ADEGAN 1 Bandar Narkoba: (mondar-mandir sambil berpikir) “Kalian punya ide? Bagaimana agar barang haram ini bisa diedarkan dengan cepat?” Ujang: “Saya punya ide boss ! hahaha. Pasti akan cepat, mudah, dan laku keras saat diedarkan. Hahaha” Robert: “Apa idemu Jang? Jangan sok pinter lu!” Bandar Narkoba: “ Katakan Jang ! Apa idemu?” Ujang: “ begini boss, agar barang haram ini bisa diedarkan dan dipasarkan dengan mudah, kita harus mendaptarkannya di BPOM agar mendapat sertifikat halal. Betulkan boss?” Bandar Narkoba: (Menjambak rambut ujang) “Jangan main-main lu Jang ! Sekali lagi lu bicara ngaco kepalamu ini bisa ku Dooor ! (sambil mengarahkan telunjuk ke kepala ujang membentuk pistol. Ujang langsung ketakutan dan menunduk) Ujang : “Ampun Boss, Maaf saya salah mikir” (sambil memukul telapak tangan di kening) Robert: Hahahahaha. Bodoh banget lu Jang. Masa Sabu mau disertifikasi halal. Otakmu ditaruh didengkul. Hahaha Bandar Narkoba : “Diaaaam! (penuh geram). Apa idemu Robert?” Robert: “Begini Boss, menurutku lebih baik kita perbanyak anggota pengedar?” Bandar Narkoba: “Naaah, masuk akal. Lanjutkan Bert !” Robert: “Agar lebih memotivasi para anggota, kita terapkan sistem MLM (Multi Level Marketting)” Ujang: “Kaya jualan obat herbal saja? Hehehe” (Ujang tersenyum sinis) Bandar Narkoba: “Diam Jang ! Hargai pendapat temanmu ! (Bandar Narkoba kesal). “Terus Caranya Bert?” Robert: “ Begini Boss, kita rekrut anggota sebanyak-banyaknya. Contoh saya membawa anggota 1 orang, lalu anggota yang saya bawa diwajibkan merekrut anggota lagi dan seterusnya. Setiap anggota yang lebih senior diberi bonus persentase yang lebih besar dibandingkan juniornya. Sehingga setiap anggota senior bisa santai ongkang-ongkang kaki menunggu setoran Boss. Bagaimana Boss? Baguskan ideku?” Bandar Narkoba: “Bagus dari mana? Dari Hongkong? Itu cara pemasaran yang bodooooh Robert. Membuat orang malas bekerja. Heueueueueh. Kalian berdua tolol ! Robert dan Ujang: “Berdua? Bertiga kali Boss?” Bandar Narkoba: “ Sudah, sudah! Sekarang, apa pun caranya kalian harus menjual barang haram ini sampai habis !” Robert: “Jadi Bos, cara menjualnya terserah kita?” Bandar Narkoba: “Ya, yang penting semuanya terjual habis. Titik !” Ujang: “Apa ada target khusus boss? Pada siapa saja Kami harus menjual barang ini?” Bandar Narkoba: “Kalian harus menjual barang ini ke kalangan anak muda, boleh usia SMA atau pemuda – pemuda pengangguran yang suka keluyuran. Target selanjutnya adalah pemuda- pemuda anak orang kaya. Bisa anak pejabat atau konglomerat. Juga sebarkan barang ini ke kalangan mahasiswa ! Kalian paham? Jangan lupa kalangan artis merupakan pangsa pasar yang potensial !” Robert: “Tenang Bos, Kami akan menjalankan tugas ini sebaik-baiknya. Iya kan Jang?” Ujang: “Yoyoy. Tapi Bos, Kami ingin ditambah bonus? Soalnya Kami kan sudah jadi pengedar senior. Kami juga loyal pada Bos?” Si Bandar Narkoba, mengambil koper dan mengeluarkan dua gepok uang, untuk dibagikan kepada anak buahnya. Bandar Narkoba: “Nih, masing-masing aku kasih bonus bulan ini 100 ribu. Soalnya omset penjualan kita bulan ini lagi parah” (Sambil melemparkan dua gepok uang 200 ribu dengan lembaran receh 1000-an kepada Robert dan Ujang) Robert: “Bos, bulan depan bonus Kami ditambah dengan THR yaaa?” Ujang: “Yoyooooy! Hehehe” Bandar Narkoba: “ Kalian minta THR segala ! Emangnya kita kerja di pabrik? Sudah-sudah, ini barang yang harus kalian jual (Bandar Narkoba memberikan dua bungkus plastik besar yang berisi dua dus besar). “Dalam plastik ini ada dua dus barang yang harus kalian jual! Ayo kerja- kerja? Jangan malas-malasan !” (Setelah memberikan dua dus barang yang di dalamnya narkoba, Si Bandar narkoba menepuk pundak Robert dan Ujang lalu langsung berangkat) Robert: “Jang, saatnya kita berpencar. Kamu bagikan sabu ini ke kalangan artis, sedang aku akan merayu mahasiswa anak pejabat. Setuju?” Ujang : “Siaplah. Ayo berangkat?” (Ujang melangkahkan kakinya meninggalkan Robert) Robert: “Eiiiit, tunggu dulu (Robert menarik tangan ujang dan menghentikannya) Ujang : “Apa lagi sih Bert?” Robert: “ Begini Jang, aku mau kasih saran. Sebelum lu bertindak mengedarkan Sabu, lu coba ketik di HP mu melalui mesin Mbah Gombel, “Cara mengedarkan sabu yang baik dan benar” lalu kau ikutii petunjuknya. Paham Jang?” Ujang : “ Ok, makasih bert, ayo kita berjuang !” (Mereka berdua meninggalkan tempat untuk beroperasi) ADEGAN 2 Diceritakan ada seorang mahasiswi “gaul” tapi terkadang norak, bernama Icih. Dia, merupakan mahasiswi yang rajin bekerja sambilan, di sela-sela waktu kuliah yang senggang. Dia suka ngasong dagang bakwan (Hari Sabtu di depan kampus) Icih: “Bakwaaaan, Bakwaaan, Silakan bakwan hangat paa, buuu !” (Sambil duduk di kursi dibelakang meja dagangan). (Robert mengamati i icih dari kejauhan, dia sedang mencari celah agar bisa memasukan barang haramnya ke lingkungan kampus) Robert: “Neng, jualan bakwan?” Icih: “Ih Si abang, ini di meja sudah jelas bakwan yang kujual. Maaf ! Aku tidak “menjual diri!” (sambil cekikikan genit) Robert: “Eh Si Eneng malah bercanda. Kamu sengaja dari rumah jualan bakwan?” Icih: “Aduuuuuh! Dijawab nggak yaaa, ini pertanyaan konyol. Ya iyaaa lah, Emang saya berangkat dari Hongkong?” Robert: “Maksudnya Eneng mahasiswi bukan?” Icih: “Nah, gitu dooong, yang jelas ngomongnya. Sebenarnya aku ini mahasiswi semester VI, yang sebentar lagi nyusun skripsi. Aku jualan bakwan untuk nambah-nambah biaya kuliah Bang” Robert: “Wah, kebetulan dong. Abang punya barang untuk bisnis?” Icih: “Auwwww! Barang untuk bisnis ! Barang apakah ituuuuu?” (Si Robert sambil kepala menengok kesana kemari takut ada polisi yang melihat, mencoba mengeluarkan barang haramnya dari pelastik) Robert: “ Ini Neng? Mau gak?” Icih: “Wah, ini mah bahan bisnis saya Bang !” Robert: “Ya, udah ya Neng, minggu depan abang akan ambil uang untuk barang itu yaaa !, abang berangkat dulu. Pokoknya abang do’akan bisnis Neng lancar !” Icih: “Amiiin. Ok Baaaang” (Robert pun berangkat untuk mencari mangsa selanjutnya) Icih: “Lumayan, masih banyak bakwan hari ini gak laris. Tapi, namanya juga jualan pasti kadang laris kadang kurang. Tapi aku harus semangat. Tidak laku di sini, masih banyak jalan menuju sukses. Lebih baik aku keliling rumah penduduk aja ah” (Monolog) (Icih, membawa bakwan dagangan dan mulai berkeliling dari rumah ke rumah sambil berteriak “bakwan” sepanjang jalan) ADEGAN 3 (Masuklah sepasang kekasih remaja SMA yang bernama Sindi dan Dani sambil bertengkar) (Sindi berlari sambil menangis dan dikejar oleh Dani) Dani: “Sin, tolong dengarkan aku dulu. Aku tidak bermaksud untuk menyakitimu, aku pasti bertanggungjawab. Tapi, untuk saat ini kamu harus menggugurkan janin di perutmu itu” Sindi: “Tidak. Pokoknya bila kamu tidak bertanggungjawab, aku akan membeberkan perbuatanmu ini pada pers, agar nama baik ayahmu sebagai “Pejabat” hancur !” Dani : “Apa? Dasar perempuan kurang ajar ! Dulu, kita pertama kenal di media sosial. Kau yang pertama nyosor ! Ngajak kenalan, ketemuan, dan merayu aku dengan kecentilan. Padahal aku waktu itu sedang pacaran sama Aminah. Dasar perempuan gatal ! (sambil menunjuk muka sindi sambil geram) Sindi: “Setaaaan. Dasar laki-laki setaaaan (sambil histeris dan balik menunjuk muka Dani). Jangan kau jadi manusia munafik ! Kau pernah aku selamatkan dari ancaman hukuman penjara. Saat kau pesta sabu dan hampir tertangkap polisi, kau lari ke rumahku dan kusembunyikan?” Dani: “Jangan sok suci kau pelacur! Video mesum antara kau dengan mantanmu Si Jaki hampir saja diedarkan di internet oleh Si Jono. Aku yang merampas dan membakarnya hah? Tapi ingat ! Aku masih sempat membackupnya di HP ku, agar kau tidak macam-macam seperti ini! Aku bisa saja saat ini menyebarkan aib terbesarmu ini !” Sindi: “Oh, rupanya ada yang mau jadi sok pahlawan!” (sambil tersenyum sinis, dan terdiam sejenak). “Hey buaya darat ! kau mengancamku? Jangan kau pikir aku tidak punya senjata untuk menghancurkan hidupmu dan keluargamu ! Saat aku nginap di rumahmu, dari lantai dua aku tak sengaja melihat ayahmu menerima uang satu koper, pasti dia sedang menerima suap. Aku iseng mengambil videoanya. Hahahaha (tertawa sambil menunjuk wajah Dani). Aku akan menyebarkannya agar semua orang tahu bahwa ayahmu “pejabat busuk”! (Dani tak kuasa menahan amarah dan dia langsung menampar Sindi) Dani: “Dasar perempuan bejad !, prak (Sindi ditampar dan terjatuh pingsan) (Lampu di panggung gelap) ADEGAN 4 Sore hari setelah menampar Sindi, hati Dani tidak karuan antara merasa bersalah dan takut akan ancaman Sindi. Dia duduk di terminal sambil melamun. Pada saat yang sama datang Robert mencari mangsa pemuda yang sedang putus asa. Robert pun duduk di kursi sebelah Dani Robert: (Mulai bertanya), “Pulang sekolah ya Nak?” Dani : “Iya Om” (sambil menyanga dagu dengan tangan, dan sesekali menggaruk kepala yang tak terasa gatal) Robert: “Kayaknya lagi banyak masalah?” Dani: “Bener Om, pusing banget kepikiran terus” Robert: “ Om punya obat “UBAS” tahu kan?” Dani: “Bener Om? Saya udah lama gak make, pokoknya saya beli deh Om biar bisa fly dan melupakan segala masalah” (Robert merogoh saku dan memberikan seplastik kecil sabu dengan wajah yang waspada) Dani: “Berapa Om?” Robert: “Harga normal 500 ribu ajah” (Dani membuka dompet dan memberikan uang pada Robert) Dani: “Makasih Om, nanti kalau butuh lagi saya mau kontak Om aja? Minta no HP dong? Robert: “Nih kartu nama Om! Lebih baik kamu jadi member aja? Nanti dapat diskon lhooo, beli satu gratis tiga? Ok, Om cabut dulu yaaa, selamat menikmati! Hahahaha” (Robert akhirnya pergi, dan tak lama kemudian Dani pun meninggalkan terminal) (lampu panggung gelap) ADEGAN 5 Monolog Ujang: “Aduuuuuh, gimana ini aku belum bisa menjual barang ini. Bisa-bisa aku dipecat tanpa pesangon. (mondar – mandir sambil berpikir) Ujang: “Oh iya, aku ingat pepatah Si Robert, tinggal dicari di mesin Mbah Gombel. (Ujang langsung mengeluarkan HP-nya) Ujang: “Ketik cara mengedarkan sabu yang baik dan benar!” (sambil mengetik di HP-nya) (Ujang kaget bukan kepalang) Ujang: “Waduuuuh, apa ini? Cara agar “anu-mu” panjang dan besar, dijamin diameter bisa 5 cm, panjang 70 cm” (Ujang cekikikan geli sendiri, sambil membayangkan sesuatu) Ujang: “Bahaya ini kalau dibaca oleh anak usia SD, SMP, dan SMA. Bisa-bisa mereka penasaran. Sungguh iklan yang tidak mendidik! Aku saja sebagai orang dewasa penasaran juga, dimeter 5 cm (sambil merentangkan jarinya), panjang 70 cm (sambil merentangkan kedua tangannya). Wah bener-bener kacau ini iklan. Bisa-bisa kaum pria kakinya berjumlah tiga. Kalau pedagang kaki lima bisa jadi kaki enam, waduuuuuh” (sambil menepuk-nepuk keningnya). (Pada Saat Ujang sedang monolog datanglah seorang artis bernama Rida Rhima, sambil membawa gitar dan melantunkan lagu) Rida Rhima : “Sekiaaaan laa maaa akuuu menungguuu untuuuk kedatanganmuuu, jreng jreng” Ujang pun kaget Ujang: “Waduh Maas Mas, datang tanpa diundang, pulang tak diantar. Saya kaget Maaas” Rida Rhima :” Saya bukan Jelangkung Om. Saya bisa pulang sendiri. Hehehe” (Ujang mengamati wajah Rida Rhima dengan seksama, lalu mengelilingi badan Rida bagaikan sedang mengenali sesuatu) Ujang: “Mas ini artis yaaaa? Saya baru ingat. Betul artis kan?” Rida Rhima: “Iya betul Om, coba tebak artis apa aku ini?” Ujang: “Saya tahu, Saya tahu. Mas itu lagunya selalu “menunggu”. Iya Mas kenapa lagunya selalu ‘menunggu’?” (Rida langsung menggaruk kepala dengan tanpa rasa gatal dan penuh kesal) Rida Rhima: “Yang jelas aku sedang sepi job, nganggur, dan terus menunggu. Dulu, ketika aku masih banyak job, orang-orang histeris bertemu denganku. Sekarang, aku bawa gitar sore-sore disangka pengamen jalanan. Nasiiiiib-nasib!” Ujang: “Tenang Mas, hidup itu tidak boleh dibikin susah. Aku punya obat agar Mas bisa melupakan segala masalah hidup. Mau?” Rida Rhima: “Obat apa itu? Aku baru dengar?” (Ujang mengeluarkan bungkusan sabu dalam pelastik) Ujang: “Ini Mas, ubas? Murah kok, cuma 1 jeti per bungkus!” Rida Rhima: “Sebenarnya aku mau banget obat itu Om, yaaa itung-itung penghilang stresss. Tapi aku gak punya uang, yang ada Cuma gitar ini. Bagaimana kalau ditukar dengan gitar ini? Harga gitar ini 5 juta Om! Om bisa menjualnya kembali dengan cepat” (Ujang berpikir sejenak, sambil mengerutkan kening) Ujang: “OK dah, deal ! Nih ambil barangnya ! itung-itung penglaris” (Ujang menyodorkan sabu, dan Rida pun memberikan gitarnya) Rida Rhima: “Baik Om, saya pulang dulu ! mau happy dengan alam imajinasi ! hahaha” Ujang: “Ok, Salam sukses buat Mas!” (lampu panggung pun gelap) ADEGAN 6 Panggung berlatar Ruangan Kantor Desa Tiba-tiba ada suara mengetuk pintu yang teramat keras, dan suara pintu yang dibuka dengan paksa. Icih berlari dan dengan nafas ngos-ngosan, membawa satu bungkus kresek bakwan, dan berteriak memanggil Pak Lurah. Icih : “Pak luraaaah ! Paaaak ! Tolooooooong!” : “Ini pada kemana para pegawai kelurahan. Kok, kantornya sepi amat” (Di luar kantor terdengar suara banyak orang bagaikan sedang berdemo dan pada berteriak “Kami ingin bakwan Icih! Kami ingin bakwan Icih ! Kami ingin bakwan Icih !” (Pak lurah keluar dari toilet sambi memegang perutnya) Pak Lurah: “Ada apa ini? Ada Apa?” Icih : “Anu pak lurah, di luar banyak orang yang demo!” Pak Lurah : “Demo Apa? Aku ini tidak korupsi, kenapa rakyat pada demo?” (Ketika sedang ngobrol, terdengar lagi suara teriakan mayarakat “Kami ingin bakwan Icih ! Kami ingin bakwan Icih! Kami ingin bakwan Icih!) Icih : “Itu pak lurah, mereka teriak seperti itu dari tadi dan mengejar saya. Saya kan jadi takut, mereka semua menginginkanku. Icih ini kan cantiiiik! Tapi kan bukan Mira?” Pak Lurah : “Apa itu Mira?” Icih : “Milik Rame-rame. Icih kan ingin dimiliki oleh satu orang” (sambil genit, kecentilan) Pak Lurah : “Hey, Icih ! Jangan budeg kamu. Coba dengarkan yang bener ! mereka bukan inginkan dirimu, mereka mengatakan ‘ingin bakwan Icih’. Gak bener ini, aku sendiri yang harus mengusir yang demo kaya gini” Icih : “Oh, kirain!” (Pak lurah langsung melongok keluar dan berteriak kepada rakyatnya) Pak Lurah: “Kalian Rakyat Desa Rata Langsa, Pulanglah ! Jangan suka demonstrasi yang gak jelas ! Saya sebagai Lurah sudah berbuat sesuai dengan aturan pemerintah. Raskin saya bagikan dengan rata, Pelayanan kesehatan dilakukan dengan rata, Fasilitas Pembangunan dibangun dengan rata. Apa lagi yang kalian mau?” (selesai pak lurah bicara, lampu panggung langsung gelap dan terdengar teriakan, “Kurang Ajaaaaaaar”) Lampu panggung menyala kembali. Pak lurah tampak basah setengah badan dibanjur oleh para pendemo yang terus mengamuk Pak Lurah : “Edaaaaaan, rakyatku sudah bener-bener edan. Aku sebagai pemimpin sudah tidak dihormati. Mereka berani sekali melempar dan menyiram tubuhku sampai basah kuyup” (terdengar kembali suara pintu yang digedor dengan keras seraya teriakan bersahutan “Kami ingin bakwan Icih”) Icih : “Pak lurah, ayo kita kabur. Rakyat kian mengamuk!” Pak Lurah: “Ayo kita kabur dari belakang. Kita harus menuju kantor polisi, untuk menghindari perbuatan anarki! Ayo Cih !” (Icih dan Pak lurah keluar dari panggung) Panggung kembali gelap untuk beberapa detik ADEGAN 7 Panggung terang kembali, dengan latar ruangan di kantor Polisi. Tampak seorang Polisi dengan pangkat AKP, sedang duduk di kursi. Pak Lurah dan Icih masuk ke ruangan Pak Lurah: “Selamat Sore Pak!” Icih : “Hai Pak Polisi!” AKP Nono : “Selamat Sore, ada yang bisa saya bantu! Silahkan duduk !” (Pak lurah dan Icih langsung duduk di kursi yang tersedia di depan meja polisi) Pak Lurah : “Ini pak, Perkenalkan Saya Lurah di Kelurahan Rata Langsa. Saya mau laporan bahwa telah terjadi demonstrasi anarkis di depan kantor kelurahan Pak” Icih : “Betul pak polisi, Pak lurah sampai disiram dan dilempar oleh warga!” AKP Nono: “Tolong Pak Lurah ceritakan kronologi kejadiannya dengan runtut!” Pak Lurah: “Awalnya saya sedang di toilet, tiba-tiba ada perempuan yang minta tolong. Saya kaget dan keluar. Ternyata yang minta tolong adalah Nona Icih. Dia sedang dikejar warga entah apa yang mereka inginkan, yang jelas mereka teriak “Kami Ingin bakwa Icih !3x. Saya sudah mencoba menenangkan warga, Eeeh Saya malah dilempar dan diguyur dengan air oleh mereka. AKP Nono: “Nona Icih? Kira-kira Nona Paham maksud dari teriakan warga yang meminta dan memanggil ‘Kami Ingin Bakwan Icih’?” Icih : “Begini Pak Polisi, saya kan jualan bakwan. Sejak saya menggunakan garam baru dari seseorang. Bakwan yang saya buat laku keras. Penjualan dalam sehari mencapai ratusan ribu. Pokoknya bakwan buatan saya jadi ngetop kaya orangnya. (Genit). Lalu tadi pagi saya membuat bakwan lagi, tapi garamnya hampir habis, sehingga membuatnya dalam jumlah yang sedikit. Saya dikerumuni warga yang antri ingin membeli. Dan, Setelah bakwannya habis, warga yang tidak kebagian malah ngamuk dan mengejar saya. Di situ saya merasa sedih!” AKP Nono : “Lanjutkan Nona!” Icih : “saya langsung lari ke kantor kelurahan dan minta tolong pada pak lurah” Pak Lurah : “Iya pak, kurang lebih seperti itu kejadiannya!” AKP Nono: “Nona Icih, apakah anda masih mempunyai bakwan yang Anda jual?” Icih : “Ada Pak polisi. Tapi ini mah buat saya makan siang. Saya tidak menjualnya sama pak polisi!” AKP Nono :”Begini nona. Saya harus memeriksa bakwan tersebut sebagai barang bukti. Tolong berikan pada saya nona!” Pak Lurah : “Icih jangan memalukan kamu teh. Cepat berikan bakwannya!” Icih : “Ini pak polisi!” (menyodorkan bungkusan plastik yang berisi wadah nasi dan bakwan) (AKP Nono langsung memanggil anak buahnya lewat pesawat teleponnya) AKP Nono :”Briptu Adin, mohon masuk ruangan saya segera!” (Masuklah Briptu Adin. Dengan badan tegap dan memberi hormat) Briptu Adin : “Siap Dan, saya menghadap!” AKP Nono : “Tolong periksa bakwan dalam plastik ini di Lab! Saya curiga ada kandungan Narkoba di dalam olahannya” (Pak Lurah dan Icih kaget bukan kepalang mendengar penjelasan dari AKP Nono pada anak buahnya) Pak Lurah: “Waduuuuuh, Tewaaaaas, Iciiiiiiiih kamu teh kenapa jadi pengedar narkoba segala. Bener-bener memalukan daerah!” Icih : “Tidaaaaaaak. Icih histeris. Pak polisi saya ini cuma seekor mahasiswi gadis yang tidak tahu apa-apa. Saya bukan pengedar Narkoba atau teroris. Jangan tangkap saya, Please!!!” (Icih langsung menyungkurkan badannya di kaki AKP Nono, sambil memohon agar tidak ditangkap) AKP Nono: “Siapa yang mau menangkap Nona? Tolong ! Pak Lurah dan Nona Icih tenang dulu. Kita tunggu hasil yang akurat pemerikasaan bakwan dari laboratorium” (Ketika mereka sedang berbincang, masuklah Briptu Adin) Briptu Adin : “Lapor Dan ! Hasilnya Positif ! AKP Nono : “Apa Positif?” (sambil memandang pada nona Icih) Pak Lurah : “Dasaaaaaaar kamu ini IiiiiIcih! Hayo ngaku! Kamu itu positif hamil sama siapa? Hancur reputasiku gara-gara kamu IiiiIcih” (Sambil memegang kedua bahu Icih bagaikan menyuruh sambil memaksa bicara) Icih : “Tidaaaaaaaaaak !” (Icih teriak dan pingsan) (Panggung kembali gelap untuk beberapa saat) ADEGAN 8 Satu Hari Kemudian, Di depan Kampus biru tempat Icih kuliah. AKP Nono dan Briptu Adin menyamar dengan pakaian premannya untuk menangkap Robert Si Pengedar Narkoba. Para polisi ini memanfaatkan Icih sebagai umpan untuk memancing Robert keluar. Icih seperti biasa berteriak jualan bakwan sambil duduk di kursi biasa tempat dia jualan. Icih : “Bakwan hangat, bakwan nikmat, ayooo siapa ingin beli. Cuma lima ratusan, harga ringan bikin perut nyaman!” (Datanglah Robert dengan memakai topi, dan gerak-gerik yang ketakutan dan kehati-hatian) Robert : “Neng, mana uangnya? Abang nagih janji Neng minggu kemarin?” Icih : “Tenang dulu Baang, ayoo makan dulu bakwannya. Kalau buat abang Neng kasih gratis deh!” (Robert yang merasa lapar bahagia kegirangan) Robert : “Beneran? Neng gratis buat Abang?” Icih : “Ih amit-amit. Saya ini tidak dijual! Masa saya dibilang gratis! Heu!” Robert : “Maaf, maksud abang bakwan”. (Sambil mengambil bakwan dan melahapnya dengan tergesa-gesa mengunyah karena lapar) Icih : “Selamat menikmati!” (Tiba-tiba Robert menjulurkan lidah dan nafas ngos-ngosan karena kepedasan makan bakwan. Icih dengan sengaja menaruh cabe di dalam bakwannya) Robert : “Aiiiir, Neng minta aiiiir . Pedas, huh, haaaah, huuuh, haaaah” (Saat itu Para polisi langsung beraksi dengan meringkus Robert dari belakang) Briptu Adin : “Diam kamu jangan bergerak!” (Briptu Adin dengan bantuan AKP Nono langsung memborgol Robert dan membawahnya ke kantor polisi) Icih : “Horeeeee, aku bebaaaaas!” (Icih teriak) AKP Nono : “Nona, tolong ikut Kami ke kantor polisi?” (Keceriaan dan kebahagiaan Icih langsung sirna. Dengan rasa kecewa Icih meninggalkan tempat dan mengikuti langkah AKP Nono menuju kantor polisi) ADEGAN 9 Latar di Kantor Polisi sedang duduk pak lurah dengan hati yang cemas. Dia ketakutan terjadi hal- hal yang tidak diinginkan terhadap Icih sebagai warganya. Pak Lurah : “Mudah-mudahan para polisi dan Si Icih selamat. Kalau terjadi kenapa-napa, aku akan malu sebagai Lurah” (Monolog sambil duduk, kadang-kadang berdiri) (Masuklah para polisi sambil membawa Robert sebagai tersangka) AKP Nono : “Masukan tersangka ke dalam tahanan!” Briptu Adin : “Siap Dan ! (Sambil membawa Robert ke belakang/ke luar panggung) (Icih langsung berteriak dan lari dari kejauhan) Icih : “Pak Luraaaaaah!” (berlari dan hendak memeluk pak lurah) (langsung mengambil air mineral gelas yang ada di meja dan menyiramkannya ke wajah Icih) Pak Lurah : “Hush, Sadar Ciiiih. Ini teh bukan Film India!” Icih : “Iiiih. Pak Lurah gitu orangnya, gak ada romantis-romantisnya!” AKP Nono : “Pak Lurah, Nona Icih ! Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Kami berhasil menangkap pengedar sabu jenis baru berkat bantuan kalian. Kami akan mengembangkan kasus ini agar bandarnya bisa ditangkap!” Pak Lurah : “Sama-sama Pak. Namun, saya berharap bantuan dari bapak agar mensosialisasikan tentang narkoba ke penduduk di Kelurahan Rata Langsa. Saya berharap sekali pak. Soalnya sangat jelas bahwa masyarakat sangat awam tentang wujud narkoba. Jangan sampai kejadian seperti pada Nona Icih yang menyangka sabu sebagai garam” Icih : “Iya pak polisi, Kami butuh pengetahuan tentang narkoba. Ditunggu ya kedatangan pak polisi di kelurahan. Nanti Icih suguhi bakwan asli, bukan bakwan sabu. Hihihihii” AKP Nono : “Insya Alloh, nanti Kami akan mengatur jadwal tentang sosialisasi pengetahuan narkoba, karena itu sudah menjadi tugas dan program Kami” (Icih dan Pak Lurah Akhirnya pamitan dengan bersalaman pada AKP Nono) Pak Lurah dan Icih : “Terima kasih pak, Kami mohon pamit untuk pulang!” AKP Nono : “Silahkan!” (Panggung kembali gelap dan pertunjukan selesai) TAMAT