Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah peradangan pada mukosa telinga
tengah dan ruang mastoid yang berlangsung lebih dari 3 bulan ditandai dengan
adanya perforasi pada membran timpani dan keluarnya cairan secara terus menerus
atau hilang timbul dari liang telinga.Otitis media supuratif kronis merupakan salah
satu penyakit terbanyak di dunia terutama di negara berkembang.Keterlambatan
diagnosis dan penatalaksanaan berakibat munculnya komplikasi yang dapat
meningkatkan angka kematian. Komplikasi dapat terjadi karena adanya infeksi,
inflamasi, jaringan granulasi dan pembentukan kolesteatom yang terus menerus.
Komplikasi OMSK ini terdiri dari komplikasi intrakranial dan intratemporal
(ekstrakranial) (Djaafar, 2016).

Telinga terbagi atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga
dalam. Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Liang telinga berbentuk huruf S dengan pajang kira-kira 2,5-3 cm, bagian
sepertiga luar terdiri dari tulang rawan dan dua pertiga dalam terdiri atas tulang.
Liang telinga dinervusi oleh cabang dari nervus kranialis V, VII, IX dan X.9,10
Telinga tengah dimulai dari membran timpani, yang merupakan struktur utama dalam
penentuan diagnosis. Bagian atas adalah pars flaksida yang terdiri dari dua lapisan
sedangkan bagian bawah adalah pars tensa terdiri dari tiga lapisan. Atik merupakan
daerah yang terdapat pada pars flaksida dimana terdapat aditus ad antrum yang
merupakan penghubung antara telinga tengah dengan kavum mastoid (Ramdhani,
2016).

1
Otitis media supuratif kronis dibedakan atas dua yaitu OMSK tanpa kolesteatom
dan OMSK dengan kolesteatom. Otitis media supuratif kronis tanpa kolesteatom
disebut juga tipe aman. Pada tipe aman peradangan terjadi pada mukosa dan tidak
mengenai tulang. Perforasi membran timpani terletak di sentral. Tipe ini jarang
menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Otitis media supuratif kronis yang disertai
dengan kolesteatom disebut juga tipe bahaya. Berbagai faktor mempengaruhi
terjadinya komplikasi pada OMSK. Sangat penting sekali untuk mengetahui anatomi
dimana terjadinya infeksi, rute penyebaran dan karakteristik dari penyakit itu sendiri.
Patogenesis primer terjadinya komplikasi adalah interaksi antara mikroorganisme
penyebab dengan host. Host akan berespon dengan membentuk edema jaringan dan
jaringan granulasi. Saat infeksi di telinga tengah dan mastoid tidak teratasi, edema
mukosa terus berlangsung, eksudat meningkat, serta terjadi proliferasi kelenjer
mukus. Edema mukosa di tempat yang sempit antara mesotimpanum dengan
epitimpanum dan di dalam aditus antara epitimpanum dengan antrum mastoid
menghambat jalur aerasi normal dan mengurangi oksigenasi dan vaskularisasi. Pada
saat yang sama hambatan tersebut juga berlaku untuk antibiotik dan anti inflamasi
untuk mencapai sumber infeksi. Lingkungan seperti ini menjadi lingkungan yang
kondusif untuk pertumbuhan organisme anaerob dan proses destruksi tulang
(Ramdhani, 2016).

B. Web of Causation (WOC)


Terlampir

2
BAB II
LAPORAN KASUS KELOLAAN

A. Pengkajian
Tanggal Pengkajian/ Jam : 05 Agustus 2019/ 09.00 WIB
Ruang/RS : Rajawali 2B/RSUP Dr.Kariadi

A. BIODATA
1. Biodata Pasien
a) Nama : Tn. P
b) Umur : 65 Th
c) Alamat : Tugu Lor
d) Pendidikan : Tidak Sekolah
e) Pekerjaan : Petani
f) Tanggal masuk : 02 Agustus 2019
g) Diagnosa medis : OMSK
h) Nomor register : 10323380
2. Biodata Penanggung jawab
a) Nama : Ny. S
b) Umur : 62 Th
c) Alamat : Tugu Lor
d) Pendidikan : Tidak Sekolah
e) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
f) Hubungan dg klien : Istri

B. KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh keluar cairan telinga kanan

C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat kesehatan sekarang

3
Klien mengeluh keluar cairan telinga kanan sejak lebih kurang 2 bulan yang lalu.
Keluhan dirasakan semakin berat, keluhan keluar cairan berwarna kekuningan,
tidak berbau disertai penurunan pendengaran +/- telinga berdenging +/- pusing
berputar (+) nyeri (+)
P: memperberat proses penyakit
Q: nyeri terasa seperti tajam seperti ditusuk-tusuk
R: nyeri terasa pada telinga
S: nyeri dirasakan mengganggu pada skala 5
T: nyeri dirasakan hilang timbul
2. Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga tidak ada yang memiliki penyakit yang sama. Anggota
keluarga tidak pernah mengalami penyakit kronis seperti TBC, DM dan penyakit
jantung
Genogram

Keterangan :
Laki- laki : Meninggal

Pasien : Perempuan

Tinggal serumah

D. POLA FUNGSIONAL HENDERSON (14 kebutuhan dasar henderson).


1. Pola bernafas secara normal.
Klien tidak mengalami gangguan pada pola pernafasan, klien tidak mengeluhkan
sesak, klien bernafas secara normal.
2. Pola nutrisi.
a) Sebelum sakit

4
Pasien makan teratur 3 kali sehari porsi sedang dengan jenis makanan nasi
dilengkapi lauk pauk, serta sayur. Pasien minum air putih ±2 liter/hari. Klien
mengatakan tidak ada masalah dengan makan

b) Saat sakit
Klien mengatakan tidak nafsu makan setelah sakit, terasa mual tetapi tidak
muntah, makanan yang disediakan rumah sakit hanya habis setengah porsi.
A : Antropometri : TB/BB 60/49

B : Biochemical : Kadar Hb 11,2 g/dL dan Ht 34,4 %

C : Clinical Sign : Turgor kulit baik, tidak ada cyanosis

D : Diet Intake : Nasi, lauk pauk, sayur dan buah-buahan

3. Pola eliminasi
Sebelum ke Rumah Sakit Tn.P BAB 3 kali selama sehari, saat hari pengkajian
BAB sebanyak 1 kali perhari. Sebelum sakit Tn.P BAK 5-6 kali/hari, saat dikaji
Tn.P BAK 4 kali dalam sehari.
4. Pola bergerak dan mempertahankan posisi yang dikehendaki.
Sebelum sakit pasien dapat melakukan aktifitas sesuai yang diinginkan, setelah
sakit pasien banyak melakukan aktifitas ditempat tidurkarena merasa lelah
kecuali untuk BAB dan BAK klien berjalan ke toilet, dan oleh dokter dibatasi
dalam melakukan aktifitas.
5. Pola istirahat dan tidur.
a) Sebelum sakit
Sebelum sakit Tn.P tidur sehari 6-7 jam. Biasanya Tn.Ptidur pada pukul
22.00 dan bangun pada pukul 05.00 dengan kualitas tidur baik. Dan tidak
terdapat gangguan pada tidur
b) Selama sakit
Saat sakit klien mengatakan tidur yang kurang karena nyeri pada telinga
kanan akibat keluar cairan berwarna kekuningan, setelah masuk rumah sakit

5
klien juga tidak dapat istirahat karena susah tidur, klien mulai tidur sekitar
jam 00.00 dan bangun jam 05.00 dengan kualitas tidur tidak nyenyak dan
sering terbangun.

6. Pola memilih cara berpakaian


Sebelum sakit klien dapat mengganti pakaian sendiri, selama dirumah sakit klien
berpakaian dan melepas pakaian dibantu keluarga karena terpasang infus
7. Pola mempertahankan temperatur tubuh dalam rentang normal terpenuhi.
Sebelum sakit klien mengaku jarang mengalami panas demam. Saat sakit,
temperatur tubuh klien normal, berkisar antara 36ºC – 36,5ºC. Pasien
mengatakan jika dingin memakai jaket dan selimut. Jika panas klien hanya
memakai baju yang tipis dan menyerap keringat. Saat dikaji klien memakai baju
tipis.
8. Pola menjaga tubuh tetap bersih dan rapi tidak terpenuhi.
Klien mandi dengan di lap saja sehari 2 kali pagi dan sore dibantu oleh istri yang
menunggu.
9. Pola menghindari bahaya dari lingkungan terpenuhi.
Tn.P saat sakit langsung membeli obat di apotik sebagai pertolongan pertama
untuk nyeri nya tetapi tidak berhasil
10. Pola berkomunikasi dengan orang lain terpenuhi.
Untuk melakukan komunikasi dengan orang lain secara normal Tn.P berdialog
dengan klien lain yang berada di RS. Dengan dokter dan perawat pun beliau aktif
bertanya untuk mendapatkan informasi tentang penyakitnya.
11. Pola beribadah menurut keyakinan terpenuhi
Tn.P beragama islam. Tn.P tetap melakukan ibadahnya meski jarang karena
sedang sakit dengan dibantu keluarga.
12. Pola pemenuhan bekerja yang menjanjikan prestasi terganggu.

6
Sebelumsakit Tn.P dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Setelah sakit
Tn.P tidak bisa bekerja seperti biasa karena nyeri pada telinga kanan. Tn.P masih
tetap bisa melaksanakan aktifitas dengan sedikit bantuan dari keluarga ataupun
perawat.

13. Pola bermain dan berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi tidak terpenuhi.
Sebelum sakit beliau mengikuti acara pemuda dalam mempersiapkan 17 agustus
dan aktif bermasyarakat, Saat sakit beliau tidak bisa melakukan aktivitas yang
sama karena harus istirahat yang cukup.
14. Pola belajar, menggali atau memuaskan rasa keingintahuan yang mengacu pada
perkembangan dan kesehatan normal terlaksana.
Ny.S mencari informasi yang terkait dengan perkembangan penyakit beliau
dengan dokter dan perawat. Ny.S ingin segera sembuh agar bisa
beraktivitasseperti biasanya kembali dan berkumpul bersama keluarganya di
rumah.

E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Data Subyektif
Pasien mengeluhkan nyeri pada telinga kanan karena keluar cairan. Klien
mengeluhkan sulit tidur dan kurang istirahat yaitu ±5 jam/hari

2. Data Obyektif
a) Keadaan Umum : lemah
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tanda-tanda vital :
1) Tekanan Darah : 110/80 mmHg
2) Nadi : 88 kali/menit
3) Pernafasan : 20 kali/menit

7
4) Suhu : 36ºC
d) Pemeriksaan Head to Toe :
1) Kepala danrambut
I: Rambut hitam dan sudah beruban, pertumbuhanrambut merata, tidak
ada lesi
P: tidak ada benjolan pada kepala
2) Hidung
Bentuk hidung Simetris, tidak ada polip, tidak ada lendir yang keluar,
klien tidak terpasang oksigen
3) Telinga
I:mengalami nyeri pada telinga kanan karena keluarnya cairan
Fungsi:adanya gangguan pada pendengaran
4) Mata
I: Sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis,Pupilnormal berbentuk
bulat, reflek cahaya (+) langsung, mengikuti pergerakan benda dengan
baik
Fungsi: penglihatan baik
5) Mulut dan gigi
Mulut
I: bibir pucat dan kering, tidak ada stomatitis
Gigi
I: gigi rapi, agak kuning, tidak ada caries gigi
6) Leher dan tenggorokan
Leher
I: tidak ada stroma, tidak ada pembesaran vena jugularis
P: tidak ada nyeri tekan,trakea simetris, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid,
Tenggorokan
I: tidak ada pembesaran tonsil
7) Dada dan Thorax

8
Pemeriksaan paru
I: bentuk dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada
P: Vokal Vermitus lebih kuat kanan
P : Redup pada paru kiri
A : Vesikuler pada paru kanan, vesikuler melemah pada paru kiri
Pemeriksaan kardiak

Inspeksi : bentuk simetris, pergerakan dada simetris kiri dan


kanan, Ictus cordis tak tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba di IC V- VI sinistra

Perkusi : Terdengar suara pekak.

Auskultasi : Terdengar bunyi jantung I-II.

8) Abdomen
I: Simetris
A: Bising usus 32x/menit
P: Tidak ada nyeri tekan pada hepar dan ginjal. Nyeri tekan pada perut
bagian bawah
P: Tymphani
9) Ekstermitas, kuku, dan integument
I: Kuku pucat, turgor kulit baik, tangan kanan terpasang infus, tidak
terdapat peradangan di sekitar infus
10) Fungsi: kekuatan otot normal

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Tanggal 03 Agustus 2019
Hematologi
Hb : 11,2 g/ dL (13,00-16,00 g/dL)

9
Hematokrit : 34,4 % (40-54%)
Eritrosit : 3,88 juta (4,4-5,9 juta)
Leukosit : 7,5 ribu (3,8-10,6 ribu)
Trombosit : 282 ribu (150-400 ribu)
RDW : 13,5 % (11,60-14,80 %)
MCV : 88,7 iL (76-96 iL)
MCH : 28,9 pg (27-32 pg)
MCHC : 32,6 g/ dL (29-36 g/dL)
MPV : 9,1 mikro m3 (4-11 mikro m3)
Glukosa Sewaktu : 90 mg/dL (80-160 mg/dL)
GOT : 20 U/L (15-34 U/L)
GPT : 18 U/L (15-60 U/L)
Albumin : 4,2 g/dL (3,4-5,0 g/dL)
Ureum : 27 mg/dL (15-39 mg/dL)
Kreatinin : 0,9 mg/Dl (0,60-1,30 mg/dL)
Natrium : 136 mmol/L (136-145 mmol/L)
Kalium : 3,7 mmol/L (3,5-5,1 mmol/L)
Chlorida : 97 mmol/L (98-107 mmol/L)

G. PROGRAM TERAPI
Cefotoxim IV
Metilprecomsolor IV
Akilan tetes telinga topikot
Sufrotil
Hipofix paying
Inj. Ketorolaks
PCT
Infassed/aboced no. 8
Spuit 3cc / 5cc
Aquades

10
Elastic bandase 3 inci
Akilen tetes telinga
Sufratule
Hypafix
Infus setabocet
RL 20 tpm

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan timdakan pembedahan
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
penatalaksanaan OMA
3. Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan obstruksi, infeksi
telinga tengah

DAFTAR MASALAH
Tanggal/ Masalah
No Data Fokus Etiologi
Jam Keperawatan
1. 05 DS: klien mengeluhkan nyeri pada Invasi bakteri Nyeri
agustus telinga kanan
2019/ ADL dibantu keluarga Infeksi telinga
09.00 Klien mengatakan cemas dengan tengah
WIB kondisinya karena terdapat gangguan
pada pendengaran nya Proses
Klien mengatakan tidur tidak teratur Peradangan
karena merasakan nyeri
P: nyeri terasa berat Nyeri
Q: nyeri terasa tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa pada telinga kanan
S: nyeri dirasakan mengganggu pada

11
skala 5
T: nyeri hilang timbul

DO: klien tampak lemah dan gelisah


pada skala nyeri 6
TTV:
TD: 110/80 mmHg
Nadi: 88x/i
RR: 20 kali/menit
Suhu: 36ºC

2 05 DS: klien mengatakan tidak mengetahui Infeksi sekunder Kurang pengetahuan


agustus penyebab nyeri pada telinga kanan (ISPA)
2018/ Klien menanyakan tentang penyakitnya
10.00 DO: klien tampak gelisah Invasi bakteri
WIB TTV:
TD: 110/80 mmHg Otitis media
Nadi: 88x/i
RR: 20 kali/menit Kurangnya
Suhu: 36ºC informasi

Kurang
pengetahuan
3 05 DS: Keluarga mengatakan berbicara Otitis media Gangguan persepsi
Agustus harus keras sensori pendengaran
2018/ DO : Klien tampak lemah Trauma pada
11.00 TTV: telinga
WIB TD: 110/80 mmHg
Nadi: 88x/i Retraksi
RR: 20 kali/menit membran

12
Suhu : 36 C timpani

Hantaran
suara/udara
yang diterima
menurun

Gangguan
persepsi sensori
pendengaran

C. RENCANA KEPERAWATAN
Tanggal/ Diagnosa TTD
No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Jam Keperawatan perawat
05 1 Nyeri akut Setelah dilakukan Pain Management
agustus berhubungan tindakan keperawatan 3 1. Atur posisi semi fowler
2019/ dengan x 24 jam nyeri klien 2. Kaji respon verbal/non
09.00 tindakan berkurang atau hilang verbal lokasi, intensitas
WIB pembedahan dengan kriteria hasil : dan lamanya nyeri
- Klien melaporkan 3. Ajarkan teknik
nyeri relaksasi untuk
berkurang/hilang menghilangkan nyeri
- Tidak adanya 4. Kolaborasi pemberian
perilaku yang analgetik
menunjukkan 5. Berikan informasi
adanya nyeri mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri yang akan
dirasakan, dan

13
antisipasi dari
ketidaknyamanan
akibat prosedur
6. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
05 2 Kurang Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat
agustus pengetahuan tindakan keperawatan pengetahuan klien
2019/ b/d 2x24 jam klien 2. Berikan informasi
10.00 kurangnya mengetahui prosedur berkenaan dengan
informasi OMA dengan kriteria kebutuhan klien
tentang hasil: 3. Beri upaya penguatan
pelaksanaan - Pengetahuan klien pada klien
OMA tentang OMA 4. Gunakan bahasa yang
meningkat mudah dipahami
5. Pertahankan kontak
mata selama diskusi
05 3 Gangguan Setelah dilakukan 1. Ajarkan klien untuk
Agustus persepsi tindakan keperawatan menggunakan dan
2019/ sensori 3x24 jam merawat alat
11.00 pendengaran persepsi/sensori baik pendengaran yang
berhubungan dengan kriteria hasil: tepat
dengan - Klien akan 2. Instruksikan klien
obstruksi, mengalami untuk menggunakan
infeksi peningkatan teknik-teknik yang
telinga persepsi/sensori aman sehingga dapat
tengah pendengaran sampai mencegah terjadinya
pada tingkat ketulian lebih jauh
fungsional 3. Observasi tanda-tanda
awal kehilangan

14
pendengaran yang
lanjut
4. Instruksikan klien
untuk menghabiskan
seluruh antibiotic
yang diresepkan

D. TINDAKAN KEPERAWATAN
Kode
Tanggal/ TTD
Diagnosa Tindakan Keperawatan
Jam Perawat
Keperawatan
07 1 1. Mengatur posisi semi fowler
agustus 2. Mengkaji respon verbal/non verbal lokasi, intensitas dan
2019/ lamanya nyeri
21.00 3. Mengajarkan teknik relaksasi untuk menghilangkan
nyeri
4. Mengkolaborasikan pemberian analgetik
5. Memberikan informasi mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapalama nyeri yang akan dirasakan,
dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur
6. Mengajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
07 2 1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien
agustus 2. Memberikan informasi berkenaan dengan kebutuhan
2019 klien
22.00 3. Memberi upaya penguatan pada klien
4. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami
5. Mempertahankan kontak mata selama diskusi
08 3 1. Mengajarkan klien untuk menggunakan dan merawat
agustus alat pendengaran yang tepat

15
2019 2. Menginstruksikan klien untuk menggunakan teknik-
06.00 teknik yang aman sehingga dapat mencegah terjadinya
ketulian lebih jauh
3. Mengobservasi tanda-tanda awal kehilangan
pendengaran yang lanjut
4. Menginstruksikan klien untuk menghabiskan seluruh
antibiotic yang diresepkan

E. CATATAN PERKEMBANGAN
Kode
Tanggal/ TTD
Diagnosa Subjektif, Obyektif, Assasment, Planning SOAP
Jam Perawat
Keperawatan
08 1 S: klien mengatakan nyeri ditelinga kanan masih muncul
agustus tidak disertai dengan gelisah
2019 Klien mengatakan lebih rileks dengan Teknik nafas
06.00 dalam
P: saat
Q: nyeri terasa tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa pada telinga kanan
S: nyeri dirasakan mengganggu pada skala 5
T: nyeri sering hilang timbul yang dirasakan

O: klien tampak lemah


Skala nyeri 5
TTV: TD: 110/80 mmHg
Nadi: 88x/i
RR: 18 kali/menit
Suhu: 36ºC

16
A: Masalah Nyeri belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
- Gali pengetahuan dan kepercayaan klien mengenai
nyeri
- Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani
nyeri nya dengan tepat
08 2 S: klien mengetahui tentang penyakitnya
agustus O: klien tampak mulai mengerti penyebab nyeri pada
2019 telinga kanan nya
06.30 A: Masalah kurang pengetahuan belum teratasi
P: lanjutkan intervensi no 6,7 dan 8
08 3 S: keluarga mengatakan berbicara harus jelas dan keras
agustus O: klien tampak mulai sedikit dapat mendengar yang
2019 disampaikan perawat
07.00 A: Masalah gangguan persepsi sensori pendengaran belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi no 5,6 dan 7

17
BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisa Kasus

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) menurut WHO adalah adanya otorea
yang menetap atau rekuren selama lebih dari 2 minggu dengan perforasi membrane
timpani. Berdasarkan ICD-10, diagnosis OMSK ditegakkan jika terdapat perforasi
membrane timpani disertai pengeluaran sekret terjadi selama 6 minggu dimana secret
yang keluar dari telinga tengah ke telinga luar dapat berlangsung terus-menerus atau
hilang timbul. Menurut buku THT FKUI keenam, otitis media supuratif kronik
(OMSK) adalah infeksi kronis di telinga telinga membran timpani dan sekret yang
keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul yang berlangsung selama
2 minggu. Jadi, karena pasien menunjukkan manifestasi klinis otorea yaitu telinga
mengeluarkan cairan sejak 2 minggu lalu serta ditemukannya perforasi membran
timpani pada telinga kanan, maka pasien didiagnosis menderita Otitis Media
Supuratif Kronik (Soepardi, 2015).

Faktor resiko timbulnya OMSK adalah gangguan fungsi tuba eustachius akibat
infeksi hidung dan tenggorokan yang berlangusng kronik atau sering berulang,
obstruksi tuba, pembentukan jaringan ikat, penebalan mukosa, polip, adanya jaringan
granulasi timpanosklerosis. Klien Tn. P dengan diagnosamedis Otitis Media Supuratif
Kronik (OMSK) mengalami nyeri pada telinga kanan dikarenakan keluarnya cairan
berwarna kekuningan. Nyeri terjadi akibat trauma pada jaringan tubuh, iskemik
jaringan, spasme otot, informasi pembengkakan jaringan dan post operasi (setelah
pembedahan). Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) merupakan stadium dari
penyakit telinga tengah dimana terjadi peradangan kronis dari telinga tengah, mastoid
dan membrane timpani tidak perforasi (Djafaar, 2016).

18
Klien mengalami nyeri pada telinga kanan nya sejak lebih kurang 2 bulan yang
lalu sebelum masuk rumah sakit, keluhan dirasakan semakin berat, keluhan keluar
cairan berwarna kekuningan, tidak berbau disertai penurunan pendengaran +/- telinga
berdenging +/- pusing berputar (+) nyeri (+) namun klien tetap dapat melakukan
aktivitas seperti biasanya. Otitis media supuratif kronik sering diawali dengan infeksi
pada saluran nafas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga
tengah lewat saluran eustachius. Saat bakteri melalui saluran eustachius, mereka
dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di
sekitar saluran, tersumbatnya saluran dan datangnya sel-sel darah putih untuk
melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan
diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah
terkumpul di belakang gendang telinga (Soepardi, 2015).

B. Analisa Intervensi Keperawatan


Intervensi yang dapat diberikan pada Tn. P menurut NANDA NIC NOC, yakni
melakukan manajemen nyeri. Manajemen nyeri merupakan pengurangan atau reduksi
nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien. Aktivitas-
aktivitas yang dapat dilakukan dalam manajemen nyeri antara lain :
Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus.
Tujuan dilakukan pengkajian nyeri ini adalah untuk mengetahui dimana lokasi nyeri,
karakteristik nyeri tersebut, onset/durasi pada nyeri tersebut, frekuensi nyeri, kualitas
nyeri, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus nyeri tersebut. Aktivitas yang
dilakukan selanjutnya yaitu mengatur posisi semi fowler dengan tujuan agar
mengurangi nyeri yang dialami klien, selanjutnya yaitu dengan mengkaji respon
verbal/non verbal lokasi nyeri, intensitas dan lamanya nyeri. Tujuan nya yaitu untuk
mengetahui respon nyeri yang ditunjukkan klien. Aktivitas yang dilakukan
selanjutnya yaitu kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri klien dan
memudahkan perawatan untuk penyembuhan klien.

19
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendengaran sebagai salah satu indera, memegang peranan yang
sangat penting karena perkembangan bicara sebagai komponen utama
komunikasi pada manusia sangat tergantung pada fungsi pendengaran. OMSK
merupakan salah satu penyakit pada telinga yang dapat menyebabkan
kerusakan lebih lanjut pada berbagai organ lain apabila tidak ditangani sejak
dini secara cepat. Oleh karena itu kita diharapkan mampu untuk mengenali
penyakit tersebut agar dapat melakukan pencegahan serta melakukan
penatalaksanaan sedini dan seoptimal mungkin.

B. Saran
Menjaga pola hidup dan gaya hidup adalah hal terpenting untuk
menghindari penyakit OMSK. Pola makan yang sehat akan membentuk
antibody tubuh yang baik sehingga tidak mudah terserang penyakit.

20
DAFTAR PUSTAKA

Djaafar, Z.A. 2016. Kelainan Telinga Tengah. Dalam E.A. Soepardi dan N. Iskandar,
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga. Edisi V Cetakan IV. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI

Moorhead Sue, dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC), 5 th


Indonesian edition. Indonesia: Mocomedia

NANDA. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020, Edisi


11. Jakarta: EGC

NANDA, NIC & NOC. (2010). Pengantar Proses Keperawatan. EGC: Jakarta

Ramdhani AY. 2016. Faktor yang mempengaruhi kejadian mixed hearing loss pada
penderita otitis media supuratif kronik di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Universitas Diponegoro.

Soepardi, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Bedah. FKUI: Jakarta

21

Anda mungkin juga menyukai