(Skripsi)
Oleh :
Halaman
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian....................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian..................................................................................... 11
LAMPIRAN ......................................................................................................... 94
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tahun 2013-2017(persen).............................................................................. 5
Tabel 12. Interaksi Spasial Rata-Rata Kabupaten Lampung Timur Tahun 2013-
Tabel 13. Interaksi Spasial Rata-Rata Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2013-2017
Lampung ...................................................................................................... 65
Lampung ...................................................................................................... 67
Tabel 17. Nilai Rata-Rata LQ Kabupaten Lampung Barat Tahun 2013-2017 .... 83
Gambar Halaman
PerkapitaTahun 2013-2017..................................................................... 8
A. Latar Belakang
panjang yang disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi dan
tersebut akan memberikan perubahan pada masyarakat, baik itu dari sisi
macam variabel dari perubahan besar yang terjadi dalam sebuah struktur sosial,
Menurut Todaro (2003) pertumbuhan ekonomi sebagai suatu proses yang mantap
pendapatan nasional.
Pada prinsipnya, konsep pusat pertumbuhan dilandasi oleh konsep ruang ekonomi
(economic space) yang dikemukakan oleh Francois Perroux. Teori Perroux yang
dikenal dengan istilah pusat pertumbuhan (growth of pole) merupakan teori yang
berbeda dan dengan akibat yang berbeda pula. Dengan kata lain, kutub
pertumbuhan dapat memberikan imbas (trickling down effect) bagi wilayah atau
geografis(Widyaastuti,2018)
wilayah tertentu bergantung pada lokasi dari sumberdaya alam dan keuntungan-
keuntungan lokasi lainnya. Pertumbuhan ini akan terjadi pada daerah belakangnya
melalui melalui efek kumulatif yaitu efek sebar (spread effect) dan efek serap
adanya industri induk tertentu, cenderung hanya akan menarik modal dari daerah
memungkinkan backwash effect akan menjadi lebih kuat dari spread effect yang
3
Perbedaan antara konsep Myrdal dan Hirschman adalah terletak pada keyakinan
masing-masing akan terjadinya spread effect atau trickling down effect dengan
Myrdal, backwash effect akan muncul lebih kuat dari pada spread effect,
sedangkan menurut Hirschman, trickling down effect akan lebih kuat dari pada
polarization effect, yang berarti bagi daerah belakangnya, dampak positif lebih
Keterkaitan wilayah ini yang akan mempengaruhi wilayah yang saling berkaitan
dua wilayah atau lebih yang dapat menimbulkan gejala, kenampakan, atau
permasalahan baru.
4
negatif. Efek limpahannya yaitu efek limpahan teknologi, efek limpahan industri,
Lampung memiliki posisi yang strategis karena menjadi perlintasan utama jalur
hubungan darat dan laut antara wilayah Sumatera dan Jawa. Provinsi Lampung
(hinterland).
5
rata-
No Kabupaten/Kota 2013 2014 2015 2016 2017 rata
1 Bandar Lampung 6,77 7,05 6,33 6,43 6,28 6,6
2 Lampung Barat 6,87 5,56 5,32 5,01 5,03 5,6
3 Lampung Selatan 6,41 5,80 5,38 5,22 5,46 5,8
4 Lampung Tengah 6,46 5,68 5,38 5,64 5,29 5,6
5 Lampung Timur 8,96 2,87 4,58 4,23 4,64 4,8
6 Lampung Utara 6,46 5,80 5,43 5,12 5,21 5,5
7 Mesuji 6,18 5,69 5,23 5,13 5,23 5,3
8 Metro 6,89 6,13 5,87 5,91 5,66 6,2
9 Pesawaran 6,20 5,59 5,03 5,07 5,11 5,2
10 Pesisir Barat 5,54 5,10 4,94 5,31 5,34 5,1
11 Pringsewu 6,43 5,75 5,22 5,04 5,01 5,5
12 Tanggamus 6,76 5,90 5,51 5,18 5,21 5,5
13 Tulang Bawang 6,75 5,54 5,02 5,42 5,45 5,6
Tulang Bawang
14 Barat 6,37 5,50 5,35 5,27 5,64 5,5
15 Way Kanan 5,28 5,67 5,27 5,14 5,11 5,3
Provinsi
Lampung 5,77 5,08 5,13 5,15 5,17 5,3
Sumber: BPS Provinsi Lampung, 2018
Lampung dari tahun 2013-2017. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa
ekonomi dibanding Provinsi Lampung yaitu Kota Bandar Lampung sebagai ibu
kota sebesar 6,6 persen dan diurutan kedua adalah Kota Metro sebesar 6,2 persen
dan yang ketiga Lampung Selatan sebesar 5,8 persen, Lampung Barat, Lampung
Tengah dan Tulang Bawang sebesar 5,6 persen , kabupaten/kota yang lainnya
berkisar 5 persen dan yang paling rendah adalah Lampung Timur sebesar 4,8
persen.
besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor dan konstruksi. Di antara lima
eceran, reparasi mobil dan sepeda motor terbesar adalah Kota Bandar
mereka. Pendapatan per kapita adalah total pendapatan suatu daerah dibagi jumlah
suatu wilayah. Semakin besar pendapatan per kapita bisa dikatakan semakin
berbeda dan beberapa wilayah akan terbagi menjadi daerah yang maju atau yang
7 45,000.00
6 40,000.00
35,000.00
5
30,000.00
4 25,000.00
3 20,000.00
15,000.00
2
10,000.00
1 5,000.00
0 0.00
laju
pertumbuhan
ekonomi (%)
raerata PDRB
per kapita(Rp)
tinggi dan juga PDRB per kapitanya yang juga tinggi. Salah satu metode untuk
masing daerah adalah tipologi klassen. Tipologi klassen pada dasarnya membagi
daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan
pendapatan per kapita daerah. Dalam tipologi klassen ini akan terbagi mana yang
Wilayah kuadran 1 adalah kategori wilayah cepat maju dan cepat tumbuh.
Wilayah ini memiliki PDRB dan juga pendapatan perkapita yang cukup tinggi di
bandingkan wilayah lainnya. Wilayah dengan ketersediaan sumber daya yang ada
9
apabila dapat memanfaatkannya dengan baik akan memberikan nilai tambah bagi
merupakan desa-kota, kota-kota maupun wilayah yang lebih luas dari kota.
dilihat melalui analisis indeks moran global yang merupakan statistik yang
dengan visualisasi secara spasial dari indeks lokal Moran terdapat dalam LISA
kabupaten/kota mana saja yang memiliki karakteristik yang sama atas parameter
dari adanya hubungan ketergantungan antar daerah dan juga keterkaitan sektor
ekonomi antar wilayah seperti dalam penelitian Wibisono (2010) yang berjudul
bahwa adanya efek limpahan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat Efek
limpahan tertinggi terjadi di Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik. Hal ini
terjadi karena selain kedua kabupaten tersebut dikelilingi oleh tetangga dengan
karakteristik yang tinggi, juga karena mendapatkan efek limpahan langsung dari
kutub pertumbuhan yaitu Kota Surabaya. Dari tahun 2001 sampai tahun 2013
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis mengangkat topik dalam
B. Rumusan Masalah
Lampung?
spasial ?
C. Tujuan Penelitian
Didasari dari latar belakang dan rumusan masalah maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan penelitian :
tumbuh.
4. Untuk menganalisa sektor apakah yang menjadi sektor basis di wilayah yang
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis : Bagi penulis sebagai salah satu syarat kelulusan Strata 1 (S1) di
1. Landasan Teori
1. Tipologi Klassen
utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah.
Melalui analisis ini diperoleh empat karateristik pola dan struktur pertumbuhan
ekonomi yang berbeda, yaitu: daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh (high growth
and high income), daerah maju tapi tertekan (high income but low growth), daerah
berkembang cepat (high growth but income), dan daerah relatif tertinggal (low
growth and low income) (Kuncoro dan Aswandi, 2002) dan (Radianto, 2003).
Rerata Pendapatan
Perkapita
Yi <Y Yi>Y
Rerata Laju Pertumbuhan
Ri > R High growth but low High growth and
income high income
Ri < R Low growth and low High income but
income low growth
Kuadran IV Kuadran I
Daerah relatif tertinggal Daerah cepat maju dan cepat tumbuh
Xi<x dan ∆Xi <∆X Xi>x dan ∆Xi >∆X
Kuadran III Kuadran II
Xi<x dan ∆Xi >∆X Xi>x dan ∆Xi <∆X
Keterangan:
alat ukur yang digunakan yaitu tipologi Klassen dengan pendekatan wilayah.
Provinsi berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi dan PDRB
per kapita masing-masing provinsi. Dengan menentukan PDRB per kapita sebagai
Daerah tersebut pada dasarnya dapat dikatakan paling maju, hal tersebut dapat
karena hal terebut diiringi dengan potensi kualitas dan kuantitas sumberdaya
alam yang melimpah jadi daerah ini memiliki potensi yang sangat besar untuk
Daerah ini relatif maju, namun laju pertumbuhannya lama kelamaan menurun
karena adanya tekanan kegiatan internal dalam suatu wilayah. Walaupun dalam
kondisi sekarang daerah ini termasuk dalam daerah maju, namun dimasa
Daerah ini memiliki potensi yang sangat baik dalam hal pengembangan
wilayah. Tapi daerah ini butuh perhatian khusus karena terkait akan
Oleh karena itu dengan potensi SDA dan SDM yang baik, maka diperkirakan
daerah ini akan berkembang pesat, namun tetap butuh perhatian dan strategi
yang seperti ini menggambarkan bahwa daerah ini akan sulit berkembang.
Salah satu pemicu agar daerah ini dapat lebih maju yaitu dengan cara
2. Indeks Gravitasi
Indeks Gravitasi ini diilhami dari Hukum Gravitasi Newton yang dicetuskan oleh
Sir Isaac Newton. Hukum Gravitasi Newton berbunyi “Dua massa yang
potensi sumber daya alam yang dimiliki, mempunyai daya tarik yang dapat
dianalogikan sebagai daya tarik menarik antara dua kutub magnet. Analisis
wilayah atau lebih. Dengan analisis gravitasi, dapat diketahui bahwa kekuatan
interaksi antara dua wilayah yang berbeda dapat diukur dengan memperhatikan
Model gravitasi menurut Tarigan (2005) adalah model yang sering digunakan
untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari
potensi tersebut. Jarak akan mempengaruhi niat orang untuk bepergian ke suatu
daerah karena untuk menempuh jarak tersebut diperlukan waktu, tenaga dan
biaya. Semakin jauh jarak yang memisahkan kedua daerah, akan semakin rendah
keinginan orang untuk bepergian atau akan menghambat mobilitas barang. Dalam
adalah aspek produksi, aspek pembiayaan, aspek tenaga kerja, aspek jaringan
kebutuhannya. Tenaga kerja ini tidak hanya tenaga kerja lokal tetapi juga tenaga
kerja asing dari berbagai negara yang berbeda-beda. Aspek jaringan informasi ini
negara lain di seluruh dunia karena sudah adanya kemajuan teknologi. Dengan
juga bisa menjadi semakin mudah. Aspek perdagangan ini melakukan penurunan
dan penyeragaman tarif, serta mencoba menghapus berbagai hambatan non tarif
𝑃𝑖.𝑃𝑗
IIJ =k 𝑑𝑖𝑗
Keterangan:
Nurkse (1960), tetapi teori tersebut pertama kali dikemukakan oleh Rosentein
pendapatan yang lebih merata di daerah kurang berkembang dengan lebih cepat
dari pada di daerah lebih kaya. Dalam pembangunan seimbang harus dilakukan
pembangunan berbagai jenis industri yang mempunyai kaitan erat satu sama lain
dibelanjakan untuk membeli berbagai barang hasil produksi industri lain dan
et al, 2001).
pasaran untuk barang-barang yang dihasilkan oleh berbagai industri yang akan
bahwa dorongan untuk melakukan penanaman modal dibatasi oleh luasnya pasar.
produktivitas (Adisasmitha,2013).
menyatakan bahwa tidak ada negara yang memiliki modal dalam jumlah yang
sangat besar untuk melakukan pembangunan di semua sektor. Oleh karena itu,
investasi seharusnya dilakukan pada beberapa sektor atau industri yang telah
terpilih agar hasilnya cepat berkembang, dan hasil tersebut dapat digunakan untuk
arah pertumbuhan yang seimbang. Ahli ahli ekonomi ini di antaranya C.P.
Kindleberge, H.W. Singer dan Albert Hirschman (Jhingan, 2010; Perkin, et al,
pada sektor terpilih dari pada investasi secara serentak pada semua sektor
19
baru. Hal ini hanya dapat dicapai dengan cara membuat ketidakseimbangan
ekonomi mungkin agak tak teratur dan dipenuhi dengan kemacetan dan
industri akan berlanjut sebagian besar melalui kaitan mundur yakni dari industri
berakar pada dasar non ekonomi. Ketimpangan berkaitan erat dengan sistem
kapitalis yang dikendalikan oleh motif laba. Motif inilah yng mendorong
ekspektasi laba yang lebih tinggi, sedangkan wilayah lain akan ditinggalkan.
dampak balik atau backwash effect. Misalnya jika terjadi pertumbuhan ekonomi di
tenaga kerja maupun modal dari wilayah di sekitarnya sehingga wilayah A yang
sejak lebih maju karena pertumbuhan ekonominya akan semakin maju sedangkan
Spread effect terjadi saat pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu wilayah
wilayah produksi bahan mentah. Maka kedua wilayah akan saling berhubungan,
jika wilayah industri mengalami pertumbuhan maka wilayah bahan mentah akan
yang terjadi antar wilayah menunjukan kurangnya dampak dari spread effect
sebaliknya yang terjadi adalah kuatnya dampak balik atau backwash effect
(Siagian, 2010)
negatif (Richardson, 1976; Wong dan Tiongson, 1980; Capello, 2009). Dalam
terdapat tiga jenis efek limpahan, yaitu efek limpahan teknologi, efek limpahan
∆𝑌𝑗𝑡
SPrt =∑𝑛𝑗=1 𝑊𝑗 𝑑𝑟𝑗
Dengan:
Nilai yang diperoleh dari perhitungan jika wilayah yang bertetanggan atau
5. Keterkaitan spasial
yang terjadi antar wilayah dapat berupa di bidang ekonomi contohnya adalah
aliran barang dan jasa, migrasi tenaga kerja, aliran pendapatan masuk transfer dan
22
pengiriman uang. Interaksi juga dapat terjadi di bidang teknologi yaitu, terjadinya
difusi teknologi dari wilayah yang memiliki teknologi lebih tinggi ke wilayah
yang memiliki teknologi lebih rendah. Selain itu, situasi politik di suatu wilayah
Keterkaitan yang terjadi antar wilayah dapat berupa keterkaitan positif dan
negatif. Keterkaitan positif terjadi jika suatu wilayah dikelilingi oleh wilayah
dengan karakteristik yang sama. Sebaliknya, keterkaitan negatif terjadi jika suatu
wilayah dikelilingi oleh wilayah lain yang karakteristiknya tidak sama. Hal ini
sesuai dengan hukum geografi Tobler I bahwa “segala sesuatu berkaitan satu
sama lain, namun sesuatu yang dekat memiliki keterkaitan yang lebih erat
Besarnya keterkaitan antar wilayah dapat diukur jika posisinya terhadap wilayah
a. Persinggungan perbatasan
yang berbatasan secara fisik (langsung) dengan wilayah lain. Wilayah yang
signifikan ke wilayah lain. Dengan kata lain, wilayah yang berbatasan secara
secara langsung maka tetangga. Kriteria ini terbagi atas beberapa cara, yaitu:
1) Linear Contiguity
2) Rook Contiguity
3) Bishop Contiguity
dengan 2 wilayah lain yang berada di sebelah kanan, kiri, utara, dan
selatan.
6) Queen Contiguity
24
1 2 3
4 5 6
b. Penimbang Spasial
D C B
E F G
E D,dan F
F C,D,E, dan G
G B,C,dan F
Matriks pembobotnya :
0 1 1 0 1 0 0
1 0 1 0 0 0 1
1 1 0 1 1 0 1
W= 0 0 1 0 1 1 0
0 0 0 1 0 1 0
0 0 1 1 1 0 1
{0 1 1 0 0 1 0}
6. Indeks Moran
untuk menghitung autokorelasi spasial secara global. Metode ini dapat digunakan
Dengan :
𝑛 𝑛
𝑆0 = ∑ ∑ 𝑤𝑖𝑗∗
𝑖=1 𝑗=1
Dengan:
I : Indeks Moran
Rentang nilai dari Indeks Moran’s dalam kasus matriks pembobot spasial
terstandarisasi :
negatif
Nilai Indeks Moran tidak menjamin ketepatan pengukuran jika matriks pembobot
adanya autokorelasi spasial atau tidak, dilakukan uji signifikansi Indeks Moran.
a. Hipotesis
b. Tingkat Signifikansi : α
27
c. Statistik uji
𝐼 − 𝐸(𝐼)
𝑍(𝐼) = ≈ 𝑁(0,1)
√𝑉𝑎𝑟(𝐼)
Dengan :
1
𝐸(𝐼) = 𝐼0 = −
𝑛−1
𝑛2 𝑆1 − 𝑛𝑆2 + 3𝑆02
𝑉𝑎𝑟(𝐼) = − [𝐸(𝐼)]2
(𝑛2 − 1)𝑆02
𝑛 𝑛
𝑆0 = ∑ ∑ 𝑤𝑖𝑗
𝑖=1 𝑗=1
𝑛 𝑛
1
𝑆1 = ∑ ∑(𝑤𝑖𝑗 + 𝑤𝑗𝑖 )2
2
𝑖=1 𝑗=1
2
𝑛 𝑛 𝑛
𝑆2 = ∑ (∑ 𝑤𝑖𝑗 + ∑ 𝑤𝑗𝑖 )
𝑖=1 𝑗=1 𝑗=1
a. Kriteria uji
Jika signifikansi α jika |𝑍(𝐼)| > 𝑍1−𝛼 maka Ho Ditolak (terdapat autokorelasi
positif)
𝑍1−𝛼 adalah (1-α) kuantil dari l standar.Nilai dari indeks I adalah antara -1
dan 1.Apabila I > Io, data memiliki autokorelasi positif. Jika I < Io,data
7. Moran’s scatterplot
Moran’s Scatterplot menunjukan hubungan antara nilai amatan pada suatu lokasi
yang distandarisasi dengan rata-rata nilai amatan pada lokasi yang bertetanggan
yang terdiri dari empat kuadran. Setiap kuadran menunjukan pola hubungan
spasial antar lokasi yaitu Low-Low (LL), Low-High (LH), High-Low (HL), dan
28
menunjukan bahwa lokasi yang mempunyai nilai amatan rendah dikelilingi oleh
mmepunyai nilai amatan tinggi dikelilingi oleh lokasi yang mempunyai nilai
dikelilingi oleh lokasi yang mepunyai nilai amatan tinggi. Gambar dibawah ini
berikut:
spasial.
Menurut Ambardi dan Socia (2002), teori ini dapat memperhitungkan adanya
kenyataan bahwa dalam suatu kelompok industri bisa saja terdapat kelompok
lainnya dijual ke pasar lokal. Disamping itu, teori ini juga dapat digunakan
tetapi metode ini menguras biaya, waktu dan tenaga kerja yang banyak.
norma referensi) dan konsumen yang lebih dari satu dipergunakan sebagai
petunjuk adanya kegiatan ekspor. Asumsinya adalah bahwa, jika suatu daerah
lebih berspesifik daripada bangsa yang bersangkutan dalam produksi suatu barang
produksi surplus. Secara umum Location Quotient (LQ) dapat dirumuskan sebagai
berikut :
𝑣𝑖/𝑣𝑡
𝐿𝑄 =
𝑉𝑖/𝑉𝑡
Di mana :
Vt : Pendapatan regional/nasional
permintaan dari dalam daerah sehingga harus didatangkan dari daerah lain.
32
2. Penelitian Terdahulu
Tabel 4. PenelitianTerdahulu
Judul Metode
No Peneliti Tahun Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
1 I Wayan Spillover 2009 Variabel: Hasil penelitian
Suparta Effect 1. PDRB menunjukkan investasi
Perekonom Provinsi Provinsi Lampung,
ian Provinsi Lampung pengeluaran pemerintah
DKI Jakarta 2. investasi Provinsi Lampung,
dan swasta pertumbuhan ekonomi dan
Sumatera 3. pengeluar harga komoditi di Provinsi
Selatan an DKI Jakarta dan Sumatera
terhadap pemerinta Selatan mempengaruhi
Pertumbuh h pertumbuhan ekonomi
an Ekonomi 4. harga- Provinsi Lampung. Harga
Provinsi barang di komoditi dan pertumbuhan
Lampung. Lampung ekonomi Jakarta dan
5. harga Sumatera Selatan
barang merupakan variabel yang
6. pendapata mengindikasikan bahwa
n Lampung terkena spillover
masyaraka effect. Hal ini interregional
t DKI pada pertumbuhan amat
Jakarta penting bagi Provinsi
7. pendapata Lampung dimana
n perekonomian Provinsi DKI
masyaraka Jakarta memiliki pengaruh
t yang lebih kuat
Sumatera dibandingkan dengan
Selatan. perekonomian Sumatera
Selatan.
2 Ernawati Dampak 2014 Metode : Hasil regresi dengan Panel
Pasaribu, Spillover - uji LM data dengan kondisi Spatial
D.S. Pusat-Pusat Spatial Lag Fixed Effect menunjukkan
Priyarson Pertumbuh Dependent bahwa pertumbuhan
o,Herman an Di - regresi output, pertumbuhan
to Kalimantan dengan tenaga kerja dan
Siregar,D Spatial pertumbuhan investasi di
an Ernan Fixed suatu wilayah lebih
Rustiadi Effect disebabkan karena
variabel : besarnya aliran ekonomi
- output (Y) Berdasarkan identifikasi
- pertumbuh tipologi kabupaten/ kota,
an tenaga satu-satunya daerah
kerja dengan kategori cepat
- pertumbuh tumbuh dan maju/kaya
an yang sekaligus yang masuk
33
Judul Metode
No Peneliti Tahun Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
investasi. antar wilayah di
Kalimantan. Kedekatan
suatu wilayah dengan
pusat pertumbuhan justru
menimbulkan dampak yang
negative atau terjadi
backwash effect baik
terhadap pertumbuhan
output, pertumbuhan
tenaga kerja, dan
pertumbuhan investasi. Hal
ini mencerminkan bahwa
kedekatan dengan pusat-
pusat pertumbuhan di
Kalimantan justru
menimbulkan pengurasan
terhadap wilayah
sekitarnya
3. Pristiawa Efek 2016 Metode : Berdasarkan identifikasi
nWibison Limpahan Indeks lokal tipologi kabupaten/kota,
o, Pertumbuh Moran,Local satu-satunya daerah
Mudrajad an Antar Indicators of dengan kategori cepat
Kuncoro Kabupaten/ Spatial tumbuhdan maju/kaya
Kota di Association yang sekaligus merupakan
Provinsi (LISA). kutub pertumbuhan di
Jawa Timur Tipologi Provinsi Jawa Timur adalah
Tahun 2001 Variabel : Kota Surabaya. Efek
2013 - PDRB (Y) limpahan tertinggi terjadi
- Jumlah di Kabupaten Sidoarjo
penduduk sebesar 9,8719 dan
- PDRB per Kabupaten Gresik sebesar
kapita 8,2797. Hal ini terjadi
- Tingkat karena selain kedua
kemiskinan kabupaten tersebut
- tenaga dikelilingi oleh tetangga
kerja dengan karakteristik yang
- jumlah tinggi, juga karena
Industri mendapatkan efek
Besar/Seda limpahan langsung dari
ng (IBS) kutub pertumbuhan.
Berdasarkan sebaran efek
limpahan,dapat
disimpulkan bahwa dari
tahun 2001 hingga2013,
pembangunan di Provinsi
Jawa Timur masihterpusat
di kawasan tengah.
34
Judul Metode
No Peneliti Tahun Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
Berdasarkan LISA cluster
map, kabupaten/kota yang
termasuk dalam klaster
high-high dan low-low,
merupakan
kabupaten/kota yang
memiliki performa
ekonomi yang identik.
Kesamaan ini dapat terjadi
karena adanya inter-
regional complementarity.
4 Roberta Spatial 2009 Formula Ada tiga jenis Efek
Capello Spillovers menurut limpahan, yaitu knowledge
and capello spillovers,industry
Regional Spillovers, dan growth
Growth: spillovers. Dengan
A Cognitive menggunakan Pendekatan
Approach secara geografis, sebuah
formula Untuk menghitung
efek limpahan
pertumbuhan Antar daerah
ditemukan dengan
mempertimbangkan Aspek
spasial.
5 V.Pradee Spillover 2017 Metode : Pembangun efek spillover
p,Mita Effects Of - Estima positif dari FDI dan R & D
Bhattacha Research si pada produktivitas.
rya,Jong- And GMM Berhubungan dengan biaya
Rong Developme Variabel : produksi yang lebih rendah
Chen nt, Exports - Invest dan lingkungan FDI yang
And asi lebih baik, yang telah
Foreign indust mendorong perusahaan
Investment ri asing untuk berinvestasi di
On - Ekspor India. Dimana penelitian ini
Productivit indust menetapkan pentingnya
y: riTekn liberalisasi investasi asing
Empirical ologi dalam kasus India, dan
Evidence peran FDI dalam
From meningkatkan keduanya
Indian produktivitas dan daya
Manufactur saing sektor manufaktur.
ing
6 Arman, Assessing 2017 Alat analisis : Hasilnya menunjukkan
35
Judul Metode
No Peneliti Tahun Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
Setia the Effects - IRIO bahwa wilayah Sulawesi
Hadi,Akh of Inter- Selatan menghasilkan efek
mad Fauzi Regional spillover terbesar ke
,Noer Spillover wilayah lain. Hal ini
Azam and menunjukkan bahwa
Achsani Feedback wilayah Sulawesi Selatan
in dapat menjadi jembatan
Indonesia dengan daerah lain untuk
meningkatkan keterkaitan
dan kinerja ekonomi antar
daerah. Jawa Timur
menghasilkan efek
limpahan terkecil
dibandingkan dengan
daerah lain, tetapi
menghasilkan efek umpan
balik yang paling besar.
Hasil yang mengejutkan
adalah Sulawesi Selatan
memberikan efek spillover
sedikit ke daerah Sulawesi
lainnya, dan sebaliknya.
Hal ini menunjukkan
bahwa kedua daerah
memiliki interaksi yang
lemah dibandingkan
dengan interaksi dengan
Jawa Timur
36
3. Kerangka Pemikiran
Keberagaman kondisi wilayah yang ada baik dalam segi sumber daya alam dan
wilayah yang dapat mengolah dengan baik atau yang belum bisa mengolah
sumber daya yang ada dengan baik. Terdapat daerah yang maju dan ada yang
belum maju,yang berarti belum bisa sepenuhnya wilayah ini berjalan dengan
ekonominya harus tingkatkan salah satu caranya memilih daerah yang menjadi
pertumbuhan struktur ekonomi yang lain. Struktur ini dipahami sebagai kelompok
kompetitif dan daya saing nasional. Meskipun ruang ekonomi tidak di identifikasi
sebagai suatu wilayah, namun dalam prakteknya kutub pertumbuhan seperti yang
dengan konsep keruangan yang konkrit dan diharapkan dapat menjadi prime
mover bagi wilayah sekitarnya. Maka daerah akan kita lakukan pemetaan daerah
manakah yang maju dan belum maju menggunakan tipologi klassen Variabel yang
digunkaan adalah rata-rata laju pertumbuhan ekonomi dan rata-rata PDRB ADHK
akan terlihat manakah daerah yang cepat maju dan tumbuh,dalam penelitian ini
memilih daerah cepat maju dan cepat tumbuh yaitu kuadran 1 dalam tipologi
klassen yang selanjutnya akan dilihat apakah wilayah ini memiliki saling
keterkaitan satu sama lainnya adanya keterkaitan ini apakah terdapat efek
Capello (2009) pada wilayah yang termasuk dalam wilayah cepat maju dan cepat
tumbuh yang ditambah dengan analisis keterkiatan spasial yaitu metode yang
digunakan adalah indeks moran yang akan di lengkapi dengan LISA. Dari hasil
pengujian ini maka akan diperoleh informasi apakah terjadi autokorelasi atau
grafik empat kuadran bagi setiap unit analisis yang dihitung dan juga tambahan
data dari berapa banyak perusahaan yang terdapat di suatu daerah dan darimana
Indeks Gravitasi
4. Hipotesis
2. Diduga Kota Bandar Lampung memiliki nilai interaksi spasial yag tinggi .
angka dan menginterpretasikannya. Data yang digunakan yaitu berasal dari Badan
Pusat Statistik (BPS) dan juga instansi pemerintah lainnya. Periode penelitian
yang dipilih adalah dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 dikarenakan
Kabupaten Pesisir Barat baru di mekarkan dan berpisah dari Kabupaten Lampung
Barat pada tahun 2012,sehingga peneliti memilih saat semua wilayah lengkap.
B. Batasan Penelitian
2. Untuk menganalisa interaksi spasial daerah yang digunakan adalah data tiap
C. Metode Analisis
Tujuan :
tambah barang dan jasa yang di hitung menggunakan harga yang berlaku pada
satu tahun tertentu sebagai tahun dasar.Data PDRB ADHK dapat digunakan
tahun 2013-2017
diperoleh dengan cara mengurangi nilai PDRB (ADHK 2010) pada tahun ke-n
dengan niali PDRB tahun ke n-1 dikali 100. Dengan menjumlahkan hasil
perhitungan pada setiap tahun dan di bagi banyaknya tahun maka diperoleh
nilai rata-ratanya.
domestik yang tinggal kurang dari 6 (enam) bulan, awak kapal atau pesawat
yang sedang singgah, pengusaha asing dan domestik yang tinggal kurang dari
6 (enam) bulan, anggota Diplomat dan Konsulat, serta pekerja musiman (BPS
2. Model Gravitasi
𝑃𝑖.𝑃𝑗
IIJ =k 𝑑𝑖𝑗
Keterangan:
(2009), yaitu:
∆𝑌𝑗𝑡
SPrt =∑𝑛𝑗=1 𝑊𝑗 𝑑𝑟𝑗
Dengan:
43
Data yang digunakan adalah data laju pertumbuhan ekonomi sebagai penimbang
secara ekonomi, PDRB dan jarak antar kabupaten/kota tertentu dan wilayah
ekonomi ∶
Dengan:
I : Indeks Moran
Rentang nilai dari Indeks Moran’s dalam kasus matriks pembobot spasial
terstandarisasi:
Indeks Moran tidak menjamin ketepatan pengukuran jika matriks pembobot yang
autokorelasi spasial atau tidak, dilakukan uji signifikansi Indeks Moran. Dalam
D C B
L E F G
I
K J H
N
0 M
baris 2 misalnya:
W* = 1+0+1+0+0+0+0+0+0 =2
46
Sehingga unsur-unsur pada baris pertama matriks dinormalisasi adalah 0 atau 1/2
0 1/2 1/2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1/4 0 1/4 0 0 0 1/4 1/4 0 0 0 0 0 0 0
1/5 1/5 0 1/5 0 1/5 1/5 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1/3 0 1/3 1/3 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1/5 0 1/5 1/5 0 0 0 1/5 1/5 0 0 0
0 0 1/4 1/4 1/4 0 1/4 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1/8 1/8 0 1/8 1/8 0 1/8 0 1/8 1/8 0 0 0 1/8
W*= 0 0 0 0 0 0 1/3 0 1/3 0 0 0 1/3 0 0
0 0 0 0 0 1/3 1/3 0 1/3 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1/3 0 0 0 1/3 0 0 0 1/3
0 0 0 0 1/4 0 1/4 0 0 1/4 0 0 0 0 1/4
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1/5 1/5 1/5 0 0 0 1/5 1/5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1/2 0 1/2
{ 0 0 0 0 0 0 1/5 0 0 1/5 1/5 0 0 1/5 1/5}
c. Moran’s Scatterplot
Moran’s Scatterplot menunjukan hubungan antara nilai amatan pada suatu lokasi
yang distandarisasi dengan rata-rata nilai amatan pada lokasi yang bertetanggan
yang terdiri dari empat kuadran. Setiap kuadran menunjukan pola hubungan
spasial antar lokasi yaitu Low-Low (LL), Low-High (LH), High-Low (HL), dan
menunjukan bahwa lokasi yang mempunyai nilai amatan rendah dikelilingi oleh
mmepunyai nilai amatan tinggi dikelilingi oleh lokasi yang mempunyai nilai
dikelilingi oleh lokasi yang mepunyai nilai amatan tinggi. Gambar dibawah ini
(Yi− Ȳ) ∑𝑁
𝑗=1 𝑤𝑖𝑗 (Yj− Ȳ)
Ii =
∑𝑁
𝑗=1 (Yj− Ȳ )2 /N
Jika nilai Ii positif dan signifikan maka pengelompokan wilayah yang terjadi di
𝑣𝑖/𝑣𝑡
𝐿𝑄 =
𝑉𝑖/𝑉𝑡
Di mana :
Vt : Pendapatan regional/nasional
permintaan dari dalam daerah sehingga harus didatangkan dari daerah lain.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tipologi Klassen
Hasil perhitungan tipologi klassen pada tahun 2013 menujukkan pembagian kelas-
LTimur
Kuadran 1
Kuadran 2
METRO
LB TANG Bandar lampung
LU TB
MESUJI TUBABAR
PRING LTengah
LS
PESAW
PB
WK Kuadran 4
Kuadran 3
Tipologi klassen
Kuadran II Kuadran I
Daerah maju tapi tertekan : Daerah cepat maju dan tumbuh :
1. Metro 1. Bandar Lampung
2. Tulang Bawang Barat 2.Tulang Bawang
3.Pesawaran 3.Mesuji
4.Lampung Utara 4.Lampung Selatan
5.Tanggamus 5.Lampung Timur
6. Lampung Barat 6.Lampung Tengah
7. Pringsewu
maju tapi tertekan sedangkan 2 persen termasuk kedalam kuadran 3 yaitu daerah
berkembang. Hal ini menunjukkan sebagian besar daerah cepat maju dan tumbuh
Lampung Selatan dan Lampung Timur dengan PDRB tinggi cenderung akan
dengan laju pertumbuhan yang tinggi yaitu di atas 6,5 persen. Wilayah seperti
Lampung Barat, Tanggamus, Pringsewu, Way Kanan dan Pesisir Barat yang
memiliki penduduk rendah dan PDRB rendah merupakan wilayah yang memiliki
PDRB perkapita rendah namun laju pertumbuhan ekonominya yang relatih sedang
Hasil perhitungan tipologi klassen pada tahun 2014 akan menujukkan pembagian
Kuadran 2 Kuadran 1
Bandar Lampung
METRO
METRO
Tang LUtara
Pring MESUJI
WK LS LTengah
LB PESAW
TBB TB
PB
Kuadran 3 Kuadran 4
LTimur
Tipologi klassen
Kuadran II Kuadran I
Daerah maju tapi tertekan : Daerah cepat maju dan tumbuh :
1. Metro 1. Bandar Lampung
2. Tulang Bawang Barat 2.Tulang Bawang
3.Pesawaran 3.Mesuji
4.Lampung Utara 4.Lampung Selatan
5.Tanggamus 5.Lampung Tengah
6. Lampung Barat
7. Pringsewu
8. Way Kanan
9. Pesisir Barat
maju tapi tertekan Kabupaten Lampung Timur turun ke daerah kuadran 2 yang
Tahun 2014 lebih banyak daerah yang masuk kedalam kuadran 2 yang
bersangkutan. Karena itu, walaupun daerah ini merupakan daerah telah maju
Timur termasuk kedalam kuadran yaitu daerah relatif tertinggal yang pada tahun
Wilayah yang memiliki penduduk yang tinggi seperti Bandar Lampung, Tulang
Bawang, Lampung Selatan dan Lampung Tengah dengan PDRB tinggi cenderung
akan memiliki PDRB perkapita tinggi yang berkisar diatas Rp 24.000.000 dan RP
30.000.000 diikuti dengan laju pertumbuhan yang tinggi yaitu di atas 6 persendan
terdapat pula wilayah yang memiliki PDRB tinggi dan PDRB perkapita tinggi
yang disebabkan karena memiliki jumlah penduduk yang sedikit namun ada satu
wilayah yaitu lampung timur yang memiliki PDRB tinggi, jumlah penduduk yang
rendah yaitu 2,87 persen. Selanjutnya wilayah seperti Metro, Lampung Barat, dan
ekonominya yang relatih sedang yaitu berkisar 5,2 persen sampai 6,13 persen.
Hasil perhitungan tipologi klassen pada tahun 2015 akan menunjukkan pembagian
Bandar Lampung
Tangg
LTengah
LU LS
LB WK TBB Mesuji
Pring
TB
Pesaw
PB
Kuadran 4
Kuadran 3
LTimur
Tipologi klassen
Kuadran II Kuadran I
Daerah maju tapi tertekan : Daerah cepat maju dan tumbuh :
1. Metro 1. Bandar Lampung
2. Tulang Bawang Barat 2.Mesuji
3.Pesawaran 3.Lampung Selatan
4.Lampung Utara 4.Lampung Tengah
5.Tanggamus
6. Lampung Barat
7. Pringsewu
8. Way Kanan
Kuadran III Kuadran IV
Daerah Berkembang : Daerah relatif tertinggal :
1. Pesisir Barat Tulang bawang barat
2. Pesawaran 1. Lampung Timur
2. Tulang Bawang
Tahun 2015 terjadi pergeseran posisi dengan banyaknya daerah yang masuk
kedalam daerah kuadran 2 sama seperti tahun 2014 daerah yang bergeser dari
Lampung pada tahun ini memiliki jumlah penduduk dengan kisaran sama dengan
daerah lain 400 sampai dengam 900 jiwa dan pada tahun 2015 terdapat daerah
yang memiliki PDRB tinggi dengan jumlah penduduknya yang cukup banyak
Bandar Lampung
LTengah
TB
PB LS
TBB
Tangg WK
LB LU Mesuji
Pring Pesaw
LTimur
Kuadran 3 Kuadran 4
Tipologi klassen
Kuadran II Kuadran I
Daerah maju tapi tertekan : Daerah cepat maju dan tumbuh :
1. Metro 1. Bandar Lampung
2. Tulang Bawang Barat 2.Lampung Selatan
3.Pesisir Barat 3.Lampung Tengah
4. Tanggamus 4. Tulang Bawang
Kuadran III Kuadran IV
Daerah Berkembang : Daerah relatif tertinggal :
1. Lampung Barat Tulang bawang barat
2. Pringsewu 1. Lampung Timur
3. Way Kanan 2. Mesuji
4. Lampung Utara
5. Pesawaran
58
Hasil tipologi klassen pada tahun 2016 terdapat masing-masing daerah tersebar
Pada tahun 2015 daerah kuadran 1 seperti Bandar Lampung, Lampung Tengah
dan Lampung Selatan memiliki PDRB dan perkapita tinggi meskipun memiliki
tinggi karena memiliki PDRB tidak terlalu tinggi dan memiliki jumlah penduduk
yang sedikit yaitu 435,125 jiwa. Daerah dengan PDRB perkapita terendah adalah
Lampung Barat dengan PDRB rendah dan jumlah penduduk sedikit namun
Bandar Lampung
Kuadran 2 Kuadran 1
Metro TBB
LS TB
PB
LTengah
Tangg LU Mesuji
WK Pesaw
LB Pring
LTimur
Kuadran 3 Kuadran 4
Tipologi klassen
Kuadran II Kuadran I
Daerah maju tapi tertekan: Daerah cepat maju dan tumbuh :
1. Metro 1. Bandar Lampung
2. Tulang Bawang Barat 2. Tulang Bawang
3.Lampung Utara 3. Lampung Tengah
4. Pesisir Barat 4.Mesuji
5. Tanggamus 5. Lampung Selatan
2. Pesawaran
3. Pringsewu
4. Lampung Timur
5. Lampung Barat
Tahun 2017 wilayah yang masuk kedalam kuadran 1 memiliki PDRB perkapita
tinggi dengan PDRB dan jumlah penduduk yang banyak seperti Kabupaten
Lampung Tenggah, Lampung Timur dan Bandar Lampung. PDRB per kapita
tingkat perekonomian yang tertinggi dan jumlah penduduk yang relatif kecil,
maka Kota Bandar Lampung dalam periode 2013-2017 tercatat sebagai penerima
PDRB per kapita terbesar, bahkan lebih tinggi dari PDRB per kapita Provinsi
Lampung. PDRB per kapita penduduk Lampung pada tahun 2017 meningkat
sebesar 8,98 persen menjadi Rp.37,21 juta bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, sedangkan dalam periode yang sama PDRB per kapita Kota Bandar
Lampung tahun 2017 meningkat sebesar 11,58 persen menjadi Rp.50,04 juta bila
dalam kurun waktu tahun 2013-2017. Tahun 2017, PDRB per kapita Lampung
Barat meningkat sebesar 8,29 persen menjadi Rp.20,62 juta bila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya (Tinjauan Ekonomi Regional tahun 2017). Berikut ini
2017 :
62
Bandar Lampung
Metro
Lampung Selatan
LB Pring
LUtara TB LTengah
TBB
Tangg
WK Mesuji
PB
Pesaw
LTimur
Tabel 18. Hasil rata-rata Tipologi klassen Provinsi Lampung Tahun 2013-2017
daerah yang berada di kuadran 1 yaitu daerah cepat maju dan tumbuh relatif
memiliki rata-rata PDRB perkapita dan pertumbuhan ekonomi tinggi adalah Kota
Bawang Barat, dan Mesuji. Sedangkan daerah yang terdapat di kuadran 4 yaitu
daerah relatif tertinggal adalah Lampung Timur yang memiliki PDRB perkapita
dan pertumbuhan tinggi rendah. Berikut ini adalah tabel perubahan tipologi tahun
Kuadran 1 : Kuadran 1 :
1.Bandar Lampung 1.Bandar Lampung
2.Tulang Bawang 2.Tulang Bawang
3.Mesuji 3.Lampung Tengah
4.Lampung Selatan 4.Mesuji
5.Lampung Timur 5.Lampung Selatan
6.Lampung Tengah
Kuadran 2 : Kuadran 2 :
1.Metro 1.Metro
2.Tulang Bawang Barat 2.Tulang Bawang Barat
3.Pesawaran 3.Lampung Utara
4.Lampung Utara 4.Pesisir Barat
5.Tanggamus 5.Tanggamus
6.Lampung Barat
7.Pringsewu
Kuadran 3 : Kuadran 3 :
1.Pesisir Barat 1.Way Kanan
2.Way Kanan 2.Pesawaran
3.Pringsewu
4.Lampung Timur
5.Lampung Barat
Kuadran 4 : Kuadran 4:
- -
Sumber : Data diolah,2019
tahun 2013 dan tahun 2017. Tahun 2017 Lampung Timur bergeser ke kuadran 3
yang di sebabkan oleh PDRB, perkapita dan laju pertumbuhan yang relatif
penduduk yang rendah dan tidak ada yang termasuk dalam kuadran 4 yaitu
B. Interaksi Spasial
dengan asumsi Kota Bandar Lampung sebagai ibukota provinsi dan pusat
Tabel 12. Hasil Rata-Rata Indeks Gravitasi (Interaksi spasial) Kota Bandar
Lampung sebagai Wilayah Acuan
Kota Bandar lampung sebagai ibu kota provinsi dan pusat pertumbuhan memiliki
infrastruktur, sarana dan prasarana yang baik dan adanya banyak industri yang
Berdasarkan Tabel 13. Kota Bandar Lampung mendapat rata-rata efek limpahan
Pesawaran dan Lampung Selatan sebesar 10,40. Daerah yang paling banyak
hinterlandnya.
Efek limpahan tinggi yang didapatkan oleh Kota Bandar Lampung sebagai pusat
terdapat autokorelasi spasial atau tidak. Uji hipotesisnya adalah sebagai berikut:
Hipotesis
Tingkat signifikansi α = 5%
Statistik uji :
𝑆0 = 15
1 12 1 12 1 12 1 12 1 12 1 1 12 1 12 1 12
S1 = 2+ 4 +2+5 +4+2 +4 + 5
+4+ 8
+ 4 + 02 +5 + 2
+5+ 4
+5+ 3
1 12 1 12 1 12 1 12 1 12 1 12 1 12 1 12 1 12 1 1
+ + + + + + + + + + + + + + + + + + 12 +
5 4 5 8 3 5 3 5 3 4 5 3 5 4 5 8 5 4 5 4
12 1 12 1 12 1 12 1 12 1 12 1 12 1 12 1 12 1 12
+ 5+ 4 + 5
+4+ 3
+4+ 5
+4+ 8
+8+ 4
+ 8
+ 5
+8+ 5
+8+ 4
+8+ 3
+
1 12 1 12 1 12 1 12 1 1 12 1 1 1 12 1 12
+ +8+ +8+ +3+ + 3 + 0 2 +3 + + 3 + 02 + 3 + 02 + 3 + +3+
8 3 4 5 8 8 3 8
1 12 1 12 1 12 1 12 1 12 1 12 12 1 12 1 1
+3+ 4
+3+ 5
+4+ 5
+4+ 8
+4+ 3
+4+ 5
+ 1+ 5
+5+ 3
+ 5 + 02 + 5 + 02
1 12 1 12 1 12 1 1 12 1 12 1 12 1 12 1 12
+5+ 2
+5+ 5
+ 2 + 5 + 2 + 02+ 5 + 8
+5+ 3
+5+ 4
+5+ 2
+5+ 5
S1 = 18,099
S2 =26,755
Dimana :
𝑛 𝑛
𝑆0 = ∑ ∑ 𝑤𝑖𝑗
𝑖=1 𝑗=1
67
𝑛 𝑛
1
𝑆1 = ∑ ∑(𝑤𝑖𝑗 + 𝑤𝑗𝑖 )2
2
𝑖=1 𝑗=1
𝑁 𝑁 𝑁 2
𝑆2 = ∑ (∑ 𝑊𝑖𝑗 + ∑ 𝑊𝑖𝑘 )
𝐾 𝐽 𝑖
Keterangan :
𝐼 − 𝐸(𝐼)
𝑍(𝐼) = ≈ 𝑁(0,1)
√𝑉𝑎𝑟(𝐼)
Dengan :
E(I)=I0
= -1/ (n-1)
= -1/ (15-1)
= -0,0714
scatterplot :
1. Tahun 2013
LU T
T
kedalam daerah :
Tulang Bawang
Nilai indeks Moran untuk pertumbuhan ekonomi di bawah nol bahkan minus ,
E(I)=I0
=-1/ (n-1)
=-1/ (14-1)
= -0,0714
𝐼 − 𝐸(𝐼)
𝑍(𝐼) = ≈ 𝑁(0,1)
√𝑉𝑎𝑟(𝐼)
−0,00317075 − (−0,0714)
𝑍(𝐼) =
√13,281
−0,06822
= 3,644
=-0,0032
Keputusan :
menunjukkan nilai pseudo P-value adalah 0,314< α =1,645 dan Zhitung = 0,5578 <
Z0,05 = 1,645
mengelompok.
70
2. Tahun 2014
Kuadran 2(HL)
Kuadran 1(HH)
Pesaw
LTimur
Mesuji
BL
TBB LTengah
LS
PB LU
LB Pring WK
Metro
Tangg
TB
Kuadran 4(LH)
Kuadran 3(LL)
Nilai indeks Moran untuk pertumbuhan ekonomi di bawah nol bahkan minus ,
E(I)=I0
=-1/ (n-1)
71
=-1/ (14-1)
= -0,0714
𝐼 − 𝐸(𝐼)
𝑍(𝐼) = ≈ 𝑁(0,1)
√𝑉𝑎𝑟(𝐼)
−0,245331 − (−0,0714)
𝑍(𝐼) =
√13,281
−0,173931
= 3,644
=-0,0477
Keputusan :
pseudo P-value adalah 0,125 < α =1,645 dan Zhitung = -1,1423 < Z0,05 = 1,645
mengelompok.
3. Tahun 2015
PB
WK Pesaw
LS
LTimur Pring LU
LB BL
TB Tangg
Mesuji LTeng Metro
ah TBB
Utara.
Nilai indeks Moran untuk pertumbuhan ekonomi di bawah nol bahkan minus ,
E(I)=I0
=-1/ (n-1)
=-1/ (15-1)
= -0,0714
𝐼 − 𝐸(𝐼)
𝑍(𝐼) = ≈ 𝑁(0,1)
√𝑉𝑎𝑟(𝐼)
−0,160128 − (−0,0714)
𝑍(𝐼) =
√13,281
−0,088728
= 3,644
= - 0,0243
73
Keputusan :
pseudo P-value adalah 0,27 < α =1,645 dan Zhitung = -0,6477 < Z0,05 = 1,645 H0
mengelompok.
4. Tahun 2016
LTimur LS
Mesuji Pesaw
LU LTengah
Tangg LB BL
Pring PB Metro
WKTBB TB
Nilai indeks Moran untuk pertumbuhan ekonomi di bawah nol bahkan minus ,
E(I)=I0
=-1/ (n-1)
=-1/ (15-1)
= -0,0714
𝐼 − 𝐸(𝐼)
𝑍(𝐼) = ≈ 𝑁(0,1)
√𝑉𝑎𝑟(𝐼)
−0,22161 − (−0,0714)
𝑍(𝐼) =
√13,281
−0,15021
= 3,644
= - 0,1502
Keputusan :
nilai pseudo P-value adalah 0,16 < α =1,645 dan Zhitung = -1,05252 < Z0,05 = 1,645
mengelompok .
75
5. Tahun 2017
Mesuji
LTimurPesaw
LS
WK BL
LB LU TBB
Ltengah Metro
Pring
Tangg PB TB
Pesawaran.
Nilai indeks Moran untuk pertumbuhan ekonomi di bawah nol bahkan minus ,
E(I)=I0
=-1/ (n-1)
76
=-1/ (15-1)
= -0,0714
𝐼 − 𝐸(𝐼)
𝑍(𝐼) = ≈ 𝑁(0,1)
√𝑉𝑎𝑟(𝐼)
−0,0951515 − (−0,0714)
𝑍(𝐼) =
√13,281
0,0237515
= 3,644
= - 6,517
Keputusan :
pseudo P-value adalah 0,442 < α =1,645 dan Zhitung = -0,2984 < Z0,05 = 1,645 H0
mengelompok.
E(I)=I0
=-1/ (n-1)
=-1/ (15-1)
= -0,0714
𝐼 − 𝐸(𝐼)
𝑍(𝐼) = ≈ 𝑁(0,1)
√𝑉𝑎𝑟(𝐼)
−0,15051 − (−0,0714)
𝑍(𝐼) =
√13,281
0,07911
= 3,644
= - 0,021
Keputusan :
pseudo P-value adalah 0,312 < α =1,645 dan Zhitung = -0,5744 < Z0,05 = 1,645
78
mengelompok.
terbukti signifikan hanya terjadi pada tahun 2013 dan 2014 dan terdapat 3 wilayah
1. Tahun 2013
Lampung Barat
Lampung Tengah
Bandar lampung
Berdasarkan hasil LISA cluster map dapat dilihat bahwa daerah Kabupaten
Lampung Barat dan Lampung Tengah yang memiliki laju pertumbuhan tinggi di
Kabupaten Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat, Lampung Utara dan Way
79
dan Pesisir Barat. Daerah tetangga yang perbatasannya sama adalah Kabupaten
2. Tahun 2014
Lampung Timur
Berdasarkan gambar di atas maka terlihat bahwa Kabupaten Lampung Timur dan
laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun memiliki penduduk yang relatif
hinterlandnya :
80
3. Tahun 2015
autokorelasi spasial lokal pada setiap wilayah tidak ada satupun yang signifikan.
interaksi antar daerah pada kabupaten/kota yang lain yang disebabkan oleh faktor
lain yang tidak diteliti di dalam penelitian ini yaitu faktor keterkaitan sektoral dan
keterkitan ketenagakerjaan.
4. Tahun 2016
autokorelasi spasial lokal pada setiap wilayah tidak ada satupun yang signifikan.
interaksi antar daerah pada kabupaten/kota yang lain yang disebabkan oleh faktor
lain yang tidak diteliti di dalam penelitian ini yaitu faktor keterkaitan sektoral dan
keterkitan ketenagakerjaan.
82
5. Tahun 2017
LISA significant map menunjukkan bahwa tidak signifikan atau tidak terdapat
autokorelasi spasial lokal pada setiap wilayah tidak ada satupun yang signifikan..
interaksi antar daerah pada kabupaten/kota yang lain yang disebabkan oleh faktor
lain yang tidak diteliti di dalam penelitian ini yaitu faktor keterkaitan sektoral dan
keterkitan ketenagakerjaan.
Di bawah ini merupakan hasil LISA rata-rata laju pertumbuhan ekonomi antar
spasial lokal pada setiap wilayah tidak ada satupun yang signifikan.Tidak
antar daerah pada kabupaten/kota yang lain yang disebabkan oleh faktor lain yang
tidak diteliti di dalam penelitian ini yaitu faktor keterkaitan sektoral dan keterkitan
ketenagakerjaan.
F. Data Sektor
Untuk mengidentifikasi sektor basis dan non basis menggunakan analisis Location
Quantion (LQ) yang akan di bahas hanya 3 daerah yang memiliki keterkaitan
spasial yaitu Kabupaten Lampung Barat, Lampung Timur dan Lampung Tengah.
a. Local Quatient
dari Kabupaten Lampung Barat dan 7 sektor non basis yaitu pertambangan dan
keuangan dan asuransi. Sembilan sektor basis ini menunjukkan bahwa Lampung
Barat memiliki sektor yang dapat di ekspor dan hasil dari sektor tersebut dapat
menjadi input wilayah lain terutama wilayah yang memiliki keterkaitan spasial
Lampung Barat.
a. Local Quatient
85
Berdasarkan tabel dapat kita lihat bahwa Kabupaten Lampung Timur memiliki
Kabupaten Lampung Timur hanya memiliki 3 sektor basis dan yang tertinggi nilai
LQ nya adalah sektor pertambangan dan penggalian. Sektor non basis Lampung
dan Daur Konstruksi, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan sepeda
86
Minum, Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate,
wajib, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, Jasa lainnya. Tiga
sektor basis ini menunjukkan bahwa Lampung Timur memiliki sektor yang dapat
di ekspor dan hasil dari sektor tersebut dapat menjadi input wilayah lain terutama
wilayah yang memiliki keterkaitan spasial dan berbatasan secara langsung seperti
a. Local Quatient
Berdasarka tabel dapat kita lihat bahwa Kabupaten Lampung Tengah memiliki
Kabupaten Lampung Tengah hanya memiliki 3 sektor basis dan sektor basis
Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
dan Makan Minum, Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi,
Jaminan sosial wajib, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, Jasa
lainnya . Tiga sektor basis ini menunjukkan bahwa Lampung Tengah memiliki
sektor yang dapat di ekspor dan hasil dari sektor tersebut dapat menjadi input
wilayah lain terutama wilayah yang memiliki keterkaitan spasial dan berbatasan
4. Implikasi Penelitian
gravitasi, efek limpahan dengan model capello, indeks moran dan Local Quationt
(LQ) menunjukkan bahwa wilayah yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi dan
PDRB tinggi di kelilingi oleh wilayah yang tinggi seperti Kota Bandar Lampung,
yang baik dan relatif memiliki dan Lampung Timur dan termasuk dalam daerah
cepat maju dan tumbuh merupakan wilayah dengan nilai interaksi spasial tinggi.
Interaksi ini ekonomi akan menyebabkan adanya efek limpahan tinggi seperti
yang didapat oleh Kota Bandar Lampung namun tidak menunjukkan adanya
keterkaitan spasial yang tinggi dengan wilayah hinterlandnya yang hanya terdapat
2 tahun yang menunjukkan hasil signifikan yaitu tahun 2013 dan 2014 yang
A. Kesimpulan
a. Efek limpahan tertinggi didapat oleh Kota Bandar Lampung yang didapat
backwash effect.
yaitu pada tahun 2013 dan 2014 dengan wilayahnya Kabupaten Lampung
90
efek limpahan tinggi mendapat kontribusi dari wilayah lainnya yaitu Kota
B. Saran
mendorong pertumbuhan output, tenaga kerja, dan investasi pada akhirnya tidak
hanya dinikmati oleh wilayah itu sendiri tetapi juga dapat dinikmati oleh daerah-
potensi yang pada akhirnya secara bersama-sama akan meningkatkan output dan
Ahn, Sanghoon dkk. 2003. The Economic Impacts of Outbound FDI and Trade:
The Case of Korea.journal economic.Korea Development Institute.
Arman, Setia Hadi, Noer Azam Achsani, & Akhmad Fauzi .2017. Dampak
Keterkaitan Ekonomi Pulau Sulawesi, Jawa Timur,Dan Kalimantan Timur
Terhadap Ekonomi Wilayah.Jurnal Ekonomi.Fakultas Bio Industri
Universitas Trilogi.
Aswandi, Haerul dan Kuncoro, M., 2002. Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan:
Studi Empiris Di Kalimantan Selatan 1993-199, Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia.
Audretsch, David B. & Maryann P. Feldman. 1996. R&D Spillovers and The
Geographyof Innovation and Production. The American Economic Review.
Vol. 86 No. 3June 1996 PP. 630-640.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2014. Lampung Dalam Angka 2013.
Lampung: BPS.
Miller, R.E. & Blair, P.D. 2009. Input-Output Analysis: Foundations and
Extensions. Geography Innovation. Urban and Regional Economics Vol
11. Cambridge. University Press
Shu-hen ,Chiang. 2018. Assessing the Merits of the Urban-Led Policy in China:
Spread or Backwash Effect?. Department of Finance, Chung-Yuan
Christian University, Taoyuan City.
Gambar Hasil Randomization Tahun 2013 Gambar Hasil Randomization Tahun 2013
Gambar Hasil Randomization Tahun 2015 Gambar Hasil Randomization Tahun 2016
104
Gambar Hasil Randomization Tahun 2017 Gambar Hasil Randomization Rata-Rata Tahun 2013-2017
Tabel Hasil Perhitungan Model Gravitasi Rata-Rata Tahun 2013 Dan 2017
-Metro 1.059,55
-Mesuji 972,18
-Pesisir Barat 858,07
Mesuji -Lampung Tengah 1.923,13
-Tulang Bawang 1.381,45
-Lampung Timur 1.191,84
-Bandar Lampung 1.152,18
-Lampung Utara 972,18
-Lampung Selatan 860,99
-Lampung Barat 645,65
-Tulang Bawang Barat 604,16
-Pesawaran 556,32
-Tanggamus 488,85
-Pringsewu 449,36
-Way Kanan 406,86
-Metro 200,91
-Pesisir Barat 193,20
Metro -Lampung Timur 5.682,60
-Lampung Tengah 3.892,19
-Bandar Lampung 3.228,56
-Lampung Selatan 1.997,87
-Pesawaran 1.124,76
-Lampung Utara 1.059,55
-Pringsewu 799,44
-Tanggamus 792,57
-Tulang Bawang 697,26
-Way Kanan 357,55
-Tulang Bawang Barat 337,20
-Lampung Barat 294,77
-Mesuji 200,91
-Pesisir Barat 91,88
Pesawaran -Lampung Selatan 5.836,49
-Lampung Timur 5.275,53
-Tanggamus 5.144,75
-Lampung Tengah 4.583,05
-Pringsewu 2.716,95
-Lampung Utara 2.522,79
-Tulang Bawang 2.094,12
-Way Kanan 1.894,91
-Bandar Lampung 1.854,17
-Metro 1.124,76
-Lampung Barat 832,79
-Tulang Bawang Barat 823,54
-Mesuji 556,32
-Pesisir Barat 267,08
Pesisir Barat - -Lampung Barat 2.188,15
-Lampung Utara 858,07
-Lampung Tengah 857,86
-Bandar Lampung 672,16
108
-Tanggamus 599,05
-Lampung Timur 560,53
-Lampung Selatan 543,27
-Way Kanan 403,08
-Tulang Bawang 278,98
-Pesawaran 267,08
-Pringsewu 247,59
-Mesuji 193,20
-Tulang Bawang Barat 145,46
-Metro 91,88
Pringsewu -Bandar Lampung 7.711,04
-Tanggamus 6.258,55
-Lampung Tengah 6.062,23
-Lampung Selatan 4.067,74
-Lampung Timur 3.964,92
-Pesawaran 2.716,95
-Lampung Utara 1.960,40
-Tulang Bawang 1.333,56
-Metro 799,44
-Lampung Barat 782,89
-Way Kanan 748,03
-Tulang Bawang Barat 638,37
-Mesuji 449,36
-Pesisir Barat 247,59
Tulang Bawang -Tulang Bawang Barat 4.595,74
-Lampung Tengah 4.538,24
-Bandar Lampung 3.994,38
-Lampung Timur 3.728,71
-Lampung Utara 3.550,93
-Lampung Selatan 2.269,46
-Pesawaran 2.094,12
-Tanggamus 1.442,13
-Mesuji 1.381,45
-Pringsewu 1.333,56
-Way Kanan 1.078,54
-Lampung Barat 881,73
-Metro 697,26
-Pesisir Barat 278,98
Tulang Bawang Barat -Tulang Bawang 4.595,74
-Lampung Tengah 3.789,54
-Bandar Lampung 2.001,03
-Lampung Selatan 1.814,49
-Lampung Timur 1.812,80
-Lampung Utara 1.617,72
-Tanggamus 963,62
-Pesawaran 823,54
-Pringsewu 638,37
-Mesuji 604,16
-Way Kanan 570,39
109