Anda di halaman 1dari 16

PENGERTIAN, RUANG LINGKUP, HUBUNGAN PERADILAN DENGAN

PROSES PENERAPAN HUKUM DI INDONESIA

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Peradilan di Indonesia

Dosen Pengampu :
H. M. Imdadur Rohman, M.H.I

Disusun oleh :

1. Moch. Fakhruddin Rabbani (C91219116)


2. Muhammad Roudlotul Falah (C91219125)
3. Nadhifa Salsabilla Syafa’ (C91219136)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan kemudahan
kepada kami dalam menyusun makalah yang kini berada dihadapan pembaca.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita Baginda
Rasulullah SAW. Yang telah memberikan teladan terbaik kepada kita untuk terus
menerapkan kehidupan dengan kesantunan budi pekerti (Ahlakul Karimah). Tak
lupa kami haturkan terima kasih atas masukan dari berbagai pihak sebagai salah
satu penunjang penyelesaian makalah ini.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Peradilan di


Indonesia sekaligus sebagai penunjang pembaca dalam memahami materi awal
perkuliahan mengenai peradilan di Indonesia. Di dalamnya memuat beberapa hal
mengenai pengertian peradilan di Indonesia, ruang lingkup, serta korelasi
peradilan dengan proses penerapan hukum di Indonesia.

Akan tetapi dalam penyusunannya, penulis menyadari bahwa makalah ini


masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca sebagai perbaikan di waktu yang akan datang.

Pada akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi mahasiswa


Ahwalus Syakhsiyyah. Hanya kepada Allah SWT, kita semua berharap agar
kiranya ilmu yang kita miliki bermanfaat bagi banyak pihak. Amin ya rabb al –
‘alamin.

Surabaya, 7 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR 2
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
BAB II 5
PEMBAHASAN 5
A. Pengertian peradilan 5
B. Ruang Lingkup Peradilan Di Indonesia 6
1. Mahkamah Agung 7
2. Mahkamah Konstitusi 7
3. Peradilan Umum 8
4. Peradilan Agama 9
5. Peradilan Militer 10
6. Peradilan Tata Usaha Negara. 11
C. Hubungan Peradilan dengan Proses Penerapan Hukum di indonesia 12
BAB III 15
KESIMPULAN 15
Daftar Pustaka 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sebagai negara hukum, sudah semestinya Indonesia memiliki


sistem hukum untuk mengatur ketertiban dalam negeri. Ketentuan tersebut
telah tertulis dalam pasal 1 ayat 3 UUD RI tahun 1945 dengan gamblang
menyatakan “Indonesia adalah negara hukum”. Oleh karena itu, hal – hal
yang terkait kebijakan, peraturan, dan lain sebagainya telah dimuat dalam
perundang – undangan.
Selain itu, dalam UUD 1945 juga telah diatur bahwa kekuasaan
kehakiman yang dijalankan oleh Mahkamah Agung serta lembaga
peradilan yang berada dibawahnya melingkupi peradilan umum, lingkup
peradilan militer, lingkup peradilan tata usaha negara, serta oleh
Mahkamah Konstitusi.
Ketetapan ini telah menjadi ketentuan yang mendasari dalam
pengaturan badan peradilan di Indonesia. Sehingga, yang memegang
kekuasaan kehakiman di negara Indonesia terdapat dua bagian, ialah
Mahkamah Agung serta Mahkamah Konstitusi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian peradilan ?
2. Apa saja ruang lingkup peradilan di Indonesia ?
3. Bagaimana korelasi peradilan dengan proses penerapan hukum di
Indonesia ?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari peradilan itu sendiri.
2. Mengetahui dan memahami hal – hal yang meliputi ruang lingkup
peradilan di Indonesia.
3. Mengetajui dan memahami hubungan peradilan dengan proses
penerapan hukum di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian peradilan
Peradilan dalam istilah Inggris disebut judiciary dan rechspraak
dalam bahasa Belanda maksudnya adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan tugas Negara dalam menegakan hukum dan keadilan.
Menurut R.Subekti dan R. Tjitrosoedibio, pengertian peradilan adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan tugas Negara untuk menegakkan
hukum dan keadilan. Penggunaan istilah Peradilan (rechtspraak/judiciary)
menunjuk kepada proses untuk memberikan keadilan dalam rangka
menegakan hukum (het rechtspreken), sedangkan pengadilan ditujukan
kepada badan atau wadah yang memberikan peradilan. Jadi pengadilan
bukanlah merupakan satu satunya wadah yang menyelenggarakan
peradilan. Pengertian peradilan menurut Sjachran Basah, adalah segala
sesuatu yang berkaitan dengan tugas dalam memutus perkara dengan
menerapkan hukum, menemukan hukum in concreto dalam
mempertahankan dan menjamin ditaatinya hukum materil, dengan
menggunakan cara procedural yang ditetapkan oleh hukum formal.1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peradilan adalah segala
sesuatu mengenai perkara peradilan.2 Peradilan juga dapat diartikan suatu
proses pemberian keadilan disuatu lembaga.3 Dalam kamus Bahasa Arab
disebut dengan istilah qadha yang berarti menetapkan, memutuskan,
menyelesaikan, mendamaikan. Qadha menurut istilah adalah penyelesaian
sengketa antara dua orang yang bersengketa, yang mana penyelesaiannya
diselesaikan menurut ketetapan-ketetapan (hukum) dari Allah dan Rasul.
Dapat disimpulkan bahwa peradilan adalah suatu proses yang dijalankan
di pengadilan yang berhubungan dengan tugas memeriksa, memutus dan
mengadili perkara. Sedangkan pengadilan adalah badan atau organisasi

1 Sjachran Basah, Mengenal Peradilan di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, 9
2 Cik Hasan Basri, Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), 2
3 MohammadDaud Ali, Pengantar Ilmu Hukum dan tata Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada 2005), 278


yang diadakan oleh negara untuk mengurus atau mengadili perselisihan-
perselisihan hukum.4

B. Ruang Lingkup Peradilan Di Indonesia


Menurut UUD 1945 Pasal 24 ayat (2) kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di
bawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Agama,
Peradilan Militer, Peradilan Tata Usaha Negara dan Mahkamah Konstitusi.
Ketentuan yang sama diulangi kembali dalam UU No. 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman yang baru Pasal 18. Lebih lanjut dalam
Pasal 25 menjelaskan Peradilan Umum berwenang memeriksa, mengadili
dan memutus perkara pidana dan perdata sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, Peradilan agama berwenang memeriksa,
mengadili, memutus dan menyelesaikan perkara antara orang-orang yang
beragama Islam sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, Peradilan militer berwenang memerksa, mengadili dan
memutus perkara tindak pidana militer sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, Peradilan tata usaha negara berwenang memeriksa,
mengadili, memutus dan menyelesaikan sengketa tata usaha negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.5
Badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung Meliputi
badan Peradilan Dalam Lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Agama,
Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara. Selain itu, sesuai
dengan amandemen UUD 1945, ada Mahkamah Konstitusi yang juga
menjalankan kekuasaan kehakiman bersama – sama dengan Mahkamah
Agung.

4Cik Hasan Basri….., 3


5http://lammarasi-sihaloho.com/2011/04/sistem-peradilan-indonesia.. Diakses pada tanggal 7
Oktober 2020 pukul: 16.4
1. Mahkamah Agung
Mahkamah Agung (disingkat MA) adalah lembaga tinggi negara
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang
kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi.
Mahkamah Agung membawahi badan peradilan dalam lingkungan
peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara.
Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan wewenang
MA adalah:
 Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-
undangan di bawah Undang-Undang, dan mempunyai wewenang lainnya
yang diberikan oleh Undang-Undang.
 Mengajukan 3 orang anggota Hakim Konstitusi.
 Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberi grasi dan
rehabilitasi

2. Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi (disingkat MK) adalah lembaga tinggi
negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan
pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah
Agung. Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan wewenang
MK adalah:
 Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang
Dasar,
 memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD 1945,
 memutus pembubaran partai politik,
 memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum.
 Wajib memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat
mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden
menurut UUD 1945.
3. Peradilan Umum
Peradilan Umum adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah
Agung yang menjalankan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari
keadilan pada umumnya.
Peradilan umum meliputi:
a. Pengadilan Negeri, berkedudukan di ibukota kabupaten/kota, dengan
daerah hukum meliputi wilayah kabupaten/kota. Pengadilan Negeri (biasa
disingkat: PN) merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan
Peradilan Umum yang berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota.
Sebagai Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan Negeri berfungsi untuk
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan perdata bagi
rakyat pencari keadilan pada umumnya. Susunan Pengadilan Negeri terdiri
dari Pimpinan (Ketua PN dan Wakil Ketua PN), Hakim Anggota, Panitera,
Sekretaris, dan Jurusita. Pengadilan Negeri di masa kolonial Hindia
Belanda disebut landraad.6

b. Pengadilan Tinggi, berkedudukan di ibukota provinsi, dengan daerah


hukum meliputi wilayah provinsi. Pengadilan Tinggi merupakan sebuah
lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Umum yang berkedudukan di
ibu kota Provinsi sebagai Pengadilan Tingkat Banding terhadap perkara-
perkara yang diputus oleh Pengadilan Negeri. Pengadilan Tinggi juga
merupakan Pengadilan tingkat pertama dan terakhir mengenai sengketa
kewenangan mengadili antar Pengadilan Negeri di daerah hukumnya.
Susunan Pengadilan Tinggi dibentuk berdasarkan Undang-Undang dengan
daerah hukum meliputi wilayah Provinsi. Pengadilan Tinggi terdiri atas
Pimpinan (seorang Ketua PT dan seorang Wakil Ketua PT), Hakim
Anggota, Panitera, dan Sekretaris.

4. Peradilan Agama

6
Tresna, Peradilan di Indonesia dari abad ke abad, W. Versluys N.V.,
Jakarta, 1957, 101
Peradilan Agama adalah lingkungan peradilan di bawah
Mahkamah Agung bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam
mengenai perkara perdata tertentu yang diatur dalam Undang-Undang.
Lingkungan Peradilan Agama meliputi:
 Pengadilan Tinggi Agama merupakan sebuah lembaga peradilan di
lingkungan Peradilan Agama yang berkedudukan di ibu kota Provinsi.
Sebagai Pengadilan Tingkat Banding, Pengadilan Tinggi Agama memiliki
tugas dan wewenang untuk mengadili perkara yang menjadi kewenangan
Pengadilan Agama dalam tingkat banding.
Selain itu, Pengadilan Tinggi Agama juga bertugas dan berwenang untuk
mengadili di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili
antar Pengadilan Agama di daerah hukumnya.
Pengadilan Tinggi Agama dibentuk melalui Undang-Undang dengan
daerah hukum meliputi wilayah Provinsi. Susunan Pengadilan Tinggi
Agama terdiri dari Pimpinan (Ketua dan Wakil Ketua), Hakim Anggota,
Panitera, dan Sekretaris.
 Pengadilan Agama (biasa disingkat: PA) merupakan sebuah lembaga
peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang berkedudukan di ibu kota
kabupaten atau kota. Sebagai Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan
Agama memiliki tugas dan wewenang untuk memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan perkara-perkara antara orang-orang yang beragama Islam
di bidang:
 Perkawinan
 warisan, wasiat, dan hibah, yang dilakukan berdasarkan hukum
Islam
 wakaf dan shadaqah
 ekonomi syari’ah.
Pengadilan Agama dibentuk melalui Undang-Undang dengan daerah
hukum meliputi wilayah Kota atau Kabupaten. Susunan Pengadilan
Agama terdiri dari Pimpinan (Ketua PA dan Wakil Ketua PA), Hakim
Anggota, Panitera, Sekretaris, dan Juru Sita.
5. Peradilan Militer
Peradilan Militer adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah
Agung yang melaksanakan kekuasaan kehakiman mengenai kejahatan-
kejahatan yang berkaitan dengan tindak pidana militer.
Peradilan Militer meliputi:
a. Pengadilan Militer
Pengadilan Militer merupakan badan pelaksana kekuasaan
peradilan di bawah Mahkamah Agung di lingkungan militer yang
bertugas untuk memeriksa dan memutus pada tingkat pertama perkara
pidana yang terdakwanya adalah prajurit yang berpangkat Kapten ke
bawah.
Nama, tempat kedudukan, dan daerah hukum Pengadilan Militer
ditetapkan melalui Keputusan Panglima. Apabila perlu, Pengadilan
Militer dapat bersidang di luar tempat kedudukannya bahkan di luar
daerah hukumnya atas izin Kepala Pengadilan Militer Utama.
b. Pengadilan Militer Tinggi
Pengadilan Militer Tinggi merupakan badan pelaksana kekuasaan
peradilan di bawah Mahkamah Agung di lingkungan militer yang
bertugas untuk memeriksa dan memutus pada tingkat pertama perkara
pidana yang terdakwanya adalah prajurit yang berpangkat Mayor ke
atas. Selain itu, Pengadilan Militer Tinggi juga memeriksa dan
memutus pada tingkat banding perkara pidana yang telah diputus oleh
Pengadilan Militer dalam daerah hukumnya yang dimintakan banding.
Pengadilan Militer Tinggi juga dapat memutuskan pada tingkat
pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antara
Pengadilan Militer dalam daerah hukumnya.

c. Pengadilan Militer Utama


Pengadilan Militer Utama merupakan badan pelaksana kekuasaan
peradilan di bawah Mahkamah Agung di lingkungan militer yang
bertugas untuk memeriksa dan memutus pada tingkat banding perkara
pidana dan sengketa Tata Usaha Angkatan Bersenjata yang telah
diputus pada tingkat pertama oleh Pengadilan Militer Tinggi yang
dimintakan banding.
Selain itu, Pengadilan Militer Utama juga dapat memutus pada
tingkat pertama dan terakhir semua sengketa tentang wewenang
mengadili antar Pengadilan Militer yang berkedudukan di daerah
hukum Pengadilan Militer Tinggi yang berlainan, antar Pengadilan
Militer Tinggi, dan antara Pengadilan Militer Tinggi dengan
Pengadilan Militer.
6. Peradilan Tata Usaha Negara.
Peradilan Tata Usaha Negara adalah lingkungan peradilan di bawah
Mahkamah Agung yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara.. Peradilan Tata
Usaha Negara meliputi:
a. Pengadilan Tata Usaha Negara
Pengadilan Tata Usaha Negara (biasa disingkat: PTUN)
merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Tata
Usaha Negara yang berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota.
Sebagai Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan Tata Usaha Negara
berfungsi untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa
Tata Usaha Negara. Pengadilan Tata Usaha Negara dibentuk melalui
Keputusan Presiden dengan daerah hukum meliputi wilayah Kota atau
Kabupaten. Susunan Pengadilan Tata Usaha Negara terdiri dari
Pimpinan (Ketua PTUN dan Wakil Ketua PTUN), Hakim Anggota,
Panitera, dan Sekretaris.
b. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (biasa disingkat: PTTUN)
merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Tata
Usaha Negara yang berkedudukan di ibu kota Provinsi. Sebagai
Pengadilan Tingkat Banding, Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
memiliki tugas dan wewenang untuk memeriksa dan memutus
sengketa Tata Usaha Negara di tingkat banding.
Selain itu, Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara juga bertugas dan
berwenang untuk memeriksa dan memutus di tingkat pertama dan
terakhir sengketa kewenangan mengadili antara Pengadilan Tata Usaha
Negara di dalam daerah hukumnya.
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dibentuk melalui Undang-
Undang dengan daerah hukum meliputi wilayah Provinsi. Susunan
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara terdiri dari Pimpinan (Ketua
PTTUN dan Wakil Ketua PTTUN), Hakim Anggota, Panitera, dan
Sekretaris.7
C. Hubungan Peradilan dengan Proses Penerapan Hukum di indonesia

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peradilan adalah segala


sesuatu mengenai perkara peradilan. Sedangkan proses adalah runtutan
peristiwa (perubahan) dalam perkembangan sesuatu, hubungan adalah
ikatan, pertalian/ sangkut paut8. Keterkaitan peradilan dengan proses
penegakan hukum di Indonesia. Peradilan merupakan proses yang harus
ditempuh dalam penegakan hukum berkaitan dengan pemeriksaan,
pembuktian hingga vonis. Perlu kita ketahui, bahwa hukum yang banyak
diamalkan di Indonesia merupakan implementasi hukum barat dari sistem
hukum Eropa Kontinental (Civil Law).
Dalam sistem ini hukum memiliki kekuasaan yang mengikat
karena hukum yang terdiri dari kaidah atau peraturan-peraturan tersebut
telah disusun secara sistematis dan dikodifikasi. Prinsip utama yang
menjadi dasar sistem hukum Eropa Kontinental ialah “hukum memperoleh
kekuatan mengikat, karena diwujudkan dalam peraturan yang berbentuk
undang-undang dan tersusun secara sistematis di dalam kodifikasi atau
kompilasi tertentu”. Prinsip ini dianut mengingat bahwa nilai utama yang
merupakan tujuan hukum adalah kepastian hukum. Dengan tujuan hukum
itu dan bedasarkan sistem hukum yang dianut, maka hakim tidak dapat
leluasa untuk menciptakan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat
hukum. Hakim hanya digunakan sebagai orang yang “menetapkan dan
menafsirkan peraturan-peraturan dalam batas-batas wewenangnya”. Dalam
system hukum Eropa Kontinental adagyium yang berbunyi bahwa tidak

7
M. Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian Sengketa,
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, 237 – 238
8 Kbbi
ada hukum selain undang-undang atau dengan kata lain bahwa hukum
merupakan undang-undang itu sendiri. Sistem ini menganut aliran free
recht lehre dimana hukum tidak dibatasi oleh undang-undang tetapi hakim
diberikan kebebasan untuk melaksanakan undang-undang atau
mengabaikannya9 dan pada dasarnya undang-undang dibentuk untuk
mencapai sebuah tujuan yang sama yaitu terwujudnya keamanan,
ketertiban, dan keadilan. Peradilan itu sebagai proses nya yaitu melalui
UU10 yang sudah ditentukan baik melalui KUHPER yang mana buku ke I
membahas tentang orang, buku ke II membahas tentang barang dan buku
ke III membahas tentang perikatan. Sama halnya dengan KUHP dengan
sistematika buku ke I membahas aturan umun, buku ke II membahas
kejahatan, buku ke III pelanggaran atau KUHAP yaitu UU nomor 8 tahun
1981 tentang hukum acara pidana/ *Peraturan pemerintah Republik
Indonesia Nomor 27 tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana/ penjelasan*Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 58 tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana. Sedangkan pengadilan adalah bentuk dari
lembaga peradilan sesuai dengan perkara yang perlu diadili juga
menyusuaikan dengan tingkatan wilayahnya dan jenis kasusnya. Contoh,
jika berkaitan dengan perkara perceraian atau pembagian waris maka
Pengadilan Agama merupakan tempat yang harus ditempuh di jalur
hukum. Apabila berkaitan dengan perkara persengketaan tata usaha maka
mengarah ke PTUN dan lain sebagainya.
Akan tetapi dalam praktiknya, penerapan pengambilan hukum dan
proses peradilan di Indonesia masih kurang berjalan dengan semestinya
sesuai dengan yang tercantum dalam perundang – undangan. Faktanya,
hukum di Indonesia masih banyak kekurangan dalam hal ketegasan,
keteraturan, juga masih sering terjadi hal timpang sebelah atau dalam
tanda kutip Tumpul ke atas runcing ke bawah. Realitanya, keadilan
dinegeri ini lebih tajam menghukum masyarakat kelas sosial golongan

9 Sri hajati, Ellyne Dwi Poespasari, Oemar Moechtar, Buku Ajar Pengantar Hukum Indonesia ,
(Surabaya, Airlangga University Press, 2019), hal 110
10 3 Kitab Undang-Undang hukum, Grahamedia Press
menengah kebawah dibandingkan dengan golongan sosial menegah
keatas. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa kaum elite negeri ini
cenderung mendapat kemudahan dalam menempuh jalur hukum.
Contohnhya mengenai perkara ketidakteraturan UU pada perkara RUU
KUHP atau UU Prakerja atau kasus penyiraman seorang Penyidik KPK
Novel Baswedan yang berkedok tidak sengaja yang dinilai buruk oleh
masyarakat. Kemudian, ada juga pengambilan kasus yang berjalan dengan
baik seperti pembubaran HTI atau Kasus Pil Pres 2019 antara Bapak
Jokowi dan Bapak Prabowo yang mana Pak prabowo menggugat ke MK.
BAB III

KESIMPULAN

Peradilan adalah suatu proses yang dijalankan di pengadilan yang


berhubungan dengan tugas memeriksa, memutus dan mengadili perkara.
Sedangkan pengadilan adalah badan atau organisasi yang diadakan oleh
negara untuk mengurus atau mengadili perselisihan-perselisihan hukum.
Menurut UUD 1945 Pasal 24 ayat (2) kekuasaan kehakiman dilakukan
oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya
dalam lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer,
Peradilan Tata Usaha Negara dan Mahkamah Konstitusi. Lembaga
peradilan dibawah MA terdapat Peradilan Umum yang meliputi
Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi. Kemudian, di Peradilan Agama
meliputi Pengadilan Tinggi Agama dan Pengadilan Agama. Selanjutnya,
pada Peradilan Militer meliputi Pengadilan Militer, Pengadilan Tinggi
Militer dan Pengadilan Militer Utama. Terakhir, pada Peradilan Tata
Usaha Negara meliputi Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan
Tinggi Tata Usaha Negara.
Dalam hal ini, hukum di Indonesia menganut sistem hukum Barat
yaitu Eropa Kontinental/Civil Law yang lebih mendasarkan pada undang-
undang, sesuai adagium “Tidak ada hukum selain undang – undang”. Oleh
karena itu, sistem hukum Civil Law yang berlaku di negara- negara Eropa
daratan dan negara-negara jajahannya termasuk Indonesia berpegang pada
kodifikasi undang-undang sebagai sumber hukum utama. Meskipun
nyatanya, praktik hukum di Indonesia masih jauh dari kata sempurna.
Daftar Pustaka

Sjachran Basah, Mengenal Peradilan di Indonesia, (Raja Grafindo Persada,


Jakarta)
Cik Hasan Basri, Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,)
Mohammad Daud Ali, Pengantar Ilmu Hukum dan tata Hukum Islam di
Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada )
Cik Hasan Basri….., 3
http://lammarasi-sihaloho.com/2011/04/sistem-peradilan-indonesia.. Diakses
pada tanggal 7 Oktober 2020 pukul: 16.4
Tresna, Peradilan di Indonesia dari abad ke abad, (W. Versluys N.V., Jakarta)
M. Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan
Penyelesaian Sengketa, (PT. Citra Aditya Bakti, Bandung)
Kbbi
Sri hajati, Ellyne Dwi Poespasari, Oemar Moechtar, Buku Ajar Pengantar Hukum
Indonesia , (Surabaya, Airlangga University Press)
3 Kitab Undang-Undang hukum, Grahamedia Press

Anda mungkin juga menyukai