SISTEM IMUN
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Namun apa hendak dikata, sistem imun bisa “ngadat”. Apa yang terjadi jika sistem
imun tidak berfungsi secara efektif? Sistem imun gagal menjalankan tugasnya
memproteksi tubuh dari infeksi-infeksi. Bahkan bisa terjadi sistem imun berbalik
menyerang tubuh sendiri memunculkan berbagai alergi dan penyakit autoimun.
Setiap saat tubuh kita dikelilingi oleh berbagai bahan organik dan anorganik yang
dapat masuk kedalam tubuh dan menimbulkan berbagai penyakit dan kerusakan jaringan.
Selain itu, sel tubuh yang menjadi tua dan sel yang bermutasi menjadi ganas, merupakan
bahan yang tidak diingini dan perlu disingkirkan dari dalam tubuh. Itu sebabnya
seseorang harus mempunyai sistem imun yang baik untuk melindungi tubuh dan
mempertahankan keutuhan tubuh terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan oleh berbagai
bahan dalam lingkungan hidup maupun oleh tubuh itu sendiri. Berbagai cara diusahakan
orang untuk meningkatkan sistem imunnya, diantaranya dengan mengkonsumsi berbagai
vitamin dan suplemen kesehatan.
Proses pengenalan antigen dilakukan oleh unsur utama sistem imun yaitu
limfosit, baru kemudian melibatkan berbagai jenis sel sistem imun. Limfosit dapat dipacu
menjadi aktif oleh antigen atau mitogen. Kemampuan sistem imun untuk melaksanakan
fungsi protektif secara optimal antara lain bergantung juga pada kecepatan sel limfosit
spesifik berproliferasi.
PEMBAHASAN
Sistem imun adalah suatu sistem mekanisme yang melindungi tubuh dari
infeksi dengan cara mengidentifikasi dan membunuh patogen yang memasuki
tubuh. Sistem imun adalah suatu sistem interaktif berdasarkan kerja sama antara
tiga komponen yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu sel, senyawa, dan
jaringan yang ada di seluruh tubuh. Jika salah satu komponen ini berpapasan atau
bersentuhan dengan substansi ‘asing’ seperti bakteri, virus, atau debu/benang sari
bunga, maka muncullah reaksi terhadap ‘serangan’ benda asing tersebut dalam
bentuk pemusnahan atau pengusiran. Benda atau substansi kimia yang
mencetuskan reaksi sitem imun disebut antigen.
Sel-sel yang paling penting dalam komponen sel adalah limfosit, darah putih;
sedangkan komponen senyawa kimia dalam sistem imun adalah sitokin, antibodi;
dan komponen jaringan misalnya kalenjar limfe. Ketiga komponen tersebut adalah
ujung tombak sistem imun bertindak melucuti, menghancurkan, dan
mengeliminasi antigen yang merugikan, seperti bakteri, virus, sel-sel tumor dan
lainnya. Berikut bagan komponen-komponen sistem imun:
2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Imun
Sistem imun terdiri dari 2 bagian, yaitu sistem spesifik dan non spesifik. Berikut
tabel perbedaannya:
B. Pertahanan biokimia
Kebanyakan mikroba tidak dapat menembus kulit yang sehat, nemun
beberapa dapat masuk tubuh melalui kelenjar sebaseus dan folikel rambut.
pH asam keringat dan sekresi sebaseus, berbagai asam lemak yang dilepas
kulit mempunyai efek denaturasi terhadap protein membran sel sehingga
dapat mencegah infeksi yang dapat terjadi melalui kulit. Lisozim dalam
keringat, ludah, air mata, dan air susu ibu, melindungi tubuh dari berbagai
kuman positif-Gram oleh karena dapat menghancurkan lapisan
peptidoglikan dinding bakteri. Air susu ibu juga mengandung
laktooksidase dan asam neuraminik yang mempunyai sifat antibakterial
terhadap E.coli dan stafilokok. Saliva mengandung enzim seperti
laktooksidase yang merusak dinding sel mikroba dan menimbulkan
kebocoran sitoplasma dan juga mengandung antibodi serta komplemen
yang dapat berfungsi sebagai opsonin dalam lisis sel mikroba.
Asam hidroklorida dalam lambung, enzim proteolitik, antibodi dan
empedu dalam usus halus membantu menciptakan lingkungan yang dapat
mencegah infeksi banyak mikroba. Ph yang rendah dalam vagina, spermin
dalam semen, dan jaringan lain dapat mencegah tumbuhnya bakteri
positif-Gram. Pembilasan oleh urine dapat menyingkirkan kuman patogen.
Laktoferin dan transferin dalam serum mengikat besi yang merupakan
matebolit esensial untuk hidup beberapa jenis mikroba seperti
pseudomonas.
Bahan yang disekresimukosa saluran napas (enzim dan antibodi) dan
telinga berperan dalam pertahanan tubuh secara biokimiawi. Mukus yang
kental melindungi sel epitel mukosa dapat menangkap bakteri dan bahan
lainnya yang selanjutnya dikeluarkan oleh gerakan silia. Asap rokok,
alkohol dapat merusak mekanisme tersebut sehingga memudahkan
terjadinya infeksi oportunistik.
Udara yang kita hirup, kulit dan saluran cerna mengandung banyak
mikroba, biasanya berupa bakteri dan virus, kadang jamur atau parasit.
Sekresi kulit yang bakterisida, asam lambung, mukus dan silia di saluran
nafas membantu menurunkan jumlah mikroba yang masuk tubuh, sedang
epitel yang sehat biasanya dapat mencegah mikroba masuk ke dalam
tubuh. Dalam darah dan sekresi tubuh, enzim lisosom memusnahkan
banyak bakteri dengan merusak dinding selnya. IgA juga merupakan
pertahanan permukaan mukosa, memusnahkan banyak bakteri dengan
merusak dinding selnya. Flora normal (biologis) terbentuk bila bakteri non
patogenik menempati permukaan epitel. Flora tersebut dapat melindungi
tubuh melalui kompetisi dengan patogen untuk makan dan tempat
menempel pada epitel serta produksi bahan antimikrobiol. Penggunaan
antibiotika dapat mematikan flora normal sehingga bakteri patogenik
dapat menimbulkan penyakit.
Berikut Mekanisme Imunitas Non Spesifik terhadap bakteri pada
tingkat sawar fisik seperti kulit/permukaan mukosa:
C. Pertahanan Humoral
Sistem imun non spesifik menggunakan berbagai molekul larut.
Molekul larut tertentu diproduksi di tempat infeksi atau cidera dan
berfungsi lokal. Molekul tersebut antara lain adalah peptida
antimikroba seperti defensin, katelisidin dan IFN dan efek antiviral.
Faktor larut lainnya diproduksi di tempat yang lebih jauh dan
dikerahkan ke jaringan sasaran melalui sirkulasi seperti komplemen
dan PFA.
1) Komplemen
Berbagai bahan dalam sirkulasi seperti lektin, interveron, CRP,
dan komplemen berperan dalam pertahanan humoral. Serum
normal dapat memusnahkan dan menghancurkan beberapa bakteri
negative- gram atas kerjasama antara antibodi dan komplemen
yang ditemukan dalam serum normal. Komplemen rusak pada
pemanasan 56°c selama 30 menit.
Komplemen terdiri atas sejumlah sel protein yang bila
diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi dan
berperan dalam respon inflamasi. Komponen dengan spektrum
aktivitas yang luas diproduksi oleh hepatosit dan monosit yang
dapat diaktifkan secara langsung oleh mikroba atau produknya
(jalur alternative,klasik dan lektin). Komplemen berperan sebagai
oksonin yang meningkatkan fagositosis, sebagai faktor
kemotaktik dan juga menimbulkan destruksi/lisis bakteri dan
parasit.
Antibodi diinduksi oleh infeksi sub-klinis (antara lain flora
normal) dan komponen dalam diit yang imunogenik. Antibodi
dengan bantuan komplemen dapat menghancurkan membran
lapisan LPS dinding sel. Bila lapisan LPS menjadi lemah, lisozim,
mukopeptida dalam serum dapat masuk menembus membran
bakteri dan menghancurkan lapisan mukopeptida. MAC dari
sistem komplemen dapat membentuk lubang-lubang kecil dalam
sel membran bakteri sehingga bahan sitoplasma yang
mengandung bahan-bahan vital keluar sel dan menimbulkan
kematian mikroba.
2) Protein fase akut
Selama fase akut infeksi, terjadi perubahan pada kadar beberapa
protein dalam serum yang disebut APP. Yang akhir merupakan
bahan antimikrobial dalam serum yang meningkat dengan cepat
setelah sistem imun nonspesifik diaktifkan. Protein yang
meningkat atau menurun selama fase akut disebut juga APRP
yang berperan dalam pertahanan diri.
APRP diinduksi oleh sinyal yang berasal dari tempat cedera atau
infeksi melalui darah.hati merupakan tempat sintesis APRP.
Sitokin TNF-α, IL-1, IL-6 merupakan sitokin proinflamasi dan
berperan dalam induksi APRP.
C-Reactive Protein
CRP yang merupakan salah satu PFA, termasuk golongan
protein yang kadarnya dalam darah meningkat pada
infeksi akut sebagai respons imunitas nonspesifik. Sebagai
opsonin, CRP mengikat berbagai mikroorganisme, protein
C pneumokok yang membentuk kompleks dan
mengaktifkan komplemen jalur klasik. Pengukuran CRP
digunakan untuk menilai aktivitas penyakit inflamasi. CRP
dapat meningkat 100x atau lebih dan berperan pada
imunitas nonspesifik yang dengan bantuan Ca++ dapat
mengikat berbagai molekul antara lain fosforilkolin yang
wditemukan pada permukaan bakteri/jamur. Sintesis CPR
yang meningkat meninggikan viskositas plasma dan laju
endap darah. Adanya CRP yang tetap tinggi menunjukkan
infeksi yang persisten.
Lektin
Lektin/kolektin merupakan molekul larut dalam plasma
yang dapat mengikat manan/manosa dalam polisakarida,
(karena disebut MBL ) yang merupakan permukaan
banyak bakteri seperti galur pneumokok dan banyak
mikroba, tetapi tidak pada sel vertebrata. Lektin berperan
sebagai opsonin,mengaktifkan komplemen. SAP mengikat
lipopolisakarida dinding bakteri dinding bakteri dan
berfungsi sebagai reseptor untuk fagosit.
Protein fase akut lain
Protein fase akut lain adalah α1-anti-tripsin, amiloid serum
A, haptoglobin, C9, faktor B dan fibrinogen yang juga
berperan pada peningkatan laju endap darah akibat infeksi,
namun dibentuk jauh lebih lambat dibanding dengan CRP.
Secara keseluruhan, respons fase akut memberikan efek
yang menguntungkan melalui peningkatan
resistenipejamu, mengurangi cedera jaringan dan
meningkatkan resolusi dan perbaikan cedera inflamasi.
D. Pertahanan Seluler
Fagosit, sel NK, sel mast dan eosinofil berperan dalam sistem
imun dan spesifik selular. Sel-sel sistem imun tersebut dapat
sirkulasi atau jaringan. Suatu sel yang dapat ditemukan dalam
sirkulasi adalah neutrofil, eosinofil, basofil, manosit, sel T, sel B,
sel NK, sel darah merah dan trombosit. Sel-sel tersebut dapat
mengenal produk mikroba esensial yang diperlukan untuk hidup
nya. Contoh sel-sel dalam jaringan adalah eosinofil, sel mask,
makrofag, sel T, sel plasma dan sel NK.
Respon Th CTL
Sel B
limfosit
Antibodi Makrofag CTLmemusnahkan
mencegah yang sel dan
Mekanisme diaktifkan menyingkirkan
infeksi dan
efektor dan memusnahkan sumber infeksi
menyingkirkan
fungsi mikroba yang
mikroba
ekstraselular dimakan
(cari penjelasan respon imun tu apa aja, ini respon inflamasi tukekmana, tu ada
respon apa aja lagi)
-trus kalau antibodi antigen belum dijelaskan, ya jelaskan?????
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA