URIN
1. Penentuan Berat jenis Urin
Alat dan Bahan
Urin normal 24 jam
Gelas Ukur
Urinometer
Cara kerja
Isi gelas ukur dengan urin 25-50 ml, masukkan urinometer , letakkan sedemikian
rupa urinometer sehingga tidak menyentu dinsing gela ukur dan catat berat jenis
urin pada urinometer.
Cara menera urinometer
1. Pada suhu 150 serajat celcius BJ = 1,000
2. Pada larutan sukrosa 1,28% maka BJ = 1,005
3. Pada larutan sukrosa 2,56% maka BJ = 1,010
4. Pada larutan sukrosa 5,70% maka BJ = 1,020
5. Pada larutan sukrosa 7,54% maka BJ = 1,030
Hasil
Biru/hijau keruh - -
Tabung
Bahan Pereaksi
1 2 3
Enzim Protease 1 mL 0.5 mL 0.25 mL
Air - 0.5 mL 0.75 mL
Dimasukkan kedalam penangas air (termasuk tabung berisi susu)
Susu 5 mL 5 mL 5 mL
Catat waktu yang diperlukan untuk penggumpalan
Tabung
Bahan Pereaksi
1 2 3
Susu 5 mL 4 mL 3 mL
Air - 1 mL 2 mL
Dimasukkan kedalam penangas air (termasuk tabung berisi enzim protease)
Enzim Protease 1 mL 1 mL 1 mL
Catat waktu yang diperlukan untuk penggumpalan
f. Kesimpulan:
Substrat yang berlebihan menyebabkan ikatan enzim dengan substrat menjadi
jenuh. Hal ini ditandai dengan banyaknya terbentuk gumpalan yang banyak
pada tabung 1 yang diberi susu 5 ml dengan 1 ml enzim protease.
III. Pengaruh pH dan Aktivator terhadap Kerja Enzim
a. Tujuan : untuk mengidentifikasi pengaruh pH dan activator terhadap kerja
enzim
b. Dasar : Air liur mempunyai pH antara 5.6 – 7.6, biasanya mendekati 6.8. pada
saat makan, pH air liur akan meningkat, dan akan turun kembali setelah makan.
Salah satu enzim yang penting dalam air liur adalah amylase (ptyalin). Amylase
dalam air liur dapat menghidrolisis amilum menjadi dekstrin dan maltose. Bila
larutan amilum ditetesi yodium, maka secara berurutan akan terjadi perubahan
warna dari biru tua yang khas untuk mailum hingga menjadi tidak berwarna
sesuai dengan perubahan yang terjadi pada hidrolisis amilum.
Tabung
Bahan Pereaksi
1 2 3
Larutan NaCl 1% 1 mL - -
Larutan HCl 1N - 1 mL -
Akuades - - 1 mL
Larutan amilum
3 mL 3 mL 3 mL
1%
Larutan yodium 1 tetes 1 tetes 1 tetes
Air liur 1 mL 1 mL 1 mL
Campur dengan baik
e. Hasil
Tabung 1
Warna awal= ungu muda
Perubahan warna= biru muda, waktu= 3 detik
Warna akhir= bening, waktu= 11 detik
Tabung 2
Tabung 3
f. Kesimpulan
pH asam menyebabkan enzim pada air liur tidak bekerja, ion Cl- meningkatkan
kerja enzim amylase.
C. Batu Traktus Urinarius
No Nama Gambar Ciri-ciri
. Batu
1 Batu Permukaan halus,
Asam bewarna kuning
Urat sampai kecokelatan.
2 Uji Batu
fosfat (+) Batu
mengandung
fosfat karena
hasil
menunjukkan
warna putih.
3 Batu
Oksalat (+) Batu
mengandung
oksalat karena
hasil
menunjukkan
warna kuning.
D.METABOLISME KARBOHIDRAT
Larutan Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4
Suspensi Ragi 8 ml - 7,5 ml Tidak
dikerjakan
Suspensi Ragi - 8 ml - Tidak
yang Telah dikerjakan
Dididihkan
Larutan Fluoride - - 0,5 ml Tidak
dikerjakan
Larutan Arsenit - - - Tidak
dikerjakan
Larutan Glukosa 2 ml 2 ml 2 ml Tidak
0,1% dikerjakan
Hasilnya akan didapatkan seperti ini :
1 2 3
1
3 2
Setelah itu, dibuatlah suatu campuran dengan menggunakan supernatan dari ketiga campuran
yang sudah disentrifugasi dengan rincian sebagai berikut.
Kesimpulan:
Setelah di inkubasi selama 10 menit warna campuran menjadi merah muda (maaf tidak
ada foto) dan serapan di ukur menggunakan spektrofometer, Hasil kadar glukosa
adalah sebagai berikut:
Uji 1: kadar glukosa sedikit dikarnakan ragi yang digunakan adalah ragi hidup. Sehingga
metabolism karbohidrat tetap berlangsung.
Uji 2: kadar glukosa tinngi dikarnakan ragi yang digunakan adalah ragi yang telah didihkan
(ragi mati) sehingga metabolism karbohidrat tidak berlangsung.
Uji 3: kadar glukosa sedikit dikarnakan ada inhibito fluoride yang menghambat metabolism
karbohidrat.
E. METABOLISME LIPID
1. REAKSI SALKOWSKI
Kesimpulan :
Kolesterol termasuk sterol
jenuh karena terbentuk
reaksi warna akibat adanya
reaksi dehidrasi dan oksidasi
oleh H2SO4 pekat.
Kesimpulan :
Larutan lipid merupakan larutan
sterol karena adanya perubahan
warna secara cepat yang terjadi
dari bening – biru muda – biru tua
– biru kehijauan.
3. UJI DAYA LARUT LIPID
Kesimpulan :
Daya larut
Air – H2SO4 encer – flcohol dingin – alcohol panas – bensin – kloroform – eter
--------------------------------------------------------------------------------
(Semakin ke kanan semakin larut)
F. METABOLISME PROTEIN
PROTEIN DENATURASI
Penambahan
1
Zat 2 4 5
(Blangko)
Protein 1% - 2 2 2
Aquades 2
Pemanas 10
37 37 50 60
menit
Sentrifugasi 5000 rpm 2 menit. Ambil supernatan (bagian atas)
Biuret I (tetes) 5 5 5 5
Biuret II (tetes) 5 5 5 5
Campur dengan baik. Diamkan 3 menit untuk melarutkan Cu2O, kemudian baca
absorbansinya pada 550 nm
Serapan pada
0,238 0,532 0,437 0,377
550 nm (A)
Kesimpulan:
Peningkatan suhu di atas suhu optimum dapat mendenaturasi protein. Semakin tinggi
suhu, semakin banyak protein yang terdenaturasi (semakin banyak ikatan peptida
terputus), dan semakin kecil nilai absorbansinya.
Tabung 5 5
TABUNG Tabung 4 4
TABUNG Tabung 2 2
TABUNG TABUNG
Tabung 1 1
0.5
0.4
0.3
Serapan (A)
0.2
0.1
0
20 30 40 50 60
Kesimpulan:
Penambahan enzim peptidase meningkatkan proses hidrolisis protein. Semakin banyak
enzim yang ditambahkan maka semakin sedikit protein residu.
Grafik 1: Hubungan enzim peptidase dengan kaadar protein residu
0.95%
0.90%
0.85%
kadar protein residu
0.80%
0.75%
0.70%
0.5 1 1.5 2
0.435
0.43
0.425
serapan
0.42
0.415
0.41
0 0.25 0.5 0.75 1
G. OKSIDASI BIOLOGI
1. Uji Schardinger
a. Hasil
Setelah pemanasan susu segar warnanya menjadi biru gelap(lebih biru) sama seperti
susu pasteurisasi(steril) karena enzim telah terdenaturasi juga sehingga biru metilen ter-
reoksidasi.
b. Kesimpulan
Dalam susu segar terdapat enzim aldehid dehydrogenase
2. Uji Peroksidase
a. Hasil
tabung 1 dipanaskan (warna lebih terang)
tabung 2 tidak dipanaskan (warna lebih gelap)
b. Kesimpulan
Enzim peroksidase terdapat dalam susu segar(ditambah
enzim)
Catatan:
Foto dan hasil percobaan yang dipakai berdarkan hasil kelompok lima, jadi mohon maaf bila ada
perbedaan dengan masing-masing kelompok.
+Pereaksi +Pengocok
Stokes an
b) Pembahasan
Sel darah merah tersusun atas hemoglobin yang juga memberi warna dari sel darah merah itu
sendiri. Di dalam hemoglobin terdapat Fe2+ atau ferro. Ferro akan mengalami oksidasi saat kontak
dengan udara yang mengandung oksigen mengahsilkan oksihemoglobin yang warnanya adalah
merah terang.
Hb + O2 (di paru oksigen diikat) HbO2 (Oksihemoglobin) Hb + O2 (di jaringan oksigen dilepas)
Larutan berisi oksihemoglobin lalu dicampur dengan pereaksi stokes yang mengandung FeSO4,
dimana ferro pada pereaksi stokes lebih mudah teroksidasi dibandingkan dengan hemoglobin,
sehingga oksigen lepas dari ferro hemoglobin dan mengoksidasi pereaksi stokes. Hemoglobin yang
kehilangan oksigen menjadi deoksihemoglobin dan menghasilkan warna yang lebih tua dibanding
yang berikatan dengan oksigen.
Deoksihemoglobin akan menstabilkan dirinya dengan berikatan dengan karbon dioksida. Ikatan
antara hemoglobin dan karbon deoksida lebih kuat diabandingan dengan oksigen. Sehingga, afinitas
hemoglobin terhadap oksigen menurun, sehingga jumlah oksigen yang diikat juga ikut menurun.
Itulah mengapa tabung yang sudah mengalami reduksi memiliki warna merah tua (lebih muda
sedikit dibandingkan tabung sebelumnya).
c) Kesimpulan
Hemoglobin dapat dioksidasi oleh oksigen membentuk oksihemoglobin yang dapat tereduksi
membentuk deoksihemoglobin yang berikatan dengan karbondioksida sehingga lebih sulit mengikat
oksigen kembali.
1. NaCl 0,9%
2. Kloroform
3. Eter
4. Aseton
5. Toluene
6. Alkohol
b) Pembahasan
Pelarut organik dapat melarutkan membran sel dari sel darah merah larut, sehingga isi sel dan
hemoglobin keluar ke cairan sekitarnya (hemolisis). Hemolisis ini terjadi karena membran sel
mengandung lipid yang larut pelarut organik.
Hemoglobin merupakan zat pewarna dari eritrosit, sehingga saat sel lisis dan hemoglobin keluar
masuk ke plasma, warna plasma berubah menjadi merah. Hal ini terlihat dari perbandingan hasil
percobaan setelah larutan didiamkan. Larutan yang mengalami lisis akan memiliki warna merah
bening entah itu hanya dilapisan permukaan atau keseluruhan. Jika hanya dilapisan permukan
artinya terjadi lisis sebagian dan warna keruh dibagian bawah merupakan eritrosit yang mengendap
membentuk warna merah keruh. Warna plasma bening dipermukaan saja menunjukkan tidak terjadi
hemolisis.
Berdasarkan daya lisisnya mulai dari yang terkuat dapat disusun menjadi :
Hasil ini didapatkan dari kemampuan pelarut organik untuk melarutkan lipid. Dimana larutan
non-polar lebih mudah untuk melarutkan lipid dibandingkan pelarut polar.
c) Kesimpulan
Pelarut organik dapat melarutkan membran sel yang terbuat dari lipid bilayer terutama pelarut
organik non-polar sehingga warna dari larutan dapat berubah.
C. Hemolisis Sel Darah Merah
a) Hasil
b) Pembahasan
Hemolisis berarti keluarnya isi sel darah merah termasuk eristrosit ke cairan sekitarnya. Sel
darah merah isotonis pada larutan NaCl 0,9% sehingga pada larutan tersebut tidak terjadi
perpindahan air (osmosis) baik dari ataupun ke sel. Sel akan mengalami pembengkakan bila laruta
berada di bawah kadar 0,9% (Tabung 1–7), dimana lisis mulai terjadi pada konsentrasi 0,48%
(~0,5%). Lisis sempurna terjadi pada konsentrasi 0,33%. Pada keadaan hipertonis (melebihi 0,9%) sel
akan kehilangan plasmanya karena osmosis ke cairan sekitarnya sehingga sel mengkerut (crenated)
Jadi berdasarkan teori, percobaan seharusnya tabung 1-2 mengalami hemolisis sempurna
ditandai dengan warna merah bening pada cairan karena hemoglobin yang mewarnai eritrosit keluar
dari sel dan masuk ke larutan NaCl. Pada tabung 3, seharusnya hemolisis sebagian, namun terjadi
kesalahan pada hasil percobaan di atas. Tabung 4 mengalami hemolisis sebagian karena lisis mulai
dari konsentrasi NaCl 0,48 (~0,5%).
Tabung 5 sampai 7 tidak mengalami hemolisis karena walaupun hipotonis belum mencapai
ambang batas ketahanan membran sel, sehingga sel hanya membengkak. Pada tabung 8 itu isotonis.
Tabung 9 dan 10, sel mengalami krenasi karena larutan hipertonis.
Pertanyaan
1. Peristiwa faal apa yang ditiru pada percobaan uji oksi Hb dan deoksi Hb?
Jawab:
Peristiwa faal yang dapat ditiru pada percobaan itu adalah faal respirasi, yaitu pembentukan
oksi Hb (hb mengikat O2) di alveolus dan pembentukan deoksiHb (hb yang melepas O2) di
jaringan akibat jaringan yang memerlukan O2 dan CO2 di jaringan di angkut kembali ke paru-
paru.
Hb + O2 HbO2 Hb + O2
Paru-paru darah jaringan
Hemoglobin memiliki kemampuan berikatan longgar dan reversible dengan oksigen . Oksigen
berikatan secara longgar dengan salah satu ikatan disebut ikatan koordinassi atom besi yang
sifatnya sangat reversible , karna ikatan ini oksigen dilepaskan kedalam cairan jaringan dalam
bentuk molekul bukan dalam bentuk ion.
3. Suspensi darah ditambah beberapa tetes K3Fe(CN)6 dikocok kuat dan berdasarkan warna
terbentuk apakah HbO2 dapat terbentuk kembali? Jelaskan!!
Jawab :
Tidak, karna K3Fe(CN)6, ferricianida adalah agen oksidasi Fe, yang akan mengubah/ mengoksidasi
Fe2+ (ferro) di dalam oxyhemoglobin menjadi Fe3+ (ferri) ,sehingga terbentuklah methemoglobin
bukan HbO2.
Reaksi:
HbO2 (Fe2+) + Fe3+ (dari ferrisianida) metHb (Fe3+ )+ O2 + Fe2+
Selain itu kandungan CN- (Sianida) dapat menstabilkan metHb dengan berikatan dengan
ferri. Sehingga oksiHb tidak dapat dibentuk kembali. Warna yang dihasilkan akan berbeda
karena pengikatan Hb yang merupakan pewarna dari sel darah merah zat lain.
4. Apa yang dimasud dengan hemolisis?
Jawab:
Hemolisis adalah peristiwa masuknya cairan dari lingkungan hipotonik (ektrasel) ke dalam sel
darah merah, akibatnya sel darah merah membengkak dan kemudian terjadi lisis (pecahnya
membrane sel darah merah) dan akan mengakibatkan Hb dari sel darah merah larut dalam
cairan ektrasel yang hipotonis tersebut.
Penghitungan:
(𝐴3−𝐴𝑏𝑙𝑎𝑛𝑔𝑘𝑜)
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑇𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 3 = x 100 mg/dL
(𝐴𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟−𝐴𝑏𝑙𝑎𝑛𝑔𝑘𝑜)
(0,334−0,179)
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑇𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 3 = x 100 mg/dL
(0,353−0,179)
(0,184−0,179)
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑇𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 4 = x 100 mg/dL
(0,353−0,179)
Kadar Tabung 4 = 2,8mg/dL
Pembahasan:
Kadar Gula darah sewaktu (tabung 3) normalnya 110 mg/dL sedangkan gula darah puasa
(tabung 4) normalnya 80—100 mg/dL. Pada percobaan diatas, hasil yang didapatkan di tabung
4 sangat jauh dari kadar normal dan kemungkinan yang terjadi adalah kesalahan serum darah.
Kesimpulan:
Gula darah sewaktu akan lebih tinggi kadarnya jika dibandingkan dengan gula darah puasa,
karena kadar glukosa darah pada saat puasa rendah akibat banyak glukosa yang dikonversikan
menjadi glikogen dan disimpan di otot/hati.
2. Penetapan Kadar Protein
Sebelum sentrifugasi
Sesudah sentrifugasi
B1 B2 B3 B4
Diberi Biuret
B1 B2 B3 B4
Penghitungan:
(𝐴3−𝐴𝑏𝑙𝑎𝑛𝑔𝑘𝑜)
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑇𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 3 = x 1%
(𝐴𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟−𝐴𝑏𝑙𝑎𝑛𝑔𝑘𝑜)
(0,646−0,480)
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑇𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 3 = x 1%
(0,534−0,480)
(0,617−0,480)
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑇𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 4 = x 1%
(0,534−0,480)
Dari hasil percobaan, kadar protein pada tabung 3 dengan 2 mL protein adalah 3,07%.
Sedangkan kadar protein pada tabung 4 dengan 1,5 mL protein dan 0,5 mL aquades adalah
2,53%. Memang seharusnya kadar protein pada tabung 3 lebih tinggi daripada tabung 4 karena
tidak adanya pengenceran pada tabung 3. Tetapi kadar protein normal seharusnya 4%-7%.
Kesimpulan:
Kadar protein pada tabung 3 lebih tinggi karena tidak adanya pengenceran seperti halnya
tabung 4.
J. PRAKTIKUM EMPEDU
3. UJI PETTENKOFER
Pembahasan :
Indicator
universal
Kesimpulan:
UJI BIURET
Untuk mengidentifikasi ikatan peptide (kandugan protein) pada air liur
Kesimpulan:
Endapan
Merah
Kesimpulan:
Cincin Ungu
Asam Sulfat
Pekat
UJI PRESIPITASI ( Air Liur + Asam Asetat )
Larutan
menjadi
lebih keruh
Terdapat
endapan putih
Didapati larutan menjadi lebih keruh dari sebelumnya kemudian timbul granul-
granul (bintik) berwarna putih yang melayang serta sedikit endapan terdapat di
dasar tabung reaksi. Membuktikan bahwa air liur positif mengandung asam
amino tirosin yang diendapkan oleh asam asetat.
UJI SULFAT ( Air Liur + HCl encer + BaCl2 )
Larutan
menjadi
lebih keruh Tidak terdapat
endapan
Larutan menjadi lebih keruh dari sebelumnya dan tidak didapati endapan.
Membuktikan bahwa air liur positif mengandung ion Sulfat yang diendapkan oleh
Barium.
*) Larutan memang tidak didapati endapan namun kekeruhan dari suatu larutan
merupakan permulaan bahwa larutan tersebut telah jenuh.
Syarat : Konstanta larutan (Qc) lebih dari konstanta kelarutan Ksp, maka larutan
akan mengendap. (Qc > Ksp)
UJI FOSFAT
Hasil Percobaan
Kesimpulan: