Kode etik PAII ini dikutip dadr buku Standar Profesional Audit Internal karangan Hiro
Tugiman (1997).
Kode etik PAII secara lengkap diberikan pada Lampiran 6 bagian akhir buku ini.
Ada dua katerogi kode etik yang diterapkan oleh PAII, yaitu kode etik PAII dank ode
etik Qualified Internal Auditor (QIA). Kode etik PAII berlaku bagi organisasi profesi dan
semua anggota PAII yang bekerja pada departemen/bagian audit internal suatu
organisasi/perusahaan. Kode etik QIA adalah kode etik bagi anggota yang telah memperoleh
kualifikasi/sertifikasi QIA melalui suatu pendidikan formal yang diterapkan oleh PAII. Perlu
dipahami bahwa saat ini yang berprofesi pada departemen/bagian auditinternal tidak
seluruhnya mempunyai kualifikasi gelar atau sertifikat QIA. Kode etik QIA diterapkan oleh
Dewan Sertifikat QIA. Pasal-pasal dalam kode etikQIA tidak memasukkan Pasal 1 dan 9 dari
kode etik PAII.
Ringkasan Kode Etik PAII dengan menggunakan model pada Gambar 9.1 dapat dilihat
pada Tabel 9.4.
Tabel 9.3
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik PAII
Kode etik PAII terlihat sangat singkat dan sederhana.karena terlalu singkat dan
sederhana, ada beberapa hal yang peraturannya tidak jelas dan/atau lengkap, yaitu:
Hal yang patut dicatat adalah bahwa dalam kode etik PAII dicantumkan asas Pancasila
dan Undang-Undang Dasar1945, sesuatu yangjarangdijupai pada kode etik profesi lainnya.
KODE ETIK PSIKOLOGI INDONESIA
Kode Etik Psikologi Indonesia disajikan secara lengkap pada Lampiran 7 dibagian akhir buku
ini. Kode etik ini berlaku bagi ilmuwan psikologi dan psikolog. Kedua profesi ini dibedakan
berdasarkan latar belakang pendidikan mereka, di mana latar belakang pendidikan ini
menentukan boleh atau tidaknya seseorang melakukan praktik psikologi. Para ilmuwan
psikologi dalam batas-batas tertentu dapat memberikan jasa psikologi, tetapi tidak boleh
menjalankan praktik psikologi. Praktik psikologi hanya boleh dilakukan oleh para psikologi.
Dengan menggunakan model penalaran pada Gambar 9.1, esensi dari kode etik psikologi
dapat dirangkum seperti terlihat pada Tabel 9.5 berikut ini.
Tabel 9.4
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Psikologi
3.2 Keterampilan (skill) Psikolog adalah Sarjana Psikologi yang telah mengikuti
pendididkan tinggi psikologi strata1 (S1) dengan
kurikulum lama (Sistem Paket Murni).
Perguruan Tinggi Negeri (PTN); atau Sistem Kredit
Semester (SKS) PTN; atau Kurikulum Nasional (SK
Mendibud Nomor 18/D/0/1993) yang meliputi pendidikan
program akademik (Sarjana Psikologi) dan program
pendidikan profesi (Psikolog); atau kurikulum lama
Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang sudah mengikuti
ujian Negara sarjana psikologi; atau pendidikan tinggi
psikologi di luar negeri yang sudah mendapat akreditasi
dan disetarakan dengan psikolog Indonesia oleh Direktorat
Pendidikan Tinggi (Dikti) Departemen Pendididkan
Nasional (Depdiknas RI). Sarjana Psikologi dengan
kriteria tersebut dinyatakan berhak dan berwenang untuk
melakukan praktik psikologi di wilayah hukum Negara
Republik Indonesia. Sarjana Psikologi menurut kriteria ini
juga dikenal dan disebut sebagai psikolog. Untuk
melakukan praktik psikologi, Sarjana Psikologi yang
tergolong kriteria ini diwajibkan memiliki izin praktik
psikologi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3.3 Sikap prilaku:
(attidute)
Menyangkut diri Kesadaran diri tentang Pancasila dan UUD 1945
(pribadi) Mengindahkan etika dan nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat (Pasal 4a)
Menjaga citra profesi (Pasal 4b)
Memiliki objektivitas, kejujuran, integritas, bersikap
bijak, dan hati-hati (Pasal 2)
Hubungan rekan Saling menghormati dan menjaga hak-hak serta nama baik
sederajat rekan (Pasal 5a)
Saling memberi profesi (Pasal 5b)
Saling mengingatkan untuk mencegah pelanggaran etik
(Pasal 5c)
Menghargai karya cipta rekan sejawat/pihak lain (Pasal
15)
Tabel 9.4
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Psikologi (Lanjutan)