BAB 1
PENDAHULUAN
Lebih dari 40% pasien sirosis hepatis asimptomatik dan sering ditemukan
kematian terbesar ketiga pada pasien yang berusia 45-46 tahun (setelah
penyakit kardiovaskuler dan kanker). Angka kejadian sirosis hepatis dari hasil
(Nurdjanah, 2009).
wanita (2,4-5:1) (Sihotang, 2010). Walaupun belum ada data resmi nasional
tentang sirosis hepatis di Indonesia, namun dari beberapa laporan rumah sakit
3,5% dari seluruh pasien yang dirawat di bangsal penyakit dalam atau rata-
rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit hati yang dirawat di bangsal. Di
Medan dalam kurun waktu 4 tahun dijumpai pasien sirosis hepatis sebanyak
819 (4%) dari seluruh pasien dibagian penyakit dalam (Nurdjannah, 2009).
2
bahwa diperkirakan 3-4 juta orang terinfeksi dengan virus hepatitis C (VHC)
setiap tahun. Sekitar 130-170 juta orang terinfeksi kronis VHC dan berisiko
menjadi sirosis hepatis dan/atau kanker hati. Infeksi kronis VHC terjadi pada
70-80% pasien dan sekitar 20% pasien infeksi kronis VHC akan berkembang
2012).
hepatitis B sekitar 25% akan meninggal karena kanker hati atau sirosis karena
Risiko sirosis pada pasien dengan infeksi hepatitis C kronik dapat diperburuk
etanol) ke dalam tubuh karena alkohol yang masuk akan dieliminasi oleh hati.
Konsumsi alkohol dapat memperberat kerja hati dan merusak fungsi hati
3
secara perlahan dan terus menerus. Keadaan ini dapat menjadi lebih parah dan
kadang-kadang tanpa gejala sisa permanen tetapi sering dengan sirosis sisa
(Mukherjee, 2011).
melalui tiga situasi : (1) sebagai respon imun, dimana virus hepatitis adalah
contoh agen yang menyebabkan sirosis melalui keadaan ini, (2) sebagai bagian
dari proses penyembuhan luka dan (3) sebagai respon terhadap agen yang
memicu fibrogenesis primer, agen tertentu seperti etanol dalam alkohol dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan
adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas. Pembentukan jaringan
ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan
perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan
2.1.2 Epidemiologi
infeksi virus kronik. Hasil penelitian lain menyebutkan perlemakan hati akan
0,3% juga. Di Indonesia data pravalensi sirosis hati belum ada, hanya laporan-
jumlah pasien sirosis hati bekisar 4,1% dari pasien yang dirawat di bagian
penyakit dalam pada kurun waktu 1 tahun. Di medan dalam kurun waktu 4
5
tahun dijumpai pasien sirosis hati sebanyak 819 (4%) dari seluruh pasien
2.1.3 Etiologi
Penyebab pasti dari sirosis hati sampai sekarang belum jelas, tetapi
menengah.
b. Hepatitis Virus
Blumberg pada tahun 1965 dalam darah penderita dengan penyakit hati
nekrosa sel hati sehingga terjadi sirosis. Secara klinik telah dikenal bahwa
c. Zat Hepatotoksik
terjadinya kerusakan pada sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati
kronis akan berupa sirosis hati. Zat hepatotoksik yang sering disebut-sebut
ialah alkohol.
d. Penyakit Wilson
dari otak, dan terdapatnya cincin pada kornea yang berwarna coklat
e. Hemokromatosis
f. Sebab-Sebab Lain
2.1.4 Patofisiologi
Sirosis terjadi dengan frekuensi paling tinggi pada peminum minuman keras.
terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasaan minum minuman keras
dan pada individu yang dietnya normal tetapi dengan konsumsi alkohol yang
dua kali lebih banyak daripada wanita, dan mayoritas pasien sirosis berusia
oleh pembentukan jaringan parut yang difus, kehilangan selsel hati yang
lainnya.
utama lainnya adalah hepatitis kronis, penyakit saluran empedu, dan kelebihan
zat besi. Menurut Kumar V et all tahun 2004 Tahap akhir penyakit kronis ini
1. Bridging fibrous septa dalam bentuk pita halus atau jaringan parut
ukuran bervariasi dari sangat kecil (garis tengah < 3mm, mikronodul)
pada mulanya berawal dari kematian sel hepatosit yang disebabkan oleh
maka tubuh akan melakukan regenerasi terhadap sel-sel yang mati tersebut.
interstisium (tipe I, III, dan IV) di saluran porta, sekitar vena sentralis, dan
komponen lain matriks ekstrasel mengendap di semua bagian lobulus dan sel-
sel endotel sinusoid kehilangan fenestrasinya. Juga terjadi pirau vena porta ke
vena hepatika dan arteri hepatika ke vena porta. Proses ini pada dasarnya
bebas antara plasma dan hepatosit, menjadi vaskular tekanan tinggi, beraliran
cepat tanpa pertukaran zat terlarut. Secara khusus, perpindahan protein antara
hepatotoksik), maka sel stelata akan menjadi sel yang membentuk kolagen.
Jika proses ini berjalan terus maka fibrosis akan terus berjalan di dalam sel
stelata, dan jaringan hati yang normal akan digantikan jaringan ikat. (Setiawati
et al., 2013).
Menurut Smeltzer & Bare (2001) manifestasi klinis dari sirosis hepatis antara
lain:
a. Splenomegali
Pada awal perjalanan sirosis hati, hati cenderung membesar dan sel-selnya
dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam
yang dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai
akibat dari pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga
Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang
kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal. Semua darah dari
organ-organ digestif praktis akan berkumpul dalam vena porta dan dibawa
yang bebas, maka aliran darah tersebut akan kembali ke dalam limpa dan
menjadi tempat kongesti pasif yang kronis; dengan kata lain, kedua organ
tersebut akan dipenuhi oleh darah dan dengan demikian tidak dapat
menderita dyspepsia kronis dan konstipasi atau diare. Berat badan pasien
tubuh.
c. Varises Gastrointestinal
Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrotik
volume darah dan tekanan yang tinggi akibat sirosis, maka pembuluh
d. Edema
Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang
adekuat dan gangguan fungsi hati turut menimbulkan anemia yang sering
menyertai sirosis hepatis. Gejala anemia dan status nutrisi serta kesehatan
f. Kemunduran Mental
Tanda Penyebab
seks
deposit kolagen
hipotalamus
mengecil)
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita sirosis hati (Tarigan, P., 2002):
dilihat dari ukuran varises, adanya tanda bahaya dari varises dan
2. Ensefalopati hepatikum
sampai koma. Timbulnya koma hepatikum akibat dari faal hati yang
sudah sangat rusak, sehingga hati tidak dapat melakukan fungsinya sama
hepatikum primer, yaitu disebabkan oleh nekrosis hati yang meluas dan
tetapi oleh sebab lain, antara lain karena perdarahan, akibat terapi terhadap
Peritonitis bakterialis spontan yaitu infeksi cairan asites oleh satu jenis
bakteri tanpa ada bukti infeksi sekunder intra abdominal. Biasanya pasien
ini tanpa gejala, namun dapat timbul demam dan nyeri abdomen.
4. Sindroma hepatorenal
Keadaan ini terjadi pada penderita penyakit hati kronik lanjut, ditandai
Dan dapat terjadi gangguan fungsi ginjal akut berupa oliguri, peningkatan
5. Karsinoma hepatoseluler
6. Asites
volume cairan ekstraseluler yang tidak normal sehingga terjadi retensi air
dan natrium. Asites dapat bersifat ringan, sedang dan berat. Asites berat
7. Gagal Jantung
Sebaliknya pada sirosis hati terjadi penurunan beban pasca muat ( after
kondisi sirosis.
17
Disfungsi diastolik ventrikel kiri pada sirosis hati terjadi bila terjadi
kiri yang tebal, kaku dan rileksasinya tidak baik dapat menimbulkan gagal
a. Urine
Dalam urine terdapat urobilnogen juga terdapat bilirubin bila penderita ada
b. Tinja
darah, di dalam usus akan diubah menjadi sterkobilin yaitu suatu pigmen
2002)
c. Darah
Penderita sirosis banyak mengalami gangguan tes faal hati, lebih lagi
hari akan diproduksi 10-16 gr albumin, pada orang dengan sirosis hanya
19
dapat disintesa antara 3,5-5,9 gr per hari. Kadar normal albumin dalam
Perbandingan normal albumin : globulin adalah 2:1 atau lebih. Selain itu,
kadar asam empedu juga termasuk salah satu tes faal hati yang peka untuk
e. Radiologi
f. Ultrasonografi (USG)
hati, termasuk sirosi hati. Gambaran USG tergantung pada tingkat berat
membesar, permulaan irregular, tepi hati tumpul, . Pada fase lanjut terlihat
irregular. Sebagian hati tampak membesar dan sebagian lagi dalam batas
g. Peritoneoskopi (laparoskopi)
Secara laparoskopi akan tampak jelas kelainan hati. Pada sirosis hati akan
besar atau kecil dan terdapatnya gambaran fibrosis hati, tepi biasanya
2.1.8 Penatalaksanaan
1. Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan control
yang teratur, istirahat yang cukup, susunan diet tinggi kalori tinggi protein,
lemak secukupnya.
b. Hemokromatis
a. Asites
edema kaki atau 1 kg/ hari dengan adanya edema kaki. Bilamana
pemberian albumin.
berlangsung.
darah secukupnya.
c. Ensefalopati
hipokalemia.
sesuai.
22
infeksi sistemik.
5) Transplantasi hati.
aminoglikosida.
f. Gagal jantung
2.1.9 Prognosis
yang menyertai. Prognosis sirosis hati dapat diukur dengan kriteria Child-
kriteria Child- Pugh, banyak digunakan oleh para ahli hepatologi saat ini.
2009).
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
dimana terjadi fibrosis pada hepar dengan distorsi arsitektur hepar dan
menjadi sirosis kompensata dimana gejala klinisnya belum tampak nyata dan
Indonesia sirosis hepatis paling banyak disebabkan oleh infeksi virus hepatitis
menyimpan besi dalam bentuk ferritin. Pada sirosis hepatis, sel-sel hepatosit
pun akan terganggu. Manifestasi klinis dari sirosis akan muncul dikarenakan
kerusakan sel-sel hepar sehingga terjadi kegagalan fungsi hepar dan juga
tinja, darah, tes faal hati, radiologi, USG dan periteonoskopi, dan untuk
dapat menambah kerusakan hati, diet rendah protein pada ensefalopati hepatic,
diuretic pada ascites, antibiotic pada peritonitis bakteri spontan, dan lain- lain
DAFTAR PUSTAKA
Kumar V., Cotran R.S., & Robbins S.L. 2004. Hati dan saluran empedu
dalam Robbins Buku Ajar Patologi 7th Edition Volume 2. EGC: Jakarta.
Nurdjanah S. 2009. Sirosis Hati dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam , edisi IV
jilid II, Jakarta, Pusat penerbitan Departemen Ilmu penyakit dalam FK UI.,
hal 445-8
Setiawati, S., Alwin, I., Sudoyo, A.W., Simadibrata , M., Setiohadi, B.,
Syam, A.F. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI. Jakarta:
Interna Publishing.
Smeltzer and Bare .,2001. Keperawatan medikal bedah 2 Edisi 8,Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran (EGC).