Anda di halaman 1dari 32

LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN KASUS PADA NY. “R” DENGAN DIAGNOSA


KEPERAWATAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI ; HALUSINASI
PENDENGARAN DIRUANG KAMBOJA RS. JIWA PROF. Dr. MUHAMMAD
ILDREM MEDAN

Telah disetujui dan disahkan pada :


Hari :
Tanggal :
Tempat :
Medan,

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

(Muslimah Pase, S. Kep Ns, M.Kep, Sp. Kep. J) ( lince Herawati S. Pd S. Kep Ns)

Direktur RSJ prof. M. Ildrem Medan

(Dr. Candra Syafe’i, Sp. OG)

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hikmah
dan hidayah-Nya atas terselesaikannya penulisan makalah ini tentang “Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Ny. R Dengan Persepsi Sensorik Halusinasi Pendengaran di ruang kamboja
Rumah sakit jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Medan”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
praktek keperawatan jiwa II di Rumah sakit jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Medan.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dan memberi pengarahan serta dukungan semangat kepada kami. Pada kesempatan ini
penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Candra Syafe’i, Sp. OG selaku direktur RSUJ PROF. M. ILDREM MEDAN
2. Ibu Lince Herawati S,Pd, S. Kep, Ners selaku pembimbing RSUJ PROF. M. ILDREM
MEDAN yang telah membimbing penulis terselesainya laporan kasus
3. Ibu Muslimah Pase, S.kep, Ns, M.Kep,. Sp. Kep. J selaku pembimbing akademi STIKes
Haji Medan yang telah membimbing penulis terselesainya laporan kasus
4. Rekan-rekan dan semua pihak yag telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami menerima segala kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan makalah ini.

Akhirnya, dengan segala keterbatasan tersebut, kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya untuk proses pembelajaran.

Medan, 29 Januari 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan............................................................................................................1

Kata Pengantar....................................................................................................................2

Daftar Isi.............................................................................................................................. 3

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................4


1.2 Ruang Lingkup..............................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................................5
1.4 Metode penulisan..........................................................................................................6
1.5 Manfaat Penulisan.........................................................................................................6

BAB II: TINJAUAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Teoritis Keperawatan.......................................................................................7


2.1.1 Definisi Halusinasi.............................................................................................7
2.1.2 Faktor.................................................................................................................7
2.1.3 Tanda dan Gejala...............................................................................................10
2.1.4 Klasifikasi..........................................................................................................11
2.1.5 Proses Terjadinya Halusinasi.............................................................................12
2.1.6 Tahap, Karakteristik, dan Perilaku yang Ditampilkan.......................................13
2.1.7 Rentang Respon.................................................................................................15
2.1.8 Penatalaksanaan.................................................................................................15

BAB III: TINJAUAN KASUS


3.1 Format Pengkajian......................................................................................................19

BAB IV: PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian...................................................................................................................27
4.2 Diagnosa Keperawatan...............................................................................................27
4.3 Perencanaan Keperawatan..........................................................................................27

BAB V: PENUTUP

5.1 Kesimpulan.................................................................................................................31
5.2 Saran...........................................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuntutan dan masalah hidup yang semakin meningkat serta perkembangan teknologi
yang pesat menjadi stressor pada kehidupan manusia. Jika individu tidak mampu melakukan
koping dengan adaptif, maka individu beresiko mengalami gangguan jiwa. Gangguan jiwa
merupakan gangguan pikiran, perasaan atau tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan
penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-hari. Gangguan jiwa disebabkan karena
gangguan fungsi sel-sel syaraf di otak, dapat berupa kekurangan maupun kelebihan
neutrotransmiter atau substansi tertentu (Febrida, 2007).
Secara umum gangguan jiwa bisa di bedakan menjadi dua kategori yaitu psikotik dan
non-psikotik yang meliputi gangguan cemas, psikoseksual, kepribadian, alkoholisme, dan
menarik diri. Gangguan jiwa psikotik meliputi gangguan jiwa organik dan non- organik.
Gangguan jiwa organik meliputi delirium, epilepsi dan dimensia, sedangkan gangguan jiwa
non-organik meliputi skizofrenia, waham, gangguan mood, psikosa (mania, depresi), gaduh,
gelisah, dan halusinasi (Kusumawati, 2010).
Pasien dengan halusinasi jika tidak segera ditangani akan memberikan dampak yang
buruk bagi penderita, orang lain, ataupun lingkungan disekitarnya, karena pasien dengan
halusinasi akan kehilangan kontrol dirinya. Pasien akan mengalami panik dan perilakunya
dikendalikan oleh halusinasinya, pada situasi ini pasien dapat melakukan bunuh diri (suicide),
membunuh orang lain (homicide), bahkan merusak lingkungan. Untuk meminimalkan
dampak yang ditimbulkan dibutuhkan peran perawat yang optimal dan cermat untuk
melakukan pendekatan dan membantu klien memecahkan masalah yang dihadapinya dengan
memberikan penatalaksanaan untuk mengatasi halusinasi. Penatalaksanaan yang diberikan
antara lain meliputi farmakologis dan non-farmakologis. Penatalaksanaan farmakologis
antara lain dengan memberikan obat-obatan antipsikotik. Adapun penatalaksanaan non-
farmakologis dari halusinasi dapat meliputi pemberian terapi-terapi modalitas (Direja, 2011).
Peran perawat dalam menangani halusinasi di rumah sakit salah satunya melakukan
penerapan standar asuhan keperawatan yang mencakup penerapan strategi pelaksanaan
halusinasi. Strategi pelaksanaan adalah penerapan standar asuhan keperawatan terjadwal yang
diterapkan pada pasien yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang

4
ditangani. Strategi pelaksanaan pada pasien halusinasi mencakup kegiatan mengenal
halusinasi, mengajarkan pasien menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain
saat halusinasi muncul, melakukan aktivitas terjadwal untuk mencegah halusinasi, serta
minum obat dengan teratur (Akemat dan Keliat, 2010).

1. 2 Ruang Lingkup
Pada penulisan makalah kelompok hanya membatasi ruang lingkup masalah yaitu:
asuhan keperawatan pada Ny. R dengan gangguan persepsi sensori: “Halusinasi pendengaran”
di ruangan kamboja RSJ PROF. Dr. MUHAMMAD ILDREM PEMPROV SUMATERA
UTARA

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan dengan gangguan persepsi

sensori : halusinasi Pendengaran.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan persepsi sensori :

halusinasi pendengaran.

b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi

sensori : halusinasi pendengaran.

c. Mampu membuat diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi sensori

: halusinasi Pendengaran.

d. Mampu membuat intervensi atau rencana keperawatan pada klien dengan gangguan

persepsi sensori : halusinasi Pendengaran.

e. Mampu membuat implementasi atau tindakan keperawatan pada klien dengan

gangguan persepsi sensori : halusinasi Pendengaran.

f. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi

sensori : halusinasi Pendengaran.

5
1.4 Metode Penulisan

Dalam penulisan laporan proposal karya tulis ilmiah ini kami menggunakan metode
deskriptif dan dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan proses keperawatan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Cara yang digunakanoleh penulis dalam mengumpulkan data guna
penyusunan karya tulis ilmiah, misalnya :
1. Wawancara
Mengadakan tanya jawab dengan baik dengan pihak yang terkait : pasien mampu tim
kesehatan mengenai data pasien dengan halusinasi, wawancara dilakukan selama
proses keperawatan berlangsung

2. Observasi Partisipasi
Dengan mengadakan pendekatan dan melaksanakan asuhan keperawatan secara
langsung pada pasien selama dirumah sakit.

3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi ini diambil dan dipelajari dari catatan medis, catatan perawatan untuk
mendapatkan data-data mengenai perawatan mampu pengobatan

1.5 Manfaat Penulisan

Kami mengharapkan karya tulis ini dapat memberikan manfaat untuk :

1. Profesi perawat
Sebagian bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di rumah sakit
dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa khususnya dengan
kasus gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

2. Klien
Memberikan pengetahuan serta masukan kepada klien tentang cara menangani,
merawat, dan mencegah kekambuhan gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran.
3. Keluarga
Memberikan pengetahuan serta masukan kepada keluarga tentang cara
menangani,merawat, mencegah kekambuhan dan berkomunikasi kepada anggota
keluarga yang mengalami gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

4. Penulis
Untuk menambah referensi dan kekambuhan mengaplikasikan asuhan
keperawatan jiwa khususnya pada klien dengan gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran serta mengaplikasikan dalam menerapkan komunikasi
terapeutik dengan menggunakan pendekatan SP.

6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Tinjauan Teoritis Keperawatan


2.1.1. Definisi Halusinasi
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa
ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra
tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas,
maka penulis mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca
indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.

2.1.2. Faktor
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan terlambat
 Usia bayi, tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minuman, dan rasa aman
 Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi
 Usia sekolah, mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
 Komunikasi peran ganda
 Tidak ada komunikasi
 Tidak ada kehangatan
 Komunikasi dengan emosi berlebihan
 Komunikasi tertutup
 Orang tua yang membandingkan anak-anaknya, orang tua yang otoritas dan konflik
orang tua
c. Faktor sosial budaya
 Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan atau kerusuhan) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress. Isolasi sosial pada yang usia lanjut,
cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi

7
d. Faktor Psikologis
 Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respons
psikologis klien sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau kekerasan dalam kehidupan klien.
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri
tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri
negatif, dan koping destruktif.
e. Faktor Biologis
 Gangguan perkembangan dan fungsi otak susunan syaraf pusat dapat
menimbulkan gangguan realitas. Gejala yang mungkin muncul adalah hambatan
dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik diri.
f. Faktor Genetik
 Adanya pengaruh herediter (keturunan) berupa anggota keluarga terdahulu yang
mengalami skizofrenia dan kembar monozigot.
2. Perilaku
Halusinasi benar-benar nyata dirasakan oleh klien yang mengalaminya seperti
mimpi saat tidur. Klien mungkin tidak punya cara untuk menentukan persepsi
tersebut nyata sama halnya seperti seseorang yang mendengarkan siaran lamaran
cuaca dan tidak lagi meragukan orang berbicara tentang cuaca tersebut. Ketidak
mampuannya untuk mempersepsikan stimulus secara nyata dapat menyulitkan
kehidupan klien karenanya halusinasi harus menjadi prioritas untuk segera diatasi
sangat penting untuk memberi kesempatan klien menjelaskan tentang halusinasi
yang dialaminya secara leluasa. Perawat membutuhkan kemampuan untuk
berbicara tentang halusinasi karena dengan perbincangan halusinasi dapat menjadi
indikator sejauh mana gejala psikotik klien diatasi. Untuk memfasilitasinya klien
perlu dibuat nyaman untuk menceritakan perihal halusinasinya.
Pasien yang mengalami halusinasi sering kecewa karena mendapatkan respons
negatif ketika mereka menceritakan halusinasinya kepada orang lain. Oleh sebab
itu, banyak pasien kemudian enggan untuk menceritakan pengalaman-pengalaman
aneh halusinasinya. Pengalaman halusinasi menjadi masalah untuk dibicarakan
dengan orang lain. Kemampuan untuk bercakap-cakap tentang halusinasi yang
dialami oleh pasien penting untuk memiliki ketulusan dan perhatian yang penuh
untuk dapat memfasilitasi percakapan tentang halusinasi.
Apabila perawat mengidentifikasi adanya tanda-tanda dan perilaku halusinasi
maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui
jenis halusinasinya saja. Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan
meliputi :
 Isi halusinasi yang dialami oleh pasien. Ini dapat dikaji dengan
menanyakan suara siapa yang didengar, berkata apabila halusinasi yang
dialami adalah halusinasi dengar. Atau apa bentuk bayangan yang dilihat
oleh pasien, bila jenis halusinasinya adalah halusinasi penglihatan, bau apa
yang tercium untuk halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap untuk

8
halusinasi pengecapan, atau merasakan apa yang dikemukakan tubuh bila
halusinasi perabaan.
 Waktu dan frekuensi halusinasi. Ini dapat dikaji dengan menanyakan
kepada pasien kapan pengalaman halusinasi muncul, berapa kali sehari,
seminggu atau bukan pengalaman halusinasinya itu muncul. Bila mungkin
pasien diminta menjelaskan kapan percisnya waktu terjadi halusinasi
tersebut. Informasi ini penting untuk mengidentifikasi pencetus halusinasi
dan menentukan bila mana pasien perlu diperhatikan saat mengalami
halusinasi.
 Situasi pencetus halusinasi. Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang
dialami pasien sebelum mengalami halusinasi. Ini dapat dikaji dengan
menanyakan kepada klien peristiwa atau kejadian yang dialami sebelum
halusinasi muncul. Selain itu, perawat juga bisa mengobservasi apa yang
dialami pasien menjelang muncul halusinasi untuk memvalidasi
pertanyaan klien.
 Respons pasien. Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah
mempengaruhi pasien dapat dikaji dengan menanyakan apa yang
dilakukan oleh pasien saat mengalami pengalaman halusinasi. Apakah
pasien masih dapat mengontrol stimulus halusinasi atau sudah tidak
berdaya lagi.

2. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak
berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan
kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
a. Biologis
 Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
 Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
 Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

9
d. Fisik
 ADL : nutrisi tidak adekuat bila halusinasi memerintah untuk tidak makan, tidur
terganggu karena ketakutan, kurang kebersihan diri atau tidak mandi, tidak
mampu berpartisipasi dalam kegiatan aktivitas fisik yang berlebihan, agitasi
gerakan, atau kegiatan ganjil.
 Kebiasaan: berhenti dari minuman keras, penggunaan obat-obatan dan zat
halusinogen dan tingkah laku merusak diri
 Riwayat kesehatan: skizofrenia, delirium berhubungan dengan riwayat demam
dan penyalahgunaan obat
 Riwayat skizofrenia dalam keluarga
 Fungsi sistem tubuh : perubahan berat badan, demam, perubahan mood,
disorientasi, ketidakefektifan endoktrin oleh peningkata temperatur
e. Status Emosi
 Efek tidak sesuai, perasaan bersalah atau malu, sikap negatif dan bermusuhan,
kecemasan berat atau panik, suka berkelahi.
f. Status Intelektual
 Gangguan persepsi, penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecap, isi
pikir tidak realitas, tidak logis dan sukar diikuti atau kaku, kurang motivasi, koping
regresi serta sedikit berbicara
g. Status Sosial
 Putus asa, menurunnya kualitas kehidupan, ketidakmampuan mengatasi stres dan
kecemasan

2.1.3. Tanda dan Gejala


Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku
dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-
tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati
sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang
dilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi
(Budi Anna Keliat, 1999) :
a. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis:
1. Menyeriangai / tertawa tidak sesuai
2. Menggerakkan bibir tanpa bicara
3. Gerakan mata cepat
4. Bicara lambat
5. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan

10
b. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis:
1. Cemas
2. Konsentrasi menurun
3. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata

c. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan


Gejala klinis:
1. Cenderung mengikuti halusinasi
2. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
3. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
4. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk).

d. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan


Gejala klinis:
1. Pasien mengikuti halusinasi
2. Tidak mampu mengendalikan diri
3. Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
4. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

2.1.4. Klasifikasi

Terdapat beberapa karakteristik dari halusinasi yaitu :

Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif


Halusinasi dengar/suara Bicara atau tertawa sendiri. Mendengar suara-suara
Marah-marah tanpa sebab. atau kegaduhan.
Menyedengkan telinga Mendengar suara yang
kearah tertentu. mengajak bercakap-cakap.
Menutup telinga Mendengar suara
menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya.
Halusinasi penglihatan Menunjuk kearah tertentu. Melihat bayangan,
Ketakutan dengan sesuatu sinar/cahya, bentuk
yang tidak jelas. geometris, bentuk kartoon,
melihat hantu, monster,

11
atau panorama yang luas
dan kompleks bias
menyenangkan atau
menakutkan

Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif


Halusinasi penghidug Menghidu seperti sedang Membaui bau-bauan yang
membaui bau-bauan busuk, bau amis,
tertentu, menutup hidup. menijikkan seperti bau
darah, urine, feses, kadang-
kadang bau itu
menyenangkan.
Halusinasi pengecapan Sering meludah, muntah Mengatakan merasakan
sesuatu yang busuk, amis
atau menjijikkan seperti
darah, urine, atau feses.
Halusinasi perabaan Menggaruk-garuk Mengatakan rasa sakit atau
permukaan kulit. tidak enak tanpa adanya
stimulus yang terlihat.
Contoh : merasakan
sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau
orang lain, mengatakan ada
serangga dipermukaan
kulit. Merasa seperti
tersengat listrik.
Halusinasi senestik Memverbalisasi dan atau Mengatakan merasakan
obsesi terhadap proses fungsi tubuh seperti darah
tubuh, menolak untuk mengalir melalui vena dan
menyelesaikan tugas-tugas arteri, makanan, dicerna
yang memerlukan bagian atau pembentukan.
tubuh pasien yang diyakini
pasien tidak berfungsi.

2.1.5. Proses Terjadinya Halusinasi

Bentuk gangguan persepsi sensori yang paling sering terjadi pada klien dengan
gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran dan penglihatan.
Bentuk halusinasi ini dapat berupa suara-suara dan gambaran-gambaran. Tetapi sering
berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah
laku klien, sehingga klien menghasilkan respon tertentu seperti : bicara sendiri,
bertengkar atau respon lain yang membahayakan.

12
Bisa juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan
mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda
mati. Halusinasi pendengaran dan penglihatan merupakan suatu tanda mayor dari
gangguan skizofrenia dan satu syarat diagnostic minor untuk metaklia involsi, psikosa
mania depresif, dan sindroma otak organik.

2.1.6. Tahap, Karakteristik, dan Perilaku yang Ditampilkan

Tahap Karakteristik Perilaku Klien


 Mengalami ansietas,  Tersenyum, tertawa
kesepian, rasa sendiri.
bersalah, dan  Menggerakkan bibir
ketakutan. tanpa suara.
Tahap I : Memberikan  Mencoba berfokus  Pergerakan mata
rasa nyaman tingkat pada pikiran yang yang cepat.
ansietas sedang secara dapat  Respons verbal yang
umum halusinasi menghilangkan lambat.
merupakan suatu stress.  Diam dan
kesenangan.  Pikiran dan berkonsentrasi.
pengalaman sensori
masih ada dalam
kontrol kesadaran
(jika kecemasan
dikontrol).
 Pengalaman sensori  Peningkatan SSO
menakutkan. tanda-tanda ansietas
 Mulai merasa peningkatan denyut
kehilangan kontrol. jantung, pernafasan
Tahap II : Menyalahkan  Merasa dilecehkan dan tekanan darah.
tingkat kecemasan berat oleh pengalaman  Rentang perhatian
secara umum halusinasi sensori tersebut. menyempit.
menyebabkan rasa  Menarik diri dari  Konsentrasi dengan
antisipasi. orang lain. pengalaman sensori.
 Non Psikotik.  Kehilangan
kemampuan
membedakan
halusinasi dan realita.

13
 Klien menyerah dan  Perintah halusinasi
menerima ditaati.
pengalaman  Sulit berhubungan
sensorinya. dengan orang lain.
Tahap III : Mengontrol  Isi halusinasi  Rentang perhatian
tingkat kecemasan berat menjadi antraktif. hanya beberapa
pengalaman sensori  Kesepian bila detik/menit.
tidak dapat ditolak lagi. pengalaman sensori  Gejala sisa ansietas
berakhir. berat, berkeringat,
 Psikotik. tremor, tidak
mampu mengikuti
perintah.
 Pengalaman sensori  Perilaku panik.
menjadi ancaman.  Potensial tinggi
 Halusinasi dapat untuk bunuh diri
berlangsung selama atau membunuh.
Tahap IV : Menguasai beberapa jam atau  Tindakan
tingkat kecemasan panik hari (jika tidak kekerasan, agitasi
secara umum diatur dan diintervensi). menarik diri atau
dipengaruhi oleh waham.  Psikotik. ketakutan.
 Tidak mampu
berespons terhadap
perintah yang
kompleks.
 Tidak mampu
berespons terhadap
lebih dari satu
orang.

14
2.1.7. Rentang Respon

2.1.8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :


1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat
halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan
agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi
baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien,
bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di
beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.
Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan
mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau
hiasan dinding, majalah dan permainan
2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat
harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di
berikan.

15
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah
pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah
yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang
lain yang dekat dengan pasien.
4. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah
raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien
ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun
jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada
kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny dari percakapan
dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek.
Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat
menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau
aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan
petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak
bertentangan.
Tindakan Keperawatan pada klien :
a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1. px mengenali halusinasi yang di alaminya
2. px dapat mengontrol halusinasinya
3. px mengikuti program pengobatan secara optimal
b. Tindakan Keperawatan
1. membantu px mengenali halusinasi
Untuk membantu px mengenali halusinasi, saudara dapat melakukannya cara berdiskusi
dengan px tentang isi halusinasi (apa yang dilihat atau yang dilihat), waktu terjadinya
halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan
perasaan px saat halusinasi muncul.
2. melatih px mengontrol halusinasi
Untuk membantu px agar dapat mengontrol halusinasi saudara dapat melatih px empat
cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara meliputi:
 Menghardik halusinasi
 Bercakap-cakap dengan orang lain
 Melakukan aktivitas yang telah di jadwal
 Menggunakan obat secara teratur

16
TINDAKAN KEPERAWATAN KEPADA KELUARGA
a. Tujuan untuk keluarga adalah :
Keluarga dapat merawat px dirumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif untuk px
b. Tindakan Keperawatan
Faktor keluarga menempati hal vital dalam penanganan px gangguan jiwa dirumah. Hal
ini mengingat keluarga adalah sistem pendukung terdekat dan 24 jam bersama sama dengan
px. Keluarga snagat menentukan apakah px akan kambuh atau tetap sehat. Keluarga yang
mendukung px secara konsisten akan membuat px mampu mempertahankan program
pengobatan secara optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu memrawat px, px
akan kambuh bahkan untuk memulihkannya lahi akan sulit. Untuk itu perawat harus melatih
keluarga px agar mampu merawat px gangguan jiwa dirumah.
Pendidikan kesehatan kepada keluarga dapat dilakukan melalui tiga tahapan meliputi :
 Tahap 1 : menjelaskan tentang masalah yang dialami oleh px dan pentingnya peran
keluarga untuk mendukung px
 Tahap 2: melatih keluarga merawat px
 Tahap 3: melatih keluarga untuk merawat px langsung informasi yang perlu
disampaikan kepada keluarga meliputi:
 Pengertian halusinasi
 Jenis halusinasi yang dialami px
 Tanda dan gejala halusinasi
 Proses terjadinya halusinasi
 Cara merawat px halusinasi
 Cara berkomunikasi
 Pemberian obat
 Pemberian akrifitasnkepada px
 Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang bisa dijangkau
EVALUASI KEPERAWATAN
1. pasien mempercayai saudara sebagai terapis, ditandai :
 Px mau menerima saudara sebagai perawatnya
 Px mau menceritakan masalah yang dihadapi kepada saudara, bahkan hal-hal selama
ini dianggap rahasia untuk orang lain
 Px mau bekerjasama dengan saudara, setiap program yang saudara tawarkan di taati
oleh pasien
2. Pasien menyadari yang dialaminya tidak ada objeknya dan merupakan masalah yang harus
diatasi, ditandai dengan :
 Pasien mengungkap halusinasi yang dialaminya
 Pasien menjelaskan waktu, dan frekuensi halusinasinya yang dialaminya
 Px menjelaskan situasi yang mencetus halusinasinya
 Px menjelaskan perasaannya
 Px menjelaskan bahwa dia akan berusaha mengatasi halusinasi yang dialaminnya

17
3. px dapat mengontrol halusinasi, ditandai :
 Px mampu memperagakan 4 cara mengontrol halusinasi
 Px menerapkan 4 cara mengontrol halusinasi :
 Menghardik halusinasi
 Bercakap cakap dengan orang lain disekitarnya bila timbul halusinasi
 Menyusun jadwal kegiatan yang akan dijalankan atau diterapkan setiap hari
seperti menyapu, mengepel, mencuci piring dll.
 Mematuhi program pengobatan

EVALUASI KELUARGA
 Keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi yang dialami oleh px
 Keluarga mampu menjelaskan cara merawat pasien di rumah
 Keluarga mampu memperagakan cara bersikap terhadap pasien
 Keluarga mampu menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah px.
 Keluarga melaporkan keberhasilan merawat px

18
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Format Pengkajian

No RM : 04.10.71
Nama : Ny. R
Tgl Lahir : 15-08-1982
Jenis kelamin : Perempuan

ASSESEMENT KEPERAWATAN JIWA RAWAT INAP

RUANG RAWAT : Kamboja TANGGAL DIRAWAT : 18 desember 2018

I. ALASAN MASUK : Klien sering mendengar hal-hal yang sangat mengganggunya. Sebelumnya klien
memukul orang lain ketika dia mendengar suara-suara yang mengganggunya . klien juga pernah
dipasung oleh keluarganya.

II. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ? Ya √ Tidak



2. Pengobatan sebelumnya Berhasil kurang Berhasil Tidak
- -
Berhasil
3. Pengalaman Pelaku/Usia Korban Usia Saksi/Usia
Aniaya Fisik : Klien pernah menganiaya orang lain
Aniaya Seksual : Klien tidak pernah mengalami aniaya seksual
Penolakan : Klien tidak pernah Mengalami penolakan
Kekerasan dalam keluarga : Klien tidak pernah mengalami KDRT
Tindakan Kriminal : Klien tidak pernah melakukan tindakan kriminal

Jelaskan No 1,2,3 : Klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu.
Sebelumnya klien dipisahkan dengan anaknya oleh keluarga suami klien yang ke dua. Keluarga suami
yang ke dua tidak menyukai klien. Sekarang klien dengan suami ke 2 nya telah cerai. Mereka
mempunyai anak 2. Usia pernikahan mereka sudah 7 tahun. Usia pernikahan klien dengan suami
pertama 3 tahun, dan memiliki anak 1
Masalah Keperawatan : Halusinasi Pendengaran
pasien berpotensi melukai orang yang ada disekitarnya (PK)

19
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa √ Ya Tidak

Hubungan dengan klein sebagai adik kandungnya, adik klien sering menyendiri dan
mendengar suara yang tidak nyata, adik klien sudah diobati dan sekarang sudah rawat jalan
Masalah keperawatan : Koping keluarga inefektif
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : Ada

klien mengatakan bahwa klien dipisahkan dengan anaknya oleh keluarga mantan suami
nya
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial : Menarik diri
III . FISIK
1. Tanda Vital :
TD : 110/80 mmhg Nadi : 80 x/i suhu : 36°c Nafas : 22x/i
2. Ukur : TB : 165 Cm BB : 60 kg
3. Keluhan Fisik : Ya √ Tidak
Jelaskan :
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
IV. PSIKOSOSIAL
1. GENOGRAM

37

Jelaskan : klien anak ke- 2 dari 5 bersaudara, klien memiliki adik yang juga pernah
mengalami halusinasi. Namun telah rawat jalan. Sampai saat ini klien masih
mendengar suara suara yang mengganggunya.
Masalah Keperawatan : gangguan persepsi sensorik halusinasi pendengaran.
2. Konsep Diri :
a. Gambar Diri : klien menyukai apapun yang ada di tubuhnya. Terlebihnya klien sangat
menyukai matanya karena sipit dan jarang orang yang memiliki mata sipit.

20
b. Identitas : klien merasa puas dengan statusnya sebagai perempuan dan klien
menyukai segala pekerjaan perempuan seperti memasak, menyapu.

c. Peran : selama di rumah sakit, klien sudah mulai bisa berinteraksi dengan teman
temannya, dan di rumah sakit klien dapat melakukan aktivitas sehari hari
seperti menyapu

d. ideal Diri : klien ingin mengurus orang tuanya


e. Harga Diri : Pada saat klien bersama suami ke 2 nya, klien selalu diasingkan oleh keluarga
suami keduanya. Klien tidak di hargai oleh keluarga suami nya.
Masalah Keperawatan : Harga diri Rendah (HDR)

3. Hubungan Sosial :
a. orang yang berarti : klien mengatakan paling dekat dengan ayahnya karena merupakan
seseorang yang paling berharga.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat : Peran Klien Dalam Kegiatan
Kelompok/ Masyarakat Baik. Klien sering mengikuti acara arisan
c. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain : beberapa bulan ini, klien sudah tidak
memliki hambatan dalam berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain. namun saat baru
masuk rumah sakit, klien kurang bisa bergabung dan berinteraksi dengan orang lain.

Masalah keperawatan : Gangguan interaksi sosial : Menarik diri


4. Spiritual :
a. Nilai dan Keyakinan : klien memiliki keyakinan / agama kristen
b. Kegiatan Ibadah : klien sering melakukan ibadah saat dirumah. Di rumah sakit klien
sering berdoa.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

V. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak rapi Penggunaan pakai Cara berpakaian tidak
Tidak sesuai seperti biasanya

Jelaskan : dalam penampilan, klien tampak rapi. Bisa berpenampilan bersih dan rapi
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

21
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren

Aparatis Lambat Membisu Tidak mampu


Memulai pembicaraan

Jelaskan : pembicaraan klien baik. Klien dapat berbicara seperti biasanya

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

3. Aktivitas Motorik
Lesu Tegang Gelisah Agitasi

Tik Grimasing Tremor T Kompulsif

Jelaskan : klien dapat beraktivitas dengan baik tanpa diarahkan oleh perawat

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

4. Suasana Perasaan
√ Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira

Berlebihan
Jelaskan : Klien terlihat sedih semenjak di rumah sakit jiwa karna jauh oleh keluarganya

Masalah Keperawatan : Harga diri rendah (HDR)

5. Afek
Datar Tumpul √ Labil Tidak sesuai

Jelaskan : terkadang ekspresi klien senang, terkadang murung dan terkadang ingin marah
kepada orang lain tanpa sebab .

Masalah Keperawatan : resiko perilaku kekerasan (RPK)

6. Interaksi selama wawancara


Bermusuhan Tidak Kooperatif Mudah Tersinggung

Kontak mata kurang Defensif Curiga

Jelaskan : interaksi slama wawancara sangat kooperatif, klien mampu


menjawab/berinteraksi baik dengan perawat.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

7. Persepsi
√ Pendengaran  Penglihatan
√ Perabaan

Pengecapan Pembauan

Jelaskan : Klien masih mendengar suara yang menggangunya pada pagi hari, selama lebih
kurang 15 menit. Suara yang klien dengar adalah suara yang menyuruh nya
untuk memukul orang lain. pertama kali klien mengikuti suara itu , klien
memukul kakaknya sehingga terjadinya perilaku kekerasan ( PK). Saat klien
mendengar suara tersebut klien mengalihkannya dengan memejamkan matanya.

22
Masalah Keperawatan : gangguan persepsi sensorik halusinasi pendengaran

8. Proses pikir
Sirkunstansial Tangensial Gangguan asosiasi

Flight of ideas Blocking Pengulangan


pembicaraan/
persevarasi

Jelaskan : Klien berfikir dengan tenang dan sampai tujuan pembicaraan

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

9. Isi pikir
Obsesi Fobia Hipokondria

Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran Mistik

Waham
Agama Somatik Kebesaran Curiga

Nihilistik sisip pikir siar pikir kontrol pikir

Jelaskan : Klien tidak memiliki waham

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

10. Tingkat kesadaran


Bingung sedai stupor

Disorientasi :
waktu tempat orang

Jelaskan : tingkat kesadaran klien penuh (composmentis)

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

11. Memori :
Gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek

Gangguan daya ingat saat ini konfabulasi

Jelaskan : Klien mampu menyebutkan tanggal lahir secara lengkap , klien mampu
menyebutkan nama keluarganya dan klien mampu menceritakan hal hal yang
pernah dialaminya, klien ingat alasan dia dibawa ke rumah sakit.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

23
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung :
Mudah beralih tidak mampu tidak mampu
Berkonsentrasi Berhitung
sederhana
Jelaskan : Klien dapat berhitung dengan sederhana tanpa bantuan orang lain (menghitung
angka) 10+9, 25+5

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

13. Kemampuan Penilaian :


Gangguan ringan gangguan bermakna

Jelaskan : klien mampu mengambil keputusan setelah diberikan pertanyaan dan


penjelasan.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

14. daya tilik diri :


Mengingkari penyakit yang diderita menyalahkan hal hal di luar dirinya

Jelaskan : klien memahami penyakitnya, klien tahu bahwa masih di rumah sakit jiwa.

Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah

VI. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan Klien memenuhi/menyediakan kebutuhan :
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Makanan Pakaian Uang
Keamanan Transportasi
Perawatan kesehatan Tempat Tinggal

Jelaskan :

Masalah Keperawatan :

2. Kegiatan hidup sehari-hari :


a. Perawatan diri :
Bantuan minimal Bantuan total Bantuan minimal Bantuan total
Mandi BAK/BAB
Kebersihan Ganti pakaian
Makan

Jelaskan :

Masalah Keperawatan :
b. Nutrisi
o Apakah anda puas dengan pola makan anda?
o Apakah anda makan memisahkan diri ?
Jika ya jelaskan alasannya : klien makan dengan teman temannya
o Frekuwensi makan per hari 3 kali
o Frekwensi udapan per hari kali

24
Meningkat menurun berlebih sedikit-sedikit
o Nafsu makan :
Meningkat menurun berlebih sedikit-sedikit
o BB : BB tertinggi BB terendah
o Diet khusus :
Jelaskan :

Masalah Keperawatan :

c.Tidur Ya Tidak
o Apakah ada masalah?
o Apakah anda merasa segar setelah bangun tidur?
o Apakah anda kebiasaan tidur siang?
Lamanya
o Apakah yang menolong anda untuk tidur
o Waktu tidur malam : Jam Waktu bangun jam
Beri tanda “v” sesuai dengan keadaan klien
Sulit untuk tidur` terbangun saat tidur
Bangun terlalu pagi gelisah saat tidur
somnabolisme berbicara dalam tidur
Jelaskan :

Masalah Keperawatan :

3. Kemampuan klien dalam Ya Tidak


o Mengantisipasi kebutuhan sendiri
o Membuat membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri
o Mengatur penggunaan obat
o Melakukan pemeriksaan kesehatan (follow up)
Jelaskan :

Masalah Keperawatan :

4. Klien Memiliki Sistem Pendukung


Ya Tidak Ya Tidak
o Keluarga Teman Sejawat
Profesional/Terapis Kelompok Sosial

Jelaskan :

Masalah Keperawatan :

25
5. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan yang menghasilkan atau hobi
Ya Tidak Ya Tidak
o Keluarga Teman Sejawat

Jelaskan :
Masalah Keperawatan :

VII. ANALISIS DATA

DATA MASALAH
Subjektif : - klien mengatakan sering mendengar  Gangguan persepsi sensori ; Halusinasi
suara suara yang mengganggunya pendengaran
- Saat dirumah, klien pernah dipasung oleh
keluarganya

Objektif : klien tampak berbicara bicara sendiri,


terkadang klien tampak termenung

VIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


Gangguan Konsep Diri ; Harga Diri Rendah

Gangguan Persepsi Sensori; Halusinasi Pendengaran

Resiko perilaku kekerasan (RPK)

IX. POHON MASALAH

Resiko perilaku kekerasan

Gangguan perssepsi sensori ; halusinasi pendengaran

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Gangguan konsep diri ; Harga diri rendah

VII. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Gangguan Persepsi Sensori; Halusinasi Pendengaran

Medan, 28 Januari 2019

26
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian
Nama klien : Rosida Br Manulang
No. RM : 04.10.71
Tanggal Lahir : 15 Agustus 1982
Usia : 37 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Seribu Dolok
Agama : Kristen
Ruang Rawatan : Kamboja
Tanggal Masuk : 18 desember 2018

Ds : - klien mengatakan sering mendengar suara suara yang mengganggunya


- Saat dirumah, klien pernah dipasung oleh keluarganya
Do : - klien tampak berbicara bicara sendiri, terkadang klien tampak termenung

4.2 Diagnosa Keperawatan


 Gangguan persepsi sensori; Halusinasi pendengaran
4.3 Perencanaan Keperawatan

Diagnosa PERENCANAAN
Keperawatan Kriteria Evaluasi Intervensi Evaluasi
Gangguan - Ekspresi SP1: - Membina huungan saling
Persepsi wajah percaya
Sensori ; bersahabat,
menunjukka a. Sapa klien dengan ramah
Halusinasi
n rasa baik verbal ataupun non-
Pendengaran verbal.
senang, ada
kontak b. Perkenalkan diri dengan
mata, mau sopan,
berjabat c. Tanyakan nama lengkap
tangan, mau klien nama panggilan
menyebutka yang disukai klien.
n nama, d. Jelaskan tujuan
mau pertemuan. S : - Klien
menjawab e. Tunjukkan sikap empati mengatakan suara-
salam, klien dan menerima klien apa suara yang datang
mau duduk adanya. sudah berkurang.
berdamping
an dengan
perawat.

27
SP 2: - Membantu pasien O: klien tampak tidak
mengenal (Isi, Frekuensi dan berbicara-bicara
waktu ) sendiri lagi hanya saja
mondar-mandir.

1. klien dapat
1.1 Adakan kontak sering dan
menyebutkan
singkat secara bertahap. A: Masalah teratasi
waktu, isi dan
sebhagian
frekuensi timbul
halusinasi.
1.2 Observasi tingkah laku klien
yang terkait dengan P: Intervensi
halusinasinya: dilanjutkan
- Bicara dan tertawa tanpa
stimulus dan memandang
- Mengontrol
kekiri/kekanan, seolah-olah ada
halusinasi
teman. dengan
bercakap-
cakap dengan
1.3 Bantu klien mengenal orang lain.
halusinasinya dengan cara: - Melatih
mengontrol
- jika menemukan klien sedang halusinasi
berhalusinasi tanyakan apakah dengan
ada suara yang didengarnya. kegiatan
terjadwal
- Minum obat
2.1 Diskusikan dengan klien : dan spiritual.
2. Klien dapat
mengungkapakan - Situasi yang menimbulkan atau
bagaimana tidak menimbulkan halusinasi (
perasaannya jika sendiri, jengkel atau sedih).
terhadap halusinasi
tersebut.
2.2 Waktu dan Frekuensi
terjadinya halusinasi ( pagi,
siang, sore).

SP 3 : - Melatih mengontrol
halusinasi dengan bercakap –
cakap dengan Orang lain dan
melakukan aktivitas terjadwal.

28
1. Klien dapat 1.1 bersama klien, identifikasi
menyebutkan tindakan yang dilakukan jika
tindakan yang terjadi halusinasi ( tidur, marah,
biasanya dilakukan menyibukkan diri)
untuk
mengendalikan
halusinasinya.

1.2 diskusikan manfaat dan cara


yang digunakan klien, jika
bermanfaat beri pujian kepada
klien.

2. klien dapat 2.1 Diskusikan dengan klien


menyebutkan cara tentang cara baru mengontrol
baru mengontrol halusinasi.
halusinasi
a. Menghardik/mengusir
halusinasinya.
b. Bercakap-cakap dengan
orang lain.
. c. Melakukan kegiatan
sehari-hari.
d. Minum obat dan spritual.

3. Klien dapat 3.1 Beri contoh menghardik


mendemonstrasikan halusinasi:
cara menghardik - Pergi! Pergi.. saya tidak mau
halusinasi. mendengar kamu, kamu suara
palsu kamu tidak nyata.

3.2 beri pujian atas


keberhasilan.

3.3 minta klien mengikuti


contoh yang diberikan dan
ulangi.

3.4 Susunan jadwa kegiatan


latihan klien
-membersihkan tempat tidur
-mandi
-menyapu
-mencuci piring

29
4. Klien dapat 4.1 Anjurkan pasien mengikuti
mengikuti aktivitas terapi aktivitas kelompok yaitu:
kelompok.
- TAK Bola dangdut

5. Klien dapat 5.1 Klien dapat menyebutkan


mendemonstrasikan jenis, dosis dan waktu minum
kepatuhan minum obat serta manfaat obat.
obat untuk
mencegah
halusinasi.
SP 4 : - Minum obat dan Spritual

1. Keluarga dapat 1.1 Diskusikan dengan keluarga


menyebutkan ( pada saat berkunjung)
pengertian, tanda
a. Gejala halusinasi yang di
dan tidakan untuk
alami klien.
mengendalikan b. Cara merawat anggota
halusinasi. keluarga dengan
gangguan halusinasi
dirumah.

2.1 Diskusikan dengan keluarga


2. Keluarga dapat
tentang jenis, dosis, waktu
menyebutkan jenis,
pemberian manfaat dan efek
dosis, waktu
samping obat
pemberian, manfaat
serta efek samping
obat.

30
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Proses keperawatan merupakan metode ilmiah dalam menjalankan proses


keperawatan dan menyelesaikan masalah secara sistematis yang digunakan oleh perawat dan
peserta didik keperawatan.Penerapan keperawatan dapat meningkatkan otonomi, percaya diri,
cara berfikir yang logis,ilmiah,sistematis dan memperlihatkan tanggung jawab dan tanggung
gugat serta pengembangan diri perawat. Disamping itu klien dapat melaksanakan mutu
pelayanan keperawatan yang baik khususnya pada klien halusinasi, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian yang dilaksanakan tidak banyak berbeda dengan pengkajian
teoritis maupun penulis tidak mendapat kesulitan dalam pengkajian klien.
2. Dalam usaha mengatasi masalah yang dihadapi klien penulis menyusun
tindakan keperawatan sesuai dengan teoritis begitu juga dengan SP.
3. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan
dan dapat dilaksanakan walaupun belum optimal.
4. Pada tahap evaluasi terhadap tindakan keperawatan masalah yang dihadapi
klien tidak teratasi semua sesuai dengan masalah klien.

5.2 Saran

1. Hendaknya mahasiswa/i dapat melakukan askep sesuai dengan tahapan-


tahapan dari protab dengan baik dan benar yang diperoleh selama masa
pendidikan baik di akademik maupun dilapangan praktek.
2. Agar keluarga selalu memberikan motivasi klien dan juga perawatan
gangguan persepsi sensori : Halusinasi dirumah.
3. Meningkatkan peralatan dan pelayanan serta pemberian askep yang dapat
meningkatkan proses penyembuhan klien.

31
DAFTAR PUSTAKA

Ns.Sutejo, M.kep., Sp.Kep.J. 2016. Keperawatan Jiwa. Pustaka Baru Press : Yogyakarta.
Keliat, Budiana. (2006) Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:Penerbit buku
kedokteran EGC
Marlyyn.E. Doengos Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri editor bahasa indonesia,
Monica ester. Jakarta:EGC 2006
Keliat, B.A, dkk. 2006. Proses keperawatan Kesehatan Jiwa (Edisi 2). Jakarta : EGC

32

Anda mungkin juga menyukai