Anda di halaman 1dari 14

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 8, Nomor 1, Tahun 2019, Halaman 234-247

Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

ALTERNATIF LOKASI EMBUNG DI KELURAHAN


METESEH UNTUK PENGENDALIAN BANJIR DI
SEMARANG TIMUR
Farid Haidar, Mada Prakoso Sulistio, Suseno Darsono*), Dyah Ari Wulandari *)

Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro


Jl. Prof Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang. 50239, Telp: (024) 7474770, Fax: (024)7460060.

ABSTRAK

Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, sekaligus kota metropolitan
terbesar kelima di Indonesia sesudah Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bandung. Sebagai
kota metropolitan, Kota Semarang mengalami banyak sekali masalah seperti kota-kota
besar lainnya, salah satunya adalah masalah banjir. Masalah banjir di Kota Semarang
cenderung makin meningkat dari tahun ke tahun. Salah satunya adalah di sekitar Kanal
Banjir Timur yang setiap musim penghujan datang pasti terjadi banjir. Untuk menangani
masalah banjir di Kota Semarang khususnya Kanal Banjir Timur, diantaranya adalah
dengan membuat bangunan embung di daerah hulu Kanal Banjir Timur yaitu di
Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang. Embung ini berfungsi untuk meredam debit
banjir yang datang sehingga beban debit yang masuk ke Kanal Banjir Timur dapat
berkurang. Tujuan dilakukannya studi ini adalah untuk mendapatkan lokasi embung yang
efektif dan efisien dengan Metode Scoring. Metode Scoring adalah metode pemilihan
dengan memberikan skor terhadap masing-masing kriteria dari alternatif embung untuk
menentukan tingkat prioritas embung. Berdasarkan analisis terdapat tujuh alternatif lokasi
yang berpotensi untuk dibangun embung yaitu di daerah Bukit Kencana, Sigar Bencah,
Ngumpulsari, Bulusan, Mangunharjo dan dua di Kedungwinong. Embung yang dapat
meredam debit banjir yang paling besar adalah Embung Ngumpulsari dengan besar
reduksi 4,3 m3/det.

Kata kunci : Banjir, Reduksi Banjir, Metode Scoring, Embung, Sedimentasi.

ABSTRACT

Semarang is the capital of the Province of Central Java, as well as the fifth largest
metropolitan city in Indonesia after Jakarta, Surabaya, Medan and Bandung. As a
metropolitan city, Semarang City experiences many problems such as other big cities,
one of which is the problem of flooding. Flood problems in Semarang City tend to
increase from year to year. One of them is in the vicinity of the East Flood Canal, which
every rainy season comes must be flooded. To deal with the problem of flooding in the
city of Semarang, especially the East Flood Canal, including building small dam in the
upper reaches of the East Flood Canal, namely in Meteseh Village, Tembalang District.
This small dam serves to reduce the coming flood discharge so that the load of debris
entering the East Flood Canal can be reduced. The purpose of this study is to get an

234
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 8, Nomor 1, Tahun 2019, Halaman 234-247
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

effective and efficient small dam location with the Scoring Method. Scoring method is a
method of selection by giving a score to each criterion of the small dam alternative to
determine the small dam priority level. Based on the analysis there are seven alternative
locations that have the potential to be built small dam, namely in the Bukit Kencana area,
Sigar Bencah, Ngumpulsari, Bulusan, Mangunharjo and two in Kedungwinong. Embung
which can reduce the largest flood discharge is Ngumpulsari Small dam with can reduce
the flood discharge by 4.3 m3 / sec.

Keywords: Flood, Flood Reduction, Scorin Method, Small Dam, Sedimentation.

*) Penulis Penanggungjawab

1. PENDAHULUAN
Masalah banjir di Kota Semarang cenderung semakin meningkat dari tahun ke tahun
terutama disebabkan oleh adanya perubahan iklim yang signifikan dan pesatnya
pembangunan dengan berbagai kegiatan manusia di daerah banjir dan daerah aliran
sungai. Hal ini selaras dengan pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya tingkat
kehidupan sebagian besar masyarakat kota. Sejarah panjang Kota Semarang hampir tidak
pernah lepas dari masalah banjir.
Sudah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah Kota Semarang untuk
mengatasi banjir seperti normalisasi sungai, pembenahan jaringan drainase kota,
penyuluhan kepada masyarakat akan kesadaran tidak membuang sampah sembarangan
dan masih banyak lagi lainnya. Tetapi setiap datangnya musim penghujan masih terjadi
banjir di beberapa daerah di Kota Semarang seperti Kecamatan Gayamsari dan Kaligawe.
Banjir di daerah ini merupakan dampak dari meluapnya Kanal Banjir Timur yang tidak
dapat menampung tingginya debit banjir yang datang.
Untuk menangani masalah banjir karena debit yang tinggi, harus dibangun bangunan
struktur air yang dapat menampung sementara kelebihan air dan di alirkan secara bertahap
atau dengan debit yang lebih kecil. Salah satu upaya struktur yang dipilih dengan
mempertimbangkan aspek konservasi sumber daya air adalah meredam debit banjir
maksimum dengan konstruksi embung atau kolam retensi.
Di daerah hulu Kanal Banjir Timur perlu dibuat embung. Embung ini diharapkan
akan mengurangi debit banjir yang akan mengalir ke hilir.
CV. BINA SARANA selaku konsultan telah melakukan penelitian melalui studi
kelayakan (feasibility study) dan mendapatkan beberapa alternatif embung yang berlokasi
di DAS Meteseh (Gambar 1) yang berada di daerah hulu Kanal Banjir Timur tepatnya
Kelurahan Meteseh, jumlah embung alternatif yang didapatkan sebanyak 6 buah (Gambar
2). Dari keenam titik alternatif lokasi embung perlu dilakukan analisa untuk menentukan
lokasi mana yang lebih diprioritaskan untuk dibangun terlebih dahulu.

235
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 8, Nomor 1, Tahun 2019, Halaman 234-247
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

Batas Daerah Kelurahan Meteseh

Alternatif Lokasi Embung Hasil Feasibility Study di kelurahan


Meteseh

2. METODOLOGI
Metodologi adalah suatu tahapan perencanaan yang dimulai dari identifikasi masalah
sampai dengan perumusan solusi yang tepat dan sesuai. Perencanaan embung diawali
dengan melakukan survey dan investigasi di lokasi yang bersangkutan untuk memperoleh
data perencanaan yang lengkap dan teliti. Metodologi yang baik dan benar merupakan
acuan untuk menentukan langkah-langkah kegiatan yang perlu diambil dalam
perencanaan (Soedibyo, 1993)..
Bagan alir tahapan perencanaan dapat di lihat pada Gambar 3 berikut :

236
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 8, Nomor 1, Tahun 2019, Halaman 234-247
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

Bagan Alir

Metode yang digunakan untuk menentukan prioritas lokasi alternatif embung mana
yang akan lebih dulu dibangun adalah dengan menggunakan metode scoring.
Metode scoring digunakan untuk mempresentasikan tingkat kedekatan, keterkaitan
atau beratnya dampak tertentu pada suatu fenomena secara spasial. Setiap parameter
masukan akan diberikan skor dan kemudian akan dijumlahkan untuk memperoleh hasil
yang terpilih sesuai prioritas keluaran yang diinginkan. (Sihotang, 2016)
Metode scoring dilakukan dengan membandingkan empat kriteria dari masing –
masing alternatif embung yaitu :

237
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 8, Nomor 1, Tahun 2019, Halaman 234-247
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

‒ Peruntukan Lahan
‒ Volume Tampungan
‒ Reduksi Banjir
‒ Volume Sedimen

Lokasi Potensi Embung


.
Dari studi kelayakan yang dilakukan CV. BINA SARANA, penulis meninjau
kembali lokasi dengan survei lapangan untuk melihat kembali apakah topografi lokasi
tersebut memungkinkan untuk dibuat embung serta mencari lokasi alternatif tambahan
berdasarkan topografinya.
Kriteria topografi yang dipilih adalah daerah yang memiliki kontur cekungan
sehingga tidak diperlukan biaya tambahan untuk membuat area tampungan.

Peruntukan Lahan di Lokasi Embung

Tujuan dari mengetahui peruntukan lahan yang akan digunakan sebagai lokasi
embung adalah untuk mengetahui apakah daerah tersebut merupakan area pemukiman
penduduk, sawah, tegalan atau yang lainnya, sehingga dapat meminimalisir biaya untuk
pembebasan lahan.
Peruntukan lahan di lokasi embung dapat diketahui dengan melakukasn survey dan
melihat langsung kondisi eksisting lokasi yang akan dijadikan lokasi alternatif embung.

Volume Tampungan

Perhitungan volume tampungan mempunyai tujuan untuk membandingkan dari


alternatif lokasi embung yang ada untuk mencari embung mana yang memiliki
tampungan terbesar yang juga berkaitan dengan kemampuan embung tersebut menahan
air lebih banyak sebelum dialirkan lagi ke bagian hilir dari DAS Meteseh, sehingga debit
banjir dapat direduksi.
Parameter yang digunakan dalam perhitungan volume adalah elevasi serta luas area
di setiap elevasinya yang dapat ditentukan dengan menggunakan program AutoCAD.
Rumus yang digunakan untuk menghitung volume embung adalah :

(Soedibyo, 1993)

Dimana :

238
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 8, Nomor 1, Tahun 2019, Halaman 234-247
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

Debit Banjir Rencana

Terdapat tiga stasiun hujan yang dapat digunakan di sekitar lokasi DAS Meteseh
yaitu Stasiun Simongan, Gunungpati dan Pucang Gading
Pembagian luas pengaruh stasiun hujan dilakukan dengan menggunakan metode
Thiessen dengan bantuan software ArcGIS (Gambar 4), sedangkan perhitungan bobot
dilakukan dengan membagi luasan daerah yang berpengaruh dari suatu stasiun hujan
dengan luasan total dari DAS.

Luasan Thiessen DAS Meteseh

“Curah hujan pada suatu daerah merupakan salah satu faktor yang menentukan
besarnya debit yang terjadi pada daerah yang menerimanya” (Sosrodarsono dan Takeda,
1993). Data curah hujan yang dipakai adalah curah hujan maksimum harian rata-rata.
Besarnya curah hujan maksimum harian rata-rata pada setiap tahunnya dihitung
berdasarkan luas daerah pengaruh yang diperoleh dengan metode Thiessen (Gambar 4).
Kemudian dilakukan perhitungan distribusi dengan pengukuran dispersi yang
dilakukan dengan dua cara yaitu data hujan dalam bentuk normal dan data hujan dalam
bentuk logaritma. Data hujan dalam bentuk normal digunakan untuk perhitungan analisis
frekuensi Distribusi Normal dan Distribusi Gumbel, sedangkan data hujan dalam bentuk
logaritma digunakan dalam perhitungan analisis frekuensi Distribusi Log Normal dan
Distribus Log Pearson Tipe III.
Proses perhitungan dispersi dan plotting data dilakukan dengan bantuan program
Aprob .
Dari data yang dihasilkan oleh Aprob kemudian diperoleh data curah hujan rencana
pada periode ulang tertentu dengan empat distribusi berbeda, kemudian dipilih jenis
distribusi yang memiliki selisih maksimum terkecil yaitu Distribusi Log Pearson Tipe
III.
Tahap selanjutnya adalah perhitungan Probable Maximum Precipitation (PMP) yang
kemunculannya diawali oleh ketidakyakinan analisis bahwa suatu rancangan yang
didasarkan pada suatu analisis frekuensi akan betul-betul aman. Meskipun hasil analisis
frekuensi selama ini dianggap yang terbaik dibandingkan dengan besaran lain yang
diturunkan dari model, akan tetapi karena keselamatan manusia ikut tersangkut, maka
analisis tersebut dipandang belum mencukupi. Apapun alasannya keselamatan manusia
harus diletakan urutan ke atas. (Sri Harto. 1993).

239
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 8, Nomor 1, Tahun 2019, Halaman 234-247
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

Setelah di dapatkan nilai curah hujan rencana, kemudian dilakukan perhitungan


intensitas hujan menggunakan metode Mononobe dengan mengasumsikan durasi hujan
yang terjadi adalah selama lima jam untik kemudian digunakan sebagai input pada
program HEC - HMS.
HEC-HMS adalah software yang dikembangkan oleh U.S Army Corps of
Engineering. Software ini digunakan untuk analisis hidrologi dengan mensimulasikan
proses curah hujan dan limpasan langsung (run off) dari sebuah wilayah sungai. HEC-
HMS didesain untuk bisa diaplikasikan dalam area geografik yang sangat luas untuk
menyelesaikan masalah, meliputi suplai air daerah pengaliran sungai, hidrologi banjir dan
limpasan air di daerah kota kecil ataupun kawasan tangkapan air alami. Hidrograf satuan
yang dihasilkan dapat digunakan langsung ataupun digabungkan dengan software lain
yang digunakan dalam ketersediaan air, drainase perkotaan, ramalan dampak urbanisasi,
desain pelimpah, pengurangan kerusakan banjir, regulasi penanganan banjir, dan sistem
operasi hidrologi (U.S Army Corps of Engineering, 2001).
Perhitungan debit banjir rencana dimodelkan dengan bantuan software HEC –
HMS dengan intensitas hujan rencana berbagai periode ulang. Dalam pembuatan skema
jaringan diperlukan beberapa elemen yang memerlukan data berbeda-beda untuk
simulasi debit banjir rencana, diantaranya:
a. Subbasin, data dicari dengan menggunakan bantuan software AutoCad.
b. Reach, data dicari dengan menggunakan bantuan software AutoCad.
c. Junction, hanya menentukan lokasi titik
d. Reservoir, menggunakan input data volume tampungan
Nilai diatas dimasukkan pada setiap elemen yang terdapat di HEC-HMS kemudian
di simulasikan dengan alternatif embung yang memiliki volume tampungan berbeda-beda
secara bergantian, hal ini dilakukan untuk mengetahui embung yang menghasilkan selisih
debit banjir terbesar pada hilir DAS Meteseh. Kemudian disimulasikan juga jika seluruh
alternatif embung dipasang secara bersamaan untuk mengetahui jumlah total reduksinya.

Perhitungan Volume Sedimen

Laju sedimentasi tiap embung harus diperhitungkan untuk menentukan volume


tampungan. Perhitungan sedimentasi pada embung dihitung menggunakan rumus/metode
M-USLE (Modify USLE) dengan program HEC-HMS bersamaan dengan perhitungan
debit banjir yaitu dengan cara memilih parameter sedimen method pada subbasin dengan
metode Modify USLE.
Input data yang digunakan di HEC-HMS untuk perhitungan volume sedimen seperti
erodibilitas, panjang dan kemiringan lereng, faktor penutup lahan dan analisa saringan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Lokasi Potensi Embung

Hasil dari peninjauan kembali alternatif lokasi embung didapatkan bahwa terdapat 1
alternatif embung yang kriterianya sesuai yaitu di daerah Bukit Kencana, namun lima
alternatif lokasi yang lain harus dibatalkan karena alasan topografi yang kurang
mendukung seperti kontur yang berbentuk lurus sehingga diperlukan biaya tambahan
untuk membuat area tampungan. Setelah dianalisis melalui peta topografi dan peninjauan
lokasi di lapangan, di dapat 7 lokasi alternatif embung Kelurahan Meteseh, yaitu di

240
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 8, Nomor 1, Tahun 2019, Halaman 234-247
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

kawasan Ngumpulsari, Bukit Kencana, Sigar Bencah, Mangunharjo, Bulusan serta dua di
kawasan Kedungwinong ( Gambar 5).

Lokasi 7 Alternatif Lokasi Embung di DAS Meteseh

Peruntukan Lahan di Lokasi Embung

Peruntukan lahan masing-masing alternatif embung berdasarkan survey lapangan


dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel Peruntukan Lahan (Haidar dan Mada, 2018)


Lokasi Embung Peruntukan Lahan
Kedungwinong 2 Sawah
Kedungwinong Sawah
Bukit Kencana Pemukiman
Sigar Bencah Sawah
Ngumpulsari Sawah
Mangunharjo Sawah
Bulusan Sawah

.
Berdasarkan hasil yang diperoleh terdapat satu lokasi yang berada di pemukiman
yaitu di wilayah Bukit Kencana, sedangkan enam altenatif lainnya berada di kawasan
persawahan

Volume Tampungan

Hasil perhitungan volume ketujuh alternatif embung dapat dilihat pada Tabel 2

241
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 8, Nomor 1, Tahun 2019, Halaman 234-247
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

Rekapitulasi Luas dan Volume Tampungan (Haidar dan Mada, 2018)


Nama Panjang Luas Volume Elevasi
Bendung (m³) (m)
(m²)
(m)
Kedungwinong 2 288,90 59.546,06 127.604,04 +50
Kedungwinong 171,35 29.249,84 72.678,23 +60
Bukit Kencana 252,95 11.527,37 24.006,18 +52
Sigar Bencah 183,64 14.948,10 24.217,72 +50
Ngumpulsari 186,92 109.955,06 389.699,68 +40
Mangunharjo 185,4 107.880,69 216.114.80 +108
Bulusan 55,44 12.104,33 27.866,44 +46

Lokasi alternatif embung yang memiliki volume terbesar adalah di Ngumpulsari


dengan Volume tampungan sebesar 389.699,68 m³. Sedangkan Volume terkecil berada
di lokasi Bukit Kencana yaitu sebesar 24.217,72 m³

Reduksi Banjir

Rekapitulasi dari hasil perhitungan reduksi banjir pada setiap alternatif embung jika
hanya ada salah satu embung secara bergantian dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel Perbandingan Outflow Eksisting dan Setelah Ada Embung


(Haidar dan Mada, 2018)
No Reservoir Outflow Eksisting Outflow Embung Reduksi
(m³/det) (m³/det) (%)

1 Bukit Kencana 0,5 0,5 0


2 Kedungwinong 19 18 5,26
3 Kedungwinong 2 22 20 9,09
4 Sigar Bencah 6,2 5,9 4,84
5 Ngumpulsari 17,9 13,6 24,02
6 Mangunharjo 9,8 9,3 5,10
7 Bulusan 14,7 14,1 4,08

Sedangkan jika semua alternatif embung dipasang secara bersamaan, nilai


reduksinya menjadi sebesar 9,7 m³/det

242
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 8, Nomor 1, Tahun 2019, Halaman 234-247
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

Volume Sedimen

Rekapitulasi hasil perhitungan sedimentasi per tahun dengan metode Modify USLE
pada setiap alternatif embung dapat dilihat seperti pada Tabel 4.

Perbandingan Sedimentasi Pada Setiap Alternatif Embung (Haidar dan


Mada, 2018)
Nama Sedimentasi Dead Kapasitas Volume
(ton/tahun) Storage Embung Bersih(m³)
(m³) (m³)
Bukit Kencana 0 0 24.006 24.006
Kedungwinong 970,4 29406,06 72.678 43.271,93
Kedungwinong 2 0 0 127.604 127.604
Sigar Bencah 0 0 24.217 24.217
Ngumpulsari 410,2 12430,3 389.699 377.268,69
Mangunharjo 552,2 16733,33 216.115 199.381,66
Bulusan 604,4 18315,15 27.866 9.550,84

Nilai sedimen terbesar ada di lokasi Kedungwinong yaitu sebesar 970,4 ton/tahun.
Penentuan Skoring Embung

Bobot penilaian kriteria kita asumsikan berdasarkan kebutuhan prioritas tujuan


dibangunnya embung yaitu untuk mereduksi debit banjir. Bobot terbesar yaitu 40%
diberikan untuk kriteria Reduksi Banjir Terbesar. Kemudian bobot terbesar kedua adalah
pada kriteria Peruntukan Lahan sebesar 25% yang akan digunakan sebagai lokasi
embung. Kriteria selanjutnya adalah Volume Embung dan besar Sedimentasi yang akan
berpengaruh terhadap banyaknya air yang dapat disimpan sebagai cadangan kebutuhan
air saat musim kemarau, maka diberikan bobot 20% untuk kriteria Volume Embung dan
15% untuk Sedimentasi. Penilaian dari setiap kriteria dapat dilihat pada Tabel 5

Penilaian dari tiap kriteria (Haidar dan Mada, 2018)


KRITERIA BOBOT
Reduksi Banjir 40%
Terbesar
Peruntukan Lahan 25%
Volume Embung 20%
Sedimentasi 15%

243
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 8, Nomor 1, Tahun 2019, Halaman 234-247
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

Sedangkan penilaian pada masing-masing kriteria untuk tiap embung dibuat


berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya.
Tabel penilaian masing-masing kriteria disajikan sebagai berikut :

a. Reduksi Banjir Terbesar


Berdasarkan Tabel 3, reduksi banjir berkisar antara 0 – 24,4 %. Angka reduksi banjir
tersebut di distribusikan menjadi lima kelas dengan interval 5 % seperti pada Tabel 6.
Semakin besar nilai, maka lokasi tersebut lebih diprioritaskan dibanding lokasi yang lain.

Penilaian dari Reduksi Banjir Terbesar (Haidar dan Mada, 2018)


Reduksi debit
Nilai
(%)
0-5 1
5,1 - 10 2
10,1 - 15 3
15,1 – 20 4
20,1 - 25 5

b. Peruntukan Lahan
Peruntukan lahan yang digunakan sebagai lokasi embung dapat dilihat pada Tabel.1.
Dalam penentuan penilaian berdasarkan pada tingkat kemudahan dalam hal pembebasan
lahan, nilai 5 (terbesar) berarti lokasi tersebut mudah untuk dilakukan pembebasan lahan
sedangkan nilai 1 (terkecil) berarti pembebasan lahan lebih sulit di lakukan, seperti
contohnya daerah pemukiman yang biasanya memerlukan biaya besar dan penolakan
maka diberi nilai 1, sedangkan daerah belukar yang biasanya tidak dimiliki oleh
perorangan diberi nilai 5. Penilaian peruntukan lahan selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 7.

Penilaian dari Peruntukan Lahan (Haidar dan Mada, 2018)


Jenis Nilai
Pemukiman 1
Hutan 2
Sawah 3
Tegalan 4
Belukar 5

244
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 8, Nomor 1, Tahun 2019, Halaman 234-247
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

c. Volume Embung
Berdasarkan Tabel 8, volume dari masing-masing alternatif lokasi embung berkisar
antara 24.000 –390.000 m³. Volume embung ini di distribusikan menjadi lima nilai
dengan sebelumnya dilakukan pembulatan menjadi 0 m³ sebagai volume terkecil dan
400.000 m³ sebagai volume tebesar, sedangkan interval untuk ke lima nilainya sebesar
80.000 m³, nilai 5 (terbesar) menyatakan bahwa kapasitas tampungan paling besar dan
lebih diprioritaskan sebagai lokasi yang digunakan karena dapat menyediakan tampungan
dengan volume yang paling besar seperti pada Tabel 8.

Penilaian dari kapasitas tampungan embung (Haidar dan Mada, 2018)


Interval (ribu m³) Nilai
0 – 80 1
81 – 160 2
161 – 240 3
241 – 320 4
321 – 400 5

d. Sedimentasi
Berdasarkan Tabel 4 jumlah sedimen pada setiap alternatif embung berkisar antara 0
– 970 ton/tahun. Angka sedimentasi di distribusikan menjadi lima nilai dengan interval
200 ton/tahun, angka sedimentasi terkecil akan mendapat nilai 5 (terbesar) karena dengan
semakin besarnya jumlah sedimen akan mengurangi volume tampungan yang dapat
disediakan oleh embung tersebut ( Tabel 9).

Penilaian dari Sedimentasi (Haidar dan Mada, 2018)


Interval (ton) Nilai
801 - 1000 1
601 - 800 2
401 – 600 3
201 - 400 4
0 - 200 5

Dari penilaian keempat kriteria diatas dibuat tabel skoring yang membandingkan
total nilai dari ketujuh alternatif lokasi embung (Tabel 10) .
Hasil skoring ini menunjukan alternatif embung di lokasi mana yang lebih di
prioritaskan untuk dibangun terlebih dahulu sesuai urutan nilai dari besar ke kecil.

245
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 8, Nomor 1, Tahun 2019, Halaman 234-247
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

Dapat disimpulkan juga bahwa embung altenatif yang memiliki total nilai terbesar
dan paling diprioritaskan untuk dibangun berada di wilayah Ngumpulsari.

Tabel Skoring Alternatif 7 Embung di Meteseh (Haidar dan Mada, 2018)


NO. Lokasi Penilaian Kriteria Total
Embung Nilai
Reduksi Peruntukan Volume Sedimentasi
Banjir Lahan Embung
Terbesar
40% 25% 20% 15%
1 Ngumpulsari Nilai 5 3 5 3 4,2
Hasil 2 0,75 1 0,45
2 Mangunharjo Nilai 2 3 3 3 2,6
Hasil 0,8 0,75 0,6 0,45
3 Kedungwinong Nilai 2 3 1 5 2,5
Hasil 0,8 0,75 0,2 0,75
4 Bulusan Nilai 1 3 1 4 1,95
Hasil 0,4 0,75 0,2 0,6
5 Kedungwinong Nilai 2 3 1 1 1,9
2
Hasil 0,8 0,75 0,2 0,15
6 Sigar Bencah Nilai 1 3 1 1 1,5
Hasil 0,4 0,75 0,2 0,15
7 Bukit Kencana Nilai 1 1 3 1 1,4
Hasil 0,4 0,25 0,6 0,15

4. KESIMPULAN
Hal-hal yang dapat disimpulkan dari pembahasan ini adalah sebagai berikut :
1. Lokasi alternative embung yang dapat diprioritaskan untuk dibangun di
Kelurahan Meteseh berlokasi di Desa Ngumpulsari yang dapat mereduksi debitu
banjir sebesar 4,3 m3/det.
2. Apabila seluruh embung dibangun maka total debit banjir yang bisa direduksi
adalah sebesar 9,7 m3/det.

5. SARAN
Beberapa saran yang berkaitan adalah sebagai berikut :

246
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 8, Nomor 1, Tahun 2019, Halaman 234-247
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

1. Untuk mengurangi jumlah sedimen yang masuk ke embung, maka perlu dilakukan
tindakan konservasi, baik dengan konservasi lahan maupun dengan normalisasi
sungai Meteseh dan sungai-sungai di bagian hulu.
2. Partisipasi masyarakat dalam pembinaan, pengendalian dan penanggulangan
banjir secara intensif sangat berpengaruh dalam mengatasi masalah banjir di masa
mendatang.
3. Untuk penentuan skoring kriteria yang digunakan pada studi ini masih
berdasarkan asumsi sendiri. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik maka bobot
penilaiannya harus ditentukan dengan menyebar kuisioner kepada para ahli.

4. DAFTAR PUSTAKA

Haidar, Farid dan Mada Prakoso S. 2018. Perencanaan Embung Ngumpulsari di


Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Semarang: Tugas
Akhir
Harto, Sri. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta: Erlangga.
Sihotang, Doni M. 2016. Metode Skoring dan Metode Fuzzy dalam Penentuan Zona
Resiko Malaria di Pulau Flores. JNTETI, Volume 5(4), 302-308.
Soedibyo. 1993. Teknik Bendungan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Sosrodarsono, Suyono. 1993. Bendungan Type Urugan. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.
Triatmodjo, Bambang. 2008. Hidrologi Terapan. Yogyakarta : Betta Offset.
US. Army Corps of Engineering, Hidrologic Engineering Center. 2001. Hidrologic
Modeling System HEC-HMS. User’s Manual.

247

Anda mungkin juga menyukai