PEMBAHASAN
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan dari kasus diatas penatalaksanaan yang dilakukan oleh bidan, sebagai
berikut :
a. Melakukan pengkajian
Mengkaji Tanda – Tanda Vital
Meliputi N, S dan R
Kaji keluhan pasien
b. Membertahu kepada ibu tentang keadaan anaknya
c. Melakukan inform consent pada orang tua bayi
d. Menyiapkan surat rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih berkualitas
e. Memilih tempat rujukan yamg sesuai dengan keluhan bayi
f. Memberikan informasi mengenai tindakan medis yang akan dilakukan
2. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar untuk
membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar sehingga normal dan juga
fungsi spinghter ani interna :
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
a. Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan obstruksi dan
secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.
b. Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak mencapai sekitar 9 Kg
( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama, dan usia 6 -12 bulan setelah operasi bayi
akan normal kembali
3. Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila ketidakmampuan
terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :
a. Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak secara dini
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c. Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
d. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak dengan mal nutrisi tidak
dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya meningkat. Hal ini sering kali melibatkan
pengobatan simptomatik seperti enema. Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan
tinggi protein serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total
BAB V
PEMBAHASAN
Saluran pencernaan dimulai dari mulut, gigi, lidah, lambung, usus (usus halus/intestinum
tenue dan usus besar/kolon) sampai ke dubur atau anus. Sistem pencernaan adalah organ yang
seringkali mudah terkena gangguan sehingga timbul berbagai masalah penyakit pencernaan.
Usus besar atau kolon merupakan organ saluran pencernaan setelah usus halus. Fungsi
utama usus besar adalah penyerapan air dan elektrolit sekaligus tempat pembusukan makanan
yang dibantu oleh bakteri Escherichia coli yang nantinya menjadi feses. Sertabertugas untuk
mengatur kandungan air pada fese sehingga feses tidak cair dan tidak padat dan mudah untuk
diekresi. Feses yang tidak dikeluarkan atau yang tidak dapat dikreluarkan akan
mengakibatkan penimbunan di usus yang jika dibiarkan lama akan mengakibatkan inflamasi
usus atau infeksi usus. Karena bahan sisa yang sudah tidak dibutuhkan tubuh seharusnya
dikeluarkan tidak dikeluarkan dapat mengakibatkan pertumbuhan bakteri di usus yang
nantinya timbul gangguan atau masalah kesehatan sistem pencernaan.
Kelainan Hirschsprung terjadi karena adanya permasalahan pada persarafan usus besar
paling bawah, mulai anus hingga usus di atasnya. Syaraf yang berguna untuk membuat usus
bergerak melebar menyempit biasanya tidak ada sama sekali atau jikapun ada itu hanya
sedikit sekali. Namun yang jelas kelainan ini akan membuat BAB bayi tidak normal, bahkan
cenderung sembelit terus menerus. Hal ini dikarenakan tidak adanya syaraf yang dapat
mendorong kotoran keluar dari anus. Kotoran akan menumpuk di bagian bawah, sehingga
menyebabkan pembesaran pada usus dan juga kotoran menjadi keras sehingga bayi tidak
dapat BAB. Pada neonatus, perut kembung dan muntah berwarna hijau dan kemungkinan ada
riwayat keterlambatan keluarnya mekonium selama 3 hari atau bahkan lebih mungkin
menandakan terdapat obstruksi rektum dengan distensi abdomen progresif dan muntah;
sedangkan pada anak lebih besar kadang-kadang ditemukan keluhan adanya diare atau
anterokolitis kronik yang lebih menonjol daripada tanda-tanda obstipasi. Penyebabnya karena
kegagalan sel-sel krista naturalis untuk bermigrasi ke dalam dinding suatu bagian saluran
cerna bagian bawahsehingga profulsi feses dalam lumen terlambat.
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah Perubahan eliminasi (konstipasi)
berhubungan dengan defek persyarafanan ganglion, Resiko kurang volume cairan
berhubungan dengan menurunya intake (mual, muntah), Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan turun, Resiko infeksi berhubungan
dengan tindakan pasca bedah, injuri berhubungan dengan tindakan pasca operasi, Intoleran
aktivitas berhubungan dengan kelemahan (ATP menurun). Pada kasus penyakit ini kami
membuat rencana tindakan yang diantaranya bertujuan agar pola BAB bayi kembali normal,
kebutuhan nutrisi tubuh dapat terpenuhi. Mengingat pada penyakit ini penderita mengalami
kelainan yang membuat BAB bayi tidak normal.
Agar bayi dapat BAB secara normal bisa dilakukan tindakan pembedahan seperti segera
dilakukan tindakankolostomi sementara. Kolostomi adalah pembuatan lubang pada dinding
perut yang disambungkan dengan ujung usus besar. Pengangkatan bagian usus yang terkena
dan penyambungan kembali usus besar biasanya dilakukan pada saat anak berusia 6 bulan
atau lebih. Jika terjadi perforasi (perlubangan usus) atau enterokolitis, diberikan antibiotik.
Bagian usus yang tak ada persarafannya ini harus dibuang lewat operasi. Operasi
biasanya dilakukan dua kali. Pertama, dibuang usus yang tak ada persarafannya. Kedua, kalau
usus bisa ditarik ke bawah, langsung disambung ke anus. Kalau ternyata ususnya belum bisa
ditarik, maka dilakukan operasi ke dinding perut, yang disebut dengan kolostomi, yaitu
dibuat lubang ke dinding perut. Jadi bayi akan BAB lewat lubang tersebut. Nanti kalau
ususnya sudah cukup panjang, bisa dioperasi lagi untuk diturunkan dan disambung langsung
ke anus. Sayang sekali kadang proses ini cukup memakan waktu lebih dari 3 bulan, bahkan
mungkin hingga 6-12 bulan. Setelah operasi biasanya BAB bayi akan normal kembali,
kecuali kasus tertentu misal karena kondisi yang sudah terlalu parah.
Untuk itu maka orang tua perlu memperhatikan kondisi bayinya dan melakukan
pertimbangan-pertimbangan agar bayi segera tertagani dan tidak semakin parah kondisinya.
Jangan sampai orang tua membiarkan hal ini sehingga perut bayi lama kelamaan semakin
membesar sehingga ususnyapun menjadi semakin lebar, sedangkan di bagian bawah kecil
sekali karena, jika hal tersebut dibiarkan dikhawatirkan nantinya akan terjadi komplikasi.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menangani kolostomi, antara lain :
1. Perawatan Kulit
Pasien dianjurkan melindungi kulit peristoma dengan sering mencuci area tersebut
menggunakan sabun ringan, memberikan barrier kulit protektif disekitar stoma, dan
mengamankannya dengan meletakkan kantung drainase.Kulit dibersihkan dengan perlahan
menggunakan sabun ringan dan waslap lembab serta lembut.Adanya kelebihan barrier kulit
dibersihkan.Sabun bertindak sebagai agen abrasive ringan untuk mengangkat residu enzim
dari tetesan fekal.Selama kulit dibersihkan, kasa dapat digunakan untuk menutupi stoma.
2. Pemasangan kantung
Kulit dibersihkan terlebih dahulu.Barierr kulit peristoma dipasang. Kemudian kantung
dipasang dengan cara membuka kertas perekat dan menekannya di atas stoma. Iritasi kulit
ringan memerlukan tebaran bedak stomahesive sebelum kantung diletakkan.
3. Memasang alat drainase
Alat drainase diganti bila isinya telah mencapai 1/3-1/4 sehingga berat isinya tidak
menyebabkan kantung lepas dari diskus perekatnya dan keluar isinya.Tekanan perlahan
mencegah kulit dari trauma dan mencegah adanya isi fekal yang tercecer keluar.
4. Mengirigasi Kolostomi
Tujuan pengirigasian kolostomi adalah untuk mengosongkan kolondari gas, mucus, dan
feses.Sehingga pasien dapat menjalankan aktivitas tanpa rasa takut terjadi drainase fekal.