Anda di halaman 1dari 2

TUGAS MANDIRI

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA


SEMESTER V
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

PANDUAN UMUM
Bacalah wacana berikut secara saksama, kemudian ubahlah penulisan kata dan penggunaan
tanda baca yang tidak tepat pada kata-kata yang digarisbawahi!

Contoh:
(1) Pada wacana 1 soal nomor 3 harus ditulis (di negara kita.) tanpa ada perubahan penulisan kata
maupun tanda baca sebab cara penulisannya sudah tepat.
(2) Pada wacana 1 soal nomor 5 harus ditulis (Oleh karena itu,) diikuti tanda koma (,) karena
penggunaan tanda bacanya belum tepat.
Jika rincian lebih dari dua maka rincian terakhir dikuti tanda koma sebelum dan

1) Wacana 1
Penguatan pendidikan moral (1) (moral education) atau pendidikan karakter (2) (character
education) dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda
(3) di negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka
kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek,
penyalahgunaan obat-obatan, (4) pornografi, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah
sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. (5) Oleh karena itu, betapa (6) pentingnya
pendidikan karakter. (bukan istilah asing, atau bukan kutipan, tidak ada yng istimewa)
Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral (7) (moral knowing), sikap moral (8)
(moral feeling), dan perilaku moral (9) (moral behaviur). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat
dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, (10) keinginan
untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan.
2) Wacana 2
Berdasarkan (1) buletin (2) Character Educator, yang diterbitkan oleh (3) Character Education
Partnership (tetap karena merupakan nama penerbit) , diuraikan bahwa hasil studi (4) Dr. Marvin
Berkowitz dari University of Missouri—St. Louis, menunjukan peningkatan motivasi siswa sekolah
dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-
kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan adanya penurunan
drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik.
Begitu juga halnya dengan buku yang berjudul (5) Emotional Intelligence and School Success
(Joseph Zins, et.al, 2001). Buku ini mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh
positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. (6) Dikatakan (karena di sebagai
awalan) bahwa ada sederet faktor-faktor (7) risiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor
(8) risiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, (9) yaitu
rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, (10) kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, (11)
rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.
Hal itu sesuai dengan pendapat (12) Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di
masyarakat, ternyata 80 (13) persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi (EQ), dan hanya 20 (14) persen
ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Seorang siswa yang mempunyai masalah dalam kecerdasan
emosinya akan mengalami kesulitan belajar, (15) kesulitan bergaul, dan tidak dapat mengontrol
emosinya. Siswa yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia (16) prasekolah, (kata pra tidak bisa
dipisah) dan kalau tidak (17) ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang
berkarakter akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan,
tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya.
(18) Beberapa negara yang telah menerapkan pendidikan karakter sejak pendidikan dasar di
antaranya (19) adalah;(dihilangkan) Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan Korea. Hasil penelitian di
negara-negara ini menyatakan bahwa implementasi pendidikan karakter yang tersusun secara sistematis
berdampak positif (20) pada ( terhadap, dalam, bagi ) pencapaian akademis.

Anda mungkin juga menyukai