak ingin dituding melindungi mafia bola, PSSI membentuk Komisi Adhoc
Integritas saat Kongres di Bali. Komisi ini bertugas membantu Satgas Antimafia
Bola Polri dalam menyelidiki dugaan suap dan pengaturan skor di liga Indonesia.
Persoalannya, anggota Komisi Adhoc ini bukanlah orang-orang independen,
melainkan bagian dari PSSI juga sehingga menimbulkan kecurigaan.
Pengamat sepak bola, Yesayas Oktovianus mengatakan satgas Antimafia Bola
Polri hanya mengincar sisi hukumnya, tapi selain itu harus ada pembenahan di
internal PSSI selain melalui Komisi Adhoc Integritas PSSI. “Jadi harus ada
intervensi dari pemerintah untuk memperbaiki,” katanya. Perwakilan suporter,
Andi Peci mengatakan sudah saatnya PSSI direvolusi. “Mari semua suporter
seluruh Indonesia bergerak,” kata Andi Peci.
Pada saat pertandingan PS mojokerto putra vs semen padang di babak 8 besar
liga 2 2018 terdapat tiga kejanggalan. Pertama, wasit menunjuk titik penalti untuk
tuan rumah psmp. Pemain semen padang bingung karena mereka tidak merasa
handball. Berdasarkan video yang ada pemain semen padang memang tidak
handball tetapi bola mengenai bahu atau dada. Kedua, pelanggaran fatal kiper yang
harusnya penalti untuk semen padang dan kartu kuning untuk kiper psmp tetapi
wasit tidak memberikan kartu tersebut. Ketiga, pemain tuan rumah psmp, Haris
Tuharea mengamuk karena tidak terima di kartu kuning oleh wasit. Terjadi
keributan antar pemain padahal dia jelas melakukan tindakan kasar ke pemain
semen padang, bahkan terkesan sengaja untuk mengasari lawan.
Dalam pertandingan ini, tim tamu mencetak 1 gol. Sehingga skor menjadi 3-1
untuk kemenangan tim tuan rumah psmp. 3 gol yang dicetak oleh tuan rumah psmp,
2 diantaranya melalui titik penalti.
Ketua Umum PSSI, Joko Driyono (Jokdri) ditetapkan menjadi tersangka oleh
Satgas Antimafia Bola dalam kasus pengambilan dan pengrusakan dokumen yang
terkait pengaturan skor sepakbola liga indonesia. Keterlibatan Jokdri terungkap
setelah para pelaku perusakan ditangkap satgas dan mengaku diinstruksikan Jokdri
untuk mengambil dokumen dari kantor PSSI yang sudah disegel polisi.
Satgas antimafia bola menemukan 75 barang bukti di apartemen ketua umum
pssi dan di kantor pssi lama, diantaranya terdapat 9 hp, uang tunai 300 juta, bukti
transfer uang, buku tabungan, dan alat penghancur kertas.
Supir joko driyono mengungkapkan kronologis perusakan dan pencurian
dokumen. Ia mengatakan bahwa joko driyono memerintahkan untuk mengamankan
semua kertas kecuali buku dan majalah yang berada di kantor melalui pintu
belakang karena pintu depan sudah dibatasi oleh garis polisi dan ia juga diminta
untuk mengamankan cctv. Ia juga mengatakan staff keuangan persija
memerintahkan OB untuk menghancurkan dokumen. Sopir joko driyono tetap
melaksanakan perintah meskipun sudah tahu akan ketahuan dan pasti berurusan
dengan pihak berwajib. tetapi ia tetap melakukannya karena sebagai intruksi dari
atasan dan merasa berhutang budi pada joko driyono. Menurut sopir joko driyono,
ia pun sering diminta tolong untuk melakukan transfer dalam jumlah yang banyak
bahkan kunci brankas di kantor liga dipegang olehnya. Di dalam brankas tersebut
terdapat uang sejumlah 5 miliar yang digunakan untuk kepentingan sepak bola.
Sopir joko driyono mengatakan bahwa terdapat dua mobil atas nama dia. Setelah
ditetapkan sebagai tersangka, sopir joko driyono kembali bekerja seperti biasa. Joko
driyono sempat mengucapkan maaf dan menyesal atas perbuatannya dan ia siap
pasang badan untuk melindungi sopirnya.
Kepala satgas antimafia bola brigjen hendro pandowo melakukan
penggeledahan terkait dengan laporan yang ditangani sebelumnya pada tanggal 20
desember kemudian dibentuk tim satgas. Terdapat pelapor terkait dengan liga 3
pertandingan PS banjarnegara sehingga berturut-turut satgas menetapkan 6
tersangka. 2 diantaranya yaitu komdis dan wasit, sehingga untuk kelengkapan
berkas perkara penyidik memerlukan dokumen yang adanya bukan di tower 9,
tetapi melakukan penggeledahan di mega kuningan dan kantor komdis. Penyidik
melakukan penggeledahan di malam hari ditunda hingga pagi dan pada saat pagi
hari satgas menemukan orang yang dicurigai melakukan pengambilan dokumen
tanpa seijin kepolisian. Satgas melakukan olah tkp, pemeriksaan saksi, mencari
bukti-bukti, dan menetapkan 3 orang tersangka yang mengambil barang bukti
merusak barang bukti. Ketiga tersangka berinisial MM, MS, AG mengatakan
bahwa ada yang memerintahkan untuk merusak barang bukti. Setelah dilakukan
penyelidikan lebih lanjut berdasarkan keterangan saksi dan bukti-bukti, satgas
menetapkan JD sebagai tersangka. Segala barang bukti saat ini sudah berada di
penyidik untuk di pelajari lebih lanjut. Menurut brigjen hendro pandowo masih
banyak dokumen-dokumen yang masih bisa disita di kantor komdis maupun di
apartemen tersangka JD. Menurutnya joko driyono sudah mengakui bahwa
menyuruh sopirnya untuk mengamankan dokumen-dokumen. Walaupun joko
driyono tidak mengaku tetapi ada pembuktian dari hasil olah tkp, pemeriksaan
tersangka sebelumnya, dan bukti-bukti yang disita.
Menurut pengakuan perangkat pertandingan bahwa setiap pertandingan pasti
ada “permainan” namun ada beberapa klub yang tidak seperti itu. Perangkat
pertandingan dijanjikan dengan bayaran tertentu jika memenangkan salah satu
permainan. Perangkat pertandingan yang paling utama bermain itu wasit. Semua
wasit di Liga 1 itu melakukan pengaturan. Semuanya dapat penugasan dan nanti
dapat bagian uang dari Komite Wasit. Salah satu komite wasit yang terlibat dengan
inisial NK. Menurutnya, wasit mendapat perintah untuk bermain mata dari Exco
PSSI dan Komite Wasit. Seperti pertandingan di Liga 1, antara Arema dan Borneo
tahun 2018. Exco yang terlibat berinisial IB. Dia memerintahkan wasit supaya
Arema menang. Imbalannya sekitar Rp20-25 juta untuk dibagi-bagi.
Selain itu, ada juga permainan uang di pertandingan Borneo lawan PSM
Makassar. Exco berinisial YN meminta wasit harus memenangkan Borneo. YN
menelepon ke salah satu Komite Wasit dan mengiming-imingi imbalan sebesar
Rp70 juta. Menurut pengakuannya ia juga tahu soal pengaturan tiket promosi,
seperti Persita Vs Kalteng Putra. Itu salah satu staf perwasitan ML dan perangkat
pertandingan menemui IB di apartemen daerah Kuningan. Setahunya dikasih uang
Rp100 juta oleh IB. Dalam pertandingan itu, yang berkepentingan JR, Wakil
Komite Wasit dan meminta tolong melalui IB.
Selain pengaturan pertandingan di Liga 1 dan Liga 2, pengakuan perangkat
pertandingan mengatakan mengetahui permainan di Piala Presiden, salah satunya
Arema dan Bhayangkara FC, Januari 2018. menurutnya, salah satunya yang
“bermain” yaitu IB, Exco PSSI. Dia minta Arema harus menang, minimal seri. Jadi
sehari sebelum pertandingan, wasit dan perangkat pertandingan diundang ke rumah
IB, di Ijen, Malang. Dalam pertemuan itu, IB menyediakan uang sebanyak Rp20
juta.
Selain itu, ada juga pertandingan Bali United Vs Persela Lamongan yang diatur
oleh YT. YT adalah adik dari PT, Exco PSSI. Jadi, YT melalui abangnya, PT yang
merupakan anggota Exco PSSI mengorder agar Bali United menang. Uang yang
dijanjikan Rp40 juta apabila Bali menang. Menurutnya, kalau Bali United menang
pasti ada dana yang disiapkan.
Pertandingan final Persija Vs Mitra Kukar juga diwarnai isu pengaturan skor.
Perangkat pertandingan ini juga mengatakan, yang bermain dalam mengatur wasit
ada dua orang, yakni IB dan NK, Exco PSSI dan JR, Wakil Komite Wasit. Hampir
semua wasit harus nurut. Kalau tidak nurut dengan IB, NK dan JR, tidak akan
dikasih tugas artinya tidak dapat uang. Pernyataan YT adik dari PT exco pssi
mengatakan bahwa ia tidak memerintahkan perangkat pertandingan untuk
memenangkan bali united pada saat melawan persela lamongan tetapi hanya
memerintahkan kemenangan kepada pemain dan memberi bonus ke pemain.
Mbah Putih atau Dwi Irianto yang saat ini menjadi tersangka kasus pengaturan
skor mengatakan biasanya meminta tolong melalui perangkat pertandingan. setelah
technical meeting, perangkat pertandingan itu kita ajak makan dan minta tolong
lewat mereka. Dalam kasus pengaturan skor, Mbah Putih mengatakan ada 4 hal
yang harus dipahami, yakni pertama ada kerja sama, kedua, transaksi, ketiga,
market atau pasarnya dan keempat menguntungkan diri sendiri. Jadi dalam
pengaturan skor atau match fixing, ujung-ujungnya itu ada perjudian. Meski sudah
lama berkecimpung di dunia sepak bola dan mengatur perangkat pertandingan,
Mbah Putih mengatakan hanya bisa melakukannya di Liga 2 dan Liga 3. karena
Liga 1 itu ranahnya beda. Tidak semua bisa masuk ke Liga 1.
Akmal, Koordinator Save Our Soccer juga mengapresiasi tugas Satgas
Antimafia Bola yang selama dua bulan sudah menetapkan 15 tersangka. Sejak dari
2013, melakukan investigasi dan melaporkan soal suap dan dugaan pengaturan skor
tetapi tidak digubris. Di zaman Pak Tito ini baru ada tindakan. Soal pengakuan-
pengakuan itu, Akmal mengatakan tidak merasa kaget, karena memang sudah ada
sejak lama.
Mengenai ditetapkannya Plt Ketua Umum PSSI, Joko Driyono sebagai
tersangka oleh Satgas Antimafia Bola, Mbah Putih mengaku kaget. Menurutnya,
tidak semua pengurus PSSI itu jelek, tidak semuanya juga baik. Jadi pemerintah
dan polri harus membuat regulasi yang benar. Untuk mengurusi PSSI, Mbah Putih
mengatakan calon Ketua Umum PSSI harus orang yang punya pengetahuan tentang
sepak bola, punya relasi bagus dan mempunyai uang. Soal keputusan KLB, anggota
Dewan Pembina PSSI, Maruarar Sirait mengatakan tidak sepenuhnya setuju
mengganti semua kepengurusan PSSI. Seperti pemerintahan, yang buruk diganti
tetapi pasti ada yang baik. Jadi harus dilihat secara menyeluruh.
Satgas Anti Mafia Sepak Bola pernah menyebut para tersangka pengaturan skor
dijerat Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang Penipuan,
Pasal 5 juncto Pasal 12 huruf a dan b Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan Undang-Undang Tindak Pidana
Pencucian Uang (TPPU).
B. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan dari penyusunan makalah Pendidikan Kewarganegaraan dengan
judul “Kisruh Sepakbola di Tubuh PSSI” yaitu,
1. Pengaturan score persepakbolaan Indonesia telah terjadi pada puluhan tahun
yang lalu, sekitar tahun 60-an pengaturan score di tubuh PSSI sudah terjadi
hingga sampai saat ini baik dimulai pada beberapa pertandingan antar klub
ataupun pada pertandingan Timnas.
2. Faktor-faktor terjadinya pengaturan score pada beberapa pertandingan
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karena telatnya gaji para
pemain yang menyebabkan pemain mau dilakukannya pengaturan score
dengan imbalan uang ratusan juta rupiah, wasit dan para petinggi PSSI yang
juga terlibat dalam pengaturan score, dan tidak adanya hukum yang pasti
untuk menjerat mafia sepakbola.
3. Masyarakat sangat cemas dengan adanya pengaturan score yang
menyebabkan permainan menjadi tidak sportif, kalahnya tim yang mereka
dukung diakibatkan oleh pengaturan score, bahkan hingga kalahnya timnas
Indonesia melawan timnas Malaysia pada kejuaraan AFF 2010. Hal ini juga
menyebabkan citra persepakbolaan tanah air menjadi kotor oleh oknum
mafia sepakbola.
Saran demi kemajuan persepakbolaan Indonesia dimulai dari perubahan
pengurus PSSI, menganti semua penggurus PSSI yang jelas terlibat dalam
pengaturan score, menangkap mafia yang mengatur score, tidak adanya
keterlambatan dalam membayar pemain sehingga tidak adanya hal yang
merugikan ini, dan membuat hokum yang jelas untuk para mafia bola.

Anda mungkin juga menyukai