Anda di halaman 1dari 28

BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Sindrom Koroner Akut dan ST Elevasi


1. Pengertian Sindrom Koroner Akut
Sindrom koroner akut adalah suatu kumpulan gejala klinis
iskemia miokard yang terjadi akibat kurangnya aliran darah ke
miokardium berupa nyeri dada, perubahan segmen ST pada
Electrocardiogram (EKG), dan perubahan biomarker jantung (Kumar &
Cannon, 2009).
Sindrom koroner akut (SKA) merupakan kegawatan jantung
yang terjadi karena adanya ruptur atau erosi dari plak aterosklerosis
yang memiliki gambaran berupa angina pektoris tidak stabil (unstable
angina pectoris/UAP), infark miokardium akut (IMA) baik dengan
peningkatan segmen ST (ST segmen elevation myocardial infarction/
STEMI) maupun tanpa peningkatan segmen ST (non ST segmen
elevation myocardial infarction/NSTEMI). (repository.usu.ac.id)
Sindroma Koroner Akut (SKA) adalah suatu terminologi yang
digunakan untuk menggambarkan kumpulan proses penyakit yang
meliputi angina pektoris tidak stabil (APTS), infark miokard gelombang
non-Q atau infark miokard tanpa elevasi segmen ST (Non-ST elevation
myocardial infarction/ NSTEMI), dan infark miokard gelombang Q atau
infark miokard dengan elevasi segmen ST (ST elevation myocardial
infarction/ STEMI). (repository.usu.ac.id)
Sindrom koroner akut adalah kondisi di mana aliran darah
menuju ke jantung berkurang secara tiba-tiba. Nyeri dada seperti
tertindih benda berat merupakan bentuk gejala paling umum dari kondisi
ini. Arteri koroner (pembuluh darah jantung) memasok darah yang kaya
akan oksigen ke otot jantung. Jika arteri ini menyempit atau tersumbat
akan menganggu fungsi jantung yang bisa
menyebabkan angina atau serangan jantung.

2. Pengertian ST Elevasi

4
Segmen ST adalah bagian datar dan isoelektrik EKG di
antara akhir gelombang S (titik J) dan awal gelombang T, hal ini
mewakili interval antara depolarisasi ventrikel dan repolarisasi.
Penyebab paling penting dari abnormalitas segmen ST (elevasi atau
depresi) adalah iskemia miokard atau infark.

Elevasi ST dianggap signifikan jika jarak vertikal di dalam EKG


dan garis dasar pada titik 0,24 detik setelah titik J paling sedikit
0,1 mV (biasanya mewakili 1 mm atau 1 kotak kecil) di limb
lead atau 0,2 mV ( 2 mm atau 2 kotak kecil) di precordial lead.
Pengukuran ini memiliki false positif 15-20% (yang sedikit lebih
tinggi pada wanita daripada pria) dan false negatif 20-30%.
Limb lead adalah : I,II,III, AVL, AVR,AVF.
Precordial lead : V1 – V6

5
Penyebab elevasi segmen ST dan gelombang Q dalam lead
bersebelahan, adalah :
Septal (V1-2)
Anterior (V3-4)
Lateral (I + aVL, V5-6)
Inferior (II, III, aVF)
Ventrikel kanan (V1, V4R)
Posterior (V7-9)
Biasanya ada ST depresi reciprocal di lead yang berlawanan
secara elektrik.
Sebagai contoh, STE di lateral tinggi lead I + aVL biasanya
menghasilkan depresi ST reciprocal pada lead III.

6
B. Main Maping Sindrom Koroner Akut

7
C. Anatomi dan Fisiologi Kardiovaskuler
Jantung adalah organ yang memompa darah melalui
pembuluh darah menuju ke seluruh jaringan tubuh. Sistem
kardiovaskular terdiri dari darah, jantung, dan pembuluh darah. Darah
yang mencapai sel-sel tubuh dan melakukan pertukaran zat dengan
sel-sel tersebut harus di pompa secara terus-menerus oleh jantung
melalui pembuluh darah. Sisi kanan dari jantung, memompa darah
melewati paru-paru, memungkinkan darah untuk melakukan
pertukaran antara oksigen dan karbondioksida (Tortora, 2012).
Ukuran jantung relatif kecil, pada umumnya memiliki ukuran
yang sama, tetapi memiliki bentuk yang berbeda seperti kepalan
tangan setiap orang. Dengan panjang 12cm, lebar 9cm, tebal 6cm,
dan berat 250 gr pada wanita dewasa dan 300 gr pada pria dewasa
(Tortora, 2012).
Bagian depan dibatasi oleh sternum dan costae 3,4, dan 5.
Hampir dua pertiga bagian jantung terletak di sebelah kiri garis
median sternum. Jantung terletak di atas diafragma, miring ke depan
kiri dan apex cordis berada paling depan dalam rongga thorax. Apex
cordis dapat diraba pada ruang intercostal 4-5 dekat garis medio-
clavicular kiri. Batas cranial jantung dibentuk oleh aorta ascendens,
arteri pulmonalis, dan vena cava superior (Aurum, 2007). Pada
dewasa, rata-rata panjangnya kira-kira 12 cm, dan lebar 9 cm, dengan
berat 300 sakpai 400 gram (Setiadi, 2007: 164).
Jantung berbentuk seperti pir/kerucut seperti piramida terbalik
dengan apeks (superior-posterior:C-II) berada di bawah dan basis
( anterior-inferior ICS – V berada di atas. Pada basis jantung terdapat
aorta, batang nadi paru, pembuluh balik atas dan bawah dan
pembuluh balik. Jantung sebagai pusat sistem kardiovaskuler terletak
di sebelah rongga dada (cavum thoraks) sebelah kiri yang terlindung
oleh costae tepatnya pada mediastinum. Untuk mengetahui denyutan
jantung, kita dapat memeriksa dibawah papilla mamae 2 jari

8
setelahnya. Berat pada orang dewasa sekitar 250-350 gram.
Hubungan jantung dengan alat sekitarnya yaitu:
1. Dinding depan berhubungan dengan sternum dan kartilago
kostalis setinggi kosta III-I.
2. Samping berhubungan dengan paru dan fasies mediastilais.
3. Atas setinggi torakal IV dan servikal II berhubungan dengan aorta
pulmonalis, brongkus dekstra dan bronkus sinistra.
4. Belakang alat-alat mediastinum posterior, esophagus, aorta
desendes, vena azigos, dan kolumna vetebrata torakalis.
5. Bagian bawah berhubungan dengan diafragma.
Jantung difiksasi pada tempatnya agar tidak mudah
berpindah tempat. Penyokong jantung utama adalah paru yang
menekan jantung dari samping, diafragma menyokong dari
bawah, pembuluh darah yang keluar masuk dari jantung sehingga
jantung tidak mudah berpindah. Factor yang mempengaruhi
kedudukan jantung adalah:
1. Umur: Pada usia lanjut, alat-alat dalam rongga toraks
termasuk jantung agak turun kebawah
2. Bentuk rongga dada: Perubahan bentuk tora yang menetap
(TBC) menahun batas jantung menurun sehingga pada asma
toraks melebar dan membulat
3. Letak diafragma: Jika terjadi penekanan diafragma keatas
akan mendorong bagian bawah jantung ke atas
4. Perubahan posisi tubuh: proyeksi jantung normal di pengaruhi
oleh posisi tubuh.
Semua jaringan tubuh selalu bergantung pada aliran darah
yang disalurkan oleh kontraksi dan denyut jantung. Jantung
mendorong darah melintasi pembuluh darah untuk disampaikan
dalam jumlah yang cukup. Jantung berfungsi untuk menjalankan
sistem sirkulasi dan transportasi dalam tubuh. Pada dasarnya
sistem sirkulasi terdiri dari 3 komponen dasar yaitu :

9
1. Jantung berfungsi sebagai pompa yang melakukan tekanan
terhadap darah untuk menimbulkan gradien tekanan yang
diperlukan agar darah mengalir ke jaringan.
2. Pembuluh darah berfungsi sebagai saluran untuk
mengarahkan dan mendistribusikan darah dari jantung ke
semua bagian tubuh dan kemudian mengembalikannya ke
jantung.
3. Darah berfungsi sebagai medium transportasi tempat bahan-
bahan yang akan disalurkan dilarutkan, diendapkan
(Sherwood, 2001).
Siklus jantung adalah urutan kejadian mekanik yang
terjadi selama satu denyut jantung tunggal. Saat menuju akhir
diastole (G) semua rongga jantung berelaksasi. Katup antara
atrium dan ventrikel terbuka (katup AV: kanan, trikuspid ; kiri,
mitral), karena tekanan atrium tetap sedikit lebih besar daripada
tekanan ventrikel sampai ventrikel benar-benar mengembang.
Katup aliran keluar pulmonal dan aorta (semilunar) menutup, saat
arteri pulmonalis dan tekanan aorta lebih besar daripada tekanan
ventrikel. Siklus dimulai ketika nodus sinoatrial menginisiasi
denyut jantung.
Sistol atrium (A)
Kontraksi atrium melengkapi pengisian ventrikel. Saat
istirahat, atrium member konstibusi kurang dari 20% volume
ventrikel, namun proporsi ini meningkat sesuai denyut jantung,
karena diastol memendek dan terdapat lebih sedikit waktu untuk
pengisian ventrikel. Tidak terdapat katup antara vena dan atrium dan
sejumlah darah mengalami regurgitasi ke dalam vena. Gelombang
dari tekanan atrium dan vena merefleksiakan sistol atrium. Volume
ventrikel setelah pengisian dikenal sebagai volume akhir diastolik,
dan besarnya 120-140 ml. Tekanan equivalen adalah kurang dari
10mmHg, dan lebih besar ada ventrikel kiri daripada ventrikel karena
lebih muskular dan oleh sebab itu dinding ventrikel kiri lebih kaku.

10
EDV (end diastolic volume) merupakan suatu penentu penting dalam
kekuatan kontraksi selanjutnya.depolarisasi atrium menyebabkan
gelombang P pada EKG.
Sistol ventrikel
Kontraksi ventrikel menyebabkan peningkatan tajam tekanan
ventrikel dan katup AV menutup begitu tekanan ini melampaui
tekanan atrium. Penutupan katup AV menyebabkan bunyi jantung
pertama (S1). Depolarisasi ventrikel berkaitan dengan kompleks QRS
dan EKG. Selama fase awal kontraksi ventrikel, tekanan ventrikel
lebih kecil daripada tekanan arteri pulmonal dan aorta, sehingga
katup aliran keluar tetap menutup. Ini merupakan kontraksi
isovolumetrik (B), karena volume ventrikel tidak berubah. Tekanan
yang meningkat menyebabkan katup AV menonjol ke dalam atrium,
sehingga ,menyebabkan gelombang tekanan atrium yang kecil
(gelombang c), yang diikuti oleh suatu penurunan (penurunan x).
Diastol-relaksasi dan pengisian kembali.
Setelah penutupan katup aliran keluar, ventrikel secara cepat
berelaksasi. Namun demikian, tekanan ventrikel tetap lebih besar
daripada tekanan atrium dan katup AV tetap menutup. Ini disebut
relaksasi isovolumetrik (E). Saat tekanan ventrikel menurun dibawah
tekanan atrium, maka katup AV terbuka dan tekanan atrium menurun
(penurunan y) saat ventrikel terisi kembali (pengisian kembali
ventrikel sangat cepat F). ini dibantu oleh recoil elastic dinding
ventrikel, yang sebenarnya menyedot darah. Bunyi jantung ketiga
(S3) dapat terdengar pada orang muda, atau saat EDP tinggi. Saat
ventrikel benar-benar berelaksasi, pengisian kembali melambat. Ini
berlanjut selama dua pertiga akhir diastole akibat aliran vena. Saat
istirahat, diastole dua kali lebih panjang dari sistol, namun menurun
secara proporsional selam altihan dan saat laju denyut jantung akan
meningkat.

11
Nadi
Nadi disebabkan oleh gelombang tekanan yang bergerak
menuruni cabang vascular. Bentuk dari nadi arterial dimodifikasi oleh
kompliansi dan ukuran arteri. Suatu arteri yang kaku, seperti pada
usia yang menua atau aterosklerosis, menyebabkan nadi teraba lebih
jelas. Nadi juga lebih tajam saat ukuran arteri berkurang. Pantulan
yang mencerminkan arteri dari titik-titik dimana resistensi terhadap
aliran meningkat, misalnya saat arteri bercabang, dan dapat
menyebabkan peningkatan puncak selanjutnya. Nadi vena jugularis
mencerminkan atrium kanan, dan berkaitan dengan gelombang a,c,v,
dan penurunan x dan y (Aaronson, 2010).
Otot jantung terdiri atas 3 lapisan yaitu:
1. Luar/pericardium
Berfungsi sebagai pelindung jantung atau merupakan
kantong pembungkus jantung yang terletak di mediastinum
minus dan di belakang korpus sterni dan rawan iga II- IV
yang terdiri dari 2 lapisan fibrosa dan serosa yaitu lapisan
parietal dan viseral. Diantara dua lapisan jantung ini terdapat
lender sebagai pelican untuk menjaga agar gesekan
pericardium tidak mengganggu jantung.
2. Tengah/ miokardium
Lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri
koronaria. Susunan miokardium yaitu:
a. Otot atria: Sangat tipis dan kurang teratur, disusun oleh
dua lapisan. Lapisan dalam mencakup serabut-serabut
berbentuk lingkaran dan lapisan luar mencakup kedua
atria.
b. Otot ventrikuler: membentuk bilik jantung dimulai dari
cincin antrioventikuler sampai ke apeks jantung.
c. Otot atrioventrikuler: Dinding pemisah antara serambi dan
bilik( atrium dan ventrikel).

12
3. Dalam / Endokardium
Dinding dalam atrium yang diliputi oleh membrane yang
mengilat yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lender
endokardium kecuali aurikula dan bagian depan sinus vena kava.
Bagian- bagian dari jantung:
1. Basis kordis: bagian jantung sebelah atas yang berhubungan
dengan pembuluh darah besar dan dibnetuk oleh atrium sinistra
dan sebagian oleh atrium dekstra.
2. Apeks kordis : bagian bawah jantung berbentuk puncak kerucut
tumpul.
Ruang-ruang jantung
Jantung terdiri dari empat ruang yaitu:
1. Atrium dekstra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula di luar,
bagian dalamnya membentuk suatu rigi atau Krista terminalis.
a. Muara atrium kanan terdiri dari:
1) Vena cava superior
2) Vena cava inferior
3) Sinus koronarius
4) Osteum atrioventrikuler dekstra
b. Sisa fetal atrium kanan: fossa ovalis dan annulus ovalis
c. Ventrikel dekstra: berhubungan dengan atrium kanan melalui
osteum atrioventrikel dekstrum dan dengan traktus pulmonalis
melalui osteum pulmonalis. Dinding ventrikel kanan jauh lebih
tebal dari atrium kanan terdiri dari:
1) Valvula triskuspidal
2) Valvula pulmonalis
2. Atrium sinistra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula
3. Ventrikel sinistra: Berhubungan dengan atrium sinistra melalui
ostum atrioventrikuler sinistra dan dengan aorta melalui osteum
aora terdiri dari:
a. Valvula mitralis
b. Valvula semilunaris aorta

13
Peredaran darah jantung
Vena kava superior dan vena kava inferior mengalirkan darah ke
atrium dekstra yang datang dari seluruh tubuh. Arteri pulmonalis
membawa darah dari ventrikel dekstra masuk ke paru-paru(pulmo).
Antara ventrikel sinistra dan arteri pulmonalis terdapat katup vlavula
semilunaris arteri pulmonalis. Vena pulmonalis membawa darah dari
paru-paru masuk ke atrium sinitra. Aorta (pembuluh darah terbesar)
membawa darah dari ventrikel sinistra dan aorta terdapat sebuah katup
valvulasemilunaris aorta.
Peredaran darah jantung terdiri dari 3 yaitu:
1. Arteri koronaria kanan: berasal dari sinus anterior aorta berjalan
kedepan antara trunkus pulmonalis dan aurikula memberikan
cabang-cabangke atrium dekstra dan ventrikel kanan.
2. Arteri koronaria kiri: lebih besar dari arteri koronaria dekstra.
3. Aliran vena jantung: sebagian darah dari dinding jantung mengalir
ke atrium kanan melalui sinus koronarius yang terletak dibagian
belakang sulkus atrioventrikularis merupakan lanjutan dari vena.
Fisiologi Jantung
1. Fungsi umum otot jantung yaitu:
a. Sifat ritmisitas/otomatis: secara potensial berkontraksi tanpa
adanya rangsangan dari luar.
b. Mengikuti hukum gagal atau tuntas: impuls dilepas mencapai
ambang rangsang otot jantung maka seluruh jantung akan
berkontraksi maksimal.
c. Tidak dapat berkontraksi tetanik.
d. Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot.
2. Metabolisme Otot Jantung
Seperti otot kerangka, otot jantung juga menggunakan
energy kimia untuk berkontraksi. Energy terutama berasal
dari metabolism asam lemak dalam jumlah yang lebih kecil
dari metabolisme zat gizi terutama laktat dan glukosa. Proses

14
metabolism jantung adalah aerobic yang membutuhkan
oksigen.
3. Pengaruh Ion Pada Jantung
a. Pengaruh ion kalium : kelebihan ion kalium pada CES
menyebabkan jantung dilatasi, lemah dan frekuensi
lambat.
b. Pengaruh ion kalsium: kelebihan ion kalsium
menyebabkan jantung berkontraksi spastis.
c. Pengaruh ion natrium: menekan fungsi jantung.
4. Elektrofisiologi Sel Otot jantung
Aktifitas listrik jantung merupakan akibat perubahan
permeabilitas membrane sel. Seluruh proses aktifitas listrik
jantung dinamakan potensial aksi yang disebabkan oleh
rangsangan listrik, kimia, mekanika, dan termis. Lima fase
aksi potensial yaitu:
a. Fase istirahat: Bagian dalam bermuatan
negative(polarisasi) dan bagian luar bermuatan positif.
b. Fase depolarisasi(cepat): Disebabkan meningkatnya
permeabilitas membrane terhadap natrium sehingga
natrium mengalir dari luar ke dalam.
c. Fase polarisasi parsial: Setelah depolarisasi terdapat sedikit
perubahan akibat masuknya kalsium ke dalam sel,
sehingga muatan positih dalam sel menjadi berkurang.
d. Fase plato(keadaan stabil): Fase depolarisasi diikiuti
keadaan stabil agak lama sesuai masa refraktor absolute
miokard.
e. Fase repolarisasi(cepat): Kalsium dan natrium berangsur
angsur tidak mengalir dan permeabilitas terhadap kalium
sangat meningkat.

15
5. Sistem Konduksi Jantung
Sistem konduksi jantung meliputi:
a. SA node: Tumpukan jaringan neuromuscular yang kecil berada
di dalam dinding atrium kanan di ujung Krista terminalis.
b. AV node: Susunannya sama dengan SA node berada di dalam
septum atrium dekat muara sinus koronari.
c. Bundle atrioventrikuler: dari bundle AV berjalan ke arah depan
pada tepi posterior dan tepi bawah pars membranasea septum
interventrikulare.
d. Serabut penghubung terminal(purkinje): Anyaman yang berada
pada endokardium menyebar pada kedua ventrikel.
6. Siklus Jantung
Empat pompa yang terpisah yaitu: dua pompa primer
atrium dan dua pompa tenaga ventrikel. Periode akhir
kontraksi jantung sampai kontraksi berikutnya disebut siklus
jantung.
7. Fungsi jantung sebagai pompa
Lima fungsi jantung sebagai pompa yaitu:
a. Fungsi atrium sebagai pompa
b. Fungsi ventrikel sebagai pompa
c. Periode ejeksi
d. Diastole
e. Periode relaksasi isometric
Autoregulasi intrinsic pemompaan akibat perubahan volume darah
yang mengalir ke jantung. Reflex mengawasi kecepatan dan
kekuatan kontraksi jantung melalui saraf otonom
8. Curah jantung
Normal, jumlah darah yang dipompakan ventrikel kiri
dan kanan sama besarnya. Jumlah darah yang dipompakan
ventrikel selama satu menit disebut curah jantung (cardiac
output).

16
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi otot jantung:
a. Beban awal
b. Kontraktilitas
c. Beban akhir
d. Frekuensi jantung
1) Periode systole
2) Periode diastole
3) Periode istirahat
9. Bunyi Jantung
Tahapan bunyi jantung:
a. Bunyi pertama: lup
b. Bunyi kedua : Dup
c. Bunyi ketiga: lemah dan rendah 1/3 jalan diastolic individu muda
d. Bunyi keempat: kadang-kadang dapat didengar segera sebelum
bunyi pertama
Anatomi sistem pembuluh darah
Pembuluh darah adalah prasarana jalan bagi aliran darah
keseluruh tubuh.
Aliran darah dalam tubuh terdiri dari:
1. Aliran darah koroner
2. Aliran darah portal
3. Aliran darah pulmonal
4. Aliran darah sistemik
Sistem Pembuluhan Limfe
Sistem pembuluh limfe merupakan suatu jalan tambahan tempat
cairan dapat mengalir dari ruang interstitial ke dalam darah.pembuluh
limfa dapat mengangkut protein dan zat partikel besar, keluar ruang
jaringan yang tidak dikeluarkan dengan absorbs secara langsung
kedalam kapiler darah. Sistem pembuluh limfe terdiri dari:
1. Duktus limfatikus dekstra: Duktus limfatikus jugularis
dekstra, subclavia, dan bronkomediastinalis masing-masing
mengalisrkan cairan limfa sisi kepala dan leher.

17
2. Duktus limfatikus sinistra: Mulai terlihat dalam abdomen
sebagai kantong limfe yang memanjang.
3. Nodus limfatisi: Berbentuk lonjong seperti buah kacang dan
terdapat di sepanjang pembuluh limfe.
4. Kapiler limfa: sedikit cairan yang kembali ke sirkulasi
melalui pembuluh limfe.
Terletak di sebelah kiri abdomen di daerah hipogastrium
kiri bawah dan pada iga ke -9, 10, dan 11, berdekatan dengan
fundus abdomen dan permukaannya menyentuh diafragma.
Parenkim limpa terdiri dari:
1. Pulpa Putih
2. Pulpa Merah
Fisiologi Vaskuler
Sistem vaskuler memiliki peranan penting pada fisiologi
kardiovaskuler karena berhubungan dengan mekanisme pemeliharaan
lingkungan internal.
Bagian- bagian yang berperan dalam sirkulasi:
1. Arteri mentranspor darah di bawah tekanan tinggi ke jaringan
2. Arteriola, cabang kecil dari sistem arteri yang berfungsi sebagai
kendali ketika darah yang dikeluarkan ke dalam kapiler.
3. Kapiler , tempat pertukaran cairan, zat makanan dan elektrolit,
hormone dan bahan lainnya antara darah dan cairan interstitial.
4. Venula yaitu mengumpulkan darah dari kapiler secara bertahap
5. Vena yaitu saluran penampung pengangkut darah dari jaringan
kembali ke jantung.
Aliran Darah
Kecepatan aliran darah ditentukan oleh perbedaan tekanan antara
kedua ujung pembuluh darah. Pembuluh darah dan aliran arteri adalah:
1. Aliran darah dalam pembuluh darah
2. Tekanan darah arteri : Sistolik, diastolic, nadi, dan darah rata-rata.
3. Gelombang nadi.

18
4. Analisis gelombang nadi: dapat di nilai dari: frekuensi gelombang
nadi, irama denyut nadi, amplitude dan ketajaman gelombang.
5. Factor yang mempengaruhi tekanan darah arteri.
Sedangkan Pembuluh dan Aliran Vena Yaitu:
1. Tekanan Vena: biasanya sangat rendah
2. Gelombang denyut vena: perubahan tekanan dan volume
3. Kurva denyut nadi: vena jugularis eksterna dengan cara non invasive
4. Kecepatan aliran darah vena
5. Factor yang mempengaruhi kecepatan aliran darah vena
6. Pengaruh gravitasi pada tekanan darah vena

D. Patofisiologi Sindrom Koroner Akut


Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak ateroma
pembuluh darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan
dengan perubahan komposisi plak dan penipisan tudung fibrus yang
menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi
trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Terbentuklah trombus yang kaya
trombosit (white thrombus).
Trombus ini akan menyumbat liang pembuluh darah koroner,
baik secara total maupun parsial; atau menjadi mikroemboli yang
menyumbat pembuluh koroner yang lebih distal. Selain itu terjadi
pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan vasokonstriksi sehingga
memperberat gangguan aliran darah koroner. Berkurangnya aliran darah
koroner menyebabkan iskemia miokardium. Pasokan oksigen yang
berhenti selama kurang-lebih 20 menit menyebabkan miokardium
mengalami nekrosis (infark miokard). Infark miokard tidak selalu
disebabkan oleh oklusi total pembuluh darah koroner. Obstruksi subtotal
yang disertai vasokonstriksi yang dinamis dapat menyebabkan
terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan otot jantung (miokard). Akibat
dari iskemia, selain nekrosis, adalah gangguan kontraktilitas
miokardium karena proses hibernating dan stunning (setelah iskemia
hilang), distritmia dan remodeling ventrikel (perubahan bentuk, ukuran

19
dan fungsi ventrikel). Sebagian pasien SKA tidak mengalami koyak plak
seperti diterangkan di atas. Mereka mengalami SKA karena obstruksi
dinamis akibat spasme lokal dari arteri koronaria epikardial (Angina
Prinzmetal). Penyempitan arteri koronaria, tanpa spasme maupun
trombus, dapat diakibatkan oleh progresi plak atau restenosis setelah
Intervensi Koroner Perkutan (IKP).
Beberapa faktor ekstrinsik, seperti demam, anemia,
tirotoksikosis, hipotensi, takikardia, dapat menjadi pencetus terjadinya
SKA pada pasien yang telah mempunyai plak aterosklerosis.

20
Pathway

21
E. Pengkajian Sindrom Koroner Akut
1. Identitas Pasien
Umumnya jenis kelamin laki-laki dan usia > 50 tahun
2. Keluhan Utama
Nyeri dada. Pasien mengeluh nyeri ketika istirahat, terasa panas di
dada retro sternal menyebar ke lengan kiri dan punggung kiri, skala
nyeri 8 (skala 1-10), nyeri berlangsung ± 10 menit.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Diabetes Mellitus, Hipertensi, kebiasaan merokok, pekerjaan, stress
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tampilan Umum
Pasien tampak pucat, berkeringat, dan gelisah akibat aktivitas
simpatis berlebihan. Pasien tampak sesak napas. Demam derajat
sedang (<380C) bisa timbul setelah 12-24 jam pasca infark.
b. Denyut Nadi dan Tekanan Darah
Sinus takikardi (100-120 x/menit), biasanya akan melambat
dengan pemberian analgesik yang adekuat.
Peningkatan tekanan darah merupakan akibat dari pelepasan
ketokolamin. Sedangkan jika terjadi hipotensi merupakan akibat
dari aktivitas vagus berlebih, dehidrasi, infark ventrikel kanan,
atau tanda dari syok kardiogenik.
c. Pemeriksaan Dada Jantung
Terdengar bunyi jantung S dan S3 atau mur-mur. Bunyi gesekan
perikerd jarang terdengar hingga hari kedua atau ketiga atau
lebih lama lagi (hingga 6 minggu) sebagai gambaran Sindrom
Dressler.
d. Pemeriksaan Dada Paru
Ronkhi akhir pernapasan bisa terdengar, walaupun mungkin
tidak terdapat gambaran edema paru pada radiografi. Jika
terdapat edema paru, maka hal tersebut merupakan komplikasi
infark luas, biasanya anterior.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrokardiogram (EKG)
Pada EKG 12 lead, jaringan iskemik tetapi masih
berfungsi akan menghasilkan perubahan gelombang T,
menyebabkan inervasi saat aliran listrik diarahkan menjauh dari
jaringan iskemik, lebih serius lagi, jaringan iskemik akan
mengubah segmen STmenyebabkan depresi ST. Pada infark,

22
miokard yang mati tidak mengkonduksi listrik dan gagal untuk
repolarisasisecara normal, mengakibatkan elevasi segmen ST.
Saat nekrosis terbentuk, dengan penyembuhan cincin iskemik
disekitar area nekrotik, gelombang Q terbentuk. Area nekrotik
adalah jaringan parut yang tak aktif secara elektrikal, tetapi zona
nekrotik akan menggambarkan perubahan gelombang T saat
iskemik terjadi lagi. Pada awal infark miokard, elevasi ST
disertai dengan gelombang T tinggi. Selama berjam-jam atau
berhari-hari berikutnya, gelombang T membaik. Sesuai dengan
umur infark miokard, gelombang Q menetap dan segmen ST
kembali normal.
Gambaran spesifik pada rekaman EKG
 Anterior Elevasi segmen ST pada lead V3 -V4, perubahan
resiprokal (depresi ST) pada lead II, III, aVF.
 Inferior Elevasi segmen T pada lead II, III, aVF, perubahan
resiprokal (depresi ST) V1 – V6, I, aVL.
 Lateral Elevasi segmen ST pada I, aVL, V5 – V6.
 Posterior Perubahan resiprokal (depresi ST) pada II, III, aVF,
terutama gelombang R padaV1 – V2.
 Ventrikel kanan Perubahan gambaran dinding inferior

b. Tes Darah
 Selama serangan, sel-sel otot jantung mati dan pecah
sehingga protein-protein tertentu keluar masuk aliran darah.
 Kreatinin Pospokinase (CPK) termasuk dalam hal ini CPK-
MB terdetekai setelah 6-8 jam,mencapai puncak setelah 24
jam dan kembali menjadi normal setelah 24 jam berikutnya.
 LDH (Laktat Dehidrogenisasi) terjadi pada tahap lanjut infark
miokard yaitu setelah 24 jamkemudian mencapai puncak
dalam 3-6 hari. Masih dapat dideteksi sampai dengan
2minggu.

23
 Iso enzim LDH lebih spesifik dibandingkan CPK-MB akan
tetapi penggunaan klinisnya masih kalah akurat dengan nilai
Troponin, terutama Troponin T.
 Seperti yang kita ketahui bahwa ternyata isoenzim CPK-MB
maupun LDH selain ditemukan pada otot jantung juga bisa
ditemukan pada otot skeletal.
 Troponin T & I protein merupakan tanda paling spesifik
cedera otot jantung, terutama Troponin T (TnT)
 Tn T sudah terdeteksi 3-4 jam pasca kerusakan miokard dan
masih tetap tinggi dalam serumselama 1-3 minggu.
Pengukuran serial enzim jantung diukur setiap selama tiga hari
pertama.

No Enzim Jantung Nilai Normal


1 CPK (Creatin Dewasa Laki-laki : 5-35 Ug/ml
Pospokinase) atau 30-180 IU/L
Dewasa Perempuan : 5-25
Ug/ml atau 25-150 IU/L
Anak-anak Laki-laki : 0-70 IU/L
Anak-anak Perempuan : 0-50
IU/L
Bayi baru lahir : 65-580 IU/L

2 CKMB < 10 U/L


(Creatinkinase label
M dan B)
3 LDH (Laktat 80-240 U/L
Dehidrogenase)
4 Troponin < 0,16 Ug/L
c. Coronary Angiography
Coronary angiography merupakan pemeriksaan khusus
dengan sinar X pada jantung dan pembuluh darah. Sering
dilakukan selama serangan untuk menemukan letak sumbatan
pada arteri koroner.Kateter dimasukkan melalui arteri pada
lengan atau paha menuju jantung. Prosedur ini dinamakan
kateterisasi jantung, yang merupakan bagian dari angiografi
koroner Zat kontras yang terlihat melalui sinar X diinjeksikan
melalui ujung kateter padaaliran darah. Zat kontras itu pemeriksa

24
dapat mempelajari aliran darah yang melewati pembuluh darah
dan jantungJika ditemukan sumbatan, tindakan lain yang
dinamakan angioplasty, dapatdilakukan untuk memulihkan aliran
darah pada arteri tersebut. Kadang-kadang akanditempatkan stent
(pipa kecil yang berpori) dalam arteri untuk menjaga arteri tetap
terbuka.
F. Diagnosa Sindrom Koroner Akut
1. Chest pain berhubungan dengan penurunan suplay oksigen ke
miokard
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan irama
jantung
3. Gangguan keseimbangan elektrolit hipokalemia
4. Nyeri berhubungan dengan agen injuri biologis
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot
pernafasan
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
oksigen dengan yang dibutuhkan

25
G. Intervensi Sindrom Koroner Akut

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


Chest pain berhubungan Klien dapat beradaptasi 1. Anjurkan klien untuk istirahat - Istirahat akan memberikan
2. Motivasi teknik relaksasi napas dalam
dengan penurunan suplai dengan nyeri setelah ketenangan sebagai salah satu
3. Kolaborasi analgesik ASA 1×100 mg
oksigen ke miokard mendapat perawatan ...×... 4. Evaluasi perubahan klien: TTV, skala relaksasi klien sehingga rasa
jam nyeri, dan klinis nyeri yang dirasakan berkurang,
selain itu dengan beristirahat
Kriteria Hasil akan mengurangi O2 demand
a. Skala nyeri berkurang sehingga jantung tidak
menjadi ... berkontraksi melebihi
b. Klien mengatakan
kemampuannya.
keluhan nyeri berkurang - Relaksasi napas dalam adalah
c. Klien tampak lebih
salah satu teknik relaksi dan
tenang
distraksi, kondisi relaks akan
menstimulus hormon endorfin
yang memicu mood ketenangan
bagi klien
- Analgesik akan memblok

26
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
nosireseptor sehingga respon
nyeri klien berkurang
- Memantau kondisi klien setelah
terapi diberikan
Penurunan curah jantung Curah jantung klien 1. Berikan posisi kepala lebih tinggi dari - Posisi kepala lebih tinggi dari
berhubungan dengan meningkat setelah ekstrimitas ekstremitas (30o) memperlancar
2. Motivasi klien untuk istirahat (bed rest)
penurnan irama jantung intervensi selama ... jam aliran darah balik ke jantung
3. Berikan NRM 8 L/mnt
4. Kolaborasi medikasi: pemberian sehingga menghindari bendungan
Kriteria Hasil vasodilator captopril, ISDN, pemberian vena jugular, dan beban jantung
a. TD normal, 100/80- diuretik furosemide tidak bertambah berat
5. Evaluasi perubahan TTV dan klinis - Beristirahat akan mengurangi O2
140/90 mmHg
b. Nadi kuat, reguler demand sehingga jantung tidak
berkontraksi melebihi
kemampuannya
- Pemberian oksigen akan
membantu dalam memenuhi
kebutuhan oksigen dalam tubuh
- Vasodilator dan diuretik
bertujuan untuk mengurangi

27
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
beban jantung dengan cara
menurunkan preload dan
afterload
- Monitor terapi yang sudah
diberikan dan sebagai perbaikan
intervensi selanjutnya
Gangguan Terjadi keseimbangan 1. Pantau TD dan nadi lebih intensif - Penurunan Kalium dalam darah
2. Anjurkan klien untuk istirahat
keseimbangan elektrolit elektrolit pada klien setelah berpengaruh pada kontraksi
3. Kolaborasi pemberian Kalium: KCl 15
hipokalemia intervensi ... jam jantung dan hal ini
mEq dioplos dengan RL (500 cc/24
mempengaruhi TD dan nadi klien
jam) dan pantau kecepatan pemberian
sehingga dengan memantau lebih
kalium IV
4. Evaluasi perubahan klien: TTV, serum intensif akan lebih waspada
- Beristirahat akan mengurangi O2
Kriteria Hasil : elektrolit, dan klinis
demand sehingga jantung tidak
a. TD normal, 100/80-
berkontraksi melebihi
140/90 mmHg
b. Nadi kuat kemampuannya
c. Klien mengatakan - Koreksi Kalium akan membantu
kelelahan berkurang menaikkan kadar Kalium dalam
d. Nilai Kalium

28
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
normal, 3,8 – 5,0 darah
- Mengevaluasi terapi yang sudah
mmol/L
diberikan dan untuk program
intervensi selanjutnya
Nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji skala nyeri klien dan antisipasi - Kondisi klien terpantau dan
dengan agen injuri selama ... × ... pada klien, ketidaknyamanan dari prosedur sebagai acuan intervensi
2. Bantu pasien dan keluarga untuk - Meningkatkan partisipasi klien
biologis masalah nyeri teratasi
mencari dan menemukan dukungan dan keluarga dalam tindakan
3. Kolaborasi: berikan analgetik untuk - Memblok reseptor nyeri sehingga
mengurangi nyeri klien lebih tenang
4. Monitor TTV - Kondisi klien terpantau
Kriteria Hasil
a. Nyeri berkurang dari ...
b. Klien menerapkan
manajemen nyeri
Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor respirasi dan status O2 - Kadar oksigen dalam darah tetap
2. Posisikan klien untuk memaksimalkan
berhubungan dengan keperawatan selama ...×... terjaga
ventilasi - Ekspasi dada bisa maksimal dan
kelelahan otot jam diharapkan pola napas
3. Ajarkan teknik relaksasi
napas bisa lancar
pernapasan klien kembali efektif 4. Kolaborasi dalam pemberian terapi
- Klien dapat mengatur pola napas

29
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
oksigen - Menambah suplai oksigen agar
Kriteria Hasil tepat kadar dalam darah
a. Respirasi normal
b. Irama nafas normal
c. Tidak sesak saat istirahat

Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi adanya pembatasan klien - Merencanakan intervensi yang
berhubungan dengan keperawatan selama ...×... dalam beraktivitas tepat dalam perawatan klien
2. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas - Klien dapat menentukan aktivitas
ketidakseimbangan jam diharapkan pasien
yang dilakukan yang tepat
suplai oksigen dengan bertoleransi terhadap
3. Berikan penguatan positif bagi yang - Penghargaan kepada klien agar
yang dibutuhkan aktivitasnya
aktif beraktivitas tetap beraktivitas dengan tepat
4. Kolaborasi dengan tim medis lainnya - Aktivitas klien dapat terkontrol
untuk merencanakan terapi yang tepat dengan baik
Kriteria Hasil
a. TTV normal
b. Mampu melakukan
aktivitas
c. Keseimbangan aktivitas

30
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
dan istirahat

31

Anda mungkin juga menyukai