Anda di halaman 1dari 49

1

PERAN EFIKASI DIRI, TINGKAT STRES, STRATEGI


KOPING, DAN PROKRASTINASI AKADEMIK TERHADAP
PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PPKU IPB

HAFIZAH RAHMA AZZAHRA

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
2
3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER


INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Peran Efikasi Diri,
Tingkat Stres, Strategi Koping, dan Prokrastinasi Akademik terhadap Prestasi
Akademik Mahasiswa PPKU IPB” adalah benar karya saya dengan arahan dari
dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2018

Hafizah Rahma Azzahra


NIM I24140094
4
5

ABSTRAK

HAFIZAH RAHMA AZZAHRA. Peran Efikasi Diri, Tingkat Stres, Strategi


Koping, dan Prokrastinasi Akademik terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa
PPKU IPB. Dibimbing oleh MELLY LATIFAH.

Prestasi akademik mahasiswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Penelitian ini


bertujuan untuk mengetahui peran efikasi diri, tingkat stres, strategi koping, dan
prokrastinasi akademik terhadap prestasi akademik mahasiswa. Penelitian ini
melibatkan 110 mahasiswa tingkat pertama IPB sebagai partisipan, yang dipilih
secara acak. Data primer dikumpulkan menggunakan alat bantu kuesioner self-
report. Data dianalisis secara deskriptif, uji korelasi, dan uji regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan negatif signifikan antara efikasi
diri, emotional coping, dan problem coping dengan prokrastinasi akademik, serta
terdapat hubungan positif antara tingkat stres dengan prokrastinasi akademik.
Selain itu, ditemukan hubungan negatif siginifikan antara uang saku dengan prestasi
akademik, dan hubungan positif signifikan antara efikasi diri dengan prestasi
akademik. Jenis kelamin, pendapatan per kapita, dan tingkat stres berpengaruh
positif terhadap prokrastinasi akademik, sedangkan efikasi diri berpengaruh negatif
terhadap prokrastinasi akademik. Uang saku berpengaruh negatif terhadap prestasi
akademik sedangkan efikasi diri berpengaruh positif terhadap prestasi akademik.

Kata kunci: efikasi diri, prestasi akademik, prokrastinasi akademik, strategi koping,
tingkat stres

ABSTRACT

HAFIZAH RAHMA AZZAHRA. The Role of Self-Efficacy, Stress Levels, Coping


Strategies, and Academic Procrastination on Academic Achievement of PPKU IPB
Students. Supervised by MELLY LATIFAH.

Student’s academic achievement is influenced by many factors. This study


aims to determine the role of self-efficacy, stress levels, coping strategies, and
academic procrastination on students’ academic achievement. This study involved
110 first-year IPB students as participants, who were randomly selected. Primary
data was collected using self-report questionnaire. Data were analyzed through
descriptive test, correlation test, and multiple linear regression test. The results
showed that there is negative significant relationship between self-efficacy,
emotional coping, and problem coping with academic procrastination, and there is
positive significant relationship between stress levels and academic procrastination.
In addition, there is negative significant relationship between allowance and
academic achievement, and positive significant relationship between self-efficacy
and academic achievement. Gender, income per capita, and stress levels have
positive effect on academic procrastination, while self-efficacy has negative effect
on academic procrastination. Allowance has negative effect on academic
achievement while self-efficacy has positive effect on academic achievement.

Keywords: academic achievement, academic procrastination, coping strategies,


self-efficacy, stress levels
6
7

PERAN EFIKASI DIRI, TINGKAT STRES, STRATEGI


KOPING, DAN PROKRASTINASI AKADEMIK TERHADAP
PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PPKU IPB

HAFIZAH RAHMA AZZAHRA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
8
9

Judul Skripsi: Peran Efikasi Diri, Tingkat Stres, Strategi Koping, dan
Prokrastinasi Akademik terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa
PPKU IPB
Nama : Hafizah Rahma Azzahra
NIM : I24140094

Disetujui oleh

Dr. Ir. Melly Latifah, M.Si.


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Tin Herawati, S.P., M.Si.


Ketua Departemen

Tanggal lulus:
10
11

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas karunia dan
nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran
Efikasi Diri, Tingkat Stres, Strategi Koping, dan Prokrastinasi Akademik terhadap
Prestasi Akademik Mahasiswa PPKU IPB”. Skripsi ini tidak akan mungkin
terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, ucapan terima kasih yang
pertama penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Melly Latifah, M.Si., selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah membimbing dan memberikan semangat kepada
penulis dalam penyelesaian skripsi. Kedua, penulis mengucapkan terima kasih
kepada Neti Hernawati, S.P., M.Si. dan Dr. Defina, S.S., M.Si., selaku penguji
sidang skripsi, yang telah memberikan masukan untuk penyempurnaan skripsi
penulis. Ketiga, penulis berterima kasih kepada Ir. Moh. Djemdjem Djamaludin,
M.Sc., selaku dosen pemandu seminar hasil, yang telah mengarahkan dan
memberikan saran selama seminar berlangsung. Keempat, penulis mengucapkan
terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si., selaku dosen pembimbing
akademik, yang telah membimbing penulis selama menempuh pendidikan di
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK). Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Dr. Tin Herawati, S.P., M.Si., selaku ketua Departemen Ilmu
Keluarga dan Konsumen, beserta seluruh dosen, yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuan, dan tenaga kependidikan, yang telah banyak membantu selama
penulis menempuh pendidikan di Departemen IKK.
Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak Program
Pendidikan Kompetensi Umum Institut Pertanian Bogor (PPKU IPB), khususnya
Prof. Dr. Toni Bakhtiar, M.Sc., selaku direktur PPKU, yang telah memberikan izin
melakukan penelitian di PPKU IPB serta mahasiswa PPKU IPB tahun ajaran
2017/2018, yang telah bersedia terlibat dalam penelitian ini. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada kedua orangtua penulis, Budi Lukmanto dan Rima Marlina
Triyanti, serta adik penulis, Oktirainy Salma Lukman, yang telah memberikan doa,
motivasi, dan dukungan kepada penulis, baik secara fisik maupun non fisik.
Kemudian, penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan penelitian payung,
yaitu Diah Suryaningsih, Ryma Maziyah Arsy, Rizky Amalia, dan Avina Fitrah
Ghaselia serta kepada seluruh mahasiswa Departemen Ilmu Keluarga dan
Konsumen Angkatan 51, yang telah memberikan kritik dan saran serta motivasi
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat menjadi awal yang mendorong munculnya
karya-karya penulis selanjutnya, baik dalam dunia kerja maupun pada dunia
pendidikan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2018

Hafizah Rahma Azzahra


12
xiii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 5
Manfaat Penelitian 5
KERANGKA PEMIKIRAN 5
METODE PENELITIAN 7
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 7
Teknik Penarikan Contoh 8
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 8
Pengolahan dan Analisis Data 9
Definisi Operasional 11
HASIL DAN PEMBAHASAN 12
Hasil 12
Karakteristik Mahasiswa 12
Karakteristik Keluarga 12
Efikasi Diri 14
Tingkat Stres 15
Strategi Koping 16
Prokrastinasi Akademik 16
Prestasi Akademik 17
Hubungan antara Karakteristik Mahasiswa, Karakteristik Keluarga,
Efikasi Diri, Tingkat Stres, dan Strategi Koping, dengan Prokrastinasi
Akademik serta Prestasi Akademik 17
Pengaruh Karakteristik Mahasiswa, Karakteristik Keluarga, Efikasi Diri,
Tingkat Stres, dan Strategi Koping terhadap Prokrastinasi Akademik 18
Pengaruh Karakteristik Mahasiswa, Karakteristik Keluarga, Efikasi Diri,
Tingkat Stres, Strategi Koping, dan Prokrastinasi Akademik terhadap
Prestasi Akademik 19
Pembahasan 20
SIMPULAN DAN SARAN 25
Simpulan 25
Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN 33
RIWAYAT PENULIS 35
vi

DAFTAR TABEL
1 Variabel dan skala data 9
2 Sebaran mahasiswa berdasarkan kategori efikasi diri 15
3 Sebaran mahasiswa berdasarkan kategori tingkat stres 15
4 Sebaran mahasiswa berdasarkan kategori strategi koping 16
5 Sebaran mahasiswa berdasarkan kategori prokrastinasi akademik 17
6 Sebaran mahasiswa berdasarkan kategori prestasi akademik 17
7 Nilai koefisien korelasi antara karakteristik mahasiswa, karakteristik
keluarga, efikasi diri, tingkat stres, dan strategi koping, dengan
prokrastinasi akademik serta prestasi akademik 18
8 Nilai koefisien uji regresi karakteristik mahasiswa, karakteristik
keluarga, efikasi diri, tingkat stres, dan strategi koping, terhadap
prokrastinasi akademik 19
9 Nilai koefisien uji regresi karakteristik mahasiswa, karakteristik
keluarga, efikasi diri, tingkat stres, strategi koping, dan prokrastinasi
akademik terhadap prestasi akademik 20

DAFTAR GAMBAR

1 Faktor-faktor yang memengaruhi prestasi akademik 7


2 Sebaran mahasiswa berdasarkan usia 12
3 Sebaran mahasiswa berdasarkan uang saku 12
4 Sebaran mahasiswa berdasarkan usia orang tua 13
5 Sebaran mahasiswa berdasarkan tingkat pendidikan orang tua 13
6 Sebaran mahasiswa berdasarkan besar keluarga 13
7 Sebaran mahasiswa berdasarkan pendapatan per kapita 14
8 Sebaran mahasiswa berdasarkan jenis pekerjaan orang tua 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Contoh jawaban mahasiswa dalam pengukuran efikasi diri 34


2 Contoh jawaban mahasiswa dalam pengukuran tingkat stres 34
3 Contoh jawaban mahasiswa dalam pengukuran strategi koping 34
4 Contoh jawaban mahasiswa dalam pengukuran prokrastinasi akademik 34
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kualitas hidup penduduk pada suatu negara dapat dilihat dari indeks
pembangunan manusia (IPM). Indeks ini ditinjau dari berbagai aspek seperti umur
panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Kualitas hidup
penduduk Indonesia berada di peringkat 113 dari 188 negara dan masuk dalam
kategori medium (UNDP 2016). Hal ini menunjukkan Indonesia masih memiliki
masalah pada kualitas hidup manusianya. Kualitas hidup tersebut dapat diperbaiki
melalui pendidikan, seperti yang dikutip dari Sustainable Development Goals
bahwa kualitas pendidikan tinggi merupakan salah satu kunci dari keberhasilan
pembangunan berkelanjutan (UN 2017). Kualitas pendidikan tinggi dapat dilihat
dari hasil belajar mahasiswa, salah satunya melalui prestasi akademik yang
diperoleh mahasiswa (Novanto dan Yulianti 2015).
Mahasiswa berada pada fase transisi dari remaja ke dewasa. Seorang
mahasiswa yang berada pada fase tersebut berusia antara 18 hingga 25 tahun (Arnett
2014). Menurut Arnett (2014) fase transisi ini menunjukkan fase mahasiswa
memahami siapa dirinya, kemampuan dan keterbatasannya, serta menunjukkan fase
ketidakstabilan mahasiswa. Mahasiswa mungkin berpindah tempat tinggal dari
rumah ke asrama atau kos ketika memasuki perguruan tinggi sehingga perlu
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Selain itu, fase transisi ini juga
merupakan fase mahasiswa fokus terhadap dirinya sendiri untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan pemahaman dirinya untuk mempersiapkan masa
depan. Apabila mahasiswa mampu menyesuaikan dirinya terhadap fase-fase
tersebut, mahasiswa dapat berkonsentrasi pada prestasi akademik (Christyanti et al.
2012).
Kemenristekdikti Indonesia (2017) menyatakan sebanyak 6 924 511
mahasiswa terdaftar dalam perguruan tinggi tahun 2017. Sebanyak 2.8 persen atau
193 886 mahasiswa di antaranya berhenti kuliah atau dropout. Masalah dropout ini
ditentukan salah satunya oleh prestasi akademik yang rendah dan indeks prestasi
semester pertama merupakan faktor yang kuat untuk menentukan resiko dropout
mahasiswa selanjutnya (Costa et al. 2018). Imran et al. (2013) juga menemukan
penyebab mahasiswa dropout adalah nilai yang diperoleh mahasiswa belum
mencapai standar yang ditetapkan suatu perguruan tinggi. Hal ini merupakan suatu
tantangan bagi mahasiswa tingkat pertama agar dapat memperoleh nilai akademik
yang baik, minimal sesuai standar masing-masing perguruan tinggi sehingga
mahasiswa tidak mengalami dropout.
Prestasi akademik didefinisikan oleh Azar (2013) merupakan salah satu
prioritas utama bagi sekolah serta dianggap sebagai hasil pendidikan, yang
menunjukkan tingkat pemahaman siswa dan keberhasilan guru atau institusi dalam
mencapai tujuan pendidikan. Santrock (2013) menyatakan semakin dewasa usia,
seseorang akan memandang prestasi akademik lebih serius. Mahasiswa akan
berlomba-lomba mencapai prestasi akademik setinggi-tingginya. Berdasarkan
penelitian sebelumnya, faktor-faktor yang dapat memengaruhi prestasi akademik
ialah tingkat stres (Hutapea 2014), strategi koping (Kandemir 2014), efikasi diri,
dan prokrastinasi akademik (Azar 2013).
2

Prokrastinasi akademik merupakan perilaku menunda-nunda dalam


menuntaskan tugas akademik. Ackerman dan Gross (2005) dalam Wan et al. (2014)
menyatakan prokrastinasi akademik dilakukan karena seseorang tidak memiliki
motivasi untuk menyelesaikan tugas dalam waktu tertentu. Beberapa penelitian
telah mengungkapkan bahwa prokrastinasi berpengaruh terhadap prestasi akademik
(Azar 2013; Balkis et al. 2013; Sæle et al. 2017). Mahasiswa yang memiliki
prokrastinasi akademik tinggi cenderung akan belajar untuk ujian pada malam
sebelumnya dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki tingkat prokrastinasi
akademik rendah, akan belajar sebulan sebelum ujian diadakan (Balkis et al. 2013).
Prokrastinasi akademik memiliki hubungan negatif dengan prestasi akademik.
Semakin tinggi prokrastinasi akademik yang dilakukan mahasiswa, prestasi
akademik yang diperolehnya semakin rendah. Mahasiswa yang sering menunda-
nunda mengerjakan tugas, IPK mahasiswa tersebut akan semakin rendah (Klassen
et al. 2008).
Prokrastinasi akademik juga dipengaruhi beberapa hal seperti efikasi diri
(Klassen et al. 2008), tingkat stres (Steel dan Klingsieck 2016), dan strategi koping
(Kandemir 2014). Prokrastinasi akademik dikenal sebagai perlindungan diri dari
rendahnya efikasi diri (Batool et al. 2017). Beberapa penelitian telah menunjukkan
hasil bahwa efikasi diri dan prokrastinasi akademik memiliki hubungan negatif ,
yang artinya semakin rendah keyakinan mahasiswa terhadap kemampuannya
menyelesaikan tugas maka semakin sering mahasiswa tersebut menunda-nunda
penyelesaian tugas (Irawati 2015; Asri dan Dewi 2016). Efikasi diri merupakan
kunci sukses akademik mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki keyakinan rendah
pada kemampuannya akan sulit mengatur kegiatan pembelajaran sehingga
menimbulkan perilaku prokrastinasi akademik (Klassen et al. 2008). Hal lain yang
dapat terjadi dengan efikasi diri ialah dapat meningkatkan prestasi akademik.
Mahasiswa yang yakin dengan kemampuan akademiknya cenderung lebih percaya
bahwa prestasi ditentukan dari besarnya usaha yang dilakukan sehingga mahasiswa
akan berusaha dengan baik dalam mengerjakan tugas (Komarraju dan Nadler 2013).
Prokrastinasi dan prestasi akademik juga disebabkan oleh tingkat stres
mahasiswa. Semakin tinggi tingkat stres yang dirasakan mahasiswa akan meningkat
juga kecenderungan mahasiswa untuk menunda mengerjakan tugas (Andarini dan
Fatma 2013; Beutel et al. 2016). Mahasiswa yang memiliki kecenderungan
melakukan prokrastinasi terhadap tugas-tugas kuliah disebabkan stres yang
dirasakannya. Tingkat stres yang dirasakan mahasiswa tersebut merupakan penentu
dari prokrastinasi akademiknya (Beutel et al. 2016). Selain itu, Elias et al. (2011)
menyatakan tingkat stres dapat memiliki hubungan negatif dengan prestasi
akademik. Semakin tinggi tingkat stres maka semakin rendah prestasi yang
dihasilkan mahasiswa.
Selain tingkat stres, prokrastinasi dan prestasi akademik juga dipengaruhi
oleh strategi koping mahasiswa. Kandemir et al. (2014) menyatakan dalam
penelitiannya bahwa keterampilan mahasiswa dalam mengatasi stres dapat
menjelaskan prokrastinasi akademik. Mahasiswa yang melakukan kegiatan
produktif dalam mengatasi stres dapat menimbulkan penurunan prokrastinasi
akademik. Lin dan Chen (2010) menambahkan bahwa problem coping yang aktif
atau positif akan ditandai dengan menyederhanakan masalah dan mencari bantuan
dari kerabat, sedangkan emotional coping yang aktif ditandai dengan menyesuaikan
emosinya agar lebih positif. Mahasiswa yang mampu mengatasi stres akan
menyadari bahwa tugas-tugasnya harus segera dikerjakan sehingga mahasiswa
3

tidak akan menunda melakukannya (Deniz et al. 2009). Selain itu, strategi koping
tersebut juga diperlukan untuk meningkatkan prestasi akademik. Semakin tinggi
penggunaan strategi koping yang aktif dalam menghadapi tuntutan perkuliahan
maka semakin meningkat prestasi yang diperoleh mahasiswa (Simarmarta dan
Lestari 2015).
Berdasarkan hal-hal tersebut maka penting untuk peneliti meneliti faktor-
faktor seperti efikasi diri, tingkat stres, strategi koping, dan prokrastinasi akademik
terhadap prestasi akademik mahasiswa tingkat pertama. Hal ini disebabkan dalam
penelitian mengenai prokrastinasi, Klassen et al. (2008) mengemukakan bahwa
penting dilakukan penelitian terkait prokrastinasi lebih dalam dari usia anak-anak
hingga dewasa pada responden di Asia.

Perumusan Masalah

Mahasiswa tingkat pertama berada pada periode transisi dari masa sekolah
menengah atas (SMA) ke masa perkuliahan. Periode transisi tersebut dapat
menimbulkan tekanan dan perubahan karena mahasiswa harus berusaha
menyesuaikan diri dari siswa yang paling tua dan berkuasa di sekolah menjadi
mahasiswa yang paling muda di tempat kuliah. Mahasiswa tingkat pertama akan
cenderung merasa lebih dewasa, menghabiskan waktu lebih banyak bersama
teman-teman, memiliki kesempatan lebih banyak untuk eksplorasi gaya hidup dan
nilai yang berbeda, dan menikmati kebebasan dari pemantauan orang tua. Selain
itu, mahasiswa perlu meningkatkan prestasi dalam bidang akademik (Santrock
2010). Kandemir et al. (2014) berpendapat bahwa salah satu masalah yang dimiliki
mahasiswa ialah prokrastinasi akademik dan hal tersebut dapat menimbulkan
dampak negatif pada akademiknya seperti, gagal pada mata kuliah tertentu atau
tidak melanjutkan kuliah.
Data dari Direktorat Program Pendidikan Kompetensi Umum Institut
Pertanian Bogor (PPKU IPB 2017) menunjukkan 1.29 persen mahasiswa tingkat
pertama atau PPKU IPB memperoleh IPK kurang dari atau sama dengan 1.70. Jika
mengacu pada buku panduan sarjana IPB 2017, mahasiswa tersebut dikeluarkan
dari IPB. Selain itu, terdapat 2.52 persen mahasiswa PPKU IPB memperoleh nilai
D atau E pada beberapa mata kuliah. Hal ini menunjukkan mahasiswa perlu
mengulang mata kuliah tersebut di semester selanjutnya. Jika mahasiswa tetap
memperoleh nilai E setelah dua kali mengulang, mahasiswa akan dikeluarkan dari
IPB (IPB 2017). Data tersebut juga mencantumkan bahwa total mahasiswa dropout
sebanyak 108 dari 3 727 atau setara dengan 2.89 persen mahasiswa. Berdasarkan
data tersebut, terdapat beberapa masalah dalam prestasi akademik mahasiswa
PPKU IPB. Prestasi akademik yang diukur menggunakan IPK ini merupakan hasil
dari beberapa proses yang dilalui mahasiswa. Beberapa proses yang dapat
memengaruhi IPK tersebut ialah efikasi diri mahasiswa terhadap akademiknya
(Azar 2013), tingkat stres yang dimiliki mahasiswa (Hutapea 2014), strategi koping
terhadap stres (Kandemir 2014), dan perilaku prokrastinasi mahasiswa pada
penyelesaian tugas dan persiapan ujian (Azar 2013).
Efikasi diri menentukan perilaku mahasiswa dalam mencapai tujuan
akademiknya (Bandura 1997). Penelitian sebelumnya menyatakan prestasi
akademik dapat dipengaruhi oleh efikasi diri (Caprara et al. 2008; Yusuf 2011).
Namun Ramon-Sanchez dan Nichols (2007) menemukan hal yang berlawanan,
4

yaitu efikasi diri tidak memiliki hubungan dan tidak memiliki kontribusi untuk
meningkatkan prestasi akademik. Penelitian lain tentang pengaruh efikasi diri
adalah penelitian yang dilakukan Katz et al. (2014) bahwa efikasi diri berperan
langsung dalam prokrastinasi tetapi temuan ini tidak dapat menjelaskan mengapa
hampir seluruh siswa dari segala usia cenderung melakukan prokrastinasi dalam
mengerjakan tugas.
Selain efikasi diri, tingkat stres merupakan faktor yang dapat memengaruhi
mahasiswa untuk mencapai prestasi akademiknya (Talib dan Zia-ur-Rehman 2012).
Sumber stres terbesar yang dirasakan mahasiswa berasal dari stres akademik, yaitu
banyaknya mata kuliah dan tugas yang perlu dikerjakan. Temuan yang berbeda
dikemukakan oleh Womble (2003) bahwa stres tidak memiliki hubungan signifikan
dengan prestasi akademik. Begitu juga dengan temuan Saklofske et al. (2012)
bahwa stres bukan faktor penentu prestasi akademik. Samaha dan Hawi (2016)
menunjukkan persentase mahasiswa yang memiliki tingkat stres tinggi sebesar 53.4
persen sedangkan sisanya memiliki tingkat stres rendah (46.6%). Penelitian lain
menemukan selain berpengaruh pada prestasi, tingkat stres berpengaruh juga pada
prokrastinasi (Beutel et al. 2016). Begitu juga hubungan hubungan di antara
keduanya, yang artinya semakin tinggi tingkat stres, semakin tinggi prokrastinasi
akademik mahasiswa (Stead et al. 2010)
Strategi koping terhadap stres juga merupakan faktor penting yang
berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik. Ketika mahasiswa harus memenuhi
tugasnya namun tidak dapat memperoleh sumberdaya, maka mahasiswa akan
melakukan penundaan terhadap tugas-tugasnya (Kandemir 2014). Sama halnya
dengan yang dikemukakan Folkman dan Lazarus (1980) jika mahasiswa
mengadopsi koping strategi berbasis emosi, mahasiswa cenderung akan mudah
melupakan masalahnya sehingga akan menunda mengerjakan tugas akademik
sedangkan mahasiswa yang mengadopsi koping berbasis masalah akan berusaha
mengubah sumber masalah tersebut sehingga mahasiswa tidak akan menunda
mengerjakan tugasnya. Namun, Lin dan Chen (2010) menyatakan bahwa setiap
koping memiliki perilaku yang aktif dan pasif. Emotional coping dan problem
coping aktif tetap dapat menentukan perilaku yang produktif dan tidak mengarah
pada prokrastinasi akademik. Pemilihan koping strategi yang tepat dapat
mengarahkan mahasiswa dalam mencapai prestasi akademik (Saele et al. 2016).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Klassen et al. (2008) prokrastinasi
akademik memberikan pengaruh langsung terhadap prestasi akademik. Klassen et
al. (2008) mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa 89 persen mahasiswa
mengaku membutuhkan waktu lebih dari satu jam untuk menunda mengerjakan
tugas, 25 persen diantaranya memiliki IPK rendah. Asri dan Dewi (2016)
menemukan 36 persen mahasiswa dalam penelitiannya merupakan prokrastinator.
Lain hal dengan Oematan (2013) yang menyebutkan bahwa tidak ditemukan
hubungan antara prokrastinasi dengan prestasi akademik mahasiswa.
Berdasarkan pemaparan di atas, masalah penelitian yang akan ditemukan
jawabannya melalui penelitian ini adalah:
1. Bagaimana karakteristik mahasiswa, karakteristik keluarga, efikasi diri,
tingkat stres, strategi koping, prokrastinasi akademik, dan prestasi akademik
mahasiswa PPKU IPB?
2. Apakah ada hubungan antara karakteristik mahasiswa, karakteristik
keluarga, efikasi diri, tingkat stres, dan strategi koping dengan prokrastinasi
akademik serta prestasi akademik mahasiswa PPKU IPB?
5

3. Apakah ada pengaruh karakteristik mahasiswa, karakteristik keluarga,


efikasi diri, tingkat stres, dan strategi koping terhadap prokrastinasi
akademik mahasiswa PPKU IPB?
4. Apakah ada pengaruh karakteristik mahasiswa, karakteristik keluarga,
efikasi diri, tingkat stres, strategi koping, dan prokrastinasi akademik
terhadap prestasi akademik mahasiswa PPKU IPB?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran efikasi
diri, tingkat stres, strategi koping, dan prokrastinasi akademik terhadap prestasi
akademik mahasiswa PPKU IPB.

Tujuan Khusus
Secara khusus, penelitian ini memiliki tujuan:
1) mengidentifikasi karakteristik mahasiswa, karakteristik keluarga, efikasi
diri, tingkat stres, strategi koping, prokrastinasi akademik, dan prestasi
akademik pada mahasiswa PPKU IPB;
2) mengidentifikasi hubungan antara karakteristik mahasiswa, karakteristik
keluarga, efikasi diri, tingkat stres, dan strategi koping, dengan prokrastinasi
akademik serta prestasi akademik mahasiswa PPKU IPB;
3) menganalisis pengaruh karakteristik mahasiswa, karakteristik keluarga,
efikasi diri, tingkat stres, dan strategi koping terhadap prokrastinasi
akademik mahasiswa PPKU IPB;
4) menganalisis pengaruh karakteristik mahasiswa, karakteristik keluarga,
efikasi diri, tingkat stres, strategi koping, dan prokrastinasi akademik
terhadap prestasi akademik mahasiswa PPKU IPB.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menyediakan informasi kepada mahasiswa


tingkat pertama, orang tua, dan pendidik mengenai efikasi diri, tingkat stres, strategi
koping, dan prokrastinasi akademik serta pengaruh yang ditimbulkan pada prestasi
akademik mahasiswa tingkat pertama. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi kepada Institut Pertanian Bogor (IPB) tentang kondisi efikasi diri, tingkat
stres, strategi koping, prokrastinasi akademik, dan prestasi akademik mahasiswa
tingkat pertama. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam pengembangan ilmu keluarga dan konsumen khususnya kepada
bidang perkembangan anak.

KERANGKA PEMIKIRAN

Mahasiswa menurut Arnett (2014) tergolong dalam fase remaja beranjak


dewasa, yakni berada pada rentang usia 18 tahun hingga 25 tahun. Mahasiswa pada
6

fase ini muncul lima karakteristik dalam dirinya, yaitu eksplorasi identitas, tidak
stabil, fokus pada diri sendiri, perasaan berada diantara usia remaja dan dewasa,
serta memperoleh banyak kesempatan. Karakteristik fokus pada diri sendiri dapat
berupa mengembangkan dirinya di beberapa bidang, termasuk di bidang akademik
pilihannya saat di perguruan tinggi.
Mahasiswa memiliki permasalahan umum pada fase ini, yaitu sering
menunda mengerjakan tugas atau belajar (Kandemir et al 2014). Hal ini diduga
dapat memberikan dampak terhadap prestasi akademik mahasiswa. Mahasiswa
yang menunda belajar atau mengerjakan tugas menunjukkan bahwa mahasiswa
memiliki waktu dan usaha yang sedikit dalam mempelajari mata kuliah sehingga
dapat menimbulkan prestasi akademik yang buruk (De Paola dan Scoppa 2014).
Penelitian sebelumnya juga menyatakan serupa bahwa semakin tinggi prokrastinasi
mahasiswa pada tugas akademik akan menurunkan prestasi akademiknya (Akinsola
et al. 2007; McCloskey 2012; Zahra dan Hernawati 2015)
Selain itu, kepercayaan diri terhadap kemampuan yang dimiliki mahasiswa
untuk melakukan tujuannya diduga menentukan prokrastinasi akademiknya. Rahmi
(2013) menyatakan psikologis seseorang dapat berpengaruh pada tingkah lakunya.
Bandura (1997) mengemukakan efikasi diri memengaruhi seseorang dalam
memilih kegiatannya. Jika mahasiswa memiliki efikasi diri rendah, mahasiswa akan
cenderung menunda mengerjakan tugas akademik atau belajar untuk ujian. Sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan semakin tinggi efikasi diri
mahasiswa, semakin rendah prokrastinasi yang dilakukan mahasiswa (Zahra dan
Hernawati 2015; Khotimah et al. 2016; Batool et al. 2017). Selain itu, efikasi diri
juga diduga berpengaruh langsung terhadap prestasi akademik. Penelitian
sebelumnya mengemukakan bahwa efikasi diri tinggi merupakan penentu dari
prestasi akademik tinggi yang akan diperoleh mahasiswa (Brady-Amoon dan
Fuertes 2011; Di Giunta et al. 2013).
Selain efikasi diri, tingkat stres diduga berpengaruh terhadap perilaku
prokrastinasi dan prestasi akademik pada mahasiswa. Ketika mahasiswa
memperoleh beban tugas akademik kemudian memiliki reaksi yang negatif
sehingga membuatnya tertekan, mahasiswa akan menghindari tugas tersebut.
Mahasiswa memilih melakukan kegiatan lain yang lebih menyenangkan daripada
menghadapi beban tugas. Stres yang dirasakan mahasiswa membuatnya menunda
menyelesaikan tugas dengan harapan tugas tersebut akan menghilang dan
sebagainya (Santrock 2013). Hal tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya,
bahwa semakin tinggi tekanan yang dirasakan mahasiswa akan meningkatkan
prokrastinasi akademik (Andarini dan Fatma 2013; Beutel et al. 2016). Sementara
itu, hasil penelitian lain juga menyatakan bahwa tingkat stres tinggi menimbulkan
prestasi akademik mahasiswa rendah (Amrullah et al. 2015).
Strategi koping terhadap stres juga diduga memiliki pengaruh terhadap
prokrastinasi dan prestasi akademik. Penelitian ini mengelompokan strategi koping
menjadi dua strategi koping yang aktif, yaitu emotional coping dan problem coping.
Menurut Lin dan Chen (2010) mahasiswa yang mengadopsi strategi koping yang
aktif akan menimbulkan dampak positif terhadap kehidupannya termasuk prestasi
akademik mahasiswa. Mahasiswa yang mampu mengatasi stres akan tetap
menyadari bahwa tugas-tugasnya harus segera dikerjakan atau diselesaikan
sehingga mahasiswa tidak akan menunda melakukannya (Deniz et al. 2009).
Selain efikasi diri, tingkat stres dan prokrastinasi akademik, terdapat faktor
lain yang memengaruhi prestasi akademik, yaitu jenis kelamin dan karakteristik
7

keluarga. Karakteristik seperti usia orang tua, pendapatan orang tua, dan tingkat
pendidikan orang tua memberikan peran tersendiri dalam perkembangan prestasi
mahasiswa (Clemons 2008; Eryanto dan Swaramarinda 2013)
Kerangka pemikiran operasional analisis peran efikasi diri, tingkat stres,
strategi koping, dan prokrastinasi akademik terhadap prestasi akademik disajikan
pada gambar 1.

Karakteristik Mahasiswa : Karakteristik Keluarga


 Usia  Usia orang tua
 Jenis kelamin  Pendidikan orang tua
 Uang saku  Pendapatan per kapita

Strategi Koping:
Efikasi Diri Tingkat Stres  Emotional coping
 Problem coping

Prokrastinasi Akademik

Prestasi Akademik

Gambar 1 Faktor-faktor yang memengaruhi prestasi akademik

METODE PENELITIAN

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian payung dengan judul “Faktor-Faktor


yang Memengaruhi Prestasi Akademik”. Desain penelitian yang digunakan ialah
cross sectional study karena data dikumpulkan dalam satu waktu dan tidak
berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan metode survei, lebih tepatnya
menggunakan kuesioner self-report. Lokasi penelitian dilakukan di Institut
Pertanian Bogor yang ditentukan secara purposive. Penelitian ini berlangsung dari
bulan Februari hingga Maret 2018.
8

Teknik Penarikan Contoh

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa tingkat pertama Institut Pertanian


Bogor yang berjumlah 3 794 orang (Direktorat PPKU IPB 2017). Tahap pertama
yang dilakukan adalah mengambil data dari populasi tersebut dengan teknik simple
random sampling sehingga setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang
sama untuk dipilih sebagai contoh. Jumlah minimal contoh ditentukan berdasarkan
rumus Slovin (Sari 2013). Dengan demikian, rumus Slovin yang digunakan dengan
cara sebagai berikut:

N
𝑛=
1 + Ne2

Keterangan: n= jumlah sampel; N= jumlah populasi; e= nilai kritis (batas ketelitian


karena kesalahan pengambilan populasi yang ditetapkan sebesar 10%)

Jumlah contoh yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan nilai error
sebesar 10% sehingga diperoleh nilai:

3,794
𝑛= = 97.43 ≈ 98
1 + 3,794(10%)2

Berdasarkan rumus Slovin di atas telah didapatkan jumlah contoh minimal


yang digunakan dalam penelitian ini adalah 98 mahasiswa ditambah sekitar 10
persen mahasiswa sebagai cadangan. Dengan demikian, contoh yang terlibat dalam
penelitian ini sebanyak 110 mahasiswa.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui pelaporan diri (self report) dari contoh menggunakan alat
bantu kuesioner. Data primer meliputi karakteristik mahasiswa (usia, jenis kelamin,
dan uang saku), karakteristik keluarga (usia orang tua, tingkat pendidikan orang tua,
besar keluarga, dan pendapatan per kapita), efikasi diri, tingkat stres, strategi
koping, prokrastinasi akademik, dan indeks prestasi. Data sekunder diperoleh dari
Direktorat PPKU IPB, yaitu data mengenai jumlah mahasiswa tingkat pertama dan
indeks prestasi. Rincian variabel, skala data, dan kategori disajikan dalam Tabel 1.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Efikasi diri diukur menggunakan kuesioner Self-Efficacy Scale mengacu
pada Sherer et al. (2011) kemudian dimodifikasi oleh peneliti. Kuesioner
terdiri dari 17 pernyataan dan memiliki nilai Cronbach’s alpha sebesar
0.702.
2. Tingkat stres diukur menggunakan Perceived Stress Scale mengacu pada
Cohen et al. (1983) sebanyak 13 pernyataan. Nilai Cronbach’s alpha
instrumen tingkat stres sebesar 0.740.
3. Strategi koping mengacu pada instrumen Stress Coping Style Inventory (Lin
dan Chen 2010) sebanyak 23 dari 28 pernyataan, 5 pernyataan dihapus
9

karena tidak valid. Nilai Cronbach’s alpha instrumen ini sebesar 0.616.
4. Prokrastinasi akademik mengacu pada McCloskey dan Scielzo (2012),
yaitu Academic Procrastination Scale sebanyak 25 pernyataan. Nilai
Cronbach’s alpha instrumen sebesar 0.927.
5. Prestasi Akademik diukur menggunakan nilai indeks prestasi semester satu.
Indeks prestasi tersebut kemudian dikelompokkan menjadi buruk (≤1.70),
kurang (1.71 – 1.99), cukup (2.00 – 2.75), baik (2.76 – 3.50), dan sangat
baik (≥3.51) (Direktorat PPKU IPB 2017).

Tabel 1 Variabel dan skala data

Skala
Variabel Keterangan
Data
Karakteristik
mahasiswa
Usia Rasio Tahun
Jenis kelamin Nominal Kategori: 0=Laki-laki; 1=Perempuan
Uang saku Rasio Rupiah/bulan
Karakteristik
keluarga
Usia orang tua Rasio Tahun
Tingkat pendidikan Kategori: 0=Tidak sekolah; 1=SD; 2=SMP; 3=SMA;
Ordinal
orang tua 4=Diploma; 5=Sarjana; 6=Pascasarjana
Pekerjaan orangtua Kategori: 1=PNS/BUMN; 2=Pensiunan; 3=Petani;
Nominal 4=Pegawai swasta; 5=Wirausaha; 6=Buruh; 7=Tidak
bekerja; 8=Lainnya
Besar keluarga Rasio Orang
Pendapatan per kapita Rasio Rupiah/orang/bulan
Efikasi diri Kategori: 1=Sangat tidak sesuai; 2=Tidak sesuai;
Ordinal
3=Sesuai; 4=Sangat Sesuai
Tingkat stres Kategori: 0=Tidak pernah; 1=Jarang; 2=Kadang-kadang;
Ordinal
3=Sering; 4=Sangat sering
Strategi koping
Kategori: 1=Sangat tidak sesuai; 2=Tidak sesuai;
Emotional coping Ordinal
3=Sesuai; 4=Sangat Sesuai
Problem coping
Prokrastinasi Kategori: 1=Sangat tidak sesuai; 2=Tidak sesuai;
Ordinal
akademik 3=Sesuai; 4=Sangat Sesuai
Prestasi akademik
Rasio Skala 0.00 hingga 4.00
(indeks prestasi)

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh telah diolah melalui proses pemasukan (entry),


penyuntingan data (editing), pengodean (coding), pengecekan ulang (cleaning) dan
selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis data menggunakan analisis deskriptif
dan analisis inferensia. Pengolahan data dilakukan menggunakan program
Statistical Package for Social Science (SPSS) 22.0 for Windows. Instrumen yang
digunakan telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas bertujuan untuk
menguji keabsahan penelitian ini, sedangkan uji reliabilitas bertujuan untuk
menguji konsistensi instrumen. Uji reliabilitas instrumen efikasi diri, tingkat stres,
strategi koping, dan prokrastinasi akademik menggunakan metode Cronbach’s
Alpha.
10

Data karakteristik mahasiswa terdiri dari usia, jenis kelamin, dan uang saku.
Data karakteristik keluarga terdiri dari usia orang tua, tingkat pendidikan orang tua,
pekerjaan orang tua, besar keluarga, dan pendapatan per kapita. Data pendapatan
orang tua akan dikonversikan menjadi pendapatan per kapita. Sistem penilaian
disamakan untuk variabel efikasi diri, tingkat stres, strategi koping, dan
prokrastinasi akademik menggunakan rumus :

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙


𝑖𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 = × 100
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙

Keterangan : indeks= skor contoh yang sudah diindeks; skor contoh= skor yang
diperoleh mahasiswa berdasarkan pengukuran; skor minimal= skor minimal pada
instrumen; skor maksimal= skor maksimal pada instrumen.

Efikasi diri, tingkat stres, strategi koping, dan prokrastinasi akademik


dikategorikan menggunakan cut off yang terdiri atas 3 kategori, yaitu: rendah (0 - <
60), sedang (60 - < 80), dan tinggi (80 - 100). Prestasi akademik mahasiswa
dikategorikan menjadi buruk (≤ 1.70), kurang (1.71 - 1.99), cukup (2.00 – 2.75),
baik (2.76 – 3.50), dan sangat baik (≥ 3.51) (Direktorat PPKU IPB 2017).
Adapun analisis statistik dilakukan dengan analisis deskriptif, uji hubungan,
dan uji pengaruh. Analisis deskriptif berupa rata-rata, nilai minimum dan
maksimum serta persentase digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik
mahasiswa, karakteristik keluarga, efikasi diri, tingkat stres, strategi koping,
prokrastinasi akademik dan indeks prestasi. Uji hubungan menggunakan uji
korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan antara variabel. Uji pengaruh
dilakukan dengan uji regresi linier berganda untuk mengetahui faktor-faktor yang
memengaruhi prokrastinasi akademik dan prestasi akademik. Bentuk persamaan
mengenai prokrastinasi akademik adalah sebagai berikut:

Y1 = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 +β6X6 + β7X7 + β8X8 + β9X9 ε

Keterangan: Y= prokrastinasi akademik; α= konstanta regresi; β1 - β11= koefisien


regresi; X1= usia contoh; X2= jenis kelamin; X3= uang saku; X4= usia ibu; X5=
tingkat pendidikan ibu; X6= pendapatan per kapita; X7= efikasi diri; X8= tingkat
stress; X9= strategi koping; ε= galat.

Bentuk persamaan mengenai prestasi akademik adalah sebagai berikut:

Y1 = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 +β6X6 + β7X7 + β8X8 + β9X9 +


β10X10 ε

Keterangan: Y= prestasi akademik; α= konstanta regresi; β1 - β11= koefisien


regresi; X1= usia contoh; X2= jenis kelamin; X3= uang saku; X4= usia ibu; X5=
tingkat pendidikan ibu; X6= pendapatan per kapita; X7= efikasi diri; X8= tingkat
stress; X9= strategi koping; X10= prokrastinasi akademik; ε= galat.
11

Definisi Operasional

Karakteristik mahasiswa adalah ciri khas yang dimiliki mahasiswa mengenai


usia, jenis kelamin, dan uang saku.
Usia adalah lama hidup yang dijalani mahasiswa dan dinyatakan dalam tahun pada
saat penelitian berlangsung.
Jenis kelamin adalah perbedaan mahasiswa yang dibedakan atas laki-laki dan
perempuan.
Uang saku adalah jumlah uang yang diperoleh mahasiswa dari orang tua/wali dan
beasiswa setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan selama kuliah.
Karakteristik keluarga adalah ciri khas yang dimiliki keluarga mahasiswa yang
terdiri atas usia orang tua, tingkat pendidikan orang tua, besar keluarga,
pekerjaan orang tua, dan pendapatan per kapita.
Usia orang tua adalah lama hidup yang dijalani oleh orang tua mahasiswa yang
dinyatakan dalam tahun pada saaat penelitian berlangsung.
Tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang
telah ditempuh oleh orang tua mahasiswa.
Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang berada dalam pengelolaan
sumberdaya yang sama.
Pendapatan per kapita adalah akumulasi dari gaji, upah, atau hasil yang diperoleh
dari pekerjaan orang tua kemudian dibagi jumlah orang yang menjadi
tanggungan orang tua dan dinyatakan dalam rupiah untuk setiap orang
selama satu bulan.
Pekerjaan orang tua adalah kegiatan rutin yang dilakukan orang tua untuk
memperoleh penghasilan dalam memenuhi kebutuhan keluarga.
Efikasi diri adalah keyakinan mahasiswa terhadap kemampuannya memperoleh
hasil positif dari usahanya dalam mempersiapkan ujian dan mengerjakan
tugas-tugas perkuliahan.
Tingkat stres adalah perbedaan stres yang dirasakan mahasiswa dengan kategori
rendah, sedang, dan tinggi.
Strategi koping adalah usaha yang dilakukan mahasiswa untuk mengatasi dan
mengelola stres yang dirasakan.
Emotional coping adalah usaha mahasiswa dalam mengatasi stres dengan
menyesuaikan emosinya menjadi emosi positif.
Problem coping adalah usaha mahasiswa dalam mengatasi stres dengan mengubah
sumber permasalahan menjadi kegiatan yang produktif.
Prokrastinasi akademik adalah kegiatan menunda-nunda untuk memulai atau
menyelesaikan pekerjaan seperti, belajar dan mengerjakan tugas kuliah.
Prestasi akademik adalah nilai hasil ketuntasan belajar pada kurun waktu tertentu,
dalam penelitian ini adalah indeks prestasi satu semester yang dimiliki
mahasiswa.
12

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Karakteristik Mahasiswa
Hasil penelitian menunjukkan jenis kelamin mahasiswa didominasi oleh
perempuan sebesar 54.5 persen sedangkan laki-laki sebesar 45.4 persen. Usia
mahasiswa menyebar antara 17 sampai 20 tahun dengan usia rata-rata 18.2 tahun.
Terdapat lebih dari separuh (59.1%) mahasiswa berusia 18 tahun (Gambar 2).

80,0%
59,1%
60,0%

40,0% 30,0%

20,0% 8,2%
2,7%
0,0%
17 Tahun 18 Tahun 19 Tahun 20 Tahun
Gambar 2 Sebaran mahasiswa berdasarkan usia

Uang saku mahasiswa menyebar dari Rp200 000 hingga Rp4 000 000,
dengan rata-rata uang saku sebesar Rp1 323 181. Kategori uang saku rentang Rp1
000 000 hingga kurang dari Rp2 000 000 merupakan kategori yang memiliki
persentase terbesar, yakni sebesar 56.4 persen mahasiswa (Gambar 3).

1,8% < Rp650 000


6,4%
15,4%
Rp650 000 - < Rp1 000 000
20,0%
Rp1 000 000 - < Rp2 000
000
56,4% Rp2 000 000 - < Rp3 000
000
≥ Rp3 000 000

Gambar 3 Sebaran mahasiswa berdasarkan uang saku

Karakteristik Keluarga
Gambar 4 menunjukkan sebaran mahasiswa berdasarkan usia orang tua.
Terdapat lima dari 110 ayah (4.5%) diidentifikasi telah meninggal dunia sehingga
sebaran ayah dianalisis menggunakan 105 ayah. Usia orangtua diklasifikasikan
menurut Santrock (2010) menjadi dewasa awal (20 – 40 tahun), dewasa madya (40
– 65 tahun), dan dewasa akhir (>65). Sebesar 92.7 persen ayah dan 89.1 persen ibu
berada pada kategori usia dewasa madya (40 – 65 tahun). Rata-rata usia ayah adalah
56.6 tahun sedangkan rata-rata usia ibu adalah 47 tahun.
13

97,1%
89,1% Ayah^ Ibu
100,0%

50,0%
10,9%
0,0% 2,9% 0,0%
0,0%
Dewasa awal (< 40) Dewasa Madya (40 - Dewasa akhir (> 65)
65)

Keterangan: ^analisis menggunakan 105 sampel.


Gambar 4 Sebaran mahasiswa berdasarkan usia orang tua

Tingkat pendidikan orang tua didominasi oleh lulusan SMA, yaitu sebesar
35.5 persen untuk ayah sedangkan 33.6 persen untuk ibu. Terdapat 1.8 persen ibu
tidak bersekolah. Rata-rata lama pendidikan ayah lebih besar dari ibu, yakni 13.4
tahun sedangkan ibu selama 12.6 tahun. (Gambar 5).

35,5% 33,6% Ayah^ Ibu


40,0% 31,8%
35,0%
30,0% 23,6%
25,0%
20,0% 13,6% 14,5%
15,0% 10,0% 10,0%
7,3%
10,0% 4,5% 4,5% 4,5%
5,0% 0,0%1,8%
0,0%

Keterangan: ^analisis menggunakan 105 sampel.


Gambar 5 Sebaran mahasiswa berdasarkan tingkat pendidikan orang tua

Besar keluarga dikelompokkan menjadi keluarga kecil (1-4 orang), sedang


(5-7 orang), dan besar (>7 orang). Besar keluarga didominasi oleh keluarga kecil
sebesar 54.0 persen dan sisanya adalah keluarga sedang. Tidak ada mahasiswa yang
berasal dari keluarga besar (Gambar 6).

46,0%
Keluarga kecil
54,0%
Keluarga sedang

Gambar 6 Sebaran mahasiswa berdasarkan besar keluarga


14

Rata-rata pendapatan per kapita per bulan untuk setiap anggota keluarga
sebesar Rp1 952 316, angka tersebut berada jauh diatas garis kemiskinan di
Indonesia, yaitu sebesar Rp400 995 (BPS 2017). Persentase tertinggi (30.9%)
pendapatan per kapita keluarga per bulan berada pada rentang Rp400 995 hingga
kurang dari Rp1 202 985 sedangkan persentase terendah (8.2%) berada pada
rentang Rp2 806 965 hingga kurang dari Rp3 608 955. Namun, terdapat 14.5 persen
keluarga yang diketahui memperoleh pendapatan per kapita dibawah garis
kemiskinan Indonesia (Gambar 7).

11,8% 14,5%
< Rp400 995
8,2%
Rp400 995 - < Rp1 202 985
Rp1 202 985 - < Rp2 004 975
13,6%
30,9% Rp2 004 975 - < Rp2 806 965
Rp2 806 965 - < Rp3 608 955
20,9%
≥ Rp3 608 955

Gambar 7 Sebaran mahasiswa berdasarkan pendapatan per kapita

Jenis pekerjaan ayah sebagian besar mahasiswa adalah PNS/BUMN


(25.7%), pegawai swasta (18.1%), dan wirausaha (21.9%). Persentase tertinggi
jenis pekerjaan ibu adalah ibu rumah tangga/tidak bekerja (54.5%). Hampir separuh
ibu adalah ibu bekerja (45.5%) (Gambar 8).

60,0% 54,5%
50,0%
40,0%
30,0% 25,7% 21,9%
20,0% 18,1%
20,0% 14,3%
8,6% 11,8%
10,0% 3,8% 5,5% 1,8% 3,8% 3,8% 2,7%
1,8% 1,8%
0,0%

Ayah^ Ibu

Keterangan: ^analisis menggunakan 105 sampel.


Gambar 8 Sebaran mahasiswa berdasarkan jenis pekerjaan orang tua

Efikasi Diri
Efikasi diri akademik menurut Haryanto (2016) merupakan tingkat
persiapan mahasiswa dalam mengatur diri untuk mengikuti proses pembelajaran
sehingga mencapai kinerja akademik yang diharapkan. Hasil menunjukkan lebih
dari separuh (55.5%) mahasiswa memiliki efikasi diri yang tergolong sedang, 38.2
15

persen tergolong rendah, dan 6.3 persen tergolong tinggi. Nilai indeks menyebar
dari 17.6 hingga 90.2 sedangkan rata-rata indeks adalah 61.8 (Tabel 2). Kategori
efikasi diri yang rendah, sedang, dan tinggi menunjukkan tingkat keyakinan diri
atas kemampuan dalam mencapai tujuan. Berdasarkan jawaban mahasiswa PPKU
IPB menunjukkan bahwa lebih dari setengah mahasiswa telah berhasil melakukan
rencana belajar (59.1%), berusaha memahami materi (52.7%), tetap mengerjakan
soal sulit sampai selesai (62.7%), belajar dengan baik (68.2%), merasa dapat
diandalkan, tidak menghindari materi atau soal yang sulit (50,0%), berusaha
mengerjakan soal sulit (64.5%), tidak menyerah dalam mempelajari hal baru
(53,6%), dan tidak menghindari mempelajari hal baru (59,1%). Namun, terdapat
mahasiswa yang memiliki efikasi diri rendah ditandai dengan mahasiswa tidak
mengerjakan tugas dengan sengaja (48.2%), jarang mencapai target belajar
(51.8%), menyerah pada materi kuliah sebelum mempelajari dengan baik (30,0%),
dan merasa gelisah dengan kemampuan belajar (43.6%). Mahasiswa yang memiliki
efikasi diri tinggi mengaku kegagalan membuatnya belajar lebih keras (51.8%).
Contoh sebaran jawaban mahasiswa dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 2 Sebaran mahasiswa berdasarkan kategori efikasi diri


Efikasi diri n %
Rendah (0-<60) 42 38.2
Sedang (60-<80) 61 55.5
Tinggi (80-100) 7 6.3
Total 110 100.0
Min-mak 17.6-90.2
Rata-rata±SD 61.8±12.1

Tingkat Stres
Stres adalah reaksi yang diberikan individu terhadap peristiwa yang
mengancam dan melebihi kemampuan penyelesaiannya (Santrock 2007). Indeks
tingkat stres menyebar dari 13.5 hingga 67.3 dengan rata-rata indeks 40. Hasil
penelitian menunjukkan hampir seluruh mahasiswa (95.5%) memiliki tingkat stres
yang tergolong rendah (Tabel 3). Sebanyak 4.5 persen mahasiswa memiliki tingkat
stres yang tergolong sedang dan tidak ada yang memiliki tingkat stres tinggi.
Berdasarkan jawaban kuesioner mahasiswa, hal ini menunjukkan bahwa
mahasiswa dapat memanfaatkan waktu (49.1%), berhasil mengatasi masalah hidup
(65.5%), dapat mengontrol hal penting dalam hidup (49.1%), dan dapat
menyesuaikan perubahan (52.7%). Mahasiswa yang memiliki tingkat stres sedang
ditandai dengan terkadang merasa gugup dan tertekan (40.0%) serta marah karena
hal yang tidak terduga (38.2%). Contoh sebaran jawaban mahasiswa dapat dilihat
pada Lampiran 2.

Tabel 3 Sebaran mahasiswa berdasarkan kategori tingkat stres


Tingkat stres n %
Rendah (0-<60) 105 95.5
Sedang (60-<80) 5 4.5
Tinggi (80-100) 0 0.0
Total 110 100.0
Min-mak 13.4-67.3
Rata-rata±SD 40±12.1
16

Strategi Koping
Safaria dan Saputra (2009) mengemukakan strategi koping adalah usaha
mahasiswa mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapinya agar dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan. Strategi emotional coping digunakan ketika
mahasiswa mengatur reaksi emosional agar dapat menyesuaikan diri ke arah yang
positif dengan dampak dari lingkungan yang menekannya. Strategi problem coping
merupakan strategi ketika mahasiswa mengelola dan mengubah masalah atau
lingkungan yang menyebabkan tekanan menjadi kegiatan yang produktif. Hasil
penelitian menunjukkan pada Tabel 4 bahwa lebih dari setengah (75.5%)
mahasiswa menggunakan strategi koping emotional coping pada tingkat sedang.
Berdasarkan jawaban mahasiswa diketahui bahwa ketika menghadapi masalah
mahasiswa memikirkan hal yang menyenangkan (67.3%), menyesuaikan pikiran
agar lebih bahagia (65.5%), dan merasa tertantang dengan masalah yang ada
(70.9%). Namun, beberapa mahasiswa masih mengadopsi emotional coping rendah
karena masih melampiaskan kemarahan kepada orang lain (44.5%) serta
menyalahkan diri sendiri dan menutup diri dari orang lain (25.5%).
Sebanyak 48.2 persen mahasiswa menggunakan strategi problem coping pada
kategori sedang, 41.8 persen berada pada kategori rendah, dan lainnya berada pada
ketegori tinggi (10.0%). Hal tersebut terlihat dari jawaban mahasiswa yang
mengaku mencari informasi untuk menyelesaikan masalah akademik (60.9%),
mendiskusikan masalah dengan orang lain (57.3%), merencanakan strategi
penanganan masalah (69.1%) serta menyederhanakan masalah (64.5%). Mahasiswa
yang mengadopsi problem coping rendah ditandai dengan membiarkan masalah
yang terjadi (7.3%), percaya masalah akan selesai dengan sendirinya (24.5%), dan
menurunkan target dan mencoba dengan target baru (10.0%). Sementara itu,
penggunaan strategi koping secara total atau kombinasi dari keduanya
menunjukkan sebanyak 74.5 persen mahasiswa memiliki strategi koping pada
tingkat sedang. Hal ini menunjukkan mahasiswa berusaha menyesuaikan
perasaannya dan menangani permasalahannya walaupun belum optimal. Contoh
sebaran jawaban mahasiswa dapat dilihat pada Lampiran 3.

Tabel 4 Sebaran mahasiswa berdasarkan kategori strategi koping


Strategi Koping
Kategori Emotional coping Problem coping Total
n % n % n %
Rendah (0-<60) 7 6.4 46 41.8 18 16.4
Sedang (60-<80) 83 75.5 53 48.2 82 74.5
Tinggi (80-100) 20 18.2 11 10.0 10 9.1
Total 110 100.0 110 100.0 110 100.0
Min-mak 38.5-92.3 40.7-88.9 40.9-89.3
Rata-rata±SD 72.2±9.4 63.6±11.0 68.0±8.7

Prokrastinasi Akademik
Steel (2010) menjelaskan prokrastinasi adalah menunda kegiatan secara
sengaja meskipun individu memahami dampak buruknya. Penelitian menunjukkan
bahwa sebanyak 83.6 persen mahasiswa tergolong memiliki prokrastinasi
akademik yang rendah dan sisanya berada pada kategori sedang. Nilai minimun dan
maksimum prokrastinasi menyebar dari 10.7 hingga 74.7 sedangkan rata-rata
17

diperoleh sebesar 46.9 (Tabel 5). Berdasarkan jawaban mahasiswa diketahui bahwa
mahasiswa merasa teman tidak mengganggu saat belajar (65.5%), tidak menunda
mengumpulkan tugas (43.6%), tidak menyia-nyiakan waktu (42.7%),
menyempatkan waktu untuk rutin belajar (48.2%), tidak menunda tugas hingga
batas waktu (47.3%), tidak belajar ujian hanya pada malam sebelumnya (63.6%),
dan tidak menggunakan metode belajar kebut semalam saat ujian (50.9%).
Prokrastinasi sedang ditandai dengan mahasiswa mudah terganggu oleh hal lain
saat belajar (58.2%), memilih berbincang dengan kerabat daripada belajar (48.2%),
menunda mengerjakan tugas hingga hari selanjutnya (46.4%), dan tidak membaca
materi kuliah sebelum kuliah dimulai (48.2%). Contoh jawaban mahasiswa dapat
dilihat di Lampiran 4.

Tabel 5 Sebaran mahasiswa berdasarkan kategori prokrastinasi akademik


Prokrastinasi akademik n %
Rendah (0-<60) 92 83.6
Sedang (60-<80) 18 16.4
Tinggi (80-100) 0 0.0
Total 110 100.0
Min-mak 10.7-74.7
Rata-rata±SD 46.9±11.7

Prestasi Akademik
Prestasi akademik contoh dikategorikan dalam lima kategori indeks prestasi
(IP) berdasarkan Direktorat PPKU IPB (2017), yaitu buruk (≤1.70), kurang (1.71 –
1.99), cukup (2.00 – 2.75), baik (2.76 – 3.50), dan sangat baik (≥3.51). Nilai
minimum IP mahasiswa terletak pada angka 1.66 sedangkan nilai maksimal IP
terletak pada angka 4.00. Rata-rata IP mahasiswa adalah 3.01 yang dapat
digolongkan sebagai kategori baik. Tabel 6 menunjukkan lebih dari separuh
(56.4%) mahasiswa memiliki kategori prestasi akademik baik. Sebanyak 25.5
persen mahasiswa memiliki prestasi akademik cukup sedangkan 12.7 persen
mahasiswa tergolong sangat baik. Hanya terdapat 4.5 persen dan 0.9 persen
mahasiswa yang memiliki kategori prestasi akademik kurang dan buruk.
Mahasiswa yang memiliki prestasi buruk akan terancam dikeluarkan dari IPB.

Tabel 6 Sebaran mahasiswa berdasarkan kategori prestasi akademik


Prestasi akademik n %
Buruk (≤1.70) 1 0.9
Kurang (1.71 – 1.99) 5 4.5
Cukup (2.00 – 2.75) 28 25.5
Baik (2.76 – 3.50) 62 56.4
Sangat baik (≥3.51) 14 12.7
Total 110 100
Min-mak 1.6-4.0
Rata-rata±SD 3.0±0.5

Hubungan antara Karakteristik Mahasiswa, Karakteristik Keluarga, Efikasi


Diri, Tingkat Stres, dan Strategi Koping, dengan Prokrastinasi Akademik
serta Prestasi Akademik
Hasil uji hubungan variabel bebas dengan variabel prokrastinasi akademik
menunjukkan efikasi diri berhubungan negatif signifikan (r=-0.581;p<0.01) dengan
prokrastinasi akademik. Artinya, semakin rendah efikasi diri mahasiswa maka
18

semakin tinggi prokrastinasi akademik. Tingkat stres mahasiswa berhubungan


positif signifikan (r=0.552;p<0.01) dengan prokrastinasi akademik. Hal ini
menandakan semakin tinggi tingkat stres yang dirasakan semakin tinggi pula
prokrastinasi akademik mahasiswa. Sementara itu strategi emotional coping
berhubungan negatif signifikan (r=-0.271;p<0.01) dengan prokrastinasi akademik.
Begitu juga dengan problem coping berhubungan negatif signifikan (r=-
0.277;p<0.01) dengan prokrastinasi akademik. Artinya, semakin rendah strategi
emotional coping atau problem coping yang digunakan, semakin tinggi
prokrastinasi akademik mahasiswa.
Hasil uji hubungan variabel bebas dengan prestasi akademik menemukan
efikasi diri berhubungan positif signifikan (r=0.236;p<0.05) dengan prestasi
akademik mahasiswa, yang berarti semakin tinggi efikasi diri maka semakin tinggi
juga prestasi akademik yang diperoleh mahasiswa. Uang saku mahasiswa
berhubungan negatif signifikan (r=-0.207;p<0.05) dengan prestasi akademik.
Artinya, semakin besar nilai uang saku yang dimiliki mahasiswa maka semakin
rendah prestasi akademik yang diperoleh mahasiswa (Tabel 7).

Tabel 7 Nilai koefisien korelasi antara karakteristik mahasiswa, karakteristik


keluarga, efikasi diri, tingkat stres, dan strategi koping, dengan
prokrastinasi akademik serta prestasi akademik
Hubungan antar variabel Prokrastinasi akademik Prestasi akademik
Karakteristik mahasiswa
Usia (tahun) 0.170 -0.176
Jenis kelamin
0.056 -0.037
(0=perempuan, 1=laki-laki)
Uang saku (rupiah) -0.037 -0.207*
Karakteristik keluarga
Usia ibu (tahun) -0.033 0.105
Pendidikan ibu (tahun) 0.022 -0.154
Pendapatan per kapita (rupiah) 0.147 0.059
Efikasi diri (indeks) -0.581** 0.236*
Tingkat stres (indeks) 0.552** -0.038
Emotional coping (indeks) -0.271** 0.020
Problem coping (indeks) -0.277** 0.109
Prokrastinasi akademik (indeks) 1 -0.092
Keterangan: *signifikan pada p-value<0.05; **signifikan pada p-value<0.01

Pengaruh Karakteristik Mahasiswa, Karakteristik Keluarga, Efikasi Diri,


Tingkat Stres, dan Strategi Koping terhadap Prokrastinasi Akademik
Model yang digunakan untuk menganalisis pengaruh karakteristik
mahasiswa, karakteristik keluarga, efikasi diri, tingkat stres, emotional coping, dan
problem coping terhadap prokrastinasi memiliki koefisien determinasi (adjusted
R2) sebesar 0.425. Nilai ini menunjukkan bahwa sebesar 42.5 persen prokrastinasi
akademik dipengaruhi variabel dalam penelitian, sisanya sebesar 57.5 persen
dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini (Tabel 8).
Hasil penelitian menunjukkan efikasi diri (β=-0.465) memiliki pengaruh
yang lebih besar terhadap prokrastinasi akademik dari pada pengaruh jenis kelamin
(β=0.063), pendapatan per kapita (β=0.162), dan tingkat stres (B=0.386) terhadap
prokrastinasi akademik. Setiap kenaikan satu satuan efikasi diri akan menurunkan
prokrastinasi akademik sebesar 0.465 poin. Jika dilihat pengaruh jenis kelamin
19

terhadap prokarastinasi akademik dengan syarat variabel lain tetap, maka diketahui
bahwa jenis kelamin berpengaruh positif signifikan terhadap prokrastinasi
akademik (B=4.025). Mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki memiliki skor
indeks prokrastinasi akademik lebih besar 4.025 poin dari skor indeks prokrastinasi
akademik perempuan. Pendapatan per kapita keluarga juga berpengaruh positif
signifikan terhadap prokrastinasi akademik (B=1.095×10-6), yang berarti setiap
kenaikan satu rupiah pendapatan per kapita keluarga per bulan sementara variabel
lain tetap akan meningkatkan skor indeks prokrastinasi akademik sebesar 1.095×10-
6
.
Efikasi diri memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap prokrastinasi
akademik (B=-0.450). Artinya, setiap kenaikan satu skor indeks efikasi diri
mahasiswa sementara variabel lain tetap akan menurunkan skor indeks
prokrastinasi akademik sebesar 0.465 poin. Selain itu, tingkat stres mahasiswa
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap prokrastinasi akademik (B=0.372).
Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu skor indeks tingkat stres yang
dirasakan mahasiswa sementara variabel lain tetap akan meningkatkan skor indeks
prokrastinasi akademik sebesar 0.386 poin.

Tabel 8 Nilai koefisien uji regresi karakteristik mahasiswa, karakteristik keluarga,


efikasi diri, tingkat stres, dan strategi koping, terhadap prokrastinasi
akademik
Unstandardized Standardized
Variabel Sig.
B β
Konstanta 35.589 0.295
Usia (tahun) 1.143 0.063 0.225
Jenis kelamin (0= perempuan; 1=laki-
4.025 0.172 0.029*
laki)
-7
Uang saku (Rp/bulan) -6.112×10 -0.031 0.694
Usia ibu (tahun) -0.169 -0.071 0.348
Pendidikan ibu (tahun) -0.240 -0.083 0.294
Pendapatan per kapita (Rp/bulan) 1.095×10-6 0.162 0.047*
Efikasi diri (indeks) -0.450 -0.465 0.000**
Tingkat stres (indeks) 0.372 0.386 0.000**
Emotional coping (indeks) 0.137 0.110 0.225
Problem coping (indeks) 0.082 0.077 0.391
R2 0.478
Adjusted R2 0.425
F 9.058
Sig. 0.000
Keterangan: *signifikan pada p-value<0.05; **signifikan pada p-value<0.01

Pengaruh Karakteristik Mahasiswa, Karakteristik Keluarga, Efikasi Diri,


Tingkat Stres, Strategi Koping, dan Prokrastinasi Akademik terhadap
Prestasi Akademik
Variabel yang diperkirakan memiliki pengaruh terhadap prestasi akademik
mahasiswa PPKU IPB adalah karakteristik mahasiswa (usia, jenis kelamin, dan
uang saku), karakteristik keluarga (usia ibu, tingkat pendidikan ibu, dan pendapatan
per kapita), efikasi diri, tingkat stres, emotional coping, problem coping, dan
prokrastinasi akademik. Model penelitian ini memiliki Adjusted R2 sebesar 0.106
(Tabel 9). Hal ini dapat diartikan sebesar 10.6 persen prestasi akademik dipengaruhi
oleh variabel dalam model sedangkan 89.4 persen lainnya dipengaruhi variabel lain.
20

Hasil penelitian menemukan efikasi diri (β=0.331) memiliki pengaruh yang


lebih besar terhadap prestasi akademik dari pada uang saku (β=-0.237) terhadap
prestasi akademik. Artinya, setiap kenaikan satu skor indeks efikasi diri akan
meningkatkan satu skor indeks prestasi akademik sebesar 0.331. Jika dilihat
pengaruh satu per satu variabel terhadap prestasi akademik diketahui bahwa uang
saku berpengaruh negatif signifikan terhadap prestasi akademik (B=-2.207×10-7).
Artinya setiap kenaikan satu rupiah uang saku yang dimiliki mahasiswa sementara
variabel lain tetap akan menurunkan indeks prestasi akademik mahasiswa sebesar
2.207×10-7poin. Efikasi diri memiliki pengaruh positif signifikan terhadap prestasi
akademik (B=0.015). Artinya, setiap kenaikan satu skor indeks efikasi diri
sementara variabel lain tetap akan meningkatkan skor indeks prestasi akademik
sebesar 0.015 poin.

Tabel 9 Nilai koefisien uji regresi karakteristik mahasiswa, karakteristik keluarga,


efikasi diri, tingkat stres, strategi koping, dan prokrastinasi akademik
terhadap prestasi akademik
Unstandardized Standardized
Variabel Sig.
B β
Konstanta 4.651 0.019
Usia (tahun) -0.122 -0.142 0.1553
Jenis kelamin (0= perempuan; 1=laki-
-0.080 -0.072 0.465
laki)
-7
Uang saku (Rp/bulan) -2.207×10 -0.237 0.017*
Usia ibu (tahun) -0.026 -0.183 0.066
Pendidikan ibu (tahun) 0.011 0.095 0.313
Pendapatan per kapita (Rp/bulan) 5.204×10-8 0.163 0.114
Efikasi diri (indeks) 0.015 0.331 0.020*
Tingkat stres (indeks) 0.004 0.090 0.483
Emotional coping (indeks) -0.005 -0.084 0.457
Problem coping (indeks) 0.001 0.016 0.888
Prokrastinasi akademik (indeks) 0.002 0.034 0.785
R2 0.196
Adjusted R2 0.106
F 2.176
Sig. 0.022
Keterangan: *signifikan pada p-value<0.05; **signifikan pada p-value<0.01

Pembahasan

Prestasi akademik merupakan hasil belajar yang mencerminkan


kemampuan dan kinerja mahasiswa pada materi kuliah yang mencakup aspek
kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar diberikan oleh dosen kepada
mahasiswa yang ditunjukkan dengan nilai (Fasikhah dan Fatimah 2013). Prestasi
akademik pada penelitian ini diukur menggunakan indeks prestasi mahasiswa.
Penelitian menemukan lebih dari setengah mahasiswa PPKU IPB memiliki indeks
prestasi yang tergolong baik. Namun, masih ada mahasiswa yang diidentifikasi
terancam dropout. Hasil penelitian mengenai prestasi akademik akan dijelaskan
pada pemaparan berikut ini.
Hasil penelitian tidak menemukan hubungan antara karakteristik mahasiswa
dan karakteristik keluarga dengan prokrastinasi akademik. Sejalan dengan Zahra
21

dan Hernawati (2015) bahwa usia mahasiswa, jenis kelamin, uang saku, usia ibu,
dan pendidikan ibu tidak berhubungan dengan prokrastinasi. Temuan ini
berlawanan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan positif antara jenis kelamin (Steel dan Ferrari 2013) dan pendapatan per
kapita (Zahra dan Hernawati 2015) dengan prokrastinasi akademik.
Temuan menunjukkan dari karakteristik mahasiswa dan keluarga hanya
jenis kelamin dan pendapatan per kapita yang berpengaruh terhadap prokrastinasi
akademik. Laki-laki cenderung memiliki perilaku menunda-nunda mengerjakan
tugas akademik. Hal ini sesuai dengan temuan Surijah dan Tjunding (2007) yang
menemukan persentase perilaku prokrastinasi lebih besar pada laki-laki. Ferrari et
al. (2009) dalam penelitiannya menyatakan laki-laki cenderung lebih tinggi tingkat
prokrastinasi karena laki-laki cenderung tidak menyukai mengerjakan tugas yang
diperintah oleh orang lain dan khawatir tidak dapat memenuhi harapan sendiri.
Sebagian besar mahasiswa PPKU IPB berasal dari keluarga dengan pendapatan per
kapita di atas garis kemiskinan. Pendapatan per kapita menunjukkan pengaruh
positif terhadap prokrastinasi. Selaras dengan penelitian sebelumnya, mahasiswa
yang memiliki latar belakang ekonomi yang baik cenderung akan mengabaikan
tugas kuliah dan memilih melakukan kegiatan yang lebih menyenangkan (Zahra
dan Hernawati 2015).
Variabel bebas dari karakteristik mahasiswa dan karakteristik keluarga yang
memiliki hubungan dengan prestasi akademik hanyalah uang saku mahasiswa.
Uang saku berhubungan negatif dengan prestasi akademik, yang artinya semakin
rendah uang saku, semakin tinggi prestasi akademik mahasiswa. demikian dengan
hasil uji pengaruh menyatakan uang saku berpengaruh negatif signifikan terhadap
Prestasi akademik. Artinya, uang saku mahasiswa dapat menurunkan prestasi
akademik mahasiswa. Astuti (2012) menemukan uang saku berpengaruh terhadap
prestasi akademik tetapi pengaruh yang ditimbulkan adalah pengaruh positif. Lain
hal dengan penelitian yang dilakukan Nandari (2013) menyatakan bahwa uang saku
tidak memengaruhi prestasi akademik. Mahasiswa yang memiliki uang saku tinggi
cenderung lebih sering menghabiskan waktu untuk berbelanja atau bepergian
(Musyrifah 2015). Hal tersebut diduga dapat mengurangi waktu mahasiswa untuk
fokus dalam mencapai prestasi akademik yang tinggi.
Ada hubungan negatif antara efikasi diri dengan prokrastinasi akademik.
Semakin tinggi efikasi diri, semakin rendah prokrastinasi akademik mahasiswa.
Mahasiswa yang memiliki efikasi diri tinggi cenderung memiliki keyakinan tinggi
dalam menghadapi tugas akademik serta memiliki tingkat energi yang tinggi.
sementara itu, mahasiswa yang memiliki efikasi diri rendah cenderung kurang
tekun dalam mengerjakan tugas, menghindari tugas dan mudah menyerah. Hal
tersebut berkaitan dengan munculnya perilaku prokrastinasi akademik (Khotimah
et al. 2016)
Pengaruh negatif efikasi diri terhadap prokrastinasi akademik juga
ditemukan dalam peneitian ini, yang berarti efikasi diri yang tinggi akan
menurunkan prokrastinasi mahasiswa dalam hal akademik. Mahasiswa yang
memiliki keyakinan tinggi dengan kemampuan akademik, mempelajari materi
sampai paham, sering mencapai target belajar, tidak menyerah pada materi yang
sulit dapat menangani masalah dalam hidup, merasa dapat diandalkan, dan pantang
menyerah akan menurunkan perilaku prokrastinasi akademik. Artinya, efikasi diri
tersebut akan menurunkan perilaku menunda-nunda dalam belajar dan mengerjakan
tugas, kegiatan yang menyia-nyiakan waktu, dan kebiasaan belajar dengan metode
22

sistem kebut semalam (SKS). Selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Hen
dan Goroshit (2012) serta Asri dan Dewi (2016) bahwa efikasi diri merupakan
faktor internal yang memengaruhi prokrastinasi akademik mahasiswa. Mahasiswa
yang memiliki efikasi diri tinggi cenderung lebih siap dalam penyelesaian tugas-
tugas akademik. Katz et al. (2014) menyatakan bahwa efikasi diri memiliki
pengaruh yang tidak terlalu besar terhadap prokrastinasi akademik. Pengaruh
tersebut diperkuat dengan adanya motivasi intrinsik. Jika efikasi diri mahasiswa
tinggi namun memiliki motivasi intrinsik yang rendah, maka peran efikasi diri
tersebut tidak akan efisien dalam menurunkan tingkat prokrastinasi akademik
mahasiswa.
Penelitian menemukan efikasi diri mahasiswa didominasi di kategori
sedang. Artinya efikasi diri yang dimiliki tergolong biasa saja, mahasiswa tidak
mudah menyerah dalam menghadapi persoalan akademik, namun mahasiswa juga
merasa gelisah terhadap kemampuannya. Namun, masih ada satu per tiga
mahasiswa yang memiliki efikasi diri rendah sehingga mempengaruhi rendahnya
prestasi yang diperoleh. Bandura (1997) menyatakan mahasiswa yang berada pada
masa transisi remaja ke dewasa awal harus memiliki efikasi diri yang tinggi. Jika
mahasiswa memiliki efikasi diri rendah, mahasiswa akan menghadapi banyak
kesulitan.
Terdapat hubungan positif antara efikasi diri dengan prestasi akademik.
Semakin tinggi efikasi diri, semakin tinggi prestasi akademik mahasiswa. Temuan
ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan efikasi diri secara
umum berhubungan positif dengan hasil belajar atau prestasi akademik (Lent et al.
1984; Minauli dan Butar-butar 2011). Selain itu, ditemukan adanya pengaruh
efikasi diri terhadap prestasi akademik. Yakin dengan kemampuan akademik,
mempelajari materi sampai paham, sering mencapai target belajar, tidak menyerah
pada materi yang sulit dapat menangani masalah dalam hidup, merasa dapat
diandalkan, dan pantang menyerah merupakan indikator dari efikasi diri yang dapat
meningkatkan prestasi akademik. Semakin tinggi skor indeks yang sesuai dengan
mahasiswa, semakin tinggi juga prestasi akademik mahasiswa. Temuan ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Vuong et al. (2010) dan Azar (2013) bahwa
efikasi diri merupakan prediktor dari prestasi akademik. Bandura (1997)
menyatakan efikasi diri memengaruhi mahasiswa dalam membuat dan mengejar
tindakan yang diinginkan. Keyakinan atas kemampuan akan membantu sejauh
mana usaha yang akan dilakukan mahasiswa dalam mencapai prestasi akademik.
Misalnya, mahasiswa yang memiliki efikasi diri rendah mungkin tidak
mempersiapkan ujian dengan maksimal karena tidak yakin hal itu akan
membuatnya memperoleh hasil yang baik (Santrock 2010).
Tingkat stres mahasiswa PPKU IPB tergolong rendah, mahasiswa mengaku
sering merasa bahwa dirinya mampu mengatasi kesulitan dalam hidup termasuk
dalam hal akademik. Mahasiswa juga sering merasa mampu mengatasi masalah
pribadi. Penelitian ini menemukan terdapat hubungan positif signifikan antara
tingkat stres dengan prokrastinasi akademik. Semakin sering mahasiswa marah
karena sesuatu yang tidak terduga terjadi, tidak dapat memanfaatkan waktu,
tertekan, tidak berhasil mengatasi kesulitan hidup, dan tidak dapat menyesuaikan
diri pada perubahan, semakin tinggi perilaku prokrastinasi akademik mahasiswa,
seperti menunda pekerjaan, tidak fokus dalam mengerjakan tugas, mudah terganggu
hal lain, dan mengabaikan prioritas akademik.
23

Temuan ini sejalan dengan Sari (2013) bahwa stres dengan prokrastinasi
akademik memiliki hubungan negatif. Semakin rendah tingkat stres maka semakin
rendah prokrastinasi akademik. Pengaruh tingkat stres juga ditemukan dalam
meningkatkan prokrastinasi akademik mahasiswa. Selaras dengan penelitian yang
dilakukan Aziz dan Rahardjo (2013) bahwa stres menyebabkan prokrastinasi pada
mahasiswa. Semakin banyak tekanan yang dirasakan mahasiswa akan
memperlambat sikap mahasiswa dalam penyelesaian tugas akademik. Prokrastinasi
yang dilakukan mahasiswa dapat terjadi karena adanya tekanan mental serta
kelelahan fisik yang muncul dalam bentuk rasa gelisah ketika tidur serta mudah
lelah ketika mengerjakan tugas. Mahasiswa PPKU IPB memiliki tingkat stres yang
rendah sehingga hal tersebut mempercepat sikap mahasiswa dalam menyelesaikan
tugas-tugas akademik serta karena mahasiswa yakin bahwa dirinya mampu
mengatasi kesulitan hidupnya sehingga mahasiswa tidak merasa tertekan dengan
lingkungannya. Lain hal dengan penelitian yang dilakukan Rumiani (2006), tingkat
stres tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan prokrastinasi akademik.
Hal ini tergantung dari seberapa besar tingkat stres yang dirasakan mahasiswa
memberikan pengaruh kepada mahasiswa tersebut.
Tekanan mental yang dirasakan mahasiswa menyebabkan mahasiswa
mengabaikan kewajibannya, namun ternyata penelitian ini tidak dapat
membuktikan bahwa tekanan mental atau stres tersebut memberikan dampak pada
prestasi akademik mahasiswa. Hal ini disebabkan tidak ditemukan pengaruh
signifikan tingkat stres terhadap prestasi akademik mahasiswa. Hasil temuan ini
didukung oleh Zajacova et al. (2005) dan Elias et al. (2011) yang menjelaskan
bahwa stres tidak ada kaitannya dengan nilai yang diperoleh mahasiswa. Lain hal
dengan Sanders dan Lushington (2002), penelitiannya menemukan bahwa tingkat
stres berpengaruh negatif signifikan dengan prestasi akademik. Berdasarkan rata-
rata skor indeks, tingkat stres mahasiswa diketahui berada pada kategori rendah.
Sama halnya dengan penelitian Elias et al. (2011) bahwa mahasiswa tingkat
pertama memiliki tingkat stres yang lebih rendah. Kondisi tersebut menunjukkan
mahasiswa masih dapat mengatasi kesulitan atau hambatan yang dialami di bidang
akademik sehingga tidak menyebabkan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi
akademik.
Shields (2008) memaparkan bahwa pengaruh negatif stres berkurang seiring
waktu ketika mahasiswa menangani stres secara aktif. Cara mahasiswa menangani
stres tersebut yang disebut sebagai strategi koping. Penelitian ini melibat kan dua
jenis strategi koping aktif, yaitu emotional coping dan problem coping. Emotional
coping dan problem coping tidak berhubungan dengan prestasi akademik. Ryland
et al. (1994) menyatakan tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara
koping stres dengan prestasi akademik. Namun, strategi koping terhadap stres
memiliki hubungan negatif dengan prokrastinasi. Artinya semakin tinggi
mahasiswa mengadopsi emotional coping atau problem coping, semakin rendah
prokrastinasi akademik. Menurut Kandemir (2014) strategi koping yang melibatkan
emosi atau perasaan akan menunjukkan perilaku prokrastinasi. Hasil penelitian ini
menandakan hubungan negatif antara strategi emotional coping dengan
prokrastinasi sehingga semakin tinggi penggunaan strategi emotional coping
semakin rendah kecenderungan mahasiswa melakukan prokrastinasi. Namun,
emotional coping pada penelitian ini adalah koping yang menyesuaikan emosi diri
ke arah yang positif sehingga semakin tinggi mahasiswa berpikir positif atau
24

bersikap tenang terhadap masalahnya, semakin rendah prokrastinasi akademik yang


muncul.
Strategi problem coping juga berhubungan negatif dengan prokrastinasi
akademik. Veresova (2013) menyatakan bahwa strategi koping yang berfokus pada
penyesuaian perilaku seperti problem coping ini memiliki hubungan negatif dengan
prokrastinasi. Mahasiswa pada penelitian ini mengatasi masalahnya dengan cara
berdiskusi dengan orang lain, menyederhanakan masalah, merencanakan strategi,
dan mencari informasi mengenai masalah. Tindakan seperti itu dapat menurunkan
prokrastinasi akademik mahasiswa.
Temuan dari penelitian ini kedua koping memiliki hubungan negatif
terhadap prokrastinasi akademik. Lin dan Chen (2010) menyatakan skor emotional
coping yang tinggi akan mengarahkan mahasiswa untuk menyesuaikan emosi
seperti berpikir positif, sedangkan problem coping mengarahkan mahasiswa untuk
mengatasi masalah dengan melihat inti permasalahan tersebut. Namun,
sesungguhnya penggunaan strategi koping baik digunakan bergantung pada jenis
permasalahan. Emotional coping dapat digunakan ketika mahasiswa tidak memiliki
kemampuan untuk mengubah sumber permasalahannya, sedangkan problem coping
dapat digunakan ketika mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengubah sumber
permasalahan (Folkman dan Lazarus 1980). Khan (2013) menjelaskan bahwa
koping stres merupakan topik yang kompleks sehingga cukup sulit untuk
menentukan strategi yang tepat dalam menangani stres karena setiap orang
memiliki caranya sendiri.
Hasil penelitian menunjukkan sebaran kategori prokrastinasi mahasiswa
dalam penelitian ini didominasi oleh kategori rendah. Hal ini menunjukkan
mahasiswa merasa teman tidak mengganggu saat belajar, tidak menunda
mengumpulkan tugas, tidak menyia-nyiakan waktu, menyempatkan waktu untuk
rutin belajar, tidak menunda tugas hingga batas waktu, dan tidak belajar ujian hanya
pada malam sebelumnya. Namun masih terdapat mahasiswa yang memiliki
prokrastinasi akademik sedang. Berdasarkan jawaban mahasiswa, mahasiswa
tersebut cenderung mudah terganggu oleh hal lain, berbincang dengan teman
daripada belajar, menunda mengerjakan tugas hingga besok, dan tidak membaca
materi sebelum kuliah dimulai.
Prokrastinasi akademik menurut Patzerk et al. (2012) merupakan prediktor
dari prestasi akademik. Seseorang yang menunda-nunda dalam menyelesaikan
tugas akademiknya akan menghasilkan prestasi yang kurang optimal. Prokrastinasi
yang diduga berpengaruh terhadap prestasi akademik seperti pada temuan temuan
sebelumnya, ternyata hasil penelitian ini tidak menemukan adanya hubungan yang
signifikan maupun pengaruh prokrastinasi terhadap prestasi akademik. Pada meta
analisis yang dilakukan Kim dan Seo (2015) penelitian mengenai prokrastinasi
terhadap prestasi tidak ditemukan pengaruh yang signifikan. Penelitian tersebut
menggunakan instrumen PASS (procrastination Assesment Scale-Student), namun
pada penelitian Choi dan Maron (2009) prokrastinasi memiliki hubungan positif
signifikan terhadap prestasi akademik. Temuan penelitian lain menyatakan bahwa
prokrastinasi memiliki pengaruh signifikan terhadap prestasi akademik baik yang
diukur menggunakan indeks prestasi maupun nilai ujian (Michinov et al. 2011;
Akinsola et al. 2007). Kim dan Seo (2015) menambahkan bahwa pengaruh
prokrastinasi terhadap prestasi akademik bergantung pada alat ukur yang digunakan
karena setiap alat ukur mengukur aspek-aspek yang berbeda dari prokrastinasi
25

sehingga dapat menghasilkan pengaruh yang negatif atau positif terhadap prestasi
akademik.
Penelitian ini masih memiliki keterbatasan yang dapat dijadikan perbaikan
pada penelitian selanjutnya. Adapun keterbatasan tersebut terletak pada proses
pengambilan data. Penelitian ini merupakan penelitian payung sehingga pada
proses pengambilan data mahasiswa menerima berbagai macam kuesioner yang
perlu diisi dalam satu waktu. Hal tersebut dapat menimbulkan bias jawaban pada
kuesioner mahasiswa.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian menemukan bahwa mahasiswa didominasi oleh


perempuan. Rata-rata usia mahasiswa berada pada usia 18 tahun. Persentase
terbesar uang saku berada pada rentang Rp1 000 000 hingga Rp2 000 000. Sebagian
besar usia ayah dan ibu tergolong pada kelompok usia dewasa madya (40-65 tahun).
Persentase terbesar tingkat pendidikan orang tua adalah SMA. Besar keluarga
didominasi oleh keluarga kecil (1 – 4 orang) dan sisanya adalah keluarga sedang (5
– 7 orang). Jenis pekerjaan ayah dengan persentase tertinggi adalah PNS/BUMN,
pegawai swasta, dan wirausaha sedangkan lebih dari setengah ibu tidak bekerja.
Persentase tertinggi pendapatan per kapita keluarga per bulan berada pada rentang
Rp400 995 hingga Rp1 202.985.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa efikasi diri mahasiswa berada
pada kategori sedang tetapi masih ada yang tergolong rendah. Tingkat stres yang
dialami mahasiswa berada pada tingkat rendah namun ada yang memiliki tingkat
stres sedang. Strategi koping yang dominan digunakan mahasiswa adalah emotional
coping pada kategori sedang, dan strategi problem coping juga pada kategori
sedang. Prokrastinasi mahasiswa berada pada tingkat rendah namun masih ada yang
tergolong sedang. Prestasi akademik dominan pada kategori baik tetapi ada
mahasiswa yang terancam dropout.
Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi tingkat stres, semakin tinggi
prokrastinasi akademik sedangkan semakin tinggi efikasi diri, emotional coping,
dan problem coping, semakin rendah prokrastinasi akademik. Karakteristik
mahaiswa dan karakteristik keluarga tidak memiliki hubungan dengan prokrastinasi
akademik. Sementara itu, semakin tinggi uang saku, semakin rendah prestasi
akademik sedangkan semakin tinggi efikasi diri, semakin tinggi prestasi akademik.
Usia, jenis kelamin, usia ibu, pendidikan ibu, dan pendapatan per kapita tidak
memiliki hubungan dengan prestasi akademik. Begitu juga dengan tingkat stres,
emotional coping, dan problem coping tidak berhubungan dengan prestasi
akademik. Hasil penelitian juga menunjukkan jenis kelamin, pendapatan per kapita,
dan tingkat stres berpengaruh positif terhadap prokrastinasi akademik sedangkan
efikasi diri berpengaruh negatif terhadap prokrastinasi. Sementara itu, uang saku
dapat menurunkan prestasi akademik sedangkan efikasi diri dapat meningkatkan
prestasi akademik mahasiswa.
26

Saran

Hasil penelitian menunjukkan masih terdapat mahasiswa yang memiliki


efikasi diri rendah, tingkat stres sedang, emotional coping rendah, problem coping
rendah, prokrastinasi akademik sedang, dan prestasi akademik buruk. Terdapat
beberapa hal yang perlu ditingkatkan oleh mahasiswa. Hal yang sebaiknya
dilakukan oleh mahasiswa untuk meningkatkan efikasi diri adalah dengan cara
berusaha komitmen dengan target-target akademik yang telah ditentukan, pantang
menyerah dalam mengerjakan atau memahami materi yang lebih sulit, yakin
dengan kemampuan akademik, serta eksplorasi kemampuan diri dengan hal-hal
baru di sekitarnya.
Mahasiswa sebaiknya mengadopsi strategi koping yang aktif. Strategi
emotional coping dapat diadopsi ketika mahasiswa tidak dapat mengubah sumber
permasalahan yang terjadi. Mahasiswa sebaiknya mengendalikan emosi negatifnya
dengan berusaha tenang terlebih dahulu dan belajar menempatkan stresnya dengan
baik sehingga tidak menyalahkan diri sendiri atau orang lain. Mahasiswa juga
sebaiknya selalu berpikir positif terhadap setiap peristiwa yang terjadi dalam
hidupnya. Jika mahasiswa dapat mengubah sumber permasalahan, mahasiswa dapat
mengadopsi strategi problem coping. Hal yang dapat dilakukan mahasiswa adalah
menyederhanakan masalah agar lebih mudah diatasi, mencari data atau informasi
mengenai permasalahan yang dihadapi di internet, berdiskusi, dan bersikap optimis
untuk memikirkan jalan keluar dari masalah yang dihadapi. Selain itu, terdapat hal
yang sebaiknya dilakukan mahasiswa untuk menurunkan prokrastinasi akademik,
yaitu meluangkan waktu untuk belajar materi kuliah, meningkatkan fokus ketika
sedang belajar sehingga tidak mudah terganggu hal lain, memanfaatkan waktu
untuk hal yang berguna, dan tidak menunda mengerjakan tugas hingga hari sebelum
waktu pengumpulan.
Perguruan tinggi sebaiknya dapat melakukan pelatihan kepada mahasiswa
tingkat pertama mengenai kepercayaan diri, pelatihan koping terhadap stres serta
edukasi mengenai strategi belajar sehingga mahasiswa tidak melakukan
prokrastinasi akademik. Pelatihan tersebut dapat diselipkan di agenda asrama
PPKU IPB atau pada kegiatan Masa Pengenalan Kampus Mahasiswa Baru
(MPKMB). Penelitian selanjutnya disarankan untuk menguji variabel ini di
perguruan tinggi lain untuk mengetahui kekonsistenan hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Akinsola MK, Tella A, dan Tella A. 2007. Correlates of academic procrastination


and mathematics achievement of university undergraduate
students. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology
Education. 3(4);363-370.doi: https://doi.org/10.12973/ejmste/75415
Amrullah AE, Herlambang T, Rozzaid Y. 2015. Pengaruh stressor terhadap stress
akademik dan dampaknya pada pencapaian index prestasi dalam
pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi mahasiswa keperawatan
STIKES dr. Soebandi Jember. Jurnal Kesehatan dr. Soebandi. 4(1);219.
27

Andarini SR, Fatma A. 2013. Hubungan antara distress dan dukungan sosial dengan
prokrastinasi akademik pada mahasiswa dalam menyusun skripsi. Talenta
Psikologi. 2(2);159-179.
Arnett JJ. 2014. Adolescence and emerging adulthood. Boston, MA: Pearson.
Asri DN, Dewi NK. 2016. Prokrastinasi akademik mahasiswa Program Studi
Bimbingan Dan Konseling IKIP PGRI Madiun ditinjau dari efikasi diri, fear
of failure, gaya Pengasuhan orang tua, dan iklim akademik. Jurnal
Penelitian LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat) IKIP PGRI MADIUN. 2(2).
Astuti. 2012. Pengaruh kemandirian belajar dan penggunaan uang saku terhadap
prestasi belajar kompetensi dasar ekonomi kelas VII dan VIII. Economic
Education Education Analysis Journal. 1(2).
Azar FS. 2013. Self-efficacy, achievement motivation and academic procrastination
as predictors of academic achievement in pre-college students. Proceeding
of the Global Summit on Education. 173-178.
Aziz A, Rahardjo P. 2013. Faktor-Faktor Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa
Tingkat Akhir yang Menyusun Skripsi di Universitas Muhammadiyah
Purwokerto Tahun Akademik 2011/2012. PSYCHOIDEA. 11(1).
Balkis M, Duru E, Bulus M. 2013. Analysis of the relation between academic
procrastination, academic rational/irrational beliefs, time preferences to
study for exams, and academic achievement: a structural model. European
journal of psychology of education. 28(3);825-839.doi:
https://doi.org/10.1007/s10212-012-0142-5
Bandura A. 1997. Self-efficacy. The exercise of control. New York (USA):
W.H.Freeman and Company.
Batool SS, Khursheed S, Jahangir H. 2017. Academic Procrastination as a Product
of Low Self-Esteem: A Mediational Role of Academic Self-
efficacy. Pakistan Journal of Psychological Research. 32(1);195.doi:
https://doi.org/10.1007/s10212-012-0142-5
Beutel ME, Klein EM, Aufenanger S, Brähler E, Dreier M, Müller KW, et al. 2016
Procrastination, Distress and Life Satisfaction across the Age Range – A
German Representative Community Study. PLoS ONE. 11(2): e0148054.
doi:10.1371/journal.pone.0148054
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2017. Garis Kemiskinan Menurut Provinsi 2013-2017.
Diambil dari: https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1120.
[diunduh 30 Mar 2018].
Brady‐Amoon P, Fuertes JN. 2011. Self‐Efficacy, Self‐Rated abilities, adjustment,
and academic performance. Journal of Counseling &
Development. 89(4);431-438.
Caprara GV, Fida R, Vecchione M, Del Bove G, Vecchio GM, Barbaranelli C,
Bandura A. 2008. Longitudinal analysis of the role of perceived self-
efficacy for self-regulated learning in academic continuance and
achievement. Journal of educational psychology. 100(3);525.
Choi JN, Moran SV. 2009. Why not procrastinate? Development and validation of
a new active procrastination scale. The Journal of social psychology.
149(2);195-212.doi: https://doi.org/10.3200/SOCP.149.2.195-212
Christyanti D, Mustami'ah D, Sulistiani W. 2012. Hubungan antara penyesuaian
diri terhadap tuntutan akademik dengan kecenderungan stres pada
28

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya. Jurnal


Insan Media Psikologi. 12(3).
Clemons TL. 2008. Underachieving Gifted Students: A Social Cognitive
Model. National Research Center on the Gifted and Talented.
Cohen S, Kamarck T, Mermelstein R. 1983. A global measure of perceived
stress. Journal of health and social behavior. 385-396.
Costa FJD, Bispo MDS, Pereira RDCDF. 2018. Dropout and retention of
undergraduate students in management: a study at a Brazilian Federal
University. RAUSP Management Journal. 53(1);74-85.
De Paola M, Scoppa V. 2014. Procrastination, academic success and the
effectiveness of a remedial program. Journal of Economic Behavior &
Organization. 115;217-236.
Deniz M, Tras Z, Aydogan D. 2009. An Investigation of Academic Procrastination,
Locus of Control, and Emotional Intelligence. Educational Sciences:
Theory and Practice. 9(2);623-632.
Di Giunta L, Alessandri G, Gerbino M, Kanacri PL, Zuffiano A, Caprara GV. 2013.
The determinants of scholastic achievement: The contribution of personality
traits, self-esteem, and academic self-efficacy. Learning and individual
Differences. 27;102-108.
[Direktorat PPKU IPB] Direktorat Program Pendidikan Kompetensi Umum Institut
Pertanian Bogor. 2017. PPKU Dalam Angka 2016-2017. Diambil dari:
http://tpb.ipb.ac.id/tpb-dalam-angka/category/54-ppku-dalam-angka-2016-
2017# [diunduh 25 Feb 2018].
Elias H, Ping WS, Abdullah MC. 2011. Stress and academic achievement among
undergraduate students in Universiti Putra Malaysia. Procedia-Social and
Behavioral Sciences. 29;646-655.doi:
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.11.288
Eni-Olorunda T, Adesokan A. 2015. Emotional intelligence, academic
procrastination and academic achievement in two tertiary institutions in
South-Western Nigeria. Gender and Behaviour. 13(1);6482-6487.
Eryanto H, Swaramarinda DR. 2013. Pengaruh Modal Budaya, Tingkat Pendidikan
Orang Tua dan Tingkat Pendapatan Orang Tua Terhadap Prestasi Akademik
Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta. Jurnal
Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis (JPEB). 1(1);39-61.
Fasikhah SS, Fatimah S. 2013. Self-regulated learning (SRL) dalam meningkatkan
prestasi akademik pada mahasiswa. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan.
1(1);145-155.
Ferrari JR, Özer BU, Demir A. 2009. Chronic procrastination among Turkish
adults: Exploring decisional, avoidant, and arousal styles. The Journal of
social psychology. 149(3);402-408.
Folkman S, Lazarus RS. 1980. An analysis of coping in a middle-aged community
sample. Journal of health and social behavior. 219-239.
Hen M, Goroshit M. 2012. Academic procrastination, emotional intelligence,
academic self-efficacy, and GPA: A comparison between students with and
without learning disabilities. Journal of learning disabilities. 47(2);116-
124.
Haryanto B. 2016. Efikasi diri, kualitas pengajaran, sikap positif, dan kinerja
akademis mahasiswa. Jurnal Ilmu Pendidikan. 16(3).
29

Hutapea B. 2014. Stres kehidupan, religiusitas, dan penyesuaian diri warga


Indonesia sebagai mahasiswa internasional. Makara Hubs-Asia. 18(1);25-
40.
[IPB] Institut Pertanian Bogor. 2017. Buku Panduan 2017. Diambil dari:
https://simak.ipb.ac.id/Files/Buku%20Panduan/BukuPanduan2017.pdf
[diunduh pada 25 Jun 2018].
Imran F, Susetyo B, Wigena AH. 2013. Identifikasi Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Mahasiswa Putus Kuliah di IPB Angkatan 2008
Menggunakan Analisis Survival. Xplore: Journal of Statistics. 1(2).
Irawati D. 2015. Hubungan Antara Kesadaran Diri dan Efikasi Diri Dengan
Prokrastinasi AKademik Mahasiswa [Disertasi]. Surakarta (ID):Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Kandemir M. 2014. Predictors of academic procrastination: coping with stress,
internet addiction and academic motivation. World Applied Sciences
Journal. 32(5);930-938.
Kandemir M, İlhan T, Özpolat AR, Palancı M. 2014. Analysis of academic self-
efficacy, self-esteem and coping with stress skills predictive power on
academic procrastination. Educational Research and Reviews, 9(5);146-152
Katz I, Eilot K, Nevo N. 2014. “I’ll do it later”: Type of motivation, self-efficacy
and homework procrastination. Motivation and Emotion. 38(1);111-119.
[Kemenristekdikti] Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. 2017.
Buku Statistik Pendidikan Tinggi 2017. Diambil dari:
https://ristekdikti.go.id/epustaka/buku-statistik-pendidikan-tinggi-2017/
[diunduh pada 20 Jun 2018].
Khan M. 2013. Academic self-efficacy, coping, and academic performance in
college. International Journal of undergraduate research and creative
activities. 5(1);4.
Khotimah RH, Radjah CL, Handarini DM. 2016. Hubungan antara Konsep Diri
Akademik, Efikasi Diri Akademik, Harga Diri dan Prokrastinasi Akademik
pada Siswa SMP Negeri di Kota Malang. Jurnal Kajian Bimbingan dan
Konseling. 1(2);60-67.
Kim E, Seo EH. 2013. The relationship of flow and self-regulated learning to active
procrastination. Social Behavior and Personality: an international
journal, 41(7);1099-1113.
Klassen RM, Krawchuk LL, Rajani S. 2008. Academic procrastination of
undergraduates: Low self-efficacy to self-regulate predicts higher levels of
procrastination. Contemporary Educational Psychology. 33(4);915-931.
Komarraju M, Nadler D. 2013. Self-efficacy and academic achievement: Why do
implicit beliefs, goals, and effort regulation matter?. Learning and
Individual Differences. 25;67-72.
Lent RW, Brown SD, Larkin KC. 1984. Relation of self-efficacy expectations to
academic achievement and persistence. Journal of counseling psychology.
31(3)356.
Lin YM, Chen FS. 2010. A stress coping style inventory of students at universities
and colleges of technology. World Transactions on Engineering and
Technology Education. 8(1);67-72.
McCloskey J. 2012. Academic Procrastination: the development of a scale.
Lambert Academic Publishing.
30

McCloskey J, Scielzo SA. 2012. Finally. The Development and Validation of the
Academic Procrastination Scale. In review.
Michinov N, Brunot S, Le Bohec O, Juhel J, Delaval M. 2011. Procrastination,
participation, and performance in online learning environments. Computers
& Education. 56(1);243-252.
Minauli I, Butar-butar IBB. 2011. Hubungan Antara Efikasi Diri Dan Regulasi Diri
Dalam Belajar Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa. Analitika. 3(2);79-
84.
Musyrifah I. 2015. Perilaku Komplain Konsumen Generasi Y Pada Belanja Online
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nandari PR. 2013. Pola Asuh Akademik, Motivasi, Regulasi Diri, dan Prestasi
Belajar Remaja Laki-laki dan Perempuan [Skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Novanto Y, Yulianti L. 2015. Faktor–faktor yang berkaitan dengan prestasi
akademik mahasiswa sekolah tinggi teologi” x”. Tanjung Balai: Sekolah
Tinggi Teologia Marturia.
Oematan CS. 2013. Hubungan antara Prokrastinasi Akademik dan Prestasi
Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi–Universitas
Surabaya. Calyptra. 2(1);1-7.
Patrzek J, Grunschel C, Fries S. 2012. Academic Procrastination: The Perspective
of University Counsellors. Int. J. Adv. Counselling. 34;185-201.
Rahmi N. 2013. Hubungan Tingkat Stres dengan Prestasi Belajar Mahasiswa
Tingkat II Prodi D-III Kebidanan Banda Aceh Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes NAD TA. 2011/2012. Jurnal Ilmiah STIKes U’Budiyah. 2(1).
Ramos‐Sánchez L, Nichols L. 2007. Self‐efficacy of first‐generation and non‐first‐
generation college students: The relationship with academic performance
and college adjustment. Journal of College Counseling. 10(1);6-18.
Rumiani. 2006. Prokrastinasi AkademikDitinjau dari Motivasi Berprestasi dan Str
es Mahasiswa. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Semarang.
3(2);37-48
Ryland EB, Riordan RJ, Brack G. 1994. Selected characteristics of high-risk
students and their enrollment persistence. Journal of College Student
Development.
Sæle RG, Dahl TI, Sørlie T, Friborg O. 2017. Relationships between learning
approach, procrastination and academic achievement amongst first-year
university students. Higher Education. 74(5);757-774.
Safaria, Saputra. 2009. Manajemen Emosi. Jakarta (ID): Bumi Aksara
Saklofske DH, Austin EJ, Mastoras SM, Beaton L, Osborne SE. 2012.
Relationships of personality, affect, emotional intelligence and coping with
student stress and academic success: Different patterns of association for
stress and success. Learning and Individual Differences. 22(2);251-257.
Samaha M, Hawi NS. 2016. Relationships among smartphone addiction, stress,
academic performance, and satisfaction with life. Computers in Human
Behavior. 57;321-325.
Sanders AE, Lushington K. 2002. Effect of perceived stress on student performance
in dental school. Journal of dental education. 66(1);75-81
Santrock JW. 2007. Remaja, edisi kesebelas. Widyasinta B, penerjemah; Hardani,
editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Adolenscence,
Eleventh Ed.
31

--------. 2010. Life-span development. New York (USA): McGraw-Hill.


--------. 2013. Adolescence, 15th Edition. New York: McGraw-Hill.
Sari DN. 2013. Hubungan antara stres terhadap guru dengan prokrastinasi
akademik pada siswa SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. EMPATHY
Jurnal Fakultas Psikologi. 2(1).
Sari PW. 2012. Komunikasi Keluarga, Self-Esteem, dan Prestasi Akademik
Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor
Tahun Akademik 2011/ 201 2[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Schnuck J, Handal PJ. 2011. Adjustment of college freshmen as predicted by both
perceived parenting style and the five-factor model of personality.
Psychology. 2(4);275-282.
Sherer M, Maddux JE, Mercandante B, Prentice-Dunn S, Jacobs B, Rogers RW.
(1982). The self-efficacy scale: Construction and validation. Psychological
reports. 51(2);663-671.
Shields J. 2008. A comparison of the NWEA measures of academic progress and
the Missouri Assessment Program. University of Missouri-Columbia.
Simarmata GE, Lestari DR. 2015. Mekanisme Koping dengan Prestasi Belajar
Mahasiswa Sistem Pembelajaran Blok Angkatan 2013. Dunia
Keperawatan. 3(1);22-33.
Stead R, Shanahan MJ, Neufeld RW. 2010. “I’ll go to therapy, eventually”:
Procrastination, stress and mental health. Personality and Individual
Differences. 49(3);175-180.
Steel P. 2010. Arousal, avoidant and decisional procrastinators: Do they
exist?. Personality and Individual Differences. 48(8);926-934.
Steel P, Ferrari J. 2013. Sex, education and procrastination: An epidemiological
study of procrastinators' characteristics from a global sample. European
Journal of Personality. 27(1);51-58.
Steel P, Klingsieck KB. 2016. Academic procrastination: Psychological
antecedents revisited. Australian Psychologist. 51(1);36-46.
Snyder CR, editor. 2001. Coping with stress: Effective People and Processes. New
York (USA):Oxford University Press.
Surijah EA, Tjundjing S. 2007. Mahasiswa versus tugas: prokrastinasi akademik
dan conscientiousness. Anima, Indonesian Psychological Journal.
22(4);352-374.
Talib N, Zia-ur-Rehman M. 2012. Academic performance and perceived stress
among university students. Educational Research and Reviews. 7(5);127.
[UNDP] United Nation Development Programme. 2016. Human Development for
Everyone. Breifing Note for Countries on The 2016 Human Development
Report; Indonesia. United Nation Development Programe. Diambil dari
hdr.undp.org/en/2016-report. [diunduh pada 7 Agu 2018]
[UN] United Nations. The 2030 Agenda for Sustainable Development. 2017.
Diambil dari:
https://sustainabledevelopment.un.org/content/documents/21252030%20A
genda%20for%20Sustainable%20Development%20web.pdf.[diunduh pada
7 Agu 2018]
Verešová M. 2013. Procrastination, stress and coping among primary school
teachers. Procedia-Social and Behavioral Sciences. 106;2131-2138.
32

Vuong M, Brown-Welty S, Tracz S. 2010. The effects of self-efficacy on academic


success of first-generation college sophomore students. Journal of college
student development. 51(1);50-64.
Wan HC, Downey LA, Stough C. 2014. Understanding non-work presenteeism:
Relationships between emotional intelligence, boredom, procrastination and
job stress. Personality and Individual Differences. 65;86-90.
Womble LP. 2003. Impact of stress factors on college student’s academic
performance. Undergraduate J. Psychol. 16.
Yusuf M. 2011. The impact of self-efficacy, achievement motivation, and self-
regulated learning strategies on students’ academic achievement. Procedia-
Social and Behavioral Sciences. 15;2623-2626.
Zahra Y, Hernawati N. 2015. Prokrastinasi akademik menghambat peningkatan
prestasi akademik remaja di wilayah perdesaan. Jurnal Ilmu Keluarga &
Konsumen. 8(3);163-172.
Zajacova A, Lynch SM, Espenshade TJ. 2005. Self-efficacy, stress, and academic
success in college. Research in higher education. 46(6);677-706.
33

LAMPIRAN
34

Lampiran 1 Contoh jawaban mahasiswa untuk kuesioner efikasi diri*


Persentase jawaban**
No Pernyataan
STS TS S SS
1 Yakin dapat mewujudkan jadwal belajar yang dibuat sendiri 5.5 18.2 59.1 17.3
2 Tidak mengerjakan tugas padahal seharusnya mengerjakan 4.5 31.8 48.2 15.5
8 Tetap mengerjakan soal/materi sulit sampai selesai 1.8 21.8 62.7 13.6
Keterangan:*Alat ukur ini dimodifikasi dari alat ukur (Sherer et al. 1982); ** STS= sangat tidak
sesuai; TS= tidak sesuai; S= sesuai; SS= sangat sesuai

Lampiran 2 Contoh jawaban mahasiswa untuk kuesioner tingkat stres*


Persentase jawaban**
No Pernyataan
0 1 2 3 4
1 Marah karena suatu hal terjadi secara tidak terduga 7.3 31.8 38.2 16.4 6.4
2 Dapat memanfaatkan waktu 1.8 7.3 41.8 41.8 7.3
3 Gugup dan tertekan 5.5 31.8 40.0 19.1 3.6
Keterangan: *Alat ukur ini diadaptasi dari alat ukur Perceived Stress Scale (Cohen, Kamarck, dan
Mermelstein 1983); **0= tidak pernah; 1= jarang; 2= kadang-kadang; 3= sering; 4= sangat sering

Lampiran 3 Contoh jawaban mahasiswa untuk kuesioner strategi koping*


Persentase jawaban**
No Pernyataan
STS TS S SS
Emotional Coping
4 Membiarkan diri tenang dahulu, kemudian memikirkan cara
2.7 11.8 44.5 40.9
meredakan emosi negatif (stres, sedih, marah, cemas, dll).
5 Menganggap masalah atau tuntutan akademik sebagai
1.8 1.8 70.9 25.5
tantangan untuk diri sendiri.
7 Menyerah dan menyalahkan Tuhan karena bersikap tidak adil
0.9 2.7 25.5 70.9
saat stres
Problem Coping
13 Mencari data dari perpustakaan atau internet untuk
0.9 5.5 60.9 32.7
mengerjakan tugas kuliah.
14 Mendiskusikan masalah dengan dosen, keluarga, kakak
8.2 19.1 57.3 15.5
tingkat, dan teman serta meminta pendapat mereka.
19 Percaya masalah dapat terpecahkan dengan sendirinya 22.7 43.6 24.5 9.1
Keterangan: *Alat ukur ini diadaptasi dari alat ukur Stress Coping Style Inventory (Lin dan Chen
2010); **STS= sangat tidak sesuai; TS= tidak sesuai;, S= sesuai; SS= sangat sesuai

Lampiran 4 Sebaran mahasiswa berdasarkan jawaban kuesioner prokrastinasi


akademik*
Persentase jawaban**
No Pernyataan
STS TS S SS
4 Tidak dapat fokus pada tugas atau proyek kuliah lebih dari
6.4 41.8 44.5 7.3
satu jam sampai akhirnya terganggu oleh hal lain
10 Menunda untuk mengerjakan tugas sampai batas waktu
4.5 47.3 40.0 8.2
pengumpulan
24 Mengerjakan tugas dan proyek kuliah di akhir pekan, tetapi
7.3 39.1 42.7 10.9
malah pergi bersama teman
25 Belajar SKS adalah cara terbaik menghadapi ujian akhir
17.3 50.9 24.5 7.3
(UTS/ UAS)
Keterangan: *Alat ukur ini diadaptasi dari alat ukur Academic Procrastination Scale (McCloskey
dan Scielzo 2012); **STS= sangat tidak sesuai; TS= tidak sesuai; S= sesuai; SS= sangat sesuai
35

RIWAYAT PENULIS

Penulis dilahirkan di kabupaten Bogor, Jawa Barat pada tanggal 20 Juli


1996 dari pasangan suami – istri Budi Lukmanto dan Rima Marlina Triyanti.
Penulis merupakan anak sulung dengan satu adik perempuan bernama Oktirainy
Salma Lukman.
Riwayat pendidikan penulis dimulai dari bersekolah di SDIT At-Taufiq,
Depok. Kemudian melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertamanya di
sebuah boarding school bernama SMPIT Al-Kahfi di Bogor. Penulis kembali ke
Kota Depok untuk menempuh pendidikan sekolah menengah akhir di SMAIT
Nurul Fikri dan lulus pada tahun 2014. Pada tahun 2014 pula penulis diterima di
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Tulis Mandiri (UTM) pada program
Mayor Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia. Penulis
mengambil program Minor Gizi Masyarakat dari Departemen Gizi Masyarakat.
Selama berkuliah di IPB penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan di
kampus seperti kepanitian dan kepengurusan himpunan. Pada tahun 2015 penulis
mengikuti kepanitiaan IPB Green Living Movement (IGLM), Open House 52, dan
Family and Consumer Day. Selain itu penulis juga menjadi pengurus aktif
Consumer Club Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen (HIMAIKO)
sebagai anggota selama satu periode (2015-2016) dan menjadi kepala departemen
Public Relation HIMAIKO pada periode 2016-2017. Selama menjadi pengurus
HIMAIKO, penulis juga mengikuti kepanitiaan I-Faculty Day, Open House FEMA
52, dan studi banding: IKK Goes to Singapore-Malaysia dan menjadi steering
committee studi banding Expanding The Capabilities 2017: IKK Goes To South
Korea. Selain itu, penulis juga sempat menjadi translator pada program Summer
Course 2018 di Pascasarjana Ilmu Ekonomi IPB.

Anda mungkin juga menyukai