Perhitungan PPH 21 Gaji Bulanan
Perhitungan PPH 21 Gaji Bulanan
Bagus bekerja pada PT ABC sejak 1 Agusutus 2009, status kawin, memiliki 2 orang anak
kandung yang lahir masing-masing 10 Mei 2007 dan 5 Januari 2011. Bagus juga memiliki
tanggungan ibu kandung dan seorang adik kandung yang masih sekolah.
Bagus menerima Gaji pokok Rp.3.000.000,00 per bulan, tunjangan transportasi Rp.300.000,00
dan tunjangan makan sebesar Rp.300.000,00. PT ABC mengikuti program JAMSOSTEK, 2%
dari gaji pokok dibayar sendiri dan 3,7% dari gaji pokok dibayar oleh perusahaan.
Berapakah PPh 21 yang harus dipotong atas penghasilan Bagus bulan Maret 2011 ?
Berikut Perhitungannya :
KETERANGAN
Gaji Pokok Rp.3.000.000,-
Tunjangan Transport Rp.3.00.000,-
Tunjangan Makan Rp.3.00.000,-
Penghasilan Bruto Rp.3.600.000,-
Pengurang :
Biaya Jabatan = 5% X Rp.3.600.000,- Rp.180.000,-
Iurang JHT Rp.60.000,-
Jumlah Pengurang Rp.240.000,-
Penghasilan Neto Sebulan Rp.3.360.000,-
Penghasilan Neto Setahun 12 X Rp.3.360.000,- Rp.40.320.000,-
PTKP :
Untuk Wajib Pajak Rp.15.840.000,-
Status Kawin Rp.1.320.000,-
2 Tanggungan Rp.2.640.000,-
Rp.19.800.000,-
Penghasilan Kena Pajak Rp.20.520.000,-
PPh Pasal 21 Terutang 1 tahun 5% X Rp.20.520.000,- Rp.1.026.000,-
PPh Pasal 21 Terutang 1 Bulan Rp.1.026.000,- / 12 Rp.85.500
Jadi PPh Pasal 21 yang harus dipotong atas penghasilan Bagus bulan Maret 2011 adalah sebesar
Rp.85.500,-
Apabila Bagus tidak memiliki NPWP maka PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah : 120% X
Rp.85.500 = Rp.102.600,-
Keterangan :
Untuk PTKP tanggungan adalah 1 Anak yang lahir pada tanggal 10 Mei 2007 dan Ibu
Kandung.
Anak yang lahir pada tanggal 5 Januari 2011 belum masuk dalam hitungan, karena baru
lahir ketika tahun pajak sudah berjalan.
Adik kandung tidak masuk dalam perhitungan karena tidak berada pada satu garis lurus
(tidak semenda).
agi sobat yang bekerja di sebuah perusahaan dan menerima upah atau gaji setiap bulan, pastinya
sudah tidak asing dengan yang namanya Slip Gaji. Setiap bulan kita akan menerima yang
namanya Slip Gaji, jika sobat tidak menerima silahkan tanyakan kepada atasan sobat. Pernahkah
sobat memperhatikan rincian perhitungan upah/gaji tersebut? Yuk ambil lagi lembaran slip gaji
tersebut dan kita perhatikan dengan seksama.
Taraaa, apakah sobat menemukan item “Pajak Penghasilan”? Jika Ya, silahkan lanjutkan
membaca tulisan ini serta memperhatikan Slip Gaji Sobat (Sambil baca, sobat bisa praktek
dengan data yang tertera di Slip Gaji sobat sendiri). Jika tidak, simpanlah kembali Slip Gaji
Sobat dan lanjutkan membaca untuk sekedar tahu.
Item “Pajak Penghasilan” adalah potongan dari gaji yang sobat dapatkan. Pemotongan ini
langsung dilakukan oleh bagian akuntan atau bendahara perusahaan. Lalu apakah besaran
nominal pemotongan setiap karyawan sama? Tentu tidak. Nominal pemotongan untuk setiap
karyawan akan berbeda karena banyak faktor yang mempengaruhi. Lantas bagaimana cara
perhitungannya sehingga didapatkan nominal tersebut? Yuk Lanjut
Sebelum kita lanjutkan kepersoalan perhitungan alangkah baiknya jika kita mengetahui terlebih
dahulu apa itu potongan pajak penghasilan. Pajak yang dipotong dari penghasilan bulanan para
karyawana disebut sebagai Pajak Penghasilan Pasal 21 atau biasa disingkat PPh21. Kenapa
disebut PPh21? Karena berdasarkan Undang-undang Pajak Tahun 2008, mekanisme pemotongan
pajak ini diatur dalam Pasal 21. Sehinggah disebutnya PPh21. Adapun mengenai tarifnya diatur
dalam Undang-undang Pajak Tahun 2008 pasal 17. Rumusan perhitungan PPh21 ialah:
Untuk melakukan perhitungan PPh21 banyak faktor yang harus sobat ketahui terlebih dahulu.
Mengikuti rumusan perhitungan PPh21 di atas, hal yang harus sobat ketahui yaitu:
Penghasilan Bruto Setahun didapatkan dari jumlah penerimaan berupa gaji pokok,
tunjangan-tunjangan, uang lembur, honor, bonus, hingga premi asuransi yang dibayar
oleh perusahaan dikali 12. Untuk premi asuransi, sobat harus tahu nominal atau
persentase premi tersebut. Jika menggunakan persentase, sobat juga harus tahu gaji
bulanan yang diterapkan perusahaan untuk asuransi tersebut. Misalkan untuk Jamsostek
atau sekarang disebut BPJS Ketenagakerjaan yang meliputi 3 item yaitu Jaminan Hari
Tua (JHT) yang dibayar oleh perusahaan sebesar 3,7%, Jaminan Kecelakaan Kerja(JKK)
dibayar oleh perusahaan juga, sebesar 0,24% (tergantung kelompok, ini untuk kelompok
1), dan Jaminan Kematian(JK) sebesar 0,3% dibayar oleh perusahaan juga. Selain
besaran persentase, sobat juga harus tahu gaji bulanan yang diterapkan oleh perusahaan
untuk jamsostek tersebut. Apakah gaji sesuai UMR tahun ini atau tahun lalu?
Ialah penghasilan yang tidak dikenakan pajak yang diatur dalam undang-undang. Untuk
tahun 2013 hingga sekarang nominal PTKP ialah sebesar 24.300.000 untuk pribadi. Jadi
jika kita berpenghasilan 24.300.000 dalam setahaun atau 2.025.000 dalam sebulan maka
tidak dikenakan pajak. Itu untuk wanita dan laki-laki yang belum menikah. Bagaimana
kalo yang sudak menikah? Untuk yang telah menikah PTKP ditambah 2.025.000, jika
telah memiliki anak ditambah lagi 2.025.000 sesuai jumlah anak (Maksimal 3 anak).
4. Tarif Pajak
Untuk tarif pajak diatur dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak
Penghasilan Yaitu sebagai berikut:
Tarif diatas diasumsikan bahwa sobat memiliki NPWP. Jika sobat belum
memiliki NPWP maka tarif pajak lebih tinggi 20% dari tarif yang telah diterapkan
diatas. Jadi untuk yang berpenghasilan hingga 50 juta, tarif pajaknya jika tidak
memiliki NPWP adalah 6%.
Memulai Perhitungan
Pengurangan
PTKP
Pribadi 24.300.000
Semoga bermanfaat!
Referensi
-pajak.go.id
-Oasis Pemotongan/pemungutan PPh Revisi 2013(Pdf)
tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata
penghasilan sehari belum melebihi Rp200.000,
dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan
sehari melebihi Rp200.000, dan jumlah sebesar Rp200.000 tersebut merupakan jumlah yang
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Rata-rata penghasilan sehari adalah rata-rata upah
mingguan, upah satuan, atau upah borongan untuk setiap hari kerja yang digunakan.
Dalam hal Pegawai Tidak Tetap telah memperoleh penghasilan kumulatif dalam 1 (satu) bulan kalender
melebihi Rp2.025.000, maka jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar PTKP
yang sebenarnya. PTKP yang sebenarnya adalah sebesar PTKP untuk jumlah hari kerja yang sebenarnya
yaitu PTKP setahun dibagi 360 hari.
Sedangkan jika jumlah penghasilan kumulatif dalam satu bulan kalender sudah melebihi Rp 7.000.000
PPh pasal 21 dihitung berdasarkan tarif pasal 17 ayat 1 UU KUP atas jumlah penghasilan kena pajak yang
disetahunkan (dikali 12).
1. Pada hari pertama tidak dilakukan pemotongan karena tidak melebihi Rp 200.000
2. Begitu pula pada hari ke-14 tidak dilakukan pemotongan karena jumlah kumulatif dalam 1 bulan tidak
melebihi Rp 2.025.000 ( 4 buah x 14 hari x 35.500 = Rp 1.988.000 )
3. Sedangkan pada hari ke-15 karna telah melebihi jumlah kumulatif dalam 1 bulan melebihi Rp
2.025.000 harus dilakukan pemotongan dengan perhitungan sebagai berikut:
Upah hari ke-15: 4 buah x 15 hari x Rp 35.500 = Rp 2.130.000
PTKP sebenarnya 24.300.000 / 360 x 15 = Rp 1.012.500 (-)
Penghasilan kena pajak Rp 1.117.000 (dibulatkan)
PPh terutang sampai hari ke-15 5% x 1.117.000 = Rp 55.850
Solmet baru dilakukan pemotongan pph 21 pada hari ke-16 karena jumlah upah kumulatif nya pada hari
itu sudah lebih dari Rp 2.025.000.
Upah s/d hari ke-16 ........16 hari x Rp 130.000 = Rp 2.080.000
PTKP sebenarnya ........ 24.300.000 / 360 x 16 = Rp 1.080.000 (-)
Penghasilan Kena Pajak ................................... = Rp 1.000.000
PPh terutang samapai hari ke-16 5% x 1.000.000= Rp 50.000
Bukti potong yang diterima oleh Memet pada bulan ini sebanyak satu buah bukti potong pph 21 tidak
final dengan jumlah penghasilan bruto sebesar Rp 7.000.000 dan PPh yang terutang Rp 329.583. PPh
terutang tersebut wajib disetor oleh pemberi kerja ke bank persepsi paling lambat tanggal 20 bulan
berikutnya (bukan hari libur).