BAB I
DEFINISI
A. LATAR BELAKANG
1
ataupun prosedur diagnostik pada pasien dapat diminimalkan atau
dilakukan tindak lanjut yang teratur, sesuai dengan kriteria yang
dikembangkan oleh rumah sakit dan kebutuhan pasien. Nyeri yang
dirasakan pasien dikelola dengan melakukan pemantauan secara
kontinyu dan terencana.
B. TUJUAN
2
jaringan, suatu pola respon untuk melindungi organisme dari
bahaya.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
A. PELAYANAN NYERI
7. Perawat minimal PK 2
4
BAB III
TATA LAKSANA
A. ASSESMEN NYERI
1. Pengkajian Nyeri
Tabel 3.1 Skala Nyeri FLACC (Face, Leg, Activity, Cry and Consolability)
Pengkajian 0 1 2 Nilai
Wajah Tersenyum/ tak Terkadang Sering
ada ekspresi meringis/ menggetarkan
khusus menarik diri dagu dan
mengatupkan
rahang
Kaki Gerakan Tidak tenang/ Kaki dibuat
normal/ tegang menendang/
relaksasi menarik diri
Aktivitas Tidur, posisi Gerakan Melengkungkan
normal mudah menggeliat punggung/
bergerak berguling, kaku kaku/
menghentak
Menangis Tidak menangis Mengerang, Menangis terus
(bangun/tidur) merengek- menerus,
rengek terisak,
menjerit
Bersuara Bersuara Tenang bila Sulit untuk
normal, tenang dipeluk, ditenangkan
digendong atau
diajak bicara
5
2) Instruksi: pasien akan diukur nyerinya dengan cara
mengkaji ekspresi wajah, gerakan kaki, aktifitas pasien,
menangis dan suara pasien dan dicocokkan pada tabel
untuk kemudian dilakukan skoring. Hasil skoring berupa
angka 0-10 yang memiliki makna:
0 = tidak nyeri
0 = tidak nyeri
1 = sedikit rasa nyeri
2–3 = nyeri ringan
4–6 = nyeri sedang
7–9 = nyeri berat
10 = nyeri sangat berat
6
c. Pengkajian nyeri menggunakan CCPOT (Critical Care Pain
Observation Tools)
0 = tidak nyeri
7 – 10 = nyeri berat
Kategori 0 1 2
Ekspresi Wajah Tidak tampak Dahi mengkerut, Kontraksi dapat
kontraksi otot penurunan alis diatasi dengan
wajah mata, kontraksi mata memejam
wajah lain cepat
Gerakan tubuh Tidak bergerak Gerakan lambat Berusaha
sama sekali berusaha mencabut selang
menyentuh (tube), berusaha
daerah nyeri duduk, gerakan
tangan/ kaki
tidak mematuhi
perintah, mencoba
melompat
Ketegangan otot Tidak ada Ada tahanan saat Tahanan yang
(Evaluasi dengan tahanan saat digerakan kuat sampai tidak
menggerakan digerakan bisa dikerjakan
lengan secara
pasif)
Mengikuti Alarm tidak Alarm berbunyi Asinkroni, alarm
ventilator berbunyi, ventilasi tetapi berhenti sering berbunyi
(terintubasi) lancar sendiri
atau
vokalisasi Bicara secara Mengeluh atau Menangis atau
(ekstubasi) normal mengerang berteriak
Penggunaan obat Tidak memakai Memakai obat Memakai obat
(Drugs) obat intermiten terus menerus
(continous)
7
- Nyeri Ringan
- Nyeri Sedang
- Nyeri Berat
2. Anamnesis
8
7) Kronisitas;
c. Riwayat psiko-sosial
d. Riwayat pekerjaan
9
populasi di Indonesia mengkonsumsi suplemen herbal dan
36% mengkonsumsi vitamin);
f. Riwayat keluarga
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
b. Status Mental
10
c. Pemeriksaan Sendi
d. Pemeriksaan Motorik
e. Pemeriksaan Sensorik
11
3) Nilai adanya refleks Babinski atau Hoflimen (hasil positif
menunjukkan lesi upper motor neuron);
g. Pemeriksaan Khusus
12
c. Mengidentifikasi atau menyingkirkan kemungkinan yang
berhubungan dengan rehabilitasi, injeksi, pembedahan atau
obat.
6. Pemeriksaan Radiologi
a. Indikasi:
3) CT-scan.
13
7. Assesmen Psikologi
Dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari beberapa jam dan
menunjukkan adanya rasa nyeri sebagai berikut:
9. Derajat Nyeri
B. MANAJEMEN NYERI
Pada pasien dengan nyeri ringan skala 1-3, pada umumnya dapat
diatasi dengan tindakan non farmakologi yang disesuaikan menurut
kemampuan pasien.
14
Pada nyeri tingkat sedang, perawat harus melakukan kolaborasi
dengan DPJP atau dokter jaga.
1. Non Farmakologi
a. Stimulasi Kulit
- Massage:
15
- Stimulasi kontra lateral
b. Immobilisasi
c. Tehnik distraksi
d. Posisioning
e. Relaksasi
16
f. Aromaterapi
17
- Onset kerjanya bergantung pada jumlah krim yang
diberikan. Efek anestesi lokal pada kulit bertahan selama 2-
3 jam dengan ditutupi kassa oklusif dan menetap selama 1-
2 jam stelah kassa dilepas;
c. Parasetamol
- Ketorolak:
18
e. Efek Samping pada Antidepresan
f. Anti Konvulsan
1) Carbamazepine
2) Gabapentin
19
- Dosis: 1-3 /hari.
i. Tramadol
20
Naikkan menjadi 4x50mg
Dapat dinaikkan sampai
tercapai efek analgesik
yang diinginkan
j. Opioid
5) Efek samping:
0 = sadar penuh
21
S = tidur normal
d) Toksisitas Metabolit
e) Efek kardiovaskuler
6) Pemberian oral:
22
7) Injeksi Intavasculer
8) Injeksi Subkutan
9) Injeksi Intravena
23
3. Nyeri berdasarkan mekanismenya terdiri dari beberapa macam
yaitu:
a. Nyeri Somatik:
b. Nyeri Visceral:
c. Nyeri Neuropatik:
24
4. Penata laksana nyeri dilakukan sesuai mekanisme nyerinya:
25
Gambar 3.2 WHO Analgesic Ladder
ya
tidak
• Saat dosis telah diberikan, lakukan Apakah diresepkan opioid IV? Minta untuk diresepkan
monitor setiap 5 menit selama
minimal 20 menit.
• Tunggu hingga 30 menit dari • Gunakan spuit 10ml
pemberian dosis terakhir sebelum
ya • Ambil 10mg morfin sulfat dan
mengulangi siklus. campur dengan NaCl 0,9%
• Dokter mungkin perlu untuk hingga 10ml (1mg/ml)
meresepkan dosis ulangan
• Berikan label pada spuit
Siapkan NaCl ATAU
Ya, tetapi • Gunakan spuit 10ml
telah • Ambil 100mg petidin dan
diberikan campur dengan NaCl 0,9%
Observasi rutin
dosis total ya hingga 10ml (10mg/ml)
• Berikan label pada spuit
tidak
ya
Nyeri Skor sedasi 0 atau 1? • Minta saran ke dokter senior
• Tunda dosis hingga skor sedasi <2 dan
ya tidak kecepatan pernapasan > 8 kali/menit.
• Pertimbangkan nalokson IV (100ug)
Kecepatan pernapasan >
8kali/menit?
ya
ya
tidak • Jika skor nyeri 7-10: berikan 2ml
Usia pasien < 70 tahun? • Jika skor nyeri 4-6: berikan 1 ml
ya
26
Algoritma Pemberian Opioid Intermiten tersebut
berlaku dengan syarat:
Opioid
OAINS
27
- Perdarahan akibat disfungsi platelet:
pertimbangkan untuk mengganti OAINS yang
tidak memiliki efek terhadap agregasi platelet.
c. Non Farmakologi:
1) Olah raga
2) Imobilisasi
3) Pijat
4) Relaksasi
b. Panduan umum:
6. Pencegahan
a. Edukasi Pasien:
28
b. Kepatuhan pasien dalam menjalani manajemen nyeri dengan
baik.
Anamnesis dan
pemeriksaan fisik
Asesmen nyeri
tidak
Nyeri bersifat tajam, menusuk, Nyeri bersifat difus, seperti Nyeri bersifat menjalar, rasa
terlokalisir, seperti ditikam ditekan benda berat, nyeri terbakar, kesemutan, tidak
tumpul spesifik.
29
Algoritma Manajemen Nyeri Akut
tidak
• Edukasi pasien
• Lihat manajemen ya • Terapi farmakologi
nyeri kronik. • Konsultasi (jika perlu)
• Pertimbangkan Apakah nyeri > • Prosedur pembedahan
untuk merujuk ke 6minggu? • Non-farmakologi
spesialis yang
sesuai
ya
tidak
Kembali ke kotak Mekanisme Analgesik adekuat?
‘tentukan nyeri sesuai?
tidak
mekanisme nyeri’ ya
ya
Efek samping Manajemen
pengobatan? efek samping
tidak
Follow-up /
nilai ulang
Gambar 3.5 Algoritma Manajemen Nyeri Akut
30
c. Assesmen fungsional:
1) Nyeri Neuropatik
31
memperberat (postur, gerakan repetitif, faktor
pekerjaan)
4) Nyeri Mekanis/Kopresi:
4. Assesmen lainnya:
1) Hambatan komunikasi/bahasa
32
2) Faktor finansial
a. LEVEL I
Prinsip level I:
33
10) Atasi keengganan pasien untuk bergerk karena takut nyeri.
Manajemen Level I
1) Nyeri Neuropatik
Terapi simptomatik
34
(megurangi perasaan terancam atau tidak
nyaman karena nyeri kronis)
2) Nyeri Otot
Rehabilitasi fisik:
- Mekanik
Manajemen Perilaku:
- Stress/depresi
- Teknik relaksasi
- Perilaku kognitif
- Ketergantungan obat
- Manajemen amarah
Terapi Obat:
- Antidepresan
3) Nyeri Inflamasi
35
Penanganan efektif dekompresi dengan pembedahan
atau stabilisasi, bidai, alat bantu
b. LEVEL II
Manajemen Level II
Faktor Penjelasan
Diagnosis 1 = kondisi kronik ringan dengan temuan obyektif minimal atau
tidak adanya diagnosis medis yang pasti. Misalnya migrain, nyeri
punggung tidak spesifik
2 = kondisi progresif perlahan dengan nyeri sedang atau kondisi
nyeri sedang menetap dengan temuan obyektif medium. Misalnya
nyeri punggung dengan perubahan degeneratif medium, nyeri
neurotopik.
3 = kondisi lanjut dengan nyeri berat dan temuan obyektif nyata.
Misalnya penyakit iskemik vaskular berat, neuropatik lanjut,
stenosis spinal berat.
Intractability 1 = pemberian terapi minimal dan pasien terlibat secara minimal
(Keterlibatan) dalam manajemen nyeri.
2 = beberapa terapi telah dilakukan tetapi pasien tidak
36
sepenuhnya terlibat dalam manajemen nyeri, atau terdapat
hambatan (finansial, transportasi, penyakit medis)
3 = pasien terlibat sepenuhnya dalam manajemen nyeri tetapi
respon terapi tidak adekuat
Risiko (R) R = jumlah skor P + K + R + D
Psikologi 1 = disfungsi kepribadian yang berat atau gangguan jiwa yang
mempengaruhi terapi. Misalnya: gangguan kepribadian,
gangguan afek berat
2 = gangguan jiwa/kepribadian medium/sedang. Misalnya:
depresi, gangguan cemas
3 = komunikasi baik. Tidak ada disfungsi keepribadian atau
gangguan jiwa yang signifikan
Kesehatan 1 = penggunaan obat akhir-akhir ini, alkohol berlebihan,
penyalahgunaan obat
2 = medikasi untuk mengatasi stress atau riwayat remisi
psikofarmaka
3 = tidak ada riwayat penggunaan obat-obatan
Reliabilitas 1 = banyak masalah: penyalahgunaan obat, bolos kerja/jadwal
kontrol, komplians buruk
2 = terkadang mengalami kesulitan dalam komplians, tetapi
secara keseluruhan dapat diandalkan
3 = sangat dapat diandalkan (medikasi, jadwal kontrol dan
terapi)
Dukungan 1 = hidup kacau, dukungan keluarga miimal, sedikit teman
social dekat, kehilangan peran dalam kehidupan normal
2 = Kurangnya hubungan dengan orang dan kurang berperan
dalam sosial
3 = Keluarga mendukung, hubungan dekt. Terlibat dalam
kerja/sekolah, tidak ada isolasi sosial
Efikasi 1 = fungsi buruk atau pengurangan nyeri minimal meski dengan
penggunaan dosis obat sedang sampai tinggi
2 = fungsi meningkat tetapi kurang efisien (tidak menggunakan
opioid dosis sedang sampai tinggi)
3 = perbaikan nyeri signifikan, fungsi dan kualitas hidup tercapai
dengan dosis yang stabil
Skor Total =D+I+R+E
Keterangan:
Skor 7-13 : tidak sesuai untuk menjalani terapi opioid jangka
panjang
Skor 14-21 : sesuai untuk menjalani terapi opioid jangka panjang
37
Algoritma Manajemen Nyeri Kronik
Assesmen nyeri
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan fungsi • Pasien dapat mengalami jenis
nyeri dan faktor yang
mempengaruhi yang beragam
Tentukan mekanisme nyeri
• Perifer (sindrom nyeri Nyeri miofasial • Artropati inflamasi • Nyeri punggung bawah
regional kompleks, neuropati (rematoid artritis) • Nyeri leher
HIV, gangguan metabolik) • Infeksi • Nyeri musculoskeletal
• Sentral (Parkinson,multiple • Nyeri pasca-oparasi (bahu, siku)
sclerosis, mielopati, nyeri • Cedera jaringan • Nyeri viseral
pasca-stroke, sindrom
fibromyalgia)
tidak
Apakah nyeri kronik? Pantau dan observasi
ya
ya
Apakah etiologinya dapat Atasi etiologi nyeri sesuai
dikoreksi / diatasi? indikasi
tidak
Asesmen lainnya
38
Algoritma Assesmen Nyeri Kronik
Prinsip level 1
Assesmen hasil
39
E. MANAJEMEN NYERI PADA PEDIATRIK
1. Prevalensi nyeri yang sering dialami oleh anak adalah: sakit kepala
kronik, trauma, sakit perut dan faktor psikologi
4. Pemberian analgesik:
4) Analgesik adjuvant:
Kategoti:
40
b. ‘By the Clock’: mengacu pada waktu pemberian analgesik.
41
e. Analgesik dan anestesi regional: epidural atau spinal.
42
6) Saat tapering off atau penghentian obat: pada semua pasien
yang menerima opioid >1minggu, harus dilakukan tapering
off(untuk menghindari gejala withdrawal). Kurangi dosis
50% selama 2 hari, lalu kurangi sebesar 25% setiap 2 hari.
Jika dosis ekuivalen dengan dosis morfin orl (0,6
mg/kgBB/hari), opioid dapat dihentikan.
Tabel 3.7 Obat Non Opioid yang sering digunakan pada Pediatrik
h. Terapi alternatif/tambahan
1) Konseling
2) Manipulasi chiropractic
3) Herbal
5. Terapi non obat
43
d. Terapi relaksasi: dapat berupa mengepalkan dan
mengendurkan jari tangan, menggerakkan kaki sesuai irama,
menarik napas dalam.
Tabel 3.8 Terapi Non Obat
Kognitif Perilaku Fisik
Informasi Latihan Pijat
Pilihan dan kontrol Terapi relaksasi Fisioterapi
Distraksi dan atensi Umpan balik positif Stimulasi termal
Hipnosis Modifikasi gaya Stimulasi sensorik
Psikoterapi hidup/perilaku Akupunktur
TENS
• Analgesik • Kognitif
• Analgesik adjuvant • Fisik
• anestesi • perilaku
44
Algoritma Manajemen Nyeri Mendasar Pada Pediatrik10
1.Assesmen nyeri pada
• Analgesik • Kognitif
• Analgesik adjuvant • Fisik
• anestesi • perilaku
45
4. Lokasi yang sering mengalami nyeri: sendi utama/penyangga
tubuh, punggung, tungkai bawah dan kaki.
46
b. Opioid:
c. Analgesik Adjuvant
47
14. Lakukan monitor ketat jika merubah atau meningkatkan dosis
pengobatan.
c. Propoxyphene: neurotoksik.
48
20. Semua pasien yang mengkonsumsi opioid, sebeumnya harus
diberikan kombinasi preparat senna dan obat pelunak feces
(bulking agents).
49
BAB IV
DOKUMENTASI
A. DOKUMENTASI
1. P – Provokes
2. Q – Quality
Catat skala nyeri dan frekuensi. Apakah disertai dengan gejala seperti
mual, muntah, pusing, diaphoresis, pucat, nafas pendek, sesak,
tanda vital yang abnormal, dan lain-lain)
B. PENULISAN OBAT-OBATAN
1. Jenis obat
2. Dosis obat
50
C. PENCATATAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar-X
2. USG
3. Laboratorium
4. CT-Scan, dll
D. ANALISA DATA
E. INTERVENSI
2. Catat diagnosa
3. Catat tujuan/outcome
F. IMPLEMENTASI
Catat implementasi:
4. Catat nama obat, dosis, rute pemberian, tanggal dan jam, tanda
tangan tim yang memberikan obat
51
5. Segera catat pemberian obat untuk mencegah pengulangan
pemberian obat berikutnya
G. EVALUASI
Pada format evaluasi juga ditulis identitas yang juga harus diisi oleh
petugas/tim manajemen nyeri yaitu: nama pasien, nomor register,
umur, kelas perawatan. Identitas yang terdapat diatas berguna agar
mempermudah petugas dalam mencari data pasien agar tidak tertukar
dengan pasien lain.
SUSI HERAWATI
52
DAFTAR PUSTAKA
53