ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh pendidikan
pada kinerja bendahara desa se-kabupaten Badung dengan motivasi dan pelatihan sebagai
variabel moderasi. Kinerja bendahara yang ditunjang oleh latar belakang pendidikan yang sesuai
akan lebih mampu mencapai kinerja yang maksimal. Data penelitian dikumpulkan melalui
kuesioner dengan bendahara desa se-kabupaten Badung sebagai responden yang berjumlah 46
orang. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis Moderated
Regression Analysis (MRA). Penelitian ini memperoleh hasil bahwa pendidikan berpengaruh
positif pada kinerja Bendahara Desa. Untuk pengujian moderasi memperoleh hasil bahwa
motivasi dan pelatihan memperkuat pengaruh pendidikan pada kinerja Bendahara Desa.
ABSTRACT
This study aims to obtain empirical evidence on the influence of education on the
performance of village treasurers in Badung district with motivation and training as a moderation
variable. The performance of treasurers supported by appropriate educational background will be
better able to achieve maximum performance. The data were collected through questionnaires with
the Badung regency treasurer as 46 respondents. The analysis used in this research uses the
Moderated Regression Analysis (MRA) analysis. This study obtained the result that education has a
positive effect on the performance of Village Treasurer. For moderation testing it was found that
motivation and training strengthened the educational effect on the performance of the Village
Treasurer.
PENDAHULUAN
sector), dari mulai pemerintahan pusat hingga pemerintahan terkecil yaitu Desa.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa yang mengakui keberadaan desa
secara yuridis yang berarti bahwa Desa merupakan kumpulan masyarakat yang
dilindungi hukum dan berada dalam batas wilayah memiliki kewenangan untuk
didasari asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
kemajuan desa. Namun, terdapat pula kekhawatiran akan muncul banyak kontradiksi
ketika pemerintah baik pusat maupun daerah tidak mampu menyikapi dengan baik
desa tersebut mulai dari evaluasi kinerja di masa lalu masing-masing desa hingga
penyusunan sistem baru yang lebih bersifat stratejik yang berkaitan dengan
2015 desa akan mendapatkan kucuran dana sebesar 10% dari APBN. Dana
dengan nominal yang berbeda-beda di setiap desa yang bergantung pada letak
geografis dari desa, kepadatan penduduk, dan angka kematian. Penerimaan lokasi
10% dari APBN akan menyebabkan adanya peningkatan penerimaan desa yang
berupa: Anggaran, Buku Kas, Buku Pajak, Buku Bank, Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), hal tersebut tertuang dalam Permendagri No. 113 Tahun 2014.
Menurut Permendagri No. 113 Tahun 2014 pengelolaan keuangan desa adalah
tersebut menyebabkan semua hak dan kewajiban daerah yang meliputi keuangan
Pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan dengan cara yang baik dan bijak
agar pelaksanaannya lebih efisien dan sesuai dengan kebutuhan daerah. Yang
sangat berperan dalam hal tersebut yaitu bendahara desa (Eka, 2015).
desa dalam rangka pengelolaan sumber daya keuangan desa. Fungsi utama
administrasi keuangan desa dan mempersiapkan bahan penyusunan APB Desa, serta
dilaksanakan oleh bendahara, maka dari itu kinerja Bendahara Desa sangatlah
diperhatikan, karena kinerja Bendahara Desa diukur berdasarkan atas
Mangkunegara (2011) mengemukakan bahwa istilah kinerja berarti hasil kerja yang
dicapai oleh seorang pegawai yang dilihat berdasar atas kualitas dan kuantitas dalam
diatasi dengan baik. Oleh karena itu, suatu organisasi hendaknya memberikan
perhatian lebih pada kinerja pegawainya, terutama pada pegawainya yang memiliki
tersebut tidak bekerja sesuai dengan peraturan yang ada dan kurang memiliki
kemampuan yang cukup sebagai bendahara, hal tersebut dilihat dari tingkat
Seorang Bendahara Desa untuk memiliki kinerja yang lebih baik diperlukan
kemampuan yang sesuai dengan tugasnya. Terdapat beberapa faktor yang dapat
lingkungan kerja. Salah satu faktor individual yang sangat berperan penting
memengaruhi kinerja yaitu pendidikan. Pendidikan merupakan hal penting yang
tertentu jika menempuh tingkat pendidikan yang terkait. Kinerja bendahara yang
ditunjang oleh latar belakang pendidikan yang sesuai akan lebih mampu mencapai
pada kinerja organisasi tempatnya bekerja (Kasmini, 2016). Hasil empiris tersebut
Pelitawati (2012), Madi (2013), Ningrum dkk. (2013), Irdianto (2014) dan
Widodo (2013), Gohari, et al.(2013), Eriva dkk. (2013) dan Muttaqin dkk. (2014)
perilaku yang tidak bersifat sementara yang terjadi merupakan bagian dari
dari pendidikan informal yang terjadi setiap waktu (Robbins dan Judge, 2008).
pembelajaran bukan hanya dari pendidikan formal tetapi juga melalui pegalaman
yang diperoleh dari pendidikan informal seperti pelatihan. Menurut Rivai (2005)
motivasi merupakan suatu sikap dan nilai-nilai yang dapat mendorong seseorang
kinerjanya yang terdapat dalam setiap diri seseorang.. Berdasarkan hal tersebut,
maka pelatihan dan motivasi dapat dikatakan sebagai faktor situasional lain yang
mencapai suatu tujuan yang didasari oleh dorongan dan ketekunan individu.
(Robbins dan Judge, 2008). Motivasi yang dimiliki pegawai memiliki peran dalam
Oleh karena itu, perusahaan harus selalu memiliki upaya yang terinovasi untuk
2005).
sangat disadari oleh pemerintah, sehingga pada tahun 2016 dilaksanakan pelatihan
Kementerian Dalam Negeri yang akan diikuti oleh 168 ribu aparatur desa dan
dapat memberikan dampak yang positif bagi peningkatan kinerja keuangan desa.
tertinggi di Provinsi Bali yang berarti bahwa dana yang dikucurkan pada desa-
desa di kabupaten tersebut juga sangat tinggi. Peraturan Bupati Badung Nomor 44
Tahun 2016 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa telah
secara detail menjelaskan tugas dan fungsi dari perangkat desa dalam struktur
organisasi serta tata kerja dalam pelaksanaan setiap kegiatan desa beserta dengan
pengelolaan dana desa. Namun, hal tersebut belum berjalan efektif mengingat
manfaat. Pertama, manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat menjadi
pendidikan, motivasi, dan pelatihan. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai
referensi bagi penelitian selanjutnya. Kedua, manfaat praktis dari penelitian ini
Seseorang dapat belajar tidak hanya melalui pendidikan formal seperti sekolah
saja tetapi seseorang dapat belajar setiap waktu. Tiga bagian yang penting dalam
perubahan; (b) perubahan tersebut bersifat relatif permanen; serta (c) diperlukan
didapat secara tidak langsung (Robbins dan Judge, 2008). Teori pembelajaran
yang dimaksud dalam penelitian ini dapat berupa pendidikan dan pelatihan.
kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor tersebut adalah
faktor higiene dan faktor motivator. Faktor higiene memotivasi seseorang untuk
adalah solusi dari adanya perbedaan hasil temuan tersebut (Govindarajan, 1988).
dan motivasi sebagai variabel moderasi pada hubungan antara pendidikan dengan
perubahan perilaku yang terjadi yang sifatnya relatif permanen dan terjadi sebagai
hasil dari pengalaman. Teori pembelajaran menurut Robbins dan Judge (2008)
yang dikenali. Salah satu contoh pengondisian klasik adalah dengan menempuh
sehingga mampu dengan baik serta cakap dalam melaksanakan tugasnya. Siagian
tersebut dapat menjadi efektif yang salah satu caranya adalah dengan menempuh
pendidikan yang baik. Karena dengan adanya pendidikan yang baik, maka daya
analisa seseorang akan semakin tinggi sehingga akan lebih mampu memecahkan
masalah yang dihadapi. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis
suatu dorongan dan ketekunan individual sebagai suatu upaya dalam mencapai
pendidikan tertentu dengan diimbangi oleh tingkat motivasi dari orang tersebut
dipercaya akan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan seseorang
yang memiliki tingkat pendidikan tertentu namun tidak diimbangi dengan tingkat
motivasi tertentu. Tingkat motivasi seorang bendahara dapat berasal dari motivasi
internal dan juga motivasi eksternal. Kinerja yang baik dapat dihasilkan oleh
seorang bendahara yang tidak hanya memiliki motivasi internal yang kuat tetapi
sekarang atau yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan tentang pikiran,
tindakan, kecakapan, pengetahuan, dan sikap yang layak secara efektif. Pelatihan
perbedaan antara perilaku aktual Bendahara Desa yang meliputi pengetahuan dan
METODE PENELITIAN
Pemilihan lokasi ini dilakukan karena kucuran dana yang paling banyak diperoleh
Kabupaten Badung. Berdasarkan pada dimensi riset yang dilakukan, penelitian ini
desa se-kabupaten Badung dengan pelatihan dan motivasi sebagai variabel moderasi.
dengan variabel yang diteliti. Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah
bendahara desa se-kabupaten badung. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
pendidikan. Penelitian ini juga menggunakan variabel moderasi yaitu motivasi dan
pelatihan
digunakan dalam penelitian ini diukur dengan lima poin skala likert. Populasi
dengan metode sampling jenuh, yaitu metode penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2013: 122), dengan tujuan
untuk mendapatkan sampel yang representatif. Jadi, sampel dalam penelitian ini
bendahara desa.
variabel yang telah dipaparkan. Kinerja bendahara (Y) diukur dengan 5 indikator
dari Mitchell and Larson (1987) dalam Wirama (2010) yaitu: kemampuan,
bendahara Desa telah menempuh pendidikan yang dihitung dengan tahun sukses
yaitu lama waktu dalam menempuh jenjang pendidikan formal sebagai berikut :
(1) SMA diberikan skor 12, (2) D3 diberikan skor 15 dan (3) S1 diberikan skor 16
yang diadopsi dari Maslow (dalam Robbins dan Judge, 2015) terdiri dari 14 item
pertanyaan dengan 5 poin Skala Likert. Pelatihan (M2) dengan Instrumen yang
digunakan untuk mengukur tingkat pelatihan dirangkum oleh Lubis (2008) yang
Berikut ini merupakan konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pelatihan (M2)
Motivasi (M1)
Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji data penelitian adalah
penelitian ini diasumsikan linier dan diuji dengan tingkat signifikansi sebesar 5
persen. Model MRA digunakan untuk menguji interaksi (perkalian dua atau lebih
2016:138).
Model MRA yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Keterangan:
X1 = variabel Pendidikan
M1 = variabel Motivasi
M2 = variabel Pelatihan
α = konstanta
β1 – β5 = koefisien regresi
e = error
terlebih dahulu dilakukan pengujiam instrumen yang terdiri dari uji validitas dan
reliabilitas instrumen, analisis statistik deskriptif dan uji asumsi klasik yang terdiri
significant b4,5 significant, artinya Moderasi Murni (Pure Moderator); (2) b2,3
independen; (3) b2,3 significant b4,5 not significant, artinya Prediktor Moderasi
dan (4) b2,3 not significant b4,5 not significant, artinya Moderasi Potensial
moderasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bendahara desa yang bekerja
jenuh adalah metode penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel (Sugiyono, 2013: 122), dengan tujuan untuk mendapatkan sampel
yang representatif. Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah semua bendahara
Uji Instrumen
Berdasarkan hasil uji instrumen, yang terdiri dari uji validitas dan
reliabilitas, diperoleh hasil uji validitas instrumen dari setiap item pernyataan dari
masing-masing variabel penelitian memiliki nilai koefisien korelasi lebih dari 0,30
valid. Untuk hasil uji reliabilitas masing-masing variabel penelitian memiliki nilai
cronbach’s alpha lebih dari 0,70 sehingga variabel penelitian dapat dinyatakan
reliabel.
Tabel 2
Statistik Deskriptif
Variabel Penelitian N Nilai Nilai Mean Deviasi
Minimum Maksimum Standar
PENDIDIKAN (X1) 46 12 16 14,02 1,85
MOTIVASI (M1) 46 31 70 54,97 8,27
PELATIHAN (M2) 46 23 70 43,54 7,91
KINERJA BENDAHARA (Y) 46 47 74 56,60 6,63
Sumber: Data diolah, 2018
Uji asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri atas uji normalitas, uji
tolerance lebih dari 0,1 dan nilai variance inflation factor kurang dari 10 yang
signifikan dari semua variabel independen memiliki nilai lebih dari 0,05.
N 46
Kolmogorov-Smirnov (Z) 0,119
Asymp. Sig (2-tailed) 0,105
Sumber: Data diolah, 2018
Tabel 4
Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel Penelitian Collinearity Statistic
Tolerance VIF
Tabel 5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Penelitian t hitung Sig.
satu variabel dependen yaitu kinerja Bendahara Desa; dan dua variabel moderasi
salah satu bagian dari penerapan model Moderated Regression Analysis (MRA).
12,846 dengan signifikansi sebesar 0,000 kurang dari 0,05. Hal ini berarti bahwa
model penelitian ini layak untuk dianalisis lebih lanjut. Berdasarkan Tabel 7 dapat
dilihat bahwa nilai adjusted R square adalah sebesar yang berarti bahwa 56,80%
sedangkan 43,20% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan
dalam model.
Tabel 6
Hasil Uji F
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Tabel 7
Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of
the Estimate
Tabel 8
Hasil Moderated Regression Analysis (MRA)
Unstandardized Standardized
Coefficient Coefficient Sig.
Model t
B Std. Error Beta
penelitian ini, sehingga dapat disusun persamaan regresi moderasi sebagai berikut:
Pengujian Hipotesis
sebesar 4,596 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 kurang dari 0,05. Hal
2,124 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,040 kurang dari 0,05. Hal tersebut
desa, sehingga H2 diterima. Selain itu, berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan
dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa koefisien beta variabel motivasi
signifikan dan koefisien beta variabel interaksi antara pendidikan dengan motivasi
signifikan maka tingkat motivasi dapat dikatakan sebagai jenis dalam penelitian ini
merupakan jenis moderasi semu. Hal ini berarti motivasi merupakan variabel yang
memoderasi hubungan antara tingkat pendidikan pada kinerja bendahara desa yang
sebesar 2,519 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,016 kurang dari 0,05. Hal
bendahara desa, sehingga H3 diterima. Selain itu, berdasarkan hasil uji yang telah
dilakukan dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa koefisien beta variabel
dengan pelatihan signifikan maka tingkat pelatihan dapat dikatakan sebagai jenis
moderasi semu. Hal ini berarti pelatihan merupakan variabel yang memoderasi
hubungan antara tingkat pendidikan pada kinerja bendahara desa yang sekaligus
Implikasi Penelitian
motivasi dan pelatihan merupakan variabel yang dapat memperkuat hubungan antara
tingkat pendidikan dengan kinerja Bendahara Desa. Implikasi lain dari penelitian ini
administrasi dan fungsional dengan baik. Selain itu, Bendahara Desa Se-Kabupaten
Badung memiliki kualitas kerja yang baik, mampu mengkomunikasikan hasil kerja
berupa Laporan administrasi dan fungsional ke bagian Keuangan Sekda Kabupaten
Badung dengan tepat waktu sehingga kinerja yang dihasilkan akan semakin baik.
yang bekerja pada Kantor Desa Se-kabupaten Badung. Semakin tinggi pendidikan
yang dimiliki oleh Bendahara desa, maka kinerja dari bendahara desa tersebut
akan semakin baik. Selain itu, penelitian ini memperoleh hasil motivasi
memperkuat pengaruh pendidikan pada kinerja bendahara desa yang bekerja pada
yang dimiliki oleh setiap Bendahara desa serta diikuti oleh tingkat motivasi
tertentu maka hal tersebut akan mendorong Bendahara desa tersebut untuk
memperkuat pengaruh pendidikan pada kinerja bendahara desa yang bekerja pada
yang dimiliki oleh setiap Bendahara desa serta diimbangi dengan mengikuti
kegiatan pelatihan tertentu yang menunjang pekerjaannya maka hal tersebut akan
dalam penelitian ini terkait dengan hasil penelitian adalah untuk setiap Kepala
salah satu penilaian terhadap setiap calon Bendahara Desa untuk memperoleh
Bendahara yang memiliki kinerja yang baik. Hal tersebut dikarenakan, untuk
seorang Bendahara desa harus dapat menjelaskan secara lisan dan mendetail
REFERENSI
Gohari, P., Akram, A., Majid, B.B., Seyed, J.H. 2013. The Relationship between
rewards and employee performance Intrinsik Reward, Ekstrinsik Reward,
Employee Performance Malaysia. Interdisciplinary journal of contemporary
research in business, 5(3): 543-570.
Muttaqin, A., Nuridja, M., Tripalupi, L.E. 2014. Pengaruh latar belakang
Pendidikan, Masa Kerja terhadap Kinerja Karyawan PT. Indocitra Jaya
Samudra Negara Bali. e-Jurnal Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha,
2 (1).
Ng, Thomas W. H. dan Daniel C. Feldman. 2009. How Broadly Does Education
Contribute to Job Performance?. Journal of Psychology.
Ningrum, W., Sunuharyo, B.B., Hakam, M.S. 2013. Pengaruh Pendidikan dan
Pelatihan terhadap Kinerja Karyawan, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 6
(2): 1- 8.
Noor, Juliansyah. 2015. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya
Ilmiah. Cetakan ke-5. Jakarta: Prenada Group.
Rivai, V., Basri, A.F.M. 2005. Performance Apraisal. Cetakan Pertama, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Siagian, S.P. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Widodo. 2013. Analisis Pengaruh antara Faktor Pendidikan, Motivasi dan Budaya
Kerja Terhadap Kinerja Pegawai dalam Melaksanakan Pelayanan Publik
(Studi Pada Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Pontianak). Tesis.
Universitas Tanjungpura.
Wirama, M.I.G.P. 2010. Pengaruh Tingkat Pendidikan, masa kerja dan Pengetahuan
Akuntansi pada Kinerja Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Tabanan. Tesis. Universitas Udayana.