Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH PENDIDIKAN PADA KINERJA BENDAHARA DESA

DENGAN MOTIVASI DAN PELATIHAN SEBAGAI VARIABEL


MODERASI

Made Dwi Ferayani1


Maria M. Ratna Sari2
1,2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia
e-mail: dwiferayani@gmail.com / telp : 08174774241

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh pendidikan
pada kinerja bendahara desa se-kabupaten Badung dengan motivasi dan pelatihan sebagai
variabel moderasi. Kinerja bendahara yang ditunjang oleh latar belakang pendidikan yang sesuai
akan lebih mampu mencapai kinerja yang maksimal. Data penelitian dikumpulkan melalui
kuesioner dengan bendahara desa se-kabupaten Badung sebagai responden yang berjumlah 46
orang. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis Moderated
Regression Analysis (MRA). Penelitian ini memperoleh hasil bahwa pendidikan berpengaruh
positif pada kinerja Bendahara Desa. Untuk pengujian moderasi memperoleh hasil bahwa
motivasi dan pelatihan memperkuat pengaruh pendidikan pada kinerja Bendahara Desa.

Kata Kunci: pendidikan, motivasi, pelatihan, kinerja bendahara desa.

ABSTRACT

This study aims to obtain empirical evidence on the influence of education on the
performance of village treasurers in Badung district with motivation and training as a moderation
variable. The performance of treasurers supported by appropriate educational background will be
better able to achieve maximum performance. The data were collected through questionnaires with
the Badung regency treasurer as 46 respondents. The analysis used in this research uses the
Moderated Regression Analysis (MRA) analysis. This study obtained the result that education has a
positive effect on the performance of Village Treasurer. For moderation testing it was found that
motivation and training strengthened the educational effect on the performance of the Village
Treasurer.

Keywords: education, motivation, training, performance of the village treasurer.

PENDAHULUAN

Perubahan sistem dan paradigma yang terjadi di masyarakat Indonesia

membuat masyarakat semakin sadar akan kualitas kinerja pemerintah (public

sector), dari mulai pemerintahan pusat hingga pemerintahan terkecil yaitu Desa.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan

Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa yang mengakui keberadaan desa

secara yuridis yang berarti bahwa Desa merupakan kumpulan masyarakat yang

dilindungi hukum dan berada dalam batas wilayah memiliki kewenangan untuk

melakukan pengaturan dan mengurus kepentingan masyarakat setempat yang

didasari asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem

Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Wisakti, 2008).

Penerapan peraturan perundang-undangan tersebut memberikan wewenang

penuh untuk melakukan perencanaan, pengawasan, pengendalian dan

pengevaluasian kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh desa. Munculnya

undang-undang desa tersebut diharapkan akan memberikan dampak positif bagi

kemajuan desa. Namun, terdapat pula kekhawatiran akan muncul banyak kontradiksi

ketika pemerintah baik pusat maupun daerah tidak mampu menyikapi dengan baik

dampak dari munculnya undang-undang desa tersebut. Pentingnya dilakukan

penataan di berbagai lini dalam rangka menyambut implementasi undang-undang

desa tersebut mulai dari evaluasi kinerja di masa lalu masing-masing desa hingga

penyusunan sistem baru yang lebih bersifat stratejik yang berkaitan dengan

pengukuran kinerja (Widodo,2016).

Undang-Undang No.6 Tahun 2014 yang menjelaskan bahwa pada tahun

2015 desa akan mendapatkan kucuran dana sebesar 10% dari APBN. Dana

tersebut akan didistribusikan langsung kepada desa tanpa melalui perantara

dengan nominal yang berbeda-beda di setiap desa yang bergantung pada letak

geografis dari desa, kepadatan penduduk, dan angka kematian. Penerimaan lokasi
10% dari APBN akan menyebabkan adanya peningkatan penerimaan desa yang

tentunya perlu adanya laporan pertanggungjawaban dari desa yang berpedoman

pada Permendagri No. 113 Tahun 2014 (Sujarweni, 2015).

Laporan keuangan desa yang wajib dilaporkan oleh pemerintah desa

berupa: Anggaran, Buku Kas, Buku Pajak, Buku Bank, Laporan Realisasi

Anggaran (LRA), hal tersebut tertuang dalam Permendagri No. 113 Tahun 2014.

Menurut Permendagri No. 113 Tahun 2014 pengelolaan keuangan desa adalah

keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa. Adanya perundang-undangan

tersebut menyebabkan semua hak dan kewajiban daerah yang meliputi keuangan

daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan

uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang dimiliki daerah.

Pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan dengan cara yang baik dan bijak

agar pelaksanaannya lebih efisien dan sesuai dengan kebutuhan daerah. Yang

sangat berperan dalam hal tersebut yaitu bendahara desa (Eka, 2015).

Fungsi perbendaharaan desa tidak bisa dipisahkan dari pengelolaan keuangan

desa dalam rangka pengelolaan sumber daya keuangan desa. Fungsi utama

perbendaharaan meliputi melaksanakan sumber pendapatan desa, pengelolaan

administrasi keuangan desa dan mempersiapkan bahan penyusunan APB Desa, serta

laporan keuangan yang dibutuhkan desa dan membuat laporan pertanggungjawaban

keuangan. Perbendaharaan menuntut pengelolaan secara cepat, efektik, disertai

perencanaan, komprehensif, dan terintegrasi merupakan fungsi dan peran yang

dilaksanakan oleh bendahara, maka dari itu kinerja Bendahara Desa sangatlah
diperhatikan, karena kinerja Bendahara Desa diukur berdasarkan atas

kemampuannya dalam menyelesaikan laporan administrasi dan fungsional dengan

baik dan menyampaikan laporan tersebut ke bagian keuangan Sekda Kabupaten

Badung dengan tepat waktu.

Kinerja pada dasarnya adalah segala tindakan pegawai yang dapat

mempengaruhi kontribusi yang mereka beri kepada organisasi atau perusahaan.

Mangkunegara (2011) mengemukakan bahwa istilah kinerja berarti hasil kerja yang

dicapai oleh seorang pegawai yang dilihat berdasar atas kualitas dan kuantitas dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Penurunan

kinerja karyawan secara langsung akan berdampak pada kinerja perusahaan

sehingga mengganggu stabilitas perusahaan. Hal tersebut akan menyebabkan

terganggunya pencapaian tujuan organisasi apabila permasalahan yang terjadi tidak

diatasi dengan baik. Oleh karena itu, suatu organisasi hendaknya memberikan

perhatian lebih pada kinerja pegawainya, terutama pada pegawainya yang memiliki

kinerja di bawah standar yang ditetapkan oleh organisasi yang bersangkutan.

Permasalahan yang terjadi menimbulkan indikasi bahwa Bendahara Desa

tersebut tidak bekerja sesuai dengan peraturan yang ada dan kurang memiliki

kemampuan yang cukup sebagai bendahara, hal tersebut dilihat dari tingkat

pendidikan dan kemampuannya dalam melaksanakan tugas sebagai bendahara.

Seorang Bendahara Desa untuk memiliki kinerja yang lebih baik diperlukan

kemampuan yang sesuai dengan tugasnya. Terdapat beberapa faktor yang dapat

memengaruhi kinerja seseorang, seperti individual, kepemimpinan, dan

lingkungan kerja. Salah satu faktor individual yang sangat berperan penting
memengaruhi kinerja yaitu pendidikan. Pendidikan merupakan hal penting yang

membentuk sumber daya manusia. Seorang pegawai akan memiliki pengetahuan

tertentu jika menempuh tingkat pendidikan yang terkait. Kinerja bendahara yang

ditunjang oleh latar belakang pendidikan yang sesuai akan lebih mampu mencapai

kinerja yang maksimal. Berdasarkan hal tersebut maka diketahui tingkat

pendidikan seseorang yang digunakannya dalam menyelesaikan pekerjaannya

akan membantunya dalam meningkatkan kinerjanya sehingga berdampak pula

pada kinerja organisasi tempatnya bekerja (Kasmini, 2016). Hasil empiris tersebut

menegaskan bahwa pendidikan merupakan prediktor penting sebagai penentu

tingkat kinerja seseorang.

Penelitian terdahulu yang meneliti pengaruh pendidikan pada kinerja

pegawai, diantaranya adalah penelitian Ng dan Feldman (2009), Dartha (2011),

Pelitawati (2012), Madi (2013), Ningrum dkk. (2013), Irdianto (2014) dan

Pakpahan (2014) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara pendidikan pada kinerja pegawai sedangkan penelitian Wirama (2010),

Widodo (2013), Gohari, et al.(2013), Eriva dkk. (2013) dan Muttaqin dkk. (2014)

dalam penelitiannya menyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

pendidikan pada kinerja pegawai. Adanya inkonsistensi hasil penelitian

sebelumnya menimbulkan dugaan adanya faktor lain yang memengaruhinya,

antara lain yaitu pelatihan dan motivasi (Mahmudi, 2007).

Teori pembelajaran merupakan teori yang mempelajari adanya perubahan

perilaku yang tidak bersifat sementara yang terjadi merupakan bagian dari

pengalaman. Seseorang tidak hanya memperoleh pembelajaran dari lingkungan


pendidikan formal saja seperti sekolah saja tetapi pembelajaran juga dapat terjadi

dari pendidikan informal yang terjadi setiap waktu (Robbins dan Judge, 2008).

Berdasarkan teori pembelajaran, maka diketahui bahwa seseorang mendapat

pembelajaran bukan hanya dari pendidikan formal tetapi juga melalui pegalaman

yang diperoleh dari pendidikan informal seperti pelatihan. Menurut Rivai (2005)

motivasi merupakan suatu sikap dan nilai-nilai yang dapat mendorong seseorang

untuk mencapai sesuatu sesuai dengan tujuannya. Teori Motivasi menyatakan

bahwa terdapat faktor-faktor yang menjadi penggerak, memberikan arah,

pendukung dan menghentikan perilaku seseorang yang akan berdampak pada

kinerjanya yang terdapat dalam setiap diri seseorang.. Berdasarkan hal tersebut,

maka pelatihan dan motivasi dapat dikatakan sebagai faktor situasional lain yang

dapat memengaruhi hubungan pendidikan dengan kinerja seseorang.

Motivasi adalah suatu tindakan yang dilakukan sebagai upaya untuk

mencapai suatu tujuan yang didasari oleh dorongan dan ketekunan individu.

(Robbins dan Judge, 2008). Motivasi yang dimiliki pegawai memiliki peran dalam

penentuan seberapa berhasil pegawai tersebut dalam menyelesaikan pekerjaanya..

Oleh karena itu, perusahaan harus selalu memiliki upaya yang terinovasi untuk

menjaga sekaligus meningkatkan motivasi dari setiap pegawainya (Soeharto,

2005).

Selain motivasi, faktor kedua yang dapat memberikan dampak pada

kinerja bendahara adalah pelatihan terutama yang terkait dengan pengelolaan

keuangan. Secara konsepsional pelatihan bertujuan sebagai usaha peningkatan

keterampilan dan kemampuan bendahara dalam bekerja. Pelatihan berfokus pada


perencanaan upaya suatu organisasi untuk memudahkan kegiatan pembelajaran

para pegawai yang berkaitan dengan kompetensi dalam penyelesaian suatu

pekerjaan. Pentingnya peran pelatihan untuk meningkatkan kinerja aparatur desa

sangat disadari oleh pemerintah, sehingga pada tahun 2016 dilaksanakan pelatihan

yang diselenggarakan oleh Direktur Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Kementerian Dalam Negeri yang akan diikuti oleh 168 ribu aparatur desa dan

kira-kira 14 ribu aparatur kecamatan (Bisnis.com, 2016). Hal tersebut diharapkan

dapat memberikan dampak yang positif bagi peningkatan kinerja keuangan desa.

Kabupaten Badung merupakan salah satu wilayah dengan nilai APBN

tertinggi di Provinsi Bali yang berarti bahwa dana yang dikucurkan pada desa-

desa di kabupaten tersebut juga sangat tinggi. Peraturan Bupati Badung Nomor 44

Tahun 2016 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa telah

secara detail menjelaskan tugas dan fungsi dari perangkat desa dalam struktur

organisasi serta tata kerja dalam pelaksanaan setiap kegiatan desa beserta dengan

pembinaan dan pengawasan. Kabupaten Badung juga secara aktif selalu

melaksanakan pelatihan bendahara desa untuk menunjang kinerja keuangan dalam

pengelolaan dana desa. Namun, hal tersebut belum berjalan efektif mengingat

bahwa masih terdapat pelanggaran yang terjadi.

Berdasarkan uraian diatas maka, peneliti ingin melakukan pengujian

secara empiris mengenai hubungan tingkat pendidikan dengan kinerja Bendahara

Desa se-Kabupaten Badung dengan motivasi dan pelatihan sebagai pemoderasi.

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh bukti empiris mengenai kemampuan

motivasi dan pelatihan dalam memoderasi pengaruh pendidikan pada kinerja


Bendahara Desa se-Kabupaten Badung. Penelitian ini dapat memberikan beberapa

manfaat. Pertama, manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat menjadi

tambahan pengetahuan khususnya mengenai teori pembelajaran dan teori motivasi

yang menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja, seperti

pendidikan, motivasi, dan pelatihan. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai

referensi bagi penelitian selanjutnya. Kedua, manfaat praktis dari penelitian ini

adalah dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dan memberikan kontribusi

pemikiran kepada kepala desa Se-Kabupaten Badung dalam penunjukan pegawai

yang bertugas sebagai bendahara Desa perlu memperhatikan faktor-faktor yang

memengaruhi kinerja, seperti pendidikan, motivasi, dan pelatihan.

Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang bersifat tidak hanya

sementara yang merupakan bgian dari pengalaman yang dialami seseorang.

Seseorang dapat belajar tidak hanya melalui pendidikan formal seperti sekolah

saja tetapi seseorang dapat belajar setiap waktu. Tiga bagian yang penting dalam

pengertian pembelajaran, yaitu: (a) pembelajaran diartikan dengan adanya

perubahan; (b) perubahan tersebut bersifat relatif permanen; serta (c) diperlukan

adanya pengalaman, yang diperoleh melalui pengamatan atau latihan, ataupun

didapat secara tidak langsung (Robbins dan Judge, 2008). Teori pembelajaran

sosial berkaitan dengan penelitian ini karena teori pembelajaran memiliki

pandangan bahwa seseorang mendapat pembelajaran melalui pengalaman yang

diperoleh baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengalaman langsung

yang dimaksud dalam penelitian ini dapat berupa pendidikan dan pelatihan.

Melalui pendidikan dan pelatihan yang ditempuh seseorang dapat memberikan


dampak pada perubahan perilaku kearah yang lebih baik sehingga akan

berdampak pada kinerja orang tersebut.

Menurut Herzberg (Hasibuan, 1996:108), terdapat dua faktor yang dimiliki

seseorang yang memberikan dorongan untuk melakukan upaya mencapai

kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor tersebut adalah

faktor higiene dan faktor motivator. Faktor higiene memotivasi seseorang untuk

menghindari ketidakpuasan, termasuk di dalamnya adalah hubungan antar

individu, gaji (imbalan) dan kondisi lingkungan (faktor ekstrinsik), sedangkan

faktor motivator memotivasi seseorang untuk dapat berupaya mencapai kepuasan,

yang termasuk di dalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat

kehidupan (faktor intrinsik). Dalam penelitian ini, kebutuhan-kebutuhan tersebut

berkaitan dengan psikologikal seseorang, yaitu seperti kebutuhan akan

pendidikan. Kebutuhan tersebut merupakan bagian dari kebutuhan yang dapat

memotivasi seseorang. Dengan demikian, teori motivasi dua faktor Herzberg,

dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara tingkat pendidikan pada

kinerja bendahara desa dengan dimoderasi oleh variabel motivasi.

Penggunaan pendekatan kontinjensi bertujuan untuk mengidentifikasi

berbagai variabel kontinjensi yang memengaruhi kinerja bendahara desa. Adanya

ketidakkonsistenan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat

faktor lain yang berpengaruh pada hubungan tersebut. Pendekatan kontijensi

adalah solusi dari adanya perbedaan hasil temuan tersebut (Govindarajan, 1988).

Adanya kemungkinan variabel-variabel lain yang berperan sebagai pemoderasi

dan pemediasi merupakan indikasi yang akan dibahas dalam pendekatan


kontinjensi. Murray (1990) dalam Husnatarina dan Nor (2007) menjelaskan

bahwa variabel moderasi merupakan variabel yang memengaruhi hubungan antar

dua variabel, baik itu bersifat memperkuat atau memperlemah. Pendekatan

kontinjensi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh pelatihan

dan motivasi sebagai variabel moderasi pada hubungan antara pendidikan dengan

kinerja bendahara desa.

Pembelajaran menurut Robbins dan Judge (2008) merupakan setiap

perubahan perilaku yang terjadi yang sifatnya relatif permanen dan terjadi sebagai

hasil dari pengalaman. Teori pembelajaran menurut Robbins dan Judge (2008)

melalui pengondisian klasik merupakan suatu kondisi yang menyebabkan

seseorang memberi tanggapan tertentu sebagai upaya untuk menanggapi sesuatu

yang dikenali. Salah satu contoh pengondisian klasik adalah dengan menempuh

jalur pendidikan. Pendidikan merupakan implementasi dari seberapa besar

kemampuan yang dimiliki seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan.

Seseorang yang menempuh tingkat pendidikan tertentu akan menyebabkan

seseorang tersebut memiliki pengetahuan lebih tentang hal yang dipelajarinya

sehingga mampu dengan baik serta cakap dalam melaksanakan tugasnya. Siagian

(2011) menyatakan bahwa setiap orang memiliki keinginan untuk berkembang

dengan cara meningkatkan kemampuan yang dmilikinya sehingga kemampuan

tersebut dapat menjadi efektif yang salah satu caranya adalah dengan menempuh

pendidikan yang baik. Karena dengan adanya pendidikan yang baik, maka daya

analisa seseorang akan semakin tinggi sehingga akan lebih mampu memecahkan
masalah yang dihadapi. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

H1: Pendidikan berpengaruh positif pada kinerja Bendahara Desa.

Teori Motivasi menyatakan bahwa suatu tahapan yang dapat memberikan

suatu dorongan dan ketekunan individual sebagai suatu upaya dalam mencapai

target yang diharapkan (Robbins, 2008). Seorang yang memiliki tingkat

pendidikan tertentu dengan diimbangi oleh tingkat motivasi dari orang tersebut

dipercaya akan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan seseorang

yang memiliki tingkat pendidikan tertentu namun tidak diimbangi dengan tingkat

motivasi tertentu. Tingkat motivasi seorang bendahara dapat berasal dari motivasi

internal dan juga motivasi eksternal. Kinerja yang baik dapat dihasilkan oleh

seorang bendahara yang tidak hanya memiliki motivasi internal yang kuat tetapi

juga imbangi dengan motivasi eksternal. Berdasarkan uraian di atas, maka

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H2: Motivasi memperkuat pengaruh pendidikan pada kinerja bendahara Desa

Teori pembelajaran sosial menurut Robbins dan Judge (2008) merupakan

pandangan yang menyatakan bahwa proses belajar dapat diperoleh melalui

pengalaman langsung ataupun pengalaman tidak langsung. Pelatihan merupakan

upaya yang dapat mempermudah pegawai untuk dalam pekerjaannya yang

sekarang atau yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan tentang pikiran,

tindakan, kecakapan, pengetahuan, dan sikap yang layak secara efektif. Pelatihan

adalah upaya yang direncanakan organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan

kinerja pegawai (Dessler, 2011). Analisis kebutuhan pelatihan berperan sebagai


pondasi bagi upaya yang sistematis untuk mengatasi permasalahan kinerja dalam

suatu organisasi. Permasalahan tersebut dapat terjadi karena adanya suatu

perbedaan antara perilaku aktual Bendahara Desa yang meliputi pengetahuan dan

keterampilan dengan pelaku yang diharapkan oleh organisasi untuk

menyelesaikan berbagai pekerjaan yang dibebankan sehingga perlu

dilaksanakannya program pelatihan yang dapat menunjang kinerja Bendahara

Desa (Simamora, 2002). Simanjuntak (1985) menyatakan peningkatan

keterampilan pegawai baik secara horisontal maupun vertikal merupakan peran

penting pelatihan. Secara horisontal berarti lebih memperdalam keterampilan yang

berkaitan dengan jenis pekerjaan yang dikerjakan, sedangkan secara vertikal

memperdalam satu bidang tertentu. Pemberian pelatihan bagi pegawai secara

berkala akan meningkatkan kompetensi yang dimiliki sehingga berdampak

peningkatan kinerja organisasi, sehingga program pelatihan harus mendapat

perhatian melalui perencanaan kebutuhan pelatihan bagi setiap pegawai.

H3: Pelatihan memperkuat pengaruh pendidikan pada kinerja bendahara Desa

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada seluruh kantor desa se-kabupaten Badung.

Pemilihan lokasi ini dilakukan karena kucuran dana yang paling banyak diperoleh

Kabupaten Badung. Berdasarkan pada dimensi riset yang dilakukan, penelitian ini

berfokus untuk menguji pengaruh tingkat pendidikan terhadap kinerja bendahara

desa se-kabupaten Badung dengan pelatihan dan motivasi sebagai variabel moderasi.

Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai teknik pengumpulan data penelitian.


Dalam kuesioner penelitian diuraikan item-item pertanyaan yang berhubungan

dengan variabel yang diteliti. Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah

bendahara desa se-kabupaten badung. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

kinerja Bendahara Desa. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

pendidikan. Penelitian ini juga menggunakan variabel moderasi yaitu motivasi dan

pelatihan

Penelitian ini menggunakan sumber data primer yang diperoleh melalui

kuesioner penelitian mengenai pengaruh pendidikan pada kinerja Bendahara Desa

dengan motivasi dan pelatihan sebagai variabel moderasi. Kuesioner yang

digunakan dalam penelitian ini diukur dengan lima poin skala likert. Populasi

penelitian ini adalah seluruh seluruh bendahara desa se-kabupaten Badung.

Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada teknik nonprobability sampling

dengan metode sampling jenuh, yaitu metode penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2013: 122), dengan tujuan

untuk mendapatkan sampel yang representatif. Jadi, sampel dalam penelitian ini

adalah semua bendahara desa se-kabupaten Badung yang berjumlah 46

bendahara desa.

Kuesioner merupakan instrumen yang digunakan untuk memperoleh data

yang dibutuhkan. Kuesioner yang digunakan mengacu pada definisi operasional

variabel yang telah dipaparkan. Kinerja bendahara (Y) diukur dengan 5 indikator

dari Mitchell and Larson (1987) dalam Wirama (2010) yaitu: kemampuan,

prakarsa, ketepatan waktu, kualitas kerja dan komunikasi. Kelima indikator

tersebut dijabarkan dalam 15 pernyataan dengan 5 poin Skala Likert. Pendidikan


(X1) diukur dengan melihat sejauh mana pegawai yang bertugas sebagai

bendahara Desa telah menempuh pendidikan yang dihitung dengan tahun sukses

yaitu lama waktu dalam menempuh jenjang pendidikan formal sebagai berikut :

(1) SMA diberikan skor 12, (2) D3 diberikan skor 15 dan (3) S1 diberikan skor 16

dikembangkan oleh Irdianto (2014). Motivasi (M1) dengan Instrumen yang

digunakan untuk mengukur tingkat motivasi dirangkum oleh hasibuan (2013)

yang diadopsi dari Maslow (dalam Robbins dan Judge, 2015) terdiri dari 14 item

pertanyaan dengan 5 poin Skala Likert. Pelatihan (M2) dengan Instrumen yang

digunakan untuk mengukur tingkat pelatihan dirangkum oleh Lubis (2008) yang

terdiri dari 14 item pertanyaan dengan 5 poin Skala Likert..

Berikut ini merupakan konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pelatihan (M2)

Pendidikan (X1) Kinerja Bendahara


Desa (Y)

Motivasi (M1)

Gambar 1. Konsep Penelitian


Sumber: data primer diolah, 2017

Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji data penelitian adalah

Moderated Regression Analysis (MRA). Moderated Regression Analysis (MRA)

dinyatakan dalam bentuk regresi berganda dengan persamaan mirip polynomial


yang menggambarkan pengaruh nonlinier. Model MRA yang digunakan dalam

penelitian ini diasumsikan linier dan diuji dengan tingkat signifikansi sebesar 5

persen. Model MRA digunakan untuk menguji interaksi (perkalian dua atau lebih

variabel independen) yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan

langsung antara variabel independen dengan variabel dependen (Ghozali,

2016:138).

Model MRA yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Y = α + β1X1+ β2M1 + β3M2 + β4X1M1 + β5X1M2 + e ..................................... (1)

Keterangan:

Y = variabel Kinerja Bendahara

X1 = variabel Pendidikan

M1 = variabel Motivasi

M2 = variabel Pelatihan

X1M1 = interaksi antara variabel pendidikan dengan motivasi

X1M2 = interaksi antara variabel pendidikan dengan pelatihan

α = konstanta

β1 – β5 = koefisien regresi

e = error

Sebelum dilakukan pengujian Moderated Regression Analysis (MRA),

terlebih dahulu dilakukan pengujiam instrumen yang terdiri dari uji validitas dan

reliabilitas instrumen, analisis statistik deskriptif dan uji asumsi klasik yang terdiri

atas uji normalitas, uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas.


Berikut ini adalah kriteria penetuan model moderasi yaitu: (1) b2,3 not

significant b4,5 significant, artinya Moderasi Murni (Pure Moderator); (2) b2,3

significant b4,5 significant, artinya Moderasi Semu (Quasi Moderator). Quasi

moderasi merupakan variabel yang memoderasi hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen yang sekaligus menjadi variabel

independen; (3) b2,3 significant b4,5 not significant, artinya Prediktor Moderasi

(Predictor Moderasi Variabel). Artinya variabel moderasi ini hanya berperanan

sebagai variabel prediktor (independen) dalam model hubungan yang dibentuk;

dan (4) b2,3 not significant b4,5 not significant, artinya Moderasi Potensial

(Homologiser Moderator). Artinya variabel tersebut potensial menjadi variabel

moderasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bendahara desa yang bekerja

pada Kantor Desa Se-kabupaten Badung. Pemilihan sampel penelitian didasarkan

pada teknik nonprobability sampling dengan metode sampling jenuh. Sampling

jenuh adalah metode penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel (Sugiyono, 2013: 122), dengan tujuan untuk mendapatkan sampel

yang representatif. Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah semua bendahara

desa se-kabupaten badung yang berjumlah 46 bendahara desa. Kuesioner yang

kembali sebanyak 46 kuesioner. Berdasarkan Tabel 1 dijelaskan tingkat

pengembalian kuesioner yaitu sebagai berikut:


Tabel 1
Tingkat Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah

Kuesioner yang disebar 46

Kuesioner yang kembali 46

Kuesioner yang tidak lengkap (0)

Kuesioner yang layak dianalisis 46

Tingkat Pengembalian/Response Rate


𝐾𝑢𝑒𝑠𝑖𝑜𝑛𝑒𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 100%
𝑥 100%
𝐾𝑢𝑒𝑠𝑖𝑜𝑛𝑒𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚
Tingkat Pengembalian yang layak digunakan/ Useable
Response Rate 100%
𝐾𝑢𝑒𝑠𝑖𝑜𝑛𝑒𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑜𝑙𝑎ℎ
𝑥 100%
𝐾𝑢𝑒𝑠𝑖𝑜𝑛𝑒𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚
Sumber: Data diolah, 2018

Uji Instrumen

Berdasarkan hasil uji instrumen, yang terdiri dari uji validitas dan

reliabilitas, diperoleh hasil uji validitas instrumen dari setiap item pernyataan dari

masing-masing variabel penelitian memiliki nilai koefisien korelasi lebih dari 0,30

sehingga, seluruh item pernyataan pada kuesioner penelitian dapat dinyatakan

valid. Untuk hasil uji reliabilitas masing-masing variabel penelitian memiliki nilai

cronbach’s alpha lebih dari 0,70 sehingga variabel penelitian dapat dinyatakan

reliabel.

Analisis Statistik Deskriptif

Penyajian hasil uji statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan

gambaran mengenai karakteristik variabel penelitian, antara lain nilai minimum,


nilai maksimum, mean dan deviasi standar. Hasil analisis statistik deskriptif dari

penelitian ini disajikan pada Tabel 2 yaitu sebagai berikut:

Tabel 2
Statistik Deskriptif
Variabel Penelitian N Nilai Nilai Mean Deviasi
Minimum Maksimum Standar
PENDIDIKAN (X1) 46 12 16 14,02 1,85
MOTIVASI (M1) 46 31 70 54,97 8,27
PELATIHAN (M2) 46 23 70 43,54 7,91
KINERJA BENDAHARA (Y) 46 47 74 56,60 6,63
Sumber: Data diolah, 2018

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri atas uji normalitas, uji

multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas. Hasil uji normalitas memperoleh nilai

signifikansi Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,894 lebih dari 0,05. Artinya data

dalam model regresi telah terdistribusi normal. Hasil pengujian multikoliniearitas

menunjukkan seluruh variabel bebas dalam penelitian ini menghasilkan nilai

tolerance lebih dari 0,1 dan nilai variance inflation factor kurang dari 10 yang

artinya tidak terdapat gejala multikolinearitas. Hasil uji heteroskedastisitas

menggunakan metode glejser menunjukkan bahwa hasil uji heteroskedastisitas

signifikan dari semua variabel independen memiliki nilai lebih dari 0,05.

Sehingga model ini mengandung gejala homoskedastisitas.


Tabel 3
Hasil Uji Normalitas
Uraian Unstandardized Residual

N 46
Kolmogorov-Smirnov (Z) 0,119
Asymp. Sig (2-tailed) 0,105
Sumber: Data diolah, 2018

Tabel 4
Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel Penelitian Collinearity Statistic

Tolerance VIF

Pendidikan (X1) 0,973 1,028


Motivasi (M1) 0,808 1,238
Pelatihan (M2) 0,620 1,614
Sumber: Data diolah, 2018

Tabel 5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Penelitian t hitung Sig.

Pendidikan (X1) -0,183 0,856


Motivasi (M1) -1,172 0,248
Pelatihan (M2) 0.105 0,917
Sumber: Data diolah, 2017

Moderated Regression Analysis (MRA)

Penelitian ini menggunakan satu variabel independen yaitu pendidikan;

satu variabel dependen yaitu kinerja Bendahara Desa; dan dua variabel moderasi

yaitu motivasi dan pelatihan. Pengujian dengan variabel interaksi merupakan

salah satu bagian dari penerapan model Moderated Regression Analysis (MRA).

Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa nilai koefisien F hitung adalah sebesar

12,846 dengan signifikansi sebesar 0,000 kurang dari 0,05. Hal ini berarti bahwa

model penelitian ini layak untuk dianalisis lebih lanjut. Berdasarkan Tabel 7 dapat
dilihat bahwa nilai adjusted R square adalah sebesar yang berarti bahwa 56,80%

variasi naik turunnya perubahan kinerja Bendahara Desa dipengaruhi oleh

variabel bebas pendidikan dan variabel pemoderasi motivasi dan pelatihan,

sedangkan 43,20% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan

dalam model.

Tabel 6
Hasil Uji F
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Regression 27,731 5 5,546 12,846 0,000


Residual 17,269 40 0,432
Total 45,000 45
Sumber: Data diolah, 2018

Tabel 7
Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of
the Estimate

1 0,785 0,616 0,568 0,65706679


Sumber: Data diolah, 2018

Tabel 8
Hasil Moderated Regression Analysis (MRA)
Unstandardized Standardized
Coefficient Coefficient Sig.
Model t
B Std. Error Beta

Konstanta -0,45 0,099 -0,459 0,648


Pendidikan (X1) 0,456 0,099 0,456 4,596 0,000
Motivasi (M1) 0,239 0,109 0,239 2,190 0,034
Pelatihan (M2) 0,457 0,124 0,457 3,672 0,001
X1M1 0,230 0,108 0,233 2,124 0,040
X1M2 0,309 0,123 0,313 2,519 0,016
Sumber: Data diolah, 2018
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat hasil Regression Analysis (MRA) dalam

penelitian ini, sehingga dapat disusun persamaan regresi moderasi sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2M1+ β3M2 + β4 X1M1 + β5 X1M2 + e …………………… (1)

= -0,45 + 0,456X1 + 0,239M1+ 0,457M2 + 0,230X1M1 + 0,309X1M2 ……. (1)

Pengujian Hipotesis

Pengaruh Pendidikan pada Kinerja Bendahara Desa

Berdasarkan Tabel 8 hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien uji t

sebesar 4,596 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 kurang dari 0,05. Hal

tersebut berarti bahwa pendidikan berpengaruh positif terhadap kinerja bendahara

desa, sehingga H1 diterima.

Motivasi Memoderasi Pengaruh Pendidikan pada Kinerja Bendahara Desa

Berdasarkan Tabel 8 hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien uji t sebesar

2,124 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,040 kurang dari 0,05. Hal tersebut

berarti bahwa motivasi memperkuat pengaruh pendidikan pada kinerja bendahara

desa, sehingga H2 diterima. Selain itu, berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan

dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa koefisien beta variabel motivasi

signifikan dan koefisien beta variabel interaksi antara pendidikan dengan motivasi

signifikan maka tingkat motivasi dapat dikatakan sebagai jenis dalam penelitian ini

merupakan jenis moderasi semu. Hal ini berarti motivasi merupakan variabel yang

memoderasi hubungan antara tingkat pendidikan pada kinerja bendahara desa yang

sekaligus menjadi variabel independen.


Pelatihan Memoderasi Pengaruh Pendidikan pada Kinerja Bendahara Desa

Berdasarkan Tabel 8 hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien uji t

sebesar 2,519 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,016 kurang dari 0,05. Hal

tersebut berarti bahwa pelatihan memperkuat pengaruh pendidikan pada kinerja

bendahara desa, sehingga H3 diterima. Selain itu, berdasarkan hasil uji yang telah

dilakukan dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa koefisien beta variabel

pelatihan signifikan dan koefisien beta variabel interaksi antara pendidikan

dengan pelatihan signifikan maka tingkat pelatihan dapat dikatakan sebagai jenis

moderasi semu. Hal ini berarti pelatihan merupakan variabel yang memoderasi

hubungan antara tingkat pendidikan pada kinerja bendahara desa yang sekaligus

menjadi variabel independen.

Implikasi Penelitian

Berdasarkan hasil pembahasan diatas implikasi dari penelitian ini adalah

tingkat pendidikan merupakan prediktor yang sangat penting yang dapat

mempengaruhi kinerja bendahara desa. Dalam penelitian ini dikemukakan bahwa

motivasi dan pelatihan merupakan variabel yang dapat memperkuat hubungan antara

tingkat pendidikan dengan kinerja Bendahara Desa. Implikasi lain dari penelitian ini

adalah Bendahara Desa diharapkan mampu meningkatkan kemampuan inisiatif

dalam penataan administrasi keuangan desa sehingga mampu menyusun laporan

administrasi dan fungsional dengan baik. Selain itu, Bendahara Desa Se-Kabupaten

Badung memiliki kualitas kerja yang baik, mampu mengkomunikasikan hasil kerja
berupa Laporan administrasi dan fungsional ke bagian Keuangan Sekda Kabupaten

Badung dengan tepat waktu sehingga kinerja yang dihasilkan akan semakin baik.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat

disimpulkan bahwa Pendidikan berpengaruh positif pada kinerja bendahara desa

yang bekerja pada Kantor Desa Se-kabupaten Badung. Semakin tinggi pendidikan

yang dimiliki oleh Bendahara desa, maka kinerja dari bendahara desa tersebut

akan semakin baik. Selain itu, penelitian ini memperoleh hasil motivasi

memperkuat pengaruh pendidikan pada kinerja bendahara desa yang bekerja pada

Kantor Desa Se-kabupaten Badung, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan

yang dimiliki oleh setiap Bendahara desa serta diikuti oleh tingkat motivasi

tertentu maka hal tersebut akan mendorong Bendahara desa tersebut untuk

memiliki kemampuan untuk mampu mencapai kinerja yang optimal. Pelatihan

memperkuat pengaruh pendidikan pada kinerja bendahara desa yang bekerja pada

Kantor Desa Se-kabupaten Badung, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan

yang dimiliki oleh setiap Bendahara desa serta diimbangi dengan mengikuti

kegiatan pelatihan tertentu yang menunjang pekerjaannya maka hal tersebut akan

mendorong Bendahara desa tersebut untuk memiliki kemampuan untuk mampu

mencapai kinerja yang optimal.

Berdasarkan atas simpulan hasil penelitian, maka Saran yang diajukan

dalam penelitian ini terkait dengan hasil penelitian adalah untuk setiap Kepala

Desa Se-Kabupaten Badung yang melakukan rekrutmen Bendahara Desa


hendaknya lebih memperhatikan indikator kemampuan dan kualitas kerja sebagai

salah satu penilaian terhadap setiap calon Bendahara Desa untuk memperoleh

Bendahara yang memiliki kinerja yang baik. Hal tersebut dikarenakan, untuk

meningkatkan kemampuannya seorang Bendahara Desa harus lebih memahami

tugas-tugas yang diberikan, sedangkan untuk meningkatkan kualitas kerja,

seorang Bendahara desa harus dapat menjelaskan secara lisan dan mendetail

setiap pekerjaan yang telah dikerjakan.

REFERENSI

Dartha, I Ketut. 2011. Pengaruh Pendidikan Dan Pelatihan (Diklat)


Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil Pada Sekretariat Daerah Kota
Malang. Jurnal Ekonomi Modernisasi. Universitas Kanjuruhan Malang.

Eriva, C.Y., Islahudin, Darwanis. 2013. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pelatihan,


Masa Kerja dan Jabatan terhadap Pemahaman Laporan Keuangan Daerah,
Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, 1(2): 1-14.

Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:


Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gohari, P., Akram, A., Majid, B.B., Seyed, J.H. 2013. The Relationship between
rewards and employee performance Intrinsik Reward, Ekstrinsik Reward,
Employee Performance Malaysia. Interdisciplinary journal of contemporary
research in business, 5(3): 543-570.

Govindarajan, V. 1988. A Contigency Approach to Strategy Implementation at the


Business-Unit Level Integrating Administrative Mechanism with Strategy.
Academy of Management Journal 31 (4): 828-851.

Husnatarina, F., Nor, W. 2007. Pengaruh Keterlibatan Pekerjaan dan Budget


Emphasis dalam Hubungan antara Partisipasi Anggaran dengan Senjangan
Anggaran. The 1st Accounting Conference Faculty of Economic Universitas
Indonesia, 1-25.
Irdianto, W. 2014. Hasil Belajar Melalui Motivasi Peserta Diklat Ditinjau dari Latar
Belakang Ekonomi dan Pendidikan. Jurnal Pendidikan Sains 2(1): 53-62.

Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP YKPN.

Mangkunegara, A.P. 2003. Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya


Manusia. Bandung: Refika Aditama.

Muttaqin, A., Nuridja, M., Tripalupi, L.E. 2014. Pengaruh latar belakang
Pendidikan, Masa Kerja terhadap Kinerja Karyawan PT. Indocitra Jaya
Samudra Negara Bali. e-Jurnal Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha,
2 (1).

Ng, Thomas W. H. dan Daniel C. Feldman. 2009. How Broadly Does Education
Contribute to Job Performance?. Journal of Psychology.

Ningrum, W., Sunuharyo, B.B., Hakam, M.S. 2013. Pengaruh Pendidikan dan
Pelatihan terhadap Kinerja Karyawan, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 6
(2): 1- 8.
Noor, Juliansyah. 2015. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya
Ilmiah. Cetakan ke-5. Jakarta: Prenada Group.

Pakpahan, E.S., Siswidyanto, Sukanto. 2014. Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan


terhadap Kinerja Pegawai. Jurnal Administrasi Publik (JAP), 2(1): 116-121.

Pelitawati, D., Zainudin, H.I., Hardiasyah. 2010. Pengaruh Pendidikan dan


Pelatihan, Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pegawai UPTD Hiperkes &
Keselamatan Kerja Disnakertrans Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal.
Universitas Guna Darma Palembang.

Rivai, V., Basri, A.F.M. 2005. Performance Apraisal. Cetakan Pertama, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.

Robbins, S.P., Judge, T.A. 2008. Organizational Behaviour. 12 th Edition. Jakarta:


Salemba Empat.

Siagian, S.P. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Simamora, H. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.


Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D). Bandung: Penerbit Alfabeta.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Widodo. 2013. Analisis Pengaruh antara Faktor Pendidikan, Motivasi dan Budaya
Kerja Terhadap Kinerja Pegawai dalam Melaksanakan Pelayanan Publik
(Studi Pada Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Pontianak). Tesis.
Universitas Tanjungpura.

Wirama, M.I.G.P. 2010. Pengaruh Tingkat Pendidikan, masa kerja dan Pengetahuan
Akuntansi pada Kinerja Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Tabanan. Tesis. Universitas Udayana.

Wisakti, Daru. 2008. Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa Di Wilayah


Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan. Tesis. Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai