Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS (PPOK)

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit paru yang dapat
dicegah dan diobati, yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara pada
saluran pernapasan yang tidak sepenuhnya reversibel. Gangguan yang bersifat
progresif ini terjadi karena adanya respon inflamasi paru akibat pajanan partikel
atau gas beracun yang disertai efek ekstraparu yang berkontribusi terhadap
derajat penyakit (Perhimpunan dokter paru Indoesia, 2010).
PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan
resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya.
Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD
adalah: bronchitis kronis, emfisema paru-paru dan asma bronchiale (S Meltzer,
2012)
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Penyakit Paru Obstruksi
Kronik merupakan penyakit obstruksi jalan nafas karena bronkitis kronis,
bronkietaksis dan emfisema, obstruksi tersebut bersifat progresif disertai
hiperaktif aktivitas bronkus.

2. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit Paru Obstruksi Kronik menurut Arief
Mansjoer (2005) adalah:
1) Kebiasaan merokok
2) Polusi Udara
3) Paparan Debu, asap
4) Gas-gas kimiawi akibat kerja
5) Riwayat infeki saluran nafas
6) Bersifat genetik yakni definisi a-l anti tripsin
Sedangkan penyebab lain Penyakit Paru Obstruksi Kronik menurut David
Ovedoff (2009) yaitu: adanya kebiasaan merokok berat dan terkena polusi udara
dari bahan kimiawi akibat pekerjaan. Mungkin infeksi juga berkaitan dengan
virus hemophilus influenza dan strepto coccus pneumonia.

3. Manifestasi Klinik
Tanda gejala yang umum muncul pada pasien dengan COPD atau PPOK adalah
sebagai berikut:
a. Batuk produktif, pada awalnya intermiten, dan kemudian terjadi hampir tiap
hari seiring waktu
b. Sputum putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau
mukupurulent sesak sampai menggunakan otot-otot pernafasan tambahan
untuk bernafas Batuk dan ekspektorasi,dimana cenderung meningkat dan
maksimal pada pagi hari
c. Sesak nafas setelah beraktivitas berat terjadi seiring dengan berkembangnya
penyakit pada keadaan yang berat, sesak nafas bahkan terjadi dengan
aktivitas minimal dan bahkan pada saat istirahat akibat semakin
memburuknya abnormalitas pertukaran udara.
d. Pada penyakit yang moderat hingga berat, pemeriksaan fisik dapat
memperlihatkan penurunan suara nafas, ekspirasi yang memanjang, ronchi,
dan hiperresonansi pada perkusi
e. Anoreksia
f. Penurunan berat badan dan kelemahan
g. Takikardia, berkeringat
h. Hipoksia

4. Komplikasi
a. Hipoxemia
Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55
mmHg, dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya
klien akan mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi dan
pelupa. Pada tahap lanjut timbul cyanosis.
b. Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang
muncul antara lain: nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines, tachipnea.
c. Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus,
peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema
mukosa. Terbatasnya aliran udara akan meningkatkan kerja nafas dan
timbulnya dyspnea.
d. Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus
diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi ini sering
kali berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisema
berat juga dapat mengalami masalah ini.
e. Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis
respiratory.
f. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma
bronchial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan
seringkali tidak berespon terhadap therapi yang biasa diberikan.Penggunaan
otot bantu pernafasan dan distensi vena leher seringkali terlihat.
5. Pathway
Pathway
Faktor presdiposisi

Edema, spasme bronkus, peningkatan secret bronkiolus

Bersihan jalan Obstruksi bronkiolus awal fase


nafas tidak ekspirasi
efektif

Udara terperangakap dalam


alveolus

Sesak nafas,

Suplai O2 ke PaO2 rendah nafas pendek

jaringan PaCO2 tinggi


rendah Nafsu makan menurun

Gangguan Gangguan Ketidakseim


Kompensasi hipoksemia metabolisme pertukaran gas bangan
kardiovaskuler jaringan
nutrisi kurag
dari
Hipertensi Metabolisme kebutuhan
pulmonal anaerob tubuh

Produksi ATP
Gagal jantung
kanan menurun

Deficit energi

Lelah, lemah
Intolransi Defisit
aktivitas perawatan diri
gg. pola tidur
6. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
a. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase
akut, tetapi juga fase kronik.
b. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
c. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi
lebih awal.
Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:

a. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan


merokok, menghindari polusi udara.
b. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
c. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi
antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat
sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas
atau pengobatan empirik.
d. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan
kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih
controversial.
e. Pengobatan simtomatik.
f. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
g. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan
dengan aliran lambat 1 – 2 liter/menit.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data- data
yang dikumpulkan atau dikaji meliputi:
a) Riwayat Kesehatan
 Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada
pasien dengan Penyakit Paru Obstriksi Kronik (PPOK) didapatkan
keluhan berupa sesak nafas.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan PPOK biasanya akan diawali dengan adanya tanda-
tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada,
berat badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai
kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk
menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah sebelumnya pasien pernah masuk RS
dengan keluhan yang sama.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang sama
b) Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional Gordon di kutip dari Hidayat
(2004).
 Persepsi kesehatan /penanganan kesehatan
Pada pengumpulan data tentang persepsi dan pemeliharaan kesehatan
yang perlu ditanyakan adalah persepsi terhadap penyakit atau sakit,
persepsi terhadap kesehatan, persepsi terhadap penatalaksanaan
kesehatan seperti penggunaan atau pemakaian tembakau, atau
penggunaan alkohol dan sebagainya.
 Nutrisi-metabolik
Pada pola nutrisi dan metabolik yang ditanyakan adalah diet
khusus,/suplemen yang di konsumsi, instruksi diet sebelumnya, nafsu
makan, jumlah makan atau jumlah minum serta cairan yang masuk,
ada tidaknya mual-muntah, stomatitis, fluktuasi BB 6 bulan terakhir
naik/turun, adanya kesukaran menelan, penggunaan gigi palsu atau
tidak, riwayat masalah/penyembuhan kulit, ada tidaknya ruam,
kekeringan, kebutuhan jumlah zat gizinya, dll.
 Eliminasi
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan
defekasi perhari, ada/tidaknya konstipasi, diare, inkontinensia, tipe
ostomi yang di alami, kebiasaan alvi, ada/tidaknya disuria, nuctoria,
urgensi, hematuri, retensi, inkontinensia, apakah kateter indwing atau
kateter eksternal, dll.
 Aktivitas dan latihan
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah
kemampuan dalam menata diri antara lain seperti makan, mandi,
berpakaian, toileting, tingkat mobilitas di tempat tidur, berpindah,
berjalan, dll.
 Kognitif-perseptual
Pada pola ini yang ditanyakan adalah keadaan mental, cara berbicara
normal atau tidak, kemampuan berkomunikasi, keadekuatan alat
sensori, seperti penglihatan pendengaran, pengecapan, penghidu,
persepsi nyeri,kemampuan fungsional kognitif
 Istirahat-tidur
Pengkajian pola tidur dan istirahat ini yang ditanyakan adalah jumlah
jam tidur pada malam hari , pagi hari, siang hari, merasa tenang
setelah tidur, masalah selama tidur, adanya terbangun dini, insomnia
atau mimpi buruk.
 Persepsi diri/konsep diri
Pada persepsi ini yang ditanyakan adalah persepsi tentang dirinya
dari masalah-masalah yang ada seperti perasaan kecemasan,
ketakutan atau penilaian terhadap diri mulai dari peran, ideal diri,
konsep diri, gambaran diri dan identitas tentang dirinya.
 Peran/hubungan
Pada pola yang perlu ditanyakan adalah pekerjaan, status pekerjaan,
kemampuan bekerja, hubungan dengan klien atau keluarga, dan
gangguan terhadap peran yang dilakukan.
 Seksualitas dan reproduksi
Kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan oleh klien dengan
seksualitas, tahap dan pola reproduksi.
 Koping/toleransi stress
Pola koping yang umum, toleransi stress, sistem pendukung, dan
kemampuan yang dirasakan untuk mengendalikan dan menangani
situasi.
 Nilai keyakinan
Yang perlu ditanyakan adalah pantangan dalam agama selama sakit
serta kebutuhan adanya rohaniawan, dll.

c) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Head to Toe (Hidayat, 2004)
 Keadaan umum: Keadaan umum ini dapat meliputi kesan
keadaan sakit termasuk ekspresi wajah dan posisi pasien,
kesadaran yang dapat meliputi penilaian secara kualitatif seperti
compos mentis, apathis, somnolent, sopor, koma dan delirium.
 Pemeriksaan tanda vital: Meliputi nadi (frekuensi, irama,
kualitas), tekanan darah, pernafasan (frekuensi, irama,
kedalaman, pola pernafasan) dan suhu tubuh.
 Pemeriksaan kulit, rambut dan kelenjar getah bening. Kulit:
Warna (meliputi pigmentasi, sianosis, ikterus, pucat, eritema dan
lain-lain), turgor, kelembaban kulit dan ada/tidaknya edema.
Rambut: Dapat dinilai dari warna, kelebatan, distribusi dan
karakteristik lain. Kelenjar getah bening: Dapat dinilai dari
bentuknya serta tanda-tanda radang yang dapat dinilai di daerah
servikal anterior, inguinal, oksipital dan retroaurikuler.
 Pemeriksaan kepala dan leher Kepala : Dapat dinilai dari bentuk
dan ukuran kepala, rambut dan kulit kepala, ubun-ubun
(fontanel), wajahnya asimetris atau ada/tidaknya pembengkakan,
mata dilihat dari visus, palpebrae, alis bulu mata, konjungtiva,
sklera, pupil, lensa, pada bagian telinga dapat dinilai pada daun
telinga, liang telinga, membran timpani, mastoid, ketajaman
pendengaran, hidung dan mulut ada tidaknya trismus (kesukaran
membuka mulut), bibir, gusi, ada tidaknya tanda radang, lidah,
salivasi. Leher: Kaku kuduk, ada tidaknya massa di leher, dengan
ditentukan ukuran, bentuk, posisi, konsistensi dan ada tidaknya
nyeri telan.
 Pemerksaan dada: Yang diperiksa pada pemeriksaan dada adalah
organ paru dan jantung. Secara umum ditanyakan bentuk
dadanya, keadaan paru yang meliputi simetris apa tidaknya,
pergerakan nafas, ada/tidaknya fremitus suara, krepitasi serta
dapat dilihat batas pada saat perkusi didapatkan bunyi
perkusinya, bagaimana(hipersonor atau timpani), apabila udara di
paru atau pleura bertambah, redup atau pekak, apabila terjadi
konsolidasi jarngan paru, dan lain-lain serta pada saat auskultasi
paru dapat ditentukan suara nafas normal atau tambahan seperti
ronchi, basah dan kering, krepitasi, bunyi gesekan dan lain-lai
pada daerah lobus kanan atas, lobus kiri bawah, kemudian pada
pemeriksaan jantung dapat diperiksa tentang denyt apeks/iktus
kordis dan aktivitas ventrikel, getaran bising(thriil), bunyi
jantung, atau bising jantung dan lain-lain.
 Pemeriksaan abdomen : data yang dikumpulkan adalah data
pemeriksaan tentang ukuran atau bentuk perut, dinding perut,
bising usus, adanya ketegangan dinding perut atau adanya nyeri
tekan serta dilakukan palpasi pada organ hati, limpa, ginjal,
kandung kencing yang ditentukan ada tidaknya dan pembesaran
pada organ tersebut, kemudian pemeriksaan pada daerah anus,
rektum serta genetalianya.
 Pemeriksaan anggota gerak dan neurologis: diperiksa adanya
rentang gerak, keseimbangan dan gaya berjalan, genggaman
tangan, otot kaki, dan lain-lain.
d) Pemeriksaan Penunjang
 Anamnesis : riwayat penyakit ditandai 3 gejala klinis diatas dan
faktor-faktor penyebab.
 Pemeriksaan fisik: 1) Pasien biasanya tampak kurus dengan
barrel-shapped chest (diameter anteroposterior dada meningkat).
2) Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada. 3) Perkusi pada
dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih
rendah, pekak jantung berkurang. 4) Suara nafas berkurang.
 Pemeriksaan radiologi 1) Foto thoraks pada bronkitis kronik
memperlihatkan tubular shadow berupa bayangan garis-garisyang
pararel keluar dari hilus menuju ke apeks paru dan corakan paru
yang bertambah. 2) Pada emfisema paru, foto thoraks
menunjukkan adanya overinflasi dengan gambaran diafragma
yang rendah yang rendah dan datar, penciutan pembuluh darah
pulmonal, dan penambahan corakan kedistal.
 Tes fungsi paru : Dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea
untuk menentukan penyebab dispnea, untuk menentukan apakah
fungsi abnormal adalah obstimulasi atau restriksi, untuk
memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek
terapi, misalnya bronkodilator.
 Pemeriksaan gas darah.
 Pemeriksaan EKG
 Pemeriksaan Laboratorium darah : hitung sel darah putih
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan berhubungan
dengan bronkokontriksi, peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif,
kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan napas pendek, mukus,
bronkokontriksi dan iritan jalan napas.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dengan kebutuhan oksigen.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan dispnea, kelamahan, efek samping obat, produksi sputum dan
anoreksia, mual muntah.

3. RENCANA KEPERAWATAN
No. DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan NOC : Ventilation assistance
bersihan jalan  Respiratory status : 1. Berikan O2 1-2 l/mnt dengan
nafas berhubungan Ventilation menggunakan nasal kanul
dengan  Respiratory status : Airway 2. Anjurkan pasien untuk
bronkokontriksi, patency istirahat dan napas dalam
peningkatan  Aspiration Control 3. Posisikan pasien untuk
produksi sputum, memaksimalkan ventilasi
batuk tidak efektif, Kriteria Hasil : 4. Lakukan fisioterapi dada jika
kelelahan/berkuran  Mendemonstrasikan batuk perlu
gnya tenaga dan efektif dan suara nafas 5. Keluarkan secret dengan
infeksi yang bersih, tidak ada batuk
bronkopulmonal sianosis dan dyspneu 6. Anjurkan batuk efektif
(mampu mengeluarkan 7. Auskultasi suara nafas, catat
sputum, mampu bernafas adanya suara tambahan
dengan mudah, tidak ada 8. Monitor status hemodinamik
pursed lips) 9. Pertahankan hidrasi yang
 Menunjukkan jalan nafas adequat untuk mengencerkan
yang paten (klien tidak secret.
merasa tercekik, irama 10. Jelaskan pada pasien dan
nafas, frekuensi keluarga tentang penggunaan
pernafasan dalam rentang peralatan: O2, Suction,
normal, tidak ada suara Inhalasi.
nafas abnormal) 11. Kolaboraasi dengan dokter
 Mampu pemberian obat
mengidentifikasikan dan bronkodilator.
mencegah factor yang
dapat menghambat jalan
nafas
2. Ketidakefektifan NOC : Airway Management
pola nafas  Respiratory status : 1. Buka jalan nafas, gunakan
berhubungan Ventilation teknik chin lift atau jaw thrust
dengan napas  Respiratory status : Airway bila perlu
pendek, mukus, patency 2. Posisikan pasien untuk
bronkokontriksi  Vital sign Status memaksimakan ventilasi
dan iritan jalan 3. Identifikasi pasien perlunya
napas Kriteria Hasil : pemasangan alat jalan nafas
 Mendemonstrasikan batuk buatan
efektif dan suara nafas 4. Pasang mayo bila perlu
yang bersih, tidak ada 5. Lakukan fisioterapi dada jika
sianosis dan dyspneu perlu
(mampu mengeluarkan 6. Keluarkan secret dengan
sputum, mampu bernafas batuk atau suction
dengan mudah, tidak ada 7. Auskultasi suara nafas, catat
pursed lips) adanya suara tambahan
 Menunjukkan jalan nafas 8. Lakukan suction pada mayo
yang paten (klien tidak 9. Monitor respirasi dan status
merasa tercekik, irama O2
nafas, frekuensi pernafasan Oxygen Therapy
dalam rentang normal, 1. Bersihkan mulut, hidung dan
tidak ada suara nafas secret trakea
abnormal) 2. Monitor aliran oksigen
 Tanda Tanda vital dalam 3. Pertahankan posisi pasien
rentang normal (tekanan 4. Onservasi adanya tanda tanda
darah (sistole 110- hipoventilasi
130mmHg dan diastole 70- 5. Monitor adanya kecemasan
90mmHg), nad (60- pasien terhadap oksigenasi
100x/menit)i, pernafasan Vital sign Monitoring
(18-24x/menit)) 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk atau
berdiri
4. Monitor frekuensi dan irama
pernafasan
5. Monitor suara paru
6. Monitor pola pernafasan
abnormal
7. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
8. Monitor sianosis perifer
3. Intoleransi aktivitas NOC : 1. Kaji respon individu
berhubungan  Energy conservation terhadap aktivitas; nadi,
dengan  Self Care : ADLs tekanan darah, pernapasan
ketidakseimbangan Kriteria Hasil : 2. Ukur tanda-tanda vital
antara suplai  Berpartisipasi dalam segera setelah aktivitas,
dengan kebutuhan aktivitas fisik tanpa disertai istirahatkan klien selama 3
oksigen peningkatan tekanan darah, menit kemudian ukur lagi
nadi dan RR tanda-tanda vital.
 Mampu melakukan 3. Dukung pasien dalam
aktivitas sehari hari menegakkan latihan teratur
(ADLs) secara mandiri dengan menggunakan
treadmill dan exercycle,
berjalan atau latihan lainnya
yang sesuai, seperti berjalan
perlahan.
4. Kaji tingkat fungsi pasien
yang terakhir dan
kembangkan rencana latihan
berdasarkan pada status
fungsi dasar.
5. Sarankan konsultasi dengan
ahli terapi fisik untuk
menentukan program latihan
spesifik terhadap
kemampuan pasien.
6. Sediakan oksigen
sebagaiman diperlukan
sebelum dan selama
menjalankan aktivitas untuk
berjaga-jaga.
7. Tingkatkan aktivitas secara
bertahap; klien yang sedang
atau tirah baring lama mulai
melakukan rentang gerak
sedikitnya 2 kali sehari.
8. Tingkatkan toleransi
terhadap aktivitas dengan
mendorong klien melakukan
aktivitas lebih lambat, atau
waktu yang lebih singkat,
dengan istirahat yang lebih
banyak atau dengan banyak
bantuan.
9. Secara bertahap tingkatkan
toleransi latihan dengan
meningkatkan waktu diluar
tempat tidur sampai 15
menit tiap hari sebanyak 3
kali sehari.
4. Ketidakseimbanga NOC : 1. Kaji kebiasaan diet,
n nutrisi kurang  Nutritional Status : food and masukan makanan saat ini.
dari kebutuhan Fluid Intake Catat derajat kesulitan
tubuh berhubungan makan. Evaluasi berat badan
dengan dispnea, Kriteria Hasil : dan ukuran tubuh.
kelamahan, efek  Adanya peningkatan berat 2. Auskultasi bunyi usus
samping obat, badan sesuai dengan tujuan 3. Berikan perawatan oral
produksi sputum  Berat badan ideal sesuai sering, buang sekret.
dan anoreksia, dengan tinggi badan 4. Dorong periode istirahat I
mual muntah.  Mampu mengidentifikasi jam sebelum dan sesudah
kebutuhan nutrisi makan.
 Tidak ada tanda tanda 5. Pesankan diet lunak, porsi
malnutrisi kecil sering, tidak perlu
 Tidak terjadi penurunan dikunyah lama.
berat badan yang berarti 6. Hindari makanan yang
diperkirakan dapat
menghasilkan gas.
7. Anjurkan pasien makan
sedikit tapi sering
8. Kolaborasi dengan tim ahli
gizi dalam pemberian diit
makanan
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer. 2005. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI
Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Penyakit Paru Obstruktf Kronik : Pedoman Praktis
Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta. 2010
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi
Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan
Suddarth Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC.
Ovedoff David. 2009. Kapita Selekta Kedokteran.Dialihbahasakan oleh Lyndon
Saputra. Tangerang : Binarupa Aksara

Anda mungkin juga menyukai