Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
penulisan, penulis mendapat bantuan, saran, petunjuk, dan bimbingan dari banyak pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih dan
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
perbaikan di masa yang akan datang, dan penulis juga berharap semoga makalah ini dapat
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila yang terdiri atas lima sila, pada hakekatnya merupakan sistem filsafat. Yang
dimaksud dengan sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh.
kenyataan yang obyektif, yaitu bahwa kenyataan itu ada pada pancasila sendiri terlepas dari
sesuatu yang lain atau terlepas dari pengetahuan orang. Kenyataan obyekrif yang ada dan terletak
pada pancasila, sehingga pancasila sebagai suatu system filsafat bersifat khas dan berbeda dalam
system-sistem filsafat yang lain. Hal ini secara ilmiah disebut sebagai filsafat secara obyektif.
Dan untuk mendapatkan makna yang lebih mendalam dan mendasar, kita perlu mengkaji nilai-
B. Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis
memperoleh hasil yang diinginkan, maka penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah.
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
iii
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pancasila.
2. Untuk menambah pengetahuan tentang Pancasila dari aspek filsafat.
3. Untuk mengetahui pengertian filsafat dan filsafat Pancasila.
4. Untuk mengetahui fungsi utama filsafat Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia.
D. Manfaat
E. Kerangka Berfikir
Dilihat dari sejarah bahwa Pancasila sebagai dasar negara republik Indonesia pada
tanggal 18 Agustus 1945, penulis menggunakan kerangka berfikir melalui pendekatan filsafat
Pancasila dan sejarahnya.
Di bentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia Bung Karno diangkat jadi ketua
PPKI dan Bung Hatta menjadi wakil ketua. Cepat dan tindaknya kemerdekaan Indonesia sangat
tergantung pada bangsa Indonesia sendiri setelah bekerja keras tanpa mengenal lelah dan
dukungan seluruh rakyat Indonesia khususnya pemuda – pemuda kita, pada tanggal 17 Agustus
1945 jam 10.00 di dalam rapat terbuka gedung pegangsaan 56 Jakarta, kemerdekaan indonesia di
proklamasikan oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Dari segi etimologi istilah “filsafat” dalam bahasa Indonesia mempunyai padanan
“falsafah” dalam kata Arab. Sedangkan menurut kata inggris “philosophy”, kata latin
“philosophia”, kata belanda “philosophie”, yang kesemuanya itu diterjemahan dalam kata
Indonesia “Filsafat”. “Philosophia” ini adalah kata benda yang merupakan hasil dari kegiata
“philosophien” sebagai kata kerjanya. Sedangkan kegiatan ini dilakukan oleh philosophos atau
filsuf sebagai subjek yang berfilsafat. Menurut Dr. Harun Nasution, istilah “falsafah” berasal dari
bahasa yunani “philein” dan kata ini mengandung arti “cinta” dan “sophos” dalam arti hikmah
(wisdom) (Nasution, 1973).
Istilah “filsafat” berasal dari bahasa Yunani, bagsa Yunani-lah yang mula-mula
berfilsafat seperti lazimnya dipahami oleh orang sampai sekarang. Kata ini bersifat majemuk,
berasal dari kata “philos” yag berarti “sahabat” dan kata “Sophia” yang berarti “pengetahuan”
yang bijaksana (wished) dalam bahasa Belanda, atau wisdom kata inggris, dan hikmat menurut
kata Arab. Maka philosophia menurut arti katanya berarti cinta pada pengetahuan yang
bijaksana, oleh karena itu mengusahakannya. (Sidi Gazalba, 1977). Jadi terdapat sedikit
perbedaan arti, disatu pihak menyatakan bahwa filsafat merupakan bentuk majemuk dari
“philein” dan “sophos”, (Dr.Harun Nasution,1973) di lain pihak filsafat dinyatakan dalam bentuk
majemuk dari “philos” dan “Sophia” (Sidi Gazalba, 1977) namun secara sistematis memiliki
makna yang sama.
Dengan demikian “filsafat” yang dimaksudkan sebagai kata majemuk dari philein dan
sophos mengandung arti menintai hal-hal yang sifatnya bijaksana, sedangkan filsafat yang
merupakan bentuk majemuk dari philos dan Sophia berkonotasi teman dari kebijaksanaan.
Jadi istilah filsafat merupakan suatu istilah yang pada mulanya secara umum
dipergunakan untuk menyebutkan usaha kearah keutamaan mental (the persuit of mental
exellance) (Ali mudhofir, 1980).
v
B. Pancasila sebagai suatu sistem filsafat
Pancasila yang terdiri atas lima sila, pada hakekatnya merupakan sistem filsafat.
Yang dimaksud dengan sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan,
saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang
utuh.
Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakekatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan
yang bersifat formal logis saja, namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar
epistimologis, serta dasar aksiologis dari sila Pancasila.
a. Dasar Ontologis
Dasar Ontologis Pancasila pada hakekatnya adalah manusia yang memiliki hakekat
mutlak. Subyek pendukung pokok-pokok Pancasila adalah manusia, hal ini dijelaskan sebagai
berikut :
“Bahwa yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
permusyawaratan/perwakilan, serta yang berkeadilan social adamah manusia (Notonegoro,
1975:23). Demikian juga jikalau kita pahami dari segi filsafat Negara, adapun pendukung pokok
Negara adalah rakyat, dan unsure rakyat adalah manusia itu sendiri, sehingga tepatlah jikalau
dalam filsafat Pancasila bahwa hakekat dasar ontopologis sila-sila pancasila adalah manusia.
Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila pancasila secara ontologism memiliki
hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani, sifat
kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk social, serta kedudukan kodrat
manusia sebagai pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh
karena itu kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai
makhluk Tuhan inilah maka secara hirarkis sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa mendasari
dan menjiwai keempat sila-sila pancasila lainnya (notonegoro, 1975-53).
b. Dasar Epistemologis
vi
Dasar epistimologis Pancasila sebagai suatu system filsafat pada hakekatnya juga
merupakan suatu system pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari pancasila merupakan
pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam semesta, manusia,
masyarakat, bangsa dan Negara tentang makna hidup serta sebagai dasar bagi manusia dalam
menyelesaikan masalah yang terjadi dalam hidup dan kehidupan. Pancasila dalam pengertian
yang demikian ini telah menjadi suatu system cita-cita atau keyakinan-keyakinan yang telah
menyengkut praksis, karena dijadikan landasan bagi cara hidup manusia atau suatu kelompok
masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Hal ini berarti filsafat telah menjelma
menjadi ideology (Abdul Gani, 1998). Sebagai suatu ideology maka panasila memiliki 3 unsur
pokok agar dapat menarik loyalitas dari para pendukungnya yaitu :
1. Logos, yaitu rasionalitas atau penalarannya
2. Pathos, yaitu penghayatannya
3. Ethos, yaitu kesusilaannya (Wibisono, 1996:3)
Sebagai suatu system filsafat atau ideology maka pancasila harus memiliki unsur
rasional terutama dalam kedudukannya sebagai suatu system pengetahuan.
c. Dasar Aksiologis
Sila-sila pancasila sebagai suatu system filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar
aksiologisnya, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila pada hakekatnya juga
merupakan satu kesatuan. Pada hakekatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai macam apa
saja yang ada serta bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia.
Nilai-nilai pancasila termasuk nilai kerohanian, tetapi nilai-nilai kerohanian yang
mengakui nilai material dan vital. Dengan demikian nilai-nilai pancasila tergolong nilai
kerohanian, yang juga mengandung nilai-nilai lain secara lengkap dan harmonis, yaitu nilai
material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan, atau estetis, nilai kebaikan atau nilai moral
ataupun nilai kesucian yang secara keseluruhan bersifat sistematik hierarkhis, dimana sila
pertama sebagai basisnya sampai sila kelima sebagai tujuannya (Darmo diharjo).
3. Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa dan Negara Indonesia
vii
Pancasila dirumuskan oleh The Founding Fathers dan lahir dari ways of life bangsa
Indonesia, melalui penelitian dan penyelidikan kesepakatan yang ada pada siding BPUPKI.
Dalam pidatonya Bung Karno 1 juni 1945 mengatakan, bahwa mengenai pentingnya
satu weltanschauung (alat pemersatu bangsa) lebih kurang beliau mengatakan :” we want to
estabilished a state not for a single individual or for onr group even not for aristocration, but we
want to estabilished a state one for all and all for all”. Demikian pula dengan berbagai masukan
dari para The foundings Fathers kita yang lain seperti Mr. Mohammad Yamin, Ki Hadi Bagoes
Koesoemo, Mr. Soepomo, dan lain-lain juga menghendaki adanya satu Philloosophy Groundslag
/ filsafat dasar sebuah Negara, hingga diberikanlah nama mengenai philosophy Grounslag /
filsafat dasar Bangga dan Negara Indonesia adalah PANCASILA.
viii
Dalam pengertian inilah maka pancasila berkedudukan sebagai sumber dari hokum
dasar Indonesia, atau dengan kata lain perkataan sebagai sumber tertib hukum Indonesia yang
tercantum dalam ketentuan tertib hukum tertinggi. Yaitu pembukaan UUD 1945.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada hakikatnya adalah sebagaimana nilai-
nilainya yang bersifat fundamental menjadi suatu sumber dari segala sumber hukum dalam
negara Indonesia, menjadi wadah yang fleksibel bagi faham-faham positif untuk berkembang
dan menjadi dasar ketentuan yang menolak faham-faham yang bertentangan seperti Atheisme
dan segala bentuk kekafiran tak beragama, Kolonialisme, Diktatorisme, Kapitalis, dan lain-lain.
Istilah filsafat dipergunakan dalam berbagai konteks tapi kita harus tahu dulu apa itu
filsafat dan fungsi filsafat serta kegunaan filsafat dengan uraian yang singkat ini saya
mengharapkan agar timbul kesan pada diri kita bahwa filsafat adalah suatu yang tidak sukar dan
dapat di pelajari oleh semua orang di samping itu saya menghrapkan agar kita tak beranggapan
filsafat sebagai suatu hasil potensi belaka dan tidak berpijak realita dengan cara ini saya
mengharapkan dapat menggunakan sebagai modal untuk mempelajari pancasila dari sudut
pandang filsafat.
Dan kita mengenal filsafat pancasila dari sejarah pelaksanaannya diantara bangsa –
bangsa barat tersebut bangsa belandalah yang akhirnya dapat memegang peran sebagai penjajah
yang benar – benar yang menghancurkan rakyat Indonesia mengingat keadaan perjuangan
bangsa Indonesia kita harus mengetahui perjuangan sebelum tahun 1900.
Sebenarnya sejak waktu itu pula mempertahankan kemerdekaan dengan cara bermacam –
macam perlawanan rakyat Indonesia untuk menentang kolonialisme, belanda telah berjalan
dengan hebat. Akan tetapi masih berjalan sendiri – sendiri dan belum ada kerja sama melalui
organisasi yang teratur .Dan kita harus mengetahui unsur – unsur Pancasila yang menjiwai
perlawanan terhadap kolonialisme jika perjuangan bangsa Indonesia mengetahui dan teliti
dengan seksama maka unsur – unsur pancasila merupakan semangat dan jiwa perjuangan
tersebut kita harus menganalisa dalam pembahasan seperti:
1. Apa unsur – unsur keTuhanan dalam penjajahan belanda.
ix
2. Unsur kemanusiaan dalam penjajahan belanda yang menghancurkan rakyat indonesia dengan
tidak ada perikemanusiaan, suatu siksaaan yang di derita rakyat Indonesia.
3. Unsur persatuan terhadap penjajahan belanda yang memecah belah persatuan.
4. Unsur kerakyatan terhadap penjajahan belanda tentang kebebasan untuk mendapatkan
pendidikan dan seolah olah rakyat kecil tidak ada artinya.
5. Unsur yang terakhir yaitu keadilan tentang penjajahan belanda tidak ada keadilan untuk
mendapatkan kebutuhan kebebasan hak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah memperhatikan isi dalam pembahasan di atas, maka dapat penulis tarik
Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma,
nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi
bangsa Indonesia.
2. Fungsi utama filsafat Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia yaitu:
B. Saran
x
Warganegara Indonesia merupakan sekumpulan orang yang hidup dan tinggal di
negara Indonesia Oleh karena itu sebaiknya warga negara Indonesia harus lebih meyakini atau
yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya dalam pemahaman bahwa falsafah Pancasila
adalah sebagai dasar falsafah negara Indonesia. Sehingga kekacauan yang sekarang terjadi ini
dapat diatasi dan lebih memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hamid Darmadi, (2010), Pendidikan Pancasila, Konsep Dasar dan Implementasi, Alfabeta;
Bandung. 144-163
Jalaludin ,dkk. FilsafatPendidikan . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
xi