TINEA KORPORIS
Oleh:
Pembimbing :
Dr. Imawan Hardiman. Sp.KK
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah
dan pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang
berjudul “Tinea Korporis” yang diajukan sebagai persyaratan untuk mengikuti
KKS Ilmu Kulit dan Kelamin. Terima kasih penulis ucapkan kepada dokter
pembimbing yaitu dr. Imawan Hardiman, Sp.KK yang telah bersedia
membimbing penulis, sehingga laporan kasus ini dapat selesai pada waktunya.
Penulis memohon maaf jika dalam penulisan laporan kasus ini terdapat
kesalahan, dan penulis memohon kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan
laporan kasus ini. Atas perhatian dan sarannya penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
B. Medikamentosa
a. Terapi topikal
Terapi direkomendasikan untuk infeksi lokal karena dermatofit
biasanya hidup pada jaringan. Berbagai macam preparat imidazol dan
alilamin tersedia dalam berbagai formulasi. Dan semuanya memberikan
keberhasilan terapi (70-100%). Terapi topikal digunakan 1-2 kali sehari
selama 2 minggu tergantung agen yang digunakan. Topikal azol dan
allilamin menunjukkan angka perbaikan perbaikan klinik yang tinggi.
Berikut obat yang sering digunakan :
Topical azol terdiri atas :
a. Econazol 1 %
b. Ketoconazol 2 %
c. Clotrinazol 1%
d. Miconazol 2% dll.
Derivat imidazol bekerja dengan cara menghambat enzim 14-alfa-
dimetilase pada pembentukan ergosterol membran sel jamur.
b. Terapi sistemik
Pedoman yang dikeluarkan oleh American Academy of
Dermatology menyatakan bahwa obat anti jamur (OAJ) sistemik dapat
digunakan pada kasus hiperkeratosis terutama pada telapak tangan dan
kaki, lesi yang luas, infeksi kronis, pasien imunokompromais, atau pasien
tidak responsif maupun intoleran terhadap OAJ topikal.
Griseofulvin
Obat ini berasal dari penicillium griceofulvum dan masih dianggap
baku emas pada pengobatan infeksi dermatofit genus
Trichophyton, Microsporum, Epidermophyton. Berkerja pada inti
sel, menghambat mitosis pada stadium metafase.
Ketokonazol
Merupakan OAJ sistemik pertama yang berspektrum luas, fungistatik,
termasuk golongan imidazol. Absorbsi optimum bila suasana asam.
2.9 Prognosis
Untuk dermatofitosis yang bersifat lokal, prognosisnya akan baik dengan
tingkat kesembuhan 70-100% setelah pengobatan dengan azol topikal atau
allilamin atau dengan menggunakan anti jamur sistemik.
II. Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien datang ke RSUD Bangkinang dengan keluhan kemerahan di
kulit dan terdapat benjolan berisi cairan berwarna kuning di wajah, tangan,
dan kaki sejak 4 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 4 hari yang lalu pasien mengeluhkan muncul kemerahan di kulit
dan benjolan berisi cairan warna kuning yang tidak terlalu kental.
Benjolan awalnya muncul di alis dan dalam lubang hidung, berwarna
merah, berukuran sebesar kepala jarum pentul, dan cepat pecah. Keluhan
tidak disertai rasa gatal maupun nyeri. Riwayat demam disangkal, pasien
mengeluhkan pilek sejak 6 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami keluhan yang
sama dengan pasien
Riwayat Pengobatan
Pasien menggunakan obat herbal berupa bubuk yang di campur dengan
air kemudian dioleskan pada kulit yang sakit.
Riwayat kebiasaan
Status Dermatologis
Lokasi : Regio facialis, manus dextra et sinistra, dan regio
pedis dextra et sinistra.
Distribusi : Regional
Bentuk : Bulat hingga tidak teratur
Susunan : anular dan polisiklik
Batas : Sirkumskrip
Ukuran : Miliar, lenticular, nummular dan plakat
Efloresensi
- Primer : vesikel, bula, eritema
- Sekunder : Krusta, erosi
V. Resume
VIII. Penatalaksanaan
a. Umum
b. Khusus
a. Sistemik :
b.Topical :
IX. Prognosis
Quo ad sanam : Bonam
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad kosmetikum : Bonam