Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian

Menurut Sumarno (2002) dalam Nurarif & Hardhi (2015) mengatakan

tifoid adalah penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh

Salmonella typhi yang dapat menular melalui makanan atau air yang

terkontaminasi.

Demam thypoid (entric fever) adalah infeksi penyakit akut yang

menyerang saluran cerna dengan gejala demam kurang dari 1 minggu, yang

dapat menyebabkan gangguan pada pencernaan dan gangguan pada kesadaran

(Sodikin, 2011).

B. Etiologi

Salmonella thyphi sama dengan salmonela yang lain adalah bakteri gram-

negatif, mempunyai flagella, fakultatif anaerob. Bakteri ini dapat memperoleh

plasmid faktor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple

antibiotik (Nurarif & Hardhi, 2015).

C. Patofisiologi

Kuman masuk melalui mulut. sebagian kuman akan dimusnahkan dalam

lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk keusus halus, kedalam

jaringan linfoit dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian

kuman masuk keperedaran darah(bacteremia primer), dan mencapai sel-sel

retikuloendoteleal, hati, linpa dan organ-organ lainnya (Suriadi, 2010).


Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan terakhir sel-sel

retikuloendoteleal melepaskan kuman dalam peredaran darah dan

menimbulkan bacteremia untuk kedua kalinya.selanjutnya kuman masuk

kedalam berapa jaringan, organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung

empedu (Suriadi, 2010).

D. Manfestasi Klinis

Menurut Sudoyo Aru, dkk (2009) dalam Nurarif & Hardhi (2015)

mengatakan ada beberapa tanda dan gejala yang dapat terjadi pada seseorang

yang terkena tifoid adalah :

1. Demam.

2. Lemas

3. Nyeri perut.

4. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepid an ujung merah serta

tremor).

5. Mual.

6. Muntah.

7. Konstipasi.

E. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Nurarif & Hardhi (2015) mengatakan pemeriksaan penunjang

yang dapat dilakukan untuk penyakit tifoid adalah :

1. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal

setelah sembuh.
2. Uji Widal

Dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri

Salmonella thyphi. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan adanya

glutinin dalam serum penderita demam tifoid. Akibat adanya infeksi oleh

Salmonella thyphi maka penderita membuat antibody (agglutinin).

3. Kultur

Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama

Kultur urin : bisa posotif pada minggu kedua

Kultur feses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga

F. Penatalaksanaan

Menurut Nurarif & Hardhi (2015) mengatakan penatalaksanaan yang

dapat dilakukan untuk penyakit tifoid adalah :

1. Non farmakologi

a) Bed rest

b) Diet : diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya

nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien.

2. Farmakologi

a) Kloromfenikol, dosis 50 mg/kgBB/hari

b) Sefriakson dengan dosis 50 mg/ kgBB/hari

c) Antibiotik (mareponem, azithromisin, fluoroquinolon.

G. Pencegahan

Menurut Nurarif & Hardhi (2015) mengatakan pencegahan yang dapat

dilakukan untuk penyakit tifoid adalah :


1. Hindari tempat yang tidak sehat.

2. Cucilah tangan dengan sabun dan air bersih

3. Mintalah minuman tanpa es kecuali air es sudah dididihkan atau dari

botol.

4. Istirahat cukup dan lakukan olahraga secara teratur.

5. Buang sampah pada tempatnya.


TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Menurut Nursalam dan Utami (2008) pengkajian yang dapat dilakukan

pada demam tipoid adalah sebagai berikut:

1. Identitas klien

2. Keluhan utama

Perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan kurang

bersemangat serta nafsu makan berkurang (terutama selama masa

inkubasi).

3. Suhu tubuh

Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu,

bersifat febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu

pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik tiap harinya, biasanya

menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.

Pada minggu kedua, klien terus berada dalam keadaan demam. Pada 17

minggu ketiga, suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali pada

akhir minggu ketiga.

4. Kesadaran

Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun berapa dalam, yaitu

apatis sampai samnolen. Jarang terjadi sopor, koma, atau gelisah (kecuali

bila penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan).

Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada

pungung dan anggota gerak terdapat reseola, yaitu bintik-bintik


kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang ditemukan

dalam minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukan pula

bradikardi dan epitaksis pada anak besar.

5. Pemeriksaan fisik

a. Mulut

Terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan

pecah-pecah (ragaden), lidah tertutup selaput putih, sementara ujung

dan tepinya bewarna kemerahan, dan jarang disertai tremor

b. Abdomen

Dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus), bisa

terjadi konstipasi atau mungkin diare atau normal

c. Hati dan Limfe

Membesar disertai nyeri pada perabaan

B. Diagnosa

Menurut Nurarif & Hardhi (2015) diagnosa yang dapat muncul pada

penyakit demam typoid adalah :

1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

2. Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat

4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak

adekuat dan peningkatan suhu tubuh


5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus

gastrointestinal (penurunan motilitas usus)

6. Deficit perawatan diri berubungan dengan kelemahan.

C. Intervensi

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,

mengurangi, atau mongoreksi masalah-masalah yang telah diindentifikasi

pada diagnosis keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosis

keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumen (Nurs, 2009)

D. Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai

tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana tujuan

yang diharapkan. Oleh karena itu rencana intervensi yang spesifik dilakukan

untuk memodifikasi factor-faktor yang memengaruhi masalah kesehatan klien

(Nurs, 2009).

E. Evaluasi

Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana intervensi, dan

implementasinya. Intervensi (Nurs, 2009).


DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A. H., & Hardhi, K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction.

Nurs, D. N. (2009). Proses dan dokumentasi keperawatan, edisi 2. Jakarta:


Salemba Medika.

Nursalam, & Utami. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak . Jakarta:
Salemba Medika.

Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem Gastrointestinal


dan Hepatobilier. Jakarta: EGC.

Suriadi. (2010). Asuhan Keperawatan pada Anak Jilid 2. Jakarta: Salemba


Medika.
Penyimpangan KDM

Kuman Salmonella thyphi yang Lolos dari asam Bakteri masuk


masuk ke saluran gastrointestinal lambung usus halus

Peredaraan darah (bakteremia


Pembuluh limfe Inflamasi
primer)

Masuk retikulo endothelial (RES) terutama hati dan limfe

Inflamasi pada hati Masuk kealiran darah


dan limfe (bakteremia sekunder)

Endotoksin
Hepatomegali Pembesaran limfe
Terjadi kerusakan sel
Splenomegali
Nyeri akut
Merangsang melepas zat
Penurunan mobilitas usus
epirogen oleh leukosit
Konstipasi Penurunan pristaltik usus
Mempengaruhi pusat
thermoregulator
Peningkatan asam dihipotelamus
lambung

Kekurangan Anoreksia, mual, muntah Hipotermia


volume cairan
Deficit perawatan diri
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh

Anda mungkin juga menyukai