Anda di halaman 1dari 5

61

BAB V

DISKUSI

Teori Kasus
Anamnesis pada kebanyakan pasien Pasien datang dengan keluhan utama
dengan penurunan kesadaran harus penurunan kesadaran sejak ± 8 jam
sesuai dengan klinis. Namun, anggap sebelum masuk rumah sakit. Nyeri
telah terjadi trauma dengan patologi kepala tidak dijumpai. Kejang tidak
intraserebral pada setiap pasien dengan dijumpai. Muntah menyembur tidak
koma tanpa etiologi yang diketahui. dijumpai. Riwayat nyeri kepala, kejang,
1. Pada kejadian akut, pasien dapat dan muntah menyembur tidak dijumpai.
koma atau bingung, dan saksi Riwayat hipertensi tidak dijumpai.
kejadian memiliki peranan yang Riwayat diabetes mellitus tidak
sangat penting. dijumpai. Riwayat hiperkolesterol tidak
2. Pastikan apakah telah terjadi dijumpai. Riwayat penyakit jantung
penurunan kesadaran. Bahkan tidak dijumpai.
penurunan kesadaran yang tidak
jelas dapat menjadi tanda dari
cedera neurologi yang parah.
3. Terdapatnya kejadian cedera kepala
sebelumnya, dapat mengindikasikan
potensi akibat jangka panjang yang
lebih parah.
4. Penggunaan obat-obatan atau
alkohol dapat meningkatkan resiko
dari pendarahan intrakranial dan
mengaburkan pemeriksaan status
mental.
5. Terdapatnya penggunaan
62

antikoagulan saat itu juga


mencemaskan.
Beberapa etiologi telah Riwayat stroke sebelumnya dijumpai 1
dikemukakan dalam beberapa tahun yang lalu dengan kelumpuhan
penelitian, seperti hipertensi, pada tubuh sebelah kiri dengan
Cerebral Amyloid Angiopathy pengobatan tidak selesai.
(CAA), pemakaian anti koagulan,
pemakaian beberapa obat dan
alkohol, aneurisma, dan AVM.
Tetapi secara garis besar etiologi
terjadinya PIS terbagi menjadi
primer dan sekunder:-
1. PIS primer disebabkan oleh
karena gangguan pada
pembuluh darah yang
disebabkan hipertensi kronis
atau CAA, ini merupakan
penyebab tersering dari PIS,
meliputi 80% dan seluruh kasus
PIS.
2. PIS sekunder berhubungan
dengan malformasi vaskular,
tumor atau gangguan koagulasi.
Tatalaksana Tatalaksana IGD
1. Pada saat menerima pasien di RS,  Craniectomy+decompresi ICH
hal pertama yang perlu dilakukan  Bed rest + head up 30o
adalah menilai ABCDE serta  O2 dengan nasal kanul 4 L per menit
menatalaksana gangguan pada  Resusitasi cairan dengan IVFD R-
aspek-aspek tersebut, sebelum Sol 20 gtt/i
melakukan pemeriksaan lain. Pasien  Pasang kateter urin- 600 cc kuning
63

dengan GCS <8 harus diberi jernih


tatalaksana jalan napas dan  Ambil darah untuk pemeriksaan lab
resusitasi segera. Waktu  Inj. Nicardipin 10 mg/50 cc NaCl
pemeriksaan sampai seluruh 0,9% titrasi
tatalaksana awal dilakukan pada  Inj. Manitol 20% 250 cc loading
pasien adalah 15 menit. dose
2. Selama memeriksa dan  Inj. Manitol 20% 125 cc tappering
memperbaiki airway, tidak boleh off
dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi  Inj. Ceftriaxon 1 g/12 jam
terhadap leher. Jika dicurigai ada  Inj. Ranitidin 1 g/12 jam
kelainan pada ketujuh vertebra
servikalis maupun vertebra torakalis
pertama berupa fraktur, maka harus
dipasang alat imobilisasi atau
dilakukan imobilisasi manual
terhadap kepala. Untuk
menyingkirkan kemungkinan
fraktur dapat dilakukan foto lateral.
3. Pemasangan airway definitif
dilakukan pada penderita dengan
gangguan kesadaran atau GCS
(Glasgow Coma Scale) ≤8, dan
pada penderita dengan gerakan
motorik yang tidak bertujuan.
4. Kateter lambung dipakai untuk
mengurangi distensi lambung dan
mengurangi kemungkinan muntah.
Isi lambung yang pekat
mengakibatkan NGT tidak
berfungsi, lagipula pemasangan-nya
sendiri dapat mengakibatkan
64

muntah. Darah dalam lambung


dapat disebabkan darah tertelan,
pemasangan NGT yang traumatik
atau perlukaan lambung. Bila
lamina kribosa pada rongga hidung
patah atau diduga patah, kateter
lambung harus dipasang melalui
mulut untuk mencegah masuknya
NGT dalam rongga otak. Dalam
keadaan ini semua pipa jangan di
masukkan lewat jalur naso-
faringeal.
5. Kateter uretra
Produksi urin merupakan indikator
yang peka untuk menilai keadaan
perfusi ginjal dan hemodinamik
penderita. Kateter urin jangan
dipasang jika dicurigai ada ruptur
uretra yang ditandai dengan
Pemeriksaan yang direkomendasikan 1. Pasien dilakukan CT scan dengan
pada pasien penurunan kesadaran GCS : 12 (E3/V4/M5) berdasarkan
adalah CT Scan. X-ray kepala tidak secondary assessment di IGD
direkomendasikan kecuali ada indikasi 2. Hasil CT scan didapatkan dengan
dari departemen bedah saraf/saraf. kesimpulan:
Hasil CT Scan harus segera dilaporkan Infratentoral, pons, serebelum, ventrikel
dalam 1 jam setelah pemeriksaan. IV tampak normal. Supratentorial
Adapun kriteria dilakukannya CT Scan tampak lesi hiperdens pada frontal
pada pasien trauma kepala adalah temporal dan basal ganglia kanan
sebagai berikut: dengan perifokal edema. Tampak
1. GCS <13 pada penilaian awal di midline shift ke kiri. Ventrikel lateralis
IGD. kanan tertekan dan sedikit terdorong ke
65

2. GCS <15 pada 2 jam setelah kiri dan yang kiri sedikit melebar.
penilaian awal di IGD. Cortical sulcii pada hemisfer kanan
3. Kecurigaan fraktur tengkorak obliterated.
terbuka atau depresi. Kesimpulan :
4. Terdapat tanda-tanda fraktur basis Perdarahan pada frontal, temporal, dan
kranii (hemotimpanum, mata basal ganglia kanan + herniasi
‘panda’ atau ‘rakun’, bocornya subfalkcin ke kiri + edema serebri.
cairan serebrospinal dari telinga
atau hidung, tanda Battle).
5. Kejang post-trauma.
6. Defisit neurologis fokal.
7. Lebih dari satu episode muntah

Anda mungkin juga menyukai