I. PENGETAHUAN ILMU HUKUM, TEORI HUKUM, DAN FILSAFAT HUKUM (BOBOT 20%)
1 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
2 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
3 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
4 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
5 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
6 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
mutasyabih, mujmal,
musykil.
38. Pengertian dan perbedaan
antara ‘ibarat al-nash,
isyarat al-nash, dalalah al-
nash, dan iqtidha’ al-nash.
39. Pengertian dan perbedaan
Mashlahah mu’tabarah
Mashlahah Mulghah
7 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
8 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
9 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
10 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
11 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
12 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
posita/fundamen-tum
petendi, dan petitum)
12. Perbedaan antara fakta
kejadian (feitelijk gronden)
dengan fakta hukum
(rechtstelijk gronden) dalam
posita
13. Pengertian petitum primer
dan subsider
14. Pengertian gugatan provisi
dan gugatan pokok
15. Pengertian kumulasi gugatan
(subjektif dan objektif)
beserta contoh
16. Gugatan pokok (primer) dan
pelengkap (accessoire) serta
kaitan keduanya
17. Pengertian concursus
(perbarengan) beserta contoh
18. Syarat-syarat dan konseku-
ensi hukum perubahan atau
pencabutan gugatan
19. Pengajuan gugatan/permo-
honan secara prodeo
20. Pengertian surat kuasa dan
syarat-syarat sah surat kuasa
13 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
C. Persiapan Persidangan
26. Penunjukan majelis hakim,
panitera pengganti dan
jurusita/jurusita pengganti
(pejabat yang menerbitkan)
14 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
D. Persidangan
30. Tahapan persidangan:
- Upaya perdamaian/
mediasi
- Pembacaan
gugatan/permohonan
- Jawaban tergugat
- Replik pengugat
- Duplik tergugat
- Pembuktian
- Kesimpulan
- Musyawarah majelis
15 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
- Pembacaan putusan
16 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
17 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
- eksepsi kewenangan
diperiksa sebelum pokok
perkara
- eksepsi di luar
kewenangan diperiksa
bersama-sama dengan
pokok perkara
40. Pengertian: mengakui,
membantah, dan reperte.
41. Gugatan balik (rekonvensi):
pengertian, tujuan dan
syarat-syaratnya
42. Pengertian, bentuk, dan
syarat-syarat intervensi
(voeging, vrijwaring, dan
tussenkomst)
43. Perbedaan antara voeging,
vrijwaring, dan tussenkomst
beserta contohnya.
Pembuktian
44. Pengertian dan dasar hukum
pembuktian
45. Pengertian beberapa asas
pembuktian
46. Macam-macam alat bukti
dalam hukum perdata
18 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
19 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
20 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
E. Upaya hukum
21 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
F. Penyitaan
78. Pengertian dan tujuan
sita/penyitaan
79. Sita jaminan (conservatoir
beslag): pengertian, objek,
dan syarat-syaratnya
80. Sita revindikator: pengertian,
objek, dan syarat-syaratnya
22 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
G. Eksekusi
86. Pengertian dan asas-asas
eksekusi
87. Pelaksana dan penanggung
jawab eksekusi di pengadilan
88. Macam-macam eksekusi (riil
dan pembayaran sejumlah
uang)
89. Pengertian dan akibat hukum
dari eksekusi yang non
eksekutable
90. Pendelegasian eksekusi dan
eksekusi lanjutan
23 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
III. HUKUM MATERIIL PERADILAN AGAMA: HUKUM JINAYAT (BOBOT 25% DARI 50%)
24 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
25 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
26 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
27 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
28 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
29 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
30 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
III. HUKUM MATERIIL PERADILAN AGAMA: HUKUM KELUARGA (BOBOT 25% DARI 50%)
31 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
32 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
33 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
34 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
D. Kelahiran
24. Penentuan sah/tidaknya
anak:
- pengertian;
- siapa yang mengajukan;
- diajukan kemana;
25. Penentuan asal-usul anak:
- siapa yang mengajukan;
- diajukan kemana;
26. Penentuan status
anak/pengakuan anak
- siapa yang mengajukan;
- diajukan kemana;
E. Pemeliharaan Anak
27. Perwalian terhadap anak:
- batas usia anak;
- siapa yang mengajukan
perwalian;
36 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
- diajukan kemana;
28. Pencabutan kekuasaan
orang tua:
- syarat-syarat pencabutan;
- siapa yang mengajukan;
- diajukan kemana;
29. Penunjukan/penggantian
wali:
- syarat-syarat pengantian;
- siapa yang mengajukan;
- diajukan kemana;
30. Pemecatan wali:
- syarat-syarat pemecatan;
- siapa yang mengajukan;
- diajukan kemana;
31. Kewajiban orang tua/wali
terhadap anak:
- sebutkan kewajiban orang
tua/wali terhadap anak;
- siapa yang mengajukan;
- diajukan kemana;
- kapan anak dewasa;
32. Pengangkatan anak (anak
sipil, anak terlantar):
- pengertian;
- siapa yang mengajukan;
- diajukan kemana;
37 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
39 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
- oleh siapa;
41. Sita marital atas harta
perkawinan:
- pengertian;
- dasar hukum;
- syarat-syarat;
- siapa yang memohon;
- diajukan kemana;
42. Harta bawaan suami-istri:
- pengertian;
- dasar hukum;
- hak dan kewajiban;
G. Putusnya Perkawinan
43. Penentuan putusnya perka-
winan karena kematian:
- pengertian;
- akibat hukum;
- hak dan kewajiban;
- lama waktu tunggu suami
atau istri;
44. Perceraian atas kehendak
suami (cerai talak):
- pengertian;
- akibat hukum;
- alasan-alasan;
- diajukan kemana;
40 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
41 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
I. Kematian
49. Penetapan kematian secara
yuridis, misalnya karena
mafqud (Pasal 96 ayat (2)
KHI):
- pengertian;
- syarat-syarat;
- diajukan siapa;
- diajukan kemana;
50. Penetapan sah/tidaknya
wasiat:
- pengertian;
- syarat-syarat sahnya
wasiat;
- jika terjadi sengketa
diajukan siapa dan
kemana;
42 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
III. HUKUM MATERIIL PERADILAN AGAMA: HUKUM EKONOMI SYARIAH ) (BOBOT 25% DARI 50%)
43 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
44 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
45 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
46 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
C. Perbankan Syari’ah/Unit
Usaha Syari’ah
47 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
E. Reksadana Syariah/Surat
Berharga Syariah
44. Pihak sahib al-mal/rabb al
mal dalam reksa dana
syari'ah.
45. Lembaga resmi yang
bertugas menjamin agar
reksa dana syariah
beroperasi tanpa
menyalahi aturan
kesyariahan.
46. Pengertian dan jenis-jenis
saham yang tidak sesuai
dengan prinsip/ketentuan
syariah.
47. Lembaga yang memiliki
kewenangan dalam
penetapan fatwa di bidang
syariah.
48 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
F. Penyelesaian Sengketa
Ekonomi Syariah
48. Undang-undang/PERMA
yang mengatur tentang
penyelesaian sengketa
ekonomi syariah.
49. Penngertian dan dasar
hukum gugatan sederhana
dalam ekonomi syariah
50. Forum litigasi dan non
litigasi dalam penyelesaian
sengketa ekonomi syariah
serta perbedaannya.
49 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
III. HUKUM MATERIIL PERADILAN AGAMA : HUKUM PERDATA SOSIAL [HUKUM WARIS, WASIAT, HIBAH, WAKAF, ZAKAT,
INFAQ DAN SHADAQAH] (BOBOT 25% DARI 50%)
50 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
51 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
C. Hukum Perwakafan
21. Pengertian dan ruang
lingkup wakaf
22. Praktik perwakafan di
Indonesia
23. Dimensi perlindungan
harta wakaf
24. Prinsip-prinsip terpenuhi-
nya Kriteria wakaf
25. Penentuan benda wakaf
26. Ikrar wakaf
27. Penerapan fikih wakaf di
Indonesia
28. Implementasi yuridis
wakaf dalam hukum positif
29. Perkembangan wakaf tunai
30. Prosedur penerbitan akta
ikrar wakaf
31. Jenis-jenis perkara wakaf
di Indonesia
32. Pembuktian dan penyele-
saian perkara istbat wakaf
33. Hak penguasaan yuridis
atas tanah wakaf
34. Prosedur peralihan tanah
wakaf
52 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
D. Hukum Zakat
36. Pengertian dan ruang
lingkup;
37. Dasar hukum zakat
38. Peran pemerintah dalam
pengelolaan zakat
39. Perkembangan zakat
dalam peraturan
perundang-undangan
40. Bentuk sengketa zakat di
pengadilan agama
E. Hukum Infak
41. Pengertian infak;
42. Dasar hukum infak;
43. Syarat sah infak;
44. Rukun infak;
45. Infak dalam Kompilasi
Hukum Islam
F. Hukum Shadaqah
46. Pengertian Shadaqah;
53 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA
54 | Halaman