Anda di halaman 1dari 55

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA


KAMAR AGAMA 0 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

KISI-KISI TES KEMAMPUAN BIDANG (TKB)


HUKUM PENUNJANG DAN KOMPETENSI CALON HAKIM PERADILAN AGAMA
TAHUN ANGGARAN 2017

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

I. PENGETAHUAN ILMU HUKUM, TEORI HUKUM, DAN FILSAFAT HUKUM (BOBOT 20%)

MATERI DAN SUB MATERI BENTUK


NO INDIKATOR UMUM INDIKATOR SOAL JML BOBOT
SOAL SOAL
1. Hakim peradilan agama 1. Soal-soal dibuat A. ILMU HUKUM: Multiple 60 kisi 20%
sebagai praktisi dalam untuk memperoleh choice/
1. Menunjukkan kedudukan
penegakan hukum Islam hakim peradilan Pilihan
Mahkamah Agung dalam
harus memiliki pengeta- agama yang berganda
sistem ketatanegaraan
huan yang cukup bahwa memiliki perspektif a, b, c, d,
Indonesia
hukum materiil dan normatif (internal) dan e.
2. Menyebutkan Ketua
hukum formil (hukum dan perspektif
Mahkamah Agung saat ini;
terapan dan hukum acara) empirik eksternal).
3. Masa bakti/priodesasi Ketua
yang diberlakukan di 2. Soal-soal dibuat
Mahkamah Agung;
pengadilan dalam untuk menjaring
4. Menyebutkan jumlah Wakil
lingkungan peradilan dan memperoleh
Ketua Mahkamah Agung
agama adalah bagian dari pengetahuan di
saat ini;
ilmu hukum yang bidang interpretasi

1 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

menempatkan tatanan hukum, hermeneu- 5. Menunjukkan Pembagian


hukum nasional sebagai tika hukum, meto- kamar-kamar pada
objek kajian ilmu hukum. dologi penemuan Mahkamah Agung dan dasar
hukum, argumen- hukumnya.
tasi hukum, logika 6. Pengertian one roof system
hukum, dan lain- peradilan di Indonesia
lain. 7. Pengertian dan perbedaan
comman law system dan civil
LEVEL KOGNITIF law system
• Mendeskripsikan 8. Menunjukkan/menjelaskan
• Menjelaskan Kedudukan & tugas Komisi
• Menentukan Yudisial dalam sistem
• Mengidentifikasi ketatanegaraan Indonesia
• Menyebutkan 9. Hubungan kerja antara
Mahkamah Agung dengan
• Menunjukkan
Komisi Yudisial
• Membandingkan 10. Menjelaskan Kedudukan
• Membedakan Mahkamah Konstitusi.
• Memberi contoh 11. Menjelaskan kedudukan,
tugas dan fungsi pengadilan
tinggi agama
12. Menjelaskan kedudukan,
tugas dan fungsi pengadilan
agama
13. Menunjukkan Pejabat yang
berwenang mengangkat
sumpah Ketua Mahkamah.

2 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

14. Pejabat yang berwenang


mengangkat dan melantik
ketua pengadilan tinggi
agama.
15. Pejabat yang berwenang
mengangkat dan melantik
ketua pengadilan agama
16. Menyebutkan Peraturan per-
UU-an tentang:
- Kekuasaan Kehakiman
- Mahkamah Agung
- Peradilan Umum
- Peradilan Agama
- Peradilan Militer
- Peradilan Tata Usaha
Negara
17. Menunjukkan faktor-faktor
yang mempengaruhi
penegakkan hukum
(struktur hukum, substansi
hukum, dan budaya hukum)
18. Menunjukkan subjek hukum
menurut KUHPerdata
19. Hirarki tata urutan
peraturan perundang-
undangan dan fungsi

3 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

masing-masing dan UU yang


mengatur hirarkhi tersebut.
20. Membedakan asas, kaidah,
dan norma hukum
21. Menjelaskan beberapa asas
dan adagium hukum:
- Lex specialist de rogat lex
generalist
- Lex superior de rogat lex
apriori
- Ius curia novit
- Equality before the law
- Fiat justicia ruat caelum
- Facta sunt potentiora
verbis.
- Ubi societas, ibi jus
- la bouche de la loi/la
bouche de droit
22. Menjelaskan tujuan hukum
menurut teori Gustav
Radbruch.

2. Hakim Peradilan Agama Soal-soal dibuat untuk B. TEORI HUKUM:


sebagai praktisi dalam menjaring dan
23. Menjelaskan aliran-aliran
penegakan hukum Islam memperoleh hakim
penemuan hukum:
harus memiliki Peradilan Agama yang
- Legisme
pengetahuan yang cukup memiliki pengetahuan
- Historis

4 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

bahwa hukum materiil penunjang di bidang - Begriffsjurisprudenz


dan hukum formil ajaran hukum, - Penemuan hukum
(hukum terapan dan hubungan hukum dan modern
hukum acara) yang logika, metodologi 24. Menjelaskan macam-macam
diberlakukan di hukum. penafsiran hukum:
pengadilan dalam - Gramatikal
lingkungan peradilan - Nasional
agama adalah bagian dari - Sistematis (dogmatis)
hukum positif sebagai - Ekstensif
sebuah sistem negara. - Restriktif
- Argumentum a contrario
- Analogis
- Komparatif
- Futuristis
- dan lain-lain.
25. Menjelaskan pengertian dan
ruang lingkup hermeneutika
hukum
26. Menjelaskan pengertian
politik hukum
27. Menjelaskan teori hukum
progresif: menunjukkan
tokoh di dalam dan luar
negeri.
28. Menjelaskan dan
membedakan syariah, fikih,
dan hukum Islam.

5 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

29. Menjelaskan asas-asas


hukum Islam.
30. Menjelaskan/menunjukkan
kaidah-kaidah ushuliyah dan
fiqhiyah.
31. Menjelaskan pengertian dan
memberi contoh keadilan
komutatif
32. Menjelaskan pengertian dan
memberi contoh keadilan
distributif
33. Menjelaskan dan
membedakan keadilan
substantif dan keadilan
prosedural.
34. Menjelaskan pengertian dan
ruang lingkup maqashid al-
syariah
35. Pengertian ijma’, qiyas,
istihsan, istishab, al-
maslahah al-mursalah, dan
‘urf,
36. Maksud penalaran bayani,
qiyasi, dan istishlahi
37. Menjelaskan dan
membedakan zahir, nash,
mufassar, muhkam,

6 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

mutasyabih, mujmal,
musykil.
38. Pengertian dan perbedaan
antara ‘ibarat al-nash,
isyarat al-nash, dalalah al-
nash, dan iqtidha’ al-nash.
39. Pengertian dan perbedaan
Mashlahah mu’tabarah
Mashlahah Mulghah

3 Hakim peradilan agama 1. Soal-soal dibuat C. PENGEMBANGAN HUKUM


sebagai praktisi dalam untuk menjaring OLEH HAKIM:
penegakan hukum Islam calon hakim 40. Menjelaskan pengertian
dalam menjalankan tugas peradilan agama ijtihad dan macam-
sebagai hakim harus yang memiliki macamnya.
merefleksikan dan pengetahuan di 41. Membedakan ijtihad istin-
mengembangkan diri bidang hukum, bathi dengan ijtihad tathbiqi
sebagai ilmuan (teoritisi) teori hukum, dan .
dan sebagai profesi filsafat hukum. 42. Menjelaskan pengertian
penegak hukum (praktisi) 2. Soal-soal dibuat contra legem dan batasannya
pada setiap putusan yang untuk menjaring (bidang hukum formil atau
dijatuhkan. dan memperoleh materiil).
calon hakim 43. Menjelaskan penemuan
peradilan agama hukum (rechtsvinding) dan
yang memiliki pembentukan hukum
pengetahuan dan (rechtsforming)
keterampilan

7 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

pembentukan 44. Menjelaskan dan


hukum atau menunjukkan dan memberi
pembuatan contoh macam-macam fungsi
putusan, penemuan hukum:
hukum, dan - Pengawasan dan
bantuan hukum pengendalian sosial
demi terwujudnya (social control)
proses persidangan - Penyelesaian sengketa
yang sederhana, (dispute settlement)
cepat, dan biaya - Rekayasa sosial (social
ringan. engineering)
45. Menunjukkan Surat
Keputusan Bersama
Mahkamah Agung dengan
Komisi Yudisial tentang
Pedoman Prilaku Hakim
(PPH)
46. Menyebutkan macam-
macam kode etik hakim
47. Menjelaskan makna kode
etik hakim wajib jujur
disertai contoh.
48. Menjelaskan makna kode
etik hakim wajib profesional
disertai contohnya

8 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

49. Menjelaskan makna kode


etik hakim wajib berdisiplin
disertai contoh
50. Makna hakim wajib
berintegritas disertai contoh
51. Menjelaskan makna kode
etik hakim wajib mandiri
disertai contoh
52. Menjelaskan makna kode
etik hakim wajib adil disertai
contoh
53. Menjelaskan makna gambar
kartika (bintang) pada
lambang hakim
54. Menjelaskan makna gambar
cakra (panah) pada lambang
hakim
55. Menjelaskan makna gambar
tirta (air) pada lambang
hakim
56. Menjelaskan makna gambar
candra (bulan) pada lambang
hakim
57. Menjelaskan makna gambar
sari (bunga) pada lambang
hakim.

9 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

58. Menunjukkan hal-hal yang


terlarang dilakukan oleh
hakim beserta contohnya
menurut Pedoman Prilaku
Hakim (PPH)
59. Menjelaskan Hakim wajib
menggali hukum yang hidup
di tengah-tengah
masyarakat (the living of
law)
60. Menjelaskan Pengertian
mengkonstatir, kualifisir dan
konstitutif pada langkah
hakim dalam dalam
memutus perkara.

10 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

KISI-KISI TES KEMAMPUAN BIDANG (TKB)


HUKUM PENUNJANG DAN KOMPETENSI CALON HAKIM PERADILAN AGAMA
TAHUN ANGGARAN 2017

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

II. HUKUM FORMIL (HUKUM ACARA) PERADILAN AGAMA (BOBOT 30%)

MATERI DAN SUB MATERI BENTUK


NO INDIKATOR UMUM INDIKATOR SOAL JML BOBOT
SOAL SOAL
- Hakim Peradilan Agama 1. Soal-soal dibuat A. Pengertian, Dasar Hukum, dan Multiple 90 kisi 30%
sebagai praktisi dalam untuk menjaring Asas Hukum Acara Peradilan choice/
penegakan hukum Islam calon hakim Agama Pilihan
dalam menjalankan tugas peradilan agama 1. Pengertian hukum formil dan berganda a,
sebagai hakim harus yang memahami perbedaannya dengan hukum b, c, d, dan
menerapkan hukum acara dan mengetahui materiil e.
baik yang berlaku secara hukum acara 2. Dasar hukum acara peradilan
umum (lex generalist) peradilan agama agama
maupun secara khusus (lex baik secara teoritis 3. Asas-asas hukum acara
specialist) di pengadilan maupun praktis. peradilan agama
dalam lingkungan peradilan 4. Tugas pokok dan
agama. 2. Soal-soal dibuat kewenangan peradilan
untuk menjaring agama

11 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

calon hakim 5. Perbedaan antara


peradilan agama kompetensi absolut dan
yang memahami relatif peradilan agama
hukum acara
peradilan agama
baik yang berlaku
secara umum
maupun khusus.

LEVEL KOGNITIF B. Sekitar Gugatan/Permohonan


• Mendeskripsikan 6. Pengertian dan dasar hukum
• Menjelaskan gugatan/permohonan
• Menentukan 7. Syarat-syarat pengajuan
• Mengidentifikasi suatu gugatan/permohonan
• Menyebutkan 8. Perbedaan antara perkara
voluntair dengan contentiosa
• Menunjukkan
beserta contoh
• Membandingkan 9. Pengajuan gugatan/
• Membedakan permohonan secara lisan atau
• Memberi contoh tertulis
10. Maksud tempat pengajuan
gugatan (actor secuitur forum
rei; forum rei sitae; actor
secuitur forum rei dengan hak
opsi)
11. Unsur-unsur suatu gugatan/
permohonan (identitas,

12 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

posita/fundamen-tum
petendi, dan petitum)
12. Perbedaan antara fakta
kejadian (feitelijk gronden)
dengan fakta hukum
(rechtstelijk gronden) dalam
posita
13. Pengertian petitum primer
dan subsider
14. Pengertian gugatan provisi
dan gugatan pokok
15. Pengertian kumulasi gugatan
(subjektif dan objektif)
beserta contoh
16. Gugatan pokok (primer) dan
pelengkap (accessoire) serta
kaitan keduanya
17. Pengertian concursus
(perbarengan) beserta contoh
18. Syarat-syarat dan konseku-
ensi hukum perubahan atau
pencabutan gugatan
19. Pengajuan gugatan/permo-
honan secara prodeo
20. Pengertian surat kuasa dan
syarat-syarat sah surat kuasa

13 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

21. Perbedaan surat kuasa


umum dengan surat kuasa
khusus
22. Maksud dan perbedaan
antara surat kuasa insidentil
dengan surat kuasa istimewa
23. Kedudukan dan batas
wewenang dan pihak formil
dalam hukum perdata
24. Pengertian istilah-istilah
hukum: legal standing,
plurium litis consortium,
error in persona,
diskualifikasi in person,
obscuur libel, nebis in idem,
prematur, dilatoir, dan lain-
lain.
25. Pengertian Posbakum dan
sidang keliling

C. Persiapan Persidangan
26. Penunjukan majelis hakim,
panitera pengganti dan
jurusita/jurusita pengganti
(pejabat yang menerbitkan)

14 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

27. Jurusita/jurusita pengganti


dan tupoksinya di pengadilan
agama
28. Panitera/panitera pengganti
dan tupoksinya
29. Tata cara pemanggilan para
pihak:
- dalam wilayah hukum
- di luar wilayah hukum
(tabâyun/delegasi/Perma
Nomor 6 Tahun 2015)
- ke luar negeri
- Ghaib/mas media.

D. Persidangan
30. Tahapan persidangan:
- Upaya perdamaian/
mediasi
- Pembacaan
gugatan/permohonan
- Jawaban tergugat
- Replik pengugat
- Duplik tergugat
- Pembuktian
- Kesimpulan
- Musyawarah majelis

15 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

- Pembacaan putusan

31. Pengertian beberapa asas


persidangan:
- Terbuka untuk umum
- Audi et alteram partem
- Hakim bersifat pasif
- Hakim bersifat menunggu
- Beracara dikenakan biaya
- Tidak harus diwakilkan
- Putusan harus disertai
alasan-alasan
- dan lain-lain
Mediasi
32. Dasar hukum perdamaian
(Pasal 130 HIR/Pasal 154
R.Bg.
33. Dasar hukum mediasi di
pengadilan (Perma Nomor 1
Tahun 2016)
34. Pengertian istilah-istilah
penting dalam mediasi:
- Mediasi
- Mediator
- Kaukus
- Kesepakatan perdamaian

16 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

- Iktikad baik dan tidak


beriktikad baik dalam
mediasi
- Kesepakatan perdamaian
sebagian (subjek dan
objek)
- Putusan perdamaian
- dan lain-lain
35. Pengertian beberapa asas
dalam mediasi

Jawaban, Replik, Duplik


36. Tangkisan (eksepsi) tergugat
dan jawabannya atas pokok
perkara serta perbedaan
keduanya
37. Bentuk-bentuk eksepsi
kewenangan (absolut dan
relatif)
38. Bentuk-bentuk eksepsi di
luar kewenangan (formil dan
materil)
39. Cara memeriksa eksepsi
kewenangan dan di luar
kewenangan:

17 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

- eksepsi kewenangan
diperiksa sebelum pokok
perkara
- eksepsi di luar
kewenangan diperiksa
bersama-sama dengan
pokok perkara
40. Pengertian: mengakui,
membantah, dan reperte.
41. Gugatan balik (rekonvensi):
pengertian, tujuan dan
syarat-syaratnya
42. Pengertian, bentuk, dan
syarat-syarat intervensi
(voeging, vrijwaring, dan
tussenkomst)
43. Perbedaan antara voeging,
vrijwaring, dan tussenkomst
beserta contohnya.

Pembuktian
44. Pengertian dan dasar hukum
pembuktian
45. Pengertian beberapa asas
pembuktian
46. Macam-macam alat bukti
dalam hukum perdata

18 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

47. Pengertian alat bukti tertulis


48. Macam-macam alat bukti
tertulis
49. Kekuatan hukum alat bukti
tertulis
50. Pengertian alat bukti saksi
51. Batas minimal alat bukti
saksi
52. Kekuatan alat bukti saksi di
persidangan
53. Pengertian alat bukti
pengakuan
54. Macam-macam pengakuan
(murni, berkualifikasi,
berklausula)
55. Kekuatan hukum alat bukti
pengakuan
56. Pengertian alat bukti sumpah
57. Macam-macam alat bukti
sumpah
58. Kekuataan hukum alat bukti
sumpah
59. Pengertian alat bukti
persangkaan
60. Macam-macam dan kekuatan
hukum alat bukti
persangkaan

19 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

61. Pengertian dan tujuan


pemeriksaan setempat
(decente)
62. Kedudukan keterangan ahli
dalam persidangan perdata
63. Istilah-istilah penting dalam
pembuktian:
- Unus testis nullus testis
- Saksi de auditu
- Onsplitsbaar eveu
- Aveu pur et simple
- Decissoired
- Delat
- Deferent
- Litis decisoire
- Desecente
- Facta sun servanda

Musyawarah Majelis dan


Putusan

64. Maksud dan asas hukum


musyawarah majelis
65. Makna disenting opinion dan
tujuannya

20 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

66. Maksud putusan declaratoir,


constitutif, dan condemnatoir
serta contoh
67. Pengertian:
- Tidak dapat diterima (niet
onvantkelijk veerklaard)
- dikabulkan
- ditolak
- digugurkan
- dicoret
dan akibat hukum masing-
masingnya.
68. Putusan sela dan putusan
akhir (pengertian, unsur-
unsur dan perbedaannya)
69. Putusan verstek dan upaya
hukumnya
70. Putusan contradictoir dan
upaya hukumnya
71. Macam-macam kekuatan
putusan:
- mengikat
- pembuktian
- eksekutorial

E. Upaya hukum

21 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

72. Pemberitahuan putusan dan


perhitungan masa in kracht
(BHT) putusan
73. Upaya hukum verzet
(pengertian, batas waktu dan
syarat-syaratnya)
74. Upaya hukum banding
(pengertian, batas waktu dan
syarat-syaratnya)
75. Upaya hukum kasasi
(pengertian, batas waktu dan
syarat-syaratnya)
76. Upaya hukum peninjauan
kembali (pengertian, batas
waktu dan syarat-syaratnya)
77. Derden verzet (pengertian,
batas waktu dan syarat-
syaratnya)

F. Penyitaan
78. Pengertian dan tujuan
sita/penyitaan
79. Sita jaminan (conservatoir
beslag): pengertian, objek,
dan syarat-syaratnya
80. Sita revindikator: pengertian,
objek, dan syarat-syaratnya

22 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

81. Sita marital/harta bersama:


pengertian, objek, dan syarat-
syaratnya
82. Sita eksekusi: pengertian,
objek, dan syarat-syaratnya
83. Pengertian perlawanan pihak
ketiga terhadap sita
84. Pengertian dan kedudukan
sita penyesuaian
85. Pengangkatan sita dan
tujuannya

G. Eksekusi
86. Pengertian dan asas-asas
eksekusi
87. Pelaksana dan penanggung
jawab eksekusi di pengadilan
88. Macam-macam eksekusi (riil
dan pembayaran sejumlah
uang)
89. Pengertian dan akibat hukum
dari eksekusi yang non
eksekutable
90. Pendelegasian eksekusi dan
eksekusi lanjutan

23 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

KISI-KISI TES KEMAMPUAN BIDANG (TKB)


HUKUM PENUNJANG DAN KOMPETENSI CALON HAKIM PERADILAN AGAMA
TAHUN ANGGARAN 2017

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

III. HUKUM MATERIIL PERADILAN AGAMA: HUKUM JINAYAT (BOBOT 25% DARI 50%)

MATERI DAN SUB MATERI BENTUK


NO INDIKATOR UMUM INDIKATOR SOAL JML BOBOT
SOAL SOAL
- Hakim peradilan agama Soal-soal dibuat untuk A. JINAYAT SECARA UMUM Multiple 50 kisi 25% dari
sebagai praktisi dalam menjaring calon hakim 1. Dasar kewenangan choice/ 50% soal
penegakan hukum Islam peradilan aga-ma yang peradilan agama di bidang Pilihan materiil
dalam menjalankan tugas menguasai hukum jinayat. berganda a,
sebagai hakim harus jinayat yang berlaku di 2. Dasar hukum pember- b, c, d.
menguasai hukum jinayat, mahkamah lakuan qanun jinayat di
baik formil maupun syariah/Mahkamah Provinsi Aceh.
materil. Syariah Aceh, baik 3. Kewenangan Dinas
Syari’at Islam.

24 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

secara teoritis maupun 4. Tugas Polisi Wilayatul


praktis. Hisbah (WH).
5. Perbedaan Mahkamah
Syar’iyah dan Pengadilan
Agama.
LEVEL KOGNITIF 6. Pengertian:
• Mendeskripsikan - Penyelidik
• Menjelaskan - Penyidik
• Menentukan - Penuntut umum
• Mengidentifikasi - Jaksa
• Menyebutkan - Tersangka
- Terdakwa
• Menunjukkan
- Terpidana
• Membandingkan 7. Pengertian:
• Membedakan - Penyelidikan
• Memberi contoh - Penyidikan
- Penuntutan
- Penangkapan
- Penahanan
- Mengadili
- Putusan

B. HUKUM ACARA JINAYAT


DAN PENERAPANNYA
8. Pengertian hukum acara
jinayat.

25 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

9. Landasan hukum acara


jinayat (Qanun Jinayat
Nomor 7 Tahun 2013).
10. Pengertian asas legalitas
dalam qanun jinayat
11. Pengertian asas keadilan
dan keseimbangan dalam
qanun jinayat
12. Pengertian asas
perlindungan hak asasi
manusia dalam qanun
jinayat
13. Pengertian asas praduga
tidak bersalah (presump-
tion of innocence) dalam
qanun jinayat.
14. Pengertian asas ganti
kerugian dan rehabilitasi
dalam qanun jinayat
15. Pengertian asas peradilan
menyeluruh, sederhana,
cepat, dan biaya ringan
dalam qanun jinayat
16. Pengertian asas peradilan
terbuka untuk umum
dalam qanun jinayat

26 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

17. Pengertian dan pelaksana


tugas penyelidikan dalam
perkara jinayat
18. Pengertian dan pelaksana
tugas penyidikan dalam
perkara jinayat
19. Pengertian dan pelaksana
tugas penuntutan dalam
perkara jinayat
20. Pengertian dan pelaksana
tugas pelimpahan perkara
ke pengadilan dalam
perkara jinayat
21. Batas wewenang
pemeriksaan berkas
perkara oleh Panmud
hukum mahkamah syariah
22. Tahap penunjukan majelis
hakim
23. Tahap penetapan hari
sidang
24. Tahap pemanggilan jaksa
25. Pemeriksaan identitas dan
surat dakwaan.
26. Mendengarkan keberatan
terdakwa/ kuasa hukum
(jikalau ada).

27 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

27. Pemeriksaan saksi.


28. Pemeriksaan barang bukti.
29. Penuntutan
30. Musyawarah Majelis
hakim
31. Pembacaan putusan
32. Upaya hukum banding
perkara jinayat
33. Upaya hukum kasasi
perkara jinayat
34. Upaya hukum peninjauan
kembali perkara jinayat
35. Pelaksanaan putusan
jinayat (hukuman cambuk)
36. Pelaksanaan putusan
(hukuman penjara)
37. Pelaksanaan putusan
(hukuman diyat/denda)
38. Istilah-istilah penting
dalam hukum acara
jinayat.

C. HUKUM MATERI JINAYAT


39. Pengertian dan dasar
hukum jinayat dalam
perspektif fikih

28 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

40. Jenis-jenis tindak pidana


(jarimah) menurut fikih
41. Dasar hukum materil
jinayat dalam qanun Aceh
42. Daya jangkau keberlakuan
hukum qanun jinayat di
Aceh (wilayah dan pelaku
jarimah)
43. Pengertian dan subjek
hukum pelaku jarimah
dalam qanun jinayat
44. Bentuk-bentuk jarimah
dalam qanun jinayat
45. Pengertian dan bentuk-
bentuk ‘uqubat dalam
qanun jinayat
46. Pengertian hudud dan
jenisnya menurut fikih
47. Pengertian ta’zir dan
jenisnya menurut fikih
48. Perbedaan hukuman
hudud dan ta’zir dalam
fikih dengan qanun jinayat
Aceh.
49. Pengertian hukuman
alternatif dan bentuknya

29 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

50. Jarimah yang tidak dikenai


‘uqubat

30 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

KISI-KISI TES KEMAMPUAN BIDANG (TKB)


HUKUM PENUNJANG DAN KOMPETENSI CALON HAKIM PERADILAN AGAMA
TAHUN ANGGARAN 2017

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

III. HUKUM MATERIIL PERADILAN AGAMA: HUKUM KELUARGA (BOBOT 25% DARI 50%)

MATERI DAN SUB MATERI BENTUK


NO INDIKATOR UMUM INDIKATOR SOAL JML BOBOT
SOAL SOAL
- Hakim peradilan agama Soal-soal dibuat untuk A. Perkawinan (Akad Nikah) Multiple 50 kisi 25% dari
sebagai praktisi dalam menjaring calon hakim 1. Peminangan: choice: 50% soal
penegakan hukum Islam peradilan agama yang - pengertian; Pilihan materiil
dalam menjalankan tugas memahami dan - larangan; dan berganda a,
sebagai hakim harus menguasai hukum - akibat hukumnya; b, c, d, dan
menguasai hukum Islam Islam di bidang 2. Dispensasi kawin: e
di bidang perkawinan. perkawinan. - pengertian;
- batas usia yang dimohon-
LEVEL KOGNITIF kan, calon pria dan
• Mendeskripsikan wanita;
• Menjelaskan - yang memohon;
• Menentukan 3. Izin kawin:
• Mengidentifikasi - pengertian;

31 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

• Menyebutkan - batas usia yang mohon


• Menunjukkan izin; dan
• Membandingkan - yang mengajukan;
• Membedakan 4. Wali ‘adhal:
• Memberi contoh - pengertian;
- yang berhak menyatakan
‘adhalnya wali;
- yang memohon; dan
- yang ditunjuk jika wali
adhal;
5. Pencegahan kawin:
- penyebab pencegahan
perkawinan;
- yang berhak memohon
pencegahan;
- diajukan kemana;
6. Penolakan kawin oleh PPN:
- penyebab penolakan oleh
PPN;
- yang berhak memohon
pencabutan penolakan
oleh PPN;
- diajukan kemana;
7. Izin beristri lebih dari
seorang:
- siapa yang berhak
memberi izin;

32 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

- yang memohon izin;


- sebutkan syarat izin
poligami;
8. Penetapan sahnya
perkawinan:
- pengertian kawin sah;
- bukti sah perkawinan;
- perkawinan yang dapat
disahkan (Ps. 7 (3) KHI);
- yang berhak mengajukan;
9. Pembatalan perkawinan
- pengertian;
- syarat-syarat;
- yang berhak mengajukan;
- diajukan kemana;
10. Penolakan izin perkawinan
campuran oleh PPN:
- pengertian;
- siapa yang memohon
pencabutan penolakan;
- diajukan kemana;
11. Penetapan sah/tidaknya
rujuk:
- yang berhak mengajukan;
- diajukan kemana;

33 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

B. Hak dan Kewajiban Suami-Istri


12. Mahar:
- pengertian;
- rukun perkawinan;
- yang menentukan mahar;
13. Penghidupan istri (nafkah,
kiswah, maskan, dsb):
- yang wajib menanggung
penghidupan istri;
- sejak kapan;
- macam-macam biaya
penghidupan istri;
14. Gugatan atas kelalaian
suami terhadap istri:
- siapa yang menggugat dan
yang digugat;
- sejak kapan;
- diajukan kemana;
15. Penetapan nusyuz:
- pengertian;
- siapa yang memohon;
- diajukan kemana;
16. Perselisihan suami-istri:
- pengertian;
- siapa yang memohon;
- diajukan kemana;
17. Gugatan atas kelalaian istri:

34 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

- siapa yang menggugat dan


yang digugat;
- sejak kapan;
- diajukan kemana;
18. Mut’ah dan nafkah ‘iddah:
- pengertian (mut’ah dan
nafkah iddah);
- sejak kapan kewajiban
tersebut;
- syarat istri yang berhak;
19. Sengketa tempat kediaman
bersama suami/istri:
- diajukan oleh siapa;
- diajukan kemana;

C. Anak dalam Kandungan


20. Sah/tidaknya kehamilan:
- pengertian;
- kriteria kehamilan sah;
21. Status anak dalam kandung
an sebagai ahli waris:
- pengertian;
- status keahliwarisan anak
dalam kandungan;
22. Bagian waris anak dalam
kandungan:
- pengertian;
35 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

- penentuan bagian waris


anak dalam kandungan;
23. Kewajiban orang tua terha-
dap anak dalam kandungan
- macam-macam kewajiban
orang tua terhadap anak
dalam kandungan;

D. Kelahiran
24. Penentuan sah/tidaknya
anak:
- pengertian;
- siapa yang mengajukan;
- diajukan kemana;
25. Penentuan asal-usul anak:
- siapa yang mengajukan;
- diajukan kemana;
26. Penentuan status
anak/pengakuan anak
- siapa yang mengajukan;
- diajukan kemana;

E. Pemeliharaan Anak
27. Perwalian terhadap anak:
- batas usia anak;
- siapa yang mengajukan
perwalian;

36 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

- diajukan kemana;
28. Pencabutan kekuasaan
orang tua:
- syarat-syarat pencabutan;
- siapa yang mengajukan;
- diajukan kemana;
29. Penunjukan/penggantian
wali:
- syarat-syarat pengantian;
- siapa yang mengajukan;
- diajukan kemana;
30. Pemecatan wali:
- syarat-syarat pemecatan;
- siapa yang mengajukan;
- diajukan kemana;
31. Kewajiban orang tua/wali
terhadap anak:
- sebutkan kewajiban orang
tua/wali terhadap anak;
- siapa yang mengajukan;
- diajukan kemana;
- kapan anak dewasa;
32. Pengangkatan anak (anak
sipil, anak terlantar):
- pengertian;
- siapa yang mengajukan;
- diajukan kemana;

37 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

33. Sengketa hak pemeliharaan


anak:
- pemelihara anak belum
mumayyiz;
- menentukan pemelihara
anak sudah mumayyiz;
- siapa yang mengajukan;
- diajukan kemana;
34. Kewajiban orang tua angkat
terhadap anak angkat
- macam-macamnya;
- siapa yang mengajukan;
- diajukan kemana;
35. Pembatalan pengangkatan
anak
- sebab-sebab pembatalan
pengangkatan anak;
- siapa yang mengajukan;
- diajukan kemana;
36. Penetapan bahwa ibu turut
memikul biaya pemelihara-
an, kesehatan dan pendidik-
an anak:
- syarat ibu dibebani biaya
pemeliharaan anak;
- siapa yang mengajukan;
- diajukan kemana;
38 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

F. Harta Benda Dalam Perkawin-


an
37. Penentuan status harta
benda dalam perkawinan
- sebutkan harta dalam
perkawinan;
- pengertian harta bersama;
- hak dan kewajiban suami
istri terhadap harta
bersama;
38. Perjanjian harta benda
dalam perkawinan
- pengertian;
- status perjanjian;
39. Pembagian harta benda
dalam perkawinan
- jika terjadi sengketa:
- diajukan kemana;
- oleh siapa;
- berapa bagian masing-
masing?
40. Sengketa pemeliharaan
harta benda dalam
perkawinan:
- yang wajib memelihara;
- jika terjadi sengketa:
- diajukan kemana;

39 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

- oleh siapa;
41. Sita marital atas harta
perkawinan:
- pengertian;
- dasar hukum;
- syarat-syarat;
- siapa yang memohon;
- diajukan kemana;
42. Harta bawaan suami-istri:
- pengertian;
- dasar hukum;
- hak dan kewajiban;

G. Putusnya Perkawinan
43. Penentuan putusnya perka-
winan karena kematian:
- pengertian;
- akibat hukum;
- hak dan kewajiban;
- lama waktu tunggu suami
atau istri;
44. Perceraian atas kehendak
suami (cerai talak):
- pengertian;
- akibat hukum;
- alasan-alasan;
- diajukan kemana;

40 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

- hak dan kewajiban istri;


- lama waktu tunggu;
45. Perceraian atas kehendak
istri (cerai gugat yang di
dalamnya meliputi masalah
li’an, khuluk, fasakh, dsb.):
- pengertian;
- akibat hukum;
- alasan-alasan;
- diajukan kemana;
- lama waktu tunggu;
46. Putusnya perkawinan
karena sebab-sebab lain:
- pengertian;
- akibat hukum;

H. Pemeliharaan Orang Tua


47. Kewajiban anak terhadap
orang tua (Pasal 46 UU
Nomor 1 Tahun 1974):
- sebelum dewasa;
- setelah dewasa;
48. Kewajiban anak angkat
terhadap orang tua angkat:
- sebelum dewasa;
- setelah dewasa;

41 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

I. Kematian
49. Penetapan kematian secara
yuridis, misalnya karena
mafqud (Pasal 96 ayat (2)
KHI):
- pengertian;
- syarat-syarat;
- diajukan siapa;
- diajukan kemana;
50. Penetapan sah/tidaknya
wasiat:
- pengertian;
- syarat-syarat sahnya
wasiat;
- jika terjadi sengketa
diajukan siapa dan
kemana;

KISI-KISI TES KEMAMPUAN BIDANG (TKB)

42 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

HUKUM PENUNJANG DAN KOMPETENSI CALON HAKIM PERADILAN AGAMA


TAHUN ANGGARAN 2017

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

III. HUKUM MATERIIL PERADILAN AGAMA: HUKUM EKONOMI SYARIAH ) (BOBOT 25% DARI 50%)

MATERI DAN SUB MATERI BENTUK


NO INDIKATOR UMUM INDIKATOR SOAL JML BOBOT
SOAL SOAL
- Hakim peradilan agama 1. Soal-soal dibuat A. Pengantar Hukum Ekonomi Multiple 50 kisi 50%
sebagai praktisi dalam untuk menjaring Syari’ah choice:
penegakan hukum Islam calon hakim 1. Dasar hukum kewenangan Pilihan (50 soal dari
dalam menjalankan tugas peradilan agama berganda a, 350 soal
peradilan agama di bidang
sebagai hakim harus yang menguasai b, c, d, dan hukum
menguasai hukum Islam di hukum ekonomi ekonomi syari’ah. e materiil
bidang ekonomi syariah syariah baik secara 2. Perbedaan ekonomi yang
baik formil maupun teoritis maupun syari’ah dengan ekonomi dibutuhkan)
materiil. praktis. konvensional.
3. Soal-soal dibuat 3. Ciri-ciri khas ekonomi
untuk menjaring syari’ah.
calon hakim
4. Tujuan ekonomi syariah.
peradilan agama
yang menguasai
lembaga-lembaga

43 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

terkait dengan 5. Dalil al-Qur’an/dalil syar’i


ekonomi syariah tentang larangan maisyir,
gharar, riba.

LEVEL KOGNITIF B. Akad-akad Syariah


• Mendeskripsikan
6. Pengertian dan perbedaan
• Menjelaskan
akad tabarru dengan akad
• Menentukan
tijarah.
• Mengidentifikasi
7. Pengertian dan dasar
• Menyebutkan
• Menunjukkan hukum akad wadiah
• Membandingkan 8. Bentuk-bentuk akad
• Membedakan wadiah
• Memberi contoh 9. Perbedaan akad wadiah
yad amanah dengan
wadiah yad dhammanah
10. Pengertian dan dasar
hukum akad mudharabah
11. Macam-macam akad
mudharabah dan contoh
12. Perbedaan antara akad
mudharabah muthlaqah
dengan akad mudharabah
muqayyadah

44 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

13. Pengertian dan dasar


hukum akad musyarakah
14. Dasar hukum qardh dalam
nash al-Quran dan Sunnah
15. Pengertian, dasar hukum,
rukun dan syarat
murabahah
16. Fatwa DSN MUI tentang
murabahah
17. Pengertian dan dasar
hukum jual beli salam
18. Pengertian dan dasar
hukum istishna’
19. Pengertian dan dasar
hukum ijarah
20. Rukun dan syarat ijarah
21. Pengertian dan bentuk
ijarah mumtahiyah bi al-
tamlik
22. Pengertian dan dasar
hukum rahn.
23. Macam-macam rahn.
24. Pengertian dan dasar
hukum wakalah

45 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

25. Pengertian dan dasar


hukum kafalah
26. Kedudukan pihak (kafil/
makful/makful ‘anhu)
dalam akad wakalah pada
bank syariah dalam
meluncurkan produk
layanan berupa syariah
card.
27. Pengertian dan dasar
hukum hawalah
28. Pengertian dan dasar
hukum serta contoh bai’ al-
maksyuf
29. Pengertian dan contoh
akad bai’ al-musawamah
30. Pengertian dan contoh
memberi contoh ihtikar
31. Pengertian dan contoh
jahalah
32. Pengertian, dasar hukum,
dan syarat-syarat tadlis
33. Akad yang gharar dan
contohnya

46 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

34. Akad yang najsy dan


contohnya
35. Akad yang ghisysy dan
contohnya
36. Akibat hukum dari tadlis
37. Pengertian dan akibat
hukum akad taghrir

C. Perbankan Syari’ah/Unit
Usaha Syari’ah

38. Kegiatan usaha perbankan


syariah.
39. Pihak-pihak/subyek
hukum dalam kegiatan
perbankan syariah.
40. Penyimpanan barang
berharga (safe deposit box
(SDB)/membedakan
pemberi sewa/pemberi jasa.
41. Asas-asas perbankan
syariah dalam melakukan
kegiatan usaha.

47 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

D. Asuransi syari’ah dan


Resuransi syari’ah.
42. Pengertian dan dasar
hukum asuransi dan
asuransi syariah
43. Bentuk-bentuk asuransi
syariah

E. Reksadana Syariah/Surat
Berharga Syariah
44. Pihak sahib al-mal/rabb al
mal dalam reksa dana
syari'ah.
45. Lembaga resmi yang
bertugas menjamin agar
reksa dana syariah
beroperasi tanpa
menyalahi aturan
kesyariahan.
46. Pengertian dan jenis-jenis
saham yang tidak sesuai
dengan prinsip/ketentuan
syariah.
47. Lembaga yang memiliki
kewenangan dalam
penetapan fatwa di bidang
syariah.

48 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

F. Penyelesaian Sengketa
Ekonomi Syariah
48. Undang-undang/PERMA
yang mengatur tentang
penyelesaian sengketa
ekonomi syariah.
49. Penngertian dan dasar
hukum gugatan sederhana
dalam ekonomi syariah
50. Forum litigasi dan non
litigasi dalam penyelesaian
sengketa ekonomi syariah
serta perbedaannya.

49 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

KISI-KISI TES KEMAMPUAN BIDANG (TKB)


HUKUM PENUNJANG DAN KOMPETENSI CALON HAKIM PERADILAN AGAMA
TAHUN ANGGARAN 2017

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

III. HUKUM MATERIIL PERADILAN AGAMA : HUKUM PERDATA SOSIAL [HUKUM WARIS, WASIAT, HIBAH, WAKAF, ZAKAT,
INFAQ DAN SHADAQAH] (BOBOT 25% DARI 50%)

MATERI DAN SUB MATERI BENTUK


NO INDIKATOR UMUM INDIKATOR SOAL JML BOBOT
SOAL SOAL
- Hakim peradilan agama/ Soal-soal dibuat untuk A. Hukum Waris Multiple 50 kisi 25% dari
mahkamah syariah seba- menjaring calon hakim choice/ 50% soal
1. Pengertian dan ruang
gai praktisi dalam pene- peradilan agama yang Pilihan materiil
Lingkup
gakan hukum Islam dalam memahami dan berganda a,
2. Syarat-syarat pewaris
menjalankan tugas sebagai menguasai hukum b, c, d, dan
3. Hubungan pewarisan
hakim harus menguasai Islam di bidang waris, e
4. Penentuan ahli waris dan
hukum Islam di bidang wasiat, hibah, wakaf,
syarat-syaratnya
waris, wasiat, hibah, zakat, infak dan
5. Penentuan mengenai harta
wakaf, zakat, infak dan sadakah., baik secara
peninggalan dan harta
sadakah. teoritis maupun
warisan
praktis.

50 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

LEVEL KOGNITIF 6. Penentuan bagian masing-


• Mendeskripsikan masing ahli waris
• Menjelaskan 7. Pembagian harta
• Menentukan peninggalan
• Mengidentifikasi 8. Penentuan kewajiban ahli
• Menyebutkan waris terhadap pewaris
9. Pengangkatan wali bagi
• Menunjukkan
ahli waris yang tidak
• Membandingkan cakap bertindak
• Membedakan 10. Ahli waris pengganti
• Memberi contoh 11. Hukum kewarisan non
muslim
12. Pemahaman walad pers-
pektif hukum perdata
Islam
13. Wasiat wajibah
14. Hukum kewarisan anak
angkat
15. Baitul mal
B. Hukum Hibah
16. Pengertian hibah;
17. Dasar hukum hibah;
18. Syarat sah hibah;
19. Rukun hibah;
20. Hibah dalam Kompilasi
Hukum Islam

51 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

C. Hukum Perwakafan
21. Pengertian dan ruang
lingkup wakaf
22. Praktik perwakafan di
Indonesia
23. Dimensi perlindungan
harta wakaf
24. Prinsip-prinsip terpenuhi-
nya Kriteria wakaf
25. Penentuan benda wakaf
26. Ikrar wakaf
27. Penerapan fikih wakaf di
Indonesia
28. Implementasi yuridis
wakaf dalam hukum positif
29. Perkembangan wakaf tunai
30. Prosedur penerbitan akta
ikrar wakaf
31. Jenis-jenis perkara wakaf
di Indonesia
32. Pembuktian dan penyele-
saian perkara istbat wakaf
33. Hak penguasaan yuridis
atas tanah wakaf
34. Prosedur peralihan tanah
wakaf

52 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

35. Penyebab peralihan


penguasaan hak atas tanah
wakaf.

D. Hukum Zakat
36. Pengertian dan ruang
lingkup;
37. Dasar hukum zakat
38. Peran pemerintah dalam
pengelolaan zakat
39. Perkembangan zakat
dalam peraturan
perundang-undangan
40. Bentuk sengketa zakat di
pengadilan agama

E. Hukum Infak
41. Pengertian infak;
42. Dasar hukum infak;
43. Syarat sah infak;
44. Rukun infak;
45. Infak dalam Kompilasi
Hukum Islam

F. Hukum Shadaqah
46. Pengertian Shadaqah;

53 | Halaman
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KAMAR AGAMA

47. Dasar Hukum Shadaqah;


48. Syarat sah Shadaqah;
49. Rukun Shadaqah;
50. Shadaqah dalam Kompilasi
Hukum Islam
Jumlah 350 kisi 100%
Jakarta, 27 Juli 2017
Penanggung Jawab:
Ketua Kamar Agama
Dr. H. Amran Suadi, S.H., M.H., M.M.
Anggota:
1. Dr. H. Mukhtar Zamzami, S.H., M.H.
2. Dr. H. Purwosusilo, S.H., M.H.
3. Dr. H. A. Mukti Arto, S.H., M.Hum.
4. Dr. H. Edi Riadi, S.H., M.H.
5. Dr. H. Abdul Manaf, S.H., M.H.
6. Dr. H. M. Fauzan, S.H., M.H., M.M.
7. H. Tukiran, S.H., M.H.
8. Arif Gunawansyah, S.H., M.H.
9. H. Candra Boy Seroza, S.Ag., M.Ag.
10. Dr. Khoirul Anwar, S.H., M.H.
11. Dr. Mardi Candra, S.Ag, M.Ag., M.H.
12. Fitriyel Hanif, S.Ag, M.Ag.
13. Fatkur Rosyad, S.Ag., M.H., MHES.

54 | Halaman

Anda mungkin juga menyukai