ABSTRAK
Kata kunci: efikasi diri, prestasi akademik, prokrastinasi akademik, strategi koping,
tingkat stres
ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Judul Skripsi: Peran Efikasi Diri, Tingkat Stres, Strategi Koping, dan
Prokrastinasi Akademik terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa
PPKU IPB
Nama : Hafizah Rahma Azzahra
NIM : I24140094
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal lulus:
10
11
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas karunia dan
nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran
Efikasi Diri, Tingkat Stres, Strategi Koping, dan Prokrastinasi Akademik terhadap
Prestasi Akademik Mahasiswa PPKU IPB”. Skripsi ini tidak akan mungkin
terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, ucapan terima kasih yang
pertama penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Melly Latifah, M.Si., selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah membimbing dan memberikan semangat kepada
penulis dalam penyelesaian skripsi. Kedua, penulis mengucapkan terima kasih
kepada Neti Hernawati, S.P., M.Si. dan Dr. Defina, S.S., M.Si., selaku penguji
sidang skripsi, yang telah memberikan masukan untuk penyempurnaan skripsi
penulis. Ketiga, penulis berterima kasih kepada Ir. Moh. Djemdjem Djamaludin,
M.Sc., selaku dosen pemandu seminar hasil, yang telah mengarahkan dan
memberikan saran selama seminar berlangsung. Keempat, penulis mengucapkan
terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si., selaku dosen pembimbing
akademik, yang telah membimbing penulis selama menempuh pendidikan di
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK). Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Dr. Tin Herawati, S.P., M.Si., selaku ketua Departemen Ilmu
Keluarga dan Konsumen, beserta seluruh dosen, yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuan, dan tenaga kependidikan, yang telah banyak membantu selama
penulis menempuh pendidikan di Departemen IKK.
Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak Program
Pendidikan Kompetensi Umum Institut Pertanian Bogor (PPKU IPB), khususnya
Prof. Dr. Toni Bakhtiar, M.Sc., selaku direktur PPKU, yang telah memberikan izin
melakukan penelitian di PPKU IPB serta mahasiswa PPKU IPB tahun ajaran
2017/2018, yang telah bersedia terlibat dalam penelitian ini. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada kedua orangtua penulis, Budi Lukmanto dan Rima Marlina
Triyanti, serta adik penulis, Oktirainy Salma Lukman, yang telah memberikan doa,
motivasi, dan dukungan kepada penulis, baik secara fisik maupun non fisik.
Kemudian, penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan penelitian payung,
yaitu Diah Suryaningsih, Ryma Maziyah Arsy, Rizky Amalia, dan Avina Fitrah
Ghaselia serta kepada seluruh mahasiswa Departemen Ilmu Keluarga dan
Konsumen Angkatan 51, yang telah memberikan kritik dan saran serta motivasi
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat menjadi awal yang mendorong munculnya
karya-karya penulis selanjutnya, baik dalam dunia kerja maupun pada dunia
pendidikan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para yang membutuhkan.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 5
Manfaat Penelitian 5
KERANGKA PEMIKIRAN 5
METODE PENELITIAN 7
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 7
Teknik Penarikan Contoh 8
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 8
Pengolahan dan Analisis Data 9
Definisi Operasional 11
HASIL DAN PEMBAHASAN 12
Hasil 12
Karakteristik Mahasiswa 12
Karakteristik Keluarga 12
Efikasi Diri 14
Tingkat Stres 15
Strategi Koping 16
Prokrastinasi Akademik 16
Prestasi Akademik 17
Hubungan antara Karakteristik Mahasiswa, Karakteristik Keluarga,
Efikasi Diri, Tingkat Stres, dan Strategi Koping, dengan Prokrastinasi
Akademik serta Prestasi Akademik 17
Pengaruh Karakteristik Mahasiswa, Karakteristik Keluarga, Efikasi Diri,
Tingkat Stres, dan Strategi Koping terhadap Prokrastinasi Akademik 18
Pengaruh Karakteristik Mahasiswa, Karakteristik Keluarga, Efikasi Diri,
Tingkat Stres, Strategi Koping, dan Prokrastinasi Akademik terhadap
Prestasi Akademik 19
Pembahasan 20
SIMPULAN DAN SARAN 25
Simpulan 25
Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN 33
RIWAYAT PENULIS 35
vi
DAFTAR TABEL
1 Variabel dan skala data 9
2 Sebaran mahasiswa berdasarkan kategori efikasi diri 15
3 Sebaran mahasiswa berdasarkan kategori tingkat stres 15
4 Sebaran mahasiswa berdasarkan kategori strategi koping 16
5 Sebaran mahasiswa berdasarkan kategori prokrastinasi akademik 17
6 Sebaran mahasiswa berdasarkan kategori prestasi akademik 17
7 Nilai koefisien korelasi antara karakteristik mahasiswa, karakteristik
keluarga, efikasi diri, tingkat stres, dan strategi koping, dengan
prokrastinasi akademik serta prestasi akademik 18
8 Nilai koefisien uji regresi karakteristik mahasiswa, karakteristik
keluarga, efikasi diri, tingkat stres, dan strategi koping, terhadap
prokrastinasi akademik 19
9 Nilai koefisien uji regresi karakteristik mahasiswa, karakteristik
keluarga, efikasi diri, tingkat stres, strategi koping, dan prokrastinasi
akademik terhadap prestasi akademik 20
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kualitas hidup penduduk pada suatu negara dapat dilihat dari indeks
pembangunan manusia (IPM). Indeks ini ditinjau dari berbagai aspek seperti umur
panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Kualitas hidup
penduduk Indonesia berada di peringkat 113 dari 188 negara dan masuk dalam
kategori medium (UNDP 2016). Hal ini menunjukkan Indonesia masih memiliki
masalah pada kualitas hidup manusianya. Kualitas hidup tersebut dapat diperbaiki
melalui pendidikan, seperti yang dikutip dari Sustainable Development Goals
bahwa kualitas pendidikan tinggi merupakan salah satu kunci dari keberhasilan
pembangunan berkelanjutan (UN 2017). Kualitas pendidikan tinggi dapat dilihat
dari hasil belajar mahasiswa, salah satunya melalui prestasi akademik yang
diperoleh mahasiswa (Novanto dan Yulianti 2015).
Mahasiswa berada pada fase transisi dari remaja ke dewasa. Seorang
mahasiswa yang berada pada fase tersebut berusia antara 18 hingga 25 tahun (Arnett
2014). Menurut Arnett (2014) fase transisi ini menunjukkan fase mahasiswa
memahami siapa dirinya, kemampuan dan keterbatasannya, serta menunjukkan fase
ketidakstabilan mahasiswa. Mahasiswa mungkin berpindah tempat tinggal dari
rumah ke asrama atau kos ketika memasuki perguruan tinggi sehingga perlu
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Selain itu, fase transisi ini juga
merupakan fase mahasiswa fokus terhadap dirinya sendiri untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan pemahaman dirinya untuk mempersiapkan masa
depan. Apabila mahasiswa mampu menyesuaikan dirinya terhadap fase-fase
tersebut, mahasiswa dapat berkonsentrasi pada prestasi akademik (Christyanti et al.
2012).
Kemenristekdikti Indonesia (2017) menyatakan sebanyak 6 924 511
mahasiswa terdaftar dalam perguruan tinggi tahun 2017. Sebanyak 2.8 persen atau
193 886 mahasiswa di antaranya berhenti kuliah atau dropout. Masalah dropout ini
ditentukan salah satunya oleh prestasi akademik yang rendah dan indeks prestasi
semester pertama merupakan faktor yang kuat untuk menentukan resiko dropout
mahasiswa selanjutnya (Costa et al. 2018). Imran et al. (2013) juga menemukan
penyebab mahasiswa dropout adalah nilai yang diperoleh mahasiswa belum
mencapai standar yang ditetapkan suatu perguruan tinggi. Hal ini merupakan suatu
tantangan bagi mahasiswa tingkat pertama agar dapat memperoleh nilai akademik
yang baik, minimal sesuai standar masing-masing perguruan tinggi sehingga
mahasiswa tidak mengalami dropout.
Prestasi akademik didefinisikan oleh Azar (2013) merupakan salah satu
prioritas utama bagi sekolah serta dianggap sebagai hasil pendidikan, yang
menunjukkan tingkat pemahaman siswa dan keberhasilan guru atau institusi dalam
mencapai tujuan pendidikan. Santrock (2013) menyatakan semakin dewasa usia,
seseorang akan memandang prestasi akademik lebih serius. Mahasiswa akan
berlomba-lomba mencapai prestasi akademik setinggi-tingginya. Berdasarkan
penelitian sebelumnya, faktor-faktor yang dapat memengaruhi prestasi akademik
ialah tingkat stres (Hutapea 2014), strategi koping (Kandemir 2014), efikasi diri,
dan prokrastinasi akademik (Azar 2013).
2
tidak akan menunda melakukannya (Deniz et al. 2009). Selain itu, strategi koping
tersebut juga diperlukan untuk meningkatkan prestasi akademik. Semakin tinggi
penggunaan strategi koping yang aktif dalam menghadapi tuntutan perkuliahan
maka semakin meningkat prestasi yang diperoleh mahasiswa (Simarmarta dan
Lestari 2015).
Berdasarkan hal-hal tersebut maka penting untuk peneliti meneliti faktor-
faktor seperti efikasi diri, tingkat stres, strategi koping, dan prokrastinasi akademik
terhadap prestasi akademik mahasiswa tingkat pertama. Hal ini disebabkan dalam
penelitian mengenai prokrastinasi, Klassen et al. (2008) mengemukakan bahwa
penting dilakukan penelitian terkait prokrastinasi lebih dalam dari usia anak-anak
hingga dewasa pada responden di Asia.
Perumusan Masalah
Mahasiswa tingkat pertama berada pada periode transisi dari masa sekolah
menengah atas (SMA) ke masa perkuliahan. Periode transisi tersebut dapat
menimbulkan tekanan dan perubahan karena mahasiswa harus berusaha
menyesuaikan diri dari siswa yang paling tua dan berkuasa di sekolah menjadi
mahasiswa yang paling muda di tempat kuliah. Mahasiswa tingkat pertama akan
cenderung merasa lebih dewasa, menghabiskan waktu lebih banyak bersama
teman-teman, memiliki kesempatan lebih banyak untuk eksplorasi gaya hidup dan
nilai yang berbeda, dan menikmati kebebasan dari pemantauan orang tua. Selain
itu, mahasiswa perlu meningkatkan prestasi dalam bidang akademik (Santrock
2010). Kandemir et al. (2014) berpendapat bahwa salah satu masalah yang dimiliki
mahasiswa ialah prokrastinasi akademik dan hal tersebut dapat menimbulkan
dampak negatif pada akademiknya seperti, gagal pada mata kuliah tertentu atau
tidak melanjutkan kuliah.
Data dari Direktorat Program Pendidikan Kompetensi Umum Institut
Pertanian Bogor (PPKU IPB 2017) menunjukkan 1.29 persen mahasiswa tingkat
pertama atau PPKU IPB memperoleh IPK kurang dari atau sama dengan 1.70. Jika
mengacu pada buku panduan sarjana IPB 2017, mahasiswa tersebut dikeluarkan
dari IPB. Selain itu, terdapat 2.52 persen mahasiswa PPKU IPB memperoleh nilai
D atau E pada beberapa mata kuliah. Hal ini menunjukkan mahasiswa perlu
mengulang mata kuliah tersebut di semester selanjutnya. Jika mahasiswa tetap
memperoleh nilai E setelah dua kali mengulang, mahasiswa akan dikeluarkan dari
IPB (IPB 2017). Data tersebut juga mencantumkan bahwa total mahasiswa dropout
sebanyak 108 dari 3 727 atau setara dengan 2.89 persen mahasiswa. Berdasarkan
data tersebut, terdapat beberapa masalah dalam prestasi akademik mahasiswa
PPKU IPB. Prestasi akademik yang diukur menggunakan IPK ini merupakan hasil
dari beberapa proses yang dilalui mahasiswa. Beberapa proses yang dapat
memengaruhi IPK tersebut ialah efikasi diri mahasiswa terhadap akademiknya
(Azar 2013), tingkat stres yang dimiliki mahasiswa (Hutapea 2014), strategi koping
terhadap stres (Kandemir 2014), dan perilaku prokrastinasi mahasiswa pada
penyelesaian tugas dan persiapan ujian (Azar 2013).
Efikasi diri menentukan perilaku mahasiswa dalam mencapai tujuan
akademiknya (Bandura 1997). Penelitian sebelumnya menyatakan prestasi
akademik dapat dipengaruhi oleh efikasi diri (Caprara et al. 2008; Yusuf 2011).
Namun Ramon-Sanchez dan Nichols (2007) menemukan hal yang berlawanan,
4
yaitu efikasi diri tidak memiliki hubungan dan tidak memiliki kontribusi untuk
meningkatkan prestasi akademik. Penelitian lain tentang pengaruh efikasi diri
adalah penelitian yang dilakukan Katz et al. (2014) bahwa efikasi diri berperan
langsung dalam prokrastinasi tetapi temuan ini tidak dapat menjelaskan mengapa
hampir seluruh siswa dari segala usia cenderung melakukan prokrastinasi dalam
mengerjakan tugas.
Selain efikasi diri, tingkat stres merupakan faktor yang dapat memengaruhi
mahasiswa untuk mencapai prestasi akademiknya (Talib dan Zia-ur-Rehman 2012).
Sumber stres terbesar yang dirasakan mahasiswa berasal dari stres akademik, yaitu
banyaknya mata kuliah dan tugas yang perlu dikerjakan. Temuan yang berbeda
dikemukakan oleh Womble (2003) bahwa stres tidak memiliki hubungan signifikan
dengan prestasi akademik. Begitu juga dengan temuan Saklofske et al. (2012)
bahwa stres bukan faktor penentu prestasi akademik. Samaha dan Hawi (2016)
menunjukkan persentase mahasiswa yang memiliki tingkat stres tinggi sebesar 53.4
persen sedangkan sisanya memiliki tingkat stres rendah (46.6%). Penelitian lain
menemukan selain berpengaruh pada prestasi, tingkat stres berpengaruh juga pada
prokrastinasi (Beutel et al. 2016). Begitu juga hubungan hubungan di antara
keduanya, yang artinya semakin tinggi tingkat stres, semakin tinggi prokrastinasi
akademik mahasiswa (Stead et al. 2010)
Strategi koping terhadap stres juga merupakan faktor penting yang
berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik. Ketika mahasiswa harus memenuhi
tugasnya namun tidak dapat memperoleh sumberdaya, maka mahasiswa akan
melakukan penundaan terhadap tugas-tugasnya (Kandemir 2014). Sama halnya
dengan yang dikemukakan Folkman dan Lazarus (1980) jika mahasiswa
mengadopsi koping strategi berbasis emosi, mahasiswa cenderung akan mudah
melupakan masalahnya sehingga akan menunda mengerjakan tugas akademik
sedangkan mahasiswa yang mengadopsi koping berbasis masalah akan berusaha
mengubah sumber masalah tersebut sehingga mahasiswa tidak akan menunda
mengerjakan tugasnya. Namun, Lin dan Chen (2010) menyatakan bahwa setiap
koping memiliki perilaku yang aktif dan pasif. Emotional coping dan problem
coping aktif tetap dapat menentukan perilaku yang produktif dan tidak mengarah
pada prokrastinasi akademik. Pemilihan koping strategi yang tepat dapat
mengarahkan mahasiswa dalam mencapai prestasi akademik (Saele et al. 2016).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Klassen et al. (2008) prokrastinasi
akademik memberikan pengaruh langsung terhadap prestasi akademik. Klassen et
al. (2008) mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa 89 persen mahasiswa
mengaku membutuhkan waktu lebih dari satu jam untuk menunda mengerjakan
tugas, 25 persen diantaranya memiliki IPK rendah. Asri dan Dewi (2016)
menemukan 36 persen mahasiswa dalam penelitiannya merupakan prokrastinator.
Lain hal dengan Oematan (2013) yang menyebutkan bahwa tidak ditemukan
hubungan antara prokrastinasi dengan prestasi akademik mahasiswa.
Berdasarkan pemaparan di atas, masalah penelitian yang akan ditemukan
jawabannya melalui penelitian ini adalah:
1. Bagaimana karakteristik mahasiswa, karakteristik keluarga, efikasi diri,
tingkat stres, strategi koping, prokrastinasi akademik, dan prestasi akademik
mahasiswa PPKU IPB?
2. Apakah ada hubungan antara karakteristik mahasiswa, karakteristik
keluarga, efikasi diri, tingkat stres, dan strategi koping dengan prokrastinasi
akademik serta prestasi akademik mahasiswa PPKU IPB?
5
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran efikasi
diri, tingkat stres, strategi koping, dan prokrastinasi akademik terhadap prestasi
akademik mahasiswa PPKU IPB.
Tujuan Khusus
Secara khusus, penelitian ini memiliki tujuan:
1) mengidentifikasi karakteristik mahasiswa, karakteristik keluarga, efikasi
diri, tingkat stres, strategi koping, prokrastinasi akademik, dan prestasi
akademik pada mahasiswa PPKU IPB;
2) mengidentifikasi hubungan antara karakteristik mahasiswa, karakteristik
keluarga, efikasi diri, tingkat stres, dan strategi koping, dengan prokrastinasi
akademik serta prestasi akademik mahasiswa PPKU IPB;
3) menganalisis pengaruh karakteristik mahasiswa, karakteristik keluarga,
efikasi diri, tingkat stres, dan strategi koping terhadap prokrastinasi
akademik mahasiswa PPKU IPB;
4) menganalisis pengaruh karakteristik mahasiswa, karakteristik keluarga,
efikasi diri, tingkat stres, strategi koping, dan prokrastinasi akademik
terhadap prestasi akademik mahasiswa PPKU IPB.
Manfaat Penelitian
KERANGKA PEMIKIRAN
fase ini muncul lima karakteristik dalam dirinya, yaitu eksplorasi identitas, tidak
stabil, fokus pada diri sendiri, perasaan berada diantara usia remaja dan dewasa,
serta memperoleh banyak kesempatan. Karakteristik fokus pada diri sendiri dapat
berupa mengembangkan dirinya di beberapa bidang, termasuk di bidang akademik
pilihannya saat di perguruan tinggi.
Mahasiswa memiliki permasalahan umum pada fase ini, yaitu sering
menunda mengerjakan tugas atau belajar (Kandemir et al 2014). Hal ini diduga
dapat memberikan dampak terhadap prestasi akademik mahasiswa. Mahasiswa
yang menunda belajar atau mengerjakan tugas menunjukkan bahwa mahasiswa
memiliki waktu dan usaha yang sedikit dalam mempelajari mata kuliah sehingga
dapat menimbulkan prestasi akademik yang buruk (De Paola dan Scoppa 2014).
Penelitian sebelumnya juga menyatakan serupa bahwa semakin tinggi prokrastinasi
mahasiswa pada tugas akademik akan menurunkan prestasi akademiknya (Akinsola
et al. 2007; McCloskey 2012; Zahra dan Hernawati 2015)
Selain itu, kepercayaan diri terhadap kemampuan yang dimiliki mahasiswa
untuk melakukan tujuannya diduga menentukan prokrastinasi akademiknya. Rahmi
(2013) menyatakan psikologis seseorang dapat berpengaruh pada tingkah lakunya.
Bandura (1997) mengemukakan efikasi diri memengaruhi seseorang dalam
memilih kegiatannya. Jika mahasiswa memiliki efikasi diri rendah, mahasiswa akan
cenderung menunda mengerjakan tugas akademik atau belajar untuk ujian. Sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan semakin tinggi efikasi diri
mahasiswa, semakin rendah prokrastinasi yang dilakukan mahasiswa (Zahra dan
Hernawati 2015; Khotimah et al. 2016; Batool et al. 2017). Selain itu, efikasi diri
juga diduga berpengaruh langsung terhadap prestasi akademik. Penelitian
sebelumnya mengemukakan bahwa efikasi diri tinggi merupakan penentu dari
prestasi akademik tinggi yang akan diperoleh mahasiswa (Brady-Amoon dan
Fuertes 2011; Di Giunta et al. 2013).
Selain efikasi diri, tingkat stres diduga berpengaruh terhadap perilaku
prokrastinasi dan prestasi akademik pada mahasiswa. Ketika mahasiswa
memperoleh beban tugas akademik kemudian memiliki reaksi yang negatif
sehingga membuatnya tertekan, mahasiswa akan menghindari tugas tersebut.
Mahasiswa memilih melakukan kegiatan lain yang lebih menyenangkan daripada
menghadapi beban tugas. Stres yang dirasakan mahasiswa membuatnya menunda
menyelesaikan tugas dengan harapan tugas tersebut akan menghilang dan
sebagainya (Santrock 2013). Hal tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya,
bahwa semakin tinggi tekanan yang dirasakan mahasiswa akan meningkatkan
prokrastinasi akademik (Andarini dan Fatma 2013; Beutel et al. 2016). Sementara
itu, hasil penelitian lain juga menyatakan bahwa tingkat stres tinggi menimbulkan
prestasi akademik mahasiswa rendah (Amrullah et al. 2015).
Strategi koping terhadap stres juga diduga memiliki pengaruh terhadap
prokrastinasi dan prestasi akademik. Penelitian ini mengelompokan strategi koping
menjadi dua strategi koping yang aktif, yaitu emotional coping dan problem coping.
Menurut Lin dan Chen (2010) mahasiswa yang mengadopsi strategi koping yang
aktif akan menimbulkan dampak positif terhadap kehidupannya termasuk prestasi
akademik mahasiswa. Mahasiswa yang mampu mengatasi stres akan tetap
menyadari bahwa tugas-tugasnya harus segera dikerjakan atau diselesaikan
sehingga mahasiswa tidak akan menunda melakukannya (Deniz et al. 2009).
Selain efikasi diri, tingkat stres dan prokrastinasi akademik, terdapat faktor
lain yang memengaruhi prestasi akademik, yaitu jenis kelamin dan karakteristik
7
keluarga. Karakteristik seperti usia orang tua, pendapatan orang tua, dan tingkat
pendidikan orang tua memberikan peran tersendiri dalam perkembangan prestasi
mahasiswa (Clemons 2008; Eryanto dan Swaramarinda 2013)
Kerangka pemikiran operasional analisis peran efikasi diri, tingkat stres,
strategi koping, dan prokrastinasi akademik terhadap prestasi akademik disajikan
pada gambar 1.
Strategi Koping:
Efikasi Diri Tingkat Stres Emotional coping
Problem coping
Prokrastinasi Akademik
Prestasi Akademik
METODE PENELITIAN
N
𝑛=
1 + Ne2
Jumlah contoh yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan nilai error
sebesar 10% sehingga diperoleh nilai:
3,794
𝑛= = 97.43 ≈ 98
1 + 3,794(10%)2
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui pelaporan diri (self report) dari contoh menggunakan alat
bantu kuesioner. Data primer meliputi karakteristik mahasiswa (usia, jenis kelamin,
dan uang saku), karakteristik keluarga (usia orang tua, tingkat pendidikan orang tua,
besar keluarga, dan pendapatan per kapita), efikasi diri, tingkat stres, strategi
koping, prokrastinasi akademik, dan indeks prestasi. Data sekunder diperoleh dari
Direktorat PPKU IPB, yaitu data mengenai jumlah mahasiswa tingkat pertama dan
indeks prestasi. Rincian variabel, skala data, dan kategori disajikan dalam Tabel 1.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Efikasi diri diukur menggunakan kuesioner Self-Efficacy Scale mengacu
pada Sherer et al. (2011) kemudian dimodifikasi oleh peneliti. Kuesioner
terdiri dari 17 pernyataan dan memiliki nilai Cronbach’s alpha sebesar
0.702.
2. Tingkat stres diukur menggunakan Perceived Stress Scale mengacu pada
Cohen et al. (1983) sebanyak 13 pernyataan. Nilai Cronbach’s alpha
instrumen tingkat stres sebesar 0.740.
3. Strategi koping mengacu pada instrumen Stress Coping Style Inventory (Lin
dan Chen 2010) sebanyak 23 dari 28 pernyataan, 5 pernyataan dihapus
9
karena tidak valid. Nilai Cronbach’s alpha instrumen ini sebesar 0.616.
4. Prokrastinasi akademik mengacu pada McCloskey dan Scielzo (2012),
yaitu Academic Procrastination Scale sebanyak 25 pernyataan. Nilai
Cronbach’s alpha instrumen sebesar 0.927.
5. Prestasi Akademik diukur menggunakan nilai indeks prestasi semester satu.
Indeks prestasi tersebut kemudian dikelompokkan menjadi buruk (≤1.70),
kurang (1.71 – 1.99), cukup (2.00 – 2.75), baik (2.76 – 3.50), dan sangat
baik (≥3.51) (Direktorat PPKU IPB 2017).
Skala
Variabel Keterangan
Data
Karakteristik
mahasiswa
Usia Rasio Tahun
Jenis kelamin Nominal Kategori: 0=Laki-laki; 1=Perempuan
Uang saku Rasio Rupiah/bulan
Karakteristik
keluarga
Usia orang tua Rasio Tahun
Tingkat pendidikan Kategori: 0=Tidak sekolah; 1=SD; 2=SMP; 3=SMA;
Ordinal
orang tua 4=Diploma; 5=Sarjana; 6=Pascasarjana
Pekerjaan orangtua Kategori: 1=PNS/BUMN; 2=Pensiunan; 3=Petani;
Nominal 4=Pegawai swasta; 5=Wirausaha; 6=Buruh; 7=Tidak
bekerja; 8=Lainnya
Besar keluarga Rasio Orang
Pendapatan per kapita Rasio Rupiah/orang/bulan
Efikasi diri Kategori: 1=Sangat tidak sesuai; 2=Tidak sesuai;
Ordinal
3=Sesuai; 4=Sangat Sesuai
Tingkat stres Kategori: 0=Tidak pernah; 1=Jarang; 2=Kadang-kadang;
Ordinal
3=Sering; 4=Sangat sering
Strategi koping
Kategori: 1=Sangat tidak sesuai; 2=Tidak sesuai;
Emotional coping Ordinal
3=Sesuai; 4=Sangat Sesuai
Problem coping
Prokrastinasi Kategori: 1=Sangat tidak sesuai; 2=Tidak sesuai;
Ordinal
akademik 3=Sesuai; 4=Sangat Sesuai
Prestasi akademik
Rasio Skala 0.00 hingga 4.00
(indeks prestasi)
Data karakteristik mahasiswa terdiri dari usia, jenis kelamin, dan uang saku.
Data karakteristik keluarga terdiri dari usia orang tua, tingkat pendidikan orang tua,
pekerjaan orang tua, besar keluarga, dan pendapatan per kapita. Data pendapatan
orang tua akan dikonversikan menjadi pendapatan per kapita. Sistem penilaian
disamakan untuk variabel efikasi diri, tingkat stres, strategi koping, dan
prokrastinasi akademik menggunakan rumus :
Keterangan : indeks= skor contoh yang sudah diindeks; skor contoh= skor yang
diperoleh mahasiswa berdasarkan pengukuran; skor minimal= skor minimal pada
instrumen; skor maksimal= skor maksimal pada instrumen.
Definisi Operasional
Hasil
Karakteristik Mahasiswa
Hasil penelitian menunjukkan jenis kelamin mahasiswa didominasi oleh
perempuan sebesar 54.5 persen sedangkan laki-laki sebesar 45.4 persen. Usia
mahasiswa menyebar antara 17 sampai 20 tahun dengan usia rata-rata 18.2 tahun.
Terdapat lebih dari separuh (59.1%) mahasiswa berusia 18 tahun (Gambar 2).
80,0%
59,1%
60,0%
40,0% 30,0%
20,0% 8,2%
2,7%
0,0%
17 Tahun 18 Tahun 19 Tahun 20 Tahun
Gambar 2 Sebaran mahasiswa berdasarkan usia
Uang saku mahasiswa menyebar dari Rp200 000 hingga Rp4 000 000,
dengan rata-rata uang saku sebesar Rp1 323 181. Kategori uang saku rentang Rp1
000 000 hingga kurang dari Rp2 000 000 merupakan kategori yang memiliki
persentase terbesar, yakni sebesar 56.4 persen mahasiswa (Gambar 3).
Karakteristik Keluarga
Gambar 4 menunjukkan sebaran mahasiswa berdasarkan usia orang tua.
Terdapat lima dari 110 ayah (4.5%) diidentifikasi telah meninggal dunia sehingga
sebaran ayah dianalisis menggunakan 105 ayah. Usia orangtua diklasifikasikan
menurut Santrock (2010) menjadi dewasa awal (20 – 40 tahun), dewasa madya (40
– 65 tahun), dan dewasa akhir (>65). Sebesar 92.7 persen ayah dan 89.1 persen ibu
berada pada kategori usia dewasa madya (40 – 65 tahun). Rata-rata usia ayah adalah
56.6 tahun sedangkan rata-rata usia ibu adalah 47 tahun.
13
97,1%
89,1% Ayah^ Ibu
100,0%
50,0%
10,9%
0,0% 2,9% 0,0%
0,0%
Dewasa awal (< 40) Dewasa Madya (40 - Dewasa akhir (> 65)
65)
Tingkat pendidikan orang tua didominasi oleh lulusan SMA, yaitu sebesar
35.5 persen untuk ayah sedangkan 33.6 persen untuk ibu. Terdapat 1.8 persen ibu
tidak bersekolah. Rata-rata lama pendidikan ayah lebih besar dari ibu, yakni 13.4
tahun sedangkan ibu selama 12.6 tahun. (Gambar 5).
46,0%
Keluarga kecil
54,0%
Keluarga sedang
Rata-rata pendapatan per kapita per bulan untuk setiap anggota keluarga
sebesar Rp1 952 316, angka tersebut berada jauh diatas garis kemiskinan di
Indonesia, yaitu sebesar Rp400 995 (BPS 2017). Persentase tertinggi (30.9%)
pendapatan per kapita keluarga per bulan berada pada rentang Rp400 995 hingga
kurang dari Rp1 202 985 sedangkan persentase terendah (8.2%) berada pada
rentang Rp2 806 965 hingga kurang dari Rp3 608 955. Namun, terdapat 14.5 persen
keluarga yang diketahui memperoleh pendapatan per kapita dibawah garis
kemiskinan Indonesia (Gambar 7).
11,8% 14,5%
< Rp400 995
8,2%
Rp400 995 - < Rp1 202 985
Rp1 202 985 - < Rp2 004 975
13,6%
30,9% Rp2 004 975 - < Rp2 806 965
Rp2 806 965 - < Rp3 608 955
20,9%
≥ Rp3 608 955
60,0% 54,5%
50,0%
40,0%
30,0% 25,7% 21,9%
20,0% 18,1%
20,0% 14,3%
8,6% 11,8%
10,0% 3,8% 5,5% 1,8% 3,8% 3,8% 2,7%
1,8% 1,8%
0,0%
Ayah^ Ibu
Efikasi Diri
Efikasi diri akademik menurut Haryanto (2016) merupakan tingkat
persiapan mahasiswa dalam mengatur diri untuk mengikuti proses pembelajaran
sehingga mencapai kinerja akademik yang diharapkan. Hasil menunjukkan lebih
dari separuh (55.5%) mahasiswa memiliki efikasi diri yang tergolong sedang, 38.2
15
persen tergolong rendah, dan 6.3 persen tergolong tinggi. Nilai indeks menyebar
dari 17.6 hingga 90.2 sedangkan rata-rata indeks adalah 61.8 (Tabel 2). Kategori
efikasi diri yang rendah, sedang, dan tinggi menunjukkan tingkat keyakinan diri
atas kemampuan dalam mencapai tujuan. Berdasarkan jawaban mahasiswa PPKU
IPB menunjukkan bahwa lebih dari setengah mahasiswa telah berhasil melakukan
rencana belajar (59.1%), berusaha memahami materi (52.7%), tetap mengerjakan
soal sulit sampai selesai (62.7%), belajar dengan baik (68.2%), merasa dapat
diandalkan, tidak menghindari materi atau soal yang sulit (50,0%), berusaha
mengerjakan soal sulit (64.5%), tidak menyerah dalam mempelajari hal baru
(53,6%), dan tidak menghindari mempelajari hal baru (59,1%). Namun, terdapat
mahasiswa yang memiliki efikasi diri rendah ditandai dengan mahasiswa tidak
mengerjakan tugas dengan sengaja (48.2%), jarang mencapai target belajar
(51.8%), menyerah pada materi kuliah sebelum mempelajari dengan baik (30,0%),
dan merasa gelisah dengan kemampuan belajar (43.6%). Mahasiswa yang memiliki
efikasi diri tinggi mengaku kegagalan membuatnya belajar lebih keras (51.8%).
Contoh sebaran jawaban mahasiswa dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tingkat Stres
Stres adalah reaksi yang diberikan individu terhadap peristiwa yang
mengancam dan melebihi kemampuan penyelesaiannya (Santrock 2007). Indeks
tingkat stres menyebar dari 13.5 hingga 67.3 dengan rata-rata indeks 40. Hasil
penelitian menunjukkan hampir seluruh mahasiswa (95.5%) memiliki tingkat stres
yang tergolong rendah (Tabel 3). Sebanyak 4.5 persen mahasiswa memiliki tingkat
stres yang tergolong sedang dan tidak ada yang memiliki tingkat stres tinggi.
Berdasarkan jawaban kuesioner mahasiswa, hal ini menunjukkan bahwa
mahasiswa dapat memanfaatkan waktu (49.1%), berhasil mengatasi masalah hidup
(65.5%), dapat mengontrol hal penting dalam hidup (49.1%), dan dapat
menyesuaikan perubahan (52.7%). Mahasiswa yang memiliki tingkat stres sedang
ditandai dengan terkadang merasa gugup dan tertekan (40.0%) serta marah karena
hal yang tidak terduga (38.2%). Contoh sebaran jawaban mahasiswa dapat dilihat
pada Lampiran 2.
Strategi Koping
Safaria dan Saputra (2009) mengemukakan strategi koping adalah usaha
mahasiswa mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapinya agar dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan. Strategi emotional coping digunakan ketika
mahasiswa mengatur reaksi emosional agar dapat menyesuaikan diri ke arah yang
positif dengan dampak dari lingkungan yang menekannya. Strategi problem coping
merupakan strategi ketika mahasiswa mengelola dan mengubah masalah atau
lingkungan yang menyebabkan tekanan menjadi kegiatan yang produktif. Hasil
penelitian menunjukkan pada Tabel 4 bahwa lebih dari setengah (75.5%)
mahasiswa menggunakan strategi koping emotional coping pada tingkat sedang.
Berdasarkan jawaban mahasiswa diketahui bahwa ketika menghadapi masalah
mahasiswa memikirkan hal yang menyenangkan (67.3%), menyesuaikan pikiran
agar lebih bahagia (65.5%), dan merasa tertantang dengan masalah yang ada
(70.9%). Namun, beberapa mahasiswa masih mengadopsi emotional coping rendah
karena masih melampiaskan kemarahan kepada orang lain (44.5%) serta
menyalahkan diri sendiri dan menutup diri dari orang lain (25.5%).
Sebanyak 48.2 persen mahasiswa menggunakan strategi problem coping pada
kategori sedang, 41.8 persen berada pada kategori rendah, dan lainnya berada pada
ketegori tinggi (10.0%). Hal tersebut terlihat dari jawaban mahasiswa yang
mengaku mencari informasi untuk menyelesaikan masalah akademik (60.9%),
mendiskusikan masalah dengan orang lain (57.3%), merencanakan strategi
penanganan masalah (69.1%) serta menyederhanakan masalah (64.5%). Mahasiswa
yang mengadopsi problem coping rendah ditandai dengan membiarkan masalah
yang terjadi (7.3%), percaya masalah akan selesai dengan sendirinya (24.5%), dan
menurunkan target dan mencoba dengan target baru (10.0%). Sementara itu,
penggunaan strategi koping secara total atau kombinasi dari keduanya
menunjukkan sebanyak 74.5 persen mahasiswa memiliki strategi koping pada
tingkat sedang. Hal ini menunjukkan mahasiswa berusaha menyesuaikan
perasaannya dan menangani permasalahannya walaupun belum optimal. Contoh
sebaran jawaban mahasiswa dapat dilihat pada Lampiran 3.
Prokrastinasi Akademik
Steel (2010) menjelaskan prokrastinasi adalah menunda kegiatan secara
sengaja meskipun individu memahami dampak buruknya. Penelitian menunjukkan
bahwa sebanyak 83.6 persen mahasiswa tergolong memiliki prokrastinasi
akademik yang rendah dan sisanya berada pada kategori sedang. Nilai minimun dan
maksimum prokrastinasi menyebar dari 10.7 hingga 74.7 sedangkan rata-rata
17
diperoleh sebesar 46.9 (Tabel 5). Berdasarkan jawaban mahasiswa diketahui bahwa
mahasiswa merasa teman tidak mengganggu saat belajar (65.5%), tidak menunda
mengumpulkan tugas (43.6%), tidak menyia-nyiakan waktu (42.7%),
menyempatkan waktu untuk rutin belajar (48.2%), tidak menunda tugas hingga
batas waktu (47.3%), tidak belajar ujian hanya pada malam sebelumnya (63.6%),
dan tidak menggunakan metode belajar kebut semalam saat ujian (50.9%).
Prokrastinasi sedang ditandai dengan mahasiswa mudah terganggu oleh hal lain
saat belajar (58.2%), memilih berbincang dengan kerabat daripada belajar (48.2%),
menunda mengerjakan tugas hingga hari selanjutnya (46.4%), dan tidak membaca
materi kuliah sebelum kuliah dimulai (48.2%). Contoh jawaban mahasiswa dapat
dilihat di Lampiran 4.
Prestasi Akademik
Prestasi akademik contoh dikategorikan dalam lima kategori indeks prestasi
(IP) berdasarkan Direktorat PPKU IPB (2017), yaitu buruk (≤1.70), kurang (1.71 –
1.99), cukup (2.00 – 2.75), baik (2.76 – 3.50), dan sangat baik (≥3.51). Nilai
minimum IP mahasiswa terletak pada angka 1.66 sedangkan nilai maksimal IP
terletak pada angka 4.00. Rata-rata IP mahasiswa adalah 3.01 yang dapat
digolongkan sebagai kategori baik. Tabel 6 menunjukkan lebih dari separuh
(56.4%) mahasiswa memiliki kategori prestasi akademik baik. Sebanyak 25.5
persen mahasiswa memiliki prestasi akademik cukup sedangkan 12.7 persen
mahasiswa tergolong sangat baik. Hanya terdapat 4.5 persen dan 0.9 persen
mahasiswa yang memiliki kategori prestasi akademik kurang dan buruk.
Mahasiswa yang memiliki prestasi buruk akan terancam dikeluarkan dari IPB.
terhadap prokarastinasi akademik dengan syarat variabel lain tetap, maka diketahui
bahwa jenis kelamin berpengaruh positif signifikan terhadap prokrastinasi
akademik (B=4.025). Mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki memiliki skor
indeks prokrastinasi akademik lebih besar 4.025 poin dari skor indeks prokrastinasi
akademik perempuan. Pendapatan per kapita keluarga juga berpengaruh positif
signifikan terhadap prokrastinasi akademik (B=1.095×10-6), yang berarti setiap
kenaikan satu rupiah pendapatan per kapita keluarga per bulan sementara variabel
lain tetap akan meningkatkan skor indeks prokrastinasi akademik sebesar 1.095×10-
6
.
Efikasi diri memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap prokrastinasi
akademik (B=-0.450). Artinya, setiap kenaikan satu skor indeks efikasi diri
mahasiswa sementara variabel lain tetap akan menurunkan skor indeks
prokrastinasi akademik sebesar 0.465 poin. Selain itu, tingkat stres mahasiswa
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap prokrastinasi akademik (B=0.372).
Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu skor indeks tingkat stres yang
dirasakan mahasiswa sementara variabel lain tetap akan meningkatkan skor indeks
prokrastinasi akademik sebesar 0.386 poin.
Pembahasan
dan Hernawati (2015) bahwa usia mahasiswa, jenis kelamin, uang saku, usia ibu,
dan pendidikan ibu tidak berhubungan dengan prokrastinasi. Temuan ini
berlawanan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan positif antara jenis kelamin (Steel dan Ferrari 2013) dan pendapatan per
kapita (Zahra dan Hernawati 2015) dengan prokrastinasi akademik.
Temuan menunjukkan dari karakteristik mahasiswa dan keluarga hanya
jenis kelamin dan pendapatan per kapita yang berpengaruh terhadap prokrastinasi
akademik. Laki-laki cenderung memiliki perilaku menunda-nunda mengerjakan
tugas akademik. Hal ini sesuai dengan temuan Surijah dan Tjunding (2007) yang
menemukan persentase perilaku prokrastinasi lebih besar pada laki-laki. Ferrari et
al. (2009) dalam penelitiannya menyatakan laki-laki cenderung lebih tinggi tingkat
prokrastinasi karena laki-laki cenderung tidak menyukai mengerjakan tugas yang
diperintah oleh orang lain dan khawatir tidak dapat memenuhi harapan sendiri.
Sebagian besar mahasiswa PPKU IPB berasal dari keluarga dengan pendapatan per
kapita di atas garis kemiskinan. Pendapatan per kapita menunjukkan pengaruh
positif terhadap prokrastinasi. Selaras dengan penelitian sebelumnya, mahasiswa
yang memiliki latar belakang ekonomi yang baik cenderung akan mengabaikan
tugas kuliah dan memilih melakukan kegiatan yang lebih menyenangkan (Zahra
dan Hernawati 2015).
Variabel bebas dari karakteristik mahasiswa dan karakteristik keluarga yang
memiliki hubungan dengan prestasi akademik hanyalah uang saku mahasiswa.
Uang saku berhubungan negatif dengan prestasi akademik, yang artinya semakin
rendah uang saku, semakin tinggi prestasi akademik mahasiswa. demikian dengan
hasil uji pengaruh menyatakan uang saku berpengaruh negatif signifikan terhadap
Prestasi akademik. Artinya, uang saku mahasiswa dapat menurunkan prestasi
akademik mahasiswa. Astuti (2012) menemukan uang saku berpengaruh terhadap
prestasi akademik tetapi pengaruh yang ditimbulkan adalah pengaruh positif. Lain
hal dengan penelitian yang dilakukan Nandari (2013) menyatakan bahwa uang saku
tidak memengaruhi prestasi akademik. Mahasiswa yang memiliki uang saku tinggi
cenderung lebih sering menghabiskan waktu untuk berbelanja atau bepergian
(Musyrifah 2015). Hal tersebut diduga dapat mengurangi waktu mahasiswa untuk
fokus dalam mencapai prestasi akademik yang tinggi.
Ada hubungan negatif antara efikasi diri dengan prokrastinasi akademik.
Semakin tinggi efikasi diri, semakin rendah prokrastinasi akademik mahasiswa.
Mahasiswa yang memiliki efikasi diri tinggi cenderung memiliki keyakinan tinggi
dalam menghadapi tugas akademik serta memiliki tingkat energi yang tinggi.
sementara itu, mahasiswa yang memiliki efikasi diri rendah cenderung kurang
tekun dalam mengerjakan tugas, menghindari tugas dan mudah menyerah. Hal
tersebut berkaitan dengan munculnya perilaku prokrastinasi akademik (Khotimah
et al. 2016)
Pengaruh negatif efikasi diri terhadap prokrastinasi akademik juga
ditemukan dalam peneitian ini, yang berarti efikasi diri yang tinggi akan
menurunkan prokrastinasi mahasiswa dalam hal akademik. Mahasiswa yang
memiliki keyakinan tinggi dengan kemampuan akademik, mempelajari materi
sampai paham, sering mencapai target belajar, tidak menyerah pada materi yang
sulit dapat menangani masalah dalam hidup, merasa dapat diandalkan, dan pantang
menyerah akan menurunkan perilaku prokrastinasi akademik. Artinya, efikasi diri
tersebut akan menurunkan perilaku menunda-nunda dalam belajar dan mengerjakan
tugas, kegiatan yang menyia-nyiakan waktu, dan kebiasaan belajar dengan metode
22
sistem kebut semalam (SKS). Selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Hen
dan Goroshit (2012) serta Asri dan Dewi (2016) bahwa efikasi diri merupakan
faktor internal yang memengaruhi prokrastinasi akademik mahasiswa. Mahasiswa
yang memiliki efikasi diri tinggi cenderung lebih siap dalam penyelesaian tugas-
tugas akademik. Katz et al. (2014) menyatakan bahwa efikasi diri memiliki
pengaruh yang tidak terlalu besar terhadap prokrastinasi akademik. Pengaruh
tersebut diperkuat dengan adanya motivasi intrinsik. Jika efikasi diri mahasiswa
tinggi namun memiliki motivasi intrinsik yang rendah, maka peran efikasi diri
tersebut tidak akan efisien dalam menurunkan tingkat prokrastinasi akademik
mahasiswa.
Penelitian menemukan efikasi diri mahasiswa didominasi di kategori
sedang. Artinya efikasi diri yang dimiliki tergolong biasa saja, mahasiswa tidak
mudah menyerah dalam menghadapi persoalan akademik, namun mahasiswa juga
merasa gelisah terhadap kemampuannya. Namun, masih ada satu per tiga
mahasiswa yang memiliki efikasi diri rendah sehingga mempengaruhi rendahnya
prestasi yang diperoleh. Bandura (1997) menyatakan mahasiswa yang berada pada
masa transisi remaja ke dewasa awal harus memiliki efikasi diri yang tinggi. Jika
mahasiswa memiliki efikasi diri rendah, mahasiswa akan menghadapi banyak
kesulitan.
Terdapat hubungan positif antara efikasi diri dengan prestasi akademik.
Semakin tinggi efikasi diri, semakin tinggi prestasi akademik mahasiswa. Temuan
ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan efikasi diri secara
umum berhubungan positif dengan hasil belajar atau prestasi akademik (Lent et al.
1984; Minauli dan Butar-butar 2011). Selain itu, ditemukan adanya pengaruh
efikasi diri terhadap prestasi akademik. Yakin dengan kemampuan akademik,
mempelajari materi sampai paham, sering mencapai target belajar, tidak menyerah
pada materi yang sulit dapat menangani masalah dalam hidup, merasa dapat
diandalkan, dan pantang menyerah merupakan indikator dari efikasi diri yang dapat
meningkatkan prestasi akademik. Semakin tinggi skor indeks yang sesuai dengan
mahasiswa, semakin tinggi juga prestasi akademik mahasiswa. Temuan ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Vuong et al. (2010) dan Azar (2013) bahwa
efikasi diri merupakan prediktor dari prestasi akademik. Bandura (1997)
menyatakan efikasi diri memengaruhi mahasiswa dalam membuat dan mengejar
tindakan yang diinginkan. Keyakinan atas kemampuan akan membantu sejauh
mana usaha yang akan dilakukan mahasiswa dalam mencapai prestasi akademik.
Misalnya, mahasiswa yang memiliki efikasi diri rendah mungkin tidak
mempersiapkan ujian dengan maksimal karena tidak yakin hal itu akan
membuatnya memperoleh hasil yang baik (Santrock 2010).
Tingkat stres mahasiswa PPKU IPB tergolong rendah, mahasiswa mengaku
sering merasa bahwa dirinya mampu mengatasi kesulitan dalam hidup termasuk
dalam hal akademik. Mahasiswa juga sering merasa mampu mengatasi masalah
pribadi. Penelitian ini menemukan terdapat hubungan positif signifikan antara
tingkat stres dengan prokrastinasi akademik. Semakin sering mahasiswa marah
karena sesuatu yang tidak terduga terjadi, tidak dapat memanfaatkan waktu,
tertekan, tidak berhasil mengatasi kesulitan hidup, dan tidak dapat menyesuaikan
diri pada perubahan, semakin tinggi perilaku prokrastinasi akademik mahasiswa,
seperti menunda pekerjaan, tidak fokus dalam mengerjakan tugas, mudah terganggu
hal lain, dan mengabaikan prioritas akademik.
23
Temuan ini sejalan dengan Sari (2013) bahwa stres dengan prokrastinasi
akademik memiliki hubungan negatif. Semakin rendah tingkat stres maka semakin
rendah prokrastinasi akademik. Pengaruh tingkat stres juga ditemukan dalam
meningkatkan prokrastinasi akademik mahasiswa. Selaras dengan penelitian yang
dilakukan Aziz dan Rahardjo (2013) bahwa stres menyebabkan prokrastinasi pada
mahasiswa. Semakin banyak tekanan yang dirasakan mahasiswa akan
memperlambat sikap mahasiswa dalam penyelesaian tugas akademik. Prokrastinasi
yang dilakukan mahasiswa dapat terjadi karena adanya tekanan mental serta
kelelahan fisik yang muncul dalam bentuk rasa gelisah ketika tidur serta mudah
lelah ketika mengerjakan tugas. Mahasiswa PPKU IPB memiliki tingkat stres yang
rendah sehingga hal tersebut mempercepat sikap mahasiswa dalam menyelesaikan
tugas-tugas akademik serta karena mahasiswa yakin bahwa dirinya mampu
mengatasi kesulitan hidupnya sehingga mahasiswa tidak merasa tertekan dengan
lingkungannya. Lain hal dengan penelitian yang dilakukan Rumiani (2006), tingkat
stres tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan prokrastinasi akademik.
Hal ini tergantung dari seberapa besar tingkat stres yang dirasakan mahasiswa
memberikan pengaruh kepada mahasiswa tersebut.
Tekanan mental yang dirasakan mahasiswa menyebabkan mahasiswa
mengabaikan kewajibannya, namun ternyata penelitian ini tidak dapat
membuktikan bahwa tekanan mental atau stres tersebut memberikan dampak pada
prestasi akademik mahasiswa. Hal ini disebabkan tidak ditemukan pengaruh
signifikan tingkat stres terhadap prestasi akademik mahasiswa. Hasil temuan ini
didukung oleh Zajacova et al. (2005) dan Elias et al. (2011) yang menjelaskan
bahwa stres tidak ada kaitannya dengan nilai yang diperoleh mahasiswa. Lain hal
dengan Sanders dan Lushington (2002), penelitiannya menemukan bahwa tingkat
stres berpengaruh negatif signifikan dengan prestasi akademik. Berdasarkan rata-
rata skor indeks, tingkat stres mahasiswa diketahui berada pada kategori rendah.
Sama halnya dengan penelitian Elias et al. (2011) bahwa mahasiswa tingkat
pertama memiliki tingkat stres yang lebih rendah. Kondisi tersebut menunjukkan
mahasiswa masih dapat mengatasi kesulitan atau hambatan yang dialami di bidang
akademik sehingga tidak menyebabkan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi
akademik.
Shields (2008) memaparkan bahwa pengaruh negatif stres berkurang seiring
waktu ketika mahasiswa menangani stres secara aktif. Cara mahasiswa menangani
stres tersebut yang disebut sebagai strategi koping. Penelitian ini melibat kan dua
jenis strategi koping aktif, yaitu emotional coping dan problem coping. Emotional
coping dan problem coping tidak berhubungan dengan prestasi akademik. Ryland
et al. (1994) menyatakan tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara
koping stres dengan prestasi akademik. Namun, strategi koping terhadap stres
memiliki hubungan negatif dengan prokrastinasi. Artinya semakin tinggi
mahasiswa mengadopsi emotional coping atau problem coping, semakin rendah
prokrastinasi akademik. Menurut Kandemir (2014) strategi koping yang melibatkan
emosi atau perasaan akan menunjukkan perilaku prokrastinasi. Hasil penelitian ini
menandakan hubungan negatif antara strategi emotional coping dengan
prokrastinasi sehingga semakin tinggi penggunaan strategi emotional coping
semakin rendah kecenderungan mahasiswa melakukan prokrastinasi. Namun,
emotional coping pada penelitian ini adalah koping yang menyesuaikan emosi diri
ke arah yang positif sehingga semakin tinggi mahasiswa berpikir positif atau
24
sehingga dapat menghasilkan pengaruh yang negatif atau positif terhadap prestasi
akademik.
Penelitian ini masih memiliki keterbatasan yang dapat dijadikan perbaikan
pada penelitian selanjutnya. Adapun keterbatasan tersebut terletak pada proses
pengambilan data. Penelitian ini merupakan penelitian payung sehingga pada
proses pengambilan data mahasiswa menerima berbagai macam kuesioner yang
perlu diisi dalam satu waktu. Hal tersebut dapat menimbulkan bias jawaban pada
kuesioner mahasiswa.
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Andarini SR, Fatma A. 2013. Hubungan antara distress dan dukungan sosial dengan
prokrastinasi akademik pada mahasiswa dalam menyusun skripsi. Talenta
Psikologi. 2(2);159-179.
Arnett JJ. 2014. Adolescence and emerging adulthood. Boston, MA: Pearson.
Asri DN, Dewi NK. 2016. Prokrastinasi akademik mahasiswa Program Studi
Bimbingan Dan Konseling IKIP PGRI Madiun ditinjau dari efikasi diri, fear
of failure, gaya Pengasuhan orang tua, dan iklim akademik. Jurnal
Penelitian LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat) IKIP PGRI MADIUN. 2(2).
Astuti. 2012. Pengaruh kemandirian belajar dan penggunaan uang saku terhadap
prestasi belajar kompetensi dasar ekonomi kelas VII dan VIII. Economic
Education Education Analysis Journal. 1(2).
Azar FS. 2013. Self-efficacy, achievement motivation and academic procrastination
as predictors of academic achievement in pre-college students. Proceeding
of the Global Summit on Education. 173-178.
Aziz A, Rahardjo P. 2013. Faktor-Faktor Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa
Tingkat Akhir yang Menyusun Skripsi di Universitas Muhammadiyah
Purwokerto Tahun Akademik 2011/2012. PSYCHOIDEA. 11(1).
Balkis M, Duru E, Bulus M. 2013. Analysis of the relation between academic
procrastination, academic rational/irrational beliefs, time preferences to
study for exams, and academic achievement: a structural model. European
journal of psychology of education. 28(3);825-839.doi:
https://doi.org/10.1007/s10212-012-0142-5
Bandura A. 1997. Self-efficacy. The exercise of control. New York (USA):
W.H.Freeman and Company.
Batool SS, Khursheed S, Jahangir H. 2017. Academic Procrastination as a Product
of Low Self-Esteem: A Mediational Role of Academic Self-
efficacy. Pakistan Journal of Psychological Research. 32(1);195.doi:
https://doi.org/10.1007/s10212-012-0142-5
Beutel ME, Klein EM, Aufenanger S, Brähler E, Dreier M, Müller KW, et al. 2016
Procrastination, Distress and Life Satisfaction across the Age Range – A
German Representative Community Study. PLoS ONE. 11(2): e0148054.
doi:10.1371/journal.pone.0148054
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2017. Garis Kemiskinan Menurut Provinsi 2013-2017.
Diambil dari: https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1120.
[diunduh 30 Mar 2018].
Brady‐Amoon P, Fuertes JN. 2011. Self‐Efficacy, Self‐Rated abilities, adjustment,
and academic performance. Journal of Counseling &
Development. 89(4);431-438.
Caprara GV, Fida R, Vecchione M, Del Bove G, Vecchio GM, Barbaranelli C,
Bandura A. 2008. Longitudinal analysis of the role of perceived self-
efficacy for self-regulated learning in academic continuance and
achievement. Journal of educational psychology. 100(3);525.
Choi JN, Moran SV. 2009. Why not procrastinate? Development and validation of
a new active procrastination scale. The Journal of social psychology.
149(2);195-212.doi: https://doi.org/10.3200/SOCP.149.2.195-212
Christyanti D, Mustami'ah D, Sulistiani W. 2012. Hubungan antara penyesuaian
diri terhadap tuntutan akademik dengan kecenderungan stres pada
28
McCloskey J, Scielzo SA. 2012. Finally. The Development and Validation of the
Academic Procrastination Scale. In review.
Michinov N, Brunot S, Le Bohec O, Juhel J, Delaval M. 2011. Procrastination,
participation, and performance in online learning environments. Computers
& Education. 56(1);243-252.
Minauli I, Butar-butar IBB. 2011. Hubungan Antara Efikasi Diri Dan Regulasi Diri
Dalam Belajar Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa. Analitika. 3(2);79-
84.
Musyrifah I. 2015. Perilaku Komplain Konsumen Generasi Y Pada Belanja Online
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nandari PR. 2013. Pola Asuh Akademik, Motivasi, Regulasi Diri, dan Prestasi
Belajar Remaja Laki-laki dan Perempuan [Skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Novanto Y, Yulianti L. 2015. Faktor–faktor yang berkaitan dengan prestasi
akademik mahasiswa sekolah tinggi teologi” x”. Tanjung Balai: Sekolah
Tinggi Teologia Marturia.
Oematan CS. 2013. Hubungan antara Prokrastinasi Akademik dan Prestasi
Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi–Universitas
Surabaya. Calyptra. 2(1);1-7.
Patrzek J, Grunschel C, Fries S. 2012. Academic Procrastination: The Perspective
of University Counsellors. Int. J. Adv. Counselling. 34;185-201.
Rahmi N. 2013. Hubungan Tingkat Stres dengan Prestasi Belajar Mahasiswa
Tingkat II Prodi D-III Kebidanan Banda Aceh Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes NAD TA. 2011/2012. Jurnal Ilmiah STIKes U’Budiyah. 2(1).
Ramos‐Sánchez L, Nichols L. 2007. Self‐efficacy of first‐generation and non‐first‐
generation college students: The relationship with academic performance
and college adjustment. Journal of College Counseling. 10(1);6-18.
Rumiani. 2006. Prokrastinasi AkademikDitinjau dari Motivasi Berprestasi dan Str
es Mahasiswa. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Semarang.
3(2);37-48
Ryland EB, Riordan RJ, Brack G. 1994. Selected characteristics of high-risk
students and their enrollment persistence. Journal of College Student
Development.
Sæle RG, Dahl TI, Sørlie T, Friborg O. 2017. Relationships between learning
approach, procrastination and academic achievement amongst first-year
university students. Higher Education. 74(5);757-774.
Safaria, Saputra. 2009. Manajemen Emosi. Jakarta (ID): Bumi Aksara
Saklofske DH, Austin EJ, Mastoras SM, Beaton L, Osborne SE. 2012.
Relationships of personality, affect, emotional intelligence and coping with
student stress and academic success: Different patterns of association for
stress and success. Learning and Individual Differences. 22(2);251-257.
Samaha M, Hawi NS. 2016. Relationships among smartphone addiction, stress,
academic performance, and satisfaction with life. Computers in Human
Behavior. 57;321-325.
Sanders AE, Lushington K. 2002. Effect of perceived stress on student performance
in dental school. Journal of dental education. 66(1);75-81
Santrock JW. 2007. Remaja, edisi kesebelas. Widyasinta B, penerjemah; Hardani,
editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Adolenscence,
Eleventh Ed.
31
LAMPIRAN
34
RIWAYAT PENULIS