Anda di halaman 1dari 22

EFEKTIVITAS PIJAT REFLEKSI KAKI TERHADAP

PENURUNAN TEKANAN DARAH LANSIA HIPERTENSI DI


RUMAH PELAYANAN LANSIA PUCANG GADING
SEMARANG

KARYA ILMIAH NERS (KIN)

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ners

Disusun Oleh:
Nur Muslimah
P1337420919009

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lanjut usia (lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih
yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit
melainkan suatu proses natural tubuh meliputi terjadinya perubahan
deoxyribonucleic acid (DNA), ketidaknormalan kromosom dan penurunan
fungsi organ dalam tubuh. Sekitar 65% dari lansia yang mengalami gangguan
kesehatan, hidup hanya ditemani oleh seseorang yang mengingatkan masalah
kesehatannya, dan 35% hidup sendiri. Secara individu, pengaruh proses
menua dapat menimbulkan berbagai macam masalah, baik secara fisik,
biologis, mental maupun masalah ekonomi (Nies & McEwen, 2016).
Komposisi penduduk di dunia saat ini menunjukkan kecenderungan
penduduk usia tua. Meningkatnya umur harapan hidup (UHH) dan
meningkatnya jumlah lansia saat ini merupakan salah satu dampak dari
kemajuan teknologi. UHH penduduk dunia secara global pada tahun 2015
adalah 68,1 tahun untuk pria dan 72,7 tahun untuk wanita. Peningkatan UHH
juga dialami Indonesia, ditandai dengan UHH 64,5 tahun (tahun 2015),
meningkat menjadi 69,43 tahun (tahun 2016), dan 69,65 tahun (tahun 2017).
Meningkatnya jumlah UHH juga berdampak pada bertambahnya jumlah
lansia di dunia (Kemenkes, 2017; WHO, 2017).
Lansia atau penduduk berusia diatas 60 tahun di dunia diprediksi akan
mencapai angka lebih dari satu miliar pada tahun 2020 (Ayranci & Ozdag,
2016). Jumlah lansia di Amerika juga akan meningkat hingga 24% pada
tahun 2050 (Friedman, Bowden, & Jones, 2018). Pertumbuhan penduduk
lansia di Indonesia mengalami pertumbuhan terbesar di Asia sejak tahun 1990
hingga tahun 2050. Pada tahun 2015 jumlah presentase lansia adalah 7,18%
dari seluruh populasi, meningkat pada tahun 2016 dengan presentase jumlah
lansia sebanyak 7,56%, dan menjadi 7,58% pada tahun 2017 (Kemenkes,
2017).
Peningkatan jumlah lansia di Indonesia perlu mendapat perhatian
mengingat agregat lansia termasuk kelompok/populasi beresiko (population
at risk). Populasi beresiko merupakan kelompok yang mempunyai
karakteristik tertentu yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Lansia
sebagai populasi beresiko mempunyai karakteristik biologis dan usia, sosial,
ekonomi, gaya hidup, dan kejadian hidup. Faktor biologis yang terjadi seiring
akibat proses menua atau bertambahnya usia berdampak pada perubahan
fungsi organ diantaranya jantung terjadi penebalan pada miokardial dan
pembuluh darah terjadi kekakuan. Peningkatan masalah kesehatan pada
lansia terjadi karena lansia mempunyai tingkat probabilitas yang tinggi
terhadap penyakit daripada kelompok lain, sehingga lansia termasuk juga
dalam kelompok rentan (vulnerable population) (Stanhope & Knollmueller,
2017).
Vulnerable population adalah kelompok yang mempunyai karakteristik
lebih memungkinkan menimbulkan berkembangnya masalah kesehatan, lebih
sulit mengakses pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan,
kemungkinan besar penghasilannya kurang atau masa hidupnya lebih singkat
akibat kondisi kesehatan (Maurer & Smith, 2015). Lansia sebagai kelompok
beresiko (population at risk) dan kelompok rentan (vulnerable population)
yang berjumlah banyak dan meningkat dari tahun ketahun tentu akan
menimbulkan berbagai masalah. Penyakit pada sistem kardiovaskuler
merupakan salah satu penyebab kematian pada lansia selain penyakit kanker.
Secara global penyakit kardiovaskuler menyebabkan 17 juta kematian
pertahun. Dari jumlah tersebut 9,4 juta diantaranya disebabkan oleh
komplikasi hipertensi (WHO, 2017).
Panti Jompo diartikan sebagai tempat merawat dan menampun lansia
dan perda No. 15 Tahun 2015, mengenai perubahan atas perda No. 15 Tahun
2016 tentang dinas daerah, maka Panti Sosial Tresna Werdha berganti nama
menjadi Balai Perlindungan Tresna Werdha yaitu tempat dimana
berkumpulnya orang-orang lanjut usia yang baik secara sukarela maupun
diserahkan oleh pihak keluarga yang diurus segala keperluannya. Dimana
beberapa tempat ini ada yang dikelola oleh pemerintah baik pihak swasta dan
ini sudah merupakan kewajiban negara untuk menjaga dan memelihara setiap
warga negaranya seperti yang tercantum dalam UU No. 12 Tahun 2015. Jadi
dapat disimpulkan panti jompo adalah sarana yang disediakan untuk manusia
lanjut usia sebagai tempat tinggal alternatif dengan kebutuhan khusus yang
memberikan pelayanan dan perawatan serta berbagai aktifitas yang dapat
dimanfaatkan manusia lanjut usia untuk mengatasi kemunduran fisik dan
mental secara bersama-sama dalam komunitas (Macus & Baner, 2016).
Berdasarkan Unit Rehabilitasi Sosial Mandiri Semarang ini adalah
prakarsa Gubernur Provinsi Jawa Tengah Bapak H. Soewardi, dengan nama
Panti Sosial Tresna Werdha Pucang Gading Semarang untuk membangun
panti lanjut usia (jompo terlantar) pada bulan Maret 1996, kemudian Panti
Sosial Tresna Werdha Pucang Gading Semarang ini diresmikan oleh mantan
Presiden RI, Bapak. H. M Soeharto pada tanggal 29 Mei 1996 dan sekaligus
pada tanggal tersebut dicanangkan sebagai hari lanjut usia nasional. Pada
Tanggal 2 Agustus 1996 Panti Sosial Tresna Werdha Pucang Gading
Semarang ini diserahkan kepada Dinas Sosial Propinsi Jawa Tengah.
Morbiditas dan mortalitas yang terjadi pada pasien hipertensi dapat
dicegah dengan intervensi yang mempertahankan tekanan darah di bawah
140/90 mmHg. Intervesi yang dilakukan salah satunya dengan tehnik
nonfarmakologis. Tehnik nonfarmakologis yaitu intervensi dengan selain
obat-obatan, dimana salah satunya yaitu dengan teknik relaksasi. Teknik
relaksasi dapat menurunkan denyut jantung dan tahanan perifer total dengan
cara menghambat respons stres saraf simpatis (Corwin, 2019).
Berkenaan dengan penatalaksanaan hipertensi di atas, terapi konservatif
dengan terapi komplementer merupakan pilihan yang bisa dipertimbangkan
untuk meminimalkan efek samping yang ditimbulkan dari terapi
farmakologis. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1109 tahun 2017 menyebutkan pengobatan komplementer merupakan
pengobatan meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan keamanan dan efektifitas tinggi salah
satu terapi kompelementer tersebut adalah terapi pijat refleksi (Wahyuni,
2016).
Pijat refleksi merupakan suatu metode memijat titik-titik tertentu pada
tangan dan kaki. Manfaat pijat refleksi untuk kesehatan sudah tidak perlu
diragukan lagi. Salah satu khasiatnya yang paling populer adalah untuk
mengurangi rasa sakit pada tubuh. Manfaat lainnya adalah mencegah
berbagai penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh, membantu mengatasi
stress, meringankan gejala migrain, membantu penyembuhan penyakit kronis,
dan mengurangi ketergantungan terhadap obat obatan. Teknik-teknik dasar
yang sering dipakai dalam pijat refleksi diantaranya: teknik merambatkan ibu
jari, memutar tangan dan kaki pada satu titik, serta teknik menekan dan
menahan. Rangsangan rangsangan berupa tekanan pada tangan dan kaki dapat
memancarkan gelombang gelombang relaksasi ke seluruh tubuh (Wahyuni,
2016). Hasil penelitian ini diperkuat oleh Nugroho (2018), menunjukkan
bahwa pijat refleksi kaki lebih efektif dibanding hipnoterapi dalam
menurunkan tekanan darah.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang tidak menular yang
menjadi masalah serius karena prevalensi penyakit ini terus meningkat.
Hipertensi sering tidak menunjukkan tanda dan gejala sehingga menjadi
pembunuh diam-diam (the silent killer of death) dan menjadi pencetus utama
timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal. Berdasarkan data WHO pada
tahun 2017 didapatkan bahwa penyakit kardiovaskuler merupakan pembunuh
nomor 1 di dunia untuk usia diatas 45 tahun dan diperkirakan 12 juta orang
meninggal tiap tahunnya. Secara global hipertensi diperkirakan menjadi
penyebab 7,5 juta kematian, sekitar 12,8% dari total seluruh kematian.
Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama pada penyakit jantung
koroner dan stroke iskemik serta hemoragik. Tingkat tekanan darah telah
terbukti positif dan terus berhubungan dengan risiko stroke dan penyakit
jantung koroner. Selain penyakit jantung koroner dan stroke, komplikasi
hipertensi termasuk gagal jantung, penyakit pembuluh darah perifer,
gangguan ginjal, perdarahan retina dan gangguan penglihatan (WHO, 2017).
Hipertensi pada lansia lebih penting untuk ditangani karena patogenesis,
perjalanan penyakit dan penatalaksanaannya. Pada lansia aspek diagnosis
hipertensi tidak hanya pada hipertensi dan komplikasinya, akan tetapi
berbagai penyakit penyerta yang juga diderita oleh lansia tersebut juga perlu
mendapatkan perhatian karena berhubungan erat dengan penatalaksanaan
secara keseluruhan. Gangguan kardiovaskuler yang terjadi akibat perubahan
menua antara lain hipertrofi ventrikel sinistra, sel pacemaker berkurang, dan
pembuluh darah mengalami kekakuan, vena menjadi lebih tebal, kehilangan
elastisitas, dan lebih berdilatasi, gangguan barorefleks, perubahan mekanisme
konduksi jantung, peningkatan tahanan perifer diperkuat juga oleh adanya
faktor resiko yakni obesitas, merokok, diet tinggi lemak, dan kurangnya
aktivitas fisik (Miller (2018).
Dari hasil penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh Mohammadpour,
Dehnoalian, Mojtabavi (2016) menunjukkan efek positif dari pijat refleksi
untuk mengurangi tekanan darah pada pasien stroke secara signifikan setelah
kelompok eksperimen menerima pijat refleksi kaki selama 30 menit. Hal ini
sejalan dengan penelitian Nugroho (2018) yang menunjukkan bahwa pijat
refleksi kaki lebih efektif menurunkan tekanan darah dibandingkan
hipnoterapi. Park & Cho (2017) membuktikan bahwa pijat refleksi kaki
adalah intervensi keperawatan yang efektif untuk menurunkan tekanan
sistolik dan trigliserida dan untuk meningkatkan kepuasan hidup tetapi tidak
menurunkan kolesterol darah.
Penerapan pijat refleksi kaki dalam keperawatan dapat digunakan untuk
membantu proses pemulihan pada klien hipertensi, tidak hanya pada klien
yang menjalani perawatan di tempat pelayanan kesehatan seperti di
Puskesmas atau rumah sakit, tetapi juga dapat dilakukan di rumah maupun di
panti. Rumah Pelayanan Sosial Lansia Pucang Gading Semarang yang
merupakan salah satu panti jompo di Semarang yang menampung para lansia
untuk mendapatkan perawatan dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-
hari baik secara bio-psiko-sosial dan spiritual. Rumah Pelayanan Sosial
Lansia Pucang Gading Semarang dihuni 115 lansia.
Lansia yang memiliki masalah hipertensi dengan jumlah 25 orang di
Rumah Pelayanan Sosial Lansia Pucang Gading Semarang telah ditangani
dengan upaya farmakologis dan nonfarmakologis. Intervensi farmakologis
yang telah dilakukan adalah pemberian obat anti hipertensi, analgetik, dan
vitamin-vitamin, sedangkan intervensi nonfarmakologis yang telah dilakukan
adalah senam lansia, dan diit rendah garam. Berdasarkan studi pendahuluan
yang dilakukan pada tanggal 04 dan 05 Maret 2020 dengan wawancara
kepada petugas panti dan beberapa lansia yang menderita hipertensi,
didapatkan bahwa lansia sering lupa dalam mengkonsumsi obat anti
hipertensi, lansia juga jarang mengikuti senam dengan alasan enggan
meninggalkan kamar, serta lansia juga tidak menyukai diit rendah garam yang
disediakan oleh petugas panti karena rasanya yang hambar. Upaya
penanggulangan hipertensi dengan terapi komplementer khususnya terapi
pijat refleksi kaki pada lansia di Rumah Pelayanan Sosial Lansia Pucang
Gading Semarang belum pernah dilakukan.
Berdasarkan pengamatan penulis dan analisis jurnal selama praktik klinik
stase Keperawatan Gerontik di Rumah Pelayanan Lansia Pucang Gading
Semarang, maka penulis tertarik untuk mengaplikasikan hasil riset tentang
pijat refleksi kaki terhadap penurunan tekanan darah lansia hipertensi, dalam
pengelolaan kasus yang dituangkan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah Akhir
Ners dengan judul “Efektivitas Pijat Refleksi Kaki Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Lansia Hipertensi di Rumah Pelayanan Lansia Pucang
Gading Semarang.”

1.2 Kontek dan Perbedaan


1.2.1. Analisis Kontek
Analisis konteks dalam penelitian ini adalah berdasarkan pengamatan
yang ada di Rumah Pelayanan Lansia Pucang Gading Semarang bahwa pada
terapi pijat refleksi kaki ini tidak memerlukan sumber daya alam yang cukup
dan serta alat yang memadai karena pijat refleksi kaki ini dilakukan dengan
metode manual dengan cara menekan titik-titik syaraf yang ada di kaki
dengan tangan tanpa alat maupun listrik.
1.2.2. Analisis Perbedaan

Menurut Mohammadpour, Dehnoalian, Mojtabavi (2016) menunjukkan


efek positif dari pijat refleksi untuk mengurangi tekanan darah pada pasien
stroke secara signifikan setelah kelompok eksperimen menerima pijat refleksi
kaki selama 30 menit. Hal ini sejalan dengan penelitian Nugroho (2018) yang
menunjukkan bahwa pijat refleksi kaki lebih efektif menurunkan tekanan
darah dibandingkan hipnoterapi. Park & Cho (2017) membuktikan bahwa
pijat refleksi kaki adalah intervensi keperawatan yang efektif untuk
menurunkan tekanan sistolik dan trigliserida dan untuk meningkatkan
kepuasan hidup tetapi tidak menurunkan kolesterol darah.

1.3. Analisa Masalah


Penulis selanjutnya menganalisis masalah dari tingkat individu, tim,
organisasi dan diakhiri dengan hasil dari keseluruhan penilaian analisis.
1.3.1. Tingkat Individu
Masalah utama yang muncul adalah lansia yang mengalami hipertensi
didapatkan bahwa beberapa lansia sering lupa dalam mengkonsumsi obat anti
hipertensi, lansia juga jarang mengikuti senam dengan alasan enggan
meninggalkan kamar, serta lansia juga tidak menyukai diit rendah garam yang
disediakan oleh petugas panti karena rasanya yang hambar. Tindakan
pencegahan penting dilakukan guna yang mempertahankan tekanan darah di
terapi pijat refleksi kaki. Salah satu intervensi keperawatan adalah dengan
terapi komplementer khususnya yaitu pijat refleksi kaki.

1.3.2. Tingkat Tim


Pencegahan terhadap hipertensi pada lansia dengan pemberian pijat
refleksi kaki diharapkan dapat mempertahankan tekanan darah sehingga tidak
memunculkan masalah baru bagi perawat yang nantinya akan menambah
beban kerja perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan.
1.3.3. Tingkat Organisasi
Pemberian pijatr efleksi kaki ini tentu saja memberikan efek yang baik
disamping tidak memerlukan sumber daya alam yang cukup dan serta alat
yang memadai sehingga meminimalisir untuk pengeluaran biaya yang besar
jika klien hipertensi

1.3.4. Kebutuhan Penilaian

Tabel 1.1 Hasil Penilaian

Hasil Observasi Hasil Yang Diharapkan


1.Pasien dengan hipertensi yang dapat 1.Perawat dapat membantu
menurunkan angka harapan hidup mencegah/meminimalisir terjadinya
penderita hipertensi selama di Rumah Pelayanan
Lansia Pucang Gading Semarang
2.Pencegahan hipertensi dengan 2.Pencegahan hipertensi dengan
pemberian terapi pijat refleksi kaki pemberian terapi pijat refleksi kaki
Apa yang dibutuhkan?
Menerapkan pemberian terapi pijat refleksi kaki

1.4. Sasaran

Sasaran dalam karya tulis ini ditentukan berdasarkan jumlah lansia yang
ada serta disertai oleh kriteria inklusi yang dibuat penulis, adalah sebagai
berikut:
a. Lansia yang mengalami hipertensi
1.5. Definisi Masalah
Tindakan dalam mencegah terjadinya hipertensi pada lansia yaitu dengan
memberikan salah satu intervensi berupa pemberian pijat refleksi kaki untuk
mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg pada lansia. Pijat
refleksi merupakan suatu metode memijat titik-titik tertentu pada tangan dan
kaki. Manfaat pijat refleksi untuk kesehatan sudah tidak perlu diragukan lagi.
Salah satu khasiatnya yang paling populer adalah untuk mengurangi rasa sakit
pada tubuh. Pijat refleksi kaki lebih efektif dibanding hipnoterapi dalam
menurunkan tekanan darah (Nugroho, 2018)
1.6. Pertanyaan
Peneliti menggunakan PICOT dalam pencarian artikel meliputi
P (problem) : Terjadi penurunan angka harapan hidup pada lansia
yang mengalami hipertensi sehingga mengganggu
kesehatan lansia dan mengakibatkan masalah serius
yang terjadi pada lansia tersebut
I (intervention) : Implementasi pemberian pijat refleksi kaki terhadap
penurunan tekanan darah lansia hipertensi
C (comparation) :-
O (outcome) : Hasil yang diharapkan adalah terjadi penurunan
tekanan darah setelah dilakukan pijat refleksi kaki
pada lansia hipertensi di Rumah Pelayanan Lansia
Pucang Gading Semarang.
T (time) : Waktu pelaksanaan dilakukan setiap 3 hari sekali
dalam 2 minggu dilakukan selama 30 menit

1.7. Tujuan (Goal)


Tujuan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah yaitu untuk menurunkan
tekanan darah pada lansia hipertensi di Rumah Pelayanan Lansia Pucang
Gading Semarang dalam menerapkan “Efektivitas Pijat Refleksi Kaki
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Lansia Hipertensi di Rumah
Pelayanan Lansia Pucang Gading Semarang”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Metode

Pencarian artikel telah dilakukan secara komperehensif menggunakan


database jurnal PubMed dalam rentang waktu 5 tahun terakhir. Kata kunci
yang digunakan yaitu pijat refleksi kaki, hipertensi dan lansia. Data yang
diperoleh disajikan dengan tabel yang meliputi judul, penulis, tahun,
metodologi, hasil dan rekomendasi yang kemudian di analisis oleh peneliti.
Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah artikel yang dipublikasikan dalam
rentang 5 tahun terakhir, tipe artikel clinical trial, journal article, randomized
controlled trial, human, best match, full text. Kriteria eksklusinya adalah
artikel/jurnal yang hanya membahas tentang penurunan tekanan darah.
Langkah dalam memilih artikel yang digunakan sebagai bahan kajian pustaka
adalah:

Artikel sort by best match


PubMed :9
Awal penyaringan berdasar kriteria
article type
Dihilangkan: -

Pubmed : 9
artikel yang telah tersaring
Penyaringan lanjutan berdasar full text
Dihilangkan: 2

Pubmed : 7
Artikel yang disaring
Penyaringan lanjutan berdasar 5 tahun
terakhir
Dihilangkan: 1

Pubmed : 6
Artikel yang disaring
Penyaringan lanjutan berdasar human
Dihilangkan: 1

Pubmed : 5
Artikel yang disaring

Gambar 2.1 Pemilihan Jurnal Berdasarkan Kriteria Inklusi Dan Eksklusi.


2.2 Hasil Review Jurnal/Artikel

Tabel 2.1 Analisis Jurnal

No Judul dan Peneliti Tahun Metode Hasil Dan Rekomendasi


1. Effects of Massage on 2016 Metode: Pencarian dilakukan pada Hasil: Sembilan uji coba terkontrol acak
Blood Pressure in catatan basis data elektronik hingga 31 memenuhi kriteria inklusi kami. Hasil
Patients With Oktober 2013, berdasarkan pada judul penelitian ini menunjukkan bahwa pijatan
Hypertension and atau kata kunci subjek medis berikut: berkontribusi terhadap peningkatan
Prehypertension hipertensi, pijat, chiropractic, manipulasi, tekanan darah sistolik (SBP) yang
(I-Chen Liao, et all) dan tekanan darah. Kualitas metodologi signifikan (perbedaan rata-rata, j7.39 mm
uji coba terkontrol secara acak dinilai Hg) dan tekanan darah diastolik (DBP)
berdasarkan alat kolaborasi (perbedaan rata-rata, j5.04 mm Hg)
Cochrane. Sebuah meta-analisis dibandingkan dengan kontrol perawatan
dilakukan untuk mengevaluasi efeknya pada pasien dengan hipertensi dan
pijat pada hipertensi. Seleksi studi, prehipertensi. Ukuran efek (Hedges g)
ekstraksi data, dan validasi dilakukan untuk SBP dan DBP adalah j0.728
secara independen oleh 2 pengulas. (interval kepercayaan 95%, j1.182 hingga
Percobaan terkontrol acak asli j0.274; P = .002) dan j0.334 (interval
dimasukkan dalam ini ulasan kepercayaan 95%, j0.560 hingga j0.107; P
berdasarkan kriteria berikut: (1) peserta = .004), masing-masing. Kesimpulan:
penelitian yang melibatkan pasien Perbedaan signifikan antara kontrol dan
dengan hipertensi atau kejang jantung masal kelompok terapi bijak dalam SBP
Ketegangan dimasukkan, tanpa batasan dan DBP diidentifikasi, dengan terapi pijat
pada peserta usia, jenis kelamin, atau terbukti mengurangi kedua parame-
kebangsaan; (2) intervensi Penelitian di ters. Terapi pijat adalah nonfarmakologis
mana terapi pijat digunakan sebagai sederhana metode pengurangan stres yang
intervensi, menggunakan tampaknya berdampak positif tekanan
baik tangan atau perangkat mekanis; (3) darah. Ulasan terapi pijat ini untuk hiper-
perbandingan studi yang melibatkan Ketegangan memberikan pedoman
intervensi kontrol spesifik termasuk penting untuk penelitian masa depan.
(yaitu, penggunaan plasebo, tidak ada
pengobatan, standar perawatan, atau
perawatan aktif apa pun yang tidak
terkait dengan terapi pijat); dan (4)
outcome studi dimasukkan mana yang
utama hasil yang menarik melibatkan
tekanan darah sistolik (SBP) dan tekanan
darah diastolik (DBP). 

2. Massage Therapy: 2015 Tujuan utama dari penelitian ini ada Hasil: Analisis tematik dari 27 artikel
Understanding the dua. (1) Untuk meringkas saat ini yang memenuhi syarat mengungkapkan
Mechanisms of Action pengetahuan tentang mekanisme aksi MT enam mekanisme utama
on Blood Pressure. A pada BP. (2) Untuk menyoroti Tindakan: (1) mediasi keseimbangan
Scoping Review kesenjangan penelitian dan tantangan sympathovagal (2) mengurangi denyut
yang harus diatasi oleh peneliti untuk jantung (3) peningkatan O2 saturasi (4)
(Nicole L. Nelson, et lebih menjelaskan bagaimana MT peningkatan aliran darah (5) penurunan
all.) melemahkan tekanan darah. viskositas darah (6) perubahan pada HPA-
Metode dalam penelitian ini adalah aktivitas poros dan (7) perubahan pusat
untuk memeriksa bukti mengenai subjektif dan objektif.
mekanisme aksi terapi pijat pada tekanan Kesimpulan: Teori saat ini menunjukkan
darah. bahwa MT memberikan efek simpatolitik
Kriteria inklusi dan eksklusi dalam mekanisme fisiologis dan psikologis,
penelitian ini yaitu abstrak dan referensi meningkatkan hipotalamus-hipofisis-
yang diambil disaring untuk adrenocortical (HPA) axis berfungsi, dan
mengidentifikasi dokumen-dokumen itu meningkatkan aliran darah, yang, pada
melaporkan efek MT pada potensi jalur gilirannya, mungkin meningkatkan fungsi
modulasi BP. Semua desain penelitian endotel. Diperlukan studi di masa depan,
adalah termasuk (misalnya, tinjauan menggunakan penelitian yang lebih teliti
sistematis, uji coba terkontrol secara acak, secara ilmiah metodologi, untuk
studi kuantitatif, studi kualitatif atau sepenuhnya menjelaskan mekanisme aksi
metode campuran). Artikel dikecualikan MT.
jika tidak tunduk pada rekan tinjau dan jika
bukan dalam bahasa Inggris. Dari 625
abstrak asli dan referensi, 27 dianggap
relevan untuk ulasan ini
3. Impact of classic 2015 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Hasil: Selama sepuluh hari berturut-turut,
massage on blood menilai dampak masal klasik bijak pada darah nilai-nilai pasti pada wanita yang
pressure in patients with perubahan dalam nilai-nilai tekanan diperiksa menurun dengan pengecualian
clinically diagnosed darah yakin pada wanita dengan hiper- tekanan darah diastolik yakni diukur 5
hypertension diagnosis sebelumnya ketegangan. menit setelah pijat.
(Robert Walaszek) Metode penelitian ini melibatkan Berdasarkan studi dan literatur subjek,
sekelompok wanita berusia 60-68 tahun, bahwa pijatan klasik memiliki pengaruh
yang sebelumnya telah didiagnosis positif pada tingkat tekanan darah. Perlu
hipertensi. Sepuluh sesi klasik pijat dicatat di sini, Namun, bahwa studi ini dan
tungkai bawah dilakukan pada mata beberapa yang lain berdasarkan
pelajaran. Sesi pijat dilakukan setiap hari sekelompok kecil pasien karena
selama sepuluh hari berturut- keterbatasan waktu menjumlahkan sifat
turut. Sepanjang pengobatan, tekanan penelitian. Untuk menggambar lebih
darah subyek adalah pasti menggunakan banyak kesimpulan yang kredibel, studi
manometer dengan TRO stetoskop - tentang sifat ini seharusnya berdasarkan
CARDIO KIT 2 MONO. Tekanan darah kelompok yang lebih besar.
mereka diambil 1 menit sebelum pijatan, Kesimpulannya: pijat klasik bisa menjadi
serta 1 menit dan 5 menit setelah setiap dukungan yang aman. ukuran Portive
sesi. Penelitian berlangsung antara tween dalam pengobatan farmakologis
Maret dan Juni 2013 di Szpital hipertensi. Ketegangan, karena tidak ada
Specjalistyc-zny im. Jędrzeja penurunan kesehatan yang diamati pada
Śniadeckiego (Jędrzej Śniadecki Rumah semua wanita yang diperiksa.
Sakit Spesialis) di Nowy Sącz, di
Department Penyakit Internal. Kriteria
yang menentukan untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini adalah keputusan
kepala bangsal rumah sakit departemen
yang merawat para wanita.

4. The Effect of Foot 2018 Penelitian ini bertujuan untuk Penelitian Untuk menyelidiki efek refleksi kaki pada
Reflexology Massage on ini bertujuan untuk menguji efek pijat kualitas tidur, perbedaan skor kualitas
the Sleep Quality of refleksi kaki pada kualitas tidur wanita tidur di kedua kelompok dan kontrol
Elderly Women With lansia dengan RLS. setelah intervensi dibandingkan dengan
Restless Leg Syndrom Desain penelitian ini adalah uji klinis perbedaan yang dilaporkan sebelum
(Amine Abbasi semu eksperimental. Metode: Ini adalah intervensi dengan menggunakan t
Fakhravari, et all.) uji klinis non-acak dengan kelompok Independent. Hasil menunjukkan bahwa
kontrol (eksperimen semu desain) perbedaan antara dua kelompok adalah
dilakukan pada 67 wanita lansia dengan Secara signifikan signifikan (P <0,001)
RLS resident di panti jompo yang dan setelah intervensi. Hasil udy ini
terletak di Fars Provinsi Iran. Sampel mengungkapkan bahwa refleksi kaki
dipilih menggunakan metode memiliki berpengaruh signifikan terhadap
convenience sampling. Dengan kualitas tidur wanita dengan RLS dan
melemparkan koin, beberapa manula meningkatkan kualitas tidur mereka. Efek
dipilih dan dialokasikan dalam kelompok ini bisa dijelaskan oleh efek refleksologi
kontrol dan kelompok. Pijat refleksi kaki pada saraf sistem bahwa dengan
Intervensi terdiri dari delapan sesi 20 mentransfer stimulasi sensorik ke otak
menit (10 menit untuk setiap kaki) dapat meningkatkan sekresi
selama 4 minggu. Indeks Kualitas Tidur dopamin. Karena RLS adalah disebabkan
(PSQI) dan daftar nama demografis oleh sekresi dopamin di urbance.
digunakan untuk mengumpulkan data refleksologi kaki dapat meningkatkan
yang diberikan sebelum dan sesudah gejala toms RLS dengan mengatur sekresi
intervensi. Data yang dikumpulkan dopamin. Karena beratnya gejala dalam
dianalisis dalam SPSS V. 16 sindrom ini secara langsung berkaitan
menggunakan deskriptif ati ati st ics dan dengan kualitas tidur, dapat disimpulkan
st ati st ics seperti Independent t te st, bahwa refleksi kaki, dengan mengurangi
berpasangan t te st, Fisher tepat te st, dan gejala sindrom ini telah meningkatkan
Chi-kuadrat st pada tingkat signifikansi P kualitas tidur orang tua yang belajar di
<0,05. Kriteria inklusi adalah sebagai masa sekarang.
berikut: Tidur gangguan selama lebih
dari satu tahun (skor total 6 atau lebih
berdasarkan indeks kualitas tidur
Pittsburgh); pelaporan gejala RLS selama
lebih dari satu tahun menurut
tua; memiliki keparahan RLS di atas 11
berdasarkan inter skala kaki nasional
kembali; Tidak punya waktu untuk
mengambil pijat refleksi kaki untuk
pengobatan RLS atau gangguan tidur;
Kurangnya gangguan kognitif,
kecanduan dan gangguan mental

5. The Effect of Reflexology 2018 Tujuan: Konstipasi adalah masalah Hasil: Ditetapkan bahwa refleksologi
on Constipation in the kesehatan yang biasa terlihat pada meningkatkan frekuensi buang air besar
Elderly lansia. Dalam penelitian ini, kami dan jumlah tinja, dan mengurangi
meneliti efek refleksologi pada kekerasan feses, mengejan saat buang air
(Kivan Cevik, et all) konstipasi pada lansia. besar, dan perasaan tidak sepenuhnya
Metode: Sampel penelitian terdiri dari 25 dievakuasi setelah buang air besar.
lansia yang tinggal di panti jompo di Kesimpulan: Sehubungan dengan temuan
provinsi Nanggroe Aceh Darussalam penelitian ini, disarankan agar pijat
Manisa, Turki. Untuk memilih sampel, refleksi dapat membantu dalam
dokter institusi pertama kali meredakannya sembelit pada orang tua.
dikonsultasikan, dan orang tua dengan refleksiologi meningkatkan jumlah
sembelit diidentifikasi. Penelitian sampel evakuasi dan jumlah tinja, dan
kemudian dipilih dari antara kelompok mengurangi kekerasan tinja, sementara
ini, dan mereka yang memiliki diagnosis tegang buang air besar dan perasaan tidak
pasti sembelit sesuai dengan kriteria memiliki benar-benar dievakuasi setelah
ROMA III, dan yang setuju untuk buang air besar. Memiliki telah dilaporkan
mengambil bagian dalam penelitian ini, bahwa penggunaan jangka panjang obat
adalah dipilih sebagai sampel pencahar dapat memiliki efek samping
penelitian. Individu diterima dalam yang serius seperti cairan
penelitian jika mereka berusia 65 tahun ketidakseimbangan elektrolit, kram,
dan berakhir, tidak memiliki demensia, kembung, dehidrasi, iritasi dubur,
mampu melakukannya berkomunikasi inkontinensia fekal dan sinkop buang air
dan bekerja sama, tidak memiliki lesi, besar (Howard, West & Ossip Klein
infeksi, dll. Formulir identifikasi 2017). Mengambil semua risiko ini
kasus; Formulir Kriteria Diagnosis Pertimbangan, dianggap bahwa
Konstipasi Fungsional Roma III; itu refleksiologi, yang merupakan teknik non-
Bristol Stool Scale, terdiri dari The invasif dan yang telah tidak ada efek
Recall Bias dan Visual Scale samping, adalah aplikasi yang bisa efektif
Analog; dan Sembelit Harian Standar dalam meredakan sembelit dan
Formulir Pemantauan dikembangkan meningkatkan kualitas hidup. 
oleh Pamuk et al. digunakan untuk
mengumpulkan data. Selama
pengumpulan data, refleksiologi
dilakukan diterapkan dua kali seminggu
untuk jangka waktu 25 hari, total delapan
kali. Efek refleksologi pada sembelit
diukur dengan membandingkan rata-rata
skor yang diperoleh sebelum, selama dan
setelah penerapannya. Kriteria adalah
bentuk kriteria diagnosis yang
dikembangkan untuk mendiagnosis
sembelit, dengan pertanyaan pada
karakteristik buang air besar pasien. Itu
Kehadiran setidaknya dua kriteria ini
menunjukkan adanya sembelit.
2.3. Kesimpulan

Pada semua artikel/jurnal menunjukkan adanya pengaruh pemberian


terapi pijat refleksi kaki terhadap penurunan tekanan darah lansia hipertensi
untuk meningkatkan angka harapan hidup pada lansia dibuktikan dengan hasil
penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan tekanan
darah pada lansia hipertensi setelah dilakukan terapi pijat refleksi kaki dalam
3 hari sekali dalam 2 minggu yang dilakukan selama 30 menit. Hasil
penelitian ini diperkuat oleh Nugroho (2018) yang menunjukkan bahwa pijat
refleksi kaki lebih efektif disbanding hipnoterapi dalam menurunkan tekanan
darah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Rezki, Hasneli dan Hasanah (2019)
tentang pengaruh pijat refleksi kaki terhadap tekanan darah pada penderita
hipertensi primer yang dilakukan pada kedua kelompok tekanan darah sistolik
dan diastolik dihitung dengan menggunakan alat spygnomanometer digital.
Penelitian dilakukan pada jam yang sama, dimana peneliti telah menentukan
rentang waktu pengambilan data untuk setiap responden yaitu darijam 15.00-
17.00 WIB menunjukkan pijat refleksi dapat menurunkan tekanan darah.
DAFTAR PUSTAKA

Amine Abbasi Fakhravari, et all. (2016). The Effect of Foot Reflexology Massage on
the Sleep Quality of Elderly Women With Restless Leg Syndrom.
http://ajcc.aacnjournals.org/cgi/external_ref?link_typesper missiondirect.
(accesed 13 Oktober 2015).

Ayranci & Ozdag. (2016). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi 4. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI

Corwin. (2019). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jilid 2. Jakrta: Trans Info Media

Friedman, Browdan & Jones. (2018). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.
Jakarta: Salemba Medika

I-Chan Liao, Et All. (2016). Effects of Massage on Blood Pressure in Patients With
Hypertension and Prehypertension. http://www.depkes.go.id/resources/
download/general/hasil%20Riskesdas%202013.pdf (accesed 7 September 2015).
Kivan Cevik, et all. (2018). The Effect of Reflexology on Constipation in the Elderly.
https://doi.org/10.1371/jour nal.pone.0122238. (accesed 13 September 2019).
Kemenkes, World Health Organization (WHO). (2017). Riset kesehatan dasar tahun
2016: Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementerian kesehatan
RI. http://www.depkes.go.id/resources/download/general/hasil%20Riskesdas
%202013.pdf. (accesed 13 Oktober 2015).

Macus & Baner. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakrta: EGC

Maurer & Smith. (2015). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jilid 3. Jakrta: Trans Info
Media

Muhammadpour, Dehnoalian, Murtabari. (2016). Buku Ajar Keperawatan Gerontik.


Jakarta: EGC

Nicole L. Nelson, et all. (2015). Massage Therapy: Understanding the Mechanisms


of Action on Blood Pressure. A Scoping Review.
http://ajcc.aacnjournals.org/cgi/external_ref?link_typesper missiondirect.
(accesed 13 Oktober 2015).
Nies & Mc Ewen. (2016). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jilid 3. Jakarta: EGC
Nugroho. (2018). Efektivitas Pijat Refleksi Kaki dan Hipnoterapi Terhadap
Penurunan Kesehatan Keperawatan, http://www.
Academia.edu/8373947/Jstikesmuhgo-gdl-irmawandi365-2-hal 57-3 Diakses 13
April 2016

Park & Cho. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan Hematodologi. Jakarta: Salemba Medika

Rezki, Hasneli & Hasanah. (2019). Hipertensi dan Faktor Resikonya dalam Kajian
Epidemiologi Makassar: Bagian Epidemiologi FKM UNHAS

Robert Walaszek. (2015). Impact of classic massage on blood pressure in patients


with clinically diagnosed hypertension.
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/hasil%20Riskesdas
%202013.pdf. (accesed 13 Oktober 2015).

Stanhope & Knollmeller. (2017). Patofiologi: buku saku Edisi 3. Jakarta: EGC

Wahyuni. (2016). Pijat Refleksi Untuk Kesehatan. Jakarta Timur: Dunia Sehat

Anda mungkin juga menyukai