Anda di halaman 1dari 19

Clinical Science Session

* Kepaniteraan Klinik Senior/ Agusstus 2019


** Pembimbing : dr. Rini Chrisna, Sp.DV**

Cutaneous Manifestations of Systemic Lupus Erythematosus

Oleh:

Primas Shahibba Ridhwana G1A217086

Pembimbing:
dr. Rini Chrisna, Sp.DV **

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
Cutaneous Manifestations of Systemic Lupus Erythematosus

Abstrak

Latar Belakang: LES adalah penyakit autoimun sistemik yang dihubungkan


dengan aktivitas poliklonal dan interaksi genetik, lingkungan dan hormonal.
Tujuan dari penelitian ini untuk mempelajari angka kejadian pada spectrum kulit,
faktor pencetus, histopatologi, imunofluoresensi, dan data laboratorium.

Metode: Studi kohort prospektif. 100 pasien SLE yang ada pada MMC dari
agustus 2007 sampai September 2009. Pengambilan data meliputi riwayat dahulu,
investigasi, dan follow up selama 2 tahun.

Hasil: Lesi lupus erimatosus kulit akut ditemukan pada 50% pasien. Sinar
matahari merupakan faktor penyebab tersering (55%). Lesi mukutaneus
ditemukan 45%. Demam sebagai gejala umum pada 45.45% pasien.
Fotosensitivitas ditemukan pada 98% pasien. Lesi lupus erimatosus diskoid
ditemukan pada 83.66% pasien. 98.5% pada histopatologi berhubungan dengan
LES klasik.

Kesimpulan: Secara garis besar hasil berhubungan dengan penelitian


sebelumnya. Angka kejadian LES pada orang barat lebih sedikit yang mungkin
disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Fotosensitivitas merupakan gejala
umum terbanyak dan matahari merupakan faktor pencetus terbanyak pada
penelitian ini karena mungkin lingkungan pasien yang terpapar cahaya matahari
langsung. Usia, jenis kelamin, faktor etnis dengan kecenderungan genetik adalah
faktor pemodifikasi utama dari berbagai presentasi gangguan.

Kata Kunci: penyakit autoimun, imunofluoresensi, manifestasi kulit.


Pendahuluan
Dokter pada waktu itu menamakan “LUPUS” yang dari bahasa latin berarti
“SERIGALA” yang menggambarkan sifat penghancurannya. Khas lesi kulit yang
terkena penyakit mirip seperti kulit yang “digigit, dimakan dan dihancurkan”.
Lupus Erimatosus (LE) dikenali penyakit pada kulit saja, hingga seabad yang lalu
ketika emphasis diantarkan dari kulit untuk dimasukkan kedalam manifestasi
visceral. Di awal abad ini, pembuluh darah dan jaringan ikat beredar pada tubuh
terlibat terhadap pathogenesis penyakit, Dimana hal itu mengarah kepada konsep
“Multi Sistem Malady”. Pada tahun 1942 Klimperer dkk membahas banyak
morfologi lesi yang seperti skleroderma, rematoid artritis, poli artiritis nodosa,
dan kolaginosis. Ditemukannya auto-antibodi pada komponen sel di jaringan yang
berbeda meletakkan penyakit ini sebagai “penyakit autoimun”.

Tujuan Penelitian
Untuk mempelajari faktor pencetus, kelainan pada laboratorium, penyakit terkait,
histopatologi dan pola imunofloresensi pada berbagai spectrum LES.

METODE
Populasi Penelitian
Ini adalah studi kohort prospektif yang dilakukan di Rumah Sakit Umum
Pemerintah, Chennai, Tamil Nadu, India, selama periode Agustus 2007 hingga
September 2009. 100 kasus lupus eritematosus sistemik yang memenuhi kriteria
ARA (atau) ANA positif dimasukkan dalam penelitian ini, dari pasien yang
datang ke departemen kulit dan rematologi, Rumah Sakit Umum Pemerintah.
Riwayat secara rinci mengenai onset, kemajuan penyembuhan, faktor
pemicu, rekurensi, jumlah, ukuran, morfologi, distribusi dan gejala sisa lesi yang
bisa didapat pasien. Gejala yang terkait dengan lesi kulit dan sistem internal
dicatat dalam semua kasus. Pada semua pasien wanita, riwayat menstruasi dan
obstetrik yang terperinci diambil untuk mencari sindroma anti-fosfolipid.
Investigasi laboratorium terperinci termasuk biopsi telah dilakukan. Kemudian
tergantung pada informasi di atas kesimpulan dan diskusi dirumuskan. Semua
pasien ini ditindaklanjuti selama 2 tahun dan pasien dikategorikan sesuai dengan
fitur klinis mereka ke dalam beberapa kelompok.

Sampel dan Prosedur Diagnosis


Lupus ertematosus kulit kronis
Ini termasuk (a) LE diskoid yang ditandai oleh plak eritematosa yang terdefinisi
dengan baik dengan sisik kental dan penyumbatan keratotik, hiperpigmentasi
perifer dan sentral hiper/hipo/depigmentasi, atrofi, telangiektasis, dan jaringan
parut. LED dibagi lagi menjadi tipe terlokalisasi, ketika lesi terbatas pada kepala
dan leher dan tipe penyebarluasan ketika lesi hadir di tempat lain juga, dan (b)
Lupus eritematosus panikulitis, didefinisikan dengan baik, tegas, kasar, plak
subkutan yang normal (atau) kulit di atasnya yang terkelupas dan dengan (atau)
tanpa ulkus. Kehadiran lesi LED di tempat lain diambil sebagai bukti konfirmasi
untuk diagnosis.

Lupus eritematosus kulit sub-akut


Ini ditandai dengan plak eritematosa anular atau polisiklik dengan sisik
superfisial atau lesi psoriasiformis tanpa jaringan parut.

Lupus eritematosus kulit akut


Ini ditandai dengan eritema akut dengan edema dan sebagian besar terbatas pada
daerah malar (atau) daerah terpapar matahari lainnya. Lesi kadang-kadang
disamaratakan dengan erupsi morbilliformis (atau) dan karakteristiknya
dihubungkan dengan lesi kulit lainnya dan manifestasi sistemiknya.

Deskripsi morfologis yang diberikan di atas diambil sebagai "bentuk


klasik" untuk setiap kelompok tertentu. Biopsi lesi kulit dilakukan pada semua
pasien untuk memastikan diagnosis klinis LE. Temuan histopatologis dan
diagnostik histologis dalam LE adalah, 1) degenerasi hidropik sel basal epidermis
(atau) folikel, 2) infiltrat limfohistiositik secara independen dan di sekitar
pembuluh darah, 3) perubahan degeneratif pada jaringan ikat seperti hialinisasi,
edema, musin, dan perubahan fibrinoid. Selain temuan di atas, kehadiran fitur
histopatologis berikut diambil sebagai bukti sugestif untuk tipe klinis tertentu.
LED- Hiperkeratosis, penyumbatan keratotik baik folikel maupun
ekstrafolikular, atrofi epidermal, infiltrasi inflamasi yang meluas hingga ke dermis
yang lebih dalam dan deposit musin.
LE Kulit Sub akut- Tidak adanya (atau) penyumbatan keratotik minimal,
tidak ada atrofi epidermis, perubahan vesikular pada batas aktif, degenerasi
hidropik fokal sel basal dan infiltrasi inflamasi jarang yang terbatas pada sepertiga
atas dermis, edema kulit, ekstravasasi sel darah merah dan deposit fibrinoid kulit.
LE Kulit Akut - Peningkatan derajat degenerasi hidropik sel basal,
infiltrasi seluler dermal yang jarang, dan edema kulit bagian atas dan jarang
terjadi nekrosis epidermis
Semua kasus yang dipilih diperiksa secara klinis untuk menyingkirkan
adanya manifestasi sistemik. Tergantung pada gejala sistemik pasien diselidiki
secara rinci berkaitan dengan sistem yang diduga terlibat. Darah lengkap, jumlah
trombosit, urin untuk albumin, gula dan deposit, fungsi ginal, fungsi hati, protein
c-reaktif, skrining IMS, faktor rematoid, rontgen, dan EKG dilakukan untuk
semua pasien. Antibodi anti-fosfolipid dilakukan pada semua pasien yang
dicurigai. Pasien dengan gejala sugestif dari masalah ginjal dan vaskulitis
diselidiki untuk tingkat C3 dan C4. Biopsi ginjal juga dilakukan untuk beberapa
pasien seperti yang disarankan oleh ahli nefrologi. Doppler dilakukan untuk
pembuluh tungkai bawah untuk pasien dengan gangren dan ulkus kaki.
Imunofluoresensi langsung dan imunofluoresensi tidak langsung dilakukan pada
beberapa pasien. Dengan semua metodologi dan investigasi di atas, hasilnya
dirumuskan dan kesimpulan diambil.

Analisis Statistik
Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif termasuk
median, frekuensi dan persentase frekuensi. Perbandingan dibuat menggunakan
uji chi square menggunakan persamaan standar. Hasil dilaporkan dengan p≤0.05
sebagai tingkat penerimaan signifikansi.
HASIL
Lesi LE Kulit Sub Akut terlihat pada 50% diikuti oleh pasien LE kulit kronis dan
LE kulit sub akut masing-masing 46% dan 4% (Tabel 1). Sinar matahari adalah
faktor pencetus yang paling umum [55%] diikuti oleh aktivitas fisik dan infeksi
[11,11%].

Tabel 1: Presentasi Klinis Awal

Pada pasien dengan masalah sistemik sebagai presentasi awal 45,45% mengalami
demam dan 35,71% mengalami artralgia (Gambar 1). Fotosensitifitas terlihat pada
hampir semua pasien dalam spektrum LE kulit sub akut [99,85%], 41,17% pasien
LE kulit kronis memiliki fotosensitifitas.

Gambar 1: Manifestasi Sistemik


Tabel 2: Spektrum lesi kulit LE spesifik

Di antara pasien LE kulit kronis 83,66% memiliki LED klasik, 1,22% memiliki
LED verukus dan 1,22% memiliki penyumbatan folikel di telinga dan 1,22%
memiliki lesi LE Panikulitis (Tabel 2). Pada pasien LED 60% berakhir dengan
depigmentasi dan di antara lesi mukokutan, 47,91% digambarkan dengan
fotosensitifitas diikuti oleh 26,08% dan 21,73% digambarkan dengan alopesia
tanpa jaringan parut (Tabel 3) dan ulkus oral. 45% pasien hanya mengalami
masalah mukokutan pada awalnya, 40,47% pasien terutama mengalami masalah
sistemik. 14,53% dari pasien awalnya digambarkan dengan masalah sistemik dan
mukokutan dan jaringan parut. 40% dengan hiperpigmentasi dan 15,55% dengan
alopecia jaringan parut. Pada pasien dengan LE kulit sub akut, 66% dari mereka
memiliki lesi papula skuamus dan 33% dari mereka memiliki plak bersisik anular
yang keduanya sembuh tanpa jaringan parut. Pada pasien LE kulit akut, ruam
makua-papular, ruam malar, dan kupu-kupu terlihat masing-masing sebesar 37%,
13,33% dan 13,33%.
Tabel 3: Spektrum lesi kulit LE non-spesifik

Histopatologi
Sebagian besar pasien penelitian menunjukkan fitur sugestif spesifik untuk LE.
Pada pasien LE kulit akut, selain fitur umum 56% dari mereka memiliki infiltrasi
inflamasi jarang, 16% memiliki edema kulit bagian atas.
Pada pasien dengan LE kulit sub akut, degenerasi fokal paling umum [66,66%],
diikuti oleh infiltrasi kulit bagian atas [66,66%] dan edema kulit bagian atas
[33,33%].
Pada pasien DLE, lebih dari edema dermal, penyumbatan keratotik [51%], badan
koloid [50%], infiltrasi kulit padat dan dalam [51%], infiltrasi periapendageal
[48%], lebih banyak melanofag [33%], infiltrasi perivaskular [29%].
Pasien dengan vaskulitis urtikaria, LE Panikulitis menunjukkan fitur klasik dari
entitas histopatologis mereka sendiri.

Laboratorium
Dalam penelitian kami terjadi peningkatan rasio sedimentasi eritrosi, anemia dan
leukopenia yaitu 63,34%, 42%, dan 15,55% pada pasien (Gambar 2).
Gambar 2: Laboratorium berdasarkan kriteria ARA pada berbagai jenis LES

Ekskresi protein urin 24 jam yang abnormal terlihat pada 33% dan tingkat
III lupus nefritis diamati pada 50% pasien dalam penelitian kami. Skrining IMS
dengan hasil positif palsu terlihat pada 18% pasien dan trombositopenia pada
4,45%. ANA dilakukan untuk semua pasien dan positif pada 94% pasien.

PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, di antara total 52.369 pasien baru yang menghadiri skin op
GGH, Chennai, selama periode penelitian Agustus 2007 hingga September 2009,
jumlah total pasien dengan LES adalah 100. Insiden LES dalam penelitian kami
adalah 0,08% dibandingkan dengan insidensi 0,01 hingga 0,12% dalam literatur.
Insidensi 46,5%, 38,8%, 12,7%, dan 2% masing-masing dari LE kulit akut, LE
kulit kronis, LE kulit sub akut, LE Panikulitis, yang sebanding dengan penelitian
kami sebesar 47,94%, 39,92%, 8,48% dan 2,86% dari LE kulit akut, LE kulit
kronis, LE kulit sub akut, LE Panikulitis masing-masing seperti yang ditunjukkan
dalam literatur.
Sensasi terbakar dan eritema adalah gejala yang paling umum di antara
pasien, yaitu 63,63% & 42,42%. Fotosensitifitas adalah gejala yang paling umum
pada pasien LE kulit sub akut dan nyeri adalah gejala yang paling umum pada
pasien LE Panikulitis sebagaimana didokumentasikan dalam literatur.
Fotosensitifitas diamati pada 52% dalam studi yang dilakukan PGI dan
54,4% dalam studi yang dilakukan di Iran, yang sebanding dengan penelitian kami
sebesar 55% .
Dalam penelitian Cina, 44,52% hanya menunjukkan gejala mukokutan
sebagai keluhan utama yang konsisten dengan penelitian kami sebesar 45% .
Sebuah penelitian di India yang dilakukan di Kerala mengamati keluhan
utama sebagai fotosensitifitas pada 78% pasien penelitiannya, alopesia tanpa parut
pada 60%, ruam malar pada 57%, yang sebanding dengan penelitian kami masing-
masing 80%, 57,77% dan 60%.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Cina menunjukkan radang
sendi sebagai keluhan utama (44%) sementara sebuah penelitian di India
menunjukkan itu sebagai 66% yang relatif tinggi dari penelitian kami sebesar 34%
.Demam adalah keluhan utama (56,6%) pasien pada literatur dibandingkan dengan
penelitian kami sebesar 45,44%.Fotosensitifitas sebagai gejala terlihat pada 76%
pasien LE Kulit Sub Akut, 62% pasien LE Kulit Akut, dan 42% pasien LE Kulit
Kronis sesuai literatur. Dalam penelitian kami, 88%, 100%, dan 43%.
Fotosensitivitas adalah kriteria kulit ARA paling umum yang terkait
dengan kriteria ARA lain seperti yang diberikan dalam literatur. Fotosensitifitas
paling umum dikaitkan dengan 36,65% kriteria hematologi dan 21,5% kriteria
imunologis. Pada 16 pasien dengan LED, 73,64% memiliki lesi terlokalisasi ke
kepala dan leher, 26,46% memiliki tipe diseminata. Ini sesuai dengan penelitian di
India yang mengamati 18,17% memiliki lesi LED di kulit kepala yang lebih dekat
dengan penelitian kami sebesar 17,7%.
Gambar 3: Lesi Polisiklik Anular pada LE Kulit Sub Akut

Dalam penelitian kami mayoritas pasien LE kulit akut memiliki keterlibatan


mukosa diikuti oleh LE kulit sub akut dan LE kulit akut seperti yang dijelaskan
dalam penelitian Iran. Sebuah penelitian yang dilakukan di India
mendokumentasikan keterlibatan oral dalam 64% dalam penelitiannya
dibandingkan dengan 62% yang diamati dalam penelitian kami. Di antara mukosa
,langit-langit terlibat dalam 83,30% pasien, bibir 25% dan gingiva 3,57%
(Gambar 4).
Gambar 4: Pasien dengan butterfly rash, krusta bibir dan konjungtivitis.

Morfologi dan gejala sisa lesi bersifat klasik pada sebagian besar pasien,
pada ketiga spektrum seperti yang dijelaskan dalam literatur. Pada pasien LED
mayoritas dari mereka memiliki lesi seperti plak yang berakhir dengan jaringan
parut seperti yang dijelaskan dalam literatur. Beberapa pasien juga memiliki lesi
verukosa, lesi penyumbatan folikel di telinga yang juga dijelaskan dalam literatur.
Dalam penelitian kami dua pertiga dari pasien LE Kulit Sub Akut memiliki lesi
papula-skuamus dan sepertiga memiliki lesi anular (Gambar 3), kedua jenis lesi
ini tidak berakhir dengan jaringan parut seperti yang dijelaskan dalam literatur.
Gambar 5: Ca Sel Skuamus pada kasus LE klasik-LE Panikulitis

Dalam penelitian kami pada pasien LE kulit akut, lesi klasik seperti yang
dijelaskan dalam literatur pasien LE kulit akut seperti eritema wajah, ruam kupu-
kupu (Gambar 4), ruam eksantematosa generalisata telah dijelaskan. LE / LP
tumpang tindih berubah menjadi ca karsinoma (Gambar 5) ) yang terlihat pada
satu pasien, lesi bulosa pada satu pasien dan LEP (Gambar 6) pada satu pasien
semuanya memiliki morfologi yang sama seperti yang dijelaskan dalam literatur.
Sesuai klasifikasi Gilliam untuk lesi spesifik dan non-spesifik, lesi kulit
spesifik relatif umum daripada lesi kulit non-spesifik dalam penelitian kami.
Dalam penelitian Kerala, ruam malar terlihat pada 28%, ruam kupu-kupu terlihat
pada 26% pasien dan ruam makulopapular terlihat pada 20% . Dalam penelitian
kami ruam malar, ruam kupu-kupu dan ruam makulopapular terlihat pada 37%,
35% , 18%. Meskipun hanya sedikit yang menunjukkan lesi kulit spesifik LE pada
awalnya, dalam waktu follow up, sebagian besar dari mereka mengembangkan lesi
kulit spesifik LE.
Gambar 6: LE Panikulitis pada abdomen

Studi Madras menunjukkan eritema wajah pada 80% yang diamati ada
82% dalam penelitian kami. Dari 25 pasien dengan LE Kulis Akut 24% memiliki
ruam kupu-kupu, yang konsisten dengan literatur. Dokumen literatur ruam malar
pada 80% pasien yang diamati 76,52% dalam penelitian kami. Sebuah penelitian
di Jepang mengamati LES bulosa pada 10% dari pasien mereka yang cukup tinggi
jika dibandingkan dengan penelitian kami sebesar 2,22% . Berbagai penelitian
tinjauan menunjukkan alopesia tanpa parut pada 86% pasien, yang sebanding
dengan pasien penelitian kami dengan 85% .Telah diamati bahwa keparahan
kerontokan rambut sebanding dengan aktivitas penyakit, seperti juga diamati oleh
penelitian yang sama di atas. Perubahan kuku yang didokumentasikan dalam
penelitian kami termasuk kutikula kasar 42%, paronisia(infeksi jamur) 25%,
distrofi kuku 16%, melanonosia 6% dan garis Beau 11%. Dalam penelitian kami
di antara temuan di atas kutikula kasar terlihat di sebagian besar pasien.
Lesi mukosa non-spesifik terlihat pada 26% pasien dalam literatur, tetapi
dalam penelitian kami adalah 22,22% .Sesuai literatur, vaskulitis sebagai urtikaria
pada 10% pasien, sebagai purpura pada 8%, sebagai ulkus kaki pada 10% , dan
sebagai gangren (Gambar 7) pada 10% pasien, tetapi dalam penelitian kami
adalah masing-masing 4,44%, 4,44%, 2,22% dan 2,22%. Di antara 2 pasien
dengan urtikaria vaskulitis 1 pasien memiliki keterlibatan ginjal dan tingkat
komplemen rendah yang menyatakan bahwa urtikaria mungkin disebabkan oleh
mediasi kompleks imun. Asosiasi hipokomplementemia didokumentasikan
dengan lupus nefritis dan urtikaria dalam literatur. Pasien dengan ulkus tungkai,
juga dikaitkan dengan urtikaria vaskulitis. Tumpang tindih LE / LP terlihat pada 1
pasien, yang kemudian berubah menjadi SCC, yang merupakan dokumentasi yang
jarang dalam literatur.

Gambar 7: Gangren di kaki pada kasus pasien LE Kulit Akut.

Dengan pengamatan literatur, demam dan artralgia masing-masing di


92,67% dan 22,4% yang sebanding dengan penelitian kami dari 92,42% dan
22,44%. Seperti penelitian yang dilakukan di Kerala dan Madras
RadhaMadhavan, lupus nefritis diamati pada 35% dibandingkan dengan 33,33%
dalam penelitian kami. Penelitian RadhaMadhavan menunjukkan gejala ginjal
sebagai keluhan awal pada 7,4% tetapi dalam penelitian kami adalah 4,04%
.Masalah pernapasan terlihat 26% dalam studi Nazarinia Iran yang relatif lebih
tinggi dari penelitian kami sebesar 8,88%. Radhamadavan mengamati 25%
manifestasi neuropsikiatrik pada pasien mereka yang lebih dekat dengan
pengamatan kami sebesar 26,52% .Di antara 12 pasien dengan manifestasi
neuropsikiatrik 4,32 % mengalami kejang dan 40% memiliki masalah kejiwaan
seperti depresi, neurosis kecemasan dan neurosis kompulsif obsesif.
Limfadenopati didokumentasikan sebagai 50% dalam literatur tetapi dalam
penelitian kami adalah 11,11%.

Histopatologi
Gambaran histopatologis umum yang didokumentasikan dalam literatur adalah
sama dalam penelitian kami. Temuan literatur lain yang tidak umum seperti
epidermis atrofi, perubahan vesikular pada batas aktif, ekstravasasi sel darah
merah dan deposit fibrinoid tidak ditemukan dalam penelitian kami. Karakteristik
histopatologi (Gambar 8) adalah perubahan kulit dari lesi kulit spesifik pada LE
seperti pada literatur seperti degenerasi cairan hiperkeratosis sel basal, infiltrasi
periapendageal, infiltrasi perivaskular terlihat pada sebagian besar pasien.
mosaicism yang bervariasi dari fitur ini terlihat pada 3 spektrum utama penyakit
kulit LE spesifik.
Hal ini dijelaskan dalam literatur bahwa, penyumbatan folikel,
penyumbatan keratotik, degenerasi sel basal yang luas, inkontinensia pigmen
padat, infiltrasi inflamasi merata dan tidak tergantung pada pelengkap dan
infiltrasi dermal dalam terlihat lebih umum di LED daripada di LE Kulit Sub Akut
atau LE Kulit Akut. Temuan di atas konsisten dengan penelitian kami seperti
degenerasi sel basal yang luas pada 100% , penyumbatan folikel terlihat pada
74%, penyumbatan keratotik pada 65%, inkontinensia pigmen padat pada 82%,
dermal dalam pada filtrat dalam 70% dan infiltrasi periapendageal pada 68%
pasien.
Gambar 8: Histopatologi pada pasien LE Kulit Akut yang menunjukkan celah
sub-epidermal dan infiltrasi dominan pada kulit bagian atas

Degenerasi likuifaksi fokal sel basal, edema dermal dan infiltrasi inflamasi
jarang pada dermis atas (seperti terhadap infiltrat dermal dalam lesi LED) yang
semuanya merupakan dokumentasi umum pada pasien LE Kulit Sub Akut dalam
literatur, juga didokumentasikan dalam penelitian kami. Temuan literatur yang
tidak umum lainnya seperti epidermis atrofi, perubahan vesikular pada batas aktif,
ekstravasasi sel darah merah dan deposit fibrinoid tidak ditemukan dalam
penelitian kami. Seperti yang dilaporkan dalam literatur, hiperkeratosis kurang
menyerang di LE Kulit Akut daripada di LED dan LE Kulit Sub Akut, temuan ini
konsisten dengan penelitian kami. Inflamasi yang jarang pada dermal atas, dan
edema dermal atas, yang merupakan temuan umum yang didokumentasikan dalam
literatur, sering dijumpai dalam penelitian kami. Fitur histopatologis LES bulosa
konsisten dengan literatur. Bentuk LE Kulit Akut yang parah dapat memiliki
nekrosis epidermal dan lesi klinis menyerupai SSJ. Temuan seperti di atas, yang
merupakan entitas yang jarang, belum ditemukan dalam penelitian kami.
Pada pasien dengan vaskulitis urtikaria, pemeriksaan histopatologis
menunjukkan infiltrat inflamasi terutama di dalam dan di sekitar pembuluh darah
kecil terutama neutrofil dan juga leukositoklastosis. Sebuah kasus LEP
menunjukkan atrofi epidermis minimal, pengumpulan sel infiltrat inflamasi pada
dermis dan infiltrat limfohistiositik septilobular pada subkutis. Pada pasien
dengan LE / LP tumpang tindih, lesi LED hipertrofik secara histopatologis
menunjukkan fitur lichen planus, tetapi lesi LED ulseratif menunjukkan fitur SCC
seperti keratinisasi sel individu dan mutiara keratin (Gambar 9). Semua temuan di
atas yang didokumentasikan dalam penelitian kami juga terlihat dalam literatur.

Laboratorium
Studi Paul menunjukkan peningkatan rasio sedimentasi eritrosit 65,43%, anemia
42% dan leukopenia 13% pada pasiennya, yang masing-masing diamati sebagai
63,34%, 42%, dan 15,55% dalam penelitian kami. Dalam penelitian di India
26,67% memiliki ekskresi protein urin selama 24 jam yang abnormal yang
sebanding dengan 33% dalam penelitian kami. Grade III lupus nefritis diamati
pada 49,7% penelitian Nazarinia dibandingkan dengan penelitian kami sebesar
50% .

Gambar 9: Sel Karsinoma Skuamus dengan horn pearls yang dimana terdapat
pada lesi LED.

VDRL/ venereal disease research laboratory (skring IMS) positif palsu


terlihat pada 23% sesuai literatur tetapi dalam penelitian kami adalah 18%.
Trombositopenia terlihat pada 12,22% pada studi Yokohari, yang 4,45% dalam
penelitian kami. ANA dilakukan untuk semua pasien. Studi Paul dan Nazarinia
menunjukkan ANA positif masing-masing sebesar 93% dan 94%, yang hampir
berkorelasi dengan penelitian kami sebesar 98% .ANA positif dalam literatur
dalam berbagai spektrum seperti LED, LE Kulit Sub Akut dan LE Kulit Kronis
adalah 30% -40%, 60% dan 85%. Namun dalam penelitian kami itu adalah 70%,
100% dan 100%.

KESIMPULAN
Insiden LES bervariasi sesuai dengan literatur barat dan peningkatan insidensi
menunjukkan adanya peran faktor genetik dan lingkungan. Dominasi wanita
menunjukkan bahwa pengaruh hormon adalah faktor kunci. Fotosensitifitas
menjadi gejala umum dan sinar matahari menjadi faktor pencetus yang umum
membuat kita menyimpulkan bahwa ada efek lingkungan seperti peningkatan
sinar ultraviolet yang mencapai atmosfer akibat penipisan ozon. Ada juga
hubungan dengan gangguan autoimun lainnya pada beberapa pasien yang
menyatakan bahwa pemicu autoimun dapat meningkatkan kemungkinan.
Karenanya penyakit yang diduga tumpang tindih dengan gangguan lain harus
diselidiki secara rinci. Pasien LE Kulit Akut memiliki keterlibatan sistemik akut
yang lebih umum; maka dari itu pasien ini harus diperiksa secara klinis dan
diselidiki untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas. Meskipun sebagian besar
pasien LES pada awalnya hadir dengan manifestasi dermatologis, sangat penting
bahkan bagi pasien tanpa gejala untuk melakukan penyaringan berkala untuk
organ lain yang terlibat untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas.

Anda mungkin juga menyukai