Dosen Pengampu :
H. M. Imdadur Rohman, M.H.I
Disusun oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan kemudahan
kepada kami dalam menyusun makalah yang kini berada dihadapan pembaca.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita Baginda
Rasulullah SAW. Yang telah memberikan teladan terbaik kepada kita untuk terus
menerapkan kehidupan dengan kesantunan budi pekerti (Ahlakul Karimah). Tak
lupa kami haturkan terima kasih atas masukan dari berbagai pihak sebagai salah
satu penunjang penyelesaian makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR 2
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
BAB II 5
PEMBAHASAN 5
A. Pengertian peradilan 5
B. Ruang Lingkup Peradilan Di Indonesia 6
1. Mahkamah Agung 7
2. Mahkamah Konstitusi 7
3. Peradilan Umum 8
4. Peradilan Agama 9
5. Peradilan Militer 10
6. Peradilan Tata Usaha Negara. 11
C. Hubungan Peradilan dengan Proses Penerapan Hukum di indonesia 12
BAB III 15
KESIMPULAN 15
Daftar Pustaka 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian peradilan ?
2. Apa saja ruang lingkup peradilan di Indonesia ?
3. Bagaimana korelasi peradilan dengan proses penerapan hukum di
Indonesia ?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari peradilan itu sendiri.
2. Mengetahui dan memahami hal – hal yang meliputi ruang lingkup
peradilan di Indonesia.
3. Mengetajui dan memahami hubungan peradilan dengan proses
penerapan hukum di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian peradilan
Peradilan dalam istilah Inggris disebut judiciary dan rechspraak
dalam bahasa Belanda maksudnya adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan tugas Negara dalam menegakan hukum dan keadilan.
Menurut R.Subekti dan R. Tjitrosoedibio, pengertian peradilan adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan tugas Negara untuk menegakkan
hukum dan keadilan. Penggunaan istilah Peradilan (rechtspraak/judiciary)
menunjuk kepada proses untuk memberikan keadilan dalam rangka
menegakan hukum (het rechtspreken), sedangkan pengadilan ditujukan
kepada badan atau wadah yang memberikan peradilan. Jadi pengadilan
bukanlah merupakan satu satunya wadah yang menyelenggarakan
peradilan. Pengertian peradilan menurut Sjachran Basah, adalah segala
sesuatu yang berkaitan dengan tugas dalam memutus perkara dengan
menerapkan hukum, menemukan hukum in concreto dalam
mempertahankan dan menjamin ditaatinya hukum materil, dengan
menggunakan cara procedural yang ditetapkan oleh hukum formal.1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peradilan adalah segala
sesuatu mengenai perkara peradilan.2 Peradilan juga dapat diartikan suatu
proses pemberian keadilan disuatu lembaga.3 Dalam kamus Bahasa Arab
disebut dengan istilah qadha yang berarti menetapkan, memutuskan,
menyelesaikan, mendamaikan. Qadha menurut istilah adalah penyelesaian
sengketa antara dua orang yang bersengketa, yang mana penyelesaiannya
diselesaikan menurut ketetapan-ketetapan (hukum) dari Allah dan Rasul.
Dapat disimpulkan bahwa peradilan adalah suatu proses yang dijalankan
di pengadilan yang berhubungan dengan tugas memeriksa, memutus dan
mengadili perkara. Sedangkan pengadilan adalah badan atau organisasi
1 Sjachran Basah, Mengenal Peradilan di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, 9
2 Cik Hasan Basri, Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), 2
3 MohammadDaud Ali, Pengantar Ilmu Hukum dan tata Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT
2. Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi (disingkat MK) adalah lembaga tinggi
negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan
pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah
Agung. Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan wewenang
MK adalah:
Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang
Dasar,
memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD 1945,
memutus pembubaran partai politik,
memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum.
Wajib memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat
mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden
menurut UUD 1945.
3. Peradilan Umum
Peradilan Umum adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah
Agung yang menjalankan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari
keadilan pada umumnya.
Peradilan umum meliputi:
a. Pengadilan Negeri, berkedudukan di ibukota kabupaten/kota, dengan
daerah hukum meliputi wilayah kabupaten/kota. Pengadilan Negeri (biasa
disingkat: PN) merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan
Peradilan Umum yang berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota.
Sebagai Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan Negeri berfungsi untuk
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan perdata bagi
rakyat pencari keadilan pada umumnya. Susunan Pengadilan Negeri terdiri
dari Pimpinan (Ketua PN dan Wakil Ketua PN), Hakim Anggota, Panitera,
Sekretaris, dan Jurusita. Pengadilan Negeri di masa kolonial Hindia
Belanda disebut landraad.6
4. Peradilan Agama
6
Tresna, Peradilan di Indonesia dari abad ke abad, W. Versluys N.V.,
Jakarta, 1957, 101
Peradilan Agama adalah lingkungan peradilan di bawah
Mahkamah Agung bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam
mengenai perkara perdata tertentu yang diatur dalam Undang-Undang.
Lingkungan Peradilan Agama meliputi:
Pengadilan Tinggi Agama merupakan sebuah lembaga peradilan di
lingkungan Peradilan Agama yang berkedudukan di ibu kota Provinsi.
Sebagai Pengadilan Tingkat Banding, Pengadilan Tinggi Agama memiliki
tugas dan wewenang untuk mengadili perkara yang menjadi kewenangan
Pengadilan Agama dalam tingkat banding.
Selain itu, Pengadilan Tinggi Agama juga bertugas dan berwenang untuk
mengadili di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili
antar Pengadilan Agama di daerah hukumnya.
Pengadilan Tinggi Agama dibentuk melalui Undang-Undang dengan
daerah hukum meliputi wilayah Provinsi. Susunan Pengadilan Tinggi
Agama terdiri dari Pimpinan (Ketua dan Wakil Ketua), Hakim Anggota,
Panitera, dan Sekretaris.
Pengadilan Agama (biasa disingkat: PA) merupakan sebuah lembaga
peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang berkedudukan di ibu kota
kabupaten atau kota. Sebagai Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan
Agama memiliki tugas dan wewenang untuk memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan perkara-perkara antara orang-orang yang beragama Islam
di bidang:
Perkawinan
warisan, wasiat, dan hibah, yang dilakukan berdasarkan hukum
Islam
wakaf dan shadaqah
ekonomi syari’ah.
Pengadilan Agama dibentuk melalui Undang-Undang dengan daerah
hukum meliputi wilayah Kota atau Kabupaten. Susunan Pengadilan
Agama terdiri dari Pimpinan (Ketua PA dan Wakil Ketua PA), Hakim
Anggota, Panitera, Sekretaris, dan Juru Sita.
5. Peradilan Militer
Peradilan Militer adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah
Agung yang melaksanakan kekuasaan kehakiman mengenai kejahatan-
kejahatan yang berkaitan dengan tindak pidana militer.
Peradilan Militer meliputi:
a. Pengadilan Militer
Pengadilan Militer merupakan badan pelaksana kekuasaan
peradilan di bawah Mahkamah Agung di lingkungan militer yang
bertugas untuk memeriksa dan memutus pada tingkat pertama perkara
pidana yang terdakwanya adalah prajurit yang berpangkat Kapten ke
bawah.
Nama, tempat kedudukan, dan daerah hukum Pengadilan Militer
ditetapkan melalui Keputusan Panglima. Apabila perlu, Pengadilan
Militer dapat bersidang di luar tempat kedudukannya bahkan di luar
daerah hukumnya atas izin Kepala Pengadilan Militer Utama.
b. Pengadilan Militer Tinggi
Pengadilan Militer Tinggi merupakan badan pelaksana kekuasaan
peradilan di bawah Mahkamah Agung di lingkungan militer yang
bertugas untuk memeriksa dan memutus pada tingkat pertama perkara
pidana yang terdakwanya adalah prajurit yang berpangkat Mayor ke
atas. Selain itu, Pengadilan Militer Tinggi juga memeriksa dan
memutus pada tingkat banding perkara pidana yang telah diputus oleh
Pengadilan Militer dalam daerah hukumnya yang dimintakan banding.
Pengadilan Militer Tinggi juga dapat memutuskan pada tingkat
pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antara
Pengadilan Militer dalam daerah hukumnya.
7
M. Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian Sengketa,
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, 237 – 238
8 Kbbi
ada hukum selain undang-undang atau dengan kata lain bahwa hukum
merupakan undang-undang itu sendiri. Sistem ini menganut aliran free
recht lehre dimana hukum tidak dibatasi oleh undang-undang tetapi hakim
diberikan kebebasan untuk melaksanakan undang-undang atau
mengabaikannya9 dan pada dasarnya undang-undang dibentuk untuk
mencapai sebuah tujuan yang sama yaitu terwujudnya keamanan,
ketertiban, dan keadilan. Peradilan itu sebagai proses nya yaitu melalui
UU10 yang sudah ditentukan baik melalui KUHPER yang mana buku ke I
membahas tentang orang, buku ke II membahas tentang barang dan buku
ke III membahas tentang perikatan. Sama halnya dengan KUHP dengan
sistematika buku ke I membahas aturan umun, buku ke II membahas
kejahatan, buku ke III pelanggaran atau KUHAP yaitu UU nomor 8 tahun
1981 tentang hukum acara pidana/ *Peraturan pemerintah Republik
Indonesia Nomor 27 tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana/ penjelasan*Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 58 tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana. Sedangkan pengadilan adalah bentuk dari
lembaga peradilan sesuai dengan perkara yang perlu diadili juga
menyusuaikan dengan tingkatan wilayahnya dan jenis kasusnya. Contoh,
jika berkaitan dengan perkara perceraian atau pembagian waris maka
Pengadilan Agama merupakan tempat yang harus ditempuh di jalur
hukum. Apabila berkaitan dengan perkara persengketaan tata usaha maka
mengarah ke PTUN dan lain sebagainya.
Akan tetapi dalam praktiknya, penerapan pengambilan hukum dan
proses peradilan di Indonesia masih kurang berjalan dengan semestinya
sesuai dengan yang tercantum dalam perundang – undangan. Faktanya,
hukum di Indonesia masih banyak kekurangan dalam hal ketegasan,
keteraturan, juga masih sering terjadi hal timpang sebelah atau dalam
tanda kutip Tumpul ke atas runcing ke bawah. Realitanya, keadilan
dinegeri ini lebih tajam menghukum masyarakat kelas sosial golongan
9 Sri hajati, Ellyne Dwi Poespasari, Oemar Moechtar, Buku Ajar Pengantar Hukum Indonesia ,
(Surabaya, Airlangga University Press, 2019), hal 110
10 3 Kitab Undang-Undang hukum, Grahamedia Press
menengah kebawah dibandingkan dengan golongan sosial menegah
keatas. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa kaum elite negeri ini
cenderung mendapat kemudahan dalam menempuh jalur hukum.
Contohnhya mengenai perkara ketidakteraturan UU pada perkara RUU
KUHP atau UU Prakerja atau kasus penyiraman seorang Penyidik KPK
Novel Baswedan yang berkedok tidak sengaja yang dinilai buruk oleh
masyarakat. Kemudian, ada juga pengambilan kasus yang berjalan dengan
baik seperti pembubaran HTI atau Kasus Pil Pres 2019 antara Bapak
Jokowi dan Bapak Prabowo yang mana Pak prabowo menggugat ke MK.
BAB III
KESIMPULAN