“The Persistence of Memory” ini sendiri memiliki makna yang sangat dalam yang
membuat lukisan ini menjadi sangat terkenal di seluruh dunia. Pada lukisan tersebut,
tedapat beberapa simbol yang dapat kita lihat dengan kasat mata. Simbol-simbol tersebut
antara lain, sebuah bukit, jam, gurun, dan semut.
Bukit yang berada sebagai latar lukisan merupakan sebuah bukit yang berada di
Cape Creus, Catalonia, sebuah tempat dimana Salvador Dali dilahirkan. Tepatnya pada kota
Figueres, Catalonia, Spanyol. Menurut Dali, jam yang nampak seperti meleleh merupakan
waktu yang tidak memiliki makna, “time has no meaning”. Pada saat lukisan ini dilukis, Dali
merupakan orang yang sangat terinspirasi oleh teori Freudian, Sigmund Freud, dan teori
hukum relativitas miliki Albert Einstein. Hal tersebut mempengaruhi gaya lukisan Dali yang
menyebabkan lukisan “The Persistence of Memory” ini memiliki unsur abstrak.
Lalu terdapat pula simbol gurun dan semut. Sebuah gurun merupakan suatu tempat
dimana kekosongan hidup. Tidak ada yang dapat dilakukan oleh manusia yang berada di
gurun kecuali berjalan menemukan jalan keluar dari gurun tersebut. Hal ini berkaitan
dengan waktu dan semut. Semut di dalam lukisan tersebut diartikan menjadi sebuah
kerusakan atau kehilangan. Dengan manusia berjalan tanpa penopang hidup di suatu gurun
yang sangat panas, cepat atau lambat, waktu akan memakan sisa hidup manusia tersebut.
Lukisan “The Persistence of Memory” milik Salvador Dali ini merupakan bukti bahwa
seorang seniman memiliki ciri khas yang tidak dimiliki orang lain bahkan seniman lain. Selain
itu, banyak sekali persepsi yang mengartikan apa makna dari lukisan ini. Namun, untuk
benar-benar mengartikan lukisan “The Persistence of Memory” ini, satu-satunya cara adalah
untuk memahami dan merasakan apa yang Dali rasakan ketika ia melukis lukisan ini.
2. The Starry Night by Vincent Van Gogh
Istimewa Lukisan van Gogh berjudul The Starry Night yang disimpan di Museum of
Modern Art, New York saat ini mengandung gambar pusaran angin yang secara matematis
sesuai dengan skala Kolmogrov.
The Starry Night dibuat pada tahun 1889 saat Van Gogh sedang dalam masa
perawatan di rumah sakit jiwa setelah ia memotong sebelah kupingnya sendiri. Lukisan ini
menggambarkan pemandangan dari arah timur jendela kamarnya di rumah sakit jiwa. Ia
menggambarkan suasana langit sebelum matahari terbit dan sebuah desa impian.
Para ahli selama ini meneliti apa maksud dibalik lukisan Van Gogh ini dan setelah
125 tahun lamanya akhirnya mereka menyimpulkan bahwa bentuk goresan melingkar yang
ada di lukisan The Starry Night menggambarkan pola Turbulensi dalam Dinamika Fluida yang
digambarkan seperti pusaran kecil energi yang bekerja secara bersamaan. Kesimpulan ini
didapatkan setelah para ilmuwan yang mengamati pola turbulensi menggunakan teleskop
Hubble teringat pada pola yang sama yang ada pada lukisan The Starry Night.
Tentunya penemuan ini membuat seluruh dunia takjub akan karya Van Gogh karena
The Starry Night dilukis jauh sebelum alat pengamat turbulensi ditemukan. Sehingga banyak
orang di dunia ini mempercayai bahwa Vincent van Gogh benar-benar jenius sejati.
Pembuatan lukisan di Moskow ini terjadi ada saat bencana kebakaran hutan
dan gambut disana. Meski sulit dengan kondisi udaranya, Edgar tetap melukis yang
bahkan awalnya Ia diminta untuk melukis di dalam pusat perbelanjaan namun Ia
memilih untuk keluar karena Ia adalah pelukis jalanan.
"Akan terlihat lebih nyata lagi bila kita melihat karyanya melalui lensa
cembung yang saya ciptakan sendiri. Lensa tersebut juga saya berikan efek cipratan
air agar semakin terlihat nyata," imbuh Wenner.
Karya Lukisan sang Maestro Afandi yang berjudul "Potret Diri & Topeng-topeng
Kehidupan" merupakan salah satu karya langka dan istimewa dari Afandi, diantara Karya-
karya istimewa lainya, namun Lukisan ini memiliki nilai falsafah hidup yang dalam, dimana
setiap individu Manusia yang ada di Dunia ini terlahir sebagai makhluk yang paling
sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lainya seperti Malaikat, Jin,
Hewan, dll.
Dimana kesempurnaan Manusia itu sendiri adalah terwujud karena adanya
kelemahan terbesar yang dimiliki Manusia yaitu hawa nafsu yang cenderung berbuat untuk
mengingkari kodrat sebagai makhluk yang sempurna, dan seringkali hawa nafsu digoda oleh
berbagai bisikan-bisikan setan yang menyesatkan.
Disini perwujudan dari bisikan-bisikan setan itu dilukiskan Afandi seperti sesosok
Topeng-topeng yang berperan sebagai tokoh kejahatan dalam cerita-cerita Jawa. Dan
Topeng itu sendiri cenderung bukan wajah asli dari diri Manusia itu sendiri, dia adalah
perwujudan dari bisikan-bisikan jahat yang menutupi hati dari kebenaran, sehingga
membentuk karakter dalam tingkah laku dalam kehidupan nyata, kecuali mereka Manusia-
manusia yang kuat, sabar, tegar dan selalu mendapat petunjuk dari Tuhan, yang bisa
mengendalikan nafsu dengan baik dan benar dari Godaaan bisikan Topeng-topeng
kehidupan, sehingga Nafsu menjadi kendaraanya menuju kesempurnaan.
2. La Chasse au Taureau Sauvage dari Raden Saleh
Dalam lukisan 'Perburuan Banteng' ada makna simbolik yang diambil dari tradisi
Maroko. "Asal usulnya bukan tradisi di Jawa tapi Maroko. Di Indonesia, perburuan singa itu
tidak lazim," ujar kurator seni Jim Supangkat.
"Singa atau banteng dalam pembacaan saya itu adalah masyarakat koloni dan singa
lebih menggambarkan masyarakat Barat, pemburunya pemburu Arab dan ada makna
simbolik," lanjut Jim.
Dalam lukisan yang terjual ratusan miliar tersebut Raden Saleh tampak menaiki
kuda dan berburu banteng. Dibuat sekitar tahun 1855, sekali lagi lukisannya bukan
menggambarkan peristiwa perburuan tapi menunjukkan betapa pentingnya lukisan Raden
Saleh yang ada sampai sekarang ini. "Makna-makna simbolik ini juga yang sedang saya
baca," tutur pria yang juga berprofesi sebagai seniman.
Pengamat seni Agus Dermawan T juga mengatakan ada 30 lukisan Raden Saleh yang ada di
Indonesia, enam di antaranya menjadi koleksi Istana Kepresidenan. Lukisan Raden Saleh
juga ada yang dikoleksi Galeri Nasional Singapura.
Desain yang dibuat yaitu berupa retakan tanah dengan cairan lava di dalamnya.
Dengan angel atau sudut tertentu, mereka yang berfoto disini bisa berfoto seolah-olah
hendak jatuh terjun ke dalam lava yang meletup-letup.